Anda di halaman 1dari 125

SKRIPSI

STRATEGI PENGEMBANGAN PROGRAM DESA WISATA DALAM


MEWUJUDKAN DESA MANDIRI DI DINAS PARIWISATA DAN
KEBUDAYAAN KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

Oleh:

INDAH AYU LESTARI


Nomor Induk Mahasiswa: 105611104018

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTASILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2022
SKRIPSI

STRATEGI PENGEMBANGAN PROGRAM DESA WISATA DALAM


MEWUJUDKAN DESA MANDIRI DI DINAS PARIWISATA DAN
KEBUDAYAAN KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara (S.AP)

Disusun dan Diajukan Oleh:

INDAH AYU LESTARI

Nomor Stambuk: 105611104018

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2022

i
ii
iii
iv
ABSTRAK

Indah Ayu Lestari, H. Samsir Rahim, dan Rasdiana. Strategi Pengembangan


Program Desa Wisata Dalam Mewujudkan Desa Mandiri Di Dinas
Pariwisata Dan Kebudayaan Kabupaten Kepulauan Selayar

Strategi pengembangan adalah rencana suatu organisasi maupun


pemerintah dalam meningkatkan kinerja SDM yang berkualitas. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui strategi pengembangan program desa wisata dalam
mewujudkan desa mandiri berdasarkan indikator SDM, dana, informasi dan
teknologi, dan sarana prasarana di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten
Kepulauan Selayar. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif
kualitatif, untuk memberikan gambaran mengenai strategi pengembangan
program desa wisata dalam mewujudkan desa mandiri. Teknik analisis data yang
digunakan adalah reduksi data, penyanjian data dan penarikan kesimpulan.
Kemudian teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara
dan studi dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi yang dilakukan belum
menunjukkan hasil yang maksimal, hal itu dibuktikan dengan ke 4 indikator yang
digunakan sebagai berikut: (a) SDM, pengelola desa wisata yang masih
memerlukan pelatihan dan pembinaan khususnya di desa Bontolebang masih
minim dalam hal pengetahuan mengenai komponen pariwisata; (b) Dana,
amggaran dinas pariwisata masih kurang dan belum menyalurkan langsung untuk
pengembangan objek wisata yang ada dilokasi terkhusus di wisata laguna beach
desa Bontolebang yang masih kurang dalam hal infrastuktur; (c) Informasi dan
teknologi, telah berupaya dalam melakukan promosi melalui media cetak, social
media dan memiliki website resmi; dan (d) Sarana prasarana, masih kurang dalam
melaksanakan perannya sebagai fasilitator. Dilihat dari minimnya fasilitas yang
tersedia terkhusus di desa wisata bontolebang.

Kata kunci: strategi pengembangan, pariwisata

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa

memberi berbagai karunia dan nikmat yang tiada terhitung kepada seluruh

makhluknya terutama manusia. Demikian pula salam dan shalawat kepada Nabi

Muhammad SAW yang merupakan panutan dan contoh kita di akhir zaman.

Dengan keyakinan ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Strategi Pengembangan Program Desa Wisata Dalam Mewujudkan Desa

Mandiri Di Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kabupaten Kepulauan

Selayar”.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud

tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang

terhormat:

1. Bapak Prof Dr. H. Ambo Asse, M. Ag selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Makaasar.

2. Ibu Dr. Ihyani Malik, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Muhammadiyah Makassar

3. Bapak Dr. Nur Wahid, S.Sos., M.Si dan Ibu Nurbiah Tahir, S.Sos., M.Si

selaku Plt. Ketua dan Sekretaris Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Dr. H. Samsir Rahim, S.Sos., M.Si selaku Pembimbing I dan Ibu

Rasdiana, S.Sos., M.Si selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan

vi
waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan.

5. Seluruh Dosen Prodi Ilmu Admninistrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah

membagikan ilmunya selama proses perkuliahan dan penelitian.

6. Seluruh pihak Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kepulauan

Selayar serta pengelola desa wisata yang telah meluangkan waktunya

memberikan data yang dibutuhkan penulis selama proses penelitian

7. Terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua tercinta, Bapak

Jamaluddin dan Ibu Supiati yang selalu memberikan semangat, doa dan

segala dukungan hingga sekarang ini, serta tidak pernah lelah untuk

memberikan nasehat serta kesabaran kepada penulis.

8. Keempat saudara/i saya Andi Fadli Surihariadi, Arfandi Saputra, Andini

Alvionita, Feri Saldi serta ipar saya Nur Maida, S.Pi yang senantiasa

memberikan doa, semangat, motivasi, nasehat, cinta, dan kasih sayangnya

serta memfasilitasi penulis hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

9. Kepada teman sekampung saya Andi Nurwani, S.AP yang selalu

membersamai dimanapun dan kapanpun terima kasih atas kebersamaanya

dan segala bentuk bantuannya selama ini bagi penulis. Serta teman saya

sedari maba Andriana, S.AP, Nur Halisa, S.AP, Fitri Handayani, S.AP

yang selalu membersamai hingga sekarang ini.

10. Dian Pranata yang selalu membantu saya di daerah terutama pada saat

proses penelitian.

vii
11. Teman-teman kelas IAN-A Prodi Ilmu Administrasi Negara Angakatan

2018 yang penulis tidak dapat menyebut satu persatu, terima kasih atas

kebersamaannya.

12. Semua pihak yang sudah ikut membantu peneliti dalam proses penyusunan

skripsi ini sehingga selesai.

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun

sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat

memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Makassar, 07 Juli 2022

Indah Ayu Lestari

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii

HALAMAN PENERIMAAN TIM ........................................................................ iii

HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................... iv

ABSTRAK .............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1


A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 8


A. Penelitian Terdahulu .................................................................................... 8
B. Teori dan Konsep ......................................................................................... 9
C. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 24
D. Fokus Penelitian ......................................................................................... 25
E. Deskripsi Fokus Penelitian ......................................................................... 25

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 28


A. Waktu dan Lokasi ....................................................................................... 28
B. Jenis dan Tipe Penelitian ............................................................................ 28
C. Informan Penelitian .................................................................................... 28
D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 30
E. Teknik Analisis Data ................................................................................... 31
F. Teknik Pengabsahan Data............................................................................ 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 33


A. Deskripsi Lokasi Penelitian........................................................................ 33

ix
B. Strategi Pengembangan Program Desa Wisata .......................................... 51
C. Pembahasan ................................................................................................ 69

BAB V PENUTUP ................................................................................................ 75


A. KESIMPULAN .......................................................................................... 75
B. SARAN ...................................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 78

LAMPIRAN .......................................................................................................... 80

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ........................................................................ 8

Tabel 3.1 Informan Penelitian .......................................................................... 29

Tabel 4.1 Keadaan Jumlah Penduduk Menurut Pembagian Wilayah Kecamatan

di Kabupaten Kepulauan Selayar ..................................................... 38

Tabel 4.2 Desa Wisata...................................................................................... 59

Tabel 4.3 Data Kunjungan Puncak Tanah Doang ............................................ 60

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Pikir.............................................................................. 26

Gambar 4.1 Peta Kabupaten Kepulauan Selayar ............................................. 36

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Dinas Pariwisata Kabupaten Kepulauan

Selayar .......................................................................................... 42

Gambar 4.3 Pelatihan Pengelolaan Toilet di Destinasi Wisata ........................ 53

Gambar 4.4 Pelatihan Pengelolaan Usaha Homestay ...................................... 54

Gambar 4.5 Pelatihan Pengelolaan Desa Wisata ............................................. 54

Gambar 4.6 Pelatihan Digitalisasi Branding .................................................... 55

Gambar 4.7 Promosi Wisata Bontolebang ....................................................... 65

Gambar 4.8 Pemasangan Iklan di Berbagai Media Massa ............................... 66

Gambar 4.9 Promosi Melalui Pengadaan Event .............................................. 67

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pariwisata memiliki peran penting hal ini karena pariwisata menjadi

salah satu sektor industri yang laju pertumbuhannya berjalan secara cepat.

Sehingga sektor pariwisata dikatakan sebagai salah satu penyumbang

penghasilan bagi negara Indonesia. Di Indonesia pariwisata sangat

berkembang pesat, hal ini karena Indonesia sendiri memiliki banyak tempat,

kuliner, adat dan budaya yang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan

untuk berkunjung. Sehingga pengembangan pariwisata merupakan bagian dari

pengembangan sektor ekonomi kreatif yang memiliki tujuan untuk

meningkatkan ekonomi masyarakat. Selain menyumbang penghasilan bagi

negara, pariwisata juga memberikan banyak manfaat perubahan yang luas.

Pariwisata merupakan sebuah jalan alternatif dalam melakukan pengembangan

ekonomi masyarakat menuju peningkatan ekonomi Pariwisata adalah kegiatan

dengan melakukan perjalanan dalam hal rekreasi. Dijelaskan pula oleh

(Murphy, 1985) bahwa pariwisata merupakan kegiatan yang tujuan utamanya

adalah melakukan perjalanan menuju sebuah tujuan objek wisata maupun

industri. Suatu tempat yang memiliki potensi wisata perlu diadakan

pengembangan untuk menjadi puing penghasil ekonomi bukan hanya dalam

sektor pariwisata sektor lain yang memiliki potensi pengembangan yang

memiliki masa depan untuk meningkatkan pendapatan daerah perlu adanya

strategi untuk dikembangkan menuju arah yang lebih baik.

1
2

Desa wisata ialah kondisi desa yang menawarkan suasana keaslian

kehidupan pedesaan, keaslian kehidupan yang dimaksud seperti sosial budaya,

adat istiadat, keseharian, sosial, ekonomi, sejarah, arstitektur bangunan tata

ruang desa yang memiliki ciri khas dan kegiatan ekonomi yang menarik dan

unik karena memiliki potensi untuk akomodasi, makanan, minuman, dan

lainya. Umumnya obyek wisata yang banyak diminati para wisatawan adalah

wisata keindahan alam yang memaparkan ciri khas dari suasana dan kondisi

pedesaan yang asri, serta mempunyai potensi untuk dikembangkannya

berbagai komponen kepariwisataan (Soetarso Priasukmana, 2001: 37).

Pada proses pembangunan desa wisata salah satu aspek yang harus

diperhatikan selain aset manusia ialah keberagamaan bangsa dan kekayaan

alam. Bangsa Indonesia memiliki banyak potensi hingga kesempatan berharga

untuk membangun pariwisata Indonesia supaya lebih mudah dilirik oleh mata

dunia karena mempunyai karakteristik yakni kearifan lokal. Sehingga dalam

hal ini pemerintah mempunyai peran penting dalam menggali potensi dan

membuat aturan terhadap potensi pengembangan pariwisata. Pemerintah yang

dimaksud disini bukan hanya pemerintah pusat melainkan pemerintah daerah.

Karena pemerintah daerah lebih paham atas potensi atau kerarifan apa saja

yang dimiliki oleh daerahnya. Tentu tiap-tiap daerah memiliki keberagamaa

budaya, adat, kuliner yang berbeda-beda sehingga akan menjadikan

keberagaman yang menarik jika setiap daerah mampu mengembangkan aset

tersebut. Pengembangan desa wisata merupakan suatu upaya yang digunakan

untuk memanfaatkan alam dengan sebaik-baiknyauntuk menarik minat


3

wisatawan sehingga dapat menguntungkan dan mensejahterakan masyarakat

sekitarnya. Desa wisata merupakan sebuah desa yang hidup mandiri dengan

potensi yang dimilikinya dan dapat menjual berbagai keindahan objek wisata

alam sebagai daya tarik wisata. Berdasarkan hal tersebut ngembangan desa

wisata merupakan realisasi dari undang-undang otonomi daerah (UU

No.22/99), maka setiap Kabupaten perlu memprogramkan pengembangan

desa wisata demi meningkatkan pendapatan daerah dan menggali potensi desa.

Berdasarkan hal diatas maka, Dinas Parawisata dan Kebudayaan kabupaten

Kepulauan Selayar akan mendorong peningkatan status desa melalui program

desa wisata yang awalnya memprioritaskan 3 desa wisata dari 14 desa wisata.

Desa tersebut adalah Desa Patilereng, Desa Bontomarannu, dan Desa

Bontolebang. Namun pengembangan desa wisata ini akan dikembangkan

berdasarkan tahapan pengembangan desa wisata yaitu desa yang menjadi

rintisan, berkembang, maju hingga akhirnya menjadi desa mandiri.

Desa mandiri adalah desa yang telah terpenuhi SPM (Standar

Pelayanan Minimal) Desa mencakup beberapa aspek yaitu, kebutuhan sosial

dasar, infrastruktur dasar, sarana dasar, pelayanan umum dan penyelenggaraan

pemerintahan desa, serta kelembagaan desa yang berkelanjutan (Imron Bulkin,

2015: 3). Pada dasarnya desa mandiri sebagai desa yang mempunyai kekuatan

secara ekonomi, budaya dan sosial melalui pembangunan dan pemberdayaan

masyarakat secara berkesinambungan untuk memenuhi kebutuhannya

secara mandiri. Hal ini juga merupakan amanat Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang Desa, dalam rangka memperkuat kemandirian desa,


4

masyarakat dan pemerintah desa bersama-sama mengidentifikasi kebutuhan

pembangunan, membuat perencanaan, melaksanakan serta mengawasi dan

mengevaluasi pembangunan dalam rangka terwujudnya desa mandiri.

Sehingga dalam konsep desa mandiri, diharapkan pemerintah desa dan

masyarakat dapat melakukan kerjasama yang baik terhadap sistem

pemerintahan secara mandiri. Sebagaimana pendapat dari Sri Edi Swasono

(1998: 26) tentang kemandirian, yaitu kemandirian tidak lain adalah

kewaspadaan yang dicapai melalui otoaktivitas, swakarsa, kreativitas dan

kesadaran menolong diri sendiri, serta menolak ketergantungan. Dalam

pendapat tersebut dapat diartikan bahwa adanya wewenang otonomi desa

diharapkan muncul kemandirian desa serta tidak adanya ketergantungan

sebagai sasaran pembangunan desa mandiri.

Seperti pada Kabupaten Kepulauan Selayar Pengembangan destinasi

pariwisata akan menjadi pondasi dan dasar yang sangat penting bagi

pengelolaan sumber-sumber daya pariwisata. Posisi sektor pariwisata di

Kabupaten Kepulauan Selayar sangat penting sebagai salah satu bisnis inti.

Dengan penetapan pariwisata sebagai salah satu bisnis inti, perhatian

pemerintah khususnya di Dinas Parawisata dan Kebudayaan Kabupaten

Kepulauan Selayar terhadap pengembangan pariwisata akan bertambah besar

dan pembangunan pariwisata menjadi prioritas dalam pembangunan daerah.

Tujuan pengembangan pariwisata Kabupaten Kepulauan Selayar adalah

menjadikan pariwisata sebagai bagian dalam mewujudkan dan mengisi pola

pembangunan pariwisata nasional, dan salah satu kegiatan ekonomi serta


5

sumber pendapatan daerah. Pariwisata di Kabupaten Kepulauan Selayar sudah

menjadi salah satu kegiatan ekonomi daerah, walaupun sebagian besar belum

memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian daerah.

Program desa wisata ini belum berjalan dengan maksimal dalam hal

mewujudkan desa mandiri, hal ini terlihat dari pengelolaan destinasi

pariwisata, infrastruktur pariwisata dan komponen pariwisata, yang belum

memadai bagi wisatawan mancanegara yang berkunjung. Berdasarkan uraian

tersebut maka diperlukan kesadaran masyarakat khusunya pemerintah

setempat yang memiliki andil untuk dilakukan sebuah pengoptimalan suatu

program desa wisata dalam mewujudkan desa mandiri di Kabupaten

Kepulauan Selayar sehingga bisa menjadikannya sebagai potensi untuk

meningkatkan pengembangan dan perekenomian desa dan menjadikannya

objek wisata yang memiliki daya tarik untuk dikunjungi sehingga hal ini juga

akan memberikan pemasukkan untuk peningkatan ekonomi di daerah

kabupaten Kepulauan selayar yang masih kurang maksimal khususnya 5 Desa

Wisata Unggulan di Kabupaten Kepulauan Selayar akan menjadikan pusat

destinasi khususnya di Indonesia dan bahkan manca negara.

Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui strategi

pengembangan program desa wisata dalam mewujudkan desa mandiri di

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kepulauan Selayar.

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan yang telah

dikemukakan, kemudian mendasari penelitian ini untuk focus pada analisis


6

strategi pengembangan program desa wisata dalam mewujudkan desa mandiri

di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kepulauan Selayar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan yang telah

dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

Bagaimanakah strategi pengembangan program desa wisata dalam

mewujudkan desa mandiri di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten

Kepulauan Selayar?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui dan mendapatkan gambaran yang jelas mengenai

strategi pengembangan program desa wisata dalam mewujudkan desa mandiri

di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kepulauan Selayar?

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk setiap yang

bersangkutan dalam penelitian ini baik manfaat secara teoritis maupun praktis.

a. Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan studi dan menjadi salah satu

sumbangsih pemikiran ilmiah dalam melengkapi kajian-kajian yang mengarah,

pada pengembangan Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, khususnya pada bidang

Ilmu Administrasi Negara dan untuk memperkaya dan menambah

pengetahuan tentang strategi pengembangan terkait dengan program desa

wisata dalam mewujudkan desa mandiri.


7

b. Secara praktis

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai

cara pengembagan desa wisata yang ada di Kabupaten Kepulauan

Selayar.

2. Bagi Pembaca

Penelitian ini dapat menjadi promosi pariwisata di Kabupaten

Kepulauan Selayar yang memiliki berbagai objek wisata yang

melimpah untuk dijadikan lokasi wisata unggulan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini,

sebagai berikut:

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Judul Persamaan Perbedaan

1. Pantiyasa STRATEGI a. Teknik a. Metode penelitian

(2013) PENGEMBANGAN pengumpulan menggunakan

POTENSI DESA data sama-sama kualitatif

MENJADI DESA melakukan sedangkan

WISATA DI wawacara dan Pantiyasa

KABUPATEN observasi menggunakan

TABANAN (Studi Kualitatif dan

Kasus Desa Tegal Kuantitatif

Linggah, Penebel, b. Teknik analisis

Tabanan). data interaktif

sedangkan

Pantiyasa

menggunakan

analisis SWOT

8
9

2. Anugerah STRATEGI DINAS a. Metode kualitatif a.

Paradana, PARIWISATA b. Indikator strategi

Muhammadiah, DALAM pengembangan

Hamrun (2021) MENGEMBANGKAN c. Teknik

OBJEK WISATA pengabsahan data

KARST RAMMANG-

RAMMANG DI

KABUPATEN MAROS

3. Soeswoyo POTENSI a. Metode Kualitatif a. Teknik analisis

(2021) PARIWISATA DAN . data interaktif

STRATEGI sedangkan

PENGEMBANGAN Soeswoyo

PARIWISATA YANG menggunakan

BERKELANJUTAN DI analisis SWOT

DESA SUKAJADI,

KABUPATEN BOGOR

B. Teori dan Konsep

1. Strategi pengembangan pariwisata

Menurut Effendy (2007:32) dalam Mamonto, n.d.(2021:2) pada

hakekatnya strategi adalah perencanaan dan manajemen untuk mencapai suatu

tujuan. Dengan melihat beberapa aspek sebagai berikut: 1. Wisatawan


10

(Tourist) 2. Transportasi 3. Objek Wisata 3 4. Fasilitas Pelayanan 5. Informasi

dan Promosi.

Menurut Bryson (2005:69-70) Strategi merupakan pola tujuan,

kebijakan, program, tindakan, keputusan, atau alokasi sumber daya yang

menekankan pada bagaimana organisasi, apa saja yang dikerjakan, dan alasan

organisasi mengerjakannya. Strategi yang efektif harus memenuhi kriteria

seperti harus dapat bekerja, secara politik dapat diterima oleh stakeholder,

sesuai filosofi dan nilai organisasi, memiliki etika, moral, hukum organisasi,

serta harus mampu menghadapi isu strategis yang mesti diselesaikan.

Menurut Usman Chamndani, menerangkan bahwa, kegiatan

pemasaran pariwisata merupakan upaya melakukan identifikasi

keinginan/kebutuhan konsumen jasa pariwisata, penentuan produk yang

ditawarkan, penentuan harga, promosi, dan penelitian pasar.

Menurut Chandler (2011:3) strategi adalah sebagai alat untuk

mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya tujuang jangka Panjang,

program tindak lanjut serta prioritas alokasi sumber daya.

Berdasarkan definisi diatas maka strategi adalah rencana yang menjadi

pedoman dalam mencapai tujuan yang ditetapkan oleh suatu organisasi.

Flippo dalam Marwantho (2021:23) mendefinisikan pengembangan

merupakan suatu proses yang mengupayakan peningkatan kemampuan dan

keterampilan SDM guna menghadapi perubahan lingkungan internal maupun

eksternal melalui pendidikan (peningkatan kemampuan), dan peningkatan

ketrampilan (melalui pelatihan). Sedangkan pengembangan menurut Malayu


11

SP Hasibuan adalah usaha untuk meningkatkan kualitas teknis, teoritis,

konseptual, dan modal karyawan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan/jabatan

melalui pendidikan dan pelatihan.

Berdasarkan definisi diatas maka pengembangan ialah upaya dalam

meningkatkan keahlian/skill seseoarang melalui sebuah pelatihan.

Menurut Gamal Sumantoro (2004:55) dalam Mamonto, n.d.(2021:5)

Strategi pengembangan pariwisata bertujuan untuk mengembangkan produk

dan pelayanan yang berkualitas, seimbangan dan bertahap. Dalam melakukan

sebuah pengembangan pariwisata daerah, peran pemerintah sangat mutlak

dibutuhkan dengan tujuan pengembangan pariwisata tersebut mengarah pada

pembangunan daerah. Menurut Pinata (2005:56), pengembangan pariwisata

adalah kegiatan untuk memajukan suatu tempat atau daerah yang dianggap

perlu ditata sedemikian rupa baik dengan cara memelihara yang sudah

berkembang atau menciptakan yang baru. Sehingga pengembangan pariwisata

merupakan suatu rangkaian upaya untuk mewujudkan keterpaduan dalam

penggunaan berbagai sumber daya pariwisata dan mengintegrasikan segala

bentuk aspek diluar pariwisata yang berkaitan secara langsung akan

kelangsungan pengembangan pariwisata.

Menurut Wahab (2008:54) pengembangan pariwisata merupakan

rangkaian untuk mewujudkan penggunaan berbagai sumber daya pariwisata

yang terpadu, dari berbagai bentuk pariwisata diluar aspek yang berkaitan

secara langsung maupun tidak secara langsung yang terlibat akan

kelangsungan pengembangan pariwisata. Sektor pariwisata merupakan suatu


12

andalan didalam perekonomian nasional, sehingga didalam oprasionalnya

bertumpuh pada beberapa potensi seperti sektor alam, budaya dan sosial

masyarakatnya didalam pengembangannya

Berdasarkan definisi diatas strategi pengembangan pariwisata

merupakan rencana suatu organisasi maupun pemerintah dalam meningkatkan

kinerja SDM yang berkualitas.

2. Indikator strategi pengembangan

Strategi pengembangan terdiri dari empat indikator menurut Chandler

dalam (Paradana et al., 2021:1820) yaitu:

1. Sumber Daya

Merupakan individu atau pelaku industri pariwisata yang secara

langsung ataupun tidak langsung memiliki interaksi atau keterkaitan

dengan seluruh komponen masyarakat.

2. Dana

Dana dibutuhkan untuk memenuhi segala kebutuhan yang mendukung

perkembangan pariwisata, seperti Dana alokasi khusus (DAK) fisik

disektor pariwisata digunakan untuk pembangunan infastruktur sementara

Dana Alokasi Khusus (DAK) nonfisik digunakan untuk pelatihan

masyarakat lokal demi meningkatkan kualitas sumber daya mausia

(SDM).

3. Informasi dan Tekhnologi

Peranan informasi dan teknologisangatlah besar dalam sektor

pariwisata, karena dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi


13

memudahkan para wisatawan untuk mengetahui lebih mudah tentang

tempat-tempat wisata yang ada sekalipun didaerah terpencil sekalipun.

Peran tekhnologi informasi dan komunikasi sangat besar sekali, saat ini

hampir semua orang memiliki sosmed, punya handpone dan gampang

membuka akses informasi.

4. Sarana dan Prasarana

Unsur-unsur yang melengkapi dengan tujuan memudahkan prosesi

kegiatan pariwisata agar dapat berjalan lancar adalah sarana dan prasarana.

Pada objek wisata di desa wisata masih terdapat beberapa sarana dan

prasarana yang masih kurang.

3. Desa Wisata

Dengan adanya pengertian dari wisata dan pariwisata, maka

selanjutnya dapat mendefinisikan tentang desa wisata. Menurut Pariwisata Inti

Rakyat (PIR), yang dimaksud desa wisata adalah suatu kawasan perdesaan

yang menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian

perdesaan baik dari kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya, adat istiadat,

keseharian, memiliki arsitektur bangunan dan struktur tata ruang desa yang

khas, atau kegiatan perekonomian yang unik dan menarik serta mempunyai

potensi untuk dikembangkannya berbagai komponen kepariwisataan (Soetarso

Priasukmana, 2001: 37). Sedangkan menurut Priasukmana dan Mulyadin

(2001: 37), desa wisata merupakan suatu kawasan pedesaan yang menawarkan

keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian pedesaaan baik dari

kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, keseharian, memiliki


14

arsitektur bangunan dan struktur tata ruang desa yang khas, atau kegiatan

perekonomian yang unik dan menarik serta mempunyai potensi untuk

dikembangkanya berbagai komponen kepariwisataan, misalnya atraksi,

akomodasi, makanan-minuman, cindera-mata, dan kebutuhan wisata lainnya.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, desa wisata merupakan

kawasan pedesaan yang memiliki karakteristik tertentu yang menjadi daerah

tujuan wisata. 54 Karakteristik inilah yang menjadi acuan bahwa sebuah desa

wisata harus memiliki tradisi dan budaya yang masih asli. Beberapa faktor

pendukung lainnya adalah dengan adanya ciri khas seperti makanan khas,

sistem sosial serta berbagai potensi wisata yang ada. Namun, sebuah desa

wisata membutuhkan sumberdaya alam dan lingkungan yang menjadi salah

satu faktor penting dari kawasan desa wisata. Menurut Priasukmana dan

Mulyadin (2001: 38), penetapan suatu desa dijadikan sebagai desa wisata

harus memenuhi persyaratan-persyaratan, antara lain sebagai berikut:

1. Aksesibilitasnya baik, sehingga mudah dikunjungi wisatawan

dengan menggunakan berbagai jenis alat transportasi.

2. Memiliki obyek-obyek menarik berupa alam, seni budaya, legenda,

makanan lokal, dan sebagainya untuk dikembangkan sebagai obyek

wisata.

3. Masyarakat dan aparat desanya menerima dan memberikan dukungan

yang tinggi terhadap desa wisata serta para wisatawan yang datang

kedesanya.

4. Keamanan di desa tersebut terjamin.


15

5. Tersedia akomodasi, telekomunikasi, dan tenaga kerja yang memadai.

6. Beriklim sejuk atau dingin.

7. Berhubungan dengan obyek wisata lain yang sudah dikenal oleh

masyarakat luas.

Berdasarkan persyaratan desa wisata diatas, terdapat konsep penting

dalam komponen desa wisata. Sebagaimana menurut Suryo Sakti Hadiwijoyo

(2012: 69), terdapat dua konsep penting dalam komponen desa wisata, yaitu:

1. Akomodasi adalah sebagian dari tempat tinggal para penduduk

setempat dan atau unit-unit yang berkembang atas konsep tempat

tinggal penduduk.

2. Atraksi adalah seluruh kehidupan keseharian penduduk setempat

beserta setting fisik lokasi desa yang memungkinkan berintegrasinya

wisatawan sebagai partisipasi aktif seperti kursus tari, bahasa,

membatik dan lain sebagainya yang lebih spesifik.

Pada hakekatnya, pembangunan desa wisata membutuhkan sebuah

strategi dan pendekatan yang tepat demi kelangsungan terciptanya sebuah

kawasan desa wisata. Sebagaimana strategi dan pendekatan dalam bidang

pariwisata menurut Progam Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)

Mandiri Pariwisata Tahun 2010 oleh Kementerian Kebudayaan dan

Pariwisata Republik Indonesia tentang pembangunan desa wisata. Dalam

konsep pendekatan dan strategi Program PNPM Mandiri Pariwisata

dilaksanakan dengan strategi, sebagai berikut:

1. Pemberdayaan Masyarakat
16

Seluruh proses implementasi kegiatan (tahap persiapan, perencanaan,

pelaksanaan, pengendalian dan pemeliharaan) melibatkan partisipasi

aktif masyarakat berdasarkan kesamaan kepentingan dan kebutuhan.

2. Keberpihakan Kepada yang Miskin

Orientasi kegiatan baik dalam proses maupun pemanfaatan, hasil

ditujukan kepada masyarakat miskin.

3. Desentralisasi

Memberikan ruang yang luas kepada masyarakat untuk mengelola dan

mengembangkan kegiatan pembangunan kepariwisataan di desanya

dengan menggunakan sumber dana dari pemerintah pusat.

4. Partisipatif

Masyarakat terlibat secara aktif dalam kegiatan mulai dari proses

perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pemeliharaan dan pemanfaatan,

dengan memberikan kesempatan secara luas partisipasi aktif dari perempuan.

5. Keadilan dan Kesetaraan Gender

Masyarakat baik laki-laki dan perempuan mempunyai peran dan hak

yang sama dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Pariwisata. PNPM Mandiri

Pariwisata harus menjadi pendorong peningkatan peran dan partisipasi

perempuan dalam bidang kepariwisataan serta menumbuhkembangkan

ekonomi kreatif pendukung bidang kepariwisataan.

6. Keswadayaan

Masyarakat menjadi aktor utama dalam keberhasilan pembangunan,

melalui keterlibatan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan


17

pemeliharaan kegiatan. Keterpaduan Program Pembangunan Program yang

dilaksanakan secara sinergi dengan program pembangunan yang lain.

1. Penguatan Kapasitas Kelembagaan

Meningkatkan kemampuan LKM dan kelompok masyarakat dalam

pengelolaan kelembagaan untuk mewujudkan pembangunan pariwisata

berkelanjutan dan berorientasi pada kesejahteraan masyarakat.

2. Pembangunan Pariwisata yang terintegrasi

Dalam pembangunan pariwisata melibatkan sektor lain yang

terkait.

3. Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan

Dalam setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan

kelestarian dan pengembangan program pada waktu-waktu yang akan

datang. Dengan demikian paska pelaksanaan program, masyarakat dan

instansi terkait masih dapat memanfaatkan, mengembangkan dan

mendayagunakannya untuk kesejahteraan.

4. Desa Mandiri

Konsep desa mandiri sebenarnya adalah bagian dari Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, yaitu bertujuan untuk terciptanya

kemandirian desa ataupun desa mandiri. Pada hakikatnya, tidak ada teori yang

jelas membahas tentang bagaimana definisi desa mandiri. Definisi desa mandiri

hanya bersumber dan berlandaskan pada Undang-Undang tentang Desa. Desa

mandiri dapat diartikan sebagai emansipasi desa bukan tentang desa berdiri

sendiri, namun lebih tepatnya merupakan persamaan hak dan kebebasan dalam
18

kewenangan untuk mengatur pemerintahannya sendiri. Dalam hal ini desa

dapat mengatur dan mengurus pemerintahannya sendiri sesuai dengan adat

istiadat dan sosial budaya yang berkembang di masyarakat setempat, tetap

berpedoman pada undang-undang dan peraturan yang berlaku di Negara

Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Pembangunan desa mandiri mempunyai tujuan utama untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan potensi desa

itu sendiri. Dengan pengembangan potensi desa dapat menciptakan suatu

kemandirian desa yang tidak hanya bergantung pada bantuan pemerintah pusat.

Pada hakekatnya, tujuan dari pembangunan desa mandiri adalah sebagai

berikut:

1. Berkembangnya potensi desa untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat diwilayahnya melalui penciptaan lapangan kerja

2. Meningkatnya kegiatan usaha ekonomi dan budaya berbasis kearifan lokal

di desa.

3. Meningkatnya kemandirian desa dalam melaksanakan

kegiatan pembangunan.

4. Menurunnya disparitas pembangunan wilayah antara desa dengan kota.

(Progam Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri

Perdesaan Tahun 2007).

5. Parawisata

Ismayanti (2010) dalam (Wardana et al., 2020) Pariwisata adalah

kegiatan dinamis yang melibatkan banyak manusia serta menghidupkan


19

berbagai bidang usaha. Pariwisata adalah kegiatan dengan melakukan

perjalanan dalam hal rekreasi. Dijelaskan pula oleh (Murphy, 1985) bahwa

pariwisata merupakan kegiatan yang tujuan utamanya adalah melakukan

perjalanan menuju sebuah tujuan objek wisata maupun industri. Suatu tempat

yang memiliki potensi wisata perlu diadakan pengembangan untuk menjadi

puing penghasil ekonomi Bukan hanya dalam sektor pariwisata sektor lain

yang memiliki potensi pengembangan yang memiliki masa depan untuk

meningkatkan pendapatan daerah perlu adanya strategi untuk dikembangkan

menuju arah yang lebih baik.

Pengertian pariwisata menurut Norval dalam (Paradana et al., 2021)

adalah seluruh kegiatan yang berhubungan dengan masuk, tinggal, dan

pergerakan penduduk asing di dalam atau di luar suatu negara, kota, atau

wilayah tertentu. Menurut definisi yang lebih luas yang dikemukakan oleh

pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain bersifat

sementara, dilakukan perorangan atau kelompok, sebagai usaha mencari

keseimbangan dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi

social, budaya, alam, dan ilmu.

Yudi (2017) dalam (Syafitri & Adnan, 2021) menyatakan Pariwisata

yaitu suatu aktivitas perubahan tempat tinggal sementara dari seseorang, di luar

tempat tinggal sehari-hari dengan suatu alasan apa pun selain melakukan

kegiatan yang bisa menghasilkan upah atau gaji. Menurut Tebay, (2019) bahwa

pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu,

yang di selenggarakan dari suatu tempat ke tempat yang lain, dengan maksud
20

bukan untuk berusaha (business) atau mencari nafkah di tempat yang

dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna

pertamasyaan dan rekreasi atau memenuhi keinginan yang beraneka ragam.

Menurut (Listyorini et al., 2022) bahwa wisata yang mengedepankan

alam, budaya, serta sesuatu yang unik dari suatu daerah tertentu sangat

diminati. Pada perkembangan zaman saat ini, ruang lingkup pariwisata adalah

aktivitas yang memiliki andil yang begitu kiat dalam membantu ekspansi

ekonomi regional. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (2011)

menjelaskan bahwa Desa wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi,

akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur

kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku.

Lebih lanjut, Fatmawati et al. (2017) mendefinisikan desa wisata merupakan

sebuah desa yang hidup mandiri dengan potensi yang dimilikinya dan dapat

menjual berbagai atraksi-atraksinya sebagai daya tarik wisata tanpa melibatkan

Investor.Kementerian Pariwisata (2011) menjelaskan bahwa kriteria dalam

menentukan desa yang akan dijadikan desa wisata adalah memiliki potensi

wisata yang dapat dimanfaatkan sebagai atraksi wisata, memiliki aksesibilitas,

dan sudah memiliki aktivitas wisata atau berada dekat dengan aktivitas wisata

yang sudah ada dan terkenal. Berikut penjelasan terkait kriteria desa wisata.

a. Keberadaan/kedekatan dengan objek wisata yang sudah ada

Sastrayuda (2010) menjelaskan lebih lanjut bahwa desa wisata akan lebih

baik jika sudah memiliki aktivitas wisata atau berada dekat dengan objek
21

wisata. Hal tersebut akan mendukung kemudahan dalam melakukan

pengembangan desa menjadi desa wisata.

b. Memiliki potensi wisata

Potensi desa yang dapat dijadikan sebagai objek wisata adalah potensi

sumberdaya alam, budaya, dan pertanian.

1. Potensi sumberdaya alam

Sumberdaya alam adalah daya tarik keseluruhan atau sebagian

bentang alam berupa gunung, laut, sungai, dan sebagainya yang

merupakan anugerah dari tuhan (Muntasib et al. 2014). Peraturan

Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (2011) menjelaskan bahwa sebagian

besar potensi sumberdaya alam yang ada di Indonesia terletak di wilayah

pedesaan. Teguh dan Avenzora (2013) menjelaskan lebih lanjut bahwa

pemanfaatan potensi alam dalam pengembangan desa wisata dapat

membantu dalam upaya melestarikan dan menjaga keaslian serta

keindahan alam yang dimiliki desa.

2. Potensi budaya

Kebudayaan tidak lepas dari kehidupan masyarakat, umumnya

pada masyarakat pedesaan (Sastrayuda 2010). Kebudayaan dapat berupa

sistem kehidupan masyarakat desa, kesenian tradisional, makanan khas,

dan sebagainya yang terbentuk akibat dari perilaku kehidupan

masyarakat yang sudah turun temurun.


22

3. Potensi pertanian

Masyarakat di wilayah pedesaan umumnya memiliki mata

pencaharian disektor pertanian, hal ini menggambarkan bahwa lahan di

wilayah pedesaan pada umumnya dimanfaatkan untuk sektor pertanian

(Teguh dan Avenzora 2013).

c. Keterbukaan masyarakat desa

Masyarakat merupakan unsur yang sangat penting dalam pengembangan

desa wisata. Masyarakat memiliki peran dalam menjaga dan melestarikan

keunggulan dari produk wisata pedesaan. Keterbukaan masyarakat berkaitan

dengan keinginan masyarakat dalam menerima desanya dijadikan desa wisata

dan kesiapan berperan dalam desa wisata (Sastrayuda 2010).

d. Aksesibilitas

Lokasi desa yang strategis akan mempermudah akses wisatawan menuju

ke desa wisata. Aksesibilitas berkaitan dengan kondisi jalan menuju desa dan

kemudahan dalam menentukan transportasi yang akan digunakan (Yoeti 1991

dalam Atmoko 2014). Terdapat kriteria yang digunakan selain yang telah

disebutkan yaitu keberadaan tokoh masyarakat. Tokoh masyarakat yang

dimaksud adalah sosok atau seseorang yang dapat menjadi trigger untuk

pengembangan desanya menjadi desa wisata Yoeti (1981) dalam Yusfida

(2013) menjelaskan bahwa suatu objek pariwisata harus memenuhi tiga kriteria

agar objek tersebut diminati pengunjung, yaitu.

1. Something to see adalah objek wisata harus mempunyai sesuatu yang

bisa dilihat atau dijadikan tontonan oleh pengunjung wisata. Objek wisata
23

harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu menarik minat dari

wisatawan untuk berkunjung.

2. Something to do adalah agar wisatawan yang melakukan pariwisata

bisa melakukan sesuatu yang berguna untuk memberikan perasaan senang,

bahagia, dan sebagainya. Hal tersebut berupa fasilitas rekreasi seperti

arena bermain atau tempat makan.

3. Something to buy adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja. Pada

umumnya adalah ciri khas daerah yang dapat dijadikan sebagai oleh-oleh.

Raharjana (2010) menjelaskan bahwa pengembangan desa wisata

dilakukan dengan menerapkan pendekatan community based tourism.

Pendekatan tersebut melibat masyarakat sebagai pelaku utama dalam desa

wisata, sedangkan keterlibatan pemerintah dan swasta sebatas memfasilitasi

masyarakat Raharjana (2010) menjelaskan lebih lanjut pengembangan desa

wisata dapat dilakukan dengan pendekatan pada tiga sisi pengembangan yaitu

pada kelembagaan desa wisata, objek dan daya tarik wisata, dan sarana dan

prasarana wisata.

Wisata harus memiliki berbagai fasilitas kebutuhan yang diperlukan oleh

wisatawan agar kunjungan seorang wisatawan dapat terpenuhi dan merasa

nyaman. Berbagai kebutuhan wisatawan tersebut antara lain, fasilitas

transportasi, akomodasi, biro perjalanan, atraksi (kebudayaan, rekreasi dan

hiburan), pelayanan makanan, dan barang-barang cinderamata (I Gede Pitana,

2005: 101). Destinasi Pariwisata dikembangkan atas dasar potensi daya tarik

wisata yang dikembangkan secara sinergis dengan pengembangan fasilitas


24

wisata, fasilitas umum, aksesibilitas/sarana prasarana serta pemberdayaan

masyarakat dalam kesisteman yang utuh dan berkelanjutan. Berdasarkan

Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2015

tentang Rencana Strategis Kementerian Pariwisata Tahun 2015-2019 dalam

konteks Pengembangan Destinasi Pariwisata terdapat sejumlah potensi

sekaligus sebagai kekuatan Indonesia untuk dapat berkembang sebagai

destinasi pariwisata yang berdaya saing dan berkelanjutan. Potensi tersebut

antara lain adalah: (1) kekayaan dan keragaman sumber daya pariwisata

nasional, (2) pertumbuhan pembangunan infrastruktur dan konektifitas antar

wilayah dan destinasi, (3) kesiapan dan pertumbuhan investasi fasilitas 53

penunjang wisata di berbagai daerah, (4) atensi dan kesadaran masyarakat

dalam pengembangan pariwisata.

C. Kerangka Berpikir

Penelitian ini dilakukan di kantor Dinas Parawisata dan Kebudayaan

Kabupaten Kepulauan Selayar untuk mengetahui Strategi Pengembangan

Program Desa Wisata Dalam Mewujudkan Desa Mandiri dimana program desa

wisata ini belum berjalan dengan maksimal dalam hal mewujudkan desa

mandiri, hal ini terlihat dari komponen-komponen pariwisata, yang belum

memadai bagi wisatawan mancanegara yang berkunjung.

Adapun Penelitian tentang Strategi Pengembangan Program Desa

Wisata Dalam Mewujudkan Desa Mandiri akan dianalisis berdasarkan

indikator strategi pengembangan yang dikemukakan oleh Chandler (2006) :


25

1. Sumber Daya Manusia (SDM)

2. Dana

3. Informasi dan teknologi

4. Sarana dan Prasarana

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, peneliti menguraikan

kerangkan pikir penelitian yang terlihat pada gambar bagan berikut ini :

Gambar 2.1

Kerangka Pikir

Strategi Pengembangan

1. Sumber daya manusia (SDM)


2. Dana
3. Informasi dan teknologi
4. Sarana dan Prasarana

Program Desa Wisata dalam


Mewujudkan Desa Mandiri

D. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah strategi pengembangan program desa

wisata dalam mewujudkan desa mandiri di Dinas Pariwisata dan Kebudyaan

Kabupaten Kepulauan Selayar.

E. Deskripsi Fokus Penelitian

Strategi pengembangan adalah suatu usaha yang menyeluruh dengan

memerlukan bantuan dari pimpinan atas apa yang direncanakan agar dapat
26

meningkatkan efisiensi dalam menerapkan wawasan yang berasal dari ilmu

perilaku. Strategi pengembangan adalah proses yang meningkatkan efisiensi

keorganisasian dengan integritas kemauan perseorangan akan perkembangan

dan pertumbuhan dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi.

Proses ini merupakan usaha pelaksanaan untuk perubahan secara terencana

yang meliputi system total sepanjang periode yang ditentukan dan berkaitan

dengan visi misi suatu organisasi.

Adapun sub-sub fokus dari penelitian strategi pengembangan program

desa wisata dalam mewujudkan desa mandiri di Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Kabupaten Kepulauan Selayar adalah:

1. Sumber daya manusia (SDM)

Merupakan individu atau pelaku industri pariwisata yang secara

langsung maupun tidak langsung memiliki interaksi dengan keterkaitan

seluruh komponen pariwisata.

2. Dana

Dana dibutuhkan untuk memenuhi segala kebutuhan yang

mendukung perkembangan pariwisata, seperti Dana alokasi khusus (DAK)

fisik disektor pariwisata digunakan untuk pembangunan infastruktur

sementara Dana Alokasi Khusus (DAK) nonfisik digunakan untuk

pelatihan masyarakat lokal demi meningkatkan kualitas sumber daya

mausia (SDM).

3. Informasi dan teknologi


27

Peranan informasi dan teknologi sangatlah besar dalam sektor

pariwisata, karena dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi

memudahkan para wisatawan untuk mengetahui lebih mudah tentang

tempat-tempat wisata yang ada sekalipun didaerah terpencil sekalipun.

Peran tekhnologi informasi dan komunikasi sangat besar sekali, saat ini

hampir semua orang memiliki sosmed, punya handpone dan gampang

membuka akses informasi.

4. Sarana dan prasarana

Unsur-unsur yang melengkapi dengan tujuan memudahkan prosesi

kegiatan pariwisata agar dapat berjalan lancar adalah sarana dan prasarana.

Pada objek wisata di desa wisata masih terdapat beberapa sarana dan

prasarana yang masih kurang.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi

Waktu penelitian yang dibutuhkan pada penelitian ini kurang lebih

selama 2 (dua) bulan. Lokasi penelitian berada di Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Kabupaten Kepulauan Selayar karena peneliti melihat upaya

pengembangan suatu program desa wisata dapat dinilai dari suatu instansi dan

kondisi lapangan.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

Jenis Penelitian Menurut Bogdan dan Taylor (Baswori dan Suwandi,

2009). mengemukakan kualitatif adalah cara penelitian untuk mendapatkan

data dari hasil catatan di lapangan, wawancara, observasi dan beberapa

dokumen penting yang dibutuhkan. Peneliti ingin menggambarkan suatu

konteks, untuk melakukan studi berdasarkan metode tersebut.

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif dengan alasan

karena penelitian yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis

studi kasus dan jurnal terkait.

C. Informan Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan informan dalam

memperoleh data yang dibutuhkan. Pemilihan informan ini melalui

pertimbangan bahwa orang yang dipilih akan memberikan informasi yang

jelas sesuai dengan tujuan dan permasalahan yang diteliti. Adapun informan

dalam penelitian ini yaitu:

28
29

1. Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

2. Kepala Bidang Pemasaran

3. Kepala Bidang Destinasi

4. Kepala Seksi SDM dan Ekraf

5. Komunitas penggiat wisata

Tabel 3.1

Informan Penelitian

No. Nama Jabatan

Kepala Dinas Pariwisata dan


1. Drs. Hizbullah Kamaruddin
Kebudayaan

2. Sri Nurnaningsih Y, S.S, M.M Kepala bidang pemasaran pariwisata

3. Dian Trisnawati Kepala bidang destinasi pariwisataa

Kepala seksi SDM dan Ekraf


4. Arini Handayani, S.s
Pariwisata

5. Kasriadi Ketua pokdarwis pegiat wisata

6. Susianti Bendahara BUMDes Patilereng

7. Ingka Christy Sekretaris BUMDes Bontomarannu


30

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian iini, menggunakan:

1. Wawancara

Wawancarai merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara melakukan tanya jawab antara informan dan

peneliti. Peneliti mengajukan pertanyaan yang bersifat terbuka kepada

informan mengenai segala hal yang berhubungan dengan program desa

wisata. Peneliti tidak membatasi jawaban yang diberikan oleh informan

sehingga informasi yang didapatkan lengkap dan mendalam. Setiap

jawaban yang diberikan informan akan direkam atau dicatat agar data

yang didapatkan benar-benar bisa dipertanggung jawabkan.

2. Studi dokumentasi

Dilakukan guna mendapatkan data sekunder dengan cara melakukan

kajian terhadap data-data dokumen pribadi dan dokumen resmi, baik

visual maupun berupa tulisan yang berkaitan dengan masalah penelitian

berupa Strategi Pengembangan Program Desa Wisata dalam

Mewujudkan Desa Mandiri di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Kabupaten Kepulauan Selayar.

3. Observasi

Melakukan pengamatan langsung di lokasi penelitian secara berulang

terhadap suatu objek pengamatan pada tempat yang sama ataupun

berbeda. Observasi difokuskan pada pengamatan langsung terhadap

program desa wisata dalam membangun desa mandiri.


31

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik analisis data interaktif dari Miles dan Huberman (1992: 20), yaitu: (1)

Reduksi data (data reduction), dengan merangkum, memilih hal-hal yang

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan pola dari

data; (2) Penyajian data (data display), menyajikan data yang dilakukan dalam

bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sebagainya; dan (3)

Penarikan kesimpulan (conclusions), dengan mendeskripsikan/

menggambarkan (drawing) atau meverifikasi (verifying) data yang akan

diinterpretasi dalam narasi kualitatif untuk kemudian melakukan penarikan

kesimpulan terhadap makna-makna yang muncul dari data tersebut.

F. Teknik Pengabsahan Data

Validasi data merupakan hal yang menjadi hasil akhir dari sebuah

penelitian, dengan pengabsahan data, untuk menguji kredibilitas maka

penelitian ini melakukan pengecekan dengan triangulasi pengumpulan data.

Adapun ketiga bentuk validasi data yaitu sebagai berikut:

1. Triangulasi Sumber, untuk menguji kredibilitas data, perlu melakukan

pengecekan seberapa spesifik kebenaran yang diperoleh, maka dari itu

diperlukan tiga sumber pengumpulan data utama, untuk kemudian

disimpulkan dengan melakukan member check, orang-orang yang menjadi

narasumber adalah atasan, dan rekan kerja yang terlibat.

2. Triangulasi Teknik, pengujian kredibikitas dengan melakukan pengecekan

melalui data observasi wawancara dokumentasi. Apabila terdapat


32

perbedaan dari ketiga teknik ini maka akan dilakukan diskusi untuk

memperoleh kesepakatan terkait data mana yang akan diterima dan

dianggap benar.

3. Triangulasi Waktu, melakukan pengujian data dengan menetapkan waktu

yang tepat untuk mengumpulkan data. Jika dengan perbedaan waktu

mempengaruhi tiap jawaban dari responden, maka akan dilakukan

pengecekan secara berulang-ulang sampai menemukan kepastian yang

diperoleh.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Gambaran Umum Kabupaten Kepulauan Selayar

a. Asal Mula Nama Selayar

Hingga saat ini belum ada kesepakatan tentang arti nama selayar,

baik dari segi etimologi maupun maknanya. Ada yang berpendapat

bahwa selayar berasal dari kata “salah layar”, yang berarti suatu

perjalanan laut atau pelayaran yang gagal mencapai tujuan

pelayarannya. Konon nama tersebut diberikan oleh Sultan Ternate

yang kebetulan melakukan perjalanan pada waktu itu. Versi lain yang

didasarkan pada pendekatan bahasa menyatakan bahwa selayar berasal

dari kata “satu layar”. Penamaan ini diperkirakan berasal dari bahasa

melayu. Selain kedua penamaan diatas, selayar juga mendapatkan

julukan “tanah doang”, yang berarti tanah tempat berdoa.

Hal ini cukup rasional karena sebagian masyarakat tradisional

selayar sering menggunakan mantra pengobatan yang didalamnya

terdapat kalimat “barakka doang, barakka la ilaha illallah”. Selain itu,

julukan “tanah doang” didasarkan pada cerita rakyat turun temurun,

terkait dengan bentuk pulau Selayar yang menyerupai udang. Cerita

rakyat tersebut dimulai ketika jaman penjajahan, pada saat pulau ini

akan dibom, akan tetapi rencana pengeboman itu diurungkan karena

33
34

yang tampak dari pulau ini 55 bukan perkampungan atau pemukiman

akan tetapi yang nampak adalah udang.

Pulau Selayar secara administratif merupakan salah satu kabupaten

di Provinsi Sulawesi Selatan yang telah merayakan hari jadinya yang

ke-415 pada tanggal 29 November 2020 tahun lalu. Dalam usia

tersebut, Selayar telah menempuh perjalanan sejarah yang Panjang dan

penuh dengan makna budaya yang dapat direfleksikan pada konteks

kekinian, sehingga menciptakan pembangunan berkelanjutan yang

tetap berdasarkan pada khazanah budaya, kearifan, dan pengetahuan

local Selayar. Bukti otentik mengenai panjangnya rentang waktu

sejarah yang telah dilewati Selayar, tersaji dalam keragaman tinggalan

arkeologi atau tinggalan purbakala yang tersebar di seluruh wilayah

Selayar, mulai dari tingalan masa prasejarah, islam, dan kolonial.

Bahkan dalam beberapa sumber sejarah, seperti sumber dari portugis

disebutkan bahwa ketika orang portugis mengunjungi pelabuhan siang

mereka mendapatkan penjelasan bahwa pedagang-pedagang melayu

muslim dari Patani, Pahang, dan Ujung Tanah telah tinggal di Selayar

sejak 1480.

Keseluruhan benda hasil kebudayaan masalalu termasuk tinggalan

purbakala di Pulau Selayar menurut Undang-Undang RI Nomor 5

Tahun 1992 disebut sebagai benda cagar budaya yang merupakan

warisan budaya yang perlu dilestarikan bersama sebagai kekayaan

budaya bangsa.
35

b. Letak Geografis

Kabupaten Kepulauan Selayar (dahulu Kabupaten Selayar,

perubahan nama berdasarkan PP. No. 59 Tahun 2008) adalah sebuah

kabupaten yang terletak di Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu

kota Kabupaten Kepulauan Selayar adalah Kota Benteng. Kabupaten

ini memiliki luas sebesar 10.503,68 km² (wilayah daratan dan lautan)

dan dengan jumlah penduduk sebesar 123.283 jiwa.

Kabupaten Kepulauan Selayar terdiri dari 2 sub area wilayah

pemerintahan yaitu wilayah daratan yang meliputi Kecamatan

Benteng, Bontoharu, Bontomanai, Buki, Bontomatene, dan

Bontosikuyu. Serta wilayah kepulauan yang meliputi Kecamatan

Pasimasunggu, Pasimasunggu Timur, Takabonerate, Pasimarannu, dan

Pasilambena.

Kabupaten Kepulauan Selayar adalah salah satu daerah dalam

wilayah Provinsi Sulawesi Selatan yang berfungsi sebagai pintu bagian

selatan Sulawesi Selatan dengan karakteristik daerah berupa gugus

kepulauan yang wilayah administratifnya terdiri atas 11 kecamatan.

Dimana 6 kecamatan daratan dan 5 kecamatan kepulauan. Untuk saat

ini tercatat sebanyak 81 desa dan 7 kelurahan. Dimana 50 desa yang

berada di kecamatan daratan dan 31 desa berada di kecamatan

kepulauan. 52 desa diantaranya terletak di wilayah pesisir dan pulau-

pulau kecil.
36

Kabupaten Kepulauan Selayar terletak antara 5° 24" - 7° 35" LS

dan 120° 15" - 122° 30" BT dengan titik koordinat 6° 5' 48°, 7" LU

120° 30 16°, 86" BT koordinat 6° 5' 48°, 7" LU 120° 30" 16°, 86" BT.

Luas wilayah 10.503,69 km (wilayah darat 1.357,03 km dan wilayah

laut 9.146,66 km), dengan 57 batas-batas wilayah sebelah utara

perairan Kabupaten Bulukumba, sebelah timur perairan Teluk Bone,

sebelah selatan Laut Flores, sebelah barat perairan Selat Makassar.

Dibagian pantai barat Pulau Selayar banyak ditumbuhi pohon kelapa.

Gambar 4.1
Peta Kabupaten Kepulauan Selayar

Sumber: website pariwisata.kepulauanselayarkab.go.id

Hampir seluruh wilayah pesisir pantai barat Pulau Selayar,

memiliki pesisir berwarna putih dengan air laut yang jernih, pantai

barat Selayar juga menjadi lokasi perkampungan penduduk termasuk


37

Kota Benteng sendiri. Penduduk Pulau Selayar, mayoritas merupakan

Suku Makassar meskipun bahasa sehari-hari yang digunakan bukanlah

bahasa Makassar melainkan bahasa Selayar dengan beberapa kata

memiliki perbedaan dengan bahasa Makassar. Dan agama yang paling

banyak dianut adalah agama islam.

c. Letak Demografi

Pada tahun 2018 jumlah penduduk Kabupaten Kepulauan Selayar

tercatat sebanyak 103.473 jiwa. Dalam 3 tahun kemudian (tahun 2021)

jumlah penduduk tersebut telah mengalami pertambahan sebanyak

6.506 jiwa. Dengan dasar tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata

pertambahan penduduk di Kabupaten Kepulauan Selayar masih

sebesar 1,95% setiap tahunnya. Penduduk Kabupaten Kepulauan

Selayar menurut data BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 2015

berjumlah sebanyak 121.749 jiwa terdiri dari 57.685 jiwa laki-laki dan

64.064 jiwa perempuan. Data tentang komposisi penduduk

berdasarkan jenis kelamin tersebut menunjukkan bahwa secara umum,

jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari jumlah penduduk laki-

laki dengan rasio jenis kelamin (sex ratio) sebesar 90,04 (setiap 100

perempuan terdapat 90 laki-laki). Komposisi penduduk Kepulauan

Selayar menurut kelompok umur terdiri dari:

Penduduk usia 0-14 tahun sebanyak 36.093 jiwa

Penduduk usia 15-64 tahun sebanyak 77.486 jiwa

Penduduk usia 65 tahun keatas sebanyak 8.170 jiwa


38

Menurut hasil survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS)

2018 jumlah Angkatan kerja di Kabupaten Kepulauan Selayar pada

tahun 2018 sebesar 54.996 orang, yaitu yang bekerja sebanyak 49.478

orang dan jumlah pengangguran sebanyak 5.518 orang. Jumlah bukan

angkatan kerja sebanyak 32.651 orang dengan rincian 6.503 orang

sekolah, 22.162 orang mengurus rumah tangga dan lainnya sebanyak

3.986 orang. 59 Penyebaran penduduk berdasarkan wilayah kecamatan

pada tahun 2018 sebagai berikut:

Tabel 4.1

Keadaan Jumlah Penduduk Menurut Pembagian Wilayah Kecamatan

di Kabupaten Kepulauan Selayar

No. Kecamatan Jumlah Penduduk

1. Benteng 18.860 jiwa

2. Bontoharu 11.801 jiwa

3. Bontomanai 13.642 jiwa

4. Bontomatene 13.818 jiwa

5. Bontosikuyu 14.450 jiwa

6. Buki 6.778 jiwa

7. Pasilambena 7.802 jiwa

8. Pasimarannu 8.923 jiwa

9. Pasimasunggu 7.008 jiwa

10. Pasimasunggu Timur 6.524 jiwa

11. Takabonerate 12.143 jiwa


Sumber: (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kepulauan Selayar, Januari (2019)
39

d. Visi dan Misi Kabupaten Kepulauan Selayar

1. Visi Kabupaten Kepulauan Selayar

Kepulauan Selayar sebagai bandar maritim kawasan timur

Indonesia

2. Misi Kabupaten Kepulauan Selayar

a) Mengembangkan tata kelola pemerintahan yang akuntabel

dan transparan.

b) Meningkatkan kualitas pembangunan pedesaan.

c) Meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

d) Mengembangkan pengelolaan potensi kelautan.

e) Meningkatkan pembinaan kehidupan sosial dan keagamaan.

f) Meningkatkan pengelolaan lingkungan hidup.

e. Tiga Pilar Pembangunan Kabupaten Kepulauan Selayar yaitu

sebagai berikut:

1. Pembangunan Pusat Distribusi Logistik (PDL)

2. Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

3. Pembangunan Kawasan Industri Perikanan Terpadu (KIPT)

2. Profil Kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kepulauan

Selayar

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kepulauan Selayar

merupakan unsur pelaksana urusan pemerintahan bidang kebudayaan

dan bidang kepariwisataan yang menjadi kewenangan daerah. Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan sebagaimana dipimpin oleh Kepala Dinas


40

yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati

melalui Sekretaris Daerah. Selain itu, Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan juga berkewajiban untuk:

a. Menyediakan informasi kepariwisataan, perlindungan hukum, serta

keamanan dan keselamatan kepada wisatawan.

b. Menciptakan iklim yang kondusif untuk perkembangan usaha

pariwisata yang meliputi terbukanya kesempatan yang sama dalam

berusaha, memberikan fasilitas, dan memberikan kepastian hukum.

c. Memelihara, mengembangkan, dan melestarikan aset nasional yang

menjadi daya Tarik wisata dan aset potensial yang belum tergali.

d. Mengawasi dan mengendalikan kegiatan kepariwisataan dalam

rangka mencegah dan menanggulangi berbagai dampak negative

bagi masyarakat luas.

Berdasarkan tugas pokok dan fungsi dari Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan, ditetapkan sebagai berikut:

a. Tugas pokok, membantu Bupati dalam menyelenggarakan kegiatan

di bidang pariwisata dan kebudayaan.

b. Fungsi, perumusan kebijakan teknis dibidang Pariwisata dan

Kebudayaan; Perencanaan di bidang pariwisata dan kebudayaan;

Pemberian izin dan pelayanan umum dibidang pariwisata dan

kebudayaan; Pengendalian dan pengamanan teknis operasional

dibidang pariwisata dan kebudayaan; Pelaksanaan tugas lain yang

diberikan pimpinan.
41

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan juga memiliki wewenang dalam

mengeluarkan izin terkait bidang kebudayaan seperti kegiatan

kebudayaan, alih fungsi bangunan bersejarah, dan lainnya.

Sesuai tugas pokok dan fungsi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan,

maka dibentuklah organisasi Dinas sebagai berikut:

a. Kepala Dinas.

b. Sekretariat, terdiri dari: Subbagian Program; Subbagian Umum,

Kepegawaian, dan Hukum; dan Subbagian Keuangan.

c. Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata, terdiri dari: Seksi Promosi

Pariwisata; Seksi Peningkatan Kerjasama dan Kemitraan

Pariwisata; dan Seksi Penyediaan Data dan Penyebaran Informasi

Pariwisata.

d. Kepala Bidang Destinasi Pariwisata, terdiri dari: Seksi Pengelolaan

Daya Tarik dan Kawasan Strategis Pariwisata; Seksi Pengelolaan

Destinasi Pariwisata; dan Seksi Industri Pariwisata.

e. Bidang Sumber Daya Manusia dan Ekonomi Kreatif, terdiri dari:

Seksi Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Pelaku Ekonomi

Kreatif; Seksi Pengembangan Ekosistem dan Penyediaan

Infrastruktur; dan Seksi Layanan Hak Kekayaan Intelektual dan

Kerjasama Antar Lembaga.

f. Bidang Kebudayaan, terdiri dari: Seksi Pengembangan

Kebudayaan dan Pembinaan Kesenian Tradisional; Seksi


42

Pelestarian Cagar Budaya dan Pengelolaan Museum; dan Seksi

Pembinaan Sejarah dan Lembaga Adat.

g. Jabatan Fungsional.

h. Unit Pelaksana Teknis Dinas.

Berikut Struktur Organisasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Kabupaten Kepulauan Selayar.

Gambar 4.2

Struktur Organisasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten

Kepulauan Selayar Tahun 2022


43

Sumber: (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kepulauan Selayar, 2022)

Berikut uraian tugas dan fungsi berdasarkan struktur organisasi

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kepulauan Selayar:

1. Kepala Dinas

a. Kepala Dinas mempunyai tugas membantu Bupati dalam

menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang pariwisata

dan kebudayaan yang menjadi kewenangan daerah dan

tugas pembantuan yang ditugaskan kepada Pemerintah

Daerah.

b. Kepala Dinas mempunyai fungsi sebagai perumus

kebijakan urusan pemerintahan bidang pariwisata dan

kebudayaan; Pelaksana kebijakan urusan pemerintahan

bidang pariwisata dan kebudayaan; Pelaksana evaluasi dan

pelaporan urusan pemerintahan bidang pariwisata dan

kebudayaan; Pelaksana administrasi Dinas; dan pelaksana

fungsi lain yang diberikan oleh Bupati terkait tugas dan

fungsinya.

2. Sekretariat

a. Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris yang mempunyai tugas

membantu Kepala Dinas dalam mengoordinasikan

kegiatan, memberikan pelayanan teknis dan administrasi

penyusunan program, umum, kepegawaian dan keuangan

dalam lingkungan Dinas.


44

b. Untuk melaksanakan fungsi pengoordinasian pelaksanaan

tugas dalam lingkungan Dinas; Pengoordinasian

penyusunan program, pelaporan, dan hukum;

Pengoordinasian urusan umum dan kepegawaian;

Pengoordinasian pengelolaan administrasi keuangan; dan

Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan pimpinan sesuai

bidang tugasnya.

1) Sub bagian Program. Subbagian Program dipimpin oleh

Kepala Subbagian yang mempunyai tugas membantu

Sekretaris melaksanakan urusan penyusunan program

dan anggaran, pengelolaan data informasi, pelaksanaan

monitoring dan evaluasi, serta penyusunan laporan

kinerja.

2) Sub bagian Umum, Kepegawaian, dan Hukum.

Subbagian Umum, Kepegawaian, dan Hukum dipimpin

oleh Kepala Subbagian yang mempunyai tugas

membantu Sekretaris dalam mengumpulkan bahan dan

melakukan urusan ketatausahaan, administrasi

pengadaan, pemeliharaan dan penghapusan barang,

urusan rumah tangga serta mengelola admnistrasi

kepegawaian dan perundang-undangan.

3) Subbagian Keuangan. Subbagian Keuangan dipimpin

oleh Kepala Subbagian yang mempunyai tugas


45

membantu Sekretaris dalam mengumpulkan bahan dan

melakukan pengelolaan administrasi dan pelaporan

keuangan.

3. Bidang Pemasaran Pariwisata

a. Bidang Pemasaran Pariwisata dipimpin oleh Kepala Bidang

yang mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam

mengoordinasikan, merumuskan, dan melaksanakan

kebijakan teknis dibidang pemasaran pariwisata.

b. Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata memiliki fungsi

untuk merumuskan kebijakan teknis bidang pemasaran

pariwisata; Pelaksanaan kebijakan teknis bidang pemasaran

pariwisata; Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan dibidang

pemasaran pariwisata; Pelaksanaan administrasi dibidang

pemasaran pariwisata; dan Pelaksanaan fungsi lain yang

diberikan pimpinan dengan bidang tugasnya.

1) Seksi Promosi Pariwisata. Seksi Promosi Pariwisata

dipimpin oleh Kepala Seksi yang mempunyai tugas

membantu Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata dalam

melakukan penyiapan bahan perumusan dan

pelaksanaan kebijakan teknis dibidang promosi

pariwisata.

2) Seksi Peningkatan Kerjasama dan Kemitraan

Pariwisata. Seksi Peningkatan Kerjasama dan


46

Kemitraan Pariwisata dipimpin oleh Kepala Seksi yang

mempunyai tugas membantu Kepala Bidang dalam

melakukan penyiapan bahan perumusan dan

pelaksanaan kebijakan teknis di bidang peningkatan

kerjasama dan kemitraan pariwisata.

3) Seksi Penyediaan Data dan Penyebaran Informasi

Pariwisata. Seksi Penyediaan Data dan Penyebaran

Informasi Pariwisata dipimpin oleh Kepala Seksi yang

mempunyai tugas membantu Kepala Bidang Pemasaran

Pariwisata dalam melakukan penyiapan bahan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis dibidang

penyediaan data dan penyebaran informasi pariwisata.

4. Bidang Destinasi Pariwisata

a. Bidang Destinasi Pariwisata dipimpin oleh Kepala Bidang

yang mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam

megoordinasikan, merumuskan, dan melaksanakan

kebijakan teknis dibidang destinasi pariwisata.

b. Kepala Bidang Destinasi Pariwisata memiliki fungsi

merumuskan kebijakan terknis bidang destinasi pariwisata;

Pelaksanaan kebijakan teknis bidang destinasi pariwisata;

Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan dibidang destinasi

pariwisata; Pelaksanaan administrasi dibidang destinasi


47

pariwisata; dan Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan

pimpinan sesuai dengan bidang tugasnya.

1) Seksi Pengelolaan Daya Tarik dan Kawasan Strategis

Pariwisata. Seksi Pengelolaan Daya Tarik dan Kawasan

Strategis Pariwisata dipimpin oleh Kepala Seksi yang

mempunyai tugas membantu Kepala Bidang dalam

melakukan penyiapan bahan perumusan dan

pelaksanaan kebijakan teknis dibidang pengelolaan

daya tarik dan Kawasan stategis pariwisata.

2) Seksi Pengelolaan Destinasi Pariwisata. Seksi

Pengelolaan Destinasi Pariwisata dipimpin oleh Kepala

Seksi yang mempunyai tugas membantu Kepala Bidang

dalam menyiapkan bahan perumusan dan pelaksanaan

kebijakan teknis dibidang pengelolaan destinasi

pariwisata.

3) Seksi Industri Pariwisata. Seksi Industri Pariwisata

dipimpin oleh Kepala Seksi yang memiliki tugas

membantu Kepala Bidang dalam melakukan penyiapan

bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis

dibidang usaha dan industri pariwisata.

5. Bidang Sumber Daya Manusia dan Ekonomi Kreatif

a. Bidang SDM dan Ekonomi Kreatif dipimpin oleh Kepala

Bidang yang mempunyai tugas untuk membantu Kepala


48

Dinas dalam mengoordinasikan, merumuskan, dan

melaksanakan kebijakan teknis dibidang sumber daya

manusia dan ekonomi kreatif.

b. Kepala Bidang SDM dan Ekonomi Kreatif melaksanakan

fungsi perumusan kebijakan teknis bidang sumber daya

manusia dan ekonomi kreatif; Pelaksanaan kebijakan teknis

bidang sumber daya manusia dan ekonomi kreatif;

Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang sumber daya

manusia dan ekonomi kreatif; Pelaksanan administrasi

dibidang sumber daya manusia dan ekonomi kreatif; dan

Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan

sesuai dengan bidang tugasnya.

1) Seksi Pengembangan Sumber Daya Manusia dan

Pelaku Ekonomi Kreatif. Seksi Pengembangan Sumber

Daya Manusia dan Pelaku Ekonomi Kreatif dipimpin

oleh Kepala Seksi yang mempunyai tugas untuk

membantu Kepala Bidang dalam menyiapkan bahan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis di bidang

pengembangan sumber daya manusia dan pelaku

ekonomi kreatif.

2) Seksi Pengembangan Ekosistem dan Penyediaan

Infrastruktur. Seksi Pengembangan Ekosistem dan

Penyediaan Infrastruktur dipimpin oleh Kepala Seksi


49

yang mempunyai tugas membantu Kepala Bidang

dalam menyiapkan bahan perumusan dan pelaksanaan

kebijakan teknis dalam bidang pengembangan

ekosistem dan penyediaan infrastruktur.

3) Seksi Layanan Hak Kekayaan Intelektual dan

Kerjasama Antar Lembaga. Seksi Layanan Hak

Kekayaan Intelektual dan Kerjasama Antar Lembaga

dipimpin oleh Kepala Seksi yang mempunyai tugas

membantu Kepala Bidang dalam menyiapkan bahan

perumusan serta melaksanakan kebijakan teknis dalam

bidang layanan hak kekayaan intelektual dan kerjasama

antar Lembaga.

6. Bidang Kebudayaan

a. Bidang Kebudayaan dipimpin oleh Kepala Bidang yang

mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam

mengoordinasikan, merumuskan, dan melaksanakan

kebijakan teknis dibidang kebudayaan.

b. Kepala Bidang Kebudayaan melaksanakan fungsi

perumusan kebijakan teknis bidang kebudayaan;

Pelaksanan kebijakan teknis bidang kebudayaan;

Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan dibidang kebudayaan;

Pelaksanaan administrasi dibidang kebudayaan; dan


50

Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan pimpinan sesuai

dengan bidang tugasnya.

1) Seksi Pengembangan Kebudayaan dan Pembinaan

Kesenian Tradisional. Seksi Pengembangan

Kebudayaan dan Pembinaan Kesenian Tradisional

dipimpin oleh Kepala Seksi yang mempunyai tugas

membantu Kepala Bidang Kebudayaan dalam

menyiapkan bahan berkas dan merumuskan serta

melaksanakan kebijakan teknis dibidang pengembangan

kebudayaan dan pembinaan kesenian tradisional.

2) Seksi Pelestarian Cagar Budaya dan Pengelolaan

Museum. Seksi Pelestarian Cagar Budaya dan

Pengelolaan Museum dipimpin oleh Kepala Seksi yang

mempunyai tugas untuk membantu Kepala Bidang

Kebudayaan dalam menyiapkan berkas perumusan dan

pelaksanaan kebijakan teknis dibidang pelestarian cagar

budaya dan pengelolaan museum.

3) Seksi Pembinaan Sejarah dan Lembaga Adat. Seksi

Pembinaan Sejarah dan Lembaga Adat dipimpin oleh

Kepala Seksi yang memiliki tugas untuk membantu

Kepala Bidang Kebudayaan dalam menyiapkan bahan

perumusan serta melaksanakan kebijakan teknis dalam

bidang pembinaan sejarah dan Lembaga adat.


51

7. Jabatan Fungsional

a. Jabatanss fungsional yang telah ditetapkan berdasarkan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Pengangkatan pejabat fungsional pada Dinas dilaksanakan

berdasarkan hasil analisis kebutuhan dan formasi, serta

sesuai dengan ketentuan peraturan peundang-undangan.

B. Strategi Pengembangan Program Desa Wisata Dalam Mewujudkan

Desa Mandiri Di Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kabupaten

Kepulauan Selayar

Hasil penelitian ini menjelaskan tentang Strategi Pengembangan Program

Desa Wisata Dalam Mewujudkan Desa Mandiri Di Dinas Pariwisata Dan

Kebudayaan Kabupaten Kepulauan Selayar yang mengacu pada indikator

strategi pengembangan menurut Chandler (2006) yang meliputi 4 elemen yaitu

Sumber Daya Manusia (SDM), Dana, Informasi dan teknologi, serta Sarana

dan Prasarana. Adapun uraian penelitian ini dikemukakan sebagai berikut:

1. Sumber Daya Manusia

SDM merupakan individu atau pelaku industri pariwisata yang secara

langsung maupun tidak langsung memiliki interaksi dengan keterkaitan

seluruh komponen pariwisata.

Adapun hasil wawancara Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Kabupaten Kepulauan Selayar sebagai berikut:

“Berbicara tentang sdm perlu untuk ditingkatkan kapasitasnya baik


sdm dari pemerintah, masyarakat maupun penggiat pelaku usaha di sektor
pariwisata. Kedepaannya diharapkan sektor pariwisata ini bukan hanya
semata-mata dinas pariwisata dan kebudayaan selaku opd yang diberikan
52

kewenangan untuk bertanggung jawab dalam membina dan


mengembangkan disektor pariwisata, tetapi untuk majunya pariwisata ini
secara moral maupun moril itu adalah tanggung jawab kita semua
sehinnga kita semua memikirkan dan melaksanakan sesuatu itu sesuai
denga porsi masing-masing pemerintah, masyarakat maupun pelaku
penggiat pemerhati wisata apa yang dilakukannya”. (Hasil wawancara Drs.
Hizbullah Kamaruddin, 20 Juni 2022)

Adapun wawancara Kepala Seksi SDM dan Ekraf Pariwisata sebagai

berikut:

“Agar kualitas sumber daya manusia pariwisata dapat meningkat,


maka perlu difasilitasi berupa pelatihan dan pembinaan. Pada Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kepulauan Selayar ada beberapa
pelatihan yang diselenggarakan guna peningkatan kinerja SDM yaitu
Pelatihan pengelolaan kuliner, Pelatihan pengelolan desa wisata, Pelatihan
pengelolaan home stay, Pelatihan digitalisasi branding, dan Pelatihan
pengelolaan wisata budaya.” (Hasil wawancara Arini Handayani, S.s 20
Juni 2022)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat dijelaskan bahwa

pengembangan pariwisata bukan hanya tanggung jawab Dinas Pariwisata

saja tetapi juga merupakan tanggung jawab pemerintah pusat, pemerintah

daerah, pihak swasta, serta masyarakat. Kemudian agar sumber daya

manusianya memiliki kinerja yang baik dan berkualitas maka perlu

memberikan atau mengadakan pelatihan-pelatihan yang mampu

meningkatkan kualitas kinerja.

Adapun pelatihan pertama yang dilakukan yakni pelatihan pengelolaan

toilet yang berlokasi di Rayhan Square Kabupaten Kepulauan Selayar

yang diikuti oleh para pengelola destinasi, homestay, dan anggota

BUMDes. Pelatihan ini dilakukan karena masyarakat dan pengelola

berperan penting dalam menyiapkan toilet yang baik dan bersih bagi para
53

wisatawan. Potensi pariwisata yang ada di seluruh kabupaten/kota perlu

dikelola dengan baik oleh SDM yang mumpuni. Oleh karenanya pelatihan

sangat penting diselenggarakan.

Gambar 4.3

Pelatihan Pengelolaan Toilet Di Destinasi Wisata

Sumber: website pariwisata.kepulauanselayarkab.go.id

Kemudian, didelenggarakan juga pelatihan pengelolaan Homestay

yang berlokasi di Cafe Pasiana Kabupaten Kepulauan Selayar. Homestay

merupakan bagian penting dari pengembangan kawasan wisata.

Pengembangan Homestay di kawasan wisata akan berpotensi besar

membuat masyarakat merasakan dampak ekonomi secara langsung dari

pariwisata. Pelatihan ini diikuti oleh para pengelola homestay, pengelola

pondok wisata serta anggota pokdarwis. Pelatihan ini diselenggrakan

untuk meningkatkan kinerja SDM. Dengan terlaksananya pelatihan ini

diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, motivasi, dan kompetensi

pengelola homestay/pondok wisata. Para pengelola juga diharapkan bisa


54

memberikan pelayanan yang lebih professional dan berkualitas kepada

para wisatawan.

Gambar 4.4

Pelatihan Pengelolaan Usaha Homestay

Sumber: website pariwisata.kepulauanselayarkab.go.id

Adapun pelatihan lainnya yaitu pelatihan pengelolaan desa wisata yang

diikuti oleh para kepala desa, perwakilan BUMDes, perwakilan pokdarwis

dari desa yang telah ditetapkan sebagai desa wisata serta perwakilan dari

komunitas pariwisata Selayar. Pelatihan ini diselenggarakan untuk

meningkatkan kemampuan SDM dalam mengelola an desa wisata.

Gambar 4.5

Pelatihan Pengelolaan Desa Wisata

Sumber: website pariwisata.kepulauanselayarkab.go.id


55

Pelatihan digitalisasi branding juga diselenggarakan oleh Dinas

Pariiwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kepulauan Selayar. Pelatihan ini

diikuti sebanyak 40 peserta yang berasal dari pokdarwis, pengelola

homestay, pengelola souvenir dan kuliner, travel agent, fotografer, serta

komunitas dan penggiat pariwisata. Pelatihan ini diselanggarakan guna

meningkatkan pemahaman dan kompetensi dalam pemanfaatan pemasaran

digital di sektor pariwisata sehingga diharpkan mampu meningkatkan

kompetensi SDM/pelaku pariwisata.

Gambar 4.6

Pelatihan Digitalisasi Branding

Ada 5 pelatihan yang telah dilaksanakan Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan yakni pelatihan pengelolaan toilet, pelatihan usahan

homestay, pelatihan digitalisasi branding, pelatihan pengelolaan desa

wisata, dan pelatihan wisata budaya. Setiap pelatihan diikuti oleh 40

peserta yakni melibatkan diantaranya para pelaku usaha (SDM), kepala


56

desa, pokdarwis, BUMDes, serta masyarakat lain dengan menyesuaikan

tema pelatihan yang diselenggarakan. Pelatihan ini dilaksanakan sebulan

sekali yang mana dalam satu bulan itu persiapan sebelum pelatihan,

pengerjaan laporan, serta pertanggung jawaban pelatihan.

Wawancara juga dilakukan pada pegiat wisata di 3 desa wisata yang

menjadi prioritas Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kepulauan

Selayar sebagai berikut:

“Interaksi antara kami pegiat wisata dengan pihak Dispar Sangat


bagus. Pihak Dinas Pariwisata dan Kebudayaan sangat mendukung usaha
wisata puncak tanadoang dan memberikan dak fisik seperti bangunan cafe,
parkir, toilet. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan juga melakukan pelatihan
pembinaan terhadap masyarakat disekitar Kawasan wisata tanadoang
seperti pengelolaan kuliner, cara melayani tamu wisatawan yang
berkunjung, serta pengelolan sarana prasarana. Dengan adanya desa wisata
ini, hasil bumi desa Bontomarannu sudah disalurkan ke lokasi wisata
untuk dibeli langsung oleh pengelola wisata jadi dapat menambah
penghasilan masyarakat desa. Adanya program desa wisata ini memiliki
dampak positif bagi masyarakat. Dengan banyaknya pengunjung, pola
pikir masyarakat desa lebih terbuka tentang kebersihan dalam memelihara
dan menjaga keamanan desa bontomarannu agar bisa terwujudnya desa
mandiri melalui program desa wisata ini. Selanjutnya juga memberikan
dampak positif untuk masyarakat yang memiliki keuangan yang lebih
untuk membangun dan berkontribusi dalam membangun spot-spot wisata
di sekitaran area desa wisata ini.” (Hasil wawancara Ingka Christy selaku
Sekretaris BUMDes Bontomarannu 28 Juni 2022)

“Interaksi kami selaku pengelola wisata punagaan di desa Patilereng


dengan pihak Dinas Pariwisata dan Kebudayaan sangat bagus bahkan
mereka selalu mengadakan pelatihan untuk BUMDes selaku pengelola
desa wisata punagaan dan juga ada pelatihan khusus unit punagaan.
Adapun dampak yang kami rasakan itu dapat dikatakan baik karena untuk
menambah wawasan anggota BUMDes dan unit punagaan. Adanya
program desa wisata ini membuat masyarakat berinovasi untuk
mengembangkan desa wisata punagaan.” (Hasil wawancara Susianti
selaku Bendahara BUMDes Patilereng 4 Juli 2022)

“Interaksi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dengan pokdarwis pantai


laguna desa Bontolebang itu baik, hanya saja kadang terjadi
miskomunikasi pada pendanaan. Sedangkan untuk pelatihan dan
57

pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan


terhadap pengelola desa wisata bontolebang ini, masyarakat yang terlibat
mengetahui cara pelayanan terhadap wisatawan itu seperti apa, khusunya
pokdarwis selaku pengelola desa wisata ini. Dengan adanya program desa
wisata ini menimbulkan dampak yang baik karena selama
diselengagarakannya program ini dapat membuka lapangan pekerjaan bagi
masyarakat setempat dan memiliki wawasan mengenai cara pelayanan
terhadap wisatawan yang berkunjung.” (Hasil wawancara Kasriadi selaku
Ketua pokdarwis pegiat wisata Bontolebang 5 Juli 2022)

Berdasarkan hasil wawancara pada masing-masing pegiat wisata di 3

desa wisata dapat disimpulkan bahwa Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

juga melakukan pelatihan dan pembinaan pada pengelola desa wisata agar

para pengelola dapat mengetahui cara pelayanan terhadap wisatawan serta

menjaga sarana prasarana wisata. Dengan diselenggarakannya program

desa wisata, ada beberapa manfaat yang dirasakan yaitu membuka

lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat, menambah penghasilan

desa, serta dapat berinovasi dalam mengembangkan desa.

2. Dana

Dana dibutuhkan untuk memenuhi segala kebutuhan yang mendukung

perkembangan pariwisata, seperti Dana alokasi khusus (DAK) fisik

disektor pariwisata digunakan untuk pembangunan infastruktur sementara

Dana Alokasi Khusus (DAK) nonfisik digunakan untuk pelatihan

masyarakat lokal demi meningkatkan kualitas sumber daya mausia

(SDM).

Adapun hasil wawancara Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Kabupaten Kepulauan Selayar sebagai berikut:


58

“Penyaluran dana dilakukan secara bertahap karena ada syarat desa


mana saja yang bisa mendapatkan dana alokasi khusus dari pusat bahwa
desa tersebut bisa ditetapkan menjadi desa wisata, Ada beberapa desa
wisata yang sudah mendapatkan dana alokasi khusus (DAK) fisik seperti
bangunan infrastruktur dari 14 desa wisata dalam surat keputusan bupati
kabupaten selayar nomor 128/III/tahun 2018 tentang penetapan Kawasan
desa wisata Kabupaten Kepulauan Selayar. Seperti desa patilereng
kecamatan Bontosikuyu yaitu wisata punagaan, Desa Bontomarannu
kecamatan Bontomanai yaitu wisata puncak tanadoang, dan Desa Bonto
Lebang kecamatan Bontoharu yaitu wisata Laguna Beach. Dana alokasi
khusus (DAK) nonfisik itu juga seperti itu yang diajukan dan dianggarkan
untuk meningkatkan kualitas sdm, untuk satu kali pelatihan pembinaan
berkisar 60-80 juta rupiah. Pelatihan-pelatihan paling banyak
diselenggarakan di dibidang SDM dan EKRAF, bagaimana cara
menghadapi desa wisata dalam digitalisasi dan pelatihan untuk komponen
pariwisata itu sendiri agar dapat memenuhi standar yang telah ditetapkan.”
(Hasil wawancara Drs. Hizbullah Kamaruddin, 20 Juni 2022)

Desa wisata di Kabupaten Kepulauan Selayar ada 14 desa berdasarkan

surat keputusan Bupati kabupaten selayar nomor 128/III/tahun 2018

tentang penetapan Kawasan desa wisata Kabupaten Kepulauan Selayar.

Berikut uraiannya:
59

Tabel 4.2

Desa Wisata Kabupaten Kepulauan Selayar

No. Nama Desa Lokasi Atraksi

1. Desa Bungaiya Kecamatan Bontomatene Bahari

2. Desa Bontolempangan Kecamatan Buki Budaya

3. Desa Bontomarannu Kecamatan Bontomanai Sejarah, Pegunungan

4. Desa Bonto Lebang Kecamatan Bontoharu Bahari

5. Desa Kahu-kahu Kecamatan Bontoharu Bahari

6. Desa Bontoborusu Kecamatan Bontoharu Bahari

7. Desa Bontosunggu Kecamatan Bontoharu Bahari

8. Desa Patilereng Kecamatan Bontosikuyu Bahari, Air Terjun

9. Desa Bahuluang Kecamatan Bontosikuyu Bahari

10. Desa Kayuadi Kecamatan Takabonerate Bahari

11. Desa Jinato Kecamatan Takabonerate Bahari

12. Desa Rajuni Kecamatan Takabonerate Bahari

13. Desa Latondu Kecamatan Takabonerate Bahari

14. Desa Tarupa Kecamatan Takabonerate Bahari


Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Kepulauan Selayar, 2022

Wawancara juga dilakukan pada pegiat wisata puncak tanadoang desa

Bontomarannu untuk mengetahui dana yang digunakan untuk mengelola

wisata tersebut sebagai berikut:

“DAK (Dana Alokasi Khusus) fisik dari Dinas Pariwisata dan


Kebudayaan seperti bangunan, home stay, cafe kuliner, toilet. DAK (Dana
Alokasi Khusus) non fisik dari desa sebanyak Rp. 61.300.000. Untuk
pengunjung desa wisata puncak tanadoang selama berjalaannya program
60

desa wisata 5.982 orang.” (Hasil wawancara Ingka Christy selaku


Sekretaris BUMDes Bontomarannu 28 Juni 2022).

Adapun data kunjungan wisata puncak tanadoang tahun 2020/2021

disetiap bulannya sekitar 500 sampai 700 orang yang datang menikmati

keindahan objek wisata tersebut. Pengunjung rata-rata berasal dari dalam

negeri, hanya pada bulan mei 2021 kedatangan pengunjung dari negara

Prancis.

Tabel 4.3
Data kunjungan wisatawan Puncak Tanahdoang

DATA KUNJUNGAN WISATAWAN PUNCAK TANAHDOANG

KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

2020/2021
ASAL JUMLAH TAMU
LOKAL/D
NO. BULAN ASING L P TOTAL TUJUAN AKTIVITAS
OMESTIK
LOKAL/D BERFOTO, MENIKMATI
1. AGUSTUS - 297 333 630 REFRESHING
OMESTIK SUNSET DAN KULINER
LOKAL/D BERFOTO, MENIKMATI
2. SEPTEMBER - 345 375 720 REFRESHING
OMESTIK SUNSET DAN KULINER
LOKAL/D BERFOTO, MENIKMATI
3. OKTOBER - 401 391 796 REFRESHING
OMESTIK SUNSET DAN KULINER
BERFOTO, MENIKMATI
LOKAL/D
4. NOVEMBER - 3022 326 628 REFRESHING SUNSET DAN KULINER,
OMESTIK
CAMPING
REFRESHING, BERFOTO, MENIKMATI
LOKAL/D
5. DESEMBER - 413 328 741 HEALING, SUNSET DAN KULINER,
OMESTIK
ARISAN CAMPING
NGOPI, JALAN-
LOKAL/D BERFOTO, MENIKMATI
6. JANUARI - 372 387 659 JALAN,
OMESTIK SUNSET DAN KULINER
TOURING
ARISAN,
TOURING,
LOKAL/D NGOPI, JALAN- BERFOTO, MENIKMATI
7. FEBRUARI - 312 205 517
OMESTIK JALAN, SUNSET DAN KULINER
NGADEM,
HEALING
ARISAN,
TOURING,
NGOPI, JALAN- BERFOTO, MENIKMATI
LOKAL/D
8. MARET - 407 349 756 JALAN, SUNSET DAN KULINER, SPOT
OMESTIK
NGADEM, FOTO POTENSIAL
HEALING,
CAMPING
LOKAL/D
9. APRIL - - - - BUKA PUASA BERFOTO DAN KULINER
OMESTIK
ARISAN,
TOURING,
BERFOTO, MENIKMATI
NGOPI, JALAN-
LOKAL/D SUNSET DAN KULINER,
10. MEI PRANCIS 229 305 535 JALAN,
OMESTIK CAMPING, MONITORING SPOT
NGADEM,
WISATA POTENSIAL
HEALING,
CAMPING
61

Wawancara juga dilakukan pada pegiat wisata punagaan desa

Patilereng untuk mengetahui dana yang digunakan untuk mengelola wisata

tersebut sebagai berikut:

“Mengenai dana, selama berjalannnya program desa wisata ini kurang


lebih setahun dana yang digunakan melalui dana desa yang disalurkan oleh
Dinas Pariwisata bernilai Rp.150.000.000 digunakan untuk
memaksimalkan kinerja sdm yang dilibatkan dalam pengelolaan wisata
punagaan. Untuk jumlah pengunjung yang datang ke desa wisata punagaan
±3000 ribu/bulan.” (Hasil wawancara Susianti selaku Bendahara BUMDes
Patilereng 4 Juli 2022)

Kemudian wawancara juga dilakukan pada pegiat wisata pantai laguna

desa Bontolebang untuk mengetahui dana yang digunakan untuk

mengelola wisata tersebut sebagai berikut:

“Dana yang digunakan untuk desa wisata ini dari hasil patungan
pengelola desa wisata itu sendiri yaitu pokdarwis. Jumlah pengunjung desa
wisata bontolebang selama berjalannnya program desa wisata kurang lebih
100 orang/bulan.” (Hasil wawancara Kasriadi selaku Ketua pokdarwis
pegiat wisata Bontolebang 5 Juli 2022).

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat dilihat bahwa dana

pengelolaan desa wisata dari Dinas Pariwisata telah disalurkan pada

masing-masing pemerintah desa. Namun, hanya dua desa yang

menyalurkan dananya ke pengelola objek wisata. Desa wisata yang sampai

saat ini belum mendaptakan dana dari desa yaitu wisata pantai laguna desa

Bontolebang. Dilihat dari infrakstrukturnya yang sangat belum memadai

untuk dikatakan sebagai desa wisata yang sudah memenuhi SPM (Standar

Pelayanan Minimal) untuk desa mandiri.


62

Berikut tabel mengenai anggaran yang digunakan pada beberapa

pelatihan yang telah diselenggarakan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Kabupaten Selayar tahun 2022:

1. Pelatihan Pengelolaan Toilet

No. Peserta Pelatihan Waktu pelatihan Anggaran

1. Pengelola Destinasi

2. Pengelola Homestay 21 – 23 Maret 2022 60 – 80 Juta

3. Anggota BUMDes

2. Pelatihan Pengelolaan Desa Wisata

No. Peserta Pelatihan Waktu pelatihan Anggaran

1. Pengelola Destinasi

2. Pengelola Homestay 21 – 23 Maret 2022 60 – 80 Juta

3. Anggota BUMDes

3. Pelatihan Pengelolaan Homestay

No. Peserta Pelatihan Waktu pelatihan Anggaran

1. Pengelola Pondok Wisata

2. Pengelola Homestay 21 – 23 Maret 2022 60 – 80 Juta

3. Anggota Pokdarwis
63

4. Pelatihan Digital Branding

No. Peserta Pelatihan Waktu pelatihan Anggaran

1. Pengelola Explore Coffee


2. Pengelola Warkop Passiana
3. Pengelola Bobanu
4. Pengelola Dierra Cafe
5. Pengelola Oriental
6. Pengelola Daeng Cemilan
Pengelola Otak-otak Ikan Tenggiri bu
7.
Carlota 16 – 18 Juni 2022 60 – 80 Juta
8. Pengelola Gerobak Lomie Selayar
9. Pengelola Dapur Abe
10. Pengelola Ratna Ketring
11. Pengelola As Cafe
12. Pengelola Simbiosa
13. Pengelola Salat Buah By Cece
14. Pengelola Reagan Cake

3. Informasi dan Teknologi

Peranan informasi dan teknologi sangatlah besar dalam sektor

pariwisata, karena dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi

memudahkan para wisatawan untuk mengetahui lebih mudah tentang

tempat-tempat wisata yang ada sekalipun didaerah terpencil sekalipun.

Adapun hasil wawancara Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten

Kepulauan Selayar sebagai berikut:

“Berbicara tentang informasi dan teknologi itu ada 4 bidang dalam


dinas pariwisata dan kebudayaan yaitu Bidang kebudayaan, Bidang SDM
dan ekonomi kreatif (EKRAF), Bidang pemasaran, Bidang destinasi.
Masing-masing bidang tersebut melaksanakan tupoksinya, untuk bidang
budaya bagaimana menggali semua budaya yang ada di kabupaten selayar
untuk dijadikan destinsai. Bidang sdm dan ekonomi kreatif (ekraf)
bagaimana menyiapkan sdmnya, memberikan pembekalan dan pelatihan
agar siap mengelola dan mengembangkan sektor pariwisata, bidang
64

destinasi bagaimana mengembangkan dan menguatkan destinasi yang


layak untuk dikunjungi dan dipasarkan. Kemudian bidang pemasaran
inilah yang melihat nantinya kira-kira destinasi yang mana untuk siap dan
layak untuk dikunjungi dan dipromosikan. Untuk promosi yang terkait
dengan teknologi dan informasi, banyak hal dilakukan dengan cara
mengikuti pameran ekspo, event, social media, atau bahkan dari pelayanan
ke para wisatawan yang mendapatkan daya tarik untuk diceritakan
kekerabat mereka sedari berkunjung ke destinasi yang ada di kabupaten
Selayar ini. Kunci dari strategi pengembangan dinas pariwisata itu terletak
pada promosi. Keempat bidang ini khusunya bidang pemasara dalam
mempromosikan desa yang memiliki objek wisata yang sudah layak jual
dan memenuhi standar pelayanan minimal (SPM).” (Hasil wawancara Drs.
Hizbullah Kamaruddin, 20 Juni 2022)
Adapun hasil wawancara Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata sebagai

berikut:

“Bidang pemasaran memang tugasnya untuk melakukan promosi.


Sedangkan bidang destinasi dia merancang destinasinya seperti apa, daya
tarik wisatanya seperti apa. Dari rancangan-rancangan itulah muncul yang
namnya desa wisata. Ada 14 desa wisata yang di SK-kan. Nah, apabila ada
desa wisata yang sudah layak jual pekerjaannya maka bidang pemasaran
yang mempromosikan dan menjual desa wisata yang bersangkutan. Jadi
bidang destinasi yang siapkan komponen utamanya yang 3A yakni atraksi,
aksesibilitas, dan amenitas. Apabila ketiga komponen ini sudah lengkap
artinya ini sudah layak jual. Kami dibidang pemasaran kemudian berusaha
mempromosikan DTW yaitu Daya Tarik wisata. Cara mempromosikannya
yaitu ada 3 cara melalui media cetak, elektronik, dan media sosial serta
memiliki website khusus dinas pariwisata itu ayokeselayar.com, semua
informasi dan kegiatan kantor dan promosi ada di website Dispar. Lalu,
promosinya juga dalam bentuk partisipasi event yang dibuat sendiri seperti
event local yaitu event tahunan Dispar Kabupaten Selayar yaitu festival
takabonerate yang dilaksanakan setiap tahunnya kecuali dua tahun
belakangan ini karena pandemi covid-19 di tahun 2020-2021 tidak
dilaksanakan. InshaAllah bulan 10 dilaksanakan kembali tahun 2022 yang
memiliki tanggal paten setiap tahunnya pada tanggan 23-28 oktober. Ada
juga event-event lainnya yaitu wonderful sail biasanya kedatangan tamu
wisatawan luar dari kapal pesiar luar negeri maupun domestik. Event
budaya, event komunitas motor, festival bajo, event adingin-dingin,
festival attuanarituriere semua event yang dilaksanakan itu untuk menarik
kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara karena sasaran
terakhir kita melakukan promosi itu untuk mendatangkan wisatawan ke
kabupaten selayar dan disitu yang diukur target keberhasilannya dinas
pariwisata dari banyaknya kunjungan. Semua bidang itulah yang menjadi
sasaranya dari berapa banyaknya kunjungan wisatawan perberjalannya
65

suatu program desa wisata. Semua bidang bersinergi memiliki tujuan


sasaran untuk mendatangkan wisatawan ke desa wisata yang di SK-kan.
Jadi selain kita bikin event local, kami juga ikut partisipasi event
kabupaten lain maupun skala event nasional dan internasional serta
mempromosikan selayar yang memiliki potensi yang sangat tinggi dalam
bidang sektor pariwisata. Biasa juga kami mendatangkan media blogger,
influencer dan lain-lain yang dikemas dalam kegiatan familier session tour
famtrip.” (Hasil wawancara Sri Nurnaningsih Y, S.S, M.M 17 Juni 2022)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa upaya

yang dilakukan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan untuk memperkenalkan

desa wisata di Kabupaten Kepulauan Selayar yaitu dengan cara promosi

seperti mengikuti banyak event ataupun menyelenggarakan event disetiap

desa wisata untuk menarik wisatawan serta melakukan promosi di social

media.

Social media yang biasanya digunakan untuk promosi destinasi wisata

yakni melalui platform instagram. Ada banyak akun instagram yang

membagikan keindahan obje kwisata Kabupaten Kepulauan Selayar.

Melalui platform ini, dapat mempromosikan objek wisata dengan mudah

dikarenakan ada banyak fitur yang tersedia untuk memperkenalkan

keindahan objek wisata yang ada di Kabupaten Kepulauan Selayar.

Gambar 4.7

Promosi Wisata Bontolebang


66

Sumber: Instagram Pokdarwis Bontolebang

Tidak hanya melalui sosial media, promosi wisata juga di lakukan di

berbagai media massa. Melalui media massa ini, para pembaca dapat

mengetahui lebih banyak lagi mengenai informasi mengenai objek wisata

yang ada di Kabupaten Kepulauan Selayar.

Gambar 4.8

Pemasangan Iklan di Berbagai Media Massa

Sumber: website pariwisata.kepulauanselayarkab.go.id

Kemudian promosi juga dilakukan melalui pengadaan event. Dengan

adanya event ini, maka dapat menarik wisatawan dari luar daerah untuk

berkunjung ke Kabupaten Kepulauan Selayar. Melalui event ini, Dinas

Pariwisata gencar dalam mempromosikan objek wisata sehingga dapat

menarik banyak pengunjung untuk menikmati keindahan objek wisata

Kabupaten Kepulauan Selayar.


67

Gambar 4.9

Promosi Melalui Pengadaan Event

Sumber: website pariwisata.kepulauanselayarkab.go.id

Kemudian, para pegiat wisata di 3 desa wisata yang menjadi prioritas

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kepulauan Selayar juga ikut

memperkenalkan objek wisatanya dengan cara melakukan promosi di

social media serta melalui pembicaraan tamu/wisatawan yang sudah

berkunjung.

4. Sarana dan Prasarana

Unsur-unsur yang melengkapi dengan tujuan memudahkan prosesi

kegiatan pariwisata agar dapat berjalan lancar adalah sarana dan prasarana.

Adapun hasil wawancara Kepala Bidang Destinasi Pariwisataa sebagai

berikut:

“Terkhusus dibidang destinasi, kami menyiapkan lokasi destinasinya


bagaimana tempatnya apakah cocok dijadikan objek wisata atau layakkah
lahannya jika ada bantuan dari pemerintahan. Untuk sarana dan
prasarananya dilihat dari 3A. Untuk program desa wisata sekarang dari
tahun 2021 itu bidang ekraf memiliki program Anugerah Desa Wisata
Indonesia yang dilombakan seluruh Indonesia dan alhamdulillah tahun
kemarin 2021 Desa bahuluang masuk 100 besar. Untuk potensi desa
wisata itu sendiri bagaimana masing-nasing pengelola seperti pokdarwis,
bumdes dan kepala desanya yang ikut aktif dalam mengembangkan desa
wisata melalui program Dispar. Masyarakat setempat sudah pasti
68

dilibatkan dalam program desa wisata ini karena tanpa adanya masyarakat
pengelola pokdarwis, bumdesnya itu tidak mungkin bisa berjalan program
desa wisata yang dilaksanakan selama setahun akhir ini.” (Hasil
wawancara Dian Trisnawati, S.Pi 17 Juni 2022)

Wawancara juga dilakukan pada pegiat wisata puncak tanadoang desa

Bontomarannu sebagai berikut:

“Setiap hari jumat itu ada jadwal untuk jum’at bersih untuk melakukan
tatacara pengelolaan sarana prasarana atau fasilitas yang ada di desa
wisata. Fasilitas yang tersedia di lokasi desa wisata itu seperti : home stay,
toilet, restaurant, view. Namun, fasilitas yang tersedia belum terpenuhi
spm dalam menunjang komponen pariwisata itu sediri.” (Hasil wawancara
Ingka Christy selaku Sekretaris BUMDes Bontomarannu 28 Juni 2022)

Wawancara juga dilakukan kepada pegiat wisata punagaan desa

Patilereng sebagai berikut:

“Pemeliharaan sarana prasarana ini di fokuskan kepada pengurus yang


berada dilokasi, jika terjadinya kerusakan akan langsung diperbaiki
dengan menggunakan dana yang masuk ke wisata punagaan. Fasilitas yang
sudah tersedia yaitu gasebo, cafe, dan juga akan bekerja sama dengan
marine dive. Namun sarana prasarana belum memenuhi SPM (standar
pelayanan minimal).” (Hasil wawancara Susianti selaku Bendahara
BUMDes Patilereng 4 Juli 2022)

Wawancara juga dilakukan kepada pegiat wisata pantai laguna desa

Bontolebang sebagai berikut:

“Akses untuk mengunjungi desa wisata ini masih memakai perahu


milik masyarakat, fasilitas seperti home stay masih menggunakan rumah
warga. Kalau dikatakan SPM (standar pelayanan minimal) belum
memenuhi karena dari komponen pariwisata ini menunjang 3A amenitas,
aksesibilitas, aktraksi, nah ketiga komponen ini masih ada beberapa yang
belum ada pada lokasi wisata bontolebang. Pengelolaan dan pemeliharaan
sarana prasarana ini setiap hari jumat sore dan minggu sore pengelola
wisata bontolebang ini melakukan jumat bersih agar terjaganya kebersihan
dan kenyamawan bagi wisatawan yang sedang berkunjung.” (Hasil
wawancara Kasriadi selaku Ketua pokdarwis pegiat wisata Bontolebang 5
Juli 2022)
69

Berdasarkan wawancara diatas dapat disumpulkan bahwa sarana

prasarana telah memenuhi SPM di 2 desa wisata yaitu wisata puncak

tanadoang dan punagaan. Sedangkan pada wisata pantai laguna belum bisa

dikatakan memenuhi SPM karena dari 3 komponen yang menjadi acuan

Dinas Pariwisata masih ada komponen yang belum memadai di pantai

laguna.

C. Pembahasan

Kabupaten Selayar merupakan salah satu tujuan wisata di Provinsi

Sulawesi Selatan, oleh karena itu pelaksanaan program desa wisata cukup

potensial untuk menunjang pembangunan serta menambah penghasilan

daerah. Strategi pengembangan program desa wisata oleh Dinas Pariwisata

dan Kebudayaan Kabupaten Kepulauan Selayar yakni mencoba untuk

bagaimana melaksanakan konsep atau program desa wisata yang memenuhi

standarnisasi/SPM sebagai desa mandiri pada umumnya. Program ini

merupakan program nasional. Program lintas kementrian yaitu kementrian

ekonomi dan kreatif, kementrian kelautan dan perikanan, serta kementrian

desa. Ketika kementrian menggolontorkan anggaran untuk membangun desa

agar menjadi desa wisata, maka pihak Dinas Pariwisata akan melihat terlebih

dahulu potensi destinasi yang ada di setiap desa. Di Kabupaten Selayar sudah

ada 14 desa yang telah ditetapkan sebagai Kawasan desa wisata melalui surat

keputusan bupati, sudah ada beberapa yang sudah dilakukan pendampingan

dari beberapa komunitas pariwisata dan dari Dinas Pariwisata sendiri.

Pendampingan tersebut dilakukan untuk memberikan pembekalan terhadap


70

masyarakat bagaimana mereka terlibat sehingga menimbulkan rasa memiliki

dan bertanggung jawab untuk menjaga dan memelihara destinasi yang ada

diwilayahnya. Jadi yang mana saja yang paling memungkinkan masyarakat itu

bias mengambil bagian yaitu yang pertama kita mencoba karna hampir

disemua destinasi ini kita belum bias melihat adanya yang tersedia dari

komponen pariwisata itu sendiri seperti souvenir restaurant/kuliner sementara

destinasi yang layak untuk didatangi itu sudah siap untuk penjualan souvenir

sebagai cendramata dan kuliner masakan khas dari destinasi itu sendiri.

Strategi lainnya yakni menjadikan masyarakat sekitar destinasi wisata sebagai

guide local agar memudahkan dalam memberikan informasi dan penjelasan

yang terkait dengan destinasi yang ada di desanya. Dinas Pariwisata memiliki

harapan agar masyarakat merasa bertanggung jawab untuk menjaga

keamanan, kebersihan, keindahan, kesejukan diwilayahnya dan keramahan

masyarakat perlu dijaga sehingga tamu atau wisatawan yang berkunjung ke

destinasi dapat terlayani, merasa nyaman dan diterima dengan baik. Sehingga

standar pelayanan minimal (SPM) sudah terpenuhi dengan harapan dan tujuan

dilaksanakannya program desa wisata untuk mewujudkan desa mandiri.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh seperti yang dijelaskan

sebelumnya terkait Strategi Pengembangan Program Desa Wisata Dalam

Mewujudkan Desa Mandiri Di Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kabupaten

Kepulauan Selayar yang dilihat dari indikator menurut Chandler yaitu:

Sumber Daya Manusia, dana, informasi dan teknologi, serta sarana dan

prasarana sebagai berikut:


71

1. Sumber Daya Manusia

Sdm merupakan individu atau pelaku industri pariwisata yang

secara langsung maupun tidak langsung memiliki interaksi terhadap

seluruh masyarakat yang terlibat dalam suatu program desa wisata yang di

selenggarakan oleh dinas Pariwisata dan Kebudayaan kabupaten

Kepulauan Selayar. SDM adalah pemanfaatan tenaga manusia dalam

pengelolaan desa wisata sebagai upaya untuk mengembangkan potensi

desa.

Kualitas SDM pada sektor pariwisata perlu diperhatikan karena

memiliki peran penting dalam menarik wisatawan. Sdm juga merupakan

kunci yang menentukan perkembangan suatu desa wisata dibidang industri

sektor pariwisata. Karena SDM mampu mengatasi setiap permasalahan

yang terjadi dalam proses strategi pengembangan desa wisata khususnya

desa wisata Bontolebang.

Dari beberapa hasil penelitian yang telah diperoleh mengenai

sumber daya manusia dapat dikatakan bahwa interaksi antara Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan sudah cukup baik terhadap pengelola desa

wisata meskipun salah satu desa wisata yang menjadi 3 dari bagian desa

wisata yang diprioritaskan mengalami miskomunikasi dalam hal

pendanaan yang menjadikan infrastruktur dari salah satu desa wisata yang

berlokasi di bontolebang ini belum cukup memenuhi SPM (standar

pelayanan minimal) dalam mewujudkan desa mandiri melalui program

desa wisata.
72

2. Dana

Dana dibutuhkan untuk memenuhi segala kebutuhan yang

mendukung perkembangan pariwisata di Kabupaten Kepulauan Selayar

seperti Dana alokasi khusus (DAK) fisik disektor pariwisata digunakan

untuk pembangunan infrastruktur sementara Dana alokasi khusus (DAK)

nonfisik digunakan untuk memfasilitasi pelatihan dan pembinaan

masyarakat lokal sebagai pengelola desa wisata demi meningkatkan

kualitas sumber daya manusia (SDM). Sebagaimana yang dikatakan oleh

Drs. Hizbullah kamaruddin selaku Kepala Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Kabupaten Kepulauan Selayar. Pendapat tersebut didukung

oleh sekretaris BUMDes Bontomarannu dan bendahara BUMDes

Patilereng sebagai pengelola desa wisata yang. Berdasarkan hasil

wawancara tersebut menyatakan bahwa bantuan yang didapatkan melalui

DAK fisik maupun nonfisik yang disalurkan dari Dinas Pariwisata ke

BUMdes untuk mengelola desa wisata. Berbeda dengan Kasriadi selaku

ketua pokdarwis yang mengatakan bahwa Dana yang digunakan untuk

desa wisata ini dari hasil patungan pengelola desa wisata itu sendiri yaitu

pokdarwis, serta belum adanya DAK fisik berupa bangunan infrastruktur

dari Dinas Pariwisata dan DAK nonfisik dari desa Bontolebang tersebut.

3. Informasi Dan Teknologi

Peran informasi dan teknologi sangatlah penting dalam bidang

sektor pariwisata di Kabupaten Kepulauan Selayar karena dengan adanya

teknologi informasi dan komunikasi memudahkan para wisatawan untuk


73

mengetahui lebih mudah tentang tempat-tempat wisata yang ada sekalipun

didaerah terpencil. Saat ini hampir semua orang memiliki handpone

sehingga dapat mengakses berbagai informasi dibeberapa media sosial.

Salah satu upaya yang dilakukan Dinas Pariwisata untuk dapat

memperkenalkan program desa wisata yakni dengan melakukan promosi

di berbagai media social serta mengadakan beberapa event untuk menarik

wisatawan local maupun mancanegara berkunjung.

Berdasarkan hasil wawancara Sri Nurnaningsih Y, S.S, M.M

menyatakan bahwasanya ada 3 cara mempromosikan desa wisata yaitu

melalui media cetak, elektronik, dan media social serta pada website milik

Dinas Pariwisata sendiri. Pernyataan ini didukung oleh ketiga informan

desa wisata bahwasanya dalam memasarkan objek wisata paling efektif

melalui media social.

4. Sarana dan Prasarana

Unsur-unsur yang melengkapi atau fasilitas yang dimiliki dengan

tujuan memudahkan prosesi kegiatan pariwisata agar dapat berjalan lancar

dalam mengembangkan desa wisata dan memberikan pelayanan kepada

para wisatawan agar mampu mendapatkan pelayanan sesuai dengan apa

yang diharapkan para wisatwan. Apabila pengelolaan sarana dan prasarana

di desa wisata ini tidak dikelola dengan baik akan berdampak pada tidak

tercapainya pengembangan program desa wisata dalam mewujudkan desa

mandiri. Ketersediaan sarana prasarana di suatu desa wisata tentu sangat

mendukung perkembangan suatu desa wisata.


74

Hasil pengamatan dilapangan terkait ketersediaan sarana prasarana

ketiga desa wisata yang menjadi prioritas Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan masih belum bisa dikatakan memenuhi spm dalam

menunjang komponen pariwisata. Berdasarkan hasil wawancara pada

ketiga pengelola desa wisata menyatakan bahwa sarana prasarana masih

kurang terutama di desa Bontolebang masih membutuhkan perhatian dari

pemerintah Dinas Pariwisata untuk melihat langsung keadaan lokasi desa

wisata Bontolebang. Hal tersebut karena masih ada beberapa fasilitas

bangunan infrastruktur seperti toilet, restoran, akomodasi, yang masih

belum memadai karena masih menggunakan rumah warga.


BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai strategi

pengembangan program desa wisata dalam mewujudkan desa mandiri di

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kepulauan Selayar dapat

disimpulkan bahwa strategi yang dilakukan belum maksimal dalam

pengembangan program desa wisata dilihat dari keempat indicator yang

digunakan yaitu:

1. Sumber daya manusia (SDM) yang terlibat dalam pengelolaan desa

wisata perlu ditingkatkan kualitasnyan dan juga perlu diberikan pelatihan

khusus kepada SDM yang tersedia selaku pengelola desa wisata untuk

dimanfaatkan sebaik-baiknya. Hal ini diperuntukkan agar SDM mampu

mengelola dan mengembangkan bahkan memberikan kemajuan terhadap

pengembangan program desa wisata khususnya desa wisata bontolebang

sehingga mampu menarik wisatawan local maupun mancanegara agar

program desa wisata ini berjalan maksimal dalam mewujudlkan desa

mandiri. Pengelola desa wisata ini masih memerlukan pelatihan dan

pembinaan yang berupa secara langsung kelokasi mempraktikkan karena

pengelola wisata khususnya di desa Bontolebang masih minim dalam hal

pengetahuan mengenai komponen pariwisata. Hal tersebut karena dalam

pelatihan hanya mengundang 2 perwakilan disetiap desa wisata sedangkan

masyarakat mengharapkan bahwa pelatihan dilakukan langsung di lokasi

75
76

wisata tersebut agar semua pengelola desa wisata dapat mengikuti

pelatihan.

2. Dana anggaran yang diberikan pemerintah daerah yaitu DAK fisik

seperti bangunan infrastruktur dan DAK nonfisik dalam melakukan

pelatihan dan pembinaan SDM sebanyak 5 pelatihan yang dilakukan

sebulan sekali masih kurang dan belum tersalurkan secara langsung untuk

pengembangan objek wisata yang ada dilokasi karena terjadinya

miskomunikasi antar pemerintah desa dengan pengelola desa wisata

terkhusus di wisata laguna beach desa bontolebang yang masih kurang

dalam hal infrastuktur penunjang komponen pariwisata. Sehingga program

desa wisata ini belum berjalan dengan maksimal dalam mewujudkan desa

mandiri.

3. Informasi dan tekonologi mengenai informasi teknologi

pemerintah telah berupaya dalam mempromosikan program desa wisata

inii melalui media cetak, social media dan memiliki website resmi dari

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kepulauan Selayar.

4. Sarana dan prasarana, sangatlah penting dalam menunjang

komponen pariwisata tersebut agar dapat memudahkan prosesi kegiatan

dalam berwisata, ketersediaan sarana dan prasarana di desa wisata ini

masih butuh pembenahaan. Hal ini disebabkan kurangnya perhatian

pemerintah dalam melaksanakan perannya sebagai fasilitator terhadap

pengadaan sarana dan prasarana di desa wisata. Dilihat dari minimnya

fasilitas yang tersedia terkhusus di desa wisata bontolebang ini, dengan


77

terpenuhinya fasilitas dan pelayanan tersebut akan membawa dampak yang

lebih baik dalam memajukan pengembangan program desa wisata.

B. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan oleh peneliti dalam penelitian ini dapat

dijelaskan sebagai berikut :

1. Kepada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kepulauan

Selayar diharapkan agar lebih memperhatikan kondisi desa wisata dengan

memperhatikan sarana dan prasarana, pengelolaan terhadap desa-desa

wisata yang ada serta alokasi anggaran yang baik berupa fisik maupun non

fisik sehingga pengembangan program wisata yang dilaksanakan dalam

mewujudkan desa mandiri di Kabupaten Kepulauan Selayar dapat

terselenggara sesuai dengan standarnisasi yang telah ditetapkan.

2. Kepada masyarakat selaku sdm yang terlibat diharapkan mampu

berpartisipasi dalam program desa wisata yang diselenggarakan oleh Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan dengan memanfaatkan dan mengelola serta

mengembangkan desa wisata di Kabupaten Kepulauan Selayar untuk

menjadi desa mandiri.


DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Jakarta. Balai
Pustaka.

Fatmawati EN, Satiti EN, Wahyuningsih H. 2017. Pengembangan Potensi Desa


Wisata untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Desa Ponggok
Kabupaten Klaten. Jurnal Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Surakarta 98(84).

[KEMENPAR] Kementerian Pariwisata. 2016. Statistik Profil Wisatawan


Nusantara 2016. Jakarta (ID): Kementerian Pariwisata.

Kebudayaan, D. P. dan. (2021). Dokumen Rencana Strategis 2021-2026.

Listyorini, H., Aryaningtyas, A. T., Wuntu, G., & Aprilliyani, R. (2022). Merintis
desa wisata, menguatkan kerjasama badan usaha milik desa dan kelompok
sadar wisata. Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat, 5(1), 67–74

Mamonto, H. (n.d.). Strategi dinas pariwisata dalam pengembangan pariwisata di


kabupaten bolaang mongondow timur. 1–11.

Marwantho. (2021). Strategi Pengembangan Desa Menuju Desa Mandiri Di


Kabupaten Tana Toraja. Universitas Hasanuddin.

Miles, B. Mathew dan Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif Buku
Sumber Tentang Metode-metode Baru. Jakarta: UIP

Muntasib EKS,Rachmawati E, Mulyani YA, SunkarA, Resti M2014. Interpreta


si Alam. Bogor (ID): IPB Pr.

Murphy, P. E. (1985). Tourism: A community approach. New York: Methuen.


National Parks Today (199l): Green Guide for Tourism, 31, 224–238 PNPM
Mandiri, diakses pada tanggal 23 Februari 2018.

Pantiyasa, I. W. (2013). Strategi Pengembangan Potensi Desa Menjadi Desa


Wisata di Kabupaten Tabanan. Jurnal Ilmiah Hospitality Management, 4(1),
1–28.

Paradana, A., Muhammad, & Hamrun. (2021). Strategi Dinas Pariwisata Dalam
Mengembangkan Objek Wisata Karst Rammang-Rammang Di. 2.

Raharjana DT. 2010. Membangun Pariwisata Bersama Rakyat Kajian Partisipasi


Lokal dalam Membangun Desa Wisata di Dieng Plateau. Jurnal
Kawistara 3(2): 225-328.

Soeswoyo, D. M. (2021). Potensi Pariwisata Dan Strategi Pengembangan


Pariwisata Yang. Journal of Community Services in Tourism, 2, 13–26.

78
79

Sakti Hadiwijoyo, Suryo. 2010. Perencanaan Pariwisata Perdesaan Berbasis


Masyarakat (Sebuah Pendekatan Konsep). Yogyakarta: Graha Ilmu

Sakti Hadiwijoyo, Suryo. 2012. Perencanaan Pariwisata Perdesaan Berbasis.

Sastrayuda GS. 2010. Konsep Pengembangan Desa Wisata Hand Out


Mata Kuliah Concept Resort And Leisure, Strategi Pengembangan Dan
Pengelolaan Resort And Leisure. [Internet]. Diakses pada 11 November
2016 Terdapat pada:

Soetarso Priasukmana dan R. Mohamad Mulyadin. Pembangunan Desa


Wisata: Pelaksanaan Undang-Undang Otonomi Daerah. Info Sosia L
Ekonomi Vol.2, No.1, Tahun 2001, Hal. 37

Syafitri, M., & Adnan, M. F. (2021). Strategi Pengembangan Objek Wisata


Rimbo Panti Oleh Dinas Pemuda Olahraga Dan Pariwisata Di Kabupaten
Pasaman. 5(4), 825–833.

Susilawati, Mappamiring, & Alimuddin Said. (2016). Strategi Pengembangan


Pariwisata Pantai Bira Sebagai Sumber Unggulan Pendapatan Asli di Daerah
Kabupaten Bulukumba. Jurnal Administrasi Negara, 2(3).

Yusfida I. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Wisatawan Mancanegara


Berwisata ke 15 Destinasi Pariwisata Indonesia. [Skripsi]. Bandung (ID):
Institut Teknologi Bandung.

Wardana, D., Zainal, & Ginting, A. H. (2020). Strategi Pemerintah Daerah Dalam
Pengembangan Objek Wisata Alam Teluk Jering Di Kabupaten Kampar
Provinsi Riau. Jurnal Ilmiah Wahana Bhakti Praja, 10(1), 211–219.

Winardi, 1996. Perilaku Organisasi (Organizational Behaviour). Bandung:


Tarsito.
LAMPIRAN

80
81

PEDOMAN WAWANCARA
STRATEGI PENGEMBANGAN PROGRAM DESA WISATA DALAM
MEWUJUDKAN DESA MANDIRI DI DINAS PARIWISATA DAN
KEBUDAYAAN KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

No Fokus Penelitian Pertanyaan


a. Apa saja pelatihan dan pembinaan sdm di Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan dalam

pengembangan program desa wisata dalam

mewujudkan desa mandiri di dinas pariwisata?

b. Apakah masyarakat/warga sekitar dilibatkan

dalam program desa wisata? Jika ya seperti apa

peran mereka dalam mewujudkan desa mandiri

melalui program desa wisata tersebut?

c. Bagaimana interaksi antar dinas pariwisata

dan kebudayaan dengan kelompok sadar


1 Sumber Daya Manusia
wisata (pokdarwis) sebagai penggiat wisata

di desa wisata Bontolebang?

d. Bagaimana selama ini disparbud dalam

melakukan pelatihan pembinaan terhadap

masyarakat setempat khususnya pokdarwis

selaku penggiat di desa wisata

Bontolebang?

e. Dampak apa yang dirasakan oleh

masyarakat dengan adanya program desa


82

wisata ini?

a. Berapa banyak dana alokasi khusus fisik dan

nonfisik yang digunakan dalam pengembangan

program desa wisata pertahunnya atau selama

berjalannya program desa wisata ini?

b. Apa saja program desa wisata yang mendukung

kegiatan dalam mewujudkan desa mandiri?

c. Apakah dana yang diberikan oleh

pemerintah dinas pariwisata dan budaya

2 Dana dalam pengelolaan desa wisata sudah

terpenuhi SPM (STANDAR PELAYANAN

MINIMAL) dalam menjalankannya

program desa wisata dalam mewujudkan

desa mandiri?

d. Berapa banyak pengunjung yang datang ke

desa wisata Bontolebang/bulan selama

berjalannya program desa wisata ini?

a. Langkah apa yang dilakukan oleh dinas

pariwisata dan kebudayaan dalam aktifitas


Informasi dan
3 pengembangan teknologi dan informasi dalam
Teknologi
memasarkan dan mempromosikan program desa

wisata Kabupaten Kepulauan Selayar?


83

b. Seperti apa bentuk program promosi yang

dilakukan dinas pariwisata dan kebudayaan

untuk pengembangan desa wisata dalam

mewujudkan desa mandiri?

c. Adakah promosi yang sudah dilakukan

selama berjalannya program desa wisata

selama ini?

d. Bagaimana cara yang dilakukan oleh

pokdarwis dalam mempromosikan ataupun

memasarkan program desa wisata ini?

a. Bagaimana pengelolaan atau pemeliharaan

sarana dan prasarana program desa wisata dalam

mewujudkan desa mandiri?

b. Apakah masyarakat setempat dilibatkan dalam

kegiatan program desa wisata ini? Seperti apa

keterlibatan mereka dalam mewujudkan desa

mandiri?
4 Sarana dan Prasarana
c. Bagaimana pengelolaan dan pemeliharaan

sarana dan prasarana di desa wisata

bontolebang ini?

d. Fasilitas apa saja yang sudah ada di desa

wisata Bontolebang dalam menunjang 3A

komponen dari pariwisata itu sendiri?


84

e. Apakah fasilitas yang tersedia sudah

memenuhi SPM (standar Pelayanan

minimal) dalam beerjalannya program desa

wisata ini?
85

DOKUMENTASI WAWANCARA

 Wawancara dengan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten

Kepulauan Selayar
86

 Wawancara dengan Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata

 Wawancara dengan Kepala Bidang Destinasi Pariwisata


87

 Wawancara dengan Kepala Seksi SDM dan Ekraf Pariwisata

 Wawancara dengan Ketua Pokdarwis Pantai Laguna Desa Bontolebang


88

 Wawancara dengan Bendahara BUMDes Wisata Punagaan Desa Patilereng

 Wawancara dengan Sekretaris BUMDes Wisata Puncak Tanadoang Bontomarannu


89

DOKUMENTASI 3 DESA WISATA DINAS PARIWISATA DAN


KEBUDAYAANKABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

 Wisata Punagaan di Desa Patilereng Kecamatan Bontosikuyu


90

 Wisata Puncak Tanadoang Desa Bontomarannu Kecamatan Bontomanai


91

 Wisata Pantai Laguna Desa Bontolebang Kecamatan Bontoharu


92

SURAT KEPUTUSAN BUPATI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR


93

Undangan Pelatihan Pengelolaan Desa Wisata


94

Undangan Pelatihan Peningkatan Inovasi dan Higyenitas Sajian Kuliner


95
96

Undangan Pelatihan Homestay


97

Undangan Pelatihan Digital Branding


98
99

SURAT PENELITIAN
 Surat Pengantar Dinas Penanaman Modal Terpadu Satu Pintu dan Tenaga Kerja
100

 Surat Keterangan Selesai Penelitian


101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112

RIWAYAT HIDUP
Indah Ayu Lestari dengan panggilan Ayu, lahir di

Selayar pada tanggal 16 April 1999 dari pasangan suami

istri Bapak Jamaluddin dan Ibu Supiati. Peneliti

merupakan anak ketiga dari lima bersaudara. Peneliti

sekarang bertempat tinggal di Kota Benteng Kecamatan

Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi

Selatan. Pendidikan yang ditempuh oleh peneliti yaitu SD Inpres Benteng II

Kabupaten Kepulauan Selayar tahun 2011, SMPN Muhammadiyah Benteng

Kabupaten Kepulauan Selayar tahun 2014, SMKN 1 Benteng Kabupaten

Kepulauan Selayar tahun 2017, dan sejak tahun 2018 mengikuti Program S1

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Kampus Universitas Muhammadiyah Makassar dengan nomor stambuk

105611104018. Pada tahun 2022 penulis berhasil mempertanggung jawabkan

hasil karya ilmiah dengan judul “Strategi Pengembangan Program Desa Wisata

Dalam Mewujudkan Desa Mandiri Di Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan

Kabupaten Kepulauan Selayar” dan mendapatkan gelar Sarjana Administrasi

Publik (S.AP).

Anda mungkin juga menyukai