Anda di halaman 1dari 15

TRANSFORMASI DIGITAL DAN TATA KELOLA KOLABORATIF UNTUK

DUKUNGAN BIRO PERSIDANGAN II DALAM RANGKA MENINGKATKAN


KINERJA SEKRETARIAT JENDERAL DPRRI
( TINJAUAN TERHADAP PENYELENGGARAAN SISTEM INFORMASI
LEGISLASI \ SILEG )

NAMA RACHMI SUPRIHARTANTI SEPTININGTYAS, SH, MH.


NIP 196709251994032003
JABATAN YANG
BIRO PERSIDANGAN II
DILAMAR
INSTANSI ASAL SEKRETARIAT JENDERAL DPR RI
TRANSFORMASI DIGITAL DAN TATA KELOLA KOLABORATIF UNTUK
DUKUNGAN BIRO PERSIDANGAN II DALAM RANGKA MENINGKATKAN
KINERJA SEKRETARIAT JENDERAL DPRRI
( TINJAUAN TERHADAP PENYELENGGARAAN SISTEM INFORMASI
LEGISLASI \ SILEG )

1. PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Dunia saat ini mengalami perubahan lingkungan strategis yang cepat, dinamis,
kompleks, tidak terduga, dan tidak pasti di era yang disebut VUCA (Valotility,
Uncertainty, Complexcity and Ambiguity) yang disebabkan oleh perubahan era industri
4.0 dan terjadi disrupsi dimana-mana dengan adanya pandemi. Seperti yang
disampaikan oleh Kemenpan, mengutip dari pendapat Neo dan Chen dalam suatu
kesempatan diskusi dan dimuat di dalam webside www.menpan.go.id 14 Januari 2022
bahwa tiga aspek penting kunci keberhasilan membangun birokrasi yang dinamis yang
terjadi di Singapura yaitu atas dukungan orang orang yang cakap, proses yang gesit dan
kebijakan yang adaptif.
Sejalan dengan hal tersebut Renstra Sekretariat Jenderal DPR RI (Struktur
Perubahan) Tahun 2021 - 2024 menyatakan pada intinya dalam rangka mendukung visi
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia yang modern, terbuka, aspiratif dan
berintegritas, Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
sebagai lembaga yang modern, terbuka, aspiratif dan berintegritas. Sekretariat Jenderal
DPR RI harus menjadi supporting system yang profesional dan modern. Salah satu
upaya mewujudkan tujuan tersebut adalah dengan melakukan serangkaian upaya
perbaikan melalui serangkaian upaya terpadu di sektor birokrasi yang meliputi tata
kelola pemerintahan yang berkualitas, terlaksananya keterbukaan informasi dan
pemerintahan berbasis elektronik dan peningkatan kualitas pelayanan kedewanan.1

Di lingkungan Biro Persidangan II telah dibangun sebuah aplikasi untuk menyampaikan


informasi mengenai pembuatan peraturan perundang-undangan di setiap tahapan
(perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan) yang diberi nama Sistem Informasi
Legislasi atau selanjutnya disebut SILEG. SILEG diatur dengan Peraturan Sekretaris
1
Renstra Sekretariat Jenderal DPR RI (Perubahan Struktur Organisasi) 2021 - 2024 hal.5
Jenderal DPR tRI No. 13 Tahun 2020 tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Informasi
Legislasi DPR RI. SILEG terbuka luas dapat diakses oleh masyarakat melalui webside
DPR RI. Penerima manfaat dari SILEG tidak hanya anggota DPR RI, Sekretariat Jenderal
DPR RI, tenaga Ahli anggota namun juga K/L, masyarakat luas seperti akademisi dan
kelompok organisasi yang lain maupun media portal berita eksternal seperti Kompas dll.

Melalui SILEG juga dimaksudkan masyarakat dapat memberikan peran serta masukan
kepada para pembentuk Undang - undang di setiap tahapan seperti halnya yang diatur
dalam RUU perubahan UU No. 12 Tahun2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan mengenai peran serta masyarakat. Namun sayangnya SILEG ini
tata kelolanya belum optimal, pengaturan dalam payung hukumnya belum komprehensif,
efektifitas keberadaanya belum bisa diketahui melalui statistik pengunjung atau viewer
per hari, perminggu atau perbulan, upaya sosialisasi juga masih kurang. Menurut
pendapat pakar hukum Tehnologi Informasi Dr. Hamrin, SH MH, rendahnya kinerja
penyelenggaraan sebuah System Informasi akan melemahkan kinerja suatu lembaga.2

TUJUAN PENULISAN

Menyusun program kerja dan kebijakan Biro Persidangan II terkait tata


kelolanya masih belum optimal, aturan tata kelolanya belum komprehensif, efektifitas
kehadiran SILEG tidak dapat diketahui dari jumlah viewers nya dan kurangnya
sosialisasi SILEG.

2. PERUMUSAN MASALAH DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN

Permasalahan yang disampaikan dalam makalah ini berdasarkan peran saya


selaku “super user” dalam tim pengelola SILEG. Permasalahan SILEG ditandai
dengan :
1. Input data RUU dalam tahapan pembentukan peraturan perundang-
undangan tidak berjalan sebagaimana seharusnya, sehingga data tidak up
to date.
2. landasan hukum SILEG yang mengatur tentang tata kelola SILEG belum
komprehensif termasuk kewajiban pelaksana di setiap Komisi, AKD dan
Persidangan Paripurna untuk melaksanakan input data berikut sangsinya

2
Makalah Diskusi Biro Persidangan I tema “Landasan Hukum Dalam Pengimplementasian Sistem Informasi Digital”,
Jakarta 17 Februari 2022
3. Pengunjung Sileg tidak dapat diketahui sehingga tidak ada statistik
pengunjung yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kemanfaatan
SILEG.

4. Bagaimana dengan upaya dukungan sosialisasi atas keberadaan SILEG ?

3. ANALISIS PERMASALAHAN DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN

Bagaimana menyusun program kerja dan kebijakan Biro Persidangan II


terkait serangkaian upaya terpadu dengan metode atau cara kolaborasi untuk
perbaikan tata kelola SILEG, pengaturan kembali dalam payung hukum SILEG,
penerapan media untuk mengetahui statistik pengunjung atau viewer per hari,
perminggu atau perbulan agar diketahui efektifitas kehadiran dukungan SILEG bagi
lembaga dan masyarakat, upaya perluasan upaya sosialisasitidak hanya dengan cara
melalui Webside DPR, TV Parlemen dengan mengafirmasi melalui siaran siarannya
terkait manfaat SILEG dan bisa diikuti oleh TV swasta yang lain, tetapi juga dimuat
melaui media portal berita eksternal yang lain misalnya Kompas dll

Sebelum membahas upaya terpadu dalam makalah ini saya akan


sampaikan penjelasan mengenai SILEG. SILEG adalah merupakan perangkat
lunak (aplikasi) yang memberikan fasilitas untuk menginfokan proses legislasi.
SILEG dikembangkan di lingkungan Sekretariat Jenderal DPR RI meliputi proses
pembahasan Rancangan Undang-Undang, daftar Rancangan Undang-Undang dan
daftar kumulatif Rancangan Undang-Undang. Pasal 1 angka 1 Peraturan Sekretaris
Jenderal DPR RI No. 13 Tahun 2020 mengatur bahwa Sisstem Informasi Legislasi
yang selanjutnya disebut SILEG adalah aplikasi yang digunakan dalam
menyampaikan informasi proses pembentukan peraturan perundang-undangan dari
tahap perencanaan, penyusunan, pembahasan dan pengesahan yang dapat diakses
oleh masyarakat dalam jaringan.3
Informasi yang dihasilkan/ditampilkan SILEG adalah tentang segala
kegiatan yang terkait dengan RUU mencakup :
a) Semua RUU yang terdaftar baik Prolegnas atau Kumulatif.

3
Peraturan Sekretaris Jenderal DPR RI No. 13 Tahun 2020 tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Informasi Legislasi
DPR RI, hal.3
b) RUU dalam tahapan yaitu Penyusunan, Harmonisasi, Penetapan Usul,
Pembahasan, Keputusan dan telah selesai.
c) Pengusul RUU yaitu DPR, Pemerintah dan DPD

Berdasarkan permasalahan pertama dalam Periode 2021 Rancangan


Undang- Undang yang dimasukkan hanya judulnya sedangkan substansi RUU itu
sendiri tidak ditemukan datanya 4sbb :
1. Selama tahun 2021 jumlah data RUU yang tidak diinput berjumlah 11
RUU dari RUU yang disahkan sebanyak 17 RUU (data terlampir)
2. Tahun 2020 berjumlah 11 RUU dari 20 RUU yang disahkan di tingkat II
(data terlampir)

Data mengenai hal tersebut, disertakan sebagai lampiran makalah ini jika
diperlukan. Mekanisme kerja dalam tim SILEG telah ditunjuk pegawai atau SDM
staf /pelaksana dari setiap Sekretariat Komisi, Alat Kelengkapan Dewan (Pansus
dan Banggar) dan Bagian Persidangan Paripurna untuk menginput data RUU
dalam setiap tahapan. Namun kenyataannya pada tahun 2021 hanya 20 % yang
terinput data RUU dalam tingkat I (perencanaan, penyusunan dan pembahasan)
dan pada tahun 2020 hanya 45 % data RUU yang terinput dalam tahapan tingkat I
(perencanaan, penyusunan dan pembahasan). Sedangkan untuk tingkat II
(paripurna) sejak 2 tahun akhir akhir ini sudah cukup up date dalam menginput
data RUU yang disahkan di tingkat II. 5Berdasarkan masukan masukan dari
anggota Tim Pengelola SILEG hal ini terjadi karena staf pelaksana di Komisi,
AKD masih belum memprioritaskan tugas dan tanggung jawab untuk menginput
data RUU ke dalam SILEG.
Kemudian terkait kewajiban bagi staf / pelaksana di Komisi dan AKD
serta Persidangan Paripurna untuk melaksanakan input data berikut sangsinya
apakah sudah diatur dalam Peraturan Sekretaris Jenderal No. 13 Tahun 2020
tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Informasi Legislasi ? ternyata hal tersebut
belum diatur dalam instrumen Persekjen dan belum diikuti dengan SOP terkait
penyelenggaraan SILEG tersebut.

4
Sumber : Data Rekapitulasi Admin SILEG Persidangan Paripurna 2022
5
Wawancara dengan anggota tim pengelola SILEG (Fadlun Bariyah) tanggal 6 Maret 2022
Dalam permasalahan selanjutnya berdasarkan informasi yang disampaikan
oleh Pengelola SILEG tidak ada statistik yang dapat menunjukkan jumlah
pengunjung SILEG, karena penggunaan google analytic saat ini diterapkan hanya
untuk menghitung berapa pengunjung web DPR secara keseluruhan. Sehingga
tidak dapat diketahui pengunjung dari setiap aplikasi yang ada di DPR RI secara
pasti per hari atau perminggu dan perbulan 6. Menurut saya hal ini penting karena
untuk mengetahui kehadiran SILEG apakah masih dimanfaatkan atau tidak oleh
penggunanya.
Terkait sosialisasi SILEG maka dalam suatu kesempatan pernah diajukan
pertanyaan kepada mahasiswa Kampus Merdeka yang berada di DPR mengenai
keberadaan SILEG, namun mereka tidak mengetahui kehadiran SILEG dan apa
manfaatnya SILEG. Meski sebenarnya SILEG telah disosialisasikan melalui
Webside www.dpr.go.id .
Menurut Dr, Hamrin, SH, MH dalam sebuah diskusi bertemakan
Landasan Hukum Dalam Pengimplentasian Sistem Informasi Digital7,
permasalahan terkait pengelolaan sebuah sistem informasi digital dikatakan bahwa
belum adanya strategi optimalisasi yang baik dan komprehensif untuk
mensinergikan tim, proses dan tehnologi, hal ini sama dengan mengakibatkan
kesenjangan implementasi sistem informasi Digital dan adanya kesenjangan
implementasi sistem informasi digital mengakibatkan melemahnya kinerja suatu
lembaga.
Apa yang menjadi faktor pendukung dan faktor penghambat terhadap
keberhasilan mengelola Sistem Informasi di sebuah lembaga ? Jika dipetakan
menurut saya maka ada faktor pendukung yang bersifat internal dan eksternal serta
ada faktor penghambat yang bersifat internal dan eksternal, saya identifikasi
sebagai berikut :
1) Sebagai faktor pendukung dari internal : Komunikasi telah dibangun oleh tim
pengelola SILEG sejak tahun 2020. Namun komunikasi hanya dibangun dalam
rapat koordinasi dan konsinyering yang frekwensinya sangat jarang hanya 2
kali dalam 1 tahun. Rapat dihadiri oleh Kepala Bagian Badan Legislasi selaku
penanggung jawab tahapan unggahan di tahap 1, 2, 3 dan 5. Pemimpin Rapat
6
Wawancara dengan anggota Tim pengelola SILEG dari Pustekinfo (Fariza) tanggal 4 Maret 2022
7
Dr. Hamrin, SH, MH. Loc. Cit.
hanya menghimbau dalam setiap rapat mengingatkan mengenai input data
SILEG. Rapat tidak dihadiri oleh JPT Pratama Biro Persidangan II yang
membawahi Sekretariat Badan Legislasi tempat di mana SILEG berada serta
mengkoordinasikan seluruh kegiatan terkait penyelenggaraan SILEG. Rapat
tidak dihadiri oleh JPT Pratama Lintas Unit Kerja ( Cross Functional Section)
maupun pihak pihak lain yang sebenarnya terkait dengan manajemen
pengelolaan SILEG. Faktanya hanya ada yang rutin menginput data RUU ke
dalam SILEG dan ada yang tidak rutin melaksanakan tugas input data RUU.
2) Sebagai faktor pendukung dari internal : Landasan Hukum telah dibentuk
Peraturan Sekretaris Jenderal tentang Pedoman PelaksanaanSILEG yang berisi
Informasi yang dihasilkan/ditampilkan SILEG adalah mengatur tentang segala
kegiatan yang terkait dengan RUU mencakup :
a) Semua RUU yang terdaftar baik Prolegnas atau Kumulatif.
b) RUU dalam tahapan : Penyusunan, Harmonisasi, Penetapan Usul,
Pembahasan, Keputusan, dan telah selesai.
c) Pengusul RUU : DPR, Pemerintah dan DPD
Sedangkan kewajiban input data RUU oleh SDM di Sekretariat Komisi dan
Sekretariat Rapat Paripurna tidak diatur berikut sangsi jika tidak melaksanakan
kewajiban input data secara rutin.
3) Faktor pendukung dari internal : penerapan alat berupa google analytic untuk
mengetahui statistik pengunjung SILEG perhari, perminggu atau perbulan
belum diterapkan.

4) Faktor Pendukung yang bersifat eksternal : adalah dukungan publik yaitu


amelaksanakan sosialisasi SILEG, hal ini sudah dilakukan pada Webside
dpr,go.id namun kenyataannya masih terdapat masyarakat yang belum
mengetahui kehadiran SILEG sehingga tidak diketahui kemanfaatannya.
5) Sebagai faktor penghambat dari dalam adalah : kinerja staf atau pelaksana di
Komisi, AKD dalam menginput data RUU dalam tingkat I (perencanaan,
penyusunan dan pembahasan) tidak optimal dengan alasan memprioritaskan
tugas tugas yang lain seperti Kunker, Raker dll.
Dari hasil memetakan fakta fakta di atas yang merupakan faktor
pendukung dari dalam dan luar juga faktor penghambat dari dalam dan dari luar,
maka sebenarnya jika digabungkan akan membentuk suatu kekuatan yang
merupakan kunci keberhasilan pengelolaan sistem informasi di suatu lembaga.
Fakta fakta tersebut di atas kemudian akan saya pecahkan dengan metode yang
kerap disebut metode agile. Metode Agile biasa digunakan oleh perusahaan
swasta namun bisa juga diterapkan untuk lembaga pemerintahan. Karena tipe
lembaga pemerintahan saat ini terutama dalam era VUCA maka mau tidak mau
suka tidak suka harus merespon setiap perubahan dengan adaptif, dinamis dan
cepat. Metode ini sifatnya langsung dieksekusi. Disini saya gabungkan
pendekatan agile dan Kolaboratif atau cross functional Section.

Menurut Nanang Chalid, Vice President People Toko Pedia dalam


sebuah diskusi virtual dengan tema agile organization menyampaikan bahwa
prinsip agile organization adalah :

1. Define North Star and Purpose


2. Cross Functional Leadership
3. Develop Mindset
4. Iteration Culture
5. Technologi enablers
Berdasarkan 5 prinsip Ogile Organization maka di Sekretariat Jenderal
DPR RI sebenarnya telah memiliki aspek yang ke 1 dan aspek 5 yaitu tujuan
organisasi dan tehnologi, namun bagaimana dengan membangun aspek yang ke 2
sampai dengan ke 4 yaitu Cross Functional Leadership, Develop Mindset,
Iteration Culture ? . Berdasar pertanyaan tersebut saya buat langkah langkah
kebijakan dan alternatif kebijakan sebagai berikut :
1) tujuan organisasi atau visi misi sudah ada yaitu intinya membentuk
supporting system yang “professional dan modern” , hal ini harus sering
disampaikan dan diafirmasi dalam setiap pertemuan dan berbagai cara
komunikasi yang telah dibangun bisa melalui tehnologi visual berupa
video maupun dengan cara lisan bisa juga pesan atau bahkan gambar
gambar mem. Purpose atau tujuan organisasi ini harus sejalan antara atasan
JPT Pratama dan bawahan. Strategi komunikasi sebagai pimpinan harus
diterapkan yaitu antara lain pesan yang kita sampaikan efektif atau tidak,
apakah kita berkomunikasi dengan orang yang tepat atau tidak yaitu orang
orang yang menguasai tehnologi atau tidak, apa media komunikasi yang
kita gunakan apakah berupa WA group, atau pertemuan daring dan luring
secara berkala namun rutin. Intinya komunikasi dibangun 2 arah, tanpa
batas eselonisasi mengingat ide ide cemerlang sering datang dari bawah,
sehingga hilangkan prinsip Top down.
2) Kepemimpinan yang saling bekerjasama selama ini belum dibentuk
karena tim pengelola SILEG belum melibatkan seluruh pemangku
kepentingan yang terkait dengan proses pembentukan RUU.
Kepemimpinan bersifat cross functional section atau lintas fungsi dan
lintas sektoral. Biro Persidangan II, Biro Persidangan I, Biro SDMA, Biro
Organisasi dan Perencanaan, Pustekin, Biro Pimpinan dan Pemberitaan
Parlemen, Pusat Penelitian, Pusdiklat saling bekerjasama dan bekerja
secara terintegrasi. Sehingga untuk menyelesaikan masalah mencari solusi
dengan bekerjasama jika perlu minta pendapat K/L bagaimana dengan
pendapat mereka terkait adanya SILEG. Hadirkan K/L seperti Kumham
dalam Rakor (sesekali). Maka alternatif rencana dan program :
a) Saya harus memonitor melalui dash board pada portal saya, info output
kinerja individu pada E PPKP. Jadi integrasi dengan E PPKP agar
terpantau kinerja individu namun lebih diperluas lagi terkait catatan
harian input data (spesifik). Jika bisa dibuat dengan jelas formatnya maka
akan berguna bagi unit kerja lain dalam tugas input data dalam Sistem
Informasi yang lain yang ada di Sekretariat Jenderal DPR RI. SDM tidak
akan bisa absensi hadir jika tidak mengisi atau input data SILEG atau
data terkait Sistem Informasi. Namun ini alternatif ke 2. Alternatif 1
dengan inisiasi SIPARU.
b) saya membuat alternatif membangun SIPARU atau sistem Informasi
Pantauan RUU. Aplikasi kecil tapi berdampak besar bagi SILEG dan
lembaga sekaligus masukkan untuk tim pembentuk Undang - undang dan
tim kerja penyusun prolegnas. SIPARU adalah akronim dari Sistem
Informasi Pantauan RUU. SIPARU merupakan aplikasi yang digunakan
untuk memantau pelaksanaan legislasi mulai dari tahap perencanaan,
penyusunan, pembahasan dan bahkan sampai pengesahan yang berisi
informasi jadwal rapat-rapat yang akan diadakan, serta hasil hasil rapat
yang berupa risalah rapat atau laporan singkat terkait RUU. Informasi
yang ditampilkan adalah informasi perjalanan atau riwayat pelaksanan
legislasiberupa :
 Jenis RUU
 Tanggal Rapat
 Rapat ke berapa
 Jenis Rapat atau tahapan pembahasan
 Peserta rapat (Komisi, AKD, Pansus, Banggar, K/L, masyarakat)
 Uraian singkat rapat
Model aplikasi pantauan ini juga dibangun di Biro Persidangan I,
karena berfungsi sama sama memantau jalannya RUU di Komisi dan AKD.
Namun model aplikasi ini juga berguna untuk lebih mendorong SILEG
agar bekerja lebih maksimal atau optimal lagi. Dampak akan terasa bagi
lembaga maupun K/L dan masyarakat penerima manfaat.
3) Membangun mind set dari masing masing individu staf atau pelaksana
biasanya adalah saling melihat antara satu individu dengan individu yang
lain. Jika satu individu sudah selesai menginput data maka yang lain akan
terpacu untuk mengikuti. Namun jika tidak terbangun perubahan mindset
perlu pelaksanaan pelatihan singkat. Metode persuasif, contoh dan
keteladanan harus sering dilakukan dalam berbagai kesempatan baik
melalui WA grup Tim Pengelola, pertemuan rutin daring dan luring, juga
lewat media visual untuk menyampaikan pesan singkat.
4) Mindset akan beriringan dengan terbangunnya budaya kerja. Jika mindset
berubah maka budaya kerja terbentuk dengan lebih baik. Namun jika tidak
ada perubahan mindset yang berakibat pada berubahnya budaya kerja
maka solusi adalah pelatihan singkat.
5) tehnologi butuh didukung oleh orang - orang yang kompeten dalam
penguasaan tehnologi, cakap dan memiliki integritas.
Tabel 1.Program Kerja Pemetaan SDM yang tergabung dalam Tim Tata Kelola
SILEG:
Keluaran/outcome/manfaat dan
No Kegiatan Sasaran
jangka waktu
1 Diklat metode blended Pemahaman terhadap Sertifikasi dan 3 hari (minggu
penguasaan IT penerima manfaat ke dua)
lembaga/K/L/mas
yarakat
2 Koordinasi dengan Melihat Analisis beban Koordinasi dan Terus menerus
lintas Biro ( Biro Kerja Unit Kerja dimana komunikasi dan sesuai
SDMA, Biro SDM tersebut berada melalui WA dan kebutuhan
Org,Perencanaan, Rosid WA group
1
3 Menanamkan Pemahaman terhadap Strategi (minggu ke tiga)
pemahaman perubahan pelaksanaan tugas Komunikasi /
mind set dan budaya Diklat blended
kerja melalui penerima manfaat
komunikasidengan lembaga dan
anggota Tim dan Eksternal
pelaksanaan pelatihan
(Diklat adalah
alternatif)

Tabel 2. Program Kerja Rakor daring dan luring dan Komunikasi melalui media WA:
No Kegiatan Sasaran Keluaran/Outcome/manfaat

1 Rakor daring maupun Anggota Tim pengelola Komunikasi tidak Sesuai kebutuhan
luring termasuk penginput data bersandar pada
RUU topdown
(eselonisasi) dan
penerima manfaat
Lembaga

Tabel.3. Program Kerja terkait pembangunan System maupun integrasi System:

No Kegiatan Sasaran Keluaran/Outcome/manfaat

1 Rakor pemetaan Paham terhadap output Output Sistem (minggu ke 2


terhadap seluruh system yang dibutuhkan informasi lain maret -mei
yang diperlukan menjadi informasi 2022)
(membangun atau yang diperlukan
integrasi system) Biro Persidangan
II sebagai bahan
pengambilan
Keputusan
Tabel 4. Program Kerja Perluasan Sosialisasi Sileg

No Kegiatan Sasaran Keluaran/Outcome/manfaat

1 Sosialisasi diperluas Memanfaatkan SILEG Data RUU dalam Juli 2022


melalui TV Parlemen , setiap tahapan
metaksos DPR RI dan penerima manfaat
Media Sumber Berita lembaga dan
Eksternal pengguna SILEG

Tabel 5. Program Kerja Lain-lain (Mandiri)

Keluaran/Outcome/manfaat/
No Kegiatan Sasaran
Jangka waktu

1 Penerapan Penggunaan Paham terhadap output Output Sistem Awal Maret


Google Analytic yang dibutuhkan informasi lain 2022
menjadi
informasi yang
diperlukan Biro
penerima
manfaat lembaga
dan pengguna
SILEG

Tabel 6. Program Kerja Revisi Peraturan Sekjen Tentang Sileg diikuti dengan SOP

Keluaran/Outcome/manfaat/
No Kegiatan Sasaran
Jangka Waktu

1 Revisi Persekjen No, 13 Pengaturan tentang Tata Persekjen 2 bulan yaitu


Tahun 2020 tentang Kelola SILEG tentang Pedoman April - Mei
Pedoman Pelaksanan disesuaikan dengan Sistem Informasi 2022
Sistem Informasi kondisi saat ini setelah Legislasi
Legislasi ada upaya perbaikan tata penerima
kelola manfaat lembaga
dan pengguna
SILEG

Tabel 7. JADWAL KERJA RENCANA AKSI


NO Maret April Mei
I II III IV I II III IV I II III IV
1 Diklat IT

2 Diklat Budaya Kerja

3 WA Group, Rakor daring dan luring

4 Pembangunan System dan integrasi System

5 Revisi Peraturan dan penyusunan SOP

Jika data telah terisi semua dalam SILEG maka untuk mengukur keberhasilan
pemanfaatan SILEG, dapat dilakukan Survei Kepuasan Layanan penggunaan SILEG (E-
Survei) pada bulan Juni dan Juli, 2022 dan Agustus 2022 sudah melaksanakan pelaporan
kepada Sekretaris Jenderal DPR RI. Responden pelaksanaan survei pihak internal anggota
DPR RI, TA, Sekretariat Jenderal, dan eksternal seperti Akademisi, LSM, Media, K/L dll
Dengan karakteristik pertanyaan kepada responden seputar kemudahan akses, manfaat
SILEG, Frekwensi Akses, Kepuasan penggunaan layanan SILEG. Dalam survei ini
melibatkan K/L lain selaku responden.

Tabel. 8. Jadwal Kerja Kegiatan Survei kepuasan penggunaan layanan


SILEG
NO KEGIATAN JUNI JULI AGUSTUS
I II III IV I II III IV I II III IV
1 Persiapan Survei (penentuan responden,
metode yang digunakan,membuat
daftar pertanyaan dalam form
elektronik
2 Pelaksanaan Survei
3 Pengolahan Data Hasil Survei
4 Pembuatan laporan

4. KESIMPULAN
Berdasarkan kepada data dan fakta yang diperoleh oleh JPT Pratama Biro
Persidangan II telah dielaborasi dan dianalisis maka disusun program kerja dengan
pendekatan yang digunakan oleh suatu organisasi yang bergerak dengan cara
kolaborasi bekerjasama antar seluruh pemangku kepentingan yang terkait dengan
proses pembentukan RUU. Biro Persidangan II, Biro Persidangan I, Biro SDMA,
Biro Organisasi dan Perencanaan, Pustekinfo, Biro Pimpinan dan Pemberitaan
Parlemen, Pusat Penelitian, Pusdiklat. Bekerja secara bersama dan terintegrasi.
Tidak bersifat SILO. Juga menggunakan metode agile organization.
Hasilnya di tuangkan ke dalam suatu rencana aksi yaitu berupa rencana
aksi : 1) pelatihan singkat, 2).komunikasi dalam WA group, rakor secara daring
maupun luring, 3). menambah bentuk sosialisasi ke dalam media digital yang
merupakan portal berita (internal dan eksternal) dan platform sosial yang dimiliki
DPR RI seperti face book, Instagram, twitter, 4) pembangunan system atau
integrasi system, 5) penguatan kapabilitas yang lain bagi admin pranata komputer
berlangsung mandiri dan 6) sebagai alat ukur keberhasilan setelah 3 bulan semua
upaya dilakukan maka bulan ke 4 atau ke 5 dilaksanakan Survei kepuasan layanan
penggunaan SILEG kepada para penerima manfaat SILEG dan mencari feed back
dari para penerima manfaat SILEG.
Demikian gambaran program kerja JPT Biro Persidangan II dalam
penyelesaian permasalahan terkait tata kelola SILEG, pengaturan payung hukum
SILEG yang komprehensif, mengetahui kemanfaatan SILEG melalui statistik pengunjung
dan upaya perluasan sosialisasi SILEG dan pendekatan penyelesaiannya dengan cara
kolaborasi antar unit kerja juga K/L. Kemudian digunakan juga pendekatan agile
organization yang memiliki karakter akan cepat merespon perubahan dan
penyelesaian masalah. Karena tipe organisasi yang agile adalah organisasi yang
pembelajar, namun cepat mengeksekusi sebuah rencana perubahan. Apabila
Program dan rencana aksi tersebut berjalan maka yang menerima dampaknya
tidak hanya Tim Pengelola SILEG, tetapi juga anggota DPR RI, Sekretariat
Jenderal DPR RI, Tenaga Ahli, dan pihak eksternal yaitu K/L dan masyarakat,
dampaknya luas dan bersifat nasional.

5. DAFTAR PUSTAKA
1. Buku
- Memimpin Reformasi Birokrasi
- Reformasi Birokrasi Indonesia dan Revolusi Industri 4.0

2. Makalah
Makalah Dr. Hamrin SH, MH tema Landasan Hukum Dalam
Pengimplementasian Sistem Informasi Digital, 17 Februari 2022.

Makalah Dr. Hamrin SH, MH, Best Practice Penyelesaian Masalah


Implementasi Pengelolaan Sistem Informasi di Institusi Polri, 2022

3. Peraturan Perundang - Undangan


Peraturan DPR RI No. 1 Tahun 2020 tentang Tata Tertib DPR RI
Peraturan Sekretaris Jenderal DPR RI Nomor 13 Tahun 2020
4. Dokumen
LKJ Rosid 2 Tahun 2021
Renstra Sekretariat Jenderal DPR RI (Perubahan Struktur) 2021 -2024
5. Artikel
Erwan Agus Purwanto “Reformasi Birokrasi Akselerasi Pemerintahan
Dinamis di Era VUCA”.webside.www.menpanrb.go.id, 14 Januari 2022.
Transformasi Birokrasi Menuju Organisasi yang adaptif, Agile dan Fluid,
webside www.setneg.go.id, 05 April 2021
6. Referensi
Organisasi agile, Nanang Chalid VP TokoPedia, www.youtube.com

Anda mungkin juga menyukai