LAMPIRAN
Lampiran 1: Matriks Kinerja dan Pendanaan
Lampiran 2: Matriks Kerangka Regulasi
BAB I A
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam BAB I ini, disajikan kondisi umum Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan
(Ditbinsuslat) Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud) yang merupakan penggambaran atas pencapaian-
pencapaian tema dalam Rencana Strategis (Renstra) Ditbinsuslat Dirjen Diksi
Kemendikbud periode sebelumnya (2015-2019). Berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2018 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2015
tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2015-2019,
sasaran penyediaan layanan kursus dan pelatihan dilakukan melalui terselenggaranya
pendidikan kecakapan hidup untuk bekerja dan berwirausaha yang berstandar nasional,
berwawasan gender, pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan (ESD), dan
kewarganegaraan global, dengan target kinerja adalah;
a. Terselenggaranya pelaksanaan pendidikan kecakapan kerja bagi angkatan kerja muda
sebanyak 50.000 orang.
b. Terselenggaranya pelaksanaan pendidikan kecakapan kewirausahaan/ berwirausaha
bagi angkatan kerja muda sebanyak 90.000 orang.
c. Terselenggaranya bantuan pembinaan Tempat Uji Kompetensi (TUK) bagi 525
lembaga.
d. Terselenggaranya bantuan uji kompetensi bagi peserta didik sebanyak 140.000 orang.
e. Terselenggaranya bimbingan teknis bagi lembaga penyelenggara kursus dan pelatihan
sebanyak 1.022 lembaga.
f. Terdapatnya sebanyak 5.404 lembaga lembaga kursus dan pelatihan yang divalidasi.
g. Terselenggaranya pelaksanaan uji kompetensi bagi master penguji dan penguji kursus
dan pelatihan sebanyak 2.303 orang.
h. Terselenggaranya pelaksanaan magang pada dunia usaha dan industri (DUDI) bagi
peserta didik kursus dan pelatihan sebanyak 45.000 orang.
Penyediaan layanan Kursus dan Pelatihan secara komprehensif merupakan faktor penting
dalam rangka memberikan kesempatan yang lebih luas, terbuka, merata dan bermutu
bagi seluruh lapisan masyarakat untuk belajar dan memberdayakan diri melalui layanan
pendidikan Kursus dan Pelatihan, khususnya dalam upaya meningkatkan kualitas dan
kompetensi sumber daya manusia dalam menghadapi liberalisasi dan globalisasi. Salah
satu usaha meningkatkan kompetensi SDM dapat dilakukan dengan meningkatkan
keterampilan yang terstandar, sehingga dapat mengantarkan insan Indonesia yang
cerdas, terampil, mandiri dan berdaya saing, yang dapat mempengaruhi kekuatan
ekonomi sebuah negara. Dalam konteks pembangunan SDM, hal dimaksud di atas, pada
dasarnya telah menjadi salah satu indikator keberhasilan yang selalu ingin dicapai.
Ketercapaian pelaksanaan pembangunan kursus dan pelatihan di Indonesia ditunjukkan
oleh positif atau tidaknya perkembangan kompetensi SDM, angka kemiskinan, tingkat
pengangguran dan indeks pembangunan manusia (IPM) dari tahun-tahun sebelumnya.
Renstra-KL Ditbinsuslat Dirjen Paud dan Dikmas Kemendikbud memuat visi, misi, tujuan,
strategi, kebijakan, program, dan kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsi Ditsuslat Dirjen
Pendidikan Vokasi Kemendikbud yang disusun dengan berpedoman pada Renstra
Direktorat Jendral, Renstra K/L, dan RPJM Nasional dan bersifat indikatif. Penyusunan
Renstra ini tetap memperhatikan baseline capaian kinerja Ditbinsuslat Dirjen Paud dan
Dikmas Kemendikbu Ditsuslat Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud pada RPJMN
periode 2020-2025, sebagai salah satu pijakan dalam penyusunan renstra lima tahun ke
depan dalam kerangka pembangunan jangka panjang nasional.
Renstra Ditsuslat Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud yang dihasilkan sebagai rujukan
penyusunan Renstra Ditsuslat Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud dan akan menjadi
pedoman bagi unit kerja di lingkungan Ditsuslat Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud
dalam penyusunan Rencana Kerja.
C. LANDASAN HUKUM
Renstra ini merupakan perwujudan dari penerapan berbagai peraturan perundangan yang
meliputi:
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor a30 1);
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104);
3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157);
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 33);
5. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor a916); SK No 009460 A;
6. Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5336);
7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2020 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024;
8. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2019 Tentang Kementerian
Pendidikan Dan Kebudayaan;
9. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun
2020 tentang perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor
45 Tahun 2019 Tentang Organisasi dan Tata Kerjakementerian Pendidikan Dan
Kebudayaan;
D. LANDASAN FILOSOFIS
Filosofi pendidikan dikenal empat istilah, yaitu: metafisika, epistimologi, axiologi, dan
logika. Pemikiran para philosopher di atas sangat terkait dengan istilah filosofi tersebut.
Metafisika membahas alam nyata/kenyataan. Dalam pendidikan, metafisika ini berkaitan
terutama konsep realitas yang direfleksikan pada mata pelajaran, kegiatan praktik dan
keterampilan dalam kurikulum. Epistimologi membahas pengetahuan (knowledge) dan
apa yang diketahui/pahami (knowing), yang berarti sangat terkait dengan metode dalam
proses belajar mengajar. Axiologi berhubungan dengan nilai (value) yang terkait dengan
moral (etika) serta keindahan dan seni (estetika). Logika berkaitan kemampuan menjawab
dan penjelasan dengan benar.
Jika dikaitkan dengan istilah-istilah di atas, Pendidikan vokasi merupakan proses
pembelajaran yang mempersiapkan peserta didik untuk memasuki lapangan kerja setelah
menyelesaikan studinya. Hal ini berarti, dalam penyelenggaraan pendidikan vokasi,
kurikulum Pendidikan vokasi (dalam arti metafikasi) selayak disusun sesuai kenyataan
yang dibutuhkan untuk bekerja, metode dalam proses belajar mengajar (dalam arti
epistemologi) juga disesuaikan dengan kondisi seperti bekerja, dan memiliki nilai hasil
(dalam arti axiologi) yang diharapkan sesuai dengan tuntutan pasar kerja. Beberapa
prinsip dasar program dalam Pendidikan vokasi menurut Miller (1985), antara lain a)
kurikulum Pendidikan vokasi merupakan turunan/derivasi dari kebutuhan dalam dunia
kerja, b) jenis pekerja merupakan basis/dasar pengembangan kurikulum pendidikan
vokasi, c) inovasi merupakan bagian dari pendidikan vokasi, dan d) melalui pendidikan
vokasi, peserta didik dipersiapkan untuk awal memasuki dunia kerja. Sedangkan untuk
prinsip dasar proses dalam pendidikan vokasi menurut Miller, yaitu: a) peran serta
masyarakat (dunia kerja) merupakan bagian yang menentukan dalam menyusun program
pendidikan vokasi, b) artikulasi dan koordinasi merupakan bagian pokok dalam pendidikan
vokasi, dan c) penilaian (evaluasi) dilakukan secara terus menerus. Senada dengan yang
telah disampaikan oleh Miller, berpedoman pada Pasal 15 Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sisdiknas menyatakan Pendidikan vokasi merupakan pendidikan
tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian
terapan tertentu maksimal setara dengan program sarjana. Pendidikan vokasi merupakan
penyelenggaraan jalur pendidikan formal yang diselenggarakan pada pendidikan tinggi,
seperti: politeknik, program diploma, atau sejenisnya.
E. PARADIGMA PENDIDIKAN
Era keterbukaan dan persaingan bebas ditandai dengan memudarnya sekat-sekat antar
negara termasuk dengan pembentukan berbagai kesepakatan pembukaan pasar regional
dalam berbagai ukuran cakupan kawasan dari sekelompok negara bertetangga, satu
benua, dan lintas benua seperti MEA, AFTA, dan APEC. Pada era tersebut, jenis pekerjaan
seseorang berubah dengan cepat sesuai dengan kebutuhan pasar kerja dan penyediaan
tenaga kerja yang semakin mengglobal serta pengetahuan dan teknologi yang semakin
canggih. Pekerjaan yang semula dilakukan secara manual dengan mengandalkan tenaga
manusia telah digantikan oleh mesin dan teknologi informasi. Beberapa jenis pekerjaan
yang ada saat ini, perlahan akan hilang pada 10 tahun ke depan. Diperkirakan 35%
keterampilan dasar pada dunia kerja akan berubah pada tahun 2020, dan hampir 2 miliar
pekerja berisiko kehilangan pekerjaan. Karena itu, pendidikan dan pelatihan seharusnya
dilakukan dengan memberi banyak pilihan keterampilan yang sesuai dengan minat
peserta didik dan perkembangan kebutuhan pasar kerja sehingga memungkinkan
pembelajaran sepanjang hayat (life-long learning).
Agar peserta didik mampu bersaing dalam karir pada masa depan dan menjadi aset
pembangunan, pendidikan termasuk pendidikan vokasi formal dan nonformal hendaknya
dikelola dalam konteks pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan dan pelatihan vokasi
pada jenjang pendidikan menengah dan tinggi perlu membekali lulusannya dengan
berbagai kecakapan yang lebih umum, yaitu kecakapan hidup dan berkarier, kecakapan
dalam belajar dan berinovasi, serta kecakapan memanfaatkan informasi, media, dan
teknologi. Kecakapan hidup dan berkarier (life and career skills) memiliki komponen,
yakni (1) fleksibilitas dan adaptabilitas, (2) memiliki inisiatif dan dapat mengatur diri
sendiri, (3) interaksi social dan antar-budaya, (4) produktivitas dan akuntabilitas
mengelola proyek dan menghasilkan produk, dan (5) kepemimpinan dan tanggung jawab.
Selanjutnya, kecakapan dalam belajar dan berinovasi (learning and innovation skills)
memiliki komponen (1) berpikir kritis dan mengatasi masalah, (2) kecakapan
berkomunikasi dan berkolaborasi, dan (3) kreativitas dan inovasi. Sementara itu,
kecakapan media informasi dan teknologi (information media and technology skills)
memiliki komponen (1) literasi informasi, (2) literasi media, dan (3) literasi TIK.
Pembekalan kecakapan semacam ini dikemas dengan istilah Keterampilan Abad XXI (21st
Century Skills).
Pendidikan vokasi merupakan bagian penting dari sistem pendidikan nasional yang tentu
mempunyai posisi strategis untuk mewujudkan tenaga kerja yang berkualitasn dengan
adanya keterlibatan aktif dari DUDI. Pendidikan vokasi harus dapat membangunkan
kesadaran pelaku dunia usaha dan dunia industri untuk turut mengambil tanggung jawab
lebih besar, serta wajib dikembangkan agar dapat mengisi lapangan kerja industri dengan
profil lulusan yang memiliki ketrampilan dan pengetahuan tinggi (high skilled & know
how), sehingga dapat melakukan peningkatan proses produktif serta dapat melakukan
perbaikan dan pengembangan produk di dunia industri. Paradigma lama yang
menempatkan industri pada bagian akhir yang menerima lulusan harus diubah sehinggga
industri dapat berperan sejak perencanaan kompetensi lulusan yang dibutuhkan, turut
serta dalam penyelarasan kurikulum, penguatan pemetaan kebutuhan keahlian,
membangun kompetensi SDM melalui proses edukatif yang produktif, penerapan sistem
pembelajaran standar industri, penguatan pelatihan kecakapan kerja dan kewirausahaan
di sekolah, madrasah dan pesantren, pemagangan, penguatan standar kompetensi,
penguatan kelembagaan dan kapasitas pelaksanaan sertifikasi, dan penyerapan lulusan.
Paradigma pendidikan vokasi sebelum dilakukan revitalisasi, pendidikan vokasi lebih
menekankan pada proses pembelajaran baik di SMK/Kursus/Pelatihan yang kemudian
peserta didik wajib mengikuti uji kompetensi yang diselenggarakan oleh Lembaga
Sertifikasi Kompetensi untuk Lembaga Kursus, atau untuk SMK menggunakan Lembaga
Sertifikasi Profesi (LSP) yang berada di bawah tanggung jawab Badan Nasional Seritifikasi
Profesi (BNSP), yang berujung pada seorang peserta didik telah berhasil mendapatkan
sertifikat kompetensi. Hanya sebagian kecil satuan penddidikan yang mengetahui
kebutuhan industri dan merespon kebutuhan pasar untuk kompetensi yang dibutuhkan.
Saat ini paradigma tersebut telah bergeser dengan dilakukan revitalisasi pendidikan
vokasi, yaitu seorang peserta didik baik di SMK/Kursus/ Pelatihan/Perguruan Tinggi Vokasi
mengikuti proses pembelajaran (pola pembelajaran, pengembangan kurikulum,
penyediaan sarana dan prasarana, maupun pengembangan kompetensi SDM
(Guru/Instruktur/Dosen) harus mengikuti kebutuhan dunia industri, dan kemudian wajib
mengikuti uji kompetensi yang telah diakreditasi dan disertifikasi oleh mitra industri yang
relevan. Sehingga karena kompetensinya telah mendapatkan sertifikat/pengakuan dari
mitra industrinya, maka peserta didik maupun guru/instruktur/dosen dapat melakukan
pemagangan serta untuk lulusannya dapat bekerja langsung diterima di industri tersebut.
Selanjutnya pemerintah juga melakukan evaluasi terhadap penyerapan lulusan pendidkan
vokasi di dunia industri yang mendapatkan pekerjaan satu tahun setelah lulus. Oleh
karena halhal tersebut, revitalisasi pendidikan vokasi yang dilakukan harus berbasis pada
kemitraan bersama dunia industri sehingga dapat meniadakan defisit kompetensi dengan
kebutuhan DUDI dan menurunkan pembiayaan pendidikan dalam menghasilkan lulusan
melalui kegiatan produktif di industri.
Dengan demikian kursus dan pelatihan memiliki peran dan fungsi strategis dalam
peningkatan sumberdaya manusia melalui kecakapan hidup (life skill education). Muara
dari program kursus dan pelatihan adalah peningkatan kompetensi seseorang yang
meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap di bidang profesinya masingmasing
yang ditandai dengan kepemilikan sertifikat pada setiap lulusannya. Hal ini sesuai dengan
yang diutarakan oleh Presiden Jokowi dalam sambutannya pada pembukaan Rembuk
Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RNPK) 2019 di Pusat Pendidikan dan Pelatihan
(Pusdiklat) Pegawai Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada hari Selasa 12
Februari 2019), bahwa “Kita ingin pendidikan yang fokus pada keterampilan bekerja. Ini
sangat penting”. Oleh karena itu program kursus dan pelatihan vokasi harus
dikembangkan sesuai tuntutan pasar kerja dan kebutuhan industri. Dengan demikian
dunia industri akan mendapatkan keuntungan langsung ketika menggunakan pekerja
yang kompeten dari program kursus dan pelatihan vokasi, serta tidak perlu mengeluarkan
biaya lebih untuk memberikan pelatihan selanjutnya, sehingga sudah selayaknya jika
indusri memiliki tanggung jawab untuk peduli, dan ikut bertanggung jawab dalam
melakukan pengembangan khususnya lembaga-lembaga kursus dan pelatihan vokasi.
Untuk program ke depan dalam rangka pengembangan kursus dan pelatihan, rekruitmen
peserta didik dilakukan sesuai dengan kemauan dan potensi masing-masing dan syarat
peserta didiknya adalah anak usia sekolah tidak sekolah yang berusia di bawah 21 tahun,
anak usia sekolah yang belajar di Paket B atau C dan perlu diberikan keterampilan.
Sedangkan untuk proses pelaksanaan kursus dan pelatihan dibagi menjadi dua yaitu 1)
Pendidikan Kecakapan kerja (PKK) yang kurikulumnya berbasis kompetensi dan harus
bekerjasama dengan DUDI; 2) Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) yang
kurikulumnya sesuai kebutuhan usaha dan manajemen usaha kecil bekerjasama dengan
UMKM. Pada tahun 2014, program PKK dan PKW merupakan bagian dari program
Pendidikan Kecakapan Kerja yang untuk saat ini sudah dilakukan berbagai inovasi,
diantaranya mempercepat proses pengajuan bantuan melalui e-proposal, pembelajaran
menggunakan sistem Massive Open Online Course dan Blended Learning System, bahan
ajar menggunakan digital (e-book), jenis-jenis keterampilan yang diajarkan mengangkat
potensi/kearifan 16ocal dan menambahkan materi digital marketing pada pembelajaran
untuk mendukung industry 4.0.
Di bawah ini terlampir capaian dan saran program PKK dan PKW dari tahun 2015-2019:
Pada
tahun 2019, pendidikan vokasi melalui kursus dan pelatihan telah melakukan beberapa
capaian kinerjanya sesuai dengan arahan Presiden, antara lain: a. Jumlah angkatan kerja
muda mendapatkan Pendidikan Kecakapan Kerja sebanyak 290.783 orang; b. Jumlah
angkatan kerja muda mendapatkan Pendidikan Kewirausahaan/ berwirausaha sebanyak
201.599 orang; c. Jumlah peserta didik Kursus dan Pelatihan yang mengikuti magang pada
DUDI sebanyak 5.030 orang; d. Standar Kompetensi Lulusan yang telah disuse sebanyak 74
Standar; e. Jumlah Tempat Uji Kompetensi (TUK) yang telah terbentuk sebanyak 743
tempat; f. Jumlah peserta didik yang telah memperoleh Bantuan Uji Kompetensi sebanyak
369.498 orang; g. Jumlah master penguji untuk Kursus dan Pelatihan sebanyak 666 orang;
Selain capaian di atas, terdapat beberapa capaian kinerja yang dimulai dari tahun 2015 s.d.
2019 sebagai berikut: a. 2.660 Instruktur yang diberikan peningkatan kompetensi
infrastruktur di bidang keterampilan; b. 286 Lembaga yang telah melakukan kerja sama
dengan DUDI/SMK/LKP/BLK/Dinas Pariwisata/Dinas Perindustrian dan lembaga lainnya; c.
115 sekolah telah mendapatkan bantuan Penguatan Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH)
dan Pendidikan Kewirausahaan (PPK); d. Telah melakukan inovasi terdapat 20 jenis mata
pelakaran keterampilan pada empat bidang Pariwisata, Mesin dan Teknologi, Seni dan
Budaya, Pertanian; e. Melakukan peningkatan kompetensi peserta didik dan
pendampingan usaha; f. Telah melakukan pengembangann kewirusahaan; g. Telah
melakukan kerja sama dengan Kemenaker dan BNSP dalam penyusunan Standar
Kompetensi Kerja khusus bagi Penyandang Disabilitas;
Ruang lingkup dari Renstra Ditsuslat Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud, mencakup:
(1) Pendahuluan, yang berisi latar belakang, maksud dan tujuan, dasar hukum, ruang
landasan filosofis, paradigma umum, ruang lingkup dan peristilahan umum; (2) kondisi
umum, yang berisi kondisi umum Ditsuslat Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud, (3)
potensi permasalahan, yang berisi potensi permasalahan dan isu-isu strategis nasional
Ditsuslat Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud; (4) Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran
Strategis Ditsuslat Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud; (5) Arah Kebijakan, Strategi,
Kerangka Regulasi dan Kerangka Kelembagaan; dan Target Kinerja dan Kerangka
Pendanaan.
A. KONDISI UMUM
a. ANALISIS INTERNAL
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 11 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, Direktorat Kursus dan Pelatihan, Ditjen Pendidikan Vokasi, kementerian
Pendidikan dan Kebudayan mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai berikut:
a. Tugas Pokok’
Melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang kursus
dan pelatihan
b. Fungsi
1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan dibidang kurikulum pembelajaran,
peserta didik, sarana dan prasaran, pendanaan dan tata kelola kursus dan
pelatihan
2) Koordinasi dan pelaksanaan kebijakan di bidang kurikulum pembelajaran,
peserta didik, sarana dan prasaran, pendanaan dan tata kelola kursus dan
pelatihan
3) Peningkatan kualitas pendidikan karakter peserta didik kursus dan pelatihan
4) Fasilitasi sarana dan prasaran serta pendanaan kursus dan pelatihan
5) Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang kurikulum,
peserta didik, sarana dan prasaran, pendanaan dan tata kelola kursus dan
pelatihan
6) Pemberian bimbingan teknis dan supervise di bidang kursus dan pelatihan
7) Pelaksanaan evaluasi dan laporan dibidang kursus dan pelatihan
8) Pelaksanaan administrasi direktorat.
Direktorat Kursus dan Pelatiahan memiliki 4 (empat) Koordinator Bidang dan 1 (satu)
Subbagian, yakni (1) Koordinator Bidang Program dan Evaluasi (2) Koordinator Bidang
Pembelajaran dan Penilaian, (3) Koordinator Bidang Sarana dan Prasarana, (4)
Koordinator Bidang Kelembagaan dan Peserta didik, dan (I5) Subbagian Tata Usaha.
a. Koordinator Bidang Program dan Evaluasi memiliki tugas melaksanakan
penyusunan bahan perumusan kebijakan, program, kegiatan, anggaran dan
evaluasi pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran serta penyusunan laporan
Direktorat.
Dalam menyelenggarakan tugas tersebut, Koordinator Bidang Program dan
Evaluasi menyelenggarakan fungsi (1) penyusunan bahan perumusan kebijakan di
bidang pembinaan kursus dan pelatihan, (2) pengumpulan, pengolahan dan
penyajian data dan informasi dibidang pembinaan kursus dan pelatihan, (3)
penyusunan program, kegiatan dan anggaran Direktorat (4) penyusunan bahan
dan fasilitasi pendanaan kursus dan pelatihan (5) pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran Direktorat beserta pndanaan kursus
dan pelatihan, (6) penyusunan laporan direktorat.
b. Koordinator Bidang Pembelajaran dan Penilaian memiliki tugas melaksanakan
penyusunan bahan perumusan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan norma
standar prosedur kriteria, bimbingan teknis dan supervisi serta fasilitasi
penjaminan mutu di bidang kurikulum kursus dan pelatihan
Dalam menyelenggarakan tugas tersebut, Subdit Kurikulum menyelenggarakan
fungsi (1) penyusunan bahan perumusan , koordinasi, dan pelaksanaan kebijakan
di bidang kurikulum pembinaan kursus dan pelatihan, (2) penyusunan bahan
fasilitasi pelaksanaan penjaminan mutu dibidang pembelajaran dan penilaian
kursus dan pelatihan, (3) penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di
bidang pembelajaran dan penilaian kursus dan pelatihan, (4) pemberian
bimbingan teknis dan supervise dibidang pembelajaran dan penilaian kursus dan
pelatihan, dan (5) pelaksanaan evaluasi dan laporan di bidang pembelajaran dan
penilaian kursus dan pelatihan.
c. Koordinator Bidang memiliki tugas melaksanakan penyusunan bahan perumusan,
koordinasi dan pelaksanaan kebijakan norma standar prosedur kriteria, bimbingan
teknis dan supervise, fasilitasi sarana dan prasaran, dan fasilitasi penjaminan mutu
di bidang sarana dan prasarana kursus dan pelatihan
Dalam menyelenggarakan tugas tersebut, Subdit Sarana dan Prasaran
menyelenggarakan fungsi (1) penyusunan bahan perumusan , koordinasi, dan
pelaksanaan kebijakan di bidang sarana dan prasarana kursus dan pelatihan, (2)
penyusunan bahan dan fasilitasi sarana dan prasarana kursus dan pelatihan (3)
penyusunan bahan fasilitasi pelaksanaan penjaminan mutu dibidang sarana dan
prasarana kursus dan pelatihan, (4) penyusunan norma, standar, prosedur dan
kriteria di bidang sarana dan prasaran kursus dan pelatihan, (5) pemberian
bimbingan teknis dan supervisi dibidang sarana dan prasarana kursus dan
pelatihan, dan (6) pelaksanaan evaluasi dan laporan di bidang sarana dan
prasarana kursus dan pelatihan.
d. Koordinator Bidang Kelembagaan dan Peserta didik memiliki tugas melaksanakan
penyusunan bahan perumusan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan norma
standar prosedur kriteria, bimbingan teknis dan supervisi, di bidang tata kelola
dan kemitraan, fasilitasi penjaminan mutu tata kelola, peningkatan kualitas
pendidikan karakter peserta didik dan pertimbangan pemberian izin
penyelenggaraan kursus dan pelatihan yang diselenggarakan perwakilan negara
asing dan program kursus dan pelatihan kerjasama yang diselenggarakan oleh
lembaga asing dengan lembaga pendidikan Indonesia serta kerjasama dibidang
kursus dan pelatihan.
Dalam menyelenggarakan tugas tersebut, Koordinator Bidang Kelembagaan
Peserta didik menyelenggarakan fungsi (1) penyusunan bahan perumusan ,
koordinasi, dan pelaksanaan kebijakan di bidang Kelembagan dan Kemitraan
kursus dan pelatihan, (2) penyusunan bahan peningkatan kualitas pendidikan
karkter kursus dan pelatihan (3) penyusunan bahan pertimbangan pemberian izin
penyelenggaraan kursus dan pelatihan yang diselenggarakan perwakilan negara
asing dan program kursus dan pelatihan kerjasama yang diselenggarakan oleh
lembaga asing dengan lembaga pendidikan Indonesia serta kerjasama di bidang
kursus dan pelatihan (4) penyusnan bahan fasilitasi pelaksanaan penjaminan mutu
tata kelola kursus dan pelatihan (5) penyusunan norma, standar, prosedur dan
kriteria dibidang tata kelola dan kemitraan kursus dan pelatihan, (5) pemberian
bimbingan teknis dan supervise dibidang tata kelola dan kemitraan kursus dan
pelatihan, dan (6) pelaksanaan evaluasi dan laporan dibidang tata kelola dan
kemitraan kursus dan pelatihan.
b. ANALISIS EKSTERNAL
Dalam penyelenggaraan Kursus dan Pelatihan menjadi rujukan dalam implementasi
landasan filosofis pendidikan masyarakat mengacu pada strategi pembangunan
pendidikan nasional. Strategi pembangunan pendidikan vokasi tersebut akan menjadi
acuan dalam penyusunan kebijakan pokok dan kerangka implementasi program dan
kegiatan pembaruan pendidikan yang akan dilaksanakan oleh Ditjen Pendidikan
Vokasi beserta seluruh jajarannya dan para pemangku kepentingan baik di pusat
maupun di daerah, meliputi:
a. Pendidikan agama, akhlak mulia dan pembentukan karakter/kepribadian
masyarakat yang mandiri serta memiliki daya saing
b. Proses pembelajaran yang mendidik, dialogis serta pembelajaran berpusat pada
peserta didik dan kontektual
c. Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi yang selaras
dengan dunia kerja
d. Peningkatan profesionalitas pendidik dan tenaga kependidikan
e. Penyediaan sarana dan saraana prakte/pemebelajaranr
f. Pembiayaan pendidikan yang sesuai dengan prinsip pemerataan dan berkeadilan
g. Penyelenggaraan pendidikan yang terbuka, merata, berkelanjutan
h. Pemberdayaan masyarakat, organisasi masyarakat dan asosiasi profesi
i. Evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi pendidikan yang memberdayakan.
RPJP (2005-2024)
Gambar 3.1.
Tahapan RPJPN 2005 - 2025
Dalam RPJPN 2005 – 2025 tersebut, maka arahan visi RPJMN 2020-2024, adalah
mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil berkepribadian dan makmur
berlandaskan gotong-royong melalui percepatan pembangunan di segala bidang dengan
struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif. Dengan demikian
visi pembangunan nasional 2020-2024, adalah:
“Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong-Royong”
Kemandirian adalah hakikat dari kemerdekaan, yaitu hak setiap bangsa untuk menentukan
nasibnya sendiri dan menentukan apa yang terbaik bagi diri bangsanya. Oleh karena itu,
pembangunan, sebagai usaha untuk mengisi kemerdekaan, haruslah pula merupakan
upaya membangun kemandirian. Kemandirian bukanlah kemandirian dalam keterisolasian.
Kemandirian mengenal adanya kondisi saling ketergantungan yang tidak dapat dihindari
dalam kehidupan bermasyarakat, baik dalam suatu negara maupun bangsa. Terlebih lagi
dalam era globalisasi dan perdagangan bebas ketergantungan antarbangsa semakin kuat.
Bangsa mandiri adalah bangsa yang mampu mewujudkan kehidupan sejajar dan sederajat
dengan bangsa lain yang telah maju dengan mengandalkan pada kemampuan dan
kekuatan sendiri. Oleh karena itu, untuk membangun kemandirian, mutlak harus dibangun
kemajuan ekonomi. Kemampuan untuk berdaya saing menjadi kunci untuk mencapai
kemajuan sekaligus kemandirian. Kemandirian suatu bangsa tercermin, antara lain, pada
ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu memenuhi tuntutan
kebutuhan dan kemajuan pembangunannya; kemandirian aparatur pemerintah dan
aparatur penegak hukum dalam menjalankan tugasnya; ketergantungan pembiayaan
pembangunan yang bersumber dari dalam negeri yang makin kokoh sehingga
ketergantungan kepada sumber dari luar negeri menjadi kecil; dan kemampuan memenuhi
sendiri kebutuhan pokok. Apabila karena sumber daya alam tidak lagi memungkinkan,
kelemahan itu diimbangi dengan keunggulan lain sehingga tidak membuat ketergantungan
dankerawanan serta mempunyai daya tahan tinggi terhadap perkembangan dan gejolak
ekonomi dunia.
Kemajuan suatu bangsa juga diukur berdasarkan indikator kependudukan, ada kaitan yang
erat antara kemajuan suatu bangsa dengan laju pertumbuhan penduduk, termasuk derajat
kesehatan. Bangsa yang sudah maju ditandai dengan laju pertumbuhan penduduk yang
lebih kecil; angka harapan hidup yang lebih tinggi; dan kualitas pelayanan sosial yang lebih
baik. Secara keseluruhan kualitas sumber daya manusia yang makin baik akan tercermin
dalam produktivitas yang makin tinggi.
Ditinjau dari tingkat perkembangan ekonomi, kemajuan suatu bangsa diukur dari tingkat
kemakmurannya yang tercermin pada tingkat pendapatan dan pembagiannya. Tingginya
rata-rata pendapatan dan ratanya pembagian ekonomi suatu bangsa menjadikan bangsa
tersebut lebih makmur dan lebih maju. Negara yang maju pada umumnya adalah negara
yang sektor industri dan sektor jasanya telah berkembang. Peran sektor industri
manufaktur sebagai penggerak utama laju pertumbuhan makin meningkat, baik dalam segi
penghasilan, sumbangan dalam penciptaan pendapatan nasional maupun dalam
penyerapan tenaga kerja. Selain itu, dalam proses produksi berkembang keterpaduan
antarsektor, terutama sektor industri, sektor pertanian, dan sektor-sektor jasa; serta
pemanfaatan sumber alam yang bukan hanya ada pada pemanfaatan ruang daratan, tetapi
juga ditransformasikan kepada pemanfaatan ruang kelautan secara rasional, efisien, dan
berwawasan lingkungan, mengingat Indonesia sebagai negara kepulauan yang berciri
nusantara. Lembaga dan pranata ekonomi telah tersusun, tertata, dan berfungsi dengan
baik, sehingga mendukung perekonomian yang efisien dengan produktivitas yang tinggi.
Negara yang maju umumnya adalah negara yang perekonomiannya stabil. Gejolak yang
berasal dari dalam maupun luar negeri dapat diredam oleh ketahanan ekonominya.
Bangsa yang maju juga telah memiliki sistem dan kelembagaan politik, termasuk hukum
yang mantap. Lembaga politik dan kemasyarakatan telah berfungsi berdasarkan aturan
dasar, yaitu konstitusi yang ditetapkan oleh rakyatnya. Bangsa yang maju juga ditandai
oleh adanya peran serta rakyat secara nyata dan efektif dalam segala aspek kehidupan,
baik ekonomi, sosial, politik, maupun pertahanan dan keamanan. Dalam aspek politik,
sejarah menunjukkan adanya keterkaitan erat antara kemajuan suatu bangsa dan sistem
politik yang dianutnya. Bangsa yang maju pada umumnya menganut sistem demokrasi,
yang sesuai dengan budaya dan latar belakang sejarahnya. Bangsa yang maju adalah
bangsa yang hak-hak warganya, keamanannya, dan ketenteramannya terjamin dalam
kehidupannya. Selain unsur-unsur tersebut, bangsa yang maju juga harus didukung
dengan infrastruktur yang maju.
Pembangunan bangsa Indonesia bukan hanya sebagai bangsa yang mandiri dan maju,
melainkan juga bangsa yang berkepribadiaan dan berlandaskan gotong-royong. Sebagai
pelaksana dan penggerak pembangunan sekaligus objek pembangunan, rakyat
mempunyai hak, baik dalam merencanakan, melaksanakan, maupun menikmati hasil
pembangunan. Pembangunan haruslah dilaksanakan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat. Oleh karena itu, masalah keadilan merupakan ciri yang menonjol pula dalam
pembangunan nasional.
Semua rakyat mempunyai kesempatan yang sama dalam meningkatkan taraf kehidupan;
memperoleh lapangan pekerjaan; mendapatkan pelayanan sosial, pendidikan dan
kesehatan; mengemukakan pendapat; melaksanakan hak politik; mengamankan dan
mempertahankan negara; serta mendapatkan perlindungan dan kesamaan di depan
hukum. Dengan demikian, bangsa adil berarti tidak ada diskriminasi dalam bentuk apapun,
baik antar individu, gender, maupun wilayah. Bangsa yang sejahterah adalah bangsa yang
sudah terpenuhi seluruh kebutuhan hidupnya, sehingga dapat memberikan makna dan arti
penting bagi bangsa-bangsa lain di dunia.
Dalam kerangka pencapaian visi jangka panjang, yaitu Indonesia yang mandiri, maju,
berkepribadian dan berlandaskan gotong-royong, RPJMN 2005-2025 mengamanatkan
bahwa RPJMN ke-3 periode 2020-2024 diarahkan untuk mewujudkan masyarakat
Indonesia yang mandiri, maju, berkepribadian dan berlandaskan gotong-royong melalui
percepatan pembangunan di segala bidang dengan menekankan terbangunnya struktur
perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif diberbagai wilayah yang
didukung oleh SDM berkualitas dan berdaya saing.
Kemampuan bangsa Indonesia untuk berdaya saing tinggi adalah kunci bagi tercapainya
kemajuan dan kemakmuran bangsa. Daya saing yang tinggi akan menjadikan Indonesia
siap menghadapi tantangan-tantangan globalisasi dan mampu memanfaatkan peluang
yang ada. Untuk memperkuat daya saing bangsa, arah kebijakan umum pembangunan
nasional dalam RPJMN 2020 – 2024, adalah: (1) struktur perekonomian yang kokoh, (2)
keunggulan kompetitif wilayah, dan (3) sumberdaya manusia berkualitas. (Rancangan
teknokratis RPJMN, 2020-2024, Bappenas)
Dalam mewujudkan visi pembangunan nasional tersebut ditempuh melalui 8 (delapan) misi
pembangunan nasional 2020 – 2024, sebagai berikut:
a. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab
berdasarkan falsafah Pancasila.
Adalah memperkuat jati diri dan karakter bangsa melalui pendidikan yang bertujuan
membentuk manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mematuhi aturan
hukum, memelihara kerukunan internal dan antarumat beragama, melaksanakan
interaksi antarbudaya, mengembangkan modal sosial, menerapkan nilai-nilai luhur
budaya bangsa, dan memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dalam rangka
memantapkan landasan spiritual, moral, dan etika pembangunan bangsa
b. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing
Adalah mengedepankan pembangunan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya
saing; meningkatkan penguasaan dan pemanfaatan iptek melalui penelitian,
pengembangan, dan penerapan menuju inovasi secara berkelanjutan; membangun
infrastruktur yang maju serta reformasi di bidang hukum dan aparatur negara; dan
memperkuat perekonomian domestik berbasis keunggulan setiap wilayah menuju
keunggulan kompetitif dengan membangun keterkaitan sistem produksi, distribusi, dan
pelayanan termasuk pelayanan jasa dalam negeri.
c. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum
Adalah memantapkan kelembagaan demokrasi yang lebih kokoh; memperkuat peran
masyarakat sipil; memperkuat kualitas desentralisasi dan otonomi daerah; menjamin
pengembangan media dan kebebasan media dalam mengomunikasikan kepentingan
masyarakat; dan melakukan pembenahan struktur hukum dan meningkatkan budaya
hukum dan menegakkan hukum secara adil, konsekuen, tidak diskriminatif, dan
memihak pada rakyat kecil.
d. Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu.
Adalah membangun kekuatan TNI hingga melampui kekuatan esensial minimum serta
disegani di kawasan regional dan internasional; memantapkan kemampuan dan
meningkatkan profesionalisme Polri agar mampu melindungi dan mengayomi
masyarakat; mencegah tindak kejahatan, dan menuntaskan tindak kriminalitas;
membangun kapabilitas lembaga intelijen dan kontraintelijen negara dalam penciptaan
keamanan nasional; serta meningkatkan kesiapan komponen cadangan, komponen
pendukung pertahanan dan kontribusi industri pertahanan nasional dalam sistem
pertahanan semesta.
e. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan.
Adalah meningkatkan pembangunan daerah; mengurangi kesenjangan sosial secara
menyeluruh, keberpihakan kepada masyarakat, kelompok dan wilayah/daerah yang
masih lemah; menanggulangi kemiskinan dan pengangguran secara drastis;
menyediakan akses yang sama bagi masyarakat terhadap berbagai pelayanan sosial
serta sarana dan prasarana ekonomi; serta menghilangkan diskriminasi dalam
berbagai aspek termasuk gender.
f. Mewujudkan Indonesia asri dan lestari.
Adalah memperbaiki pengelolaan pelaksanaan pembangunan yang dapat menjaga
keseimbangan antara pemanfaatan, keberlanjutan, keberadaan, dan kegunaan sumber
daya alam dan lingkungan hidup dengan tetap menjaga fungsi, daya dukung, dan
kenyamanan dalam kehidupan pada masa kini dan masa depan, melalui pemanfaatan
ruang yang serasi antara penggunaan untuk permukiman, kegiatan sosial ekonomi,
dan upaya konservasi; meningkatkan pemanfaatan ekonomi sumber daya alam dan
lingkungan yang berkesinambungan; memperbaiki pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan hidup untuk mendukung kualitas kehidupan; memberikan keindahan dan
kenyamanan kehidupan; serta meningkatkan pemeliharaan dan pemanfaatan
keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan.
g. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan
berbasiskan kepentingan nasional.
Adalah menumbuhkan wawasan bahari bagi masyarakat dan pemerintah agar
pembangunan Indonesia berorientasi kelautan; meningkatkan kapasitas sumber daya
manusia yang berwawasan kelautan melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kelautan; mengelola wilayah laut nasional untuk mempertahankan
kedaulatan dan kemakmuran; dan membangun ekonomi kelautan secara terpadu
dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber kekayaan laut secara berkelanjutan.
h. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional.
Adalah memantapkan diplomasi Indonesia dalam rangka memperjuangkan
kepentingan nasional; melanjutkan komitmen Indonesia terhadap pembentukan
identitas dan pemantapan integrasi internasional dan regional; dan mendorong kerja
sama internasional, regional dan bilateral antarmasyarakat, antarkelompok, serta
antarlembaga di berbagai bidang.
Gambar 3.3.
Delapan Misi untuk Mewujudkan Visi Pembangunan Nasional 2020-2024
“ Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mendukung visi dan misi Presiden untuk
mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui
terciptanya pelajar Pancasila yang nalar kritis, kreatif, mandiri, beriman, bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, bergotong-royong, dan
berkebhinekaan global” (Kemendikbud.go.id)
Visi Kemendikbud 2020-2024 di atas dimaknai bahwa terwujudnya masyarakat Indonesia
yang mandiri, maju, berkepribadian dan berlandasakan gotong-royong adil dan makmur
melalui percepatan pembangunan di bidang pendidikan dan kebudayaan, yang diarahkan
pada terbentuknya sumberdaya manusia Indonesia sebagai insan yang berkarakter dan
sebagai sumberdaya pembangunan yang produktif.
Misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2020-2024 sebagai berikut:
1. Mewujudkan pendidikan yang relevan dan berkualitas tinggi, merata dan berkelanjutan,
didukung oleh infrastruktur dan teknologi.
2. Mewujudkan pelestarian dan pemajuan kebudayaan serta pengembangan bahasa dan
sastra.
3. Mengoptimalkan peran serta seluruh pemangku kepentingan untuk mendukung
transformasi dan reformasi pengelolaan pendidikan dan kebudayaan.
“Membangun rakyat Indonesia yang menjadi pembelajar seumur hidup yang unggul, terus
berkembang, sejahtera, dan berakhlak mulia dengan menumbuhkan nilai-nilai budaya
Indonesia dan Pancasila”
“Membangun rakyat Indonesia yang menjadi pembelajar seumur hidup, yang unggul, terus
berkembang, terampil, mandiri, berkarakter, profesional, dan berdaya saing”
Seperti tercantum dalam Visi Pendidikan dan Kebudayaan di atas, pembelajar seumur
hidup yang akan dibentuk adalah insan-insan yang memiliki tujuh karakteristik utama:
(1) Unggul
Unggul di sini merujuk pada pencapaian hasil pembelajaran yang tinggi dan penguasaan
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang mumpuni. Pencapaian tersebut tergambar pada
karakter yang dimiliki setiap SDM Indonesia yaitu kreatif, tangguh, percaya diri, mandiri,
ingin berkembang, kolaboratif, pemecah masalah, berpikir kritis, dan ingin tahu. Serta
kemampuan mendapatkan pekerjaan atau memulai wirausaha.
(2) Terus berkembang
Terus berkembang bermakna dapat mengembangkan kapasitas diri sebagai pembelajar
merdeka (self-regulated learner) sepanjang hayat, sehingga tidak mengalami stagnasi
keterampilan dan pengetahuan. Rakyat Indonesia adalah sumber daya yang fleksibel dan
adaptif terhadap perubahan zaman.
(3) Terampil
Cakap dalam menyelesaikan tugas; mampu dan cekatan dalam menentukan cara produksi
baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur
permodalan operasinya untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai.
(4) Mandiri
Mandiri adalah berani berusaha secara mandiri dengan mengerahkan segala sumber daya
dan upaya meliputi kepandaian mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru,
menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur
permodalan operasinya untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai lebih tinggi.
(5) Berkarakter
Memiliki watak dan kepribadian yang jujur serta bertanggung jawab dalam menghadapi
tantangan Industri Dunia Usaha dan Dunia Kerja (IDUKA).
(6) Profesional
Sikap profesional dapat memposisikan dirinya agar mampu memahami tugas dan tanggung
jawab, hubungan dan relasi, serta fokus dan konsisten terhadap urusan pekerjaannya.
Sikap profesional menjadi hal penting di dunia kerja karena akan berdampak positif bagi
perusahaan.
(7) Berdaya saing
Berdaya saing adalah kemampuan dan kinerja untuk menjual dan memasok barang dan
atau jasa yang diberikan dalam Industri dunia usaha dan dunia kerja (IDUKA)
Untuk mencapai visi tersebut, berikut ini misi rencana selanjutnya diuraikan, sebagai
berikut:
1. Meningkatkan akses layanan kursus dan pelatihan yang merata bagi angkatan kerja
muda yang tidak bersekolah, menganggur dan berasal dari keluarga kurang mampu.
Meningkatkan kualitas dan relevansi kursus dan pelatihan dengan Industri Dunia Usaha
dan Dunia Kerja (IDUKA) untuk mendukung produktivitas dan daya saing lulusan yang
unggul.
2. Meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan kursus dan pelatihan yang
kreatif dan berkarakter.
3. Meningkatkan kualitas dan kapasitas kelembagaan kursus dan pelatihan melalui
pemenuhan sarana dan prasarana pembelajaran sesuai dengan kebutuhan IDUKA.
4. Meningkatkan kerja sama, kemitraan dan partisipasi publik dalam pengelolaan kursus
dan pelatihan dengan IDUKA.
5. Memperkuat tata kelola pembangunan dan pembinaan kursus dan pelatihan dengan
IDUKA.
Agar visi dan misi Pendidikan Kursus dan Pelatihan dapat terwujud, perlu dirumuskan
tujuan dan sasaran-sasaran strategis tahun 2020-2024 yang jelas dan terukur, untuk
menggambarkan ukuran-ukuran pelaksanaan misi demi tercapainya visi. Perumusan tujuan
dan sasaran strategis Pendidikan Kursus dan Pelatihan 2020-2024, disusun berdasarkan
jenis layangan pada Direktorat Kursus dan Pelatihan serta sistem tata kelola yang
diperlukan untuk menghasilkan layanan kursus dan pelatihan yang bermutu, dalam rangka
mewujudkan lulusan yang terus berkembang cerdas, terampil, mandiri, berkarakter,
profesional dan berdaya saing.
Tujuan strategis Pendidikan Kursus dan Pelatihan 2020-2024 adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan akses pendidikan kursus dan pelatihan yang berorientasi pada
pendidikan kecakapan kerja dan pendidikan kecakapan wirausaha
2. Meningkatkan kualitas dan relevansi kursus dan pelatihan melalui program kerja sama
dengan dunia usaha/dunia industri (IDUKA)
3. Meningkatkan kualitas dan relevansi pembelajaran kursus dan pelatihan melalui
pengembangan berbagai standar-standar pembelajaran, antara lain: KKNI, SKL
berbasis KKNI, Kurikulum, sarana-prasarana pembelajaran.
4. Meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga pendidikan kursus dan pelatihan yang
akuntable dan profesional
5. Meningkatkan kompetensi peserta didik kursus dan pelatihan yang tersertifikasi
6. Meningkatkan mutu lembaga kursus dan pelatihan yang menerapkan manajemen
kelembagaan yang mengarah kepada akreditasi nasional maupun standar manajemen
tersertifikasi
7. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana-prasarana pembelajaran kursus dan
pelatihan yang sesuai dengan jenis kebutuhan keterampilan yang dibutuhkan dunia
usaha/dunia industri (IDUKA)
8. Meningkatkan jenis, jumlah kerja sama dan kemitraan dengan industri dunia
usaha/dunia kerja (IDUKA) serta dengan berbagai organisasi profesi dan
kementerian/lembaga terkait
9. Meningkatnya tata kelola pembangunan dan pendidikan kursus dan pelatihan yang
transparan dan akuntabel dalam rangka branding baik di tingkat nasionan, regional
maupun internasional.
Sasaran strategis merupakan penjabaran dari tujuan yang menggambarkan sesuatu yang
akan dicapai melalui serangkaian kebijakan, program, dan kegiatan prioritas agar
penggunaan sumber daya dapat efisien dan efektif dalam upaya pencapaian visi dan misi
organisasi. Sasaran strategis merupakan kondisi yang akan dicapai secara nyata oleh
Kemendikbud bidang layanan pendidikan kursus dan pelatihan. Sasaran strategis ini
mencerminkan pengaruh yang ditimbulkan oleh adanya hasil (outcome) dari satu atau
beberapa program Kemendikbud bidang layanan pendidikan kursus dan pelatihan.
Program di Kemendikbud bidang layanan pendidikan kursus dan pelatihan terdiri dari
program teknis sesuai fungsi dan tugas yang diemban oleh Kemendikbud bidang layanan
pendidikan kursus dan pelatihan dan program administrasi.
E. TATA NILAI
Pelaksanaan misi dan pencapaian visi memerlukan penerapan tata nilai yang sesuai dan
mendukungnya. Tata nilai merupakan dasar sekaligus arah bagi sikap dan perilaku
seluruh pegawai dalam menjalankan tugas. Tata nilai yang di utamakan pada Renstra
Direktorat Pendidikan Kursus dan Pelatihan 2020 - 2024 ini adalah sebagai berikut:
1. Gotong Royang
Bekerja dan bersama-sama untuk mencapai suatu hasil dan tujuan program Direktorat
Kursus dan Pelatihan.
2. Kolaborasi
Proses bekerja sama dengan organisasi mitra kursus untuk mencapai hasil dan tujuan
program Direktorat Kursus dan Pelatihan.
3. Memiliki Integritas
Sesuai dengan nilai integritas, pegawai Kemendikbud diharapkan konsisten dan teguh
dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan, terutama dalam hal kejujuran
dan kebenaran dalam tindakan, memiliki integritas, bersikap jujur, dan mampu
mengemban kepercayaan.
Adapun indikator yang mencerminkan nilai integritas adalah:
a. Konsisten dan teguh dalam menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran dalam tindakan
b. Jujur dalam segala tindakan
c. Menghindari benturan kepentingan
d. Berpikiran positif, arif, dan bijaksana dalam melaksanakan tugas dan fungsi
e. Mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku
f. Tidak melakukan tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme
g. Tidak melanggar sumpah dan janji pegawai/jabatan
h. Tidak melakukan perbuatan rekayasa atau manipulasi
i. Tidak menerima pemberian (gratifikasi) dalam bentuk apapun di luar ketentuan
4. Kreatif dan Inovatif
Memiliki pola pikir, cara pandang, dan pendekatan yang variatif terhadap setiap
permasalahan, serta mampu menghasilkan karya baru.
Hal baru tersebut dapat berupa gagasan, metode, atau alat. Indikator dari nilai kreatif
dan inovatif adalah:
a. Memiliki pola pikir, cara pandang, dan pendekatan yang variatif terhadap setiap
permasalahan, serta mampu menghasilkan karya baru
b. Selalu melakukan penyempurnaan dan perbaikan berkala dan berkelanjutan
c. Bersikap terbuka dalam menerima ide-ide baru yang konstruktif
d. Berani mengambil terobosan dan solusi dalam memecahkan masalah
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam bekerja secara efektif
dan efisien
f. Tidak merasa cepat puas dengan hasil yang dicapai
g. Tidak bersikap tertutup terhadap ide-ide pengembangan
h. Tidak monoton
5. Inisiatif
Inisiatif adalah kemampuan bertindak melebihi yang dibutuhkan atau yang dituntut dari
pekerjaan, melakukan sesuatu tanpa menunggu perintah lebih dahulu dengan tujuan
untuk memperbaiki atau meningkatkan hasil pekerjaan, dan menciptakan peluang baru
atau untuk menghindari timbulnya masalah.
Indikator dari nilai inisiatif adalah:
a. Responsif melayani kebutuhan stakeholder
b. Bersikap proaktif terhadap kebutuhan organisasi
c. Memiliki dorongan untuk mengidentifikasi masalah atau peluang dan mampu
mengambil tindakan nyata untuk menyelesaikan masalah
d. Tidak hanya mengerjakan tugas yang diminta oleh atasan
e. Tidak sekedar mencari suara terbanyak, berlindung dari kegagalan,
berargumentasi bahwa apa yang Anda lakukan telah disetujui oleh semua
anggota tim
6. Pembelajar
Berkeinginan dan berusaha untuk selalu menambah dan memperluas wawasan,
pengetahuan dan pengalaman serta mampu mengambil hikmah dan mejadikan
pelajaran atas setiap kejadian.
Indikator yang menunjukkan nilai pembelajar adalah:
a. Berkeinginan dan berusaha untuk selalu menambah dan memperluas wawasan,
pengetahuan, dan pengalaman
b. Mengambil hikmah dari setiap kesalahan dan menjadikannya pelajaran
c. Berbagi pengetahuan/pengalaman dengan rekan kerja
d. Memanfaatkan waktu dengan baik
e. Suka mempelajari hal yang baru, Rajin belajar/bertanya/berdiskusi
7. Menjunjung Meritokrasi
Memiliki pandangan yang memberi peluang kepada orang untuk maju berdasarkan
kelayakan dan kecakapannya.
Indikator yang mencerminkan nilai ini adalah:
a. Berkompetisi secara profesional
b. Memberikan kesempatan yang setara dalam mengembangkan kompetensi
pegawai
c. Memberikan penghargaan dan hukuman secara proporsional sesuai kinerja
d. Tidak sewenang-wenang
e. Tidak mementingkan diri sendiri
f. Menduduki jabatan sesuai dengan kompetensinya
g. Mendapatkan promosi bukan karena kedekatan/primordialisme
8. Terlibat Aktif
Suka berusaha mencapai tujuan bersama serta memberikan dorongan agar pihak lain
tergerak untuk menghasilkan karya terbaiknya.
Nilai terlibat aktif terlihat dari indikator:
a. Terlibat langsung dalam setiap kegiatan untuk mendukung visi dan misi
Kementerian
b. Memberikan dukungan kepada rekan kerja
c. Peduli dengan aktifitas lingkungan sekitar (tidak apatis)
d. Tidak bersifat pasif, sekedar menunggu perintah
9. Tanpa Pamrih
Tidak memiliki maksud yang tersembunyi untuk memenuhi keinginan dan memperoleh
keuntungan pribadi, memberikan dorongan dan semangat bagi pihak lain untuk suka
berusaha mencapai tujuan bersama, memberikan inspirasi, dan memberikan dorongan
agar pihak lain tergerak untuk menghasilkan karya terbaiknya.
Indikator nilai tanpa pamrih adalah:
a. Penuh komitmen dalam melaksanakan pekerjaan
b. Rela membantu pekerjaan rekan kerja lainnya
c. Menunjukkan perilaku 4S (senyum, sapa, sopan, dan santun)
d. Tidak melakukan pekerjaan dengan terpaksa
e. Tidak berburuk sangka kepada rekan kerja
BAB IV
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN KERANGKA KELEMBAGAAN
Gambar 4.1.
RPJPN terkait Bidang Pendidikan dan Kebudayaan
Rencana Pembangunan jangka panjang tersebut memberikan arah terhadap memberikan
arahan agar pemerintah dan institusi pendidikan dapat memberikan kesempatan yang lebih
luas, terbuka, merata dan bermutu bagi seluruh lapisan masyarakat untuk belajar dan
memberdayakan diri melalui layanan pendidikan.
Adapun arah kebijakan untuk mendorong pemerataan akses pendidikan periode 2020-
2024, adalah:
1. Meningkatan Akses PAUD.
2. Meningkatan Layanan PAUD Satu Tahun Pra SD.
3. Melaksanakan Program Afirmasi.
b. Arah kebijakan untuk mendorong peningkatan dan Pemerataan Kualitas Layanan
Pendidikan;
1. Pemerataan dan Peningkatan Kompetensi Guru
2. Penerapan Sistem Zonasi Pendidikan
3. Pemanfaatan TIK
4. Penguatan Penjaminan Mutu
5. Penguatan Instructional leadership
6. Peningkatan Kemampuan Literasi dan Numerasi
c. Arah kebijakan untuk mendorong Revitalisasi Pendidikan Vokasi;
1. Optimalisasi perencanaan layanan pendidikan vokasi berdasarkan kebutuhan
lapangan kerja
2. Meningkatkan kesiapan siswa untuk bekerja
d. Arah kebijakan yang mendorong Penguatan Budaya, Bahasa, dan Pendidikan Karakter;
1. Pemanfaatan nilai-nilai tradisi, budaya, dan sejarah bangsa Indonesia dalam
memperkaya pendidikan karakter
2. Penguatan kebudayaan dan Bahasa dalam pendidikan
3. Pengelolaan cagar budaya
4. Penguatan diplomasi budaya
5. Optimalisasi sistem perbukuan
e. Arah kebijakan yang mendorong Penguatan tata kelola pendidikan;
1. Program Afirmasi untuk memperkuat pendidikan
2. Memperkuat implementasi program pembangunan pendidikan
3. Penguatan akuntabilitas layanan pendidikan melalui kerja sama K/L dengan
Pemerintah Daerah
4. Membantu perencanaan dan penganggaran di daerah
Gambar 4.2.
Kebijakan dan Strategi Kemendikbud 2020-2024
Arah kebijakan Direktorat Kursus dan Pelatihan tahun 2020-2024 memuat langkah-langkah
yang berupa program dan kegiatan untuk memecahkan permasalahan yang penting dan
mendesak untuk segera dilaksanakan, serta memiliki dampak yang besar terhadap
pencapaian visi dan misi Kemendikbud pada tahun bersangkutan.
Arah kebijakan dan strategi ini juga memperhatikan komitmen pemerintah terhadap
pengembangan Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index-HDI), Agenda
diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community-AEC) pada
tahun 2015, konvensi internasional mengenai pendidikan, khususnya Konvensi Dakar
tentang Pendidikan untuk Semua (Education for All) termasuk agenda EFA setelah tahun
2015, Konvensi Hak Anak (Convention on the Right of Child), UN Post 2015 Development
Agenda, dan World Summit on Sustainable Development.
Arah kebijakan dan strategi yang diperlukan untuk mendorong tercapainya sasaran
strategis terkait peningkatan sistem tata kelola yang transparan dan akuntabel adalah
sebagai berikut:
1) Mewujudkan kelembagaan Direktorat Kursus dan Pelatihan yang efektif, efisien, dan
sinergis dilaksanakan malalui antara lain: (i) penyempurnaan desain kelembagaan; (ii)
penataan kelembagaan internal mencakup penataan tugas, fungsi dan kewenangan,
dan penyederhanaan struktur secara vertikal dan/atau horisontal; serta penguatan
sinergitas antar lembaga baik di pusat maupun daerah;
2) Penguatan kapasitas pengelolaan reformasi birokrasi dilaksanakan melalui: (i)
penguatan kelembagaan dan tatakelola pengelolaan reformasi birokrasi; (ii) penataan
regulasi dan kebijakan di bidang aparatur negara; (iii) perluasan dan fasilitasi
pelaksanaan RB pada instansi pemerintah daerah; dan (iv) penyempurnaan sistem
evaluasi pelaksanaan RBN;
3) Penerapan manajemen Aparatur Sipil Negara (ASN) yang transparan, kompetitif, dan
berbasis merit, dilaksanakan melalui antara lain: (i) pengendalian jumlah dan distribusi
pegawai; (ii) penerapan sistem rekrutmen dan seleksi pegawai yang transparan,
kompetitif dan berbasis merit serta teknologi informasi dan komunikasi (TIK); (iii)
penguatan sistem dan kualitas penyelenggaraan diklat; (iv) penerapan sistem promosi
secara terbuka, kompetitif dan berbasis kompetensi didukung oleh efektifnya KASN;
dan (v) penerapan sistem manajemen kinerja pegawai; dan penguatan sistem informasi
kepegawaian nasional;
4) Peningkatan kualitas pelayanan publik dengan menerapkan strategi, antara lain:
(i) Penguatan kerangka kebijakan kelembagaan pelayanan dalam rangka kemitraan
antara pemerintah dan swasta;
(ii) peningkatan pelayanan publik yang lebih terintegrasi, memastikan implementasi
kebijakan secara konsisten sebagaimana diamanatkan UU Nomor 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik; penetapan quick wins pelayanan publik Kemendikbud;
(iii) mendorong inovasi pelayanan publik, peningkatan kualitas dan standardisasi
kelembagaan pelayanan perizinan;
(iii) pemantapan penerapan SPM yang terintegrasi dalam perencanaan dan
penganggaran; serta
(iv) penguatan kapasitas pengendalian kinerja pelayanan publik, yang meliputi
pemantauan, evaluasi, penilaian, dan pengawasan, termasuk pengawasan oleh
masyarakat;
5) Membangun keterbukaan informasi publik dan komunikasi publik, yang akan ditempuh
dengan strategi: (i) pengembangan kebijakan bidang komunikasi dan informasi
termasuk keterbukaan informasi publik, pengelolaan dan penyebaran informasi publik;
(ii) fasilitasi untuk mendorong satuan kerja Kemendikbud wajib membuat laporan
kinerja, serta membuka akses informasi publik sesuai dengan UU No. 14 tahun 2008
dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan negara yang transparan, efektif, efisien
dan akuntabel, serta dapat dipertanggungjawabkan; (iii) fasilitasi dorongan bagi
pembentukan dan penguatan peran PPID dalam mengelola dan memberikan pelayanan
informasi secara berkualitas; (iv) fasilitasi untuk mendorong pemerintah daerah untuk
meningkatkan partisipasi publik dalam pembuatan kebijakan publik, program kebijakan
publik, dan proses pengambilan keputusan publik serta alasan pengambilan keputusan
terkait pembangunan pendidikan dan kebudayaan; (v) penyediaan konten informasi
publik berkualitas terkait pembangunan pendidikan dan kebudayaan untuk
meningkatkan kecerdasan dan pengembangan kepribadian bangsa dan lingkungan
sosialnya terutama di daerah terdepan, terluar, tertinggal dan rawan konflik; (vi)
penguatan media centre, media komunitas, media publik lainnya, Kelompok Informasi
Masyarakat (KIM), dan M-Pustika sebagai media penyebaran informasi publik yang
efektif; (g) kampanye publik terkait pembangunan pendidikan dan kebudayaan dalam
rangka pembangunan revolusi mental; (vii) penguatan sumber daya manusia bidang
komunikasi dan informasi; dan (viii) penguatan Government Public Relation (GPR)
untuk membangun komunikasi interaktif antara pemerintah dan masyarakat;
6) Mendorong masyarakat untuk dapat mengakses informasi publik dan
memanfaatkannya, yang akan ditempuh dengan strategi: (i) penguatan kemitraan
dengan pemerintah daerah, organisasi masyarakat sipil, swasta dan media untuk
mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya informasi publik dan berpartisipasi
dalam proses penyusunan dan pengawasan kebijakan; khususnya terkait
pembangunan pendidikan dan kebudayaan (ii) penguatan literasi media terkait
pembangunan pendidikan dan kebudayaan dalam peningkatan kesadaran, kemampuan
dan kapasitas masyarakat untuk memanfaatkan media sesuai dengan kebutuhannya;
(iii) diseminasi informasi publik terkait dengan prioritas program pembangunan nasional
pendidikan dan kebudayaan melalui berbagai media;
7) Penyempurnaan sistem manajemen dan pelaporan kinerja instansi pemerintah secara
terintegrasi, kredibel, dan dapat diakses publik yang akan ditempuh melalui strategi: (i)
penguatan kebijakan sistem pengawasan intern pemerintah; (ii) penguatan
pengawasan terhadap kinerja pembangunan nasional; dan (iii) pemantapan
implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) pada seluruh
instansi pusat dan daerah;
8) Penerapan e-government untuk mendukung bisnis proses pemerintahan dan
pembangunan yang efisien, efektif, transparan, dan terintegrasi melalui strategi, antara
lain: (i) penguatan kebijakan e-government; (ii) penguatan sistem dan infrastruktur e-
government yang terintegrasi; (iii) peningkatan kapasitas kelembagaan dan kompetensi
sumber daya manusia; (iv) penetapan quick wins penerapan e-government;
9) Penerapan open government merupakan upaya untuk mendukung terwujudnya
penyelenggaraan pemerintahan yang terbuka, partisipatif dan akuntabel dalam
penyusunan kebijakan publik, dan pengawasan terhadap penyelenggaraan negara dan
pemerintahan. Strategi pelaksanaannya ditempuh dengan cara: (i) peningkatan
kesadaran masyarakat tentang pentingnya informasi publik; (ii) penyediaan ruang
partisipasi bagi publik dalam menyusun dan mengawasi pelaksanaan kebijakan publik,
(iii) pengembangan sistem publikasi informasi proaktif dan interaktif yang dapat diakses
publik, penguatan badan publik agar terbuka dan akuntabel melalui pelaksanaan
edukasi dan advokasi bagi Komisi Informasi provinsi, kabupaten, dan kota; dan (iv)
pendampingan operasionalisasi Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID)
badan publik daerah;
10) Penguatan manajemen kinerja pembangunan dilaksanakan melalui strategi: (i)
penguatan kualitas perencanaan dan penganggaran untuk meningkatkan kualitas
belanja negara, (ii) penguatan implementasi manajemen kinerja Kemendikbud, (iii)
penguatan pengendalian kinerja pembangunan pendidikan dan kebudayaan meliputi
pemantauan, evaluasi, dan pengawasan yang efektif dan terintegrasi disertai
penguatan sistem pemberian penghargaan dan sanksi terhadap kinerja
pembangunan; serta (iv) dukungan penerapan e-government yang terintegrasi dalam
manajemen kinerja pembangunan nasional;
11) Peningkatan kualitas pelaksanaan desentralisasi dan otonomi pendidikan dan
kebudayaan bertujuan untuk makin meningkatkan efektivitas pelaksanaan
desentralisasi dan otonomi daerah dalam penyelenggaraan pendidikan dan
kebudayaan, serta pelayanan kepada masyarakat. Strategi yang ditempuh antara lain
berupa: (i) peningkatan kapasitas pemerintah daerah dalam penyelenggaraan otonomi
daerah pendidikan dan kebudayaan; (ii) peningkatan kualitas tata kelola pendidikan di
daerah; dan (iii) peningkatan kualitas regulasi Pembinaan Kursus dan pelatihan
Arah kebijakan Direktorat Kursus dan Pelatihan selanjutnya dilaksanakan melalui program
dan kegiatan tahun 2020-2024 dengan menggunakan struktur perencanaan dan anggaran
yang terbaru. Penyesuaian dan penyempurnaan dilakukan pada struktur kinerja yang
mencakup sasaran strategis (SS) dan indikator kinerja sasaran strategis (IKSS), sasaran
program (SP) dan indikator kinerja program (IKP), serta sasaran kegiatan dan indikator
kinerja kegiatan.
Program Direktorat Kursus dan Pelatihan dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu Program
Teknis dan Program Generik. Program Teknis merupakan program-program yang
menghasilkan pelayanan kepada kelompok sasaran / masyarakat (pelayanan eksternal),
sedang Program Generik merupakan program-program yang digunakan oleh beberapa
organisasi Eselon II yang bersifat internal untuk mendukung pelayanan aparatur dan/atau
administrasi pemerintahan (pelayanan internal).
Program pada Direktorat Kursus dan Pelatihan Tahun 2020-2024 terdiri atas tiga Program
Generik dan enam program teknis dengan rincian sebagai berikut:
1) Meningkatnya pemanfaatan sistem pembinaan dan pengelolaan keuangan yang
akuntabel di Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan, meliputi;
a. Opini BPK terhadap Laporan Keuangan (LK);
b. Skor SAKIP;
2) Meningkatnya pemanfaatan sistem pengelolaan dan pembinaan Aparatur Sipil Negara
(ASN), meliputi kegiatan;
a. Kesesuaian program antara Renstra dan RPJMN;
b. Nilai Kinerja atas pelaksanaan RKAKL
c. Nilai Indeks Reformasi Birokrasi
3) Program Penyediaan layanan Kursus dan Pelatihan;
Terselenggaranya kegiatan program kecakapan kerja, kecakapan wirausah dan
pelatihan vokasi bagi masyarakat, mencakup:
1) Kegiatan layanan pendidikan kecakapan Kerja bagi masyarakat usia produktif
memperoleh.
2) Kegiatan layanan pendidikan kecakapan wirausaha bagi masyarakat usia
produktif.
3) Kegiatan bantuan magang bagi masyarakat usia produktif.
4) Kegiatan layanan pelatihan vokasi bagi masyarakat usia produktif.
5) Kegiatan uji kompetensi bagi warga masyarakat.
6) Kegiatan standarisasi LSK dan TUK.
7) Kegiatan peningkatan kompetensi bagi penguji melalui pembelajaran daring.
8) Kegiatan dukungan sarana prasarana bagi lembaga.
9) Kegiatan peningkatan kapasitas kelembagaan bagi LKP.
10) Kegiatan pembinaan dan bantuan teknis bagi lembaga mitra.
Output atau keluaran kegiatan pada hakekatnya merupakan wujud dari pelaksanaan
suatu program, sehingga keluaran keluaran dari kegiatan tersebut seharusnya
berkontribusi secara langsung terhadap pencapaian sasaran dan outcome program.
Keterkaitan output dan outcome program diperlukan dalam penerapan Penganggaran
Berbasis Kinerja (PBK), sistem perencanaan dan pengganggaran maupun dalam evaluasi
kinerja program berlandaskan sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP).
Kerangka kegiatan Program Teknis, meliputi; Program Penyediaan layanan Kursus dan
Pelatihan, yaitu: (1) Kegiatan layanan pendidikan kecakapan Kerja bagi masyarakat usia ,
(2) Kegiatan layanan pendidikan kecakapan wirausaha bagi masyarakat usia 15 - 30
tahun (4) Kegiatan layanan pelatihan vokasi bagi masyarakat usia produktif, (5) Kegiatan
uji kompetensi bagi warga masyarakat, (6) Kegiatan standarisasi LSK dan TUK, (7)
Kegiatan peningkatan kompetensi bagi penguji melalui pembelajaran daring, (8) Kegiatan
dukungan sarana prasarana bagi Lembaga, (9) kegiatan peningkatan kapasitas
kelembagaan bagi LKP.
Tabel 6.2.
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Ditbinsuslat Periode 2020-2024
B. KERANGKA PENDANAAN
Total Biaya
BAB VI
PENUTUP
Rencana Strategis Direktorat Kursus dan Pelatihan Tahun 2020-2024 merupakan panduan
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi kelembagaan untuk lima tahun ke depan. Dokumen
Rencana Strategis ini memuat visi, misi, tujuan, sasaran strategis yang dijabarkan ke dalam
kebijakan, program dan kegiatan yang sejalan dengan perkembangan penyelenggaraan
pendidikan vokasi secara nasional, regional dan internasional sebagai dampak dari kemajuan
iptek dan perdagangan global, serta dalam rangka mewujudkan Visi, Misi Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, RPJM Nasional 2020-2025, dan Visi Indonesia 2045.
Dengan demikian diharapkan berbagai kebijakan yang akan dihasilkan baik dalam bentuk surat
keputusan maupun kebijakan operasional lainnya yang meliputi peningkatan peran industri
dalam pendidikan vokasi, reformasi penyelenggaran pendidikan vokasi, peningkatan kualitas
SDM, penguatan tata kelola pendidikan dan pelatihan vokasi serta penguatan system Sertifikasi
Kompetensi dan hal-hal teknis lainnya, diharapkan dapat bermanfaat bagi para pemangku
kepentingan dan masyarakat dalam rangka membentuk sumber daya manusia yang unggul dan
berkarakter serta untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja Indonesia serta daya saing
bangsa di tingkat internasional.