Disusun Oleh:
H. SUMARNA,S.Sos.,M.A.P
NDH : 43
KATA PENGANTAR
selama
Laboratorium
Kepemimpinan
pada
waktu
(restocking)
8. Penyerahan Bantuan Benih dan Bibit Ikan Kualitas Unggul Bagi
Petani Ikan
9. Pemberian Bantuan Alat Pengolahan Makanan Berbahan Ikan dan
Alat Pemasaran
10. Pemberian Makanan Tambahan Berbahan Ikan Kepada Para Balita
11. Pembuatan Buku Tentang Kandungan Gizi Pada Ikan dan Cara
Memasak Ikan
12. Pembuatan Baligo, Banner, Spanduk, Leaflet, dan Pamflet untuk
kegiatan Gemarikan
Abdulgani,
bimbingan
SH,
M.Si,
kepada
yang
penulis
telah
dalam
memberikan
pelaksanaan
arahan
dan
laboratorium
Lembaga
Administrasi
Negara
(LAN)
RI,
yang
telah
perubahan
ini
pada
Breakhtrough
II
Laboratorium
Kepemimpinan.
6. Para Widyaiswara pada Diklatpim II Angkatan XLI Kelas D di Pusat
Kajian
dan
Pendidikan
dan
Pelatihan
Aparatur
Lembaga
7. Tim Pokja Proyek Perubahan dari Dinas Kelautan dan Perikanan yang
tidak mengenal lelah membantu penulis dalam pelaksanaan proyek
perubahan.
8. Seluruh Panitia Penyelenggara Diklatpim Tk II Angkatan XLI Kelas D
di Pusat Kajian dan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur I Lembaga
Administrasi Negara Republik Indonesia (LAN RI) yang telah
membantu penulis selama penulis mengikuti Diklatpim Tk II.
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
Latar Belakang
....
Area Proyek Perubahan
.. ..
.. .
A.
B.
C.
D.
Ruang Lingkup
..
Kriteria Keberhasilan
. .
10
1. Indikator Keberhasilan
. .
10
B.
. .
11
13
..
13
1. Kegiatan .. ..
13
2. Stakeholders
.. .
19
21
4. Waktu Pelaksanaan
.. .
22
22
22
23
. .
23
.. .
23
2. Eksternal .. .
24
Strategi Komunikasi .. .
26
1. Internal
C.
27
. .
27
A.
B.
. .
27
C.
28
BAB IV : PENUTUP
..
29
A.
Kesimpulan
.. .
30
B.
Rekomendasi .
30
DAFTAR PUSTAKA
31
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
...
iii
DAFTAR GAMBAR
...
iv
DAFTAR LAMPIRAN ..
vi
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Data Perkembangan Produksi Ikan
.. 7
. 8
..
19
19
19
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1: Sumbangan Konsumsi Protein Ikan Indonesi ....
12
20
..
21
iv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Berita Acara Penyerahan Judul
2. SK Mentor
3. Surat Penyataan Komitmen Mentor
4. SK Kelompok Kerja Proyek Perubahan
5. Proyek Charter yang Disetujui Mentor
6. Berita Acara Penyerahan Hasil Kegiatan Proyek Perubahan
7. Formulir Kegiatan Peserta Diklat
(Hari/Tgl/Kegiatan/Diinfikan ke Coach
Disusun Oleh:
H. SUMARNA,S.Sos.,M.A.P
NDH :
2015
1
Kedua
atas
Undang-undang
No.
32
Tahun
2004,
tentang
Pemerintahan Daerah;
3. Undang-undang No. 33 Tahun 2004, tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
4. Peraturan Pemerintah No.
tentang
Pengelolaan
dan
antara
Pemerintah,
Pemerintahan
Daerah
Provinsi
dan
Kabupaten
dan
Pemberian
Informasi
di Wilayah Laut
Apabila
Terjadi
dan
Koordinasi
Perijinan
Terpadu
Pengelolaan
dan
15. Pelaksanaan Kebijakan, Pembangunan dan Pengelolaan Balai Benih Ikan Air
Tawar, Air Payau dan Laut.
16. Pelaksanaan Kebijakan Pengolahan Hasil Perikanan dan Pemasarannya.
17. Pembangunan, Perawatan dan Pengelolaan Pasar Ikan
B. Struktur Organisasi
Struktur organisasi Dinas Kelautan dan Perikanan berdasarkan Peraturan Daerah
Kabupaten Subang Nomor 7 Tahun 2008, tanggal 13 Juni 2008 tentang Susunan Organisasi
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang adalah sebagai berikut :
Kepala Dinas
I.
Sekretaris Dinas
1. Sub Bagian Keuangan
2. Sub Bagian Kepegawaian
3. Sub Bagian Umum
2. Latar Belakang.
Ikan, baik ikan segar maupun ikan olahan memiliki kandungan gizi sangat tinggi, yakni
rendah kolesterol, tinggi asam lemak tak jenuh ganda omega-3 dan relatif lebih tinggi
4
kuantitas dan mutu protein (kelengkapan komposisi asam amino dan kemudahan untuk
dicerna) daripada bahan pangan sumber protein lainnya. Oleh karena itu, ikan dengan
segala keunggulan gizi yang dimiliki dapat dijadikan sebagai sumber pangan masa
depan yang mempunyai banyak manfaat untuk pertumbuhan.
Terkait dengan hal tersebut, Indonesia sangat berpeluang untuk menjadikan ikan
sebagai sumber protein utama guna meningkatkan gizi masyarakat, karena memiliki
potensi ikan melimpah.
Namun besarnya potensi tersebut tidak diikuti dengan tingkat konsumsi ikan dalam
negeri yang tinggi pula. Menurut Direktorat Pemasaran Dalam Negeri/PDN (2014),
penyediaan ikan untuk konsumsi di Indonesia pada tahun 2014 adalah 40,95 kg/kapita
dengan tingkat konsumsi ikan 38 kg/kapita. Tingkat konsumsi ini masih di ba-wah tingkat
konsumsi ikan di beberapa negara, di antaranya Jepang (140 kg/kapita), Korea Selatan
(115 kg/kapita), Amerika Serikat (110 kg/kapita), Singapura (110 kg/kapita), Hongkong
(115 kg/ kapita), Malaysia (70 kg/kapita), dan Thailand (75 kg/kapita). Kabupaten
Subang sendiri sebagai daerah penghasil ikan, baik ikan air tawar maupun ikan laut,
yakni 31,51 kg/kapita pada tahun 2014 dan masih dibawah target daerah yaitu 32,52
kg/kapita.
Rendahnya tingkat konsumsi ikan per kapita masyarakat Indonesia, disebabkan oleh
dua hal yang terkait dengan lemahnya sisi ketersediaan (supply) dan rendahnya tingkat
permintaan (demand). Pada sisi ketersediaan, rendahnya konsumsi ikan masyarakat
Indonesia disebabkan kurang meratanya suplai ikan bermutu, kurangnya sarana
prasarana penjualan, distribusi ikan yang baik dan higienis, yang mampu menjangkau
seluruh penjuru daerah dan adanya produk substitusi ikan. Sementara pada sisi
permintaan, banyak faktor diduga berperan dalam pembentukan budaya makan ikan
yang masih rendah di Indonesia sampai saat ini, di antaranya:
1. Ketersediaan ikan segar yang rendah di pasaran,
2. Perilaku dan budaya tabu makan ikan dalam komunitas masyarakat tertentu,
Pengetahuan gizi di kalangan ibu yang masih rendah,
3. Harga ikan dan produknya yang relatif lebih mahal daripada yang lainnya, serta
daya beli masyarakat yang rendah,
4. Rendahnya ragam jenis ikan dan produk diversifikasi olahan hasil perikanan dan
penguasaan teknologi yang masih minim,
5. Masalah prestise dan preferensi di kalangan masyarakat tertentu yang
menganggap bahwa produk ikan merupakan bahan pangan inferior,
6. Ketakutan akan terkontaminasi logam-logam berat dari perairan tercemar. Dalam
hal ini perilaku, persepsi dan preferensi konsumen menjadi penting untuk
diketahui.
5
Kabupaten Subang memiliki luas wilayah sebesar 205.176,95 ha dan memiliki panjang
pantai sebesar 68,0 km dengan budaya pesisir yang kuat dan budaya petani ikan yang
mengakar sejak lama sehingga Kabupaten Subang mempunyai potensi perikanan yang
sangat layak untuk dikembangkan. Hal ini dapat dilihat pada sumbangan subsektor
perikanan terhadap PDRB Kabupaten Subang menurut sektor pertanian sebesar 6,84 %
atau 1,95% dari total PDRB Kab. Subang pada tahun 2012 (Tabel 1.1).
Besarnya
potensi yang ada memerlukan suatu strategi yang tepat agar potensi tersebut dapat
diwujudkan dan dikembangkan sehingga dapat memberikan kesejahteraan kepada
masyarakat khususnya masyarakat Kabupaten Subang.
TABEL 1.1
PDRB ATAS HARGA KONSTAN 2009 2012 (jutaan Rupiah)
No.
LAPANGAN
USAHA
I.
1.1
PERTANIAN
Tanaman dan
Bahan Makanan
Tanamana
1.2
Perkebunan
Peternakan &
1.3
Hasil2nya
2009
2010
2011
2012
Rp
Rp
Rp
Rp
2.123.043,38
30,04
2.175.005,12
29,50
2.261.781,26
29,37
2.290.944,79
28,46
1.433.507,09
20,29
1.474.444,75
20,00
1.550.195,57
20,13
1.573.771,99
19,55
82.326,02
1,17
82.973.,58
1,13
83.986,77
1,09
84.825,99
1,05
444.884,42
6,30
452.498,79
6,14
460.400,92
5,98
462.514,61
5,75
1.4
Kehutanan
12.456,45
0,18
12.633,58
0,17
12.809,18
0,17
13.111,86
0,16
1.5
Perikanan
149.869,42
2,12
152.454,42
2,07
154.388,81
2,00
156.720,34
1,95
Strategi yang dapat dilakukan dapat dibagi menjadi tiga kelompok karakteristik strategi,
adalah:
1. Strategi peningkatan produksi;
2. Strategi pengembangan dan peningkatan hasil olahan perikanan;
3. Strategi pengembangan permintaan hasil produksi perikanan.
Strategi tersebut dapat diperinci dalam strategi-strategi yang dilaksanakan oleh
Pemerintah Kabupaten Subang melalui Dinas Kelautan dan Perikanan yaitu:
1. Melaksanakan promosi potensi kelautan dan perikanan Kabupaten Subang
2. Membuka lapangan usaha baru dibidang kelautan dan perikanan
3. Meningkatkan kampanye/sosialisasi gerakan makan ikan
4. Mengadakan kerjasama dengan pihak perguruan tinggi dan atau swasta untuk
transfer teknologi bidang kelautan dan perikanan
5. Perbaikan dan peningkatan sarana dan prasarana dibidang kelautan dan
perikanan
Strategi yang selama ini telah dijalankan telah berhasil menaikkan produksi perikanan di
Kabupaten Subang dengan terus meningkatnya produksi perikanan di Kabupaten Subang
(Tabel 1.2). Tapi hal ini masih dapat ditingkatkan melihat potensi pengolah ikan yang
membutuhkan hasil produksi perikanan sebagai bahan baku. Pada akhirnya, pengolah hasil
perikanan juga membutuhkan demand atau permintaan dari pasar yang dapat ditingkatkan
dengan suatu gerakan kampanye atau sosialisasi gemar makan ikan.
Tabel 1.2
Pertumbuhan Produksi Perikanan
JUMLAH PRODUKSI ( TON )
No.
1
Kegiatan Usaha
Tahun
2010
Tahun
2011
Tahun
2012
Tahun
2013
Tahun
2014
18.240,93
18.243,58
18.243,83
18.324,03
18.847,62
18.912,034
535,6
542,89
451,87
396,88
374,67
359,261
18.776,53
18.786,47
18.695,70
18.720,91
18.713,31
19.271,30
Penangkapan
-
Laut
Perairan Umum
Jumlah 1
Tahun
2009
Budidaya
-
Tambak
12.885,72
13.610
14.563,04
18.754,64
28.541,31
28.756,93
Kolam Air
6.256,97
14.103,74
14.187,98
11.624,31
9.276
9.291,81
1.168,87
182,83
177,59
51,19
2.873,00
4.708,19
4.867,12
5.138,26
8.258,84
8.297,46
440
85
88,00
72
36
4,58
0,11
46.349,31
Tenang
-
Sawah
Budidaya Laut
Karamba
Jumlah 2
23.624,56
32.689,76
33.883,73
35.644,98
44.124,14
Jumlah 1 + 2
42.401,09
51.476,23
52.579,43
54.365,89
57.048,81
65.620,61
3.
2.
3.
4.
berdasarkan Visi Pemerintah Kabupaten Subang, maka dIuraikan kedalam Misi yang terdiri
dari :
1.
2.
3.
4.
5.
Hubungan/keterkaitan antara misi dengan tugas pokok dan fungsi setiap dinas/SKPD dalam
konteks pelayanan kelautan dan perikanan adalah pada misi yang ketiga yaitu mewujudkan
Ekonomi Mandiri Berbasis Ekonomi Kerakyatan dan Keungguan daerah.
Telaahan Renstra Kementerian/Lembaga dan Provinsi.
Visi Kementerian Kelautan dan Perikanan
8
Pembangunan Kelautan dan Perikanan yang Berdaya Saing dan Berkelanjutan Untuk
Kesejahteraan Masyarakat
Misi Kementerian Kelautan dan Perikanan
1. Mengoptimalkan Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan
2. Meningkatkan Nilai Tambah dan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan
3. Memelihara Daya Dukung dan Kualitas Lingkungan Sumberdaya Kelautan dan
Perikanan
Arahan Visi dan Misi Kementerian Kelautan dan Perikanan dikaitkan dengan tugas pokok
dan fungsi SKPD/Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang :
1. Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan
2. Mengoptimalkan Pembangunan Kelautan dan Perikanan
Pengelolaan,
Pengawasan,
Pengendalian
dan
Pelestarian
Keterkaitan Visi, misi Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat, dengan Tugas
pokok dan fungsi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang
Penentuan Isu-Isu Strategis.
1. Melaksanakan promosi potensi kelautan dan perikanan Kabupaten Subang
2. Membuka Lapangan Usaha Baru dibidang Kelautan dan Perikanan
3. Meningkatkan Sosialisasi Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan)
4. Mengadakan Kerja Sama Dengan Pihak Perguruan Tinggi dan Atau Swasta Untuk
Transfer Teknologi Bidang Kelautan dan Perikanan
5. Perbaikan dan Peningkatan Sarana dan Prasarana dibidang Kelautan dan Perikanan
6. Perlindungan Sumber Daya Perikanan Yang Semakin Punah
7. Meningkatkan Sistem Informasi Pemasaran
8. Meningkatkan Pengelolaan Budidaya Perikanan Dengan Menjaga Kualitas Air Agar
Tetap baik
9. Mengadakan Kaji Terap Teknologi Budidaya
9
10. Mencari pakan Alternatif Untuk Menekan Biaya Produksi Yang Tinggi
11. Menjaga Kelestarian Sumber Daya Perikanan
Misi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pengolah dan pemasar hasil perikanan yang usianya masih produktif (15 60
Tahun)
Meningkatkan
pengetahuan,
sikap
dan
keterampilan
pengolah
dan
4. Meningkatnya produksi ikan hasil budidaya perikanan air tawar, dengan sasaran:
c. Sekretaris Dinas, Kepala Bidang, Kepala Seksi, Kepala UPTD, dan Pelaksana
di Lingkungan Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Subang.
d. KUD Mina, Kelompok Nelayan, dan Kelompok Petani Ikan
2. Defenders memiliki kepentingan pribadi & dapat menyuarakan dukungannya dlm
komunitas, tetapi kekuatannya kecil untuk mempengaruhi Proyek Perubahan
a. Wakil Bupati Kab. Subang ( Ibu Hj. Imas Aryumningsih, S)
b. Sekretaris Daerah Kab. Subang ( Bpk. Drs. H. Maman Abdurrahman, M.Si)
c. Kepala Bappeda Kab. Subang
3. Latents tidak memiliki kepentingan khusus maupun terlibat dalam Proyek
Perubahan, tetapi memiliki kekuatan besar untuk mempengaruhi Proyek
Perubahan Upaya jika mereka menjadi tertarik
a. Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
b. Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pemasaran
c. Kepala Bagian Ekonomi Setda Kab. Subang
4. Apathetics kurang memiliki kepentingan maupun kekuatan, bahkan mungkin
tidak mengetahui adanya Upaya
g. Perbaikkan pabrik es
3. Bidang Budidaya
a. Sosialisasi Penerapan Teknologi Terbaik Pada Budidaya Perikanan
b. Pengadaan Bibit Ikan Unggul
c. Pengadaan Benih Ikan Unggul
d. Pencegahan penyakit pada ikan
13
ATASAN LANGSUNG
PESERTA DIKLAT
PESERTA DIKLAT
(H. SUMARNA,S.Sos.,M.A.P)
COACH
14
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Indonesia memiliki banyak potensi dari sektor agribisnis yang dapat dijadikan tonggak
pembangunan nasional. Salah satu sektor agribisnis yang memiliki potensi yang cukup besar
yaitu sektor perikanan. Dilihat dari sisi geografis, luas perairan Indonesia lebih luas dari
daratannya, sehingga sektor perikanan sangat strategis untuk dapat dikembangkan sebagai
penggerak ekonomi nasional. Potensi yang cukup besar yang tersimpan didalam lingkungan
perairan Indonesia, sudah seharusnya mampu dimanfaatkan oleh pemerintah. Kementerian
Kelautan dan Perikanan mencanangkan peningkatan target produksi dari sektor perikanan
budidaya sebesar 353 persen. Konsep peningkatan produktifitas perikanan Indonesia pun
terdapat dalam program kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan saat ini dengan
mencanangkan konsep industrialisasi perikanan di berbagai sentra produksi perikanan. Salah
satu kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan sesuai dengan Surat Keputusan Menteri
Kelautan dan Perikanan No. 32/MEN/2010 tentang Penetapan Kawasan Minapolitan dengan
tujuan tercapainya peningkatan produksi untuk 10 komoditas unggulan perikanan budidaya
antara lain rumput laut, udang, kakap, kerapu, bandeng, mas, nila, patin, lele dan gurame.
Data SUSENAS (Survey Sosial Ekonomi Nasional) BPS menunjukkan bahwa sumbangan
protein ikan terhadap konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia mencapai 57%. Ini
terjadi seiring dengan kecenderungan pergeseran konsumen dalam pemenuhan kebutuhan
protein hewani dari red meat kepada white meat. Mutu protein pada bahan pangan ditentukan
oleh tinggi-rendahnya asam amino esensial yang dikandungnya. Dan protein ikan memiliki
keunggulan dibandingkan dengan sumber protein lainnya yaitu kelengkapan komposisi asam
amino dan kemudahannya untuk dicerna tubuh. Disamping itu, kandungan gizi ikan yang kaya
omega 3 juga menyumbang terhadap peningkatan kecerdasan masyarakat Indonesia.
Ikan juga bersifat universal, dapat diterima semua agama dan semua golongan (tidak
memerlukan ritual khusus terkait penyembelihan) serta dapat dikonsumsi oleh semua
kelompok umur. Keragamanan yang sangat tinggi pada ikan baik dari segi jenis, bentuk, warna,
rasa dan ukuran juga menyebabkan ikan dapat diproses lebih lanjut menjadi berbagai macam
produk olahan. Hal lainnya, ikan juga mempunyai keragaman dan kisaran harga yang sangat
bervariasi sehingga dapat memenuhi semua segmen kelas ekonomi. Sehingga dengan biaya
terbataspun, kebutuhan protein dapat lebih tercukupi.
Sebagai penyedia lapangan kerja dan penghasil devisa, perikanan telah berkontribusi terhadap
penciptaan dan pengembangan industri rumah tangga, usaha mikro kecil menengah dan
industri besar berskala ekspor. Menurut FAO (2012), diantara produk pangan, perdagangan
internasional ikan merupakan yang paling dinamis dengan pertumbuhan nilai perdagangan yang
tinggi. Sekitar 80% produksi ikan dan hasil perikanan lainnya berasal dari negara berkembang,
dan 50% diantaranya diekspor ke pasar internasional. Dengan berkembangnya industri
perikanan baik berskala nasional maupun global telah mendorong berkembangnya industri
manufaktur dan jasa pendukung.
Dari sisi konsumsi, tingkat konsumsi ikan per kapita masyarakat Indonesia tertinggal hampir
dari semua negara di ASEAN. Tahun 2012 tercatat tingkat konsumsi ikan Indonesia sebesar
34,76 kg per kapita dan pada tahun 2013 ditargetkan meningkat menjadi 35,14 kg per kapita.
Meski konsumsi ikan Indonesia masih rendah, namun dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa sumbangan protein ikan
Indonesia terhadap total konsumsi protein hewani masih lebih tinggi dibanding negara-negara
ASEAN yang memiliki tingkat konsumsi ikan lebih tinggi dari Indonesia seperti Malaysia,
Philipina, Thailand, Vietnam dan Myanmar.
Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi perikanan di Indonesia yang didominasi oleh
budidaya ikan air tawar. Hal ini dikarenakan potensi budidaya ikan air tawar dan teknologi
budidaya di daerah Jawa Barat telah berkembang dengan baik. Ditambah lingkungan perairan
Jawa Barat, seperti sungai, danau, waduk dan lainnya sangat cocok untuk kegiatan budidaya
ikan. Salah satu contoh perairan di Jawa Barat yang dikembangkan untuk kegiatan budidaya
perikanan yaitu waduk Cirata, Jatiluhur dan Saguling. Waduk yang mendapatkan pengairan dari
sungai Citarum tersebut dikembangkan budidaya ikan didalam Keramba Jaring Apung (KJA).
Jawa Barat memiliki beberapa sentra produksi perikanan dengan berbagai komoditas ikan air
tawar yang diunggulkan. Komoditas ikan air tawar unggulan Jawa Barat diantaranya ikan mas,
ikan nila dan ikan lele.
Daerah di Jawa Barat yang terkenal akan produksi budidaya ikannya yaitu Kabupaten Subang.
Pada tahun 2014 produksi ikan di Kabupaten Subang mencapai 2. 073,36 ton dengan
Laporan Akhir Proyek Perubahan Diklatpim II Kab. Subang H. Sumarna |
pertumbuhan produksi 12,55 persen. Teknologi budidaya ikan telah berkembang dengan pesat
di Kabupaten Subang, bahkan belakangan mulai dikembangkan teknologi reproduksi ikan
dengan rekayasa genetik. Pengembangan teknologi rekayasa genetik pada reproduksi ikan
dikembangkan oleh para peneliti dan Guru Besar IPB yang bekerjasama dengan Balai
Budidaya Perikanan. Sehingga produksi ikan dapat ditingkatkan dengan baik di berbagai sentra
produksi perikanan. Dari data diatas menunjukan potensi yang cukup besar dalam
mengembangkan komoditas ikan Kabupaten Subang.
Dibandingkan dengan produksi perikanan budidaya daerah lain di Jawa Barat, Kabupaten
Subang merupakan salah satu sentra produksi dengan produktifitas yang cukup tinggi.
Pengembangan teknologi dan kebijakan pemerintah daerah terhadap kegiatan usaha tani
perikanan budidaya merupakan faktor pendukung dalam peningkatan produksi perikanan
budidaya.
Potensi yang cukup besar yang dimiliki oleh sektor perikanan Kabupaten Subang mampu
menghasilkan peluang usaha baru dalam memaksimalkan potensi yang ada, khususnya dalam
bidang pengolahan produk perikanan. Karakteristik produk perikanan yang mudah rusak dan
tidak tahan lama menyebabkan daya saing produk perikanan dalam bentuk ikan segar kurang
mampu bersaing dengan produk substitusi yang ada di pasaran. Penanganan pasca panen dari
kegiatan budidaya perikanan di Kabupaten Subang harus dapat ditingkatkan, karena jika
penanganan pasca panen yang kurang optimal akan menyebabkan nilai jual produk perikanan
menurun. Dengan begitu pengembangan teknologi pengolahan hasil perikanan sangat
dibutuhkan di Kabupaten Subang.
Konsumsi ikan pada masa mendatang diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan
peningkatan kesejahteraan dan kesadaran masyarakat akan arti penting nilai gizi produk
perikanan bagi kesehatan dan kecerdasan otak. Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui
Dirjen. Pemanfaatan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) terus mengkampanyekan
Gerakan Makan Ikan (GEMARIKAN) dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat
dalam mengkonsumsi ikan. GEMARIKAN digencarkan pemerintah untuk mengembangkan
peluang pasar bagi produk-produk olahan hasil perikanan.
Di subsistem hilir pelaku usaha pengolahan ikan menjadi ujung tombak dalam meningkatkan
dan merangsang konsumsi ikan masyarakat. Karena dengan berbagai varian dan inovasi
pengolahan dapat meningkatkan nilai tambah (added value ) dari komoditas perikanan yang
selama ini hanya dikonsumsi dalam bentuk ikan segar. Berbagai keunggulan kegiatan
pengolahan cukup mampu memberikan manfaat lebih terhadap komoditas perikanan, seperti
daya tahan yang meningkat, penyimpanan yang mudah dan cita rasa serta keunikan yang
mampu merangsang tingkat konsumsi ikan masyarakat. Sifat produk perikanan yang mudah
Laporan Akhir Proyek Perubahan Diklatpim II Kab. Subang H. Sumarna |
rusak dengan kondisi potensi produksi budidaya yang cukup baik, maka keberadaan unit usaha
pengolahan perikanan sangat dibutuhkan.
Menurut Amri (2007) penanganan pasca panen dengan menggunakan teknologi pengolahan,
ikan-ikan yang diproduksi mampu menghasilkan nilai tambah bagi pelaku usaha perikanan.
Pengolahan ikan bermanfaat dalam meningkatkan nilai tambah produk-produk perikanan,
seperti daya tahan produk lebih lama, cita rasa lebih tinggi, harga meningkat, memudahkan
dalam kegiatan pemasaran, penyimpanan lebih mudah dan daya saing produk di pasaran
meningkat.
Menurut Kurniawan (2011) ikan dan hasil perikanan merupakan bahan pangan yang mudah
membusuk, sehingga proses pengolahan bertujuan untuk menghambat atau menghentikan
aktivitas zat-zat dan mikroorganisme yang dapat menyebabakan kerusakan mutu ikan. Selain
untuk menghambat atau menghentikan aktivitas zat-zat dan mikroorganisme, pengolahan juga
bertujuan untuk memperpanjang daya tahan dan mendiversifikasikan produk olahan hasil
perikanan. Proses pengolahan hasil perikanan meliputi pengolahan dengan suhu rendah,
penggaraman, pemindangan, pengeringan, pengasapan, fermentasi, pengolahan dengan suhu
tinggi, dan diversifikasi pengolahan ikan.
1. Penanganan dengan suhu rendah
Pengolahan dengan suhu rendah merupakan proses pemindahan panas dari tubuh ikan
ke bahan lain. Penanganan dengan suhu rendah terdiri dari pendinginan dan
pembekuan. Pendinginan terhadap ikan memiliki kelebihan yaitu sifat-sifat asli ikan
tidak mengalami perubahan tekstur, rasa, dan bau. Pembekuan ikan menggunakan suhu
jauh dibawah titik beku ikan dan mengubah hamper seluruh kandungan air pada ikan
menjadi es. Pendinginandan pembekuan hanya mampu menghambat pertumbuhan
mikroorganisme dan menghambat aktivitas mikroorganisme sehingga aktivitas akan
kembali normal jika suhu tubuh ikan kembali naik.
2. Penggaraman
Penggaraman merupakan cara pengawetan yang sudah lama dilakukan dalam
pengolahan hasil perikanan. Tujuan dari penggaraman adalah untuk memperpanjang
daya tahan dan daya simpan ikan. Pengawetan ikan dengan cara penggaraman terdiri
dari dua proses yaitu proses pengeringan dan proses penggaraman. Proses pengeringan
dilakukan dengan mengurangi kadar air dalam badan ikan sampai titik tertentu sehingga
bakteri tidak dapat hidup dan berkembang lagi. Ikan yang mengalami proses
penggaraman menjadi awet karena garam dapat menghambat dan membunuh bakteri
penyebab kebusukan ikan.
3. Pemindangan
Laporan Akhir Proyek Perubahan Diklatpim II Kab. Subang H. Sumarna |
Pemindangan ikan merupakan cara pengawetan ikan sekaligus pengolahan ikan yang
menggunakan teknik penggaraman dan pemanasan ikan. Prinsip pemindangan adalah
perebusan ikan dalam suasana bergaram selama jangka waktu tertentu da dalam suatu
wadah terbuka atau tertutup. Perebusan ikan pada suhu dan tekanan normal tersebut
dapat membunuh bakteri yang ada pada ikan. Penambahan garam akan mengawetkan
produk karena garam mempunyai sifat bakterisidal dan bakteriostatik. Lama perebusan
dan konsentrasi garam air erebus berpengaruh terhadap rasa dan daya awet produk
pindang.
4. Pengeringan
Pengeringan ikan merupakan cara pengawetan ikan dengan mengurangi kandungan air
pada ikan yang dapat menyebabkan pembusukan terhambat atau terhenti sehingga ikan
yang dikeringkan mempunyai waktu simpan lebih lama.
5. Pengasapan
Pengasapan merupakan cara pengolahan atau pengawetan dengan memanfaatkan
kombinasi perlakuan pengeringan dan pemberian senyawa kimia alami dari hasil
pembakaran bahan bakar alami. Pengasapan ikan bertujuan untuk mengawetkan ikan
dengan memanfaatkan bahan alam dan memberi rasa dan aroma yang khas.
6. Fermentasi
Fermentasi merupakan cara pengolahan melalui proses penguraian senyawa dari bahanbahan protein kompleks. Fermentasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu fermentasi
yang menghasilkan produk dengan bentuk dan sifat yang berubah, misalnya terasi,
kecap ikan, dan fermentasi yang menghasilkan senyawa-senyawa yang memiliki
kemampuan atau daya awet dalam produk, misalnya pembuatan ikan peda.
7. Pengolahan dengan suhu tinggi
Pengalengan ikan merupakan cara pengawetan dengan penggunaan panas untuk
mengurangi jumlah seminimal mungkin serta mematikan mikroorganisme pembusuk
dan mengubah ikan dari bentuk mentah menjadi produk yang siap disajikan.
Pengalengan harus memperhatikan kemasan dan sterilisasi. Kemasan harus tertutup
dengan sangat rapat sehingga tidak dapat ditembus oleh air, udara, kerusakan akibat
oksidasi, atau perubahan cita rasa. Sterilisasi adalah usaha untuk membebaskan alat-alat
atau bahan-bahan dari segala bentuk macam kehidupan terutama mikroorganisme.
8. Diversifikasi pengolahan ikan
Perkembangan
teknologi
menyebabkan
pengolahan
hasil
perikanan
semakin
berkembang, tidak hanya sebatas proses pengolahan saja, tetapi sudah disesuaikan
dengan keinginan dan selera konsumen. Diversifikasi produk olahan ikan dilakukan
Laporan Akhir Proyek Perubahan Diklatpim II Kab. Subang H. Sumarna |
Jenis Usaha
Penangkapan
Laut
Tahun 2013
Tahun 2014
Tertimbang (%)
18.243,83
18.324,03
0,44
451,87
396,88
(12,17)
18.695,70
18.720,91
0,13
Tambak
14.563,04
18.754,64
26,93
14.187,98
11.624,31
(18,07)
177,59
51,19
(71,17)
4.867,12
5.138,26
5,57
88,00
72,00
(18,18)
Jumlah II
33.883,73
35.644,98
TOTAL
52.579,43
54.365,89
Perairan Umum
Jumlah I
II
Budidaya
Sawah
Kolam Air Deras
Rumput Laut
3,40
Sedangkan konsumsi ikan per kapita di Kabupaten Subang dari tahun 2013 2014
mengalami peningkatan walaupun secara prosentase menunjukkan bahwa
Uraian
1.
Tahun 2014
Kenaikan (%)
22,60
23,06
2,03
Perkembangan PDRB dan Income Per Kapita di Kabupaten Subang dari tahun
2013 2014 mengalami peningkatan yang sangat signifikan dimana ini
membuktikan bahwa dari sektor perikanan mulai tumbuh menjadi sektor andalan
di Kabupaten Subang. Data selengkapnya adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Data Perkembangan PDRB dan Income Per Kapita
Uraian
Tahun 2014
Kenaikan (%)
PDRB
96.975.099
318.425.080
228,3
Income / Kapita
18.329
39.627,70
116,2
Dari data-data di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa sektor perikanan
mengalami pergeseran dari sektor sekunder menjadi sektor primer penyokong
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Subang. Oleh karena ini, perlu adanya suatu
strategi dan kebijakan yang tepat agar sektor perikanan, baik perikanan tangkap
maupun perikanan budidaya, dapat terus tumbuh dan berkembang. Peningkatan
pertumbuhan produksi tetap harus didukung oleh peningkatan konsumsi ikan agar
stabilitas antara supply dan demand tetap terjaga dengan baik sehingga sektor
perikanan menjadi sektor primadona di Kabupaten Subang.
Dari hasil benchmarking Diklatpim II yang dilaksanakan di Thailand dapat diambil
pembelajaran yang patut dicontoh, antara lain:
1. Pelatihan dan pengembangan teknologi perikanan baik untuk para nelayan,
petani ikan, maupun pelaku industri perikanan agar dapat memiliki daya saing.
2. Ketersediaan pasar dan regulasi pemerintah yang melindungi industri perikanan.
3. Pengembangan pusat-pusat (clusters) berbasis perikanan baik perikanan
budidaya maupun perikanan tangkap.
4. Pengembangan dan perkuatan dalam industri kapal, khususnya kapal nelayan.
C.
Ruang Lingkup
Laporan Akhir Proyek Perubahan Diklatpim II Kab. Subang H. Sumarna |
Dalam proyek perubahan ini ruang lingkup difokuskan pada peningkatan konsumsi
ikan baik melalui peningkatan produksi ikan, pengolahan, maupun pemasaran.
Sedangkan output dan outcome yang diharapkan muncul adalah sebagai berikut:
1. Internal (Output dan Outcome)
Unit eselon II atau SKPD merupakan suatu unit organisasi yang memiliki entitas
sendiri, ini berarti unit eselon II memiliki area yang merupakan tanggungjawab
untuk menghasilkan jabaran kebijakan dan strategi yang tepat dan memiliki proses
transformasi dan pada akhirnya menghasilkan kegiatan yang tepat sebagai outputnya.
Pada proyek perubahan ini, output yang dihasilkan adalah:
a. Buku Panduan Pembuatan Standar Pelayanan dan Buku Pembuatan Standart
di
lingkung
Pemerintah
Kabupaten
Subang
dalam
upaya
(restocking)
8. Penyerahan Bantuan Benih dan Bibit Ikan Kualitas Unggul Bagi Petani
Ikan
9. Pemberian Bantuan Alat Pengolahan Makanan Berbahan Ikan dan Alat
Pemasaran
10. Pemberian Makanan Tambahan Berbahan Ikan Kepada Para Balita
11. Pembuatan Buku Tentang Kandungan Gizi Pada Ikan dan Cara
Memasak Ikan
12. Pembuatan Baligo, Banner, Spanduk, Leaflet, dan Pamflet untuk
kegiatan Gemarikan
Kegiatan-kegiatan tersebut diatas diharapkan dapat memberikan outcome berupa:
a.
b.
c.
Meningkatnya
pengetahuan
masyarakat
pelaku
industri
berbasis
perikanan baik industri yang bersifat hulu (pakan dan benih ikan)
maupun hilir (industri pengolahan makanan berbahan ikan)
d.
D.
Kriteria Keberhasilan
1. Indikator Keberhasilan
a. Terlaksananya Bimbingan Teknis Pengembangan Industri Tepung Ikan.
b. Terlaksananya Penyuluhan Pengembangan Usaha Perikanan Berbasis
Kerakyatan
c. Terlaksananya Pelatihan Budidaya Ikan Mas dan Nila
d. Terlaksananya Pelatihan Teknis Usaha Perikanan
e. Terlaksananya Sosialisasi Budidaya Ikan Jaring Terapung di Perairan
Umum
f. Terlaksananya Penyerahan bantuan Jaring Insang (Gill Net) dan Jaring
Udang (Trimmel Net) Untuk Masyarakat Nelayan
g. Terlaksananya Penyerahan Benih Ikan Untuk Dilepaskan di Perairan
Terbuka (restocking)
h. Penyerahan Bantuan Benih dan Bibit Ikan Kualitas Unggul Bagi Petani Ikan
i.
10
j.
k. Terwujudnya Buku Tentang Kandungan Gizi Pada Ikan dan Cara Memasak
Ikan
l.
11
RPJMD
RENSTRA DINAS
VISI-MISI DINAS
TUPOKSI DINAS
DASAR HUKUM
Diagnostic Reading
KONDISI
HARAPAN
GEJALA
PERMASALAHAN
(GAP)
ALTERNATIF
PRIORITAS
PERMASALAHAN (
AREA PERUBAHAN)
SOLUSI
PERUBAHAN
(INOVASI)
HASIL
BENCHMARKING
1. Pelatihan
dan
pengembangan
teknologi perikanan
2. Ketersediaan
pasar
dan
perlindungan Pemerintah
3. Pengembangan cluster berbasis
perikanan
4. Pengermbangan dan perkuatan
industry kapal nelayan
PETA
STAKEHOLDERS
SMART OFFICE
PERKIRAAN KENDALA /
H
A
STRATEGI MENGATASI
KENDALA
MILESTONE
MANFAAT
1. Meningkatkan
Kinerja Dinas
2. Meningkatkan
pengetahuan,
nelayan,
petani
ikan, pelaku usaha,
dan
masyarakat
tentang ikan dan
perikanan
FAKTOR KUNCI
FAKTOR KUNCI
KEBERHASILAN
JANGKA PENDEK
IMPLEMENTASI
JANGKA MENENGAH
JANGKA PANJANG
12
BAB II
DESKRIPSI PROYEK PERUBAHAN
A.
i.
Tahap Perencanaan
Tahap Persiapan
Tahap persiapan merupakan tahap yang penting karena menentukan kelancaran dari
tahapan-tahapan selanjutnya. Dalam tahap persiapan dimulai dari orientasi di area
Dinas Kelautan dan Perikanan untuk mengetahui perkembangan terkini yang terjadi
selama Project Leader mengikuti Diklatpim II di Kampus Pusat Kajian dan Diklat
Aparatur I LAN RI Jatinangor.
ii.
Studi Literatur
Studi Literatur dilakukan sebagai tolok ukur dan benchmarking dari setiap tahapan
yang akan dilaksanakan agar produk yang dihasilkan sesuai dengan kaidah-kaidah
yang baku dan umum berlaku.
2)
i.
Tahap Pengorganisasian
Pembuatan Teamwork
Sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Subang No. 962/KEP. /DKP/V/2015 tentang Penunjukan Tim Pengelola Proyek
Perubahan Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Subang pada tanggal 19 Mei 2015 tim
pengelola mempunyai tugas melakukan analisis prosedur, pengembangan, melakukan
penerapan, sosialisasi, melakukan monitoring dan evaluasi serta penyempurnaanpenyempurnaan hasil kegiatan.
Tim pengelola dibentuk menjadi 2 (dua) Tim Kelompok Kerja (Pokja) dengan
anggota dari Dinas Kelautan dan Perikanan. Tim Pokja I bertugas untuk melakukan
sosialisasi, pelatihan, dan bantuan kepada para nelayan dan petani ikan. Tim Pokja
bertugas untuk menyusun Buku Panduan Standar Pelayanan dan Buku Panduan
13
3)
Tahap Pelaksanaan
i.
d) Akuntabel. Hal-hal yang diatur dalam Standar Pelayanan harus dapat dilaksanakan
dan dipertanggungjawabkan secara konsisten kepada pihak yang berkepentingan.
e)
f)
Transparansi. Standar Pelayanan harus dapat dengan mudah diakses dan diketahui
oleh seluruh masyarakat.
g)
Keadilan. Standar pelayanan harus menjamin bahwa pelayanan yang diberikan dapat
menjangkau semua masyarakat yang berbeda status ekonomi, jarak lokasi geografis,
dan perbedaan kapabilitas fisik dan mental.
Laporan Akhir Proyek Perubahan Diklatpim II Kab. Subang H. Sumarna |
14
ii.
b.
c.
Keselarasan. Prosedur-prosedur yang distandarkan harus selaras dengan prosedurprosedur standar lain yang terkait.
d.
e.
f.
g.
h.
iii.
iv.
15
Merupakan temu wicara dengan para pengusaha mikro di bidang perikanan sehingga
didapat suatu persamaan persepsi dan keselarasan antara Pemerintah dengan para
pengusaha mikro yang bergerak di bidang perikanan mengenai pengembangan usaha
perikanan rakyat.
v.
vi.
vii.
viii.
Penyerahan bantuan Jaring Insang (Gill Net) dan Jaring Udang (Trimmel Net) Untuk
Masyarakat Nelayan
Merupakan langkah yang diambil oleh Dinas Kelautan dan Perikanan dalam membantu
para nelayan ekonomi lemah yang kesulitan dalam penggantian jenis jaring dari jaring
pukat yang telah dilarang pemerintah karena dapat merusak lingkungan biota laut
menjadi jenis jaring yang diijinkan oleh pemerintah.
ix.
16
penyusutan jumlah ikan di perairan umum yang akan berakibat rusaknya rantai dari
ekosistem perairan. Untuk memperbaiki dan menjaga ekosistem perairan maka Dinas
Kelautan dan Perikanan perlu melakukan restocking atau penebaran benih-benih ikan
di perairan umum agar jumlah ikan yang ada tetap terjaga.
x.
Penyerahan Bantuan Benih dan Bibit Ikan Kualitas Unggul Bagi Petani Ikan
Balai Budidaya Ikan telah mengembang berbagai varian atau spicies dari ikan budidaya
yang memiliki bebrbagai keunggulan seperti: tahan penyakit, pertumbuhan yang cepat,
kebutuhan pakan yang lebih sedikit, dan kemampuan beradaptasi dalam kondisi air
tertentu. Dalam rangka meningkatkan produksi hasil perikanan khususnya perikanan
budidaya dan memasyarakatkan benih ikan berkualitas unggul, maka Dinas Kelautan
dan Perikanan memberikan bantuan benih dan bibit ikan kualitas unggul kepada para
pembudidaya ikan. Bibit yang dibagikan antara lain: ikan mas jenis Rajadanu, ikan nila
hitam jenis Nirwana, ikan nila merah jenis Nifi, ikan patin, dan ikan lele jenis
Sangkuriang dan Mutiara.
xi.
Pemberian Bantuan Alat Pengolahan Makanan Berbahan Ikan dan Alat Pemasaran
Dalam menyerap hasil produksi ikan dan dalam memenuhi selera pasar terhadap
berbagai jenis hasil olahan ikan, maka Pemerintah Daerah Kabupaten Subang melalui
Dinas Kelautan dan Perikanan perlu memberikan suatu stimulasi berupa bantuan alatalat pengolah kepada para produsen makanan berbahan ikan yang memeiliki modal
terbatas agar dapat meningkatkan kapasitas produksi sesuai permintaan pasar yang terus
meningkat.
Hasil produksi juga perlu didiukung oleh sistem pemasaran yang aktif dengan tetap
memperhatikan kaidah-kaidah kesehatan berupa sistem rantai dingin. Oleh sebab itu,
maka Dinas Kelautan dan Perikanan memberikan pula bantuan alat-alat pemasaran
berupa frezzer dan cool box agar hasil prosuk olahan dapat dipasarkan dalam jangka
waktu yang lebih panjang dengan kondisi yang tetap menarik tanpa zat pengawet.
xii.
xiii.
Pembuatan Buku Tentang Kandungan Gizi Pada Ikan dan Cara Memasak Ikan
Dalam acara Gemarikan yang direncanakan diadakan awal bulan Agustus, akan
dibagikan kepada para serta buku yang menerangkan kelebihan-kelebihan dari ikan
Laporan Akhir Proyek Perubahan Diklatpim II Kab. Subang H. Sumarna |
17
sebagai bahan makanan. Buku ini juga berisikan aneka resep masakan ikan beserta cara
pembuatanya dan cara penyajiannya. Diharapkan dengan buku ini terbukalah wawasan
dari peserta tentang aneka masakan ikan dan manfaatnya.
xiv.
Leaflet, pamflet, dan banner Gemarikan berisi penjelasan singkat dan jelas mengenai
manfaat makan ikan dan cara pengolahannya segaligus sebagai media ajakan, himbauan,
dan promosi akan arti pentingnya peningkatan konsumsi ikan.
4)
i.
Monitoring
Tahap monitoring merupakan tahap yang sangat menentukan dalam proyek perubahan
ini. Hal ini disebabkan karena stakeholders yang terlibat tidak hanya dari dalam Dinas
Kelautan dan Perikanan itu sendiri, tapi juga melibatkan stakeholders dari luar Dinas
Kelautan dan Perikanan yaitu dari pengurus KUD, pengusaha yang bergerak di bidang
perikanan, nelayan, dan petani ikan dengan melibatkan sumberdaya material yang tidak
sedikit. Setiap kegiatan yang dilaksanakan harus terlaporkan dengan baik dari mulai
tahap perencanaan, pelaksanaan, sampai pada tahap evaluasi sehingga dapat diambil
langkah-langkah selanjutnya.
ii.
Evaluasi
Mengadakan suatu evaluasi dari setiap kegiatan harus dilakukan agar setiap
perkembangan dapat terlaksana dengan baik karena setiap kesalahan dan capaian yang
tidak sesuai target dapat terdeteksi sejak awal dan dapat segera dilakukan perbaikan
sedini mungkin. Dengan demikian capaian sasaran sesuai target yang direncanakan
dapat tercapai dengan baik.
18
2.
Stakeholders
Tabel 4 : Internal Stakeholders
No.
Stakesholders
Pengaruh
Ketertarikan
Nilai
1.
Tinggi
Tinggi
2.
Tinggi
Tinggi
3.
Tinggi
Tinggi
4.
Tinggi
Tinggi
5.
Sedang
Tinggi
6.
Tinggi
Tinggi
7.
Tinggi
Tinggi
8.
Tinggi
Tinggi
9.
Tinggi
Tinggi
10.
Sedang
Tinggi
No
Stakesholders
Pengaruh
Ketertarikan
Nilai
1.
Tinggi
Netral
2.
Tinggi
Netral
3.
Tinggi
Netral
4.
Tinggi
Netral
5.
Tinggi
Netral
6.
Tinggi
Netral
7.
Tinggi
Netral
8.
Perbankan
Tinggi
Rendah
9.
Tinggi
Rendah
10.
Tinggi
Rendah
11.
Petani Ikan
Tinggi
Rendah
12.
Nelayan
Tinggi
Rendah
13.
Masyarakat
Tinggi
Rendah
14.
Anggota DPRD
Rendah
Rendah
15.
LSM
Rendah
Rendah
19
Untuk dapat lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar 2 dibawah ini
Indetifikasi Stakeholders
INFLUENCE
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
BUPATI
SEKDA
ASDA III
KABID BINUS
KABID
BUDIDAYA
6. KABID
KELAUTAN
7. KABID
PROGRAM
BAPPEDA
BPMKB
DISKOP
&UKM
DINKES
IRDA
DPPKAD
BP4KP
1.
2.
ANGGOTA
DPRD KAB
SUBANG
2.
LSM
LATENTS
PROMOTERS
APATHETIES
DEFENDERS
INTEREST
1.
SEKDIS
STAF DKP
1. PERBANKAN
2. PENGOLAH
HASIL IKAN
3. PETANI IKAN
4. NELAYAN
5. MASYARAKAT
20
stakeholder yang berkepentingan terhadap perubahan itu. Oleh karena itu perlu dibuat suatu
peta jaringan atau netmap yang bertujuan memetakan stakeholders yang terkait dengan
perubahan tersebut. Dari netmap itu dapat diperkirakan bagaimana sudut pandang
stakeholders terhadap proyek perubahan ini. Untuk melangkah lebih jauh, maka perlu tahu
stakeholder mana yang akan mendukung dan menolak. Dari netmap dapat diketahui
stakeholder mana saja yang penting dan memiliki pengaruh besar terhadap proyek
perubahan ini.
Dalam proyek perubahan ini, dapat digambarkan peta jaringan atau netmap seperti gambar
dibawah ini:
Sekretaris Daerah
Bupati
Bappeda
BPMKB
Sekdis DKP
Kabid2 DKP
Dinas Kesehatan
Staf DKP
DPPKAD
DPRD
LSM
Masyarakat
Perbankan
Petani Ikan
Legenda
Pengolah Ikan
Perintah
Laporan
Koordinasi
Sosialisasi
Gambar 4: Peta Jaringan Proyek Perubahan
21
3. Waktu Pelaksanaan
Tabel 6 : Waktu Pelaksanaan
No.
1.
2.
3.
4.
TAHAP UTAMA
PERENCANAAN ;
1. Mengumpulkan data dan informasi
2. Menganalisa, mengidentifikasi dan menentukan prioritas
masalah
3. Mensosialisasikan Rencana Proyek Perubahan dan membuat
tim teknis
4. Menyusun rencana kerja operasional
ORGANIZING;
1. Koordinasi dengan Stakeholders Eks dan Int.
2. Laporan dan konsultasi kepada Mentor
PELAKSANAAN;
1. Bimbingan Teknis Pengembangan Industri Tepung Ikan.
2. Penyuluhan Pengembangan Usaha Perikanan Berbasis
Kerakyatan
3. Pelatihan Budidaya Ikan Mas dan Nila
4. Pelatihan Teknis Usaha Perikanan
5. Sosialisasi Budidaya Ikan Jaring Terapung di Perairan Umum
6. Penyerahan bantuan Jaring Insang (Gill Net) dan Jaring
Udang (Trimmel Net) Untuk Masyarakat Nelayan
7. Penyerahan Benih Ikan Untuk Dilepaskan di Perairan
Terbuka (restocking)
8. Penyerahan Bantuan Benih dan Bibit Ikan Kualitas Unggul
Bagi Petani Ikan
9. Pemberian Bantuan Alat Pengolahan Makanan Berbahan
Ikan dan Alat Pemasaran
10. Pemberian Makanan Tambahan Berbahan Ikan Kepada Para
Balita
11. Pembuatan Buku Tentang Kandungan Gizi Pada Ikan dan
Cara Memasak Ikan
12. Pembuatan Baligo, Banner, Spanduk, Leaflet, dan Pamflet
untuk kegiatan Gemarikan
MONITORING DAN EVALUASI
1. Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan proyek perubahan
2. Membuat Laporan akhir
WAKTU
18 22 Mei 2015
18 22 Mei 2015
18 22 Mei 2015
18 22 Mei 2015
25 27 Mei & 2 Juni 2015
1 Juni & 19 Juni 2015
28 29 Mei 2015
3 Juni 2015
8 10 Juni 2015
17 Juni 2015
26 Juni 2015
3 & 6 Juli 2015
6 Juli 2015
7 - Juli 2015
16 Juli 2015
4 5 Juni 2015
2 15 Juli 2015
9 29 Juli 2015
4. Perbandingan Kondisi/Keadaan :
a. Kondisi Awal (Sebelum Proyek Perubahan)
a) Kurangnya pengetahuan para pengusaha di bidang perikanan tentang
manajemen pengelolaan usaha perikanan.
b) Kurangnya pengetahuan dari para petani ikan dan pembudidaya ikan tentang
cara beternak ikan yang baik.
22
c) Penggunaan alat tangkap yang belum sesuai dengan aturan pemerintah dan
kurang memperhatikan kelestarian lingkungan.
d) Penggunaan benih dan bibit ikan yang kurang baik.
e) Terbatasnya kapasitas produksi dari para produsen pengolahan makanan
berbahan ikan.
f) Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya asupan protein ikan dan
cara pengelolaan makanan berbahan ikan yang enak dan menarik.
b. Kondisi saat ini (Setelah Proyek Perubahan)
Manfaat yang dapat diperoleh dari proyek perubahan ini adalah sebagai berikut :
a) Adanya panduan dalam pembuatan standar pelayanan dan standart operational
Stakeholder internal atau pemangku kepentingan yang berasal dari dalam Dinas Kelautan
dan Perikanan Kabupaten Subang adalah:
a. Bupati adalah pejabat tertinggi di Kabupaten yang memberikan kebijakan di lingkungan
kabupaten dimana pada dasarnya merupakan ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan olehnya untuk dijadikan pedoman, pegangan, atau petunjuk dalam
pengembangan ataupun pelaksanaan strategi guna tercapainya kelancaran dan
keterpaduan dalam tercapainya sasaran, tujuan, serta visi dan misi Kabupaten Subang.
Dalam proyek perubahan ini Bupati termasuk stakeholder promoters yaitu memiliki.
Laporan Akhir Proyek Perubahan Diklatpim II Kab. Subang H. Sumarna |
23
kepentingan besar terhadap Proyek Perubahan & juga kekuatan untuk membantu
membuatnya berhasil (atau menggelincirkannya) Proyek Perubahan ini dan memiliki
sifat positif yaitu mendukung proyek perubahan ini.
b. Wakil Bupati adalah kedua tertinggi di Kabupaten yang memberikan pengawasan dan
arahan, pedoman, pegangan, atau petunjuk dalam pengembangan ataupun pelaksanaan
strategi guna tercapainya kelancaran dan keterpaduan dalam tercapainya sasaran,
tujuan, serta visi dan misi Kabupaten Subang. Dalam proyek perubahan ini Wakil
Bupati termasuk stakeholder promoters yaitu memiliki kepentingan besar terhadap
Proyek Perubahan & juga kekuatan untuk membantu membuatnya berhasil (atau
menggelincirkannya) Proyek Perubahan ini dan memiliki sifat positif yaitu mendukung
proyek perubahan ini.
c. Sekretaris Daerah dan Asisten Sekretaris Daerah adalah pejabat di lingkungan
Pemerintah Daerah yang memiliki wewenang dalam pengawasan dan monitoring segala
kegiatan Dinas Kelautan dan Perikanan serta pengarahan dalam keberhasilan kegiatan
dan proyek perubahan ini. Sekretaris Daerah dan Asisten Sekretaris Daerah termasuk
24
f. Staf Bidang Dinas Kelautan dan Perikanan adalah para pelaksana yang memiliki
kemampuan untuk bekerja dalam melaksanakan dan mewujudkan suatu kegiatan.
Dalam proyek perubahan ini Staf Dinas Kelautan dan Perikanan sebagai stakeholder
promoters yaitu memiliki kepentingan besar terhadap Proyek Perubahan & juga
kekuatan untuk membantu membuatnya berhasil (atau menggelincirkannya) Proyek
Perubahan ini dan memliki sifat positif yaitu mendukung proyek perubahan ini.
2. Eksternal
Stakeholder Eksternal atau pemangku kepentingan yang berasal dari luar Dinas Kelautan
dan Perikanan Kabupaten Subang adalah:
a. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di luar Dinas Kelautan dan Perikanan adalah
Dinas dan Badan di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Subang yang memiliki
tugas pokok dan fungsi yang dapat meningkatkan konsumsi makan ikan di Kabupaten
Subang. Dalam proyek perubahan ini, SKPD merupakan stakeholders Latens dimana
stakeholders ini memiliki ketertarikan yang rendah terhadap proyek perubahan ini tapi
memiliki pengaruh yang besar terhadap keberhasilannya.
b. Perbankan merupakan sekelompok badan keuangan yang memiliki kemampuan dan
keahlian aplikatif di bidang permodalan bagi usaha di bidang perikanan. Dalam proyek
perubahan ini Perbankan sebagai stakeholder defender yaitu memiliki kepentingan
pribadi & dapat menyuarakan dukungannya dalam komunitas apabila dia tertarik,
tetapi kekuatannya kecil untuk mempengaruhi Proyek Perubahan ini dan memliki sifat
netral yaitu tidak menentang atau mendukung proyek perubahan ini.
c. Pengolah hasil ikan, petani ikan, nelayan dan masyarakat, merupakan sekelompok
orang dan atau masyarakat yang memiliki kemampuan dan keahlian aplikatif di bidang
perikanan. Dalam proyek perubahan ini Pengolah hasil ikan, petani ikan, nelayan dan
masyarakat sebagai stakeholder defender yaitu memiliki kepentingan pribadi & dapat
menyuarakan dukungannya dalam komunitas apabila dia tertarik, tetapi kekuatannya
kecil untuk mempengaruhi Proyek Perubahan ini dan memliki sifat netral yaitu tidak
menentang atau mendukung proyek perubahan ini.
d. Anggota DPRD; merupakan pejabat pemerintah dan wakil dari keinginan masyarakat
luas yang memiliki tugas dalam memberikan kebijakan pemerintahan. Dalam proyek
perubahan ini Anggota DPRD sebagai stakeholder apathities yaitu memiliki
ketertarikan dan pengaruh yang kecil dalam proyek perubahan ini, tetapi memiliki
potensi yang besar dan negatif dalam mempengaruhi Proyek Perubahan.
25
Strategi Komunikasi
a) Komunikasi Kepada Stakeholders yang Mendukung
Strategi komunikasi yang digunakan adalah strategi komunikasi berstruktur
(Structuring style) yaitu memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis maupun
lisan guna memantapkan perintah atau keinginan yang harus dilaksanakan,
penjadwalan tugas dan pekerjaan, serta struktur organisasi. Project Leader lebih
memberi perhatian pada keinginan untuk mempengaruhi orang lain melalui
informasi tentang tujuan proyek perubahan, jadwal kerja, aturan, serta prosedur yang
digunakan. Strategi ini digunakan mengingat proyek perubahan ini lebih menekan
pada implementasi dari peraturan yang ada yaitu Undang-undang No. 32 tahun 2014
Tentang Kelautan.
Strategi komunikasi dua arah juga diterapkan dalam proyek perubahan ini karena
setiap stakeholders dapat mengungkapkan gagasan atau pendapat dalam suasana
yang dibuat informal sehingga memungkinkan setiap stakeholders mencapai
pemahaman dan kesepakatan yang sama terhadap output proyek perubahan ini.
b) Komunikasi Kepada Stakeholders yang Netral san negatif
Kepada stakeholders yang bersifat netral, dilakukan komunikasi dinamis (dynamic
style communication) adalah gaya komunikasi yang cenderung agresif, seperti yang
biasa digunakan oleh wiraniaga (sales) atau juru kampanye, karena project leader
memiliki tujuan untuk menstimulasi atau merangsang stakeholders untuk melalukan
suatu tindakan sesuai dengan yang diinginkan.
26
BAB III
PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN
A.
B.
27
28
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Setelah melalui proses tahapan dalam pelaksanaan proyek perubahan Strategi
Peningkatan Konsumsi Ikan di Kabupaten Subang maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Strategi peningkatan hasil produksi perikanan, baik perikanan tangkap maupun
perikanan budidaya harus dibarengi dengan strategi-strategi lain yang mendukung
seperti strategi perkuatan dan efesiensi industri pakan ikan, ketersedian dan
peningkatan bibit dan benih ikan kualitas unggul, penggunaan alat tangkap yang
diijinkan oleh pemerintah dan tidak merusak lingkungan, dan infrastruktur
pengairan kolam ikan yang dapat menjamin ketersediaan air sepanjang tahun.
2. Dalam usaha pengolahan makanan berbahan ikan, perlu adanya strstegi yang
mendukung kontinyunitas ketersediaan bahan baku ikan berkualitas baik, strategi
pengolahan yang lebih efisien dengan tetap memperhatikan kualitas dan ciri khas
hasil sehingga dapat menjadi ciri khas daerah, penggunaan sistem rantai dingi dalam
penyimpanan hasil produk olahan makan berbahan ikan sehingga mutu tetap terjaga
tanpa bahan pengawet, dan strategi pemasaran yang didukung oleh pemerintah.
3. Usaha yang terus menerus dari pemerintah untuk memasyarakatkan makan ikan
dengan merubah mindset masyarakat yang negatif tentang daging ikan menjadi
mindset yang positif tentang daging ikan sebagai bahan makanan utama.
4. Perkuatan pada organisasi Dinas Kelautan dan Perikanan sebagai garda depan
pelaksana kebijakan Pemerintah Kabupaten Subang di bidang perikanan dan
kelautan sehingga kebijakan dapat dirasakan manfaatnya oleh seluruh lapisan
masyarakat.
B.
Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan yang ada maka dapat direkomendasikan beberapa hal, antara
lain:
29
1. Perlu adanya kerjasama yang baik dan intesif dengan pihak-pihak lain yang bergerak
dalam bidang perikanan seperti ; balai penelitian ikan, perusahaan pakan ikan serta
mesin pakan, perbankan, dan lain-lain.
2. Perlu adanya inovasi yang baik terhadap hasil olahan makanan berbahan ikan
sehingga dapat menjadi brand atau ikon daerah dengan dukungan promosi dari
pemerintah daerah.
3. Kampanye yang intensif melalui berbagai media dan di berbagai kesempatan dalam
mempromosikan kelebihan daging ikan dan manfaatnya.
4. Memanfaatkan segala potensi yang ada di daerah dalam meningkatkan produksi
ikan.
30
DAFTAR PUSTAKA
Undang Undang No. 32 Tahun 2014 Tentang Kelautan
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 57 Tahun 2014 Tentang Usaha Perikanan
31