Anda di halaman 1dari 55

JUDUL PROYEK PERUBAHAN :

STRATEGI PENINGKATAN KONSUMSI IKAN MELALUI


PENGOLAHAN IKAN DARI KONVENSIONAL KE MODERN DI
KABUPATEN SUBANG

LAPORAN PROYEK PERUBAHAN

STRATEGI PENINGKATAN KONSUMSI IKAN MELALUI


PENGOLAHAN IKAN DARI KONVENSIONAL KE MODERN DI
KABUPATEN SUBANG

Disusun Oleh:
H. SUMARNA,S.Sos.,M.A.P
NDH : 43

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA


PUSAT KAJIAN DAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN APARATUR I
JATINANGOR - SUMEDANG
2015

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wataala


karena atas segala karunia-Nya, laporan proyek perubahan Diklatpim Tk. II
Angakatan XLI kelas D Tahun 2015 telah dapat kami laksanakan dan kami
susun. Laporan proyek perubahan ini merupakan implementasi terhadap
tahapan kegiatan yang telah dipresentasikan dan disetujui oleh Asisten
Bidang Administrasi dan Pembinaan Aparatur Daerah Kabupaten Subang
sebagai Mentor. Adapun judul Laporan proyek perubahan ini yang
dilaksanakan

selama

Laboratorium

Kepemimpinan

pada

waktu

Breakhtrough II adalah Strategi Peningkatan Konsumsi Ikan Melalui


Pengolahan Ikan dari Konvensional ke Modern di Kabupaten Subang.
Adapun tahapan yang sudah dilaksanakan pada kegiatan Laboratorium
Kepemimpinan ini antara lain :
1. Bimbingan Teknis Pengembangan Industri Tepung Ikan.
2. Penyuluhan Pengembangan Usaha Perikanan Berbasis Kerakyatan
3. Pelatihan Budidaya Ikan Mas dan Nila
4. Pelatihan Teknis Usaha Perikanan
5. Sosialisasi Budidaya Ikan Jaring Terapung di Perairan Umum
6. Penyerahan bantuan Jaring Insang (Gill Net) dan Jaring Udang

(Trimmel Net) Untuk Masyarakat Nelayan


7. Penyerahan Benih Ikan Untuk Dilepaskan di Perairan Terbuka

(restocking)
8. Penyerahan Bantuan Benih dan Bibit Ikan Kualitas Unggul Bagi

Petani Ikan
9. Pemberian Bantuan Alat Pengolahan Makanan Berbahan Ikan dan

Alat Pemasaran
10. Pemberian Makanan Tambahan Berbahan Ikan Kepada Para Balita
11. Pembuatan Buku Tentang Kandungan Gizi Pada Ikan dan Cara

Memasak Ikan
12. Pembuatan Baligo, Banner, Spanduk, Leaflet, dan Pamflet untuk

kegiatan Gemarikan

Keberhasilan dan kelancaran dalam pelaksanaan proyek perubahan ini


tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk hal
tersebut sudah pada tempatnya saya menyampaikan terima kasih yang
sebesar besarnya kepada ;
1. Bupati Subang, Bapak H. Ojang Sohandi, S.STP, M.Si yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk mengikuti Diklatpim Tk. II ini.
2. Sekretaris Daerah Kabupaten Subang, Bapak Drs. H. Abdurakhman,
M.Si yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis
dalam pelaksanaan laboratorium kepemimpinan.
3. Asisten Bidang Administrasi dan Pembinaan Aparatur, Bapak H. Saad
B

Abdulgani,

bimbingan

SH,

M.Si,

kepada

yang

penulis

telah

dalam

memberikan
pelaksanaan

arahan

dan

laboratorium

kepemimpinan dan sekaligus sebagai Mentor penulis


4. Kepala

Lembaga

Administrasi

Negara

(LAN)

RI,

yang

telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti Diklatpim


Tk II, sehingga dapat berpengaruh positif terhadap perubahan
organisasi yang lebih berdaya guna dan berhasil guna.
5. Widyaiswara, Bapak Dr. Dedi Barnadi,

selaku Coach yang telah

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dari mulai tahap


Taking Ownership, Breakhtrough I sampai dengan selesainya laporan
proyek

perubahan

ini

pada

Breakhtrough

II

Laboratorium

Kepemimpinan.
6. Para Widyaiswara pada Diklatpim II Angkatan XLI Kelas D di Pusat
Kajian

dan

Pendidikan

dan

Pelatihan

Aparatur

Lembaga

Administrasi Negara Republik Indonesia (LAN RI) yang telah


memberikan bimbingan dan arahan serta pengetahuan kepada
penulis.

7. Tim Pokja Proyek Perubahan dari Dinas Kelautan dan Perikanan yang
tidak mengenal lelah membantu penulis dalam pelaksanaan proyek
perubahan.
8. Seluruh Panitia Penyelenggara Diklatpim Tk II Angkatan XLI Kelas D
di Pusat Kajian dan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur I Lembaga
Administrasi Negara Republik Indonesia (LAN RI) yang telah
membantu penulis selama penulis mengikuti Diklatpim Tk II.

Subang, 24 Juli 2015,


Penulis,

H. Sumarna, S.Sos., M.A.P

DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN

Latar Belakang
....
Area Proyek Perubahan
.. ..

1. Rasionalitas Pemilihan/Penerapan Area Proyek Perubahan

2. Keterkaitan Area Perubahan Dengan Isu Strategis Organisasi

.. .

A.

B.

C.

D.

Ruang Lingkup

1. Internal (Output dan Outcome)

2. Eksternal (Output dan Outcome)

..

Kriteria Keberhasilan

. .

10

1. Indikator Keberhasilan

. .

10

2. Faktor Kunci Keberhasilan


BAB II : DESKRIPSI PROYEK PERUBAHAN
A.

B.

. .

11

13

Roadmap/Milestone Proyek Perubahan

..

13

1. Kegiatan .. ..

13

2. Stakeholders

.. .

19

3. Peta Jaringan (Netmap) . .

21

4. Waktu Pelaksanaan

.. .

22

5. Perbandingan Kondisi/Keadaan ...

22

a. Kondisi Awal (Sebelum Proyek Perubahan) .

22

b. Kondisi saat ini (setelah Proyek Perubahan) .

23

Stakeholder Proyek Perubahan

. .

23

.. .

23

2. Eksternal .. .

24

Strategi Komunikasi .. .

26

1. Internal
C.

BAB III : PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN

27

. .

27

A.

Capaian Proyek Perubahan

B.

Kendala : Internal dan Eksternal

. .

27

C.

Strategi Mengatasi Kendala .

28

BAB IV : PENUTUP

..

29

A.

Kesimpulan

.. .

30

B.

Rekomendasi .

30

DAFTAR PUSTAKA

31

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

...

iii

DAFTAR GAMBAR

...

iv

DAFTAR LAMPIRAN ..

vi

ii

DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Data Perkembangan Produksi Ikan

.. 7

Tabel 2 : Data Konsumsi Ikan Per Kapita

. 8

Tabel 3 : Data Perkembangan PDRB dan Income Per Kapita

..

Tabel 4 : Internal Stakeholders

19

Tabel 5 : External Stakeholders

19

Tabel 6: Waktu Pelaksanaan

19

iii

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1: Sumbangan Konsumsi Protein Ikan Indonesi ....

Gambar 2 : Alur Pikir atau Framework ....

12

Gambar 2: Kuadran Stakeholders

20

Gambar 3: Peta Jaringan Proyek Perubahan

..

21

iv

DAFTAR LAMPIRAN
1. Berita Acara Penyerahan Judul
2. SK Mentor
3. Surat Penyataan Komitmen Mentor
4. SK Kelompok Kerja Proyek Perubahan
5. Proyek Charter yang Disetujui Mentor
6. Berita Acara Penyerahan Hasil Kegiatan Proyek Perubahan
7. Formulir Kegiatan Peserta Diklat

(Hari/Tgl/Kegiatan/Diinfikan ke Coach

tgl) & Paraf Mentor


8. Log Activity

KESEPAKATAN AREA PERUBAHAN PESERTA DIKLAT PIM TINGKAT II

TAKING OWNERSHIP (BREAKTHROUGH 1)


DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II

STRATEGI PENINGKATAN KONSUMSI IKAN DI KABUPATEN SUBANG


DENGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN PRODUK BAHAN BAKU IKAN

Disusun Oleh:
H. SUMARNA,S.Sos.,M.A.P
NDH :

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA


PUSAT KAJIAN DAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN APARATUR I
JATINANGOR - SUMEDANG

2015
1

KESEPAKATAN AREA PERUBAHAN


PESERTA DIKLATPIM TINGKAT II
1. Judul:
Strategi Peningkatan Konsumsi Ikan di Kabupaten Subang dengan Tekno;ogi
Pengolahan Produk Bahan Baku Ikan.

A. Deskripsi Singkat Tusi Unit Kerja


Landasan Hukum dan Peraturan Tusi
a. Landasan Hukum
1. Undang-undang No. 4 Tahun 1968, tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta
dan Kabupaten Subang;
2. Undang-undang No. 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Undang-undang No. 12 Tahun 2008, tentang
Perubahan

Kedua

atas

Undang-undang

No.

32

Tahun

2004,

tentang

Pemerintahan Daerah;
3. Undang-undang No. 33 Tahun 2004, tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
4. Peraturan Pemerintah No.

105 Tahun 2000,

tentang

Pengelolaan

dan

Pertanggungjawaban Keuangan Daerah;


5. Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2001, tentang Pembinaan dan Pengawasan
atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;
6. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007, tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan

antara

Pemerintah,

Pemerintahan

Daerah

Provinsi

dan

Pemerintahan Daerah Kabupaten;


7. Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007, tentang Organisasi Perangkat Daerah;
8. Peraturan Pemerintah Kabupaten Subang No. 4 Tahun 2013, tentang Perubahan
atas Peraturan Daerah Kabupaten Subang Nomor 7 Tahun 2008, Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten
Subang;
9. Peraturan Bupati Subang No. 14 C 13 Tahun 2008, tentang Tugas Pokok dan
Fungsi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang.
b. Peraturan Tusi
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang merupakan unsur pelaksana
otonomi daerah dipimpin oleh kepala dinas yang berkedudukan di bawah dan
bertanggung jawab kepada Bupati Subang.
2

Dalam menyelenggarakan tugas pokoknya dibidang kelautan dan perikanan, Dinas


Kelautan dan Perikanan mempunyai fungsi :
1. Perumusan kebijaksanaan teknis di bidang kelautan dan perikanan
2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang
kelautan dan perikanan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bupati
3. Pembinaan dan pelaksanaan kegiatan di bidang kelautan dan perikanan
4. Pengelolaan administrasi umum, meliputi urusan umum, urusan keuangan,
urusan kepegawaian dan perlengkapan dinas.
Untuk melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud di atas, maka Dinas
Kelautan dan Perikanan mempunyai kewenangan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan Kebijakan Pengembangan dan Pengelolaan Wilayah Pesisir
Termasuk Sumberdaya Alam di Wilayah Laut Kewenangan Kabupaten/Kota
2. Pelaksanaan Pengawasan dan Penegakan Hukum
Kewenangan

Kabupaten

dan

Pemberian

Informasi

di Wilayah Laut
Apabila

Terjadi

Pelanggaran di Luar Batas Kewenangan Kabupaten.


3. Pelaksanaan

dan

Koordinasi

Perijinan

Terpadu

Pengelolaan

dan

Pemanfaatan Wilayah Laut.


4. Pemberdayaan Masyarakat Pesisir di Wilayah Kewenangan Kabupaten.
5. Pelaksanaan pencegahan pencemaran dan kerusakan Sumber Daya Ikan
Serta Lingkungannya.
6. Pelaksanaan Eksplorasi, Eksploitasi, konservasi dan Pengelolaan Kekayaan
Perairan Danau, Sungai, Rawa dan Wilayah Perairan Lainnya di Wilayah
Kabupaten.
7. Rehabilitasi Kawasan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Yang Mengalami
Kerusakan (Kawasan Mangrove, Lamun dan Terumbu Karang).
8. Pengelolaan dan Pemanfaatan Perikanan di Wilayah Laut Kewenangan
Kabupaten.
9. Pelaksanaan Kebijakan Pemberdayaan Nelayan Kecil.
10. Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pelelangan di Tempat Pelelangan Ikan
(TPI).
11. Pelaksanaan Kebijakan Pembudidayaan Ikan dan Perlindungannya.
12. Pelaksanaan Kebijakan Mutu Benih/Induk Ikan.
13. Pelaksanaan Kebijakan Pengelolaan Penggunaan Sarana dan Prasarana
Pembudidayaan Ikan.
14. Pengawasan Perbenihan, Pembudidayaan ikan dan System Pengendalian
Hama dan Penyakit Ikan.
3

15. Pelaksanaan Kebijakan, Pembangunan dan Pengelolaan Balai Benih Ikan Air
Tawar, Air Payau dan Laut.
16. Pelaksanaan Kebijakan Pengolahan Hasil Perikanan dan Pemasarannya.
17. Pembangunan, Perawatan dan Pengelolaan Pasar Ikan

B. Struktur Organisasi
Struktur organisasi Dinas Kelautan dan Perikanan berdasarkan Peraturan Daerah
Kabupaten Subang Nomor 7 Tahun 2008, tanggal 13 Juni 2008 tentang Susunan Organisasi
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang adalah sebagai berikut :
Kepala Dinas
I.

Sekretaris Dinas
1. Sub Bagian Keuangan
2. Sub Bagian Kepegawaian
3. Sub Bagian Umum

II. Bidang Perikanan Budidaya


1. Seksi Perikanan Air Tawar
2. Seksi Perikanan Air Payau
3. Seksi Pengendalian Perikanan Air Tawar dan Payau
III. Bidang Kelautan dan Perikanan Tangkap
1. Seksi Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Perikanan Tangkap
2. Seksi Pengembangan Perikanan Tangkap
3. Seksi Pengendalian dan Perlindungan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan
Tangkap
IV. Bidang Bina Usaha
1. Seksi Perijinan dan Kelembagaan
2. Seksi Pemasaran, Permodalan dan Investasi
3. Seksi Usaha dan Pengolahan Hasil
V. Bidang Program
1. Seksi Identifikasi dan Perumusan Program
2. Seksi Data dan Informasi
3. Seksi Evaluasi dan Pelaporan
VI. Kelompok Jabatan Fungsional
1. Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah

2. Latar Belakang.
Ikan, baik ikan segar maupun ikan olahan memiliki kandungan gizi sangat tinggi, yakni
rendah kolesterol, tinggi asam lemak tak jenuh ganda omega-3 dan relatif lebih tinggi
4

kuantitas dan mutu protein (kelengkapan komposisi asam amino dan kemudahan untuk
dicerna) daripada bahan pangan sumber protein lainnya. Oleh karena itu, ikan dengan
segala keunggulan gizi yang dimiliki dapat dijadikan sebagai sumber pangan masa
depan yang mempunyai banyak manfaat untuk pertumbuhan.
Terkait dengan hal tersebut, Indonesia sangat berpeluang untuk menjadikan ikan
sebagai sumber protein utama guna meningkatkan gizi masyarakat, karena memiliki
potensi ikan melimpah.
Namun besarnya potensi tersebut tidak diikuti dengan tingkat konsumsi ikan dalam
negeri yang tinggi pula. Menurut Direktorat Pemasaran Dalam Negeri/PDN (2014),
penyediaan ikan untuk konsumsi di Indonesia pada tahun 2014 adalah 40,95 kg/kapita
dengan tingkat konsumsi ikan 38 kg/kapita. Tingkat konsumsi ini masih di ba-wah tingkat
konsumsi ikan di beberapa negara, di antaranya Jepang (140 kg/kapita), Korea Selatan
(115 kg/kapita), Amerika Serikat (110 kg/kapita), Singapura (110 kg/kapita), Hongkong
(115 kg/ kapita), Malaysia (70 kg/kapita), dan Thailand (75 kg/kapita). Kabupaten
Subang sendiri sebagai daerah penghasil ikan, baik ikan air tawar maupun ikan laut,
yakni 31,51 kg/kapita pada tahun 2014 dan masih dibawah target daerah yaitu 32,52
kg/kapita.
Rendahnya tingkat konsumsi ikan per kapita masyarakat Indonesia, disebabkan oleh
dua hal yang terkait dengan lemahnya sisi ketersediaan (supply) dan rendahnya tingkat
permintaan (demand). Pada sisi ketersediaan, rendahnya konsumsi ikan masyarakat
Indonesia disebabkan kurang meratanya suplai ikan bermutu, kurangnya sarana
prasarana penjualan, distribusi ikan yang baik dan higienis, yang mampu menjangkau
seluruh penjuru daerah dan adanya produk substitusi ikan. Sementara pada sisi
permintaan, banyak faktor diduga berperan dalam pembentukan budaya makan ikan
yang masih rendah di Indonesia sampai saat ini, di antaranya:
1. Ketersediaan ikan segar yang rendah di pasaran,
2. Perilaku dan budaya tabu makan ikan dalam komunitas masyarakat tertentu,
Pengetahuan gizi di kalangan ibu yang masih rendah,
3. Harga ikan dan produknya yang relatif lebih mahal daripada yang lainnya, serta
daya beli masyarakat yang rendah,
4. Rendahnya ragam jenis ikan dan produk diversifikasi olahan hasil perikanan dan
penguasaan teknologi yang masih minim,
5. Masalah prestise dan preferensi di kalangan masyarakat tertentu yang
menganggap bahwa produk ikan merupakan bahan pangan inferior,
6. Ketakutan akan terkontaminasi logam-logam berat dari perairan tercemar. Dalam
hal ini perilaku, persepsi dan preferensi konsumen menjadi penting untuk
diketahui.
5

Kabupaten Subang memiliki luas wilayah sebesar 205.176,95 ha dan memiliki panjang
pantai sebesar 68,0 km dengan budaya pesisir yang kuat dan budaya petani ikan yang
mengakar sejak lama sehingga Kabupaten Subang mempunyai potensi perikanan yang
sangat layak untuk dikembangkan. Hal ini dapat dilihat pada sumbangan subsektor
perikanan terhadap PDRB Kabupaten Subang menurut sektor pertanian sebesar 6,84 %
atau 1,95% dari total PDRB Kab. Subang pada tahun 2012 (Tabel 1.1).

Besarnya

potensi yang ada memerlukan suatu strategi yang tepat agar potensi tersebut dapat
diwujudkan dan dikembangkan sehingga dapat memberikan kesejahteraan kepada
masyarakat khususnya masyarakat Kabupaten Subang.
TABEL 1.1
PDRB ATAS HARGA KONSTAN 2009 2012 (jutaan Rupiah)
No.

LAPANGAN
USAHA

I.
1.1

PERTANIAN
Tanaman dan
Bahan Makanan
Tanamana

1.2

Perkebunan
Peternakan &

1.3

Hasil2nya

2009

2010

2011

2012

Rp

Rp

Rp

Rp

2.123.043,38

30,04

2.175.005,12

29,50

2.261.781,26

29,37

2.290.944,79

28,46

1.433.507,09

20,29

1.474.444,75

20,00

1.550.195,57

20,13

1.573.771,99

19,55

82.326,02

1,17

82.973.,58

1,13

83.986,77

1,09

84.825,99

1,05

444.884,42

6,30

452.498,79

6,14

460.400,92

5,98

462.514,61

5,75

1.4

Kehutanan

12.456,45

0,18

12.633,58

0,17

12.809,18

0,17

13.111,86

0,16

1.5

Perikanan

149.869,42

2,12

152.454,42

2,07

154.388,81

2,00

156.720,34

1,95

Sumber : Subang Dalam Angka 2013

Strategi yang dapat dilakukan dapat dibagi menjadi tiga kelompok karakteristik strategi,
adalah:
1. Strategi peningkatan produksi;
2. Strategi pengembangan dan peningkatan hasil olahan perikanan;
3. Strategi pengembangan permintaan hasil produksi perikanan.
Strategi tersebut dapat diperinci dalam strategi-strategi yang dilaksanakan oleh
Pemerintah Kabupaten Subang melalui Dinas Kelautan dan Perikanan yaitu:
1. Melaksanakan promosi potensi kelautan dan perikanan Kabupaten Subang
2. Membuka lapangan usaha baru dibidang kelautan dan perikanan
3. Meningkatkan kampanye/sosialisasi gerakan makan ikan
4. Mengadakan kerjasama dengan pihak perguruan tinggi dan atau swasta untuk
transfer teknologi bidang kelautan dan perikanan
5. Perbaikan dan peningkatan sarana dan prasarana dibidang kelautan dan
perikanan

6. Adanya suatu usaha perlindungan bagi sumberdaya perikanan yang semakin


punah
7. Meningkatkan sistem informasi pemasaran
8. Meningkatkan pengelolaan budidaya perikanan
9. Mengadakan kaji terap teknologi kelautan dan perikanan
10. Mencari pakan alternatif untuk menekan biaya produksi yang tinggi
11. Menjaga kelestarian sumber daya kelautan dan perikanan

Strategi yang selama ini telah dijalankan telah berhasil menaikkan produksi perikanan di
Kabupaten Subang dengan terus meningkatnya produksi perikanan di Kabupaten Subang
(Tabel 1.2). Tapi hal ini masih dapat ditingkatkan melihat potensi pengolah ikan yang
membutuhkan hasil produksi perikanan sebagai bahan baku. Pada akhirnya, pengolah hasil
perikanan juga membutuhkan demand atau permintaan dari pasar yang dapat ditingkatkan
dengan suatu gerakan kampanye atau sosialisasi gemar makan ikan.
Tabel 1.2
Pertumbuhan Produksi Perikanan
JUMLAH PRODUKSI ( TON )
No.
1

Kegiatan Usaha

Tahun
2010

Tahun
2011

Tahun
2012

Tahun
2013

Tahun
2014

18.240,93

18.243,58

18.243,83

18.324,03

18.847,62

18.912,034

535,6

542,89

451,87

396,88

374,67

359,261

18.776,53

18.786,47

18.695,70

18.720,91

18.713,31

19.271,30

Penangkapan
-

Laut

Perairan Umum
Jumlah 1

Tahun
2009

Budidaya
-

Tambak

12.885,72

13.610

14.563,04

18.754,64

28.541,31

28.756,93

Kolam Air

6.256,97

14.103,74

14.187,98

11.624,31

9.276

9.291,81

1.168,87

182,83

177,59

51,19

2.873,00

4.708,19

4.867,12

5.138,26

8.258,84

8.297,46

440

85

88,00

72

36

4,58

0,11
46.349,31

Tenang
-

Sawah

Kolam Air Deras

Budidaya Laut

Karamba
Jumlah 2

23.624,56

32.689,76

33.883,73

35.644,98

44.124,14

Jumlah 1 + 2

42.401,09

51.476,23

52.579,43

54.365,89

57.048,81

Sumber : Dinas Kelautan dan Peikanan Kab. Subang

65.620,61

3.

Identifikasi Kondisi Organisasi


Identifikasi Permasalahan Sektor Kelautan dan Perikanan
1.

Permasalahan Sumber Daya Manusia

2.

Permasalahan Sumber Daya Ikan

3.

Permasalahan Teknologi Yang Digunakan

4.

Permasalahan Sarana dan Prasarana

Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah


Visi Kabupaten Subang : Terwujudnya Kabupaten Subang yang Religius, Berilmu, Mandiri,
Berbudaya dan Bergotong Royong
Diuraikan inti uraian Visi:
a. Pemerintahan yang Bermartabat (Gapura Permata)
b. Infrastruktur Berkelanjutan (Gapura Intan)
c. Ekonomi Masyarakat (Gapura Emas)
d. Pendidikan Rakyat (Gapura Perak)
e. Sehat, rapi, Bersih dan Indah (Gapura Serasi)

berdasarkan Visi Pemerintah Kabupaten Subang, maka dIuraikan kedalam Misi yang terdiri
dari :
1.

Mewujudkan Aparatur Pemerintah Yang Cerdas, Lugas dan Terpercaya

2.

Meningkatkan Ketersediaan Infrastruktur Yang Baik dan Berwawasan Lingkungan

3.

Mewujudkan Ekonomi Mandiri Berbasis Ekonomi Kerakyatan dan Keunggulan


Daerah

4.

Mewujudkan Sumber Daya Manusia Yang Berilmu, Religius dan Berbudaya

5.

Mewujudkan Masyarakat dan Lingkungan Yang Serasi dan Bergotong Royong

Hubungan/keterkaitan antara misi dengan tugas pokok dan fungsi setiap dinas/SKPD dalam
konteks pelayanan kelautan dan perikanan adalah pada misi yang ketiga yaitu mewujudkan
Ekonomi Mandiri Berbasis Ekonomi Kerakyatan dan Keungguan daerah.
Telaahan Renstra Kementerian/Lembaga dan Provinsi.
Visi Kementerian Kelautan dan Perikanan
8

Pembangunan Kelautan dan Perikanan yang Berdaya Saing dan Berkelanjutan Untuk
Kesejahteraan Masyarakat
Misi Kementerian Kelautan dan Perikanan
1. Mengoptimalkan Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan
2. Meningkatkan Nilai Tambah dan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan
3. Memelihara Daya Dukung dan Kualitas Lingkungan Sumberdaya Kelautan dan
Perikanan

Arahan Visi dan Misi Kementerian Kelautan dan Perikanan dikaitkan dengan tugas pokok
dan fungsi SKPD/Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang :
1. Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan
2. Mengoptimalkan Pembangunan Kelautan dan Perikanan

Visi Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat


1. Masyarakat Perikanan dan Kelautan Jawa Barat Yang maju dan Sejahtera
2. Meningkatkan Produktivitas dan Daya Saing Sumberdaya Perikanan dan Kelautan
3. Meningkatkan Usaha dan Nilai Tambah Produk Perikanan dan Kelautan
4. Meningkatkan

Pengelolaan,

Pengawasan,

Pengendalian

dan

Pelestarian

Sumberdaya Perikanan dan Kelautan

Keterkaitan Visi, misi Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat, dengan Tugas
pokok dan fungsi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang
Penentuan Isu-Isu Strategis.
1. Melaksanakan promosi potensi kelautan dan perikanan Kabupaten Subang
2. Membuka Lapangan Usaha Baru dibidang Kelautan dan Perikanan
3. Meningkatkan Sosialisasi Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan)
4. Mengadakan Kerja Sama Dengan Pihak Perguruan Tinggi dan Atau Swasta Untuk
Transfer Teknologi Bidang Kelautan dan Perikanan
5. Perbaikan dan Peningkatan Sarana dan Prasarana dibidang Kelautan dan Perikanan
6. Perlindungan Sumber Daya Perikanan Yang Semakin Punah
7. Meningkatkan Sistem Informasi Pemasaran
8. Meningkatkan Pengelolaan Budidaya Perikanan Dengan Menjaga Kualitas Air Agar
Tetap baik
9. Mengadakan Kaji Terap Teknologi Budidaya
9

10. Mencari pakan Alternatif Untuk Menekan Biaya Produksi Yang Tinggi
11. Menjaga Kelestarian Sumber Daya Perikanan

4. Identifikasi Harapan Organisasi yang Akan Datang.


1) Visi
Terwujudnya Pembangunan Kelautan dan Perikanan yang Berdaya Saing dan
Berwawasan Lingkungan serta Berkelanjutan yang berbasis gotong royong
2)

Misi
1.

Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM kelautan dan perikanan yang


produktif

2.

Meningkatkan sarana dan prasarana kelautan dan perikanan.

3.

Meningkatkan kuantitas dan kualitas produk kelautan dan perikanan

4.

Meningkatkan kelestarian sumberdaya kelautan dan perikanan

5.

Penanggulangan dan pengendalian hama penyakit ikan

6.

Meningkatkan Pembangunan Kelautan dan Perikanan

3) Sasaran dan Tujuan


Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah
1. Tujuan 1 : Meningkatnya jumlah dan kualitas SDM kelautan dan perikanan
yang produktif
Sasaran 1 : SDM Pembudidaya Ikan
Sasaran 2 : SDM Nelayan
Sasaran 3 : SDM Pengolah dan Pemasar Hasil Perikanan
Sasaran 4 : SDM Aparatur Kelautan dan Perikanan
2. Tujuan 2 : Meningkatnya Sarana dan Prasarana Kelautan dan Perikanan
Sasaran 1 : Sarana dan Prasarana Penangkapan Ikan
Sasaran 2 : Sarana dan Prasarana Pengawasan Sumber daya Kelautan dan
Perikanan
Sasaran 3 : Sarana dan Prasarana Budidaya Ikan
Sasaran 4 : Sarana dan Prasarana Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan
3. Tujuan 3 : Meningkatnya kuantitas dan kualitas produk kelautan dan
perikanan
Sasaran 1 : Produk Ikan Hasil Tangkapan
Sasaran 2 : Produk Ikan Hasil Budidaya
Sasaran 3 : Produk Ikan Hasil Olahan
4. Tujuan 4 : Terjaganya Kelestarian Sumber Daya Kelautan dan Perikanan
10

Sasaran 1 : Sumber Daya Ikan di Laut


Sasaran 2 : Sumber Daya Ikan di Pesisir Pantai
Sasaran 3 : Sumber daya Ikan di Perairan Umum
5. Tujuan 5 : Terkendalinya Serangan Hama Penyakit Ikan
Sasaran 1 : Budidaya Tambak
Sasaran 2 : Budidaya Ikan Air Tawar
6. Tujuan 6 : Meningkatnya Pembangunan Kelautan dan Perikanan
Sasaran 1 : Pembudidaya Ikan
Sasaran 2 : Nelayan
Sasaran 3 : Pengolah dan Pemasar Hasil Perikanan

5. Area Organisasi Bermasalah.


Kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan di Kabupaten Subang merupakan
penjabaran dari tujuan dan sasaran misi dan tujuan pembangunan kelautan dan
perikanan nasional. Salah satu tujuan pembangunan kelautan dan perikanan nasional
adalah meningkatkan jumlah produksi dan konsumsi ikan nasional. Untuk dapat
mewujudkan hal tersebut, di Kabupaten Subang masih terdapat kendala-kendala
sebagai berikut:
1. Masih rendahnya tingkat konsumsi ikan di Kabupaten Subang yaitu baru 30 %
apabila dibandingkan dengan tingkat konsumsi nasional yang 35%.
2. Masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang manfaat makan ikan.
3. Belum berkembangnya keanekaragaman produk-produk hasil olahan dari bahan
baku ikan.
4. Belum optimalnya pemasaran produksi hasil olahan ikan.
Area Perubahan Terpilih yang Ingin Dicapai
I. Strategi I : Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM Kelautan dan Perikanan yang
produktif.
Kebijakan pada strategi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan SDM nelayan dengan sasaran :

Nelayan yang usianya dianggap masih produktif (15 50 Tahun)

Meningkatnya pengetahuan, sikap dan keterampilan nelayan, meningkatnya


SDM aparatur kelautan dan perikanan dengan sasaran peningkatan ilmu
pengetahuan dan keterampilanaparatur Kelauutan dan Perikanan
11

2. Meningkatnya SDM pengolah dan pemasaran hasil perikanan dengan sasaran:

Pengolah dan pemasar hasil perikanan yang usianya masih produktif (15 60
Tahun)

Meningkatkan

pengetahuan,

sikap

dan

keterampilan

pengolah

dan

pemasaran hasil perikanan.


3. Meningkatnya SDM pembudidaya ikan dengan sasaran :

Para pembudidaya ikan yang usianya masih produktif (15 60 Tahun)

Meningkatnya pengetahuan, sikap dan keterampilan para pembudidaya ikan.

4. Meningkatnya SDM aparatur Kelautan dan Perikanan dengan sasran :

Peningkatan Ilmu Pengetahuan dan keterampilan aparatur Kelautan dan


Perikanan.

II. Strategi 2 : Meningkatnya produksi Kelautan dan Perikanan yang berkualitas


Kebijakan pada strategi ini adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya produksi ikan hasil tangkapan di laut, dengan sasaran :

Meningkatnya jumlah produksi ikan hasil penangkapan di laut.

Meningkatnya jalur penangkapan ikan.

2. Meningkatnya produksi ikan hasil tangkapan di perairan umum, dengan sasaran :

Meningkatnya jumlah produksi ikan hasil penangkapan.

3. Meningkatnya produksi ikan hasil budidaya tambak, dengan sasaran ;

Meningkatnya jumlah produksi ikan hasil budidaya di tambak.

Meningkatnya penerapan teknologi budidaya.

Meningkatnya normalisasi saluran tambak.

4. Meningkatnya produksi ikan hasil budidaya perikanan air tawar, dengan sasaran:

Meningkatnya penerapan teknologi budidaya air tawar.

Meningkatnya produksi hasil budidaya perikanan air tawar.

5. Meningkatnya produksi ikan hasil olahan, dengan sasaran :

Meningkatnya jumlah produksi ikan hasil olahan.

6. Identifikasi Stakeholder dan Kebutuhan Total.


Kelompok Stakeholder
1. Promoters memiliki kepentingan besar terhadap Proyek Perubahan & juga
kekuatan untuk membantu membuatnya berhasil (atau menggelincirkannya)
a. Promotor (Bupati Kab. Subang : Bpk. H. Ojang Sohandi, SSTP.,M.Si)
b. Mentor (Asda III : Bpk. Saad Abdul Gani, SH., M.Si)
12

c. Sekretaris Dinas, Kepala Bidang, Kepala Seksi, Kepala UPTD, dan Pelaksana
di Lingkungan Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Subang.
d. KUD Mina, Kelompok Nelayan, dan Kelompok Petani Ikan
2. Defenders memiliki kepentingan pribadi & dapat menyuarakan dukungannya dlm
komunitas, tetapi kekuatannya kecil untuk mempengaruhi Proyek Perubahan
a. Wakil Bupati Kab. Subang ( Ibu Hj. Imas Aryumningsih, S)
b. Sekretaris Daerah Kab. Subang ( Bpk. Drs. H. Maman Abdurrahman, M.Si)
c. Kepala Bappeda Kab. Subang
3. Latents tidak memiliki kepentingan khusus maupun terlibat dalam Proyek
Perubahan, tetapi memiliki kekuatan besar untuk mempengaruhi Proyek
Perubahan Upaya jika mereka menjadi tertarik
a. Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
b. Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pemasaran
c. Kepala Bagian Ekonomi Setda Kab. Subang
4. Apathetics kurang memiliki kepentingan maupun kekuatan, bahkan mungkin
tidak mengetahui adanya Upaya

7. Alternatif/Pilihan/Terobosan/Inovasi Rencana Solusi Pemecahan Organisasi dan


Rencana Kerja Berdasarkan Area Perubahan Pilihan
1. Bidang Kelautan
a. Pengadaan Kapal Penangkap 12 GT
b. Pengadaan Alat Tangkap Gill Net
c. Sosialisasi Kelengkapan Surat-surat Usaha Tangkap
d. Perbaikkan Tempat Pendaratan Ikan dan Tempat Pelelangan Ikan
2. Bidang Bina Usaha
a. Sosialisasi Gemar Makan Ikan
b. Sosialisasi Pengolahan Rumput Laut
c. Sosialisasi Pengolahan Produksi Perikanan Bebas Bahan Makanan Berbahaya
d. Pengadaan alat rantai dingin
e. Pengadaan alat produksi pengolahan perikanan.
f.

Pengadaan mobil cool box

g. Perbaikkan pabrik es
3. Bidang Budidaya
a. Sosialisasi Penerapan Teknologi Terbaik Pada Budidaya Perikanan
b. Pengadaan Bibit Ikan Unggul
c. Pengadaan Benih Ikan Unggul
d. Pencegahan penyakit pada ikan
13

e. Perbaikkan Tempat Pelelangan Hasil Tambak


f.

Perbaikkan Sarana dan Prasarana Tambak

g. Restocking/Penebaran Benih Ikan Pada Perairan Umum

ATASAN LANGSUNG
PESERTA DIKLAT

PESERTA DIKLAT

(H. SUMARNA,S.Sos.,M.A.P)

( Drs. H. MAMAN ABDURRAHMAN)

COACH

14

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang

Indonesia memiliki banyak potensi dari sektor agribisnis yang dapat dijadikan tonggak
pembangunan nasional. Salah satu sektor agribisnis yang memiliki potensi yang cukup besar
yaitu sektor perikanan. Dilihat dari sisi geografis, luas perairan Indonesia lebih luas dari
daratannya, sehingga sektor perikanan sangat strategis untuk dapat dikembangkan sebagai
penggerak ekonomi nasional. Potensi yang cukup besar yang tersimpan didalam lingkungan
perairan Indonesia, sudah seharusnya mampu dimanfaatkan oleh pemerintah. Kementerian
Kelautan dan Perikanan mencanangkan peningkatan target produksi dari sektor perikanan
budidaya sebesar 353 persen. Konsep peningkatan produktifitas perikanan Indonesia pun
terdapat dalam program kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan saat ini dengan
mencanangkan konsep industrialisasi perikanan di berbagai sentra produksi perikanan. Salah
satu kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan sesuai dengan Surat Keputusan Menteri
Kelautan dan Perikanan No. 32/MEN/2010 tentang Penetapan Kawasan Minapolitan dengan
tujuan tercapainya peningkatan produksi untuk 10 komoditas unggulan perikanan budidaya
antara lain rumput laut, udang, kakap, kerapu, bandeng, mas, nila, patin, lele dan gurame.
Data SUSENAS (Survey Sosial Ekonomi Nasional) BPS menunjukkan bahwa sumbangan
protein ikan terhadap konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia mencapai 57%. Ini
terjadi seiring dengan kecenderungan pergeseran konsumen dalam pemenuhan kebutuhan
protein hewani dari red meat kepada white meat. Mutu protein pada bahan pangan ditentukan
oleh tinggi-rendahnya asam amino esensial yang dikandungnya. Dan protein ikan memiliki
keunggulan dibandingkan dengan sumber protein lainnya yaitu kelengkapan komposisi asam
amino dan kemudahannya untuk dicerna tubuh. Disamping itu, kandungan gizi ikan yang kaya
omega 3 juga menyumbang terhadap peningkatan kecerdasan masyarakat Indonesia.

Gambar 1. Sumbangan Konsumsi Protein Ikan Indonesia

Laporan Akhir Proyek Perubahan Diklatpim II Kab. Subang H. Sumarna|

Ikan juga bersifat universal, dapat diterima semua agama dan semua golongan (tidak
memerlukan ritual khusus terkait penyembelihan) serta dapat dikonsumsi oleh semua
kelompok umur. Keragamanan yang sangat tinggi pada ikan baik dari segi jenis, bentuk, warna,
rasa dan ukuran juga menyebabkan ikan dapat diproses lebih lanjut menjadi berbagai macam
produk olahan. Hal lainnya, ikan juga mempunyai keragaman dan kisaran harga yang sangat
bervariasi sehingga dapat memenuhi semua segmen kelas ekonomi. Sehingga dengan biaya
terbataspun, kebutuhan protein dapat lebih tercukupi.
Sebagai penyedia lapangan kerja dan penghasil devisa, perikanan telah berkontribusi terhadap
penciptaan dan pengembangan industri rumah tangga, usaha mikro kecil menengah dan
industri besar berskala ekspor. Menurut FAO (2012), diantara produk pangan, perdagangan
internasional ikan merupakan yang paling dinamis dengan pertumbuhan nilai perdagangan yang
tinggi. Sekitar 80% produksi ikan dan hasil perikanan lainnya berasal dari negara berkembang,
dan 50% diantaranya diekspor ke pasar internasional. Dengan berkembangnya industri
perikanan baik berskala nasional maupun global telah mendorong berkembangnya industri
manufaktur dan jasa pendukung.
Dari sisi konsumsi, tingkat konsumsi ikan per kapita masyarakat Indonesia tertinggal hampir
dari semua negara di ASEAN. Tahun 2012 tercatat tingkat konsumsi ikan Indonesia sebesar
34,76 kg per kapita dan pada tahun 2013 ditargetkan meningkat menjadi 35,14 kg per kapita.
Meski konsumsi ikan Indonesia masih rendah, namun dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa sumbangan protein ikan
Indonesia terhadap total konsumsi protein hewani masih lebih tinggi dibanding negara-negara
ASEAN yang memiliki tingkat konsumsi ikan lebih tinggi dari Indonesia seperti Malaysia,
Philipina, Thailand, Vietnam dan Myanmar.
Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi perikanan di Indonesia yang didominasi oleh
budidaya ikan air tawar. Hal ini dikarenakan potensi budidaya ikan air tawar dan teknologi
budidaya di daerah Jawa Barat telah berkembang dengan baik. Ditambah lingkungan perairan
Jawa Barat, seperti sungai, danau, waduk dan lainnya sangat cocok untuk kegiatan budidaya
ikan. Salah satu contoh perairan di Jawa Barat yang dikembangkan untuk kegiatan budidaya
perikanan yaitu waduk Cirata, Jatiluhur dan Saguling. Waduk yang mendapatkan pengairan dari
sungai Citarum tersebut dikembangkan budidaya ikan didalam Keramba Jaring Apung (KJA).
Jawa Barat memiliki beberapa sentra produksi perikanan dengan berbagai komoditas ikan air
tawar yang diunggulkan. Komoditas ikan air tawar unggulan Jawa Barat diantaranya ikan mas,
ikan nila dan ikan lele.
Daerah di Jawa Barat yang terkenal akan produksi budidaya ikannya yaitu Kabupaten Subang.
Pada tahun 2014 produksi ikan di Kabupaten Subang mencapai 2. 073,36 ton dengan
Laporan Akhir Proyek Perubahan Diklatpim II Kab. Subang H. Sumarna |

pertumbuhan produksi 12,55 persen. Teknologi budidaya ikan telah berkembang dengan pesat
di Kabupaten Subang, bahkan belakangan mulai dikembangkan teknologi reproduksi ikan
dengan rekayasa genetik. Pengembangan teknologi rekayasa genetik pada reproduksi ikan
dikembangkan oleh para peneliti dan Guru Besar IPB yang bekerjasama dengan Balai
Budidaya Perikanan. Sehingga produksi ikan dapat ditingkatkan dengan baik di berbagai sentra
produksi perikanan. Dari data diatas menunjukan potensi yang cukup besar dalam
mengembangkan komoditas ikan Kabupaten Subang.
Dibandingkan dengan produksi perikanan budidaya daerah lain di Jawa Barat, Kabupaten
Subang merupakan salah satu sentra produksi dengan produktifitas yang cukup tinggi.
Pengembangan teknologi dan kebijakan pemerintah daerah terhadap kegiatan usaha tani
perikanan budidaya merupakan faktor pendukung dalam peningkatan produksi perikanan
budidaya.
Potensi yang cukup besar yang dimiliki oleh sektor perikanan Kabupaten Subang mampu
menghasilkan peluang usaha baru dalam memaksimalkan potensi yang ada, khususnya dalam
bidang pengolahan produk perikanan. Karakteristik produk perikanan yang mudah rusak dan
tidak tahan lama menyebabkan daya saing produk perikanan dalam bentuk ikan segar kurang
mampu bersaing dengan produk substitusi yang ada di pasaran. Penanganan pasca panen dari
kegiatan budidaya perikanan di Kabupaten Subang harus dapat ditingkatkan, karena jika
penanganan pasca panen yang kurang optimal akan menyebabkan nilai jual produk perikanan
menurun. Dengan begitu pengembangan teknologi pengolahan hasil perikanan sangat
dibutuhkan di Kabupaten Subang.
Konsumsi ikan pada masa mendatang diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan
peningkatan kesejahteraan dan kesadaran masyarakat akan arti penting nilai gizi produk
perikanan bagi kesehatan dan kecerdasan otak. Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui
Dirjen. Pemanfaatan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) terus mengkampanyekan
Gerakan Makan Ikan (GEMARIKAN) dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat
dalam mengkonsumsi ikan. GEMARIKAN digencarkan pemerintah untuk mengembangkan
peluang pasar bagi produk-produk olahan hasil perikanan.
Di subsistem hilir pelaku usaha pengolahan ikan menjadi ujung tombak dalam meningkatkan
dan merangsang konsumsi ikan masyarakat. Karena dengan berbagai varian dan inovasi
pengolahan dapat meningkatkan nilai tambah (added value ) dari komoditas perikanan yang
selama ini hanya dikonsumsi dalam bentuk ikan segar. Berbagai keunggulan kegiatan
pengolahan cukup mampu memberikan manfaat lebih terhadap komoditas perikanan, seperti
daya tahan yang meningkat, penyimpanan yang mudah dan cita rasa serta keunikan yang
mampu merangsang tingkat konsumsi ikan masyarakat. Sifat produk perikanan yang mudah
Laporan Akhir Proyek Perubahan Diklatpim II Kab. Subang H. Sumarna |

rusak dengan kondisi potensi produksi budidaya yang cukup baik, maka keberadaan unit usaha
pengolahan perikanan sangat dibutuhkan.
Menurut Amri (2007) penanganan pasca panen dengan menggunakan teknologi pengolahan,
ikan-ikan yang diproduksi mampu menghasilkan nilai tambah bagi pelaku usaha perikanan.
Pengolahan ikan bermanfaat dalam meningkatkan nilai tambah produk-produk perikanan,
seperti daya tahan produk lebih lama, cita rasa lebih tinggi, harga meningkat, memudahkan
dalam kegiatan pemasaran, penyimpanan lebih mudah dan daya saing produk di pasaran
meningkat.
Menurut Kurniawan (2011) ikan dan hasil perikanan merupakan bahan pangan yang mudah
membusuk, sehingga proses pengolahan bertujuan untuk menghambat atau menghentikan
aktivitas zat-zat dan mikroorganisme yang dapat menyebabakan kerusakan mutu ikan. Selain
untuk menghambat atau menghentikan aktivitas zat-zat dan mikroorganisme, pengolahan juga
bertujuan untuk memperpanjang daya tahan dan mendiversifikasikan produk olahan hasil
perikanan. Proses pengolahan hasil perikanan meliputi pengolahan dengan suhu rendah,
penggaraman, pemindangan, pengeringan, pengasapan, fermentasi, pengolahan dengan suhu
tinggi, dan diversifikasi pengolahan ikan.
1. Penanganan dengan suhu rendah
Pengolahan dengan suhu rendah merupakan proses pemindahan panas dari tubuh ikan
ke bahan lain. Penanganan dengan suhu rendah terdiri dari pendinginan dan
pembekuan. Pendinginan terhadap ikan memiliki kelebihan yaitu sifat-sifat asli ikan
tidak mengalami perubahan tekstur, rasa, dan bau. Pembekuan ikan menggunakan suhu
jauh dibawah titik beku ikan dan mengubah hamper seluruh kandungan air pada ikan
menjadi es. Pendinginandan pembekuan hanya mampu menghambat pertumbuhan
mikroorganisme dan menghambat aktivitas mikroorganisme sehingga aktivitas akan
kembali normal jika suhu tubuh ikan kembali naik.
2. Penggaraman
Penggaraman merupakan cara pengawetan yang sudah lama dilakukan dalam
pengolahan hasil perikanan. Tujuan dari penggaraman adalah untuk memperpanjang
daya tahan dan daya simpan ikan. Pengawetan ikan dengan cara penggaraman terdiri
dari dua proses yaitu proses pengeringan dan proses penggaraman. Proses pengeringan
dilakukan dengan mengurangi kadar air dalam badan ikan sampai titik tertentu sehingga
bakteri tidak dapat hidup dan berkembang lagi. Ikan yang mengalami proses
penggaraman menjadi awet karena garam dapat menghambat dan membunuh bakteri
penyebab kebusukan ikan.
3. Pemindangan
Laporan Akhir Proyek Perubahan Diklatpim II Kab. Subang H. Sumarna |

Pemindangan ikan merupakan cara pengawetan ikan sekaligus pengolahan ikan yang
menggunakan teknik penggaraman dan pemanasan ikan. Prinsip pemindangan adalah
perebusan ikan dalam suasana bergaram selama jangka waktu tertentu da dalam suatu
wadah terbuka atau tertutup. Perebusan ikan pada suhu dan tekanan normal tersebut
dapat membunuh bakteri yang ada pada ikan. Penambahan garam akan mengawetkan
produk karena garam mempunyai sifat bakterisidal dan bakteriostatik. Lama perebusan
dan konsentrasi garam air erebus berpengaruh terhadap rasa dan daya awet produk
pindang.
4. Pengeringan
Pengeringan ikan merupakan cara pengawetan ikan dengan mengurangi kandungan air
pada ikan yang dapat menyebabkan pembusukan terhambat atau terhenti sehingga ikan
yang dikeringkan mempunyai waktu simpan lebih lama.
5. Pengasapan
Pengasapan merupakan cara pengolahan atau pengawetan dengan memanfaatkan
kombinasi perlakuan pengeringan dan pemberian senyawa kimia alami dari hasil
pembakaran bahan bakar alami. Pengasapan ikan bertujuan untuk mengawetkan ikan
dengan memanfaatkan bahan alam dan memberi rasa dan aroma yang khas.
6. Fermentasi
Fermentasi merupakan cara pengolahan melalui proses penguraian senyawa dari bahanbahan protein kompleks. Fermentasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu fermentasi
yang menghasilkan produk dengan bentuk dan sifat yang berubah, misalnya terasi,
kecap ikan, dan fermentasi yang menghasilkan senyawa-senyawa yang memiliki
kemampuan atau daya awet dalam produk, misalnya pembuatan ikan peda.
7. Pengolahan dengan suhu tinggi
Pengalengan ikan merupakan cara pengawetan dengan penggunaan panas untuk
mengurangi jumlah seminimal mungkin serta mematikan mikroorganisme pembusuk
dan mengubah ikan dari bentuk mentah menjadi produk yang siap disajikan.
Pengalengan harus memperhatikan kemasan dan sterilisasi. Kemasan harus tertutup
dengan sangat rapat sehingga tidak dapat ditembus oleh air, udara, kerusakan akibat
oksidasi, atau perubahan cita rasa. Sterilisasi adalah usaha untuk membebaskan alat-alat
atau bahan-bahan dari segala bentuk macam kehidupan terutama mikroorganisme.
8. Diversifikasi pengolahan ikan
Perkembangan

teknologi

menyebabkan

pengolahan

hasil

perikanan

semakin

berkembang, tidak hanya sebatas proses pengolahan saja, tetapi sudah disesuaikan
dengan keinginan dan selera konsumen. Diversifikasi produk olahan ikan dilakukan
Laporan Akhir Proyek Perubahan Diklatpim II Kab. Subang H. Sumarna |

untuk mengoptimalkan pengolahan dan untuk memenuhi keinginan dan selera


konsumen. Diversifikasi produk olahan ikan diantaranya petis, abon, dendeng,
kerupuk, sosis, nugget, siomay, bakso, kaki naga, ekado, otak-otak, dan empek-empek.
B.

Area Proyek Perubahan


1. Rasionalitas Pemilihan/Penerapan Area Proyek Perubahan
Sebagai daerah produsen ikan, tingkat konsumsi ikan di Kabupaten Subang masih
terbilang rendah. Masih rendahnya rata-rata tingkat konsumsi ikan Kabupaten
Subang adalah hal yang patut disayangkan, mengingat sebagai sumber pangan, ikan
mengandung banyak kandungan gizi esensial yang sangat bermanfaat. Pada setiap
ekor ikan terkandung berbagai macam mineral yang diperlukan oleh tubuh (iodium,
seng, kalium, kalsium, dll), vitamin, protein, dan asam lemak yang sangat
bermanfaat untuk kesehatan serta membantu perkembangan otak dan kecerdasan.
Sementara itu, kandungan omega 3 pada ikan dan hasil laut lainnya seperti tiram,
udang, cumi melebihi 100 mg/100 gram berat ikan yang dapat dimakan, jauh di atas
bahan pangan lain seperti sapi 22 mg/100 gram berat daging, ayam 19 mg/100 gram
berat daging, terlebih lagi babi 0 mg/100 gr. Selain itu, ikan merupakan sumber
protein hewan yang relatif murah, mudah didapat, dapat dibuat berbagai macam
masakan dengan cita rasa yang beragam, menyehatkan dan mencerdaskan, serta
tidak ada keraguan akan kehalalannya.
Rendahnya tingkat konsumsi ikan di Kabupaten Subang, dapat dibagi menjadi tiga
aspek penyebab, yaitu:
1. Aspek ketersedian produk perikanan, yang dapat diurai menjadi beberapa
penyebab yaitu:
a) Tidak kontinyunya pasokan ikan
b) Rendahnya kualitas produk ikan
c) Belum berkembangnya diversifikasi produk perikanan
d) Belum meratanya distribusi produk perikanan
e) Sarana dan prasarana produksi perikanan yang masih rendah
f) Terbatasnya teknologi produksi, pengolahan, dan pemasaran
2. Aspek permintaan produk perikanan, dengan penyebab yaitu:
a) Adanya mitos dan persepsi negatif makan ikan
b) Rendahnya pengetahuan tentang kandungan gizi ikan
c) Belum berkembangnya preferensi aneka olahan berbahan ikan
3. Aspek kelembagaan, dengan faktor penyebab:
Laporan Akhir Proyek Perubahan Diklatpim II Kab. Subang H. Sumarna |

a) Belum optimalnya kerjasama lembaga terkait dalam usaha peningkatan


konsumsi ikan
b) Belum berkembangnya data dan informasi tentang ikan dan prosuk
olahannya
c) Kurangnya data supply dan demand produk perikanan
2. Keterkaitan Area Perubahan Dengan Isu Strategis Organisasi
Pembangunan kelautan dan perikanan di Kabupaten Subang dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan walaupun peningkatannya tidak terlalu signifikan.
Indikator yang dijadikan tolok ukur untuk menentukan meningkat tidaknya
pembangunan kelautan dan perikanan antara lain dari perkembangan produksi
ikan, konsumsi per kapita, dan perkembangan pendapatan sedangkan yang menjadi
pendorong / pemacu meningkatnya pembangunan kelautan dan perikanan adalah
adanya pelaksanaan program / kegiatan yang merupakan implementasi dari suatu
kebijakan.
Produksi ikan di Kabupaten Subang dari tahun 2013 2014 mengalami
peningkatan baik produksi yang berasal dari penangkapan maupun budidaya. Data
selengkapnya adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Data Perkembangan Produksi Ikan
No

Jenis Usaha

Penangkapan
Laut

Tahun 2013

Tahun 2014

Tertimbang (%)

18.243,83

18.324,03

0,44

451,87

396,88

(12,17)

18.695,70

18.720,91

0,13

Tambak

14.563,04

18.754,64

26,93

Kolam Air Tenang

14.187,98

11.624,31

(18,07)

177,59

51,19

(71,17)

4.867,12

5.138,26

5,57

88,00

72,00

(18,18)

Jumlah II

33.883,73

35.644,98

TOTAL

52.579,43

54.365,89

Perairan Umum
Jumlah I
II

Jumlah Produksi Ikan (Ton)

Budidaya

Sawah
Kolam Air Deras
Rumput Laut

3,40

Sedangkan konsumsi ikan per kapita di Kabupaten Subang dari tahun 2013 2014
mengalami peningkatan walaupun secara prosentase menunjukkan bahwa

Laporan Akhir Proyek Perubahan Diklatpim II Kab. Subang H. Sumarna |

kenaikkan konsumsi ikan tidak sebesar kenaikkan prosuksi ikan. Data


selengkapnya adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Data Konsumsi Ikan Per Kapita
No

Uraian

1.

Konsumsi Per Kapita

Konsumsi Ikan Per Kapita (Kg/Kapita/Tahun)


Tahun 2013

Tahun 2014

Kenaikan (%)

22,60

23,06

2,03

Perkembangan PDRB dan Income Per Kapita di Kabupaten Subang dari tahun
2013 2014 mengalami peningkatan yang sangat signifikan dimana ini
membuktikan bahwa dari sektor perikanan mulai tumbuh menjadi sektor andalan
di Kabupaten Subang. Data selengkapnya adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Data Perkembangan PDRB dan Income Per Kapita
Uraian

Perkembangan PDRB dan Income Per Kapita (Rp)


Tahun 2013

Tahun 2014

Kenaikan (%)

PDRB

96.975.099

318.425.080

228,3

Income / Kapita

18.329

39.627,70

116,2

Dari data-data di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa sektor perikanan
mengalami pergeseran dari sektor sekunder menjadi sektor primer penyokong
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Subang. Oleh karena ini, perlu adanya suatu
strategi dan kebijakan yang tepat agar sektor perikanan, baik perikanan tangkap
maupun perikanan budidaya, dapat terus tumbuh dan berkembang. Peningkatan
pertumbuhan produksi tetap harus didukung oleh peningkatan konsumsi ikan agar
stabilitas antara supply dan demand tetap terjaga dengan baik sehingga sektor
perikanan menjadi sektor primadona di Kabupaten Subang.
Dari hasil benchmarking Diklatpim II yang dilaksanakan di Thailand dapat diambil
pembelajaran yang patut dicontoh, antara lain:
1. Pelatihan dan pengembangan teknologi perikanan baik untuk para nelayan,
petani ikan, maupun pelaku industri perikanan agar dapat memiliki daya saing.
2. Ketersediaan pasar dan regulasi pemerintah yang melindungi industri perikanan.
3. Pengembangan pusat-pusat (clusters) berbasis perikanan baik perikanan
budidaya maupun perikanan tangkap.
4. Pengembangan dan perkuatan dalam industri kapal, khususnya kapal nelayan.
C.

Ruang Lingkup
Laporan Akhir Proyek Perubahan Diklatpim II Kab. Subang H. Sumarna |

Dalam proyek perubahan ini ruang lingkup difokuskan pada peningkatan konsumsi
ikan baik melalui peningkatan produksi ikan, pengolahan, maupun pemasaran.
Sedangkan output dan outcome yang diharapkan muncul adalah sebagai berikut:
1. Internal (Output dan Outcome)
Unit eselon II atau SKPD merupakan suatu unit organisasi yang memiliki entitas
sendiri, ini berarti unit eselon II memiliki area yang merupakan tanggungjawab
untuk menghasilkan jabaran kebijakan dan strategi yang tepat dan memiliki proses
transformasi dan pada akhirnya menghasilkan kegiatan yang tepat sebagai outputnya.
Pada proyek perubahan ini, output yang dihasilkan adalah:
a. Buku Panduan Pembuatan Standar Pelayanan dan Buku Pembuatan Standart

Operation Procedure (SOP) untuk Dinas Kelautan dan Perikanan;


merupakan buku panduan untuk pembuatan suatu standar pelayanan dan
pembuatan standart operational procedure (SOP) untuk pelayanan dan
kegiatan yang ada di Dinas Kelautan dan Perikanan.
b. Surat Keputusan Bupati Subang tentang Kelompok Kerja Terpadu
Pemasyarakatan Konsumsi Ikan; sebagai dasar hukum bagi kerjasama antara
SKPD

di

lingkung

Pemerintah

Kabupaten

Subang

dalam

upaya

meningkatkan konsumsi ikan.


Adapun outcome dari kegiatan tersebut adalah peningkatan kinerja dari Dinas
Kelautan dan Perikanan serta kerjasama yang baik dan terarah dengan SKPD
lainnya.
2. Eksternal (Output dan Outcome)
Sesuai dengan Tusi dari Dinas Kelautan dan Perikanan, maka output dalam proyek
perubahan ini yaitu:
1. Bimbingan Teknis Pengembangan Industri Tepung Ikan.
2. Penyuluhan Pengembangan Usaha Perikanan Berbasis Kerakyatan
3. Pelatihan Budidaya Ikan Mas dan Nila
4. Pelatihan Teknis Usaha Perikanan
5. Sosialisasi Budidaya Ikan Jaring Terapung di Perairan Umum
6. Penyerahan bantuan Jaring Insang (Gill Net) dan Jaring Udang (Trimmel

Net) Untuk Masyarakat Nelayan


7. Penyerahan Benih Ikan Untuk Dilepaskan di Perairan Terbuka

(restocking)

Laporan Akhir Proyek Perubahan Diklatpim II Kab. Subang H. Sumarna |

8. Penyerahan Bantuan Benih dan Bibit Ikan Kualitas Unggul Bagi Petani

Ikan
9. Pemberian Bantuan Alat Pengolahan Makanan Berbahan Ikan dan Alat

Pemasaran
10. Pemberian Makanan Tambahan Berbahan Ikan Kepada Para Balita
11. Pembuatan Buku Tentang Kandungan Gizi Pada Ikan dan Cara

Memasak Ikan
12. Pembuatan Baligo, Banner, Spanduk, Leaflet, dan Pamflet untuk

kegiatan Gemarikan
Kegiatan-kegiatan tersebut diatas diharapkan dapat memberikan outcome berupa:
a.

Berkembangnya pengetahuan masyarakat dalam usaha perikanan

b.

Meningkatnya pengetahuan petani ikan dalam berbudiaya ikan

c.

Meningkatnya

pengetahuan

masyarakat

pelaku

industri

berbasis

perikanan baik industri yang bersifat hulu (pakan dan benih ikan)
maupun hilir (industri pengolahan makanan berbahan ikan)
d.

Meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang manfaat makan ikan dan


cara pengelohan ikan yang baik dan enak.

D.

Kriteria Keberhasilan
1. Indikator Keberhasilan
a. Terlaksananya Bimbingan Teknis Pengembangan Industri Tepung Ikan.
b. Terlaksananya Penyuluhan Pengembangan Usaha Perikanan Berbasis
Kerakyatan
c. Terlaksananya Pelatihan Budidaya Ikan Mas dan Nila
d. Terlaksananya Pelatihan Teknis Usaha Perikanan
e. Terlaksananya Sosialisasi Budidaya Ikan Jaring Terapung di Perairan
Umum
f. Terlaksananya Penyerahan bantuan Jaring Insang (Gill Net) dan Jaring
Udang (Trimmel Net) Untuk Masyarakat Nelayan
g. Terlaksananya Penyerahan Benih Ikan Untuk Dilepaskan di Perairan
Terbuka (restocking)
h. Penyerahan Bantuan Benih dan Bibit Ikan Kualitas Unggul Bagi Petani Ikan
i.

Terlaksananya Pemberian Bantuan Alat Pengolahan Makanan Berbahan


Ikan dan Alat Pemasaran

Laporan Akhir Proyek Perubahan Diklatpim II Kab. Subang H. Sumarna |

10

j.

Terlaksananya Pemberian Makanan Tambahan Berbahan Ikan Kepada


Para Balita

k. Terwujudnya Buku Tentang Kandungan Gizi Pada Ikan dan Cara Memasak
Ikan
l.

Terwujudnya Baligo, Banner, Spanduk, Leaflet, dan Pamflet untuk kegiatan


Gemarikan

2. Faktor Kunci Keberhasilan


a. Tim kerja yang solid dan terkendalikan;
b. Tersedianya sarana dan prasarana;
c. Komitmen bersama antara Pemerintah Daerah, Para Kelompok Nelayan,
KUD Mina, Petani Ikan, Pelaku industri perikanan, dan Masyarakat dalam
meningkatkan produksi dan konsumsi ikan
Secara garis besar, aksi perubahan yang dilaksanakan dapat dilihat pada alur pikIr atau frame

work dibawah ini,

Laporan Akhir Proyek Perubahan Diklatpim II Kab. Subang H. Sumarna |

11

RPJMD
RENSTRA DINAS
VISI-MISI DINAS
TUPOKSI DINAS
DASAR HUKUM

Diagnostic Reading

KONDISI

HARAPAN

GEJALA
PERMASALAHAN
(GAP)

ALTERNATIF
PRIORITAS
PERMASALAHAN (
AREA PERUBAHAN)

SOLUSI
PERUBAHAN
(INOVASI)

HASIL
BENCHMARKING
1. Pelatihan
dan
pengembangan
teknologi perikanan
2. Ketersediaan
pasar
dan
perlindungan Pemerintah
3. Pengembangan cluster berbasis
perikanan
4. Pengermbangan dan perkuatan
industry kapal nelayan

PETA
STAKEHOLDERS

SMART OFFICE

PERKIRAAN KENDALA /
H
A

STRATEGI MENGATASI
KENDALA

MILESTONE

MANFAAT

1. Meningkatkan
Kinerja Dinas
2. Meningkatkan
pengetahuan,
nelayan,
petani
ikan, pelaku usaha,
dan
masyarakat
tentang ikan dan
perikanan

FAKTOR KUNCI

FAKTOR KUNCI
KEBERHASILAN

JANGKA PENDEK
IMPLEMENTASI

JANGKA MENENGAH
JANGKA PANJANG

Gambar 2. Alur piki atau framework proyek perubahan

Laporan Akhir Proyek Perubahan Diklatpim II Kab. Subang H. Sumarna |

12

BAB II
DESKRIPSI PROYEK PERUBAHAN
A.

Roadmap/Milestone Proyek Perubahan


1. Kegiatan
1)

i.

Tahap Perencanaan
Tahap Persiapan
Tahap persiapan merupakan tahap yang penting karena menentukan kelancaran dari
tahapan-tahapan selanjutnya. Dalam tahap persiapan dimulai dari orientasi di area
Dinas Kelautan dan Perikanan untuk mengetahui perkembangan terkini yang terjadi
selama Project Leader mengikuti Diklatpim II di Kampus Pusat Kajian dan Diklat
Aparatur I LAN RI Jatinangor.

ii.

Studi Literatur
Studi Literatur dilakukan sebagai tolok ukur dan benchmarking dari setiap tahapan
yang akan dilaksanakan agar produk yang dihasilkan sesuai dengan kaidah-kaidah
yang baku dan umum berlaku.
2)

i.

Tahap Pengorganisasian
Pembuatan Teamwork
Sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Subang No. 962/KEP. /DKP/V/2015 tentang Penunjukan Tim Pengelola Proyek
Perubahan Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Subang pada tanggal 19 Mei 2015 tim
pengelola mempunyai tugas melakukan analisis prosedur, pengembangan, melakukan
penerapan, sosialisasi, melakukan monitoring dan evaluasi serta penyempurnaanpenyempurnaan hasil kegiatan.
Tim pengelola dibentuk menjadi 2 (dua) Tim Kelompok Kerja (Pokja) dengan
anggota dari Dinas Kelautan dan Perikanan. Tim Pokja I bertugas untuk melakukan
sosialisasi, pelatihan, dan bantuan kepada para nelayan dan petani ikan. Tim Pokja
bertugas untuk menyusun Buku Panduan Standar Pelayanan dan Buku Panduan

Standart Operation Procedur (SOP), kelengkapan kegiatan Gemarikan 2015


ii.

Sosialisasi Proyek Perubahan


Proyek perubahan ini perlu disosialisasikan kepada seluruh staf di Dinas Kelautan
dan Perikanan. Sosialisasi ini dilakukan karena proyek perubahan yang dilaksanakan
akan berimbas pula kepada seluruh jajaran staf di lingkungan Dinas Kelautan dan
Perikanan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Laporan Akhir Proyek Perubahan Diklatpim II Kab. Subang H. Sumarna |

13

3)

Tahap Pelaksanaan

i.

Buku Panduan Pembuatan Standar Pelayanan di Dinas Kelautan dan Perikanan


a. Maksud penyusunan petunjuk teknis adalah sebagai acuan atau panduan bagi Dinas
Kelautan dan Perikanan dalam penyusunan, penetapan, dan penerapan Standar
Pelayanan.
b. Tujuan petunjuk teknis penyusunan, penetapan, dan penerapan Standar Pelayanan
adalah untuk memberikan kepastian, meningkatkan kualitas dan kinerja pelayanan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan selaras dengan kemampuan Dinas
Kelautan dan Perikanan sehingga mendapatkan kepercayaan masyarakat.
c. Sasaran petunjuk teknis ini adalah agar Dinas Kelautan dan Perikanan mampu
menyusun, menetapkan, dan menerapkan Standar Pelayanan dengan baik dan
konsisten.
Dalam menyusun, menetapkan dan menerapkan suatu Standar Pelayanan dilakukan
dengan memperlihatkan prinsip :
a)

Sederhana. Standar pelayanan yang mudah dimengerti, mudah diikuti, mudah


dilaksanakan, mudah diukur, dengan prosedur yang jelas dan biaya terjangkau bagi
masyarakat maupun penyelenggara.

b) Konsistensi. Dalam penyusunan dan penerapan standar pelayanan harus


memperhatikan ketetapan dalam mentaati waktu, prosedur, persyaratan, dan
penetapan biaya pelayanan yang terjangkau.
c)

Partisipatif. Penyusunan Standar Pelayanan dengan melibatkan masyarakat dan pihak


terkait untuk membahas bersama dan mendapatkan keselarasan atas dasar komitmen
atau hasil kesepakatan.

d) Akuntabel. Hal-hal yang diatur dalam Standar Pelayanan harus dapat dilaksanakan
dan dipertanggungjawabkan secara konsisten kepada pihak yang berkepentingan.
e)

Berkesinambungan. Standar Pelayanan harus dapat berlaku sesuai perkembangan


kebijakan dan kebutuhan peningkatan kualitas pelayanan.

f)

Transparansi. Standar Pelayanan harus dapat dengan mudah diakses dan diketahui
oleh seluruh masyarakat.

g)

Keadilan. Standar pelayanan harus menjamin bahwa pelayanan yang diberikan dapat
menjangkau semua masyarakat yang berbeda status ekonomi, jarak lokasi geografis,
dan perbedaan kapabilitas fisik dan mental.
Laporan Akhir Proyek Perubahan Diklatpim II Kab. Subang H. Sumarna |

14

ii.

Buku Panduan Pembuatan SOP di Dinas Kelautan dan Perikanan

Standart Operation Procedur (SOP) adalah serangkaian instruksi tertulis yang


dibakukan mengenai berbagai proses Penyelenggaraan administrasi Pemerintahan,
bagaimana dan kapan harus dilakukan dimana dan oleh siapa dilakukan.
Penyusunan SOP harus memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut:
a.

Kemudahan dan kejelasan. Prosedur-prosedur yang distandarkan harus dapat


dengan mudah dimengerti dan diterapkan oleh semua pegawai bahkan seseorang
sama sekali baru dalam tugas pelaksanaan tugasnya.

b.

Efisiensi dan efektivitas. Prosedur-prosedur yang distandarkan harus merupakan


prosedur yang paling efisien dan efektif dalam proses pelaksanaan tugas.

c.

Keselarasan. Prosedur-prosedur yang distandarkan harus selaras dengan prosedurprosedur standar lain yang terkait.

d.

Ketertekunan. Output dari prosedur-prosedur yang distandarkan mengandung


standar kualitas (mutu) tertentu yang dapat diukur pencapaian keberhasilannya.

e.

Dinamis. Prosedur-prosedur yang distandarkan harus dengan cepat dapat


disesuaikan dengan kebutuhan peningkatan kualitas pelayanan yang berkembang
dalam administrasi Pemerintahan.

f.

Berorientasi pada pengguna (mereka yang dilayani). Prosedur-prosedur yang


distandarkan harus mempertimbangkan kebutuhan pengguna (customers needs)
sehingga dapat memberikan kepuasan kepada pengguna.

g.

Kepatuhan hukum. Prosedur-prosedur yang distandarkan harus memenuhi


ketentuan dan peraturan-peraturan pemerintah yang berlaku.

h.

Kepastian hukum. Prosedur-prosedur yang distandarkan harus ditetapkan oleh


pimpinan sebagai sebuah produk hukum yang ditaati, dilaksanakan dan menjadi
instrument untuk melindungi pegawai dari kemungkinan tuntutan hukum.

iii.

Bimbingan Teknis Pengembangan Industri Tepung Ikan.


Merupakan suatu bimbingan teknis bagi para kelompok mandiri pakan ikan yang
bertujuan memberikan penjelasan teknis dan pratik mengolah sisa-sisa pengolahan ikan
menjadi tepung ikan yang dapat berkualitas dan terjamin mutunya sehingga dapat
bersaing di pasar.

iv.

Penyuluhan Pengembangan Usaha Perikanan Berbasis Kerakyatan

Laporan Akhir Proyek Perubahan Diklatpim II Kab. Subang H. Sumarna |

15

Merupakan temu wicara dengan para pengusaha mikro di bidang perikanan sehingga
didapat suatu persamaan persepsi dan keselarasan antara Pemerintah dengan para
pengusaha mikro yang bergerak di bidang perikanan mengenai pengembangan usaha
perikanan rakyat.
v.

Pelatihan Budidaya Ikan Mas dan Nila


Materi Pelatihan Budidaya Ikan Mas dan Nila ini dimaksudkan untuk meningkatkan
kompetensi para penyuluh perikanan dan pelaku utama dan pelaku usaha perikanan
dengan maksud meningkatkan kompetensi dalam pengembangan potensi ikan mas
sebagai produk unggulan yang bernilai ekonomis.

vi.

Pelatihan Teknis Usaha Perikanan


Usaha di bidang perikanan merupakan usaha yang cukup panjang. Dari mulai industri
bahan pakan ikan, pakan ikan, pembenihan ikan, pendederan ikan, pembesaran ikan,
sampai industri pengolahan merupakan suatu mata rantai yang dapat dikembangkan
sebagai suatu usaha yang menjanjikan secara ekonomis. Oleh karena itu perlu diadakan
suatu pelatihan yang intesif.

vii.

Sosialisasi Budidaya Ikan Jaring Terapung di Perairan Umum


Jaring terapung merupakan suatu jenis budidaya yang memanfaatkan perairan terbuka
seperti waduk, danau, situ, dan embung. Kelebihan budidaya ini adalah investasi awal
relatif rendah karena tidak memerlukan biaya lahan dan pembuatan kolam serta ikan
cepat besar karena ada makanan alamiah dari daerah tersebut. Tapi terdapat pula
kekurangannya yaitu pakan ikan yang ditebar dan tidak termakan oleh ikan lama
kelamaan akan mengalami pembusukan dan dapat merusak ekosistem dari tempat
jaring apung itu berada. Pemerintah mulai membatasi jumlah luas dari jaring apung
sehingga perlu dilakukan suatu sosialisasi langsung kepada masyarakat pembudidaya
ikan jaring terapung sehingga mereka dapat mengolah jaring terapung dengan baik tanpa
merusak ekosistem yang ada.

viii.

Penyerahan bantuan Jaring Insang (Gill Net) dan Jaring Udang (Trimmel Net) Untuk
Masyarakat Nelayan
Merupakan langkah yang diambil oleh Dinas Kelautan dan Perikanan dalam membantu
para nelayan ekonomi lemah yang kesulitan dalam penggantian jenis jaring dari jaring
pukat yang telah dilarang pemerintah karena dapat merusak lingkungan biota laut
menjadi jenis jaring yang diijinkan oleh pemerintah.

ix.

Penyerahan Benih Ikan Untuk Dilepaskan di Perairan Terbuka (restocking)


Ikan merupakan salah satu mata rantai dari suatu ekosistem air. Karena adanya
overfishing dan perlakuan terhadap lingkungan perairan yang tidak bijak, maka terjadi
Laporan Akhir Proyek Perubahan Diklatpim II Kab. Subang H. Sumarna |

16

penyusutan jumlah ikan di perairan umum yang akan berakibat rusaknya rantai dari
ekosistem perairan. Untuk memperbaiki dan menjaga ekosistem perairan maka Dinas
Kelautan dan Perikanan perlu melakukan restocking atau penebaran benih-benih ikan
di perairan umum agar jumlah ikan yang ada tetap terjaga.
x.

Penyerahan Bantuan Benih dan Bibit Ikan Kualitas Unggul Bagi Petani Ikan
Balai Budidaya Ikan telah mengembang berbagai varian atau spicies dari ikan budidaya
yang memiliki bebrbagai keunggulan seperti: tahan penyakit, pertumbuhan yang cepat,
kebutuhan pakan yang lebih sedikit, dan kemampuan beradaptasi dalam kondisi air
tertentu. Dalam rangka meningkatkan produksi hasil perikanan khususnya perikanan
budidaya dan memasyarakatkan benih ikan berkualitas unggul, maka Dinas Kelautan
dan Perikanan memberikan bantuan benih dan bibit ikan kualitas unggul kepada para
pembudidaya ikan. Bibit yang dibagikan antara lain: ikan mas jenis Rajadanu, ikan nila
hitam jenis Nirwana, ikan nila merah jenis Nifi, ikan patin, dan ikan lele jenis
Sangkuriang dan Mutiara.

xi.

Pemberian Bantuan Alat Pengolahan Makanan Berbahan Ikan dan Alat Pemasaran
Dalam menyerap hasil produksi ikan dan dalam memenuhi selera pasar terhadap
berbagai jenis hasil olahan ikan, maka Pemerintah Daerah Kabupaten Subang melalui
Dinas Kelautan dan Perikanan perlu memberikan suatu stimulasi berupa bantuan alatalat pengolah kepada para produsen makanan berbahan ikan yang memeiliki modal
terbatas agar dapat meningkatkan kapasitas produksi sesuai permintaan pasar yang terus
meningkat.
Hasil produksi juga perlu didiukung oleh sistem pemasaran yang aktif dengan tetap
memperhatikan kaidah-kaidah kesehatan berupa sistem rantai dingin. Oleh sebab itu,
maka Dinas Kelautan dan Perikanan memberikan pula bantuan alat-alat pemasaran
berupa frezzer dan cool box agar hasil prosuk olahan dapat dipasarkan dalam jangka
waktu yang lebih panjang dengan kondisi yang tetap menarik tanpa zat pengawet.

xii.

Pemberian Makanan Tambahan Berbahan Ikan Kepada Para Balita


Dalam masyarakat Indonesia, masih saja terdapat anggapan yang negatif tentang
kebiasaan makan ikan. Oleh karena itu dirasakan perlunya suatu terobosan untuk
memperkenalkan dan membiasakan kepada anak usisa balita untuk menyukai makan
ikan. Dinas Kelautan dan Perikanan melakukan pemberian makanan tambahan
makanan berbahan ikan.

xiii.

Pembuatan Buku Tentang Kandungan Gizi Pada Ikan dan Cara Memasak Ikan
Dalam acara Gemarikan yang direncanakan diadakan awal bulan Agustus, akan
dibagikan kepada para serta buku yang menerangkan kelebihan-kelebihan dari ikan
Laporan Akhir Proyek Perubahan Diklatpim II Kab. Subang H. Sumarna |

17

sebagai bahan makanan. Buku ini juga berisikan aneka resep masakan ikan beserta cara
pembuatanya dan cara penyajiannya. Diharapkan dengan buku ini terbukalah wawasan
dari peserta tentang aneka masakan ikan dan manfaatnya.
xiv.

Pembuatan leaflet, pamflet, dan banner Gemarikan

Leaflet, pamflet, dan banner Gemarikan berisi penjelasan singkat dan jelas mengenai
manfaat makan ikan dan cara pengolahannya segaligus sebagai media ajakan, himbauan,
dan promosi akan arti pentingnya peningkatan konsumsi ikan.
4)
i.

Tahap Monitoring dan Evaluasi

Monitoring
Tahap monitoring merupakan tahap yang sangat menentukan dalam proyek perubahan
ini. Hal ini disebabkan karena stakeholders yang terlibat tidak hanya dari dalam Dinas
Kelautan dan Perikanan itu sendiri, tapi juga melibatkan stakeholders dari luar Dinas
Kelautan dan Perikanan yaitu dari pengurus KUD, pengusaha yang bergerak di bidang
perikanan, nelayan, dan petani ikan dengan melibatkan sumberdaya material yang tidak
sedikit. Setiap kegiatan yang dilaksanakan harus terlaporkan dengan baik dari mulai
tahap perencanaan, pelaksanaan, sampai pada tahap evaluasi sehingga dapat diambil
langkah-langkah selanjutnya.

ii.

Evaluasi
Mengadakan suatu evaluasi dari setiap kegiatan harus dilakukan agar setiap
perkembangan dapat terlaksana dengan baik karena setiap kesalahan dan capaian yang
tidak sesuai target dapat terdeteksi sejak awal dan dapat segera dilakukan perbaikan
sedini mungkin. Dengan demikian capaian sasaran sesuai target yang direncanakan
dapat tercapai dengan baik.

Laporan Akhir Proyek Perubahan Diklatpim II Kab. Subang H. Sumarna |

18

2.

Stakeholders
Tabel 4 : Internal Stakeholders

No.

Stakesholders

Pengaruh

Ketertarikan

Nilai

1.

Bupati ( Ojang Sohandi)

Tinggi

Tinggi

2.

Wakil Bupati (Imas Aryumningsih)

Tinggi

Tinggi

3.

Sekretaris Daerah (Maman Abdurakhman)

Tinggi

Tinggi

4.

Asda II (Saad Abdulgani)

Tinggi

Tinggi

5.

Sekretaris Dinas ( Merry Mariam)

Sedang

Tinggi

6.

Kepala Bidang Bina Usaha (Beben Sudrajat)

Tinggi

Tinggi

7.

Kepala Bidang Budidaya (Tarlan)

Tinggi

Tinggi

8.

Kepala Bidang Kelautan (Naida Rizalmi)

Tinggi

Tinggi

9.

Kepala Bidang Program (Bayuaji)

Tinggi

Tinggi

10.

Staf pada Bidang Dinas Kelautan dan Perikanan


(91 Orang)

Sedang

Tinggi

Tabel 5: External Stakeholders

No

Stakesholders

Pengaruh

Ketertarikan

Nilai

1.

Kepala Bappeda (Komir Bastaman)

Tinggi

Netral

2.

Kepala BPMKB (H. Syawal)

Tinggi

Netral

3.

Kepala Diskop&UMKM (Ugit Sugiana)

Tinggi

Netral

4.

Kepala Dinkes (Budi Subiantoro)

Tinggi

Netral

5.

Inspektur Irda (Ade Mulyawardi)

Tinggi

Netral

6.

Kepala DPPKAD (Ahmad Sobari)

Tinggi

Netral

7.

Sekretaris BP4KKP (Agus Ismail)

Tinggi

Netral

8.

Perbankan

Tinggi

Rendah

9.

Pengolah Hasil Ikan

Tinggi

Rendah

10.

Pengurus KUD Mina

Tinggi

Rendah

11.

Petani Ikan

Tinggi

Rendah

12.

Nelayan

Tinggi

Rendah

13.

Masyarakat

Tinggi

Rendah

14.

Anggota DPRD

Rendah

Rendah

15.

LSM

Rendah

Rendah

Keterangan Nilai : 7 9 Promoters


5 6 Latens
3 4 Defenders
0 2 Apatheties

Laporan Akhir Proyek Perubahan Diklatpim II Kab. Subang H. Sumarna |

19

Untuk dapat lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar 2 dibawah ini
Indetifikasi Stakeholders

INFLUENCE

1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

BUPATI
SEKDA
ASDA III
KABID BINUS
KABID
BUDIDAYA
6. KABID
KELAUTAN
7. KABID
PROGRAM

BAPPEDA
BPMKB
DISKOP
&UKM
DINKES
IRDA
DPPKAD
BP4KP
1.
2.

ANGGOTA
DPRD KAB
SUBANG

2.

LSM

LATENTS

PROMOTERS

APATHETIES

DEFENDERS

INTEREST

1.

SEKDIS
STAF DKP

1. PERBANKAN
2. PENGOLAH
HASIL IKAN
3. PETANI IKAN
4. NELAYAN
5. MASYARAKAT

Gambar 3: Kuadran Stakeholders

Laporan Akhir Proyek Perubahan Diklatpim II Kab. Subang H. Sumarna |

20

2. Peta Jaringan (netmap)


Dalam merencanakan suatu proyek perubahan, perlu mengenal terlebih dahulu siapa saja

stakeholder yang berkepentingan terhadap perubahan itu. Oleh karena itu perlu dibuat suatu
peta jaringan atau netmap yang bertujuan memetakan stakeholders yang terkait dengan
perubahan tersebut. Dari netmap itu dapat diperkirakan bagaimana sudut pandang

stakeholders terhadap proyek perubahan ini. Untuk melangkah lebih jauh, maka perlu tahu
stakeholder mana yang akan mendukung dan menolak. Dari netmap dapat diketahui
stakeholder mana saja yang penting dan memiliki pengaruh besar terhadap proyek
perubahan ini.
Dalam proyek perubahan ini, dapat digambarkan peta jaringan atau netmap seperti gambar
dibawah ini:
Sekretaris Daerah

Bupati
Bappeda

BPMKB

Asda III (Mentor)

Sekdis DKP

Dinas Koperasi & UKM

Kabid2 DKP

Dinas Kesehatan

Kadis DKP (Project


IRDA

Staf DKP

DPPKAD

DPRD
LSM
Masyarakat

Perbankan
Petani Ikan

Legenda

Pengolah Ikan
Perintah
Laporan
Koordinasi
Sosialisasi
Gambar 4: Peta Jaringan Proyek Perubahan

Laporan Akhir Proyek Perubahan Diklatpim II Kab. Subang H. Sumarna |

21

3. Waktu Pelaksanaan
Tabel 6 : Waktu Pelaksanaan

No.
1.

2.

3.

4.

TAHAP UTAMA
PERENCANAAN ;
1. Mengumpulkan data dan informasi
2. Menganalisa, mengidentifikasi dan menentukan prioritas
masalah
3. Mensosialisasikan Rencana Proyek Perubahan dan membuat
tim teknis
4. Menyusun rencana kerja operasional
ORGANIZING;
1. Koordinasi dengan Stakeholders Eks dan Int.
2. Laporan dan konsultasi kepada Mentor
PELAKSANAAN;
1. Bimbingan Teknis Pengembangan Industri Tepung Ikan.
2. Penyuluhan Pengembangan Usaha Perikanan Berbasis
Kerakyatan
3. Pelatihan Budidaya Ikan Mas dan Nila
4. Pelatihan Teknis Usaha Perikanan
5. Sosialisasi Budidaya Ikan Jaring Terapung di Perairan Umum
6. Penyerahan bantuan Jaring Insang (Gill Net) dan Jaring
Udang (Trimmel Net) Untuk Masyarakat Nelayan
7. Penyerahan Benih Ikan Untuk Dilepaskan di Perairan
Terbuka (restocking)
8. Penyerahan Bantuan Benih dan Bibit Ikan Kualitas Unggul
Bagi Petani Ikan
9. Pemberian Bantuan Alat Pengolahan Makanan Berbahan
Ikan dan Alat Pemasaran
10. Pemberian Makanan Tambahan Berbahan Ikan Kepada Para
Balita
11. Pembuatan Buku Tentang Kandungan Gizi Pada Ikan dan
Cara Memasak Ikan
12. Pembuatan Baligo, Banner, Spanduk, Leaflet, dan Pamflet
untuk kegiatan Gemarikan
MONITORING DAN EVALUASI
1. Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan proyek perubahan
2. Membuat Laporan akhir

WAKTU
18 22 Mei 2015
18 22 Mei 2015
18 22 Mei 2015
18 22 Mei 2015
25 27 Mei & 2 Juni 2015
1 Juni & 19 Juni 2015
28 29 Mei 2015
3 Juni 2015
8 10 Juni 2015
17 Juni 2015
26 Juni 2015
3 & 6 Juli 2015
6 Juli 2015
7 - Juli 2015
16 Juli 2015
4 5 Juni 2015
2 15 Juli 2015
9 29 Juli 2015

18 Mei 24 Juli 2015


22 26 Juli 2015

4. Perbandingan Kondisi/Keadaan :
a. Kondisi Awal (Sebelum Proyek Perubahan)
a) Kurangnya pengetahuan para pengusaha di bidang perikanan tentang
manajemen pengelolaan usaha perikanan.
b) Kurangnya pengetahuan dari para petani ikan dan pembudidaya ikan tentang
cara beternak ikan yang baik.

Laporan Akhir Proyek Perubahan Diklatpim II Kab. Subang H. Sumarna |

22

c) Penggunaan alat tangkap yang belum sesuai dengan aturan pemerintah dan
kurang memperhatikan kelestarian lingkungan.
d) Penggunaan benih dan bibit ikan yang kurang baik.
e) Terbatasnya kapasitas produksi dari para produsen pengolahan makanan
berbahan ikan.
f) Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya asupan protein ikan dan
cara pengelolaan makanan berbahan ikan yang enak dan menarik.
b. Kondisi saat ini (Setelah Proyek Perubahan)
Manfaat yang dapat diperoleh dari proyek perubahan ini adalah sebagai berikut :
a) Adanya panduan dalam pembuatan standar pelayanan dan standart operational

procedure di Dinas Kelautan dan Perikanan;


b) Bertambahnya pengetahuan dari para pengusaha ikan, khususnya pengusaha
mikro dan kecil, tentang manajemen pengelolaan usaha perikanan.
c) Terbukanya wawasan dan pengetahuan dari para pembudidaya dan petani ikan
tentang cara-cara beterrnak ikan yang baik.
d) Penggunaan alat tangkap, khusunya bagi nelayan kecil, yang sesuai dengan aturan
pemerintah yaitu alat tangkap yang tidak merusak lingkungan laut.
e) Penggunaan bibit dan benih kualitas unggul yang dapat meningkatkan produksi
dan efesiensi sumber daya petani dan pembudidaya ikan.
f) Bertambah luasnya kapasitas produksi dari para produsen pengolah makanan
berbahan ikan dengan adanya bantuan alat produksi dan alat penjualan yang
sesuai dengan kaidah kesehatan.
g) Terbukanya pengetahuan masyarakat tentang arti pentingnya asupan protein
ikan dan cara mengolah dan memasak ikan yang menarik dan enak.
B.

Stakeholder Proyek Perubahan


1. Internal

Stakeholder internal atau pemangku kepentingan yang berasal dari dalam Dinas Kelautan
dan Perikanan Kabupaten Subang adalah:
a. Bupati adalah pejabat tertinggi di Kabupaten yang memberikan kebijakan di lingkungan
kabupaten dimana pada dasarnya merupakan ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan olehnya untuk dijadikan pedoman, pegangan, atau petunjuk dalam
pengembangan ataupun pelaksanaan strategi guna tercapainya kelancaran dan
keterpaduan dalam tercapainya sasaran, tujuan, serta visi dan misi Kabupaten Subang.
Dalam proyek perubahan ini Bupati termasuk stakeholder promoters yaitu memiliki.
Laporan Akhir Proyek Perubahan Diklatpim II Kab. Subang H. Sumarna |

23

kepentingan besar terhadap Proyek Perubahan & juga kekuatan untuk membantu
membuatnya berhasil (atau menggelincirkannya) Proyek Perubahan ini dan memiliki
sifat positif yaitu mendukung proyek perubahan ini.
b. Wakil Bupati adalah kedua tertinggi di Kabupaten yang memberikan pengawasan dan
arahan, pedoman, pegangan, atau petunjuk dalam pengembangan ataupun pelaksanaan
strategi guna tercapainya kelancaran dan keterpaduan dalam tercapainya sasaran,
tujuan, serta visi dan misi Kabupaten Subang. Dalam proyek perubahan ini Wakil
Bupati termasuk stakeholder promoters yaitu memiliki kepentingan besar terhadap
Proyek Perubahan & juga kekuatan untuk membantu membuatnya berhasil (atau
menggelincirkannya) Proyek Perubahan ini dan memiliki sifat positif yaitu mendukung
proyek perubahan ini.
c. Sekretaris Daerah dan Asisten Sekretaris Daerah adalah pejabat di lingkungan
Pemerintah Daerah yang memiliki wewenang dalam pengawasan dan monitoring segala
kegiatan Dinas Kelautan dan Perikanan serta pengarahan dalam keberhasilan kegiatan
dan proyek perubahan ini. Sekretaris Daerah dan Asisten Sekretaris Daerah termasuk

stakeholder promoters yaitu memiliki kepentingan besar terhadap Proyek Perubahan


& juga kekuatan untuk membantu membuatnya berhasil (atau menggelincirkannya)
Proyek Perubahan ini dan memiliki sifat positif yaitu mendukung proyek perubahan
ini.
d. Sekretaris Dinas adalah pejabat eselon III yang memiliki tanggung jawab dan
kewenangan dalam administrasi kegiatan dinas. Dalam proyek perubahan ini, sekretaris
dinas sebagai stakeholder promoters yaitu memiliki kepentingan besar terhadap Proyek
Perubahan & juga kekuatan untuk membantu membuatnya berhasil (atau
menggelincirkannya) Proyek Perubahan ini dan memiliki sifat positif yaitu mendukung
proyek perubahan ini walaupun tingkat pengaruh dan ketertarikan terhadap proyek
perubahan ini kecil .
e. Kepala Bidang di Lingkungan Dinas Kelautan dan Perikanan adalah Pejabat eselon III
yang memiliki program di bidangnya dalam penjabaran kebijakan dinas dalam bentuk
upaya yang berisi satu atau lebih kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang ada
untuk mencapai hasil yang terukur dan sesuai rencana. Dalam proyek perubahan ini
Kepala Bidang sebagai stakeholder promoters yaitu memiliki kepentingan besar
terhadap Proyek Perubahan & juga kekuatan untuk membantu membuatnya berhasil
(atau menggelincirkannya) Proyek Perubahan ini dan memliki sifat positif yaitu
mendukung proyek perubahan ini.

Laporan Akhir Proyek Perubahan Diklatpim II Kab. Subang H. Sumarna |

24

f. Staf Bidang Dinas Kelautan dan Perikanan adalah para pelaksana yang memiliki
kemampuan untuk bekerja dalam melaksanakan dan mewujudkan suatu kegiatan.
Dalam proyek perubahan ini Staf Dinas Kelautan dan Perikanan sebagai stakeholder

promoters yaitu memiliki kepentingan besar terhadap Proyek Perubahan & juga
kekuatan untuk membantu membuatnya berhasil (atau menggelincirkannya) Proyek
Perubahan ini dan memliki sifat positif yaitu mendukung proyek perubahan ini.
2. Eksternal

Stakeholder Eksternal atau pemangku kepentingan yang berasal dari luar Dinas Kelautan
dan Perikanan Kabupaten Subang adalah:
a. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di luar Dinas Kelautan dan Perikanan adalah
Dinas dan Badan di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Subang yang memiliki
tugas pokok dan fungsi yang dapat meningkatkan konsumsi makan ikan di Kabupaten
Subang. Dalam proyek perubahan ini, SKPD merupakan stakeholders Latens dimana

stakeholders ini memiliki ketertarikan yang rendah terhadap proyek perubahan ini tapi
memiliki pengaruh yang besar terhadap keberhasilannya.
b. Perbankan merupakan sekelompok badan keuangan yang memiliki kemampuan dan
keahlian aplikatif di bidang permodalan bagi usaha di bidang perikanan. Dalam proyek
perubahan ini Perbankan sebagai stakeholder defender yaitu memiliki kepentingan
pribadi & dapat menyuarakan dukungannya dalam komunitas apabila dia tertarik,
tetapi kekuatannya kecil untuk mempengaruhi Proyek Perubahan ini dan memliki sifat
netral yaitu tidak menentang atau mendukung proyek perubahan ini.
c. Pengolah hasil ikan, petani ikan, nelayan dan masyarakat, merupakan sekelompok
orang dan atau masyarakat yang memiliki kemampuan dan keahlian aplikatif di bidang
perikanan. Dalam proyek perubahan ini Pengolah hasil ikan, petani ikan, nelayan dan
masyarakat sebagai stakeholder defender yaitu memiliki kepentingan pribadi & dapat
menyuarakan dukungannya dalam komunitas apabila dia tertarik, tetapi kekuatannya
kecil untuk mempengaruhi Proyek Perubahan ini dan memliki sifat netral yaitu tidak
menentang atau mendukung proyek perubahan ini.
d. Anggota DPRD; merupakan pejabat pemerintah dan wakil dari keinginan masyarakat
luas yang memiliki tugas dalam memberikan kebijakan pemerintahan. Dalam proyek
perubahan ini Anggota DPRD sebagai stakeholder apathities yaitu memiliki
ketertarikan dan pengaruh yang kecil dalam proyek perubahan ini, tetapi memiliki
potensi yang besar dan negatif dalam mempengaruhi Proyek Perubahan.

Laporan Akhir Proyek Perubahan Diklatpim II Kab. Subang H. Sumarna |

25

e. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) merupakan sekelompok masyarakat yang secara


informal dapat memberikan masukan dan mempengaruhi kebijakan pemerintah.
Dalam proyek perubahan ini LSM sebagai stakeholder apathities yaitu memiliki
ketertarikan dan pengaruh yang kecil dalam proyek perubahan ini, tetapi memiliki
potensi yang besar dan bersifat negatif dalam mempengaruhi Proyek Perubahan.
C.

Strategi Komunikasi
a) Komunikasi Kepada Stakeholders yang Mendukung
Strategi komunikasi yang digunakan adalah strategi komunikasi berstruktur
(Structuring style) yaitu memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis maupun
lisan guna memantapkan perintah atau keinginan yang harus dilaksanakan,
penjadwalan tugas dan pekerjaan, serta struktur organisasi. Project Leader lebih
memberi perhatian pada keinginan untuk mempengaruhi orang lain melalui
informasi tentang tujuan proyek perubahan, jadwal kerja, aturan, serta prosedur yang
digunakan. Strategi ini digunakan mengingat proyek perubahan ini lebih menekan
pada implementasi dari peraturan yang ada yaitu Undang-undang No. 32 tahun 2014
Tentang Kelautan.
Strategi komunikasi dua arah juga diterapkan dalam proyek perubahan ini karena
setiap stakeholders dapat mengungkapkan gagasan atau pendapat dalam suasana
yang dibuat informal sehingga memungkinkan setiap stakeholders mencapai
pemahaman dan kesepakatan yang sama terhadap output proyek perubahan ini.
b) Komunikasi Kepada Stakeholders yang Netral san negatif
Kepada stakeholders yang bersifat netral, dilakukan komunikasi dinamis (dynamic

style communication) adalah gaya komunikasi yang cenderung agresif, seperti yang
biasa digunakan oleh wiraniaga (sales) atau juru kampanye, karena project leader
memiliki tujuan untuk menstimulasi atau merangsang stakeholders untuk melalukan
suatu tindakan sesuai dengan yang diinginkan.

Laporan Akhir Proyek Perubahan Diklatpim II Kab. Subang H. Sumarna |

26

BAB III
PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN
A.

Capaian Proyek Perubahan


Berdasarkan hasil monitoring dalam pelaksanaan proyek perubahan, maka dapat
disimpulkan hasil-hasil yang diperoleh sebagai berikut:
1. Adanya tim yang solid dalam melakukan identifikasi, pengembangan, sosialisasi,
monitoring dan evaluasi sehingga tujuan utama dari proyek perubahan ini dapat
tercapai.
2. Terlaksananya koordinasi yang efektif antar stakeholders yang terlibat sehingga
tercapai suatu perencanaan yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan kegiatan.
3. Terlaksananya komunikasi yang intensif dan efektif di seluruh stakeholders
khususnya pada stakeholders external sehingga tercipta komunikasi dua arah
yang berimbas langsung pada keberhasilan pelaksanaan kegiatan.
4. Munculnya kerjasama yang erat antara Dinas Kelautan dan Perikanan dengan
kelompok nelayan, kelompok petani ikan, pengurus KUD mina, pembudidaya
ikan, dan pengolah makanan berbahan ikan.
5. Terciptanya dukungan yang baik dari Kementerian Kelautan dan Perikanan
serta Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Barat terhadap kegiatankegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan.
6. Adanya kepahaman dan dukungan dari anggota DPRD dalam kegiatan
Gemarikan.
7. Adanya kesadaran untuk mengkonsumsi ikan

B.

Kendala : Internal dan Eksternal


Dalam pelaksanaan proyek perubahan tidak dapat terhindar dari beberapa kendala baik
itu kendala yang datang dari internal maupun kendala yang datang dari pihak eksternal.
Adapun kendala yang timbul antara lain:
1. Kendala Internal
a. Kecenderungan untuk mempertahankan proses bekerja dengan kebiasaan lama
walau kurang efektif sehingga perlu waktu untuk merubah kebiasaan tersebut.
b. Terbatasnya anggaran yang ada membuat banyak kegiatan yang tidak dapat
diselenggarakan pada saat project leader melaksanakan breaktrough II.
Laporan Akhir Proyek Perubahan Diklatpim II Kab. Subang H. Sumarna |

27

c. Tuntutan tetap melaksanakan tupoksi selama project leader melaksanakan

breaktrough II sehingga pelaksanaan proyek perubahan sering terlambat.


2. Kendala Eksternal
a. Adanya kepentingan-kepentingan tertentu dari stakeholders eksternal sehingga
mempertahankan kondisi lama yang kurang efektif dan menolak kegiatan yang
dilaksanakan pada proyek perubahan ini.
b. Sulitnya merubah kebiasaan lama.
c. Luasnya cakupan wilayah kegiatan yang harus digarap membuat waktu yang ada
pada breaktrough II dirasakan kurang.
C.

Strategi Mengatasi Kendala


Berdasarkan kendala yang ada baik yang bersifat internal maupun eksternal maka
diperlukan suatu strategi untuk mengatasinya sehingga pelaksanaan proyek perubahan
ini dapat terlaksana dengan baik dan mencapai sasarannya. Adapun strategi yang
digunakan:
a. Melaksanakan setiap tahapan proyek perubahan sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan dan disepakati baik dengan stakeholder maupun dengan tim pengelola.
b. Peningkatan efektifitas kinerja pelaksana sehingga mampu mengatasi beban kerja
yang tinggi secara efisien.
c. Mengefisienkan peralatan dan sarana yang ada sehingga dapat dipergunakan dengan
baik sesuai dengan jadwal dan rencana.
d. Memberikan pengertian, pemahaman, dan penjelasan secara terus menerus melalui
berbagai macam pendekatan.
e. Mendelegasikan kegiatan yang dapat ditangani oleh eselon 3 dan 4.

Laporan Akhir Proyek Perubahan Diklatpim II Kab. Subang H. Sumarna |

28

BAB IV
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Setelah melalui proses tahapan dalam pelaksanaan proyek perubahan Strategi
Peningkatan Konsumsi Ikan di Kabupaten Subang maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Strategi peningkatan hasil produksi perikanan, baik perikanan tangkap maupun
perikanan budidaya harus dibarengi dengan strategi-strategi lain yang mendukung
seperti strategi perkuatan dan efesiensi industri pakan ikan, ketersedian dan
peningkatan bibit dan benih ikan kualitas unggul, penggunaan alat tangkap yang
diijinkan oleh pemerintah dan tidak merusak lingkungan, dan infrastruktur
pengairan kolam ikan yang dapat menjamin ketersediaan air sepanjang tahun.
2. Dalam usaha pengolahan makanan berbahan ikan, perlu adanya strstegi yang
mendukung kontinyunitas ketersediaan bahan baku ikan berkualitas baik, strategi
pengolahan yang lebih efisien dengan tetap memperhatikan kualitas dan ciri khas
hasil sehingga dapat menjadi ciri khas daerah, penggunaan sistem rantai dingi dalam
penyimpanan hasil produk olahan makan berbahan ikan sehingga mutu tetap terjaga
tanpa bahan pengawet, dan strategi pemasaran yang didukung oleh pemerintah.
3. Usaha yang terus menerus dari pemerintah untuk memasyarakatkan makan ikan
dengan merubah mindset masyarakat yang negatif tentang daging ikan menjadi
mindset yang positif tentang daging ikan sebagai bahan makanan utama.
4. Perkuatan pada organisasi Dinas Kelautan dan Perikanan sebagai garda depan
pelaksana kebijakan Pemerintah Kabupaten Subang di bidang perikanan dan
kelautan sehingga kebijakan dapat dirasakan manfaatnya oleh seluruh lapisan
masyarakat.

B.

Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan yang ada maka dapat direkomendasikan beberapa hal, antara
lain:

Laporan Akhir Proyek Perubahan Diklatpim II Kab. Subang H. Sumarna |

29

1. Perlu adanya kerjasama yang baik dan intesif dengan pihak-pihak lain yang bergerak
dalam bidang perikanan seperti ; balai penelitian ikan, perusahaan pakan ikan serta
mesin pakan, perbankan, dan lain-lain.
2. Perlu adanya inovasi yang baik terhadap hasil olahan makanan berbahan ikan
sehingga dapat menjadi brand atau ikon daerah dengan dukungan promosi dari
pemerintah daerah.
3. Kampanye yang intensif melalui berbagai media dan di berbagai kesempatan dalam
mempromosikan kelebihan daging ikan dan manfaatnya.
4. Memanfaatkan segala potensi yang ada di daerah dalam meningkatkan produksi
ikan.

Laporan Akhir Proyek Perubahan Diklatpim II Kab. Subang H. Sumarna |

30

DAFTAR PUSTAKA
Undang Undang No. 32 Tahun 2014 Tentang Kelautan
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 57 Tahun 2014 Tentang Usaha Perikanan

Tangkap di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik


Indonesia
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 10 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Kelautan dan Perikanan


Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 27 Tahun 2012 Tentang Industrialisasi

Kelautan dan Perikanan


Balai Besar Teknologi Tepat Guna. Bunga Rampai Upaya Penerapan Teknologi Tepat Guna.
Penerbit LIPI. Jakarta 2011
Indeks Pembangunan Manusia 2012, BPS Subang, 2012
Kamaludi, DR. Laode. M. Pembangunan Ekonomi Maritim di Indonesia. Penerbit PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002

Laporan Akhir Proyek Perubahan Diklatpim II Kab. Subang H. Sumarna |

31

Anda mungkin juga menyukai