Anda di halaman 1dari 57

DIREKTORAT KURSUS DAN PELATIHAN DIRJEN PENDIDIKAN VOKASI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)


DIREKTORAT KURSUS DAN PELATIHAN
TAHUN 2020-2024
DAFTAR ISI
Halaman

Kata Pengantar .................................................................................................................... ii


Daftar isi ............................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................
B. Landasan Hukum ...........................................................................................
C. Landasan Hukum ...........................................................................................
D. Landasan Filosofis...........................................................................................
E. Paradigma Pendidikan ...................................................................................
F. Paradigma Pendidikan ...................................................................................

BAB II KONDISI UMUM, POTENSI DAN TANTANGAN


A. Kondisi Umum ...............................................................................................
B. Potensi ............................................................................................................

BAB III VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS


A Visi, Misi, Dan Tujuan Pembangunan Nasional 2020 – 2024 ........................
B. Visi dan Misi Kemendikbud 2020 – 2024 ......................................................
C. Visi, Misi, Tujuan Strategis Ditsuslat 2020 – 20024 .......................................
D. Sasaran Strategis Ditsuslat 2020 - 2024 ........................................................
E. Tata Nilai .......................................................................................................

BAB IV ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI, DAN KERANGKA KELEMBAGAN


A. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional tahun 2020-2024 .............................
B. Arah Kebijakan dan Strategi Kemendikbud tahun 2020-2024 .....................
C. Arah Kebijakan dan Strategi Ditsuslat tahun 2020-2024 .............................
D. Program/Kegiatan Ditsuslat tahun 2020-2024 ............................................
E. Kerangka Kelembagaan Ditsuslat tahun 2020-2024.....................................

BAB V TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN


A. Target Kinerja ..............................................................................................
B. Kerangka Pendanaan ..................................................................................

BAB VI PENUTUP ……………………………………………………………………………….

LAMPIRAN
Lampiran 1: Matriks Kinerja dan Pendanaan
Lampiran 2: Matriks Kerangka Regulasi
BAB I A
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam BAB I ini, disajikan kondisi umum Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan
(Ditbinsuslat) Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud) yang merupakan penggambaran atas pencapaian-
pencapaian tema dalam Rencana Strategis (Renstra) Ditbinsuslat Dirjen Diksi
Kemendikbud periode sebelumnya (2015-2019). Berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2018 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2015
tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2015-2019,
sasaran penyediaan layanan kursus dan pelatihan dilakukan melalui terselenggaranya
pendidikan kecakapan hidup untuk bekerja dan berwirausaha yang berstandar nasional,
berwawasan gender, pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan (ESD), dan
kewarganegaraan global, dengan target kinerja adalah;
a. Terselenggaranya pelaksanaan pendidikan kecakapan kerja bagi angkatan kerja muda
sebanyak 50.000 orang.
b. Terselenggaranya pelaksanaan pendidikan kecakapan kewirausahaan/ berwirausaha
bagi angkatan kerja muda sebanyak 90.000 orang.
c. Terselenggaranya bantuan pembinaan Tempat Uji Kompetensi (TUK) bagi 525
lembaga.
d. Terselenggaranya bantuan uji kompetensi bagi peserta didik sebanyak 140.000 orang.
e. Terselenggaranya bimbingan teknis bagi lembaga penyelenggara kursus dan pelatihan
sebanyak 1.022 lembaga.
f. Terdapatnya sebanyak 5.404 lembaga lembaga kursus dan pelatihan yang divalidasi.
g. Terselenggaranya pelaksanaan uji kompetensi bagi master penguji dan penguji kursus
dan pelatihan sebanyak 2.303 orang.
h. Terselenggaranya pelaksanaan magang pada dunia usaha dan industri (DUDI) bagi
peserta didik kursus dan pelatihan sebanyak 45.000 orang.

Penyediaan layanan Kursus dan Pelatihan secara komprehensif merupakan faktor penting
dalam rangka memberikan kesempatan yang lebih luas, terbuka, merata dan bermutu
bagi seluruh lapisan masyarakat untuk belajar dan memberdayakan diri melalui layanan
pendidikan Kursus dan Pelatihan, khususnya dalam upaya meningkatkan kualitas dan
kompetensi sumber daya manusia dalam menghadapi liberalisasi dan globalisasi. Salah
satu usaha meningkatkan kompetensi SDM dapat dilakukan dengan meningkatkan
keterampilan yang terstandar, sehingga dapat mengantarkan insan Indonesia yang
cerdas, terampil, mandiri dan berdaya saing, yang dapat mempengaruhi kekuatan
ekonomi sebuah negara. Dalam konteks pembangunan SDM, hal dimaksud di atas, pada
dasarnya telah menjadi salah satu indikator keberhasilan yang selalu ingin dicapai.
Ketercapaian pelaksanaan pembangunan kursus dan pelatihan di Indonesia ditunjukkan
oleh positif atau tidaknya perkembangan kompetensi SDM, angka kemiskinan, tingkat
pengangguran dan indeks pembangunan manusia (IPM) dari tahun-tahun sebelumnya.

Dalam rangka mempersiapkan perubahan perencanaan sejalan dengan suksesi


kepemimpinan nasional dalam masa akhir RPJP tahun 2005-2024, dan perlu disiapkan
Renstra Ditsuslat Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud yang mengacu Renstra
Direktorat Jendral, Renstra K/L, serta mengacu kepada RPJP 2005-2024 yang disesuaikan
dengan analisis data situasi dan kondisi serta capaian pembangunan Kursus dan Pelatihan
pada periode RPJMN sebelumnya (tahun 2015-2019). Penyusunan Renstra Ditsuslat Dirjen
Pendidikan Vokasi Kemendikbud sebagai salah satu bentuk penyiapan perencanaan tahun
2020-2025.

Renstra-KL Ditbinsuslat Dirjen Paud dan Dikmas Kemendikbud memuat visi, misi, tujuan,
strategi, kebijakan, program, dan kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsi Ditsuslat Dirjen
Pendidikan Vokasi Kemendikbud yang disusun dengan berpedoman pada Renstra
Direktorat Jendral, Renstra K/L, dan RPJM Nasional dan bersifat indikatif. Penyusunan
Renstra ini tetap memperhatikan baseline capaian kinerja Ditbinsuslat Dirjen Paud dan
Dikmas Kemendikbu Ditsuslat Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud pada RPJMN
periode 2020-2025, sebagai salah satu pijakan dalam penyusunan renstra lima tahun ke
depan dalam kerangka pembangunan jangka panjang nasional.

B. MAKSUD DAN TUJUAN


Menurut Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Perencanaan
Pembangunan Nasional Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2014 tentang Pedoman
Penyusunan dan Penelaahan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra K/L)
tahun 2015-2019, mendefinisikan renstra atau rencana jangka menengah Ditsuslat Dirjen
Pendidikan Vokasi Kemendikbud adalah dokumen perencanaan Ditsuslat Dirjen
Pendidikan Vokasi Kemendikbud untuk periode lima tahunan. Renstra Ditsuslat Dirjen
Pendidikan Vokasi Kemendikbud memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program,
kegiatan layanan kursus dan pelatihan, kerangka regulasi, dan kerangka kelembagaan
sesuai dengan tugas dan fungsi Ditsuslat Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud.

Renstra Ditsuslat Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud merupakan penjabaran visi


Ditsuslat Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud dan dilengkapi dengan rencana sasaran
nasional yang hendak dicapai dalam rangka mencapai sasaran program prioritas nasional
bidang Pendidikan dan Sumber Daya Manusia periode tahun 2020-2024.

Ditsuslat Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud perlu melaksanakan penyiapan renstra


Ditsuslat Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud tahun 2020-2024 pada tahun terakhir
pelaksanaan RPJM nasional yang sedang berjalan, diawali dengan penyusunan rencana
pembangunan disektornya, yang mengacu kepada RPJM 2020-2024. Dalam rangka
penyusunan Renstra Ditsuslat Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud, maka harus
menghimpun hasil evaluasi pelaksanaan pembangunan di sektor yang bersesuaian dengan
tugas dan kewenangannya, serta memperhatikan juga aspirasi masyarakat.

Adapun penyusunan Renstra Ditsuslat Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud ditujukan


untuk melakukan penyelarasan pembangunan bidang pembinaan kursus dan pelatihan
dalam kurun waktu 2020-2025 agar mengacu pada target capaian RPJMN tahun 2020-
2024, sehingga terdapat konsistensi antara perencanaan renstra Ditsuslat Dirjen
Pendidikan Vokasi Kemendikbud tahun 2020-2024 dengan RPJMN tahun 2020-2025.

Renstra Ditsuslat Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud yang dihasilkan sebagai rujukan
penyusunan Renstra Ditsuslat Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud dan akan menjadi
pedoman bagi unit kerja di lingkungan Ditsuslat Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud
dalam penyusunan Rencana Kerja.
C. LANDASAN HUKUM
Renstra ini merupakan perwujudan dari penerapan berbagai peraturan perundangan yang
meliputi:
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor a30 1);
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104);
3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157);
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 33);
5. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor a916); SK No 009460 A;
6. Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5336);
7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2020 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024;
8. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2019 Tentang Kementerian
Pendidikan Dan Kebudayaan;
9. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun
2020 tentang perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor
45 Tahun 2019 Tentang Organisasi dan Tata Kerjakementerian Pendidikan Dan
Kebudayaan;

D. LANDASAN FILOSOFIS
Filosofi pendidikan dikenal empat istilah, yaitu: metafisika, epistimologi, axiologi, dan
logika. Pemikiran para philosopher di atas sangat terkait dengan istilah filosofi tersebut.
Metafisika membahas alam nyata/kenyataan. Dalam pendidikan, metafisika ini berkaitan
terutama konsep realitas yang direfleksikan pada mata pelajaran, kegiatan praktik dan
keterampilan dalam kurikulum. Epistimologi membahas pengetahuan (knowledge) dan
apa yang diketahui/pahami (knowing), yang berarti sangat terkait dengan metode dalam
proses belajar mengajar. Axiologi berhubungan dengan nilai (value) yang terkait dengan
moral (etika) serta keindahan dan seni (estetika). Logika berkaitan kemampuan menjawab
dan penjelasan dengan benar.
Jika dikaitkan dengan istilah-istilah di atas, Pendidikan vokasi merupakan proses
pembelajaran yang mempersiapkan peserta didik untuk memasuki lapangan kerja setelah
menyelesaikan studinya. Hal ini berarti, dalam penyelenggaraan pendidikan vokasi,
kurikulum Pendidikan vokasi (dalam arti metafikasi) selayak disusun sesuai kenyataan
yang dibutuhkan untuk bekerja, metode dalam proses belajar mengajar (dalam arti
epistemologi) juga disesuaikan dengan kondisi seperti bekerja, dan memiliki nilai hasil
(dalam arti axiologi) yang diharapkan sesuai dengan tuntutan pasar kerja. Beberapa
prinsip dasar program dalam Pendidikan vokasi menurut Miller (1985), antara lain a)
kurikulum Pendidikan vokasi merupakan turunan/derivasi dari kebutuhan dalam dunia
kerja, b) jenis pekerja merupakan basis/dasar pengembangan kurikulum pendidikan
vokasi, c) inovasi merupakan bagian dari pendidikan vokasi, dan d) melalui pendidikan
vokasi, peserta didik dipersiapkan untuk awal memasuki dunia kerja. Sedangkan untuk
prinsip dasar proses dalam pendidikan vokasi menurut Miller, yaitu: a) peran serta
masyarakat (dunia kerja) merupakan bagian yang menentukan dalam menyusun program
pendidikan vokasi, b) artikulasi dan koordinasi merupakan bagian pokok dalam pendidikan
vokasi, dan c) penilaian (evaluasi) dilakukan secara terus menerus. Senada dengan yang
telah disampaikan oleh Miller, berpedoman pada Pasal 15 Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sisdiknas menyatakan Pendidikan vokasi merupakan pendidikan
tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian
terapan tertentu maksimal setara dengan program sarjana. Pendidikan vokasi merupakan
penyelenggaraan jalur pendidikan formal yang diselenggarakan pada pendidikan tinggi,
seperti: politeknik, program diploma, atau sejenisnya.

E. PARADIGMA PENDIDIKAN
Era keterbukaan dan persaingan bebas ditandai dengan memudarnya sekat-sekat antar
negara termasuk dengan pembentukan berbagai kesepakatan pembukaan pasar regional
dalam berbagai ukuran cakupan kawasan dari sekelompok negara bertetangga, satu
benua, dan lintas benua seperti MEA, AFTA, dan APEC. Pada era tersebut, jenis pekerjaan
seseorang berubah dengan cepat sesuai dengan kebutuhan pasar kerja dan penyediaan
tenaga kerja yang semakin mengglobal serta pengetahuan dan teknologi yang semakin
canggih. Pekerjaan yang semula dilakukan secara manual dengan mengandalkan tenaga
manusia telah digantikan oleh mesin dan teknologi informasi. Beberapa jenis pekerjaan
yang ada saat ini, perlahan akan hilang pada 10 tahun ke depan. Diperkirakan 35%
keterampilan dasar pada dunia kerja akan berubah pada tahun 2020, dan hampir 2 miliar
pekerja berisiko kehilangan pekerjaan. Karena itu, pendidikan dan pelatihan seharusnya
dilakukan dengan memberi banyak pilihan keterampilan yang sesuai dengan minat
peserta didik dan perkembangan kebutuhan pasar kerja sehingga memungkinkan
pembelajaran sepanjang hayat (life-long learning).
Agar peserta didik mampu bersaing dalam karir pada masa depan dan menjadi aset
pembangunan, pendidikan termasuk pendidikan vokasi formal dan nonformal hendaknya
dikelola dalam konteks pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan dan pelatihan vokasi
pada jenjang pendidikan menengah dan tinggi perlu membekali lulusannya dengan
berbagai kecakapan yang lebih umum, yaitu kecakapan hidup dan berkarier, kecakapan
dalam belajar dan berinovasi, serta kecakapan memanfaatkan informasi, media, dan
teknologi. Kecakapan hidup dan berkarier (life and career skills) memiliki komponen,
yakni (1) fleksibilitas dan adaptabilitas, (2) memiliki inisiatif dan dapat mengatur diri
sendiri, (3) interaksi social dan antar-budaya, (4) produktivitas dan akuntabilitas
mengelola proyek dan menghasilkan produk, dan (5) kepemimpinan dan tanggung jawab.
Selanjutnya, kecakapan dalam belajar dan berinovasi (learning and innovation skills)
memiliki komponen (1) berpikir kritis dan mengatasi masalah, (2) kecakapan
berkomunikasi dan berkolaborasi, dan (3) kreativitas dan inovasi. Sementara itu,
kecakapan media informasi dan teknologi (information media and technology skills)
memiliki komponen (1) literasi informasi, (2) literasi media, dan (3) literasi TIK.
Pembekalan kecakapan semacam ini dikemas dengan istilah Keterampilan Abad XXI (21st
Century Skills).
Pendidikan vokasi merupakan bagian penting dari sistem pendidikan nasional yang tentu
mempunyai posisi strategis untuk mewujudkan tenaga kerja yang berkualitasn dengan
adanya keterlibatan aktif dari DUDI. Pendidikan vokasi harus dapat membangunkan
kesadaran pelaku dunia usaha dan dunia industri untuk turut mengambil tanggung jawab
lebih besar, serta wajib dikembangkan agar dapat mengisi lapangan kerja industri dengan
profil lulusan yang memiliki ketrampilan dan pengetahuan tinggi (high skilled & know
how), sehingga dapat melakukan peningkatan proses produktif serta dapat melakukan
perbaikan dan pengembangan produk di dunia industri. Paradigma lama yang
menempatkan industri pada bagian akhir yang menerima lulusan harus diubah sehinggga
industri dapat berperan sejak perencanaan kompetensi lulusan yang dibutuhkan, turut
serta dalam penyelarasan kurikulum, penguatan pemetaan kebutuhan keahlian,
membangun kompetensi SDM melalui proses edukatif yang produktif, penerapan sistem
pembelajaran standar industri, penguatan pelatihan kecakapan kerja dan kewirausahaan
di sekolah, madrasah dan pesantren, pemagangan, penguatan standar kompetensi,
penguatan kelembagaan dan kapasitas pelaksanaan sertifikasi, dan penyerapan lulusan.
Paradigma pendidikan vokasi sebelum dilakukan revitalisasi, pendidikan vokasi lebih
menekankan pada proses pembelajaran baik di SMK/Kursus/Pelatihan yang kemudian
peserta didik wajib mengikuti uji kompetensi yang diselenggarakan oleh Lembaga
Sertifikasi Kompetensi untuk Lembaga Kursus, atau untuk SMK menggunakan Lembaga
Sertifikasi Profesi (LSP) yang berada di bawah tanggung jawab Badan Nasional Seritifikasi
Profesi (BNSP), yang berujung pada seorang peserta didik telah berhasil mendapatkan
sertifikat kompetensi. Hanya sebagian kecil satuan penddidikan yang mengetahui
kebutuhan industri dan merespon kebutuhan pasar untuk kompetensi yang dibutuhkan.
Saat ini paradigma tersebut telah bergeser dengan dilakukan revitalisasi pendidikan
vokasi, yaitu seorang peserta didik baik di SMK/Kursus/ Pelatihan/Perguruan Tinggi Vokasi
mengikuti proses pembelajaran (pola pembelajaran, pengembangan kurikulum,
penyediaan sarana dan prasarana, maupun pengembangan kompetensi SDM
(Guru/Instruktur/Dosen) harus mengikuti kebutuhan dunia industri, dan kemudian wajib
mengikuti uji kompetensi yang telah diakreditasi dan disertifikasi oleh mitra industri yang
relevan. Sehingga karena kompetensinya telah mendapatkan sertifikat/pengakuan dari
mitra industrinya, maka peserta didik maupun guru/instruktur/dosen dapat melakukan
pemagangan serta untuk lulusannya dapat bekerja langsung diterima di industri tersebut.
Selanjutnya pemerintah juga melakukan evaluasi terhadap penyerapan lulusan pendidkan
vokasi di dunia industri yang mendapatkan pekerjaan satu tahun setelah lulus. Oleh
karena halhal tersebut, revitalisasi pendidikan vokasi yang dilakukan harus berbasis pada
kemitraan bersama dunia industri sehingga dapat meniadakan defisit kompetensi dengan
kebutuhan DUDI dan menurunkan pembiayaan pendidikan dalam menghasilkan lulusan
melalui kegiatan produktif di industri.

F. RUANG LINGKUP DAN PERISTILAHAN UMUM


Kursus dan Pelatihan
Fokus dunia pendidikan saat ini adalah untuk memberikan keterampilan kerja bagi
generasi muda, khususnya dalam menyambut bonus demografi dan persaingan yang
semakin ketat. Pendidikan dan pelatihan vokasi akan semakin diperkuat seiring
bergesernya strategi pembangunan dari pembangunan infrastruktur fisik, menjadi
pembangunan manusia. Kursus dan Pelatihan merupakan bagian dari pendidikan
nonformal, dimana dalam Pasal 26 ayat (5) UU Sisdiknas dinyatakan bahwa “kursus dan
pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan,
keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan
profesi, bekerja, usaha mandiri, dan atau melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi”.

Dengan demikian kursus dan pelatihan memiliki peran dan fungsi strategis dalam
peningkatan sumberdaya manusia melalui kecakapan hidup (life skill education). Muara
dari program kursus dan pelatihan adalah peningkatan kompetensi seseorang yang
meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap di bidang profesinya masingmasing
yang ditandai dengan kepemilikan sertifikat pada setiap lulusannya. Hal ini sesuai dengan
yang diutarakan oleh Presiden Jokowi dalam sambutannya pada pembukaan Rembuk
Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RNPK) 2019 di Pusat Pendidikan dan Pelatihan
(Pusdiklat) Pegawai Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada hari Selasa 12
Februari 2019), bahwa “Kita ingin pendidikan yang fokus pada keterampilan bekerja. Ini
sangat penting”. Oleh karena itu program kursus dan pelatihan vokasi harus
dikembangkan sesuai tuntutan pasar kerja dan kebutuhan industri. Dengan demikian
dunia industri akan mendapatkan keuntungan langsung ketika menggunakan pekerja
yang kompeten dari program kursus dan pelatihan vokasi, serta tidak perlu mengeluarkan
biaya lebih untuk memberikan pelatihan selanjutnya, sehingga sudah selayaknya jika
indusri memiliki tanggung jawab untuk peduli, dan ikut bertanggung jawab dalam
melakukan pengembangan khususnya lembaga-lembaga kursus dan pelatihan vokasi.
Untuk program ke depan dalam rangka pengembangan kursus dan pelatihan, rekruitmen
peserta didik dilakukan sesuai dengan kemauan dan potensi masing-masing dan syarat
peserta didiknya adalah anak usia sekolah tidak sekolah yang berusia di bawah 21 tahun,
anak usia sekolah yang belajar di Paket B atau C dan perlu diberikan keterampilan.
Sedangkan untuk proses pelaksanaan kursus dan pelatihan dibagi menjadi dua yaitu 1)
Pendidikan Kecakapan kerja (PKK) yang kurikulumnya berbasis kompetensi dan harus
bekerjasama dengan DUDI; 2) Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) yang
kurikulumnya sesuai kebutuhan usaha dan manajemen usaha kecil bekerjasama dengan
UMKM. Pada tahun 2014, program PKK dan PKW merupakan bagian dari program
Pendidikan Kecakapan Kerja yang untuk saat ini sudah dilakukan berbagai inovasi,
diantaranya mempercepat proses pengajuan bantuan melalui e-proposal, pembelajaran
menggunakan sistem Massive Open Online Course dan Blended Learning System, bahan
ajar menggunakan digital (e-book), jenis-jenis keterampilan yang diajarkan mengangkat
potensi/kearifan 16ocal dan menambahkan materi digital marketing pada pembelajaran
untuk mendukung industry 4.0.

Di bawah ini terlampir capaian dan saran program PKK dan PKW dari tahun 2015-2019:

Pada

tahun 2019, pendidikan vokasi melalui kursus dan pelatihan telah melakukan beberapa
capaian kinerjanya sesuai dengan arahan Presiden, antara lain: a. Jumlah angkatan kerja
muda mendapatkan Pendidikan Kecakapan Kerja sebanyak 290.783 orang; b. Jumlah
angkatan kerja muda mendapatkan Pendidikan Kewirausahaan/ berwirausaha sebanyak
201.599 orang; c. Jumlah peserta didik Kursus dan Pelatihan yang mengikuti magang pada
DUDI sebanyak 5.030 orang; d. Standar Kompetensi Lulusan yang telah disuse sebanyak 74
Standar; e. Jumlah Tempat Uji Kompetensi (TUK) yang telah terbentuk sebanyak 743
tempat; f. Jumlah peserta didik yang telah memperoleh Bantuan Uji Kompetensi sebanyak
369.498 orang; g. Jumlah master penguji untuk Kursus dan Pelatihan sebanyak 666 orang;
Selain capaian di atas, terdapat beberapa capaian kinerja yang dimulai dari tahun 2015 s.d.
2019 sebagai berikut: a. 2.660 Instruktur yang diberikan peningkatan kompetensi
infrastruktur di bidang keterampilan; b. 286 Lembaga yang telah melakukan kerja sama
dengan DUDI/SMK/LKP/BLK/Dinas Pariwisata/Dinas Perindustrian dan lembaga lainnya; c.
115 sekolah telah mendapatkan bantuan Penguatan Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH)
dan Pendidikan Kewirausahaan (PPK); d. Telah melakukan inovasi terdapat 20 jenis mata
pelakaran keterampilan pada empat bidang Pariwisata, Mesin dan Teknologi, Seni dan
Budaya, Pertanian; e. Melakukan peningkatan kompetensi peserta didik dan
pendampingan usaha; f. Telah melakukan pengembangann kewirusahaan; g. Telah
melakukan kerja sama dengan Kemenaker dan BNSP dalam penyusunan Standar
Kompetensi Kerja khusus bagi Penyandang Disabilitas;

Ruang lingkup dari Renstra Ditsuslat Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud, mencakup:
(1) Pendahuluan, yang berisi latar belakang, maksud dan tujuan, dasar hukum, ruang
landasan filosofis, paradigma umum, ruang lingkup dan peristilahan umum; (2) kondisi
umum, yang berisi kondisi umum Ditsuslat Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud, (3)
potensi permasalahan, yang berisi potensi permasalahan dan isu-isu strategis nasional
Ditsuslat Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud; (4) Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran
Strategis Ditsuslat Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud; (5) Arah Kebijakan, Strategi,
Kerangka Regulasi dan Kerangka Kelembagaan; dan Target Kinerja dan Kerangka
Pendanaan.

Kerangka penyiapan Renstra Ditsuslat Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud tahun


2020-2025 disusun dengan melibatkan jajaran internal Ditsuslat Dirjen Pendidikan Vokasi
Kemendikbud serta beberapa perwakilan mitra dan pemangku kepentingan (stakeholder)
terkait, baik di pusat maupun daerah. Upaya melibatkan berbagai pihak tersebut
dilaksanakan untuk menjaring masukan aspirasi masyarakat dan isu strategis serta
membangun kesepahaman dan komitmen dalam rangka menyempurnakan Renstra
Ditsuslat Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud tahun 2020-2024.

Sebagaimana tertuang dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana


Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (RPJPN) 2005--2025, pembangunan bidang
pendidikan dijabarkan ke dalam empat tema pembangunan pendidikan, yaitu
peningkatan kapasitas dan modernisasi (2005-- 2009), penguatan pelayanan (2010--
2015), penguatan daya saing regional (2015--2020), dan penguatan daya saing
internasional (2020--2025).

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem


Perencanaan Pembangunan Nasional, dikemukakan bahwa Pimpinan Kementerian /
Lembaga maupun unit di bawahnya, harus menyiapkan rancangan Renstra sesuai dengan
tugas pokok dan fungsinya dengan berpedoman kepada rancangan awal RPJM Nasional.
Renstra memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan
pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga yang disusun
dengan berpedoman pada RPJM Nasional dan bersifat indikatif.
Dalam rangka penyusunan Renstra Ditsuslat Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud
tahun 2020-2024 ini, akan digunakan beberapa peristilahan umum, sebagai berikut:
- Perencanaan merupakan suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang
tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia;
- Pembangunan Nasional merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen
bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara;
- Rencana Pembangunan Jangka Panjang, yang selanjutnya disingkat RPJP, adalah
dokumen perencanaan untuk periode 20 (dua puluh) tahun.
- Rencana Pembangunan Jangka Menengah disingkat RPJM, adalah dokumen
perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun
- Rencana Pembangunan Jangka Menengah, atau disebut Rencana Strategis adalah
dokumen perencanaan Kementerian/ Lembaga untuk periode 5 (lima) tahun
- Rencana Pembangunan Tahunan Nasional, atau disebut Rencana Kerja Pemerintah
(RKP), adalah dokumen perencanaan Nasional untuk periode 1 (satu) tahun
- Rencana Pembangunan Tahunan atau disebut Rencana Kerja adalah dokumen
perencanaan Kementrian/Lembaga untuk periode 1 (satu) tahun.
- Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode
perencanaan.
- Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk
mewujudkan visi;
- Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk
mewujudkan visi dan misi
- Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil oleh Pemerintah Pusat/Daerah untuk
mencapai tujuan
- Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang
dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan
serta memperoleh alokasi anggaran, atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan
oleh instansi pemerintah.
- Program Kementerian adalah sekumpulan rencana kerja suatu Kementerian
- Isu strategis adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau dikedepankan dalam
perencanaan pembangunan karena dampaknya yang signifikan dengan karakteristik
bersifat penting, mendasar, berjangka menengah/panjang, dan bersifat sebagai
pengungkit untuk mencapai sasaran nasional;
- Arah kebijakan merupakan penjabaran misi dan memuat strategi yang merupakan
kerangka pikir atau kerangka kerja untuk menyelesaikan masalah dalam rangka
mencapai sasaran yaitu perubahan kondisi sosial masyarakat yang ingin dicapai dalam
lima tahun ke depan;
- Strategi merupakan cara yang digunakan untuk melaksanakan arah kebijakan yang telah
ditetapkan, yang berisikan program-program;
- Program lintas adalah program yang bersifat mewadahi kegiatan-kegiatan prioritas yang
dikelompokkan berdasarkan karakteristik tertentu dalam rangka mendukung
pencapaian sasaran Prioritas Nasional yang bersifat lintas program, lintas K/L, lintas
bidang atau lintas wilayah;
- Masukan (input) adalah sumber daya bahan dasar yang dibutuhkan untuk melakukan
kegiatan yang diperlukan dalam rangka menghasilkan keluaran (output);
- Pengertian output atau sasaran kegiatan yaitu barang atau jasa yang dihasilkan oleh
suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan
program dan kebijakan;
- Hasil (outcome) atau sasaran program adalah segala sesuatu yang dihasilkan dari suatu
program yang mencerminkan berfungsinya keluaran dari kegiatan-kegiatan. Dampak
(impact) adalah pernyataan perubahan pada masyarakat seperti apa yang ingin dituju
sebagai akibat dari hasil pembangunan yang tercapai dan bersifat jangka menengah
atau jangka Panjang.
BAB II A
KONDISI UMUM, POTENSI, DAN PERMASALAHAN

A. KONDISI UMUM
a. ANALISIS INTERNAL
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 11 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, Direktorat Kursus dan Pelatihan, Ditjen Pendidikan Vokasi, kementerian
Pendidikan dan Kebudayan mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai berikut:
a. Tugas Pokok’
Melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang kursus
dan pelatihan
b. Fungsi
1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan dibidang kurikulum pembelajaran,
peserta didik, sarana dan prasaran, pendanaan dan tata kelola kursus dan
pelatihan
2) Koordinasi dan pelaksanaan kebijakan di bidang kurikulum pembelajaran,
peserta didik, sarana dan prasaran, pendanaan dan tata kelola kursus dan
pelatihan
3) Peningkatan kualitas pendidikan karakter peserta didik kursus dan pelatihan
4) Fasilitasi sarana dan prasaran serta pendanaan kursus dan pelatihan
5) Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang kurikulum,
peserta didik, sarana dan prasaran, pendanaan dan tata kelola kursus dan
pelatihan
6) Pemberian bimbingan teknis dan supervise di bidang kursus dan pelatihan
7) Pelaksanaan evaluasi dan laporan dibidang kursus dan pelatihan
8) Pelaksanaan administrasi direktorat.
Direktorat Kursus dan Pelatiahan memiliki 4 (empat) Koordinator Bidang dan 1 (satu)
Subbagian, yakni (1) Koordinator Bidang Program dan Evaluasi (2) Koordinator Bidang
Pembelajaran dan Penilaian, (3) Koordinator Bidang Sarana dan Prasarana, (4)
Koordinator Bidang Kelembagaan dan Peserta didik, dan (I5) Subbagian Tata Usaha.
a. Koordinator Bidang Program dan Evaluasi memiliki tugas melaksanakan
penyusunan bahan perumusan kebijakan, program, kegiatan, anggaran dan
evaluasi pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran serta penyusunan laporan
Direktorat.
Dalam menyelenggarakan tugas tersebut, Koordinator Bidang Program dan
Evaluasi menyelenggarakan fungsi (1) penyusunan bahan perumusan kebijakan di
bidang pembinaan kursus dan pelatihan, (2) pengumpulan, pengolahan dan
penyajian data dan informasi dibidang pembinaan kursus dan pelatihan, (3)
penyusunan program, kegiatan dan anggaran Direktorat (4) penyusunan bahan
dan fasilitasi pendanaan kursus dan pelatihan (5) pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran Direktorat beserta pndanaan kursus
dan pelatihan, (6) penyusunan laporan direktorat.
b. Koordinator Bidang Pembelajaran dan Penilaian memiliki tugas melaksanakan
penyusunan bahan perumusan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan norma
standar prosedur kriteria, bimbingan teknis dan supervisi serta fasilitasi
penjaminan mutu di bidang kurikulum kursus dan pelatihan
Dalam menyelenggarakan tugas tersebut, Subdit Kurikulum menyelenggarakan
fungsi (1) penyusunan bahan perumusan , koordinasi, dan pelaksanaan kebijakan
di bidang kurikulum pembinaan kursus dan pelatihan, (2) penyusunan bahan
fasilitasi pelaksanaan penjaminan mutu dibidang pembelajaran dan penilaian
kursus dan pelatihan, (3) penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di
bidang pembelajaran dan penilaian kursus dan pelatihan, (4) pemberian
bimbingan teknis dan supervise dibidang pembelajaran dan penilaian kursus dan
pelatihan, dan (5) pelaksanaan evaluasi dan laporan di bidang pembelajaran dan
penilaian kursus dan pelatihan.
c. Koordinator Bidang memiliki tugas melaksanakan penyusunan bahan perumusan,
koordinasi dan pelaksanaan kebijakan norma standar prosedur kriteria, bimbingan
teknis dan supervise, fasilitasi sarana dan prasaran, dan fasilitasi penjaminan mutu
di bidang sarana dan prasarana kursus dan pelatihan
Dalam menyelenggarakan tugas tersebut, Subdit Sarana dan Prasaran
menyelenggarakan fungsi (1) penyusunan bahan perumusan , koordinasi, dan
pelaksanaan kebijakan di bidang sarana dan prasarana kursus dan pelatihan, (2)
penyusunan bahan dan fasilitasi sarana dan prasarana kursus dan pelatihan (3)
penyusunan bahan fasilitasi pelaksanaan penjaminan mutu dibidang sarana dan
prasarana kursus dan pelatihan, (4) penyusunan norma, standar, prosedur dan
kriteria di bidang sarana dan prasaran kursus dan pelatihan, (5) pemberian
bimbingan teknis dan supervisi dibidang sarana dan prasarana kursus dan
pelatihan, dan (6) pelaksanaan evaluasi dan laporan di bidang sarana dan
prasarana kursus dan pelatihan.
d. Koordinator Bidang Kelembagaan dan Peserta didik memiliki tugas melaksanakan
penyusunan bahan perumusan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan norma
standar prosedur kriteria, bimbingan teknis dan supervisi, di bidang tata kelola
dan kemitraan, fasilitasi penjaminan mutu tata kelola, peningkatan kualitas
pendidikan karakter peserta didik dan pertimbangan pemberian izin
penyelenggaraan kursus dan pelatihan yang diselenggarakan perwakilan negara
asing dan program kursus dan pelatihan kerjasama yang diselenggarakan oleh
lembaga asing dengan lembaga pendidikan Indonesia serta kerjasama dibidang
kursus dan pelatihan.
Dalam menyelenggarakan tugas tersebut, Koordinator Bidang Kelembagaan
Peserta didik menyelenggarakan fungsi (1) penyusunan bahan perumusan ,
koordinasi, dan pelaksanaan kebijakan di bidang Kelembagan dan Kemitraan
kursus dan pelatihan, (2) penyusunan bahan peningkatan kualitas pendidikan
karkter kursus dan pelatihan (3) penyusunan bahan pertimbangan pemberian izin
penyelenggaraan kursus dan pelatihan yang diselenggarakan perwakilan negara
asing dan program kursus dan pelatihan kerjasama yang diselenggarakan oleh
lembaga asing dengan lembaga pendidikan Indonesia serta kerjasama di bidang
kursus dan pelatihan (4) penyusnan bahan fasilitasi pelaksanaan penjaminan mutu
tata kelola kursus dan pelatihan (5) penyusunan norma, standar, prosedur dan
kriteria dibidang tata kelola dan kemitraan kursus dan pelatihan, (5) pemberian
bimbingan teknis dan supervise dibidang tata kelola dan kemitraan kursus dan
pelatihan, dan (6) pelaksanaan evaluasi dan laporan dibidang tata kelola dan
kemitraan kursus dan pelatihan.

b. ANALISIS EKSTERNAL
Dalam penyelenggaraan Kursus dan Pelatihan menjadi rujukan dalam implementasi
landasan filosofis pendidikan masyarakat mengacu pada strategi pembangunan
pendidikan nasional. Strategi pembangunan pendidikan vokasi tersebut akan menjadi
acuan dalam penyusunan kebijakan pokok dan kerangka implementasi program dan
kegiatan pembaruan pendidikan yang akan dilaksanakan oleh Ditjen Pendidikan
Vokasi beserta seluruh jajarannya dan para pemangku kepentingan baik di pusat
maupun di daerah, meliputi:
a. Pendidikan agama, akhlak mulia dan pembentukan karakter/kepribadian
masyarakat yang mandiri serta memiliki daya saing
b. Proses pembelajaran yang mendidik, dialogis serta pembelajaran berpusat pada
peserta didik dan kontektual
c. Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi yang selaras
dengan dunia kerja
d. Peningkatan profesionalitas pendidik dan tenaga kependidikan
e. Penyediaan sarana dan saraana prakte/pemebelajaranr
f. Pembiayaan pendidikan yang sesuai dengan prinsip pemerataan dan berkeadilan
g. Penyelenggaraan pendidikan yang terbuka, merata, berkelanjutan
h. Pemberdayaan masyarakat, organisasi masyarakat dan asosiasi profesi
i. Evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi pendidikan yang memberdayakan.

Di samping itu, pembangunan pendidikan kursus dan pelatihan sangat dipengaruhi


oleh kondisi eksternal seperti kependudukan, sosial budaya, lingkungan, ekonomi,
teknologi, dan politik, serta kondisi eksternal lainnya. Beberapa pengaruh kondisi
eksternal terhadap pendidikan vokasi, antara lain sebagai berikut:
a. Sosial, Budaya dan Lingkungan
Beberapa kondisi eksternal yang berkenaan dengan faktor sosial, budaya dan
lingkungan yang mempengaruhi pendidikan vokasi dan pendidikan masyarakat
antara lain: (1) jumlah penduduk yang makin tinggi menempatkan Indonesia
dalam posisi yang makin penting dalam percaturan global, (2) angka HDI Indonesia
diurutan 111 dari 182 negara dan masih di bawah negara di Asia Tenggara, (3)
masih tingginya kesenjangan antargender, antara penduduk kaya dan miskin,
antara perkotaan dan perdesaan, antara wilayah maju dan wilayah tertinggal, dan
antarjenis kelamin, (4) masih rendahnya peringkat Indeks Pembangunan Gender
Indonesia.
Kondisi eksternal yang berkenaan sosial, budaya dan lingkungan lainnya adalah:
(1) perubahan gaya hidup yang konsumtif dan rendahnya kesadaran masyarakat
yang berpotensi menurunkan kualitas lingkungan, (2) adanya ketidakseimbangan
sistem lingkungan akibat pencemaran oleh industri, pertanian, dan rumah tangga,
dan (3) masih rendahnya pemanfaatan keanekaragaman hayati yang dapat
menjadi alternatif sumber daya termasuk penelitian-penelitian yang dapat
berpotensi menghasilkan Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI).
b. Ekonomi
Kualitas tenaga kerja juga masih rendah tercermin pada jenjang pendidikan
tertinggi yang ditamatkan, juga masih mengemuka. Dari sekitar 114 juta penduduk
usia 15 tahun keatas yang bekerja (data 2013), sekitar 54,7 juta orang (47,9%)
hanya berpendidikan SD/MI atau kurang, dan hanya 34,3% yang lulus sekolah
menengah atau perguruan tinggi. Dengan pendidikan yang masih rendah dan
keahlian/keterampilan yang tidak memadai, para lulusan sekolah menengah dan
perguruan tinggi sekalipun hanya bisa masuk ke lapangan pekerjaan yang tidak
menuntut keahlian/keterampilan tinggi seperti pertanian dan pabrik. Sebagai
contoh, pada tahun 2010, masih lebih dari 50% lulusan SMA/MA/SMK bekerja di
unskilled jobs dan lebih dari 30% di semi-skilled jobs. Untuk lulusan pendidikan
tinggi, masih ada sekitar 10% dan 40%, secara berturut-turut, yang bekerja di
unskilled dan semi-skilled jobs.
c. Teknologi
Kondisi teknologi yang mempengaruhi pembangunan pendidikan vokasi dalam
kurun waktu lima tahun mendatang antara lain adalah (1) kesenjangan literasi
teknologi antar daerah, wilayah dan kawasan, (2) kebutuhan akan penguasaan dan
penerapan iptek dalam rangka menghadapi tuntutan regional dan global, (3)
semakin meningkatnya peranan TIK dalam berbagai aspek kehidupan termasuk
dalam bidang pendidikan, (4) semakin meningkatnya kebutuhan untuk melakukan
berbagi pengetahuan dengan memanfaatkan TIK, (4) perkembangan internet yang
melewati batas wilayah dan waktu untuk melakukan komunikasi dan akses
terhadap informasi, dan (6) perkembangan internet yang juga membawa dampak
negatif terhadap nilai dannorma masyarakat serta memberikan peluang
munculnya plagiarisme danpelanggaran HAKI.
d. Politik dan Pertahanan dan Keamanan
Kondisi politik, pertahanan dan keamanan yang mempengaruhi pembangunan
pendidikan dalam kurun waktu lima tahun mendatang antara lain adalah: (1)
ketidakstabilan politik serta pertahanan dan keamanan yang mengancam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dalam era otonomi daerah dengan
terjadinya kepala daerah seringkali berdampak pada pergantian jabatan dan
pemangku di bidang pendidikan anak usia dini dan pendidikan masyarakat yang
berlangsung dengan kurang memperhatikan kualifikasi dan kompetensi yang
relevan dengan jabatan yang diemban, (2) ketidakselarasan kebijakan dan
peraturan perundangan di pusat dan atau daerah yang berdampak pada
penyelenggaraan pendidikan anak usia dini dan pendidikan masyarakat, (3)
kebutuhan pendidikan politik untuk mendorong kesadaran masyarakat dalam
berdemokrasi, (4) implementasi otonomi daerah yang mendorong kemandirian dan
berkembangnya kearifan lokal, (5) terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam
implementasi otonomi daerah, (6) keterlambatan penerbitan turunan peraturan
perundangan yang berdampak pada bidang pendidikan, (7) ancaman disintegrasi
bangsa akibat dari ketidakdewasaan dalam berdemokrasi, (8) ideologi negara
sebagai pemersatu bangsa dan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, dan
(9) komitmen pemenuhan pendanaan pendidikan minimal 20% dari APBN dan
APBD sesuai dengan UUD 1945 Pasal 31ayat (4).
B. POTENSI
Pembangunan pendidikan nasional sampai dengan tahun 2019, telah menunjukkan
keberhasilan yang sangat menggembirakan. Dalam kurun waktu lima tahun ke depan atau
RPJMN 2020-2025 khususnya pendidikan kursus dan pelatihan akan lebih ditingkatkan
yang digambarkan pada Renstra 2020-2024. Beberapa potensi yang dimiliki merupakan
bekal yang sangat bermanfaat dalam melanjutkan pendidikan keterampilan, namun selain
potensi tersebut masih dijumpai sejumlah permasalahan yang perlu mendapat perhatian.
1. Potensi
Keberhasilan pembinaan kursus dan pelatihan selama lima tahun terakhir merupakan
potensi dan kekuatan untuk melanjutkan pembangunan pendidikan ke depan. Pada
aspek pemerataan akses, peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing pendidikan
juga menunjukkan capaian indikator kinerja yang terus meningkat dari tahun ke tahun
dan pada umumnya telah mencapai atau melampaui target Renstra 2010-2014. Hal ini
merupakan potensi yang dapat mendorong dan meningkatkan motivasi untuk
melanjutkan pembangunan pendidikan naisonal khusunya dibidang kursus dan
pelatihan
2. Permasalahan
Di samping beberapa pontensi tersebut di atas dalam melanjutkan pendidikan kursus
dan pelatihan ke depan masih ditemui beberapa permasalahan yang harus bisa diatasi
adalah: Belum Optimalnya Tata Kelola Organisasi Kemendikbud. Akuntabilitas
pengelolaan keuangan dan peningkatan kinerja instansi tetap merupakan agenda
utama kementerian ke depan. Kementerian harus menjaga agar kualitas Laporan
keuangan Kemendikbud tetap Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Demikina pula
dengan akuntabilitas pengelolaan kinerja kementerian/lembaga dengan kategori B
(baik) memberi celah kepada kementerian untuk terus meningkatkan kinerja dari
perencanaan hingga pelaksanaan program kerja dan anggaran. Konsistensi dalam
pelaksanaan reformasi birokrasi perlu dilakukan untuk mendorong Kemendikbud
menjadi kementerian yang selalu memberikan layanan prima kepada masyarakat,
menjadi wilayah bebas korupsi dan transparan kepada publik.
3. Tantangan Pembangunan
Tantangan yang akan dihadapi pada pencapaian sasaran dan penyelenggaraan
kursus dan pelatihan antara lain:
a. Memperbaiki tata kelola organisasi, untuk menciptakan birokrasi yang efektif adalah
meningkatkan integritas, akuntabilitas, efektifitas dan efisiensi birokrasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan publik. Peningkatan
kualitas tata kelola pemerintahan diharapkan dapat memberikan kontribusi yang
optimal untuk mendukung keberhasilan pembangunan dan peningkatan daya saing
nasional sehingga dapat mendukung proses pembangunan nasional kedepan secara
efektif dan efisien.
b. Persaingan pasar bebas regional dan internasional menjadi tantangan dalam
penyediaan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu: (1) angkatan kerja muda
belum memiliki pengetahuan dan sikap kecakapan untuk bekerja dan berwirausaha;
(2) lembaga kursus dan pelatihan yang terakreditasi dan yang memenuhi terstandar
masih terbatas; (3) lembaga kursus dan pelatihan/mitra belum semua memperoleh
bantuan penguatan kelembagaan; (4) program kursus belum semua mengacu pada
standar kompetensi kerja; (5) jumlah TUK dan penguji uji kompetensi masih terbatas
dan belum merata penyebarannya; (6) kualitas pengelolaan lembaga kursus masih
variatif; (7) masih banyak peserta didik dan masyarakat tidak mengikuti uji
kompetensi karena faktor biaya; (8) terbatasnya penghargaan yang diberikan kepada
lembaga maupun peserta didik yang berprestasi.
c. RPJM Hijau dan tujuan SDGs, yaitu; mengutamakan perencanaan pembangunan
berkelanjutan, dengan menempatkan daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup dan sumber daya alam (SDA) dan keharusan RPJMN mengakomodir
Sustainable Development Goals sebagai bentuk komitmen global.
BAB III
VISI DAN MISI, TUJUAN DAN SARARAN STRATEGIS

A. VISI, MISI, DAN TUJUAN PEMBANGUNAN NASIONAL 2020 – 2024


Sebagaimana Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2007 tentang RPJPN
2005-2025, dikemukakan visi nasional pembangunan jangka panjang adalah terciptanya
manusia yang sehat, cerdas, produktif, berakhlak mulia dan bergotong-royong serta
masyarakat yang makin sejahtera dalam pembangunan yang berkelanjutan. Pencapaian ini
didorong oleh terwujudnya perekonomian yang makin maju, mandiri, dan merata di seluruh
wilayah, didukung oleh penyediaan infrastruktur yang memadai serta makin kokohnya
kesatuan dan persatuan bangsa. Bersamaan dengan ini, harus dijiwai pula oleh karakter
yang tangguh dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diselenggarakan
dengan demokrasi yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila sebagai pedoman dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta menjunjung tegaknya
supremasi hukum.

Berdasarkan arahan RPJPN 2005-2025 serta rancangan RPJMN Teknokratik RPJMN


2020-2024, visi pembangunan nasional 2020-2024 akan menjadi muara dari pencapaian
periode pembangunan jangka panjang 2024, yaitu:

RPJM 1 RPJM 2 RPJM 3 RPJM 4


(2005-2009) (2010-2014) (2015-2019) (2020-2024)

Menata kembali NKRI, Memantapkan Memantapkan Mewujudkan


membangun penataan kembali pembangunan secara masyarakat Indonesia
menyeluruh dengan yang mandiri, maju, adil
Indonesia yang aman NKRI, meningkatkan menekankan dan makmur melalui
dan damai, yang adil kualitas SDM, pembangunan
percepatan
dan demokrasi, membangun keunggulan kompetitif
perekonomian yang pembangunan di segala
dengan tingkat kemampuan iptek, bidang dengan struktur
berbasis SDA yang
kesejahteraan yang memperkuat daya tersedia, SDM yang perekonomian yang
lebih baik saing perekonomian berkualitas, serta kokoh berlandaskan
kemampuan iptek keunggulan kompetitif

RPJP (2005-2024)

Gambar 3.1.
Tahapan RPJPN 2005 - 2025

Dalam RPJPN 2005 – 2025 tersebut, maka arahan visi RPJMN 2020-2024, adalah
mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil berkepribadian dan makmur
berlandaskan gotong-royong melalui percepatan pembangunan di segala bidang dengan
struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif. Dengan demikian
visi pembangunan nasional 2020-2024, adalah:
“Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong-Royong”

Maju : Tercermin dari kualitas SDM, tingkat kemakmuran, serta kemantapan


sistem dan kelembagaan politik dan hukum;

Mandiri : Mampu mewujudkan kehidupan sejajar dan sederajat dengan bangsa


lain dengan mengandalkan pada kemampuan dan kekuatan sendiri;

Kepribadian : Keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan


individu lain;
Gotong-Royong : Bekerja bersama untuk mencapai suatu tujuan sesuai hasil yang
diharapkan oleh masyarakat.

Kemandirian adalah hakikat dari kemerdekaan, yaitu hak setiap bangsa untuk menentukan
nasibnya sendiri dan menentukan apa yang terbaik bagi diri bangsanya. Oleh karena itu,
pembangunan, sebagai usaha untuk mengisi kemerdekaan, haruslah pula merupakan
upaya membangun kemandirian. Kemandirian bukanlah kemandirian dalam keterisolasian.
Kemandirian mengenal adanya kondisi saling ketergantungan yang tidak dapat dihindari
dalam kehidupan bermasyarakat, baik dalam suatu negara maupun bangsa. Terlebih lagi
dalam era globalisasi dan perdagangan bebas ketergantungan antarbangsa semakin kuat.

Bangsa mandiri adalah bangsa yang mampu mewujudkan kehidupan sejajar dan sederajat
dengan bangsa lain yang telah maju dengan mengandalkan pada kemampuan dan
kekuatan sendiri. Oleh karena itu, untuk membangun kemandirian, mutlak harus dibangun
kemajuan ekonomi. Kemampuan untuk berdaya saing menjadi kunci untuk mencapai
kemajuan sekaligus kemandirian. Kemandirian suatu bangsa tercermin, antara lain, pada
ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu memenuhi tuntutan
kebutuhan dan kemajuan pembangunannya; kemandirian aparatur pemerintah dan
aparatur penegak hukum dalam menjalankan tugasnya; ketergantungan pembiayaan
pembangunan yang bersumber dari dalam negeri yang makin kokoh sehingga
ketergantungan kepada sumber dari luar negeri menjadi kecil; dan kemampuan memenuhi
sendiri kebutuhan pokok. Apabila karena sumber daya alam tidak lagi memungkinkan,
kelemahan itu diimbangi dengan keunggulan lain sehingga tidak membuat ketergantungan
dankerawanan serta mempunyai daya tahan tinggi terhadap perkembangan dan gejolak
ekonomi dunia.

Kemandirian sesungguhnya mencerminkan sikap seseorang atau sebuah bangsa


mengenai dirinya, masyarakatnya, serta semangatnya dalam menghadapi tantangan-
tantangan. Karena menyangkut sikap, kemandirian pada dasarnya adalah masalah budaya
dalam arti seluasluasnya. Sikap kemandirian harus dicerminkan dalam setiap aspek
kehidupan, baik hukum, ekonomi, politik, sosial budaya, maupun pertahanan keamanan.
Tingkat kemajuan suatu bangsa dinilai berdasarkan berbagai ukuran. Ditinjau dari indikator
sosial, tingkat kemajuan suatu negara diukur dari kualitas sumber daya manusianya. Suatu
bangsa dikatakan makin maju apabila sumber daya manusianya memiliki kepribadian
bangsa, berakhlak mulia, dan berkualitas pendidikan yang tinggi. Tingginya kualitas
pendidikan penduduknya ditandai oleh makin menurunnya tingkat pendidikan terendah
serta meningkatnya partisipasi pendidikan dan jumlah tenaga ahli serta profesional yang
dihasilkan oleh sistem pendidikan.

Kemajuan suatu bangsa juga diukur berdasarkan indikator kependudukan, ada kaitan yang
erat antara kemajuan suatu bangsa dengan laju pertumbuhan penduduk, termasuk derajat
kesehatan. Bangsa yang sudah maju ditandai dengan laju pertumbuhan penduduk yang
lebih kecil; angka harapan hidup yang lebih tinggi; dan kualitas pelayanan sosial yang lebih
baik. Secara keseluruhan kualitas sumber daya manusia yang makin baik akan tercermin
dalam produktivitas yang makin tinggi.

Ditinjau dari tingkat perkembangan ekonomi, kemajuan suatu bangsa diukur dari tingkat
kemakmurannya yang tercermin pada tingkat pendapatan dan pembagiannya. Tingginya
rata-rata pendapatan dan ratanya pembagian ekonomi suatu bangsa menjadikan bangsa
tersebut lebih makmur dan lebih maju. Negara yang maju pada umumnya adalah negara
yang sektor industri dan sektor jasanya telah berkembang. Peran sektor industri
manufaktur sebagai penggerak utama laju pertumbuhan makin meningkat, baik dalam segi
penghasilan, sumbangan dalam penciptaan pendapatan nasional maupun dalam
penyerapan tenaga kerja. Selain itu, dalam proses produksi berkembang keterpaduan
antarsektor, terutama sektor industri, sektor pertanian, dan sektor-sektor jasa; serta
pemanfaatan sumber alam yang bukan hanya ada pada pemanfaatan ruang daratan, tetapi
juga ditransformasikan kepada pemanfaatan ruang kelautan secara rasional, efisien, dan
berwawasan lingkungan, mengingat Indonesia sebagai negara kepulauan yang berciri
nusantara. Lembaga dan pranata ekonomi telah tersusun, tertata, dan berfungsi dengan
baik, sehingga mendukung perekonomian yang efisien dengan produktivitas yang tinggi.
Negara yang maju umumnya adalah negara yang perekonomiannya stabil. Gejolak yang
berasal dari dalam maupun luar negeri dapat diredam oleh ketahanan ekonominya.

Bangsa yang maju juga telah memiliki sistem dan kelembagaan politik, termasuk hukum
yang mantap. Lembaga politik dan kemasyarakatan telah berfungsi berdasarkan aturan
dasar, yaitu konstitusi yang ditetapkan oleh rakyatnya. Bangsa yang maju juga ditandai
oleh adanya peran serta rakyat secara nyata dan efektif dalam segala aspek kehidupan,
baik ekonomi, sosial, politik, maupun pertahanan dan keamanan. Dalam aspek politik,
sejarah menunjukkan adanya keterkaitan erat antara kemajuan suatu bangsa dan sistem
politik yang dianutnya. Bangsa yang maju pada umumnya menganut sistem demokrasi,
yang sesuai dengan budaya dan latar belakang sejarahnya. Bangsa yang maju adalah
bangsa yang hak-hak warganya, keamanannya, dan ketenteramannya terjamin dalam
kehidupannya. Selain unsur-unsur tersebut, bangsa yang maju juga harus didukung
dengan infrastruktur yang maju.

Pembangunan bangsa Indonesia bukan hanya sebagai bangsa yang mandiri dan maju,
melainkan juga bangsa yang berkepribadiaan dan berlandaskan gotong-royong. Sebagai
pelaksana dan penggerak pembangunan sekaligus objek pembangunan, rakyat
mempunyai hak, baik dalam merencanakan, melaksanakan, maupun menikmati hasil
pembangunan. Pembangunan haruslah dilaksanakan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat. Oleh karena itu, masalah keadilan merupakan ciri yang menonjol pula dalam
pembangunan nasional.

Semua rakyat mempunyai kesempatan yang sama dalam meningkatkan taraf kehidupan;
memperoleh lapangan pekerjaan; mendapatkan pelayanan sosial, pendidikan dan
kesehatan; mengemukakan pendapat; melaksanakan hak politik; mengamankan dan
mempertahankan negara; serta mendapatkan perlindungan dan kesamaan di depan
hukum. Dengan demikian, bangsa adil berarti tidak ada diskriminasi dalam bentuk apapun,
baik antar individu, gender, maupun wilayah. Bangsa yang sejahterah adalah bangsa yang
sudah terpenuhi seluruh kebutuhan hidupnya, sehingga dapat memberikan makna dan arti
penting bagi bangsa-bangsa lain di dunia.

Sumber: Rancangan RPJMN 2020-2024


Gambar 3.2.
Visi Pembangunan Nasional 2020-2024

Dalam kerangka pencapaian visi jangka panjang, yaitu Indonesia yang mandiri, maju,
berkepribadian dan berlandaskan gotong-royong, RPJMN 2005-2025 mengamanatkan
bahwa RPJMN ke-3 periode 2020-2024 diarahkan untuk mewujudkan masyarakat
Indonesia yang mandiri, maju, berkepribadian dan berlandaskan gotong-royong melalui
percepatan pembangunan di segala bidang dengan menekankan terbangunnya struktur
perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif diberbagai wilayah yang
didukung oleh SDM berkualitas dan berdaya saing.

Kemampuan bangsa Indonesia untuk berdaya saing tinggi adalah kunci bagi tercapainya
kemajuan dan kemakmuran bangsa. Daya saing yang tinggi akan menjadikan Indonesia
siap menghadapi tantangan-tantangan globalisasi dan mampu memanfaatkan peluang
yang ada. Untuk memperkuat daya saing bangsa, arah kebijakan umum pembangunan
nasional dalam RPJMN 2020 – 2024, adalah: (1) struktur perekonomian yang kokoh, (2)
keunggulan kompetitif wilayah, dan (3) sumberdaya manusia berkualitas. (Rancangan
teknokratis RPJMN, 2020-2024, Bappenas)

Dalam mewujudkan visi pembangunan nasional tersebut ditempuh melalui 8 (delapan) misi
pembangunan nasional 2020 – 2024, sebagai berikut:
a. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab
berdasarkan falsafah Pancasila.
Adalah memperkuat jati diri dan karakter bangsa melalui pendidikan yang bertujuan
membentuk manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mematuhi aturan
hukum, memelihara kerukunan internal dan antarumat beragama, melaksanakan
interaksi antarbudaya, mengembangkan modal sosial, menerapkan nilai-nilai luhur
budaya bangsa, dan memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dalam rangka
memantapkan landasan spiritual, moral, dan etika pembangunan bangsa
b. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing
Adalah mengedepankan pembangunan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya
saing; meningkatkan penguasaan dan pemanfaatan iptek melalui penelitian,
pengembangan, dan penerapan menuju inovasi secara berkelanjutan; membangun
infrastruktur yang maju serta reformasi di bidang hukum dan aparatur negara; dan
memperkuat perekonomian domestik berbasis keunggulan setiap wilayah menuju
keunggulan kompetitif dengan membangun keterkaitan sistem produksi, distribusi, dan
pelayanan termasuk pelayanan jasa dalam negeri.
c. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum
Adalah memantapkan kelembagaan demokrasi yang lebih kokoh; memperkuat peran
masyarakat sipil; memperkuat kualitas desentralisasi dan otonomi daerah; menjamin
pengembangan media dan kebebasan media dalam mengomunikasikan kepentingan
masyarakat; dan melakukan pembenahan struktur hukum dan meningkatkan budaya
hukum dan menegakkan hukum secara adil, konsekuen, tidak diskriminatif, dan
memihak pada rakyat kecil.
d. Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu.
Adalah membangun kekuatan TNI hingga melampui kekuatan esensial minimum serta
disegani di kawasan regional dan internasional; memantapkan kemampuan dan
meningkatkan profesionalisme Polri agar mampu melindungi dan mengayomi
masyarakat; mencegah tindak kejahatan, dan menuntaskan tindak kriminalitas;
membangun kapabilitas lembaga intelijen dan kontraintelijen negara dalam penciptaan
keamanan nasional; serta meningkatkan kesiapan komponen cadangan, komponen
pendukung pertahanan dan kontribusi industri pertahanan nasional dalam sistem
pertahanan semesta.
e. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan.
Adalah meningkatkan pembangunan daerah; mengurangi kesenjangan sosial secara
menyeluruh, keberpihakan kepada masyarakat, kelompok dan wilayah/daerah yang
masih lemah; menanggulangi kemiskinan dan pengangguran secara drastis;
menyediakan akses yang sama bagi masyarakat terhadap berbagai pelayanan sosial
serta sarana dan prasarana ekonomi; serta menghilangkan diskriminasi dalam
berbagai aspek termasuk gender.
f. Mewujudkan Indonesia asri dan lestari.
Adalah memperbaiki pengelolaan pelaksanaan pembangunan yang dapat menjaga
keseimbangan antara pemanfaatan, keberlanjutan, keberadaan, dan kegunaan sumber
daya alam dan lingkungan hidup dengan tetap menjaga fungsi, daya dukung, dan
kenyamanan dalam kehidupan pada masa kini dan masa depan, melalui pemanfaatan
ruang yang serasi antara penggunaan untuk permukiman, kegiatan sosial ekonomi,
dan upaya konservasi; meningkatkan pemanfaatan ekonomi sumber daya alam dan
lingkungan yang berkesinambungan; memperbaiki pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan hidup untuk mendukung kualitas kehidupan; memberikan keindahan dan
kenyamanan kehidupan; serta meningkatkan pemeliharaan dan pemanfaatan
keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan.
g. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan
berbasiskan kepentingan nasional.
Adalah menumbuhkan wawasan bahari bagi masyarakat dan pemerintah agar
pembangunan Indonesia berorientasi kelautan; meningkatkan kapasitas sumber daya
manusia yang berwawasan kelautan melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kelautan; mengelola wilayah laut nasional untuk mempertahankan
kedaulatan dan kemakmuran; dan membangun ekonomi kelautan secara terpadu
dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber kekayaan laut secara berkelanjutan.
h. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional.
Adalah memantapkan diplomasi Indonesia dalam rangka memperjuangkan
kepentingan nasional; melanjutkan komitmen Indonesia terhadap pembentukan
identitas dan pemantapan integrasi internasional dan regional; dan mendorong kerja
sama internasional, regional dan bilateral antarmasyarakat, antarkelompok, serta
antarlembaga di berbagai bidang.

Sumber: Rancangan Teknokratis RPJMN 2020-2024

Gambar 3.3.
Delapan Misi untuk Mewujudkan Visi Pembangunan Nasional 2020-2024

B. VISI DAN MISI KEMENDIKBUD 2020 – 2024


Perumusan visi Kemendikbud 2020-2024 dibangun dengan memperhatikan pencapaian
Kemendikbud pada Pembangunan Jangka Menengah Nasional periode ketiga 2015-2019
melalui telaah dan analisis yang mendalam dan komprehensif. Pembangunan nasional di
bidang Pendidikan dan Kebudayaan diarahkan agar mampu mendorong peningkatan
kompetensi sumberdaya manusia yang unggul, berkualitas dan berdaya saing, melalui
berbagai kebijakan afirmatif. Visi Kemendikbud tahun 2020-2024 ini tidak terlepas dari
upaya mewujudkan visi Pembangunan Nasional 2005-2025. Visi Kemendikbud 2020-2024,
adalah sebagai berikut:

“ Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mendukung visi dan misi Presiden untuk
mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui
terciptanya pelajar Pancasila yang nalar kritis, kreatif, mandiri, beriman, bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, bergotong-royong, dan
berkebhinekaan global” (Kemendikbud.go.id)
Visi Kemendikbud 2020-2024 di atas dimaknai bahwa terwujudnya masyarakat Indonesia
yang mandiri, maju, berkepribadian dan berlandasakan gotong-royong adil dan makmur
melalui percepatan pembangunan di bidang pendidikan dan kebudayaan, yang diarahkan
pada terbentuknya sumberdaya manusia Indonesia sebagai insan yang berkarakter dan
sebagai sumberdaya pembangunan yang produktif.
Misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2020-2024 sebagai berikut:
1. Mewujudkan pendidikan yang relevan dan berkualitas tinggi, merata dan berkelanjutan,
didukung oleh infrastruktur dan teknologi.
2. Mewujudkan pelestarian dan pemajuan kebudayaan serta pengembangan bahasa dan
sastra.
3. Mengoptimalkan peran serta seluruh pemangku kepentingan untuk mendukung
transformasi dan reformasi pengelolaan pendidikan dan kebudayaan.

C. VISI, MISI,TUJUAN STRATEGIS DIREKTORAT KURSUS DAN PELATIHAN 2020 – 2024


Dalam rangka mewujudkan insan Indonesia yang unggul dan berkualitas, sejalan dengan
visi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2020-2024, serta sebagai unit kerja yang
mendukung Industri Dunia Usaha Dan Dunia Kerja (IDUKA), visi Direktorat Kursus dan
Pelatihan tahun 2020-2024 sebagai berikut:

“Membangun rakyat Indonesia yang menjadi pembelajar seumur hidup yang unggul, terus
berkembang, sejahtera, dan berakhlak mulia dengan menumbuhkan nilai-nilai budaya
Indonesia dan Pancasila”

“Membangun rakyat Indonesia yang menjadi pembelajar seumur hidup, yang unggul, terus
berkembang, terampil, mandiri, berkarakter, profesional, dan berdaya saing”

Seperti tercantum dalam Visi Pendidikan dan Kebudayaan di atas, pembelajar seumur
hidup yang akan dibentuk adalah insan-insan yang memiliki tujuh karakteristik utama:
(1) Unggul
Unggul di sini merujuk pada pencapaian hasil pembelajaran yang tinggi dan penguasaan
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang mumpuni. Pencapaian tersebut tergambar pada
karakter yang dimiliki setiap SDM Indonesia yaitu kreatif, tangguh, percaya diri, mandiri,
ingin berkembang, kolaboratif, pemecah masalah, berpikir kritis, dan ingin tahu. Serta
kemampuan mendapatkan pekerjaan atau memulai wirausaha.
(2) Terus berkembang
Terus berkembang bermakna dapat mengembangkan kapasitas diri sebagai pembelajar
merdeka (self-regulated learner) sepanjang hayat, sehingga tidak mengalami stagnasi
keterampilan dan pengetahuan. Rakyat Indonesia adalah sumber daya yang fleksibel dan
adaptif terhadap perubahan zaman.
(3) Terampil
Cakap dalam menyelesaikan tugas; mampu dan cekatan dalam menentukan cara produksi
baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur
permodalan operasinya untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai.
(4) Mandiri
Mandiri adalah berani berusaha secara mandiri dengan mengerahkan segala sumber daya
dan upaya meliputi kepandaian mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru,
menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur
permodalan operasinya untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai lebih tinggi.
(5) Berkarakter
Memiliki watak dan kepribadian yang jujur serta bertanggung jawab dalam menghadapi
tantangan Industri Dunia Usaha dan Dunia Kerja (IDUKA).
(6) Profesional
Sikap profesional dapat memposisikan dirinya agar mampu memahami tugas dan tanggung
jawab, hubungan dan relasi, serta fokus dan konsisten terhadap urusan pekerjaannya.
Sikap profesional menjadi hal penting di dunia kerja karena akan berdampak positif bagi
perusahaan.
(7) Berdaya saing
Berdaya saing adalah kemampuan dan kinerja untuk menjual dan memasok barang dan
atau jasa yang diberikan dalam Industri dunia usaha dan dunia kerja (IDUKA)

Untuk mencapai visi tersebut, berikut ini misi rencana selanjutnya diuraikan, sebagai
berikut:
1. Meningkatkan akses layanan kursus dan pelatihan yang merata bagi angkatan kerja
muda yang tidak bersekolah, menganggur dan berasal dari keluarga kurang mampu.
Meningkatkan kualitas dan relevansi kursus dan pelatihan dengan Industri Dunia Usaha
dan Dunia Kerja (IDUKA) untuk mendukung produktivitas dan daya saing lulusan yang
unggul.
2. Meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan kursus dan pelatihan yang
kreatif dan berkarakter.
3. Meningkatkan kualitas dan kapasitas kelembagaan kursus dan pelatihan melalui
pemenuhan sarana dan prasarana pembelajaran sesuai dengan kebutuhan IDUKA.
4. Meningkatkan kerja sama, kemitraan dan partisipasi publik dalam pengelolaan kursus
dan pelatihan dengan IDUKA.
5. Memperkuat tata kelola pembangunan dan pembinaan kursus dan pelatihan dengan
IDUKA.
Agar visi dan misi Pendidikan Kursus dan Pelatihan dapat terwujud, perlu dirumuskan
tujuan dan sasaran-sasaran strategis tahun 2020-2024 yang jelas dan terukur, untuk
menggambarkan ukuran-ukuran pelaksanaan misi demi tercapainya visi. Perumusan tujuan
dan sasaran strategis Pendidikan Kursus dan Pelatihan 2020-2024, disusun berdasarkan
jenis layangan pada Direktorat Kursus dan Pelatihan serta sistem tata kelola yang
diperlukan untuk menghasilkan layanan kursus dan pelatihan yang bermutu, dalam rangka
mewujudkan lulusan yang terus berkembang cerdas, terampil, mandiri, berkarakter,
profesional dan berdaya saing.
Tujuan strategis Pendidikan Kursus dan Pelatihan 2020-2024 adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan akses pendidikan kursus dan pelatihan yang berorientasi pada
pendidikan kecakapan kerja dan pendidikan kecakapan wirausaha
2. Meningkatkan kualitas dan relevansi kursus dan pelatihan melalui program kerja sama
dengan dunia usaha/dunia industri (IDUKA)
3. Meningkatkan kualitas dan relevansi pembelajaran kursus dan pelatihan melalui
pengembangan berbagai standar-standar pembelajaran, antara lain: KKNI, SKL
berbasis KKNI, Kurikulum, sarana-prasarana pembelajaran.
4. Meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga pendidikan kursus dan pelatihan yang
akuntable dan profesional
5. Meningkatkan kompetensi peserta didik kursus dan pelatihan yang tersertifikasi
6. Meningkatkan mutu lembaga kursus dan pelatihan yang menerapkan manajemen
kelembagaan yang mengarah kepada akreditasi nasional maupun standar manajemen
tersertifikasi
7. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana-prasarana pembelajaran kursus dan
pelatihan yang sesuai dengan jenis kebutuhan keterampilan yang dibutuhkan dunia
usaha/dunia industri (IDUKA)
8. Meningkatkan jenis, jumlah kerja sama dan kemitraan dengan industri dunia
usaha/dunia kerja (IDUKA) serta dengan berbagai organisasi profesi dan
kementerian/lembaga terkait
9. Meningkatnya tata kelola pembangunan dan pendidikan kursus dan pelatihan yang
transparan dan akuntabel dalam rangka branding baik di tingkat nasionan, regional
maupun internasional.

D. SASARAN STRATEGIS DIREKTORAT KURSUS DAN PELATIHAN 2020 – 2024


Sasaran strategis merupakan hasil yang akan dicapai secara nyata oleh suatu organisasi
dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur, dan dalam kurun waktu yang lebih pendek dari
tujuan. Di dalam sasaran dirancang pula indikator sasaran, yaitu ukuran tingkat
keberhasilan pencapaian sasaran untuk diwujudkan pada tahun bersangkutan. Setiap
indikator sasaran strategis disertai dengan rencana tingkat capaiannya (targetnya) masing-
masing. Sasaran strategis diupayakan untuk dapat dicapai dalam kurun waktu tertentu
secara berkesinambungan sejalan dengan tujuan yang ditetapkan dalam rencana strategis.

Sasaran strategis merupakan penjabaran dari tujuan yang menggambarkan sesuatu yang
akan dicapai melalui serangkaian kebijakan, program, dan kegiatan prioritas agar
penggunaan sumber daya dapat efisien dan efektif dalam upaya pencapaian visi dan misi
organisasi. Sasaran strategis merupakan kondisi yang akan dicapai secara nyata oleh
Kemendikbud bidang layanan pendidikan kursus dan pelatihan. Sasaran strategis ini
mencerminkan pengaruh yang ditimbulkan oleh adanya hasil (outcome) dari satu atau
beberapa program Kemendikbud bidang layanan pendidikan kursus dan pelatihan.
Program di Kemendikbud bidang layanan pendidikan kursus dan pelatihan terdiri dari
program teknis sesuai fungsi dan tugas yang diemban oleh Kemendikbud bidang layanan
pendidikan kursus dan pelatihan dan program administrasi.

Sasaran strategis di Kemendikbud bidang layanan pendidikan kursus dan pelatihan


dibangun dengan memperhatikan pencapaian Kemendikbud pada bidang layanan
pendidikan kursus dan pelatihan dalam Pembangunan Jangka Menengah Nasional periode
ketiga 2015-2019, melalui telaah dan analisis yang mendalam dan komprehensif. Dengan
mengacu kepada Kerangka Pemikiran RPJMN Pembangunan Layanan Kursus dan
Pelatihan 2020-2024, sasaran strategis Kemendikbud pada bidang layanan pendidikan
kursus dan pelatihan, sebagai berikut:
a. Terselenggaranya jumlah masyarakat usia produktif memperoleh layanan pendidikan
kecakapan Kerja sebanyak 80.000 orang.
b. Terselenggaranya jumlah masyarakat usia produktif memperoleh layanan pendidikan
kecakapan wirausaha sebanyak 75.000 orang.
c. Terselenggaranya jumlah warga masyarakat mengikuti uji kompetensi sebanyak
350.000 orang
d. Terselenggaranya Jumlah komulatif LSK dan TUK yang sesuai standar sebanyak 1.500
lembaga.
e. Terselenggaranya jumlah komulatif penguji yang memiliki kompetensi melalui
pembelajaran daring sebanyak 3.800 orang
f. Terselenggaranya jumlah lembaga yang memperoleh dukungan sarana prasarana
sebanyak 300 lembaga.
g. Terselenggaranya jumlah LKP yang memperoleh peningkatan kapasitas kelembagaan
sebanyak 100 lembaga.
h. Terselenggaranya jumlah Lembaga mitra memperoleh pembinaan dan bantuan teknis
sebanyak 200 lembaga.
Tabel 3.2.
Program dan Sasaran Strategis Dirjen Pendidikan Vokasi Tahun 2020-2024
No. Program Sasaran Strategis 2020-2024
1. Program pemanfaatan sistem Nilai Kinerja atas pelaksanaan RKAKL
pengelolaan dan pembinaan mencapai 95 %
Aparatur Sipil Negara (ASN) Kesesuaian program antara Renstra dan
RPJMN mencapai 95 %
Nilai Indeks Reformasi Birokrasi mencapai 95
2. Program pemanfaatan sistem Predikat opini laporan keuangan dan BMN
pembinaan dan pengelolaan berhasil dipertahankan WTP
keuangan yang akuntabel
Skor SAKIP
3. Program Penyediaan Layanan Terselenggaranya jumlah masyarakat anak
Kursus dan Pelatihan usia sekolah tidak sekolah (ATS) produktif
memperoleh layanan pendidikan kecakapan
Kerja sebanyak 80.000 orang
Terselenggaranya jumlah masyarakat anak
usia sekolah tidak sekolah (ATS 15 – 30
tahun) produktif memperoleh layanan
pendidikan kecakapan wirausaha sebanyak
75.000 orang
Terselenggaranya jumlah masyarakat usia
produktif memperoleh layanan pelatihan
vokasi sebanyak 30.000 orang
Terselenggaranya jumlah warga masyarakat
mengikuti uji kompetensi sebanyak 130.000
(PKK dan Peserta Regular) 50.000 orang
Terselenggaranya Jumlah komulatif LSK dan
TUK yang sesuai standar sebanyak 1.500
?lembaga
Terselenggaranya jumlah komulatif penguji
yang memiliki kompetensi melalui
pembelajaran daring sebanyak 3.800 orang
Terselenggaranya jumlah lembaga yang
memperoleh dukungan sarana prasarana
sebanyak 300 lembaga.
Terselenggaranya jumlah LKP yang
memperoleh peningkatan kapasitas
kelembagaan sebanyak 100 lembaga
Terselenggaranya jumlah Lembaga mitra
memperoleh pembinaan dan bantuan teknis
sebanyak 200 lembaga

E. TATA NILAI
Pelaksanaan misi dan pencapaian visi memerlukan penerapan tata nilai yang sesuai dan
mendukungnya. Tata nilai merupakan dasar sekaligus arah bagi sikap dan perilaku
seluruh pegawai dalam menjalankan tugas. Tata nilai yang di utamakan pada Renstra
Direktorat Pendidikan Kursus dan Pelatihan 2020 - 2024 ini adalah sebagai berikut:
1. Gotong Royang
Bekerja dan bersama-sama untuk mencapai suatu hasil dan tujuan program Direktorat
Kursus dan Pelatihan.
2. Kolaborasi
Proses bekerja sama dengan organisasi mitra kursus untuk mencapai hasil dan tujuan
program Direktorat Kursus dan Pelatihan.
3. Memiliki Integritas
Sesuai dengan nilai integritas, pegawai Kemendikbud diharapkan konsisten dan teguh
dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan, terutama dalam hal kejujuran
dan kebenaran dalam tindakan, memiliki integritas, bersikap jujur, dan mampu
mengemban kepercayaan.
Adapun indikator yang mencerminkan nilai integritas adalah:
a. Konsisten dan teguh dalam menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran dalam tindakan
b. Jujur dalam segala tindakan
c. Menghindari benturan kepentingan
d. Berpikiran positif, arif, dan bijaksana dalam melaksanakan tugas dan fungsi
e. Mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku
f. Tidak melakukan tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme
g. Tidak melanggar sumpah dan janji pegawai/jabatan
h. Tidak melakukan perbuatan rekayasa atau manipulasi
i. Tidak menerima pemberian (gratifikasi) dalam bentuk apapun di luar ketentuan
4. Kreatif dan Inovatif
Memiliki pola pikir, cara pandang, dan pendekatan yang variatif terhadap setiap
permasalahan, serta mampu menghasilkan karya baru.
Hal baru tersebut dapat berupa gagasan, metode, atau alat. Indikator dari nilai kreatif
dan inovatif adalah:
a. Memiliki pola pikir, cara pandang, dan pendekatan yang variatif terhadap setiap
permasalahan, serta mampu menghasilkan karya baru
b. Selalu melakukan penyempurnaan dan perbaikan berkala dan berkelanjutan
c. Bersikap terbuka dalam menerima ide-ide baru yang konstruktif
d. Berani mengambil terobosan dan solusi dalam memecahkan masalah
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam bekerja secara efektif
dan efisien
f. Tidak merasa cepat puas dengan hasil yang dicapai
g. Tidak bersikap tertutup terhadap ide-ide pengembangan
h. Tidak monoton
5. Inisiatif
Inisiatif adalah kemampuan bertindak melebihi yang dibutuhkan atau yang dituntut dari
pekerjaan, melakukan sesuatu tanpa menunggu perintah lebih dahulu dengan tujuan
untuk memperbaiki atau meningkatkan hasil pekerjaan, dan menciptakan peluang baru
atau untuk menghindari timbulnya masalah.
Indikator dari nilai inisiatif adalah:
a. Responsif melayani kebutuhan stakeholder
b. Bersikap proaktif terhadap kebutuhan organisasi
c. Memiliki dorongan untuk mengidentifikasi masalah atau peluang dan mampu
mengambil tindakan nyata untuk menyelesaikan masalah
d. Tidak hanya mengerjakan tugas yang diminta oleh atasan
e. Tidak sekedar mencari suara terbanyak, berlindung dari kegagalan,
berargumentasi bahwa apa yang Anda lakukan telah disetujui oleh semua
anggota tim
6. Pembelajar
Berkeinginan dan berusaha untuk selalu menambah dan memperluas wawasan,
pengetahuan dan pengalaman serta mampu mengambil hikmah dan mejadikan
pelajaran atas setiap kejadian.
Indikator yang menunjukkan nilai pembelajar adalah:
a. Berkeinginan dan berusaha untuk selalu menambah dan memperluas wawasan,
pengetahuan, dan pengalaman
b. Mengambil hikmah dari setiap kesalahan dan menjadikannya pelajaran
c. Berbagi pengetahuan/pengalaman dengan rekan kerja
d. Memanfaatkan waktu dengan baik
e. Suka mempelajari hal yang baru, Rajin belajar/bertanya/berdiskusi
7. Menjunjung Meritokrasi
Memiliki pandangan yang memberi peluang kepada orang untuk maju berdasarkan
kelayakan dan kecakapannya.
Indikator yang mencerminkan nilai ini adalah:
a. Berkompetisi secara profesional
b. Memberikan kesempatan yang setara dalam mengembangkan kompetensi
pegawai
c. Memberikan penghargaan dan hukuman secara proporsional sesuai kinerja
d. Tidak sewenang-wenang
e. Tidak mementingkan diri sendiri
f. Menduduki jabatan sesuai dengan kompetensinya
g. Mendapatkan promosi bukan karena kedekatan/primordialisme
8. Terlibat Aktif
Suka berusaha mencapai tujuan bersama serta memberikan dorongan agar pihak lain
tergerak untuk menghasilkan karya terbaiknya.
Nilai terlibat aktif terlihat dari indikator:
a. Terlibat langsung dalam setiap kegiatan untuk mendukung visi dan misi
Kementerian
b. Memberikan dukungan kepada rekan kerja
c. Peduli dengan aktifitas lingkungan sekitar (tidak apatis)
d. Tidak bersifat pasif, sekedar menunggu perintah
9. Tanpa Pamrih
Tidak memiliki maksud yang tersembunyi untuk memenuhi keinginan dan memperoleh
keuntungan pribadi, memberikan dorongan dan semangat bagi pihak lain untuk suka
berusaha mencapai tujuan bersama, memberikan inspirasi, dan memberikan dorongan
agar pihak lain tergerak untuk menghasilkan karya terbaiknya.
Indikator nilai tanpa pamrih adalah:
a. Penuh komitmen dalam melaksanakan pekerjaan
b. Rela membantu pekerjaan rekan kerja lainnya
c. Menunjukkan perilaku 4S (senyum, sapa, sopan, dan santun)
d. Tidak melakukan pekerjaan dengan terpaksa
e. Tidak berburuk sangka kepada rekan kerja
BAB IV
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

A. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL 2020 – 2024


Tahapan pembangunan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)
2005-2025 akan memasuki tahap keempat (2020-2024) dengan tema memantapkan
pembangunan secara menyeluruh dengan tema Mewujudkan masyarakat Indonesia yang
mandiri, maju, adil dan makmur melalui percepatan pembangunan di segala bidang dengan
struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif.
RPJPN 2005-2025 tersebut secara umum telah menyampaikan arah pembangunan jangka
panjang yang terkait dengan pembangunan sumber daya manusia adalah peningkatan
kualitas SDM, yang dilakukan melalui peningkatan akses, pemerataan, relevansi, dan mutu
pelayanan sosial dasar, termasuk pendidikan dan kesehatan, peningkatan kualitas dan daya
saing tenaga kerja, dan peningkatan kualitas kehidupan dan kerukunan kehidupan umat
beragama, seiring dengan upaya pengendalian jumlah dan laju pertumbuhan penduduk,
serta penataan persebaran dan mobilitas penduduk, yang mengikuti pembangunan wilayah
dan sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan, untuk mencapai
terwujudnya manusia Indonesia yang sehat, cerdas, produktif, dan berakhlak mulia.
Secara khusus, arah pembangunan jangka panjang bidang SDM adalah peningkatan kualitas
SDM melalui peningkatan akses dan pemerataan, kualitas dan relevansi, serta manajemen
pelayanan sosial/dasar, yang mencakup kesehatan, gizi, pendidikan, keluarga berencana
dan kesejahteraan sosial; peningkatan kualitas tenaga kerja; peningkatan kualitas
kehidupan dan kerukunan hidup intern dan antar umat beragama; dan perlindungan sosial,
mencakup:
1. Peningkatan akses dan pemerataan pelayanan pendidikan yang bermutu dan
terjangkau dengan memperhatikan penduduk miskin, melalui peningkatan pelayanan
pendidikan prasekolah dalam rangka meningkatkan tumbuh kembang anak dan
meningkatkan kesiapan anak untuk mengikuti pendidikan persekolahan; pelaksanaan
program Wajib Belajar Pendidikan 12 Tahun sebagai kelanjutan Wajib Belajar
Pendidikan Dasar 9 Tahun, dan peningkatan pelayanan pendidikan pada jenjang yang
lebih tinggi, serta pemenuhan kebutuhan belajar dan perbaikan tingkat keniraksaraan
orang dewasa, melalui penyediaan pelayanan yang merata dan berkeadilan terhadap
pendidikan berkelanjutan, yang didukung oleh penyediaan informasi pendidikan yang
akurat dan tepat waktu, serta pemantapan kesadaran masyarakat mengenai
pentingnya pendidikan untuk semua dan sepanjang hayat.
2. Peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan dan pelatihan yang mampu merespon
globalisasi dan kebutuhan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan daya
saing bangsa, melalui pengembangan kurikulum pendidikan yang dapat melayani
keberagaman peserta didik, jenis, dan jalur pendidikan, serta kebutuhan pasar kerja
dan pembangunan wilayah; peningkatan kualitas dan profesionalisme pendidik dan
tenaga kependidikan lainnya; penyediaan sarana pendidikan yang bermutu;
peningkatan penelitian dan penyebarluasan hasil penelitian, serta pelaksanaan
pengabdian pada masyarakat.
3. Pengembangan minat dan gemar membaca guna membangun masyarakat pembelajar
dan kritis (learning and critical society), demi terwujudnya bangsa yang cerdas dan
maju.
4. Peningkatan kualitas tenaga kerja, melalui perubahan orientasi pengelolaan pelatihan
dan pemberian dukungan bagi program-program pelatihan yang strategis, untuk
mencapai efektivitas dan efisiensi tenaga kerja sebagai bagian dari investasi SDM, dan
memenuhi struktur kebutuhan tenaga kerja yang diharapkan oleh industri.
Sehubungan denga komitmen nasional di bidang pembangunan pendidikan maka arah
pembangunan pendidikan harus mengacu pada PJPN seperti pada Gambar 1.1.

Arah Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025


(UU No. 17/2007 tentang RPJPN 2005-2025)
terkait bidang Pendidikan dan Kebudayaan

1. Mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia, bermoral, beretika,


berbudaya, dan berdaya saing.
2. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing
RPJMN 2005 – 2025

3. Mewujudka Indonesia yang demokratis berlandaskan hukum


UU RI No. 17/2005

4. Mewujudkan Indonesia yang aman, daman dan bersatu


5. Mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan
6. Mewujudkan Indonesia yang asri dan lestari
7. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju,
kuat dan berbasiskan kepentingan nasional
8. Mewujudkan Indonesia yang berperan aktif dalam pergaulan
Internasional

Gambar 4.1.
RPJPN terkait Bidang Pendidikan dan Kebudayaan
Rencana Pembangunan jangka panjang tersebut memberikan arah terhadap memberikan
arahan agar pemerintah dan institusi pendidikan dapat memberikan kesempatan yang lebih
luas, terbuka, merata dan bermutu bagi seluruh lapisan masyarakat untuk belajar dan
memberdayakan diri melalui layanan pendidikan.

B. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI KEMENDIKBUD 2020-2024


Dalam RPJMN 2020-2024, arah kebijakan pembangunan bidang pendidikan dan
kebudayaan dipertajam sesuai dengan kondisi dan permasalahan terkini serta kebutuhan
agenda pembangunan global. Adapun arah kebijakan umum bidang bidang pendidikan dan
kebudayaan adalah sebagai berikut:
a. Arah kebijakan yang mendorong pemerataan Akses Pendidikan
Pemerataan akses pendidikan telah mendapat perhatian sejak lama terutama di
negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Pemerataan akses pendidikan
diarahkan pada upaya memperluas daya tampung satuan pendidikan serta
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi semua peserta didik dari berbagai
golongan masyarakat yang berbeda baik secara sosial, ekonomi, gender, lokasi
tempat tinggal dan tingkat kemampuan intelektual serta fisik di seluruh warga Negara
untuk memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan dapat meningkatkan sumber
daya manusia untuk meningkatkan pembangunan. Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan terus mempercepat terwujudnya pendidikan yang merata dan berkualitas
seluruh penduduk Indonesia. Peningkatan akses masyarakat pada layanan pendidikan
menjadi salah satu kunci mengurangi kesenjangan di masyarakat, khususnya untuk
mendorong peningkatan partisipasi sekolah disemua jenjang pendidikan.

Adapun arah kebijakan untuk mendorong pemerataan akses pendidikan periode 2020-
2024, adalah:
1. Meningkatan Akses PAUD.
2. Meningkatan Layanan PAUD Satu Tahun Pra SD.
3. Melaksanakan Program Afirmasi.
b. Arah kebijakan untuk mendorong peningkatan dan Pemerataan Kualitas Layanan
Pendidikan;
1. Pemerataan dan Peningkatan Kompetensi Guru
2. Penerapan Sistem Zonasi Pendidikan
3. Pemanfaatan TIK
4. Penguatan Penjaminan Mutu
5. Penguatan Instructional leadership
6. Peningkatan Kemampuan Literasi dan Numerasi
c. Arah kebijakan untuk mendorong Revitalisasi Pendidikan Vokasi;
1. Optimalisasi perencanaan layanan pendidikan vokasi berdasarkan kebutuhan
lapangan kerja
2. Meningkatkan kesiapan siswa untuk bekerja
d. Arah kebijakan yang mendorong Penguatan Budaya, Bahasa, dan Pendidikan Karakter;
1. Pemanfaatan nilai-nilai tradisi, budaya, dan sejarah bangsa Indonesia dalam
memperkaya pendidikan karakter
2. Penguatan kebudayaan dan Bahasa dalam pendidikan
3. Pengelolaan cagar budaya
4. Penguatan diplomasi budaya
5. Optimalisasi sistem perbukuan
e. Arah kebijakan yang mendorong Penguatan tata kelola pendidikan;
1. Program Afirmasi untuk memperkuat pendidikan
2. Memperkuat implementasi program pembangunan pendidikan
3. Penguatan akuntabilitas layanan pendidikan melalui kerja sama K/L dengan
Pemerintah Daerah
4. Membantu perencanaan dan penganggaran di daerah

Sumber: Kerangka Pemikiran RPJMD Kemendikbud 2020-2024

Gambar 4.2.
Kebijakan dan Strategi Kemendikbud 2020-2024

C. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI DITSUSLAT 2020-2024


Tahapan pembangunan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)
2005-2025 saat ini memasuki tahap keempat (2020-2024) dengan tema “Mewujudkan
manusia Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur melalui percepatan pembangunan
di segala bidang dengan struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keungulan
kompetitif”.

Arah kebijakan Direktorat Kursus dan Pelatihan tahun 2020-2024 memuat langkah-langkah
yang berupa program dan kegiatan untuk memecahkan permasalahan yang penting dan
mendesak untuk segera dilaksanakan, serta memiliki dampak yang besar terhadap
pencapaian visi dan misi Kemendikbud pada tahun bersangkutan.

Arah kebijakan dan strategi ini juga memperhatikan komitmen pemerintah terhadap
pengembangan Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index-HDI), Agenda
diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community-AEC) pada
tahun 2015, konvensi internasional mengenai pendidikan, khususnya Konvensi Dakar
tentang Pendidikan untuk Semua (Education for All) termasuk agenda EFA setelah tahun
2015, Konvensi Hak Anak (Convention on the Right of Child), UN Post 2015 Development
Agenda, dan World Summit on Sustainable Development.

Arah kebijakan dan strategi yang diperlukan untuk mendorong tercapainya sasaran
strategis terkait peningkatan sistem tata kelola yang transparan dan akuntabel adalah
sebagai berikut:
1) Mewujudkan kelembagaan Direktorat Kursus dan Pelatihan yang efektif, efisien, dan
sinergis dilaksanakan malalui antara lain: (i) penyempurnaan desain kelembagaan; (ii)
penataan kelembagaan internal mencakup penataan tugas, fungsi dan kewenangan,
dan penyederhanaan struktur secara vertikal dan/atau horisontal; serta penguatan
sinergitas antar lembaga baik di pusat maupun daerah;
2) Penguatan kapasitas pengelolaan reformasi birokrasi dilaksanakan melalui: (i)
penguatan kelembagaan dan tatakelola pengelolaan reformasi birokrasi; (ii) penataan
regulasi dan kebijakan di bidang aparatur negara; (iii) perluasan dan fasilitasi
pelaksanaan RB pada instansi pemerintah daerah; dan (iv) penyempurnaan sistem
evaluasi pelaksanaan RBN;
3) Penerapan manajemen Aparatur Sipil Negara (ASN) yang transparan, kompetitif, dan
berbasis merit, dilaksanakan melalui antara lain: (i) pengendalian jumlah dan distribusi
pegawai; (ii) penerapan sistem rekrutmen dan seleksi pegawai yang transparan,
kompetitif dan berbasis merit serta teknologi informasi dan komunikasi (TIK); (iii)
penguatan sistem dan kualitas penyelenggaraan diklat; (iv) penerapan sistem promosi
secara terbuka, kompetitif dan berbasis kompetensi didukung oleh efektifnya KASN;
dan (v) penerapan sistem manajemen kinerja pegawai; dan penguatan sistem informasi
kepegawaian nasional;
4) Peningkatan kualitas pelayanan publik dengan menerapkan strategi, antara lain:
(i) Penguatan kerangka kebijakan kelembagaan pelayanan dalam rangka kemitraan
antara pemerintah dan swasta;
(ii) peningkatan pelayanan publik yang lebih terintegrasi, memastikan implementasi
kebijakan secara konsisten sebagaimana diamanatkan UU Nomor 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik; penetapan quick wins pelayanan publik Kemendikbud;
(iii) mendorong inovasi pelayanan publik, peningkatan kualitas dan standardisasi
kelembagaan pelayanan perizinan;
(iii) pemantapan penerapan SPM yang terintegrasi dalam perencanaan dan
penganggaran; serta
(iv) penguatan kapasitas pengendalian kinerja pelayanan publik, yang meliputi
pemantauan, evaluasi, penilaian, dan pengawasan, termasuk pengawasan oleh
masyarakat;
5) Membangun keterbukaan informasi publik dan komunikasi publik, yang akan ditempuh
dengan strategi: (i) pengembangan kebijakan bidang komunikasi dan informasi
termasuk keterbukaan informasi publik, pengelolaan dan penyebaran informasi publik;
(ii) fasilitasi untuk mendorong satuan kerja Kemendikbud wajib membuat laporan
kinerja, serta membuka akses informasi publik sesuai dengan UU No. 14 tahun 2008
dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan negara yang transparan, efektif, efisien
dan akuntabel, serta dapat dipertanggungjawabkan; (iii) fasilitasi dorongan bagi
pembentukan dan penguatan peran PPID dalam mengelola dan memberikan pelayanan
informasi secara berkualitas; (iv) fasilitasi untuk mendorong pemerintah daerah untuk
meningkatkan partisipasi publik dalam pembuatan kebijakan publik, program kebijakan
publik, dan proses pengambilan keputusan publik serta alasan pengambilan keputusan
terkait pembangunan pendidikan dan kebudayaan; (v) penyediaan konten informasi
publik berkualitas terkait pembangunan pendidikan dan kebudayaan untuk
meningkatkan kecerdasan dan pengembangan kepribadian bangsa dan lingkungan
sosialnya terutama di daerah terdepan, terluar, tertinggal dan rawan konflik; (vi)
penguatan media centre, media komunitas, media publik lainnya, Kelompok Informasi
Masyarakat (KIM), dan M-Pustika sebagai media penyebaran informasi publik yang
efektif; (g) kampanye publik terkait pembangunan pendidikan dan kebudayaan dalam
rangka pembangunan revolusi mental; (vii) penguatan sumber daya manusia bidang
komunikasi dan informasi; dan (viii) penguatan Government Public Relation (GPR)
untuk membangun komunikasi interaktif antara pemerintah dan masyarakat;
6) Mendorong masyarakat untuk dapat mengakses informasi publik dan
memanfaatkannya, yang akan ditempuh dengan strategi: (i) penguatan kemitraan
dengan pemerintah daerah, organisasi masyarakat sipil, swasta dan media untuk
mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya informasi publik dan berpartisipasi
dalam proses penyusunan dan pengawasan kebijakan; khususnya terkait
pembangunan pendidikan dan kebudayaan (ii) penguatan literasi media terkait
pembangunan pendidikan dan kebudayaan dalam peningkatan kesadaran, kemampuan
dan kapasitas masyarakat untuk memanfaatkan media sesuai dengan kebutuhannya;
(iii) diseminasi informasi publik terkait dengan prioritas program pembangunan nasional
pendidikan dan kebudayaan melalui berbagai media;
7) Penyempurnaan sistem manajemen dan pelaporan kinerja instansi pemerintah secara
terintegrasi, kredibel, dan dapat diakses publik yang akan ditempuh melalui strategi: (i)
penguatan kebijakan sistem pengawasan intern pemerintah; (ii) penguatan
pengawasan terhadap kinerja pembangunan nasional; dan (iii) pemantapan
implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) pada seluruh
instansi pusat dan daerah;
8) Penerapan e-government untuk mendukung bisnis proses pemerintahan dan
pembangunan yang efisien, efektif, transparan, dan terintegrasi melalui strategi, antara
lain: (i) penguatan kebijakan e-government; (ii) penguatan sistem dan infrastruktur e-
government yang terintegrasi; (iii) peningkatan kapasitas kelembagaan dan kompetensi
sumber daya manusia; (iv) penetapan quick wins penerapan e-government;
9) Penerapan open government merupakan upaya untuk mendukung terwujudnya
penyelenggaraan pemerintahan yang terbuka, partisipatif dan akuntabel dalam
penyusunan kebijakan publik, dan pengawasan terhadap penyelenggaraan negara dan
pemerintahan. Strategi pelaksanaannya ditempuh dengan cara: (i) peningkatan
kesadaran masyarakat tentang pentingnya informasi publik; (ii) penyediaan ruang
partisipasi bagi publik dalam menyusun dan mengawasi pelaksanaan kebijakan publik,
(iii) pengembangan sistem publikasi informasi proaktif dan interaktif yang dapat diakses
publik, penguatan badan publik agar terbuka dan akuntabel melalui pelaksanaan
edukasi dan advokasi bagi Komisi Informasi provinsi, kabupaten, dan kota; dan (iv)
pendampingan operasionalisasi Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID)
badan publik daerah;
10) Penguatan manajemen kinerja pembangunan dilaksanakan melalui strategi: (i)
penguatan kualitas perencanaan dan penganggaran untuk meningkatkan kualitas
belanja negara, (ii) penguatan implementasi manajemen kinerja Kemendikbud, (iii)
penguatan pengendalian kinerja pembangunan pendidikan dan kebudayaan meliputi
pemantauan, evaluasi, dan pengawasan yang efektif dan terintegrasi disertai
penguatan sistem pemberian penghargaan dan sanksi terhadap kinerja
pembangunan; serta (iv) dukungan penerapan e-government yang terintegrasi dalam
manajemen kinerja pembangunan nasional;
11) Peningkatan kualitas pelaksanaan desentralisasi dan otonomi pendidikan dan
kebudayaan bertujuan untuk makin meningkatkan efektivitas pelaksanaan
desentralisasi dan otonomi daerah dalam penyelenggaraan pendidikan dan
kebudayaan, serta pelayanan kepada masyarakat. Strategi yang ditempuh antara lain
berupa: (i) peningkatan kapasitas pemerintah daerah dalam penyelenggaraan otonomi
daerah pendidikan dan kebudayaan; (ii) peningkatan kualitas tata kelola pendidikan di
daerah; dan (iii) peningkatan kualitas regulasi Pembinaan Kursus dan pelatihan

Arah kebijakan Direktorat Kursus dan Pelatihan selanjutnya dilaksanakan melalui program
dan kegiatan tahun 2020-2024 dengan menggunakan struktur perencanaan dan anggaran
yang terbaru. Penyesuaian dan penyempurnaan dilakukan pada struktur kinerja yang
mencakup sasaran strategis (SS) dan indikator kinerja sasaran strategis (IKSS), sasaran
program (SP) dan indikator kinerja program (IKP), serta sasaran kegiatan dan indikator
kinerja kegiatan.

D. PROGRAM/KEGIATAN DITSUSLAT TAHUN 2020-2024


Dalam Pasal 325 Permendikbud Nomor 11 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan disebutkan bahwa Direktorat Kursus dan
Pelatihan mempunyai tugas mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan di bidang pendidikankursus dan pelatihan.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Kursus dan Pelatihan menyelenggarakan
fungsi:
1) penyiapan perumusan kebijakan di bidang kurikulum, peserta didik, sarana dan
prasarana, pendanaan, dan tata kelola kursus dan pelatihan;
2) koordinasi dan pelaksanaan kebijakan di bidang kurikulum, peserta didik, sarana dan
prasarana, pendanaan, dan tata kelola kursus dan pelatihan;
3) peningkatan kualitas pendidikan karakter peserta didik kursus dan pelatihan;
4) fasilitasi sarana dan prasarana serta pendanaan kursus dan pelatihan;
5) pertimbangan pemberian izin penyelenggaraan kursus dan pelatihan yang
diselenggarakan perwakilan negara asing dan programkursus dan pelatihan kerja
sama yang diselenggarakan oleh lembaga asing dengan lembaga pendidikan
Indonesia serta kerja sama di bidang kursus dan pelatihan;
6) fasilitasi pelaksanaan penjaminan mutu kursus dan pelatihan; dan
7) penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang kurikulum, peserta didik,
sarana dan prasarana, pendanaan, dan tata kelola kursus dan pelatihan.
8) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang kursus dan pelatihan
9) pelaksanaan evaluasi dan laporan di bidang kursus dan pelatihan; dan
10) pelaksanaan administrasi Direktorat

Program Direktorat Kursus dan Pelatihan dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu Program
Teknis dan Program Generik. Program Teknis merupakan program-program yang
menghasilkan pelayanan kepada kelompok sasaran / masyarakat (pelayanan eksternal),
sedang Program Generik merupakan program-program yang digunakan oleh beberapa
organisasi Eselon II yang bersifat internal untuk mendukung pelayanan aparatur dan/atau
administrasi pemerintahan (pelayanan internal).
Program pada Direktorat Kursus dan Pelatihan Tahun 2020-2024 terdiri atas tiga Program
Generik dan enam program teknis dengan rincian sebagai berikut:
1) Meningkatnya pemanfaatan sistem pembinaan dan pengelolaan keuangan yang
akuntabel di Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan, meliputi;
a. Opini BPK terhadap Laporan Keuangan (LK);
b. Skor SAKIP;
2) Meningkatnya pemanfaatan sistem pengelolaan dan pembinaan Aparatur Sipil Negara
(ASN), meliputi kegiatan;
a. Kesesuaian program antara Renstra dan RPJMN;
b. Nilai Kinerja atas pelaksanaan RKAKL
c. Nilai Indeks Reformasi Birokrasi
3) Program Penyediaan layanan Kursus dan Pelatihan;
Terselenggaranya kegiatan program kecakapan kerja, kecakapan wirausah dan
pelatihan vokasi bagi masyarakat, mencakup:
1) Kegiatan layanan pendidikan kecakapan Kerja bagi masyarakat usia produktif
memperoleh.
2) Kegiatan layanan pendidikan kecakapan wirausaha bagi masyarakat usia
produktif.
3) Kegiatan bantuan magang bagi masyarakat usia produktif.
4) Kegiatan layanan pelatihan vokasi bagi masyarakat usia produktif.
5) Kegiatan uji kompetensi bagi warga masyarakat.
6) Kegiatan standarisasi LSK dan TUK.
7) Kegiatan peningkatan kompetensi bagi penguji melalui pembelajaran daring.
8) Kegiatan dukungan sarana prasarana bagi lembaga.
9) Kegiatan peningkatan kapasitas kelembagaan bagi LKP.
10) Kegiatan pembinaan dan bantuan teknis bagi lembaga mitra.

E. KERANGKA KELEMBAGAAN DITSUSLAT TAHUN 2020-2024


Berdasarkan analisis terhadap Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Direktorat Kursus dan
Pelatihan 2020-2024 yang menunjukkan aktivitas organisasi Direktorat Kursus dan
Pelatihan hampir sama dengan Renstra Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan 2015-
2019, sehingga kerangka kelembagaan untuk Renstra Direktorat Pembinaan Kursus dan
Pelatihan 2020-2024 kurang lebih hampir sama dengan struktur organisasi yang ada pada
saat ini baik pada level unit eselon I, unit eselon II, unit eselon III, dan unit eselon IV,
sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4.3. berikut ini:
Tabel 4.3.
Perangkat Organisasi yang diperlukan Untuk Pencapaian Target
Renstra Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan 2020-2024
UNIT KERJA UNIT KERJA
UNIT KERJA UNIT KERJA
ESELON I ESELON II
DIREKTORAT Direktorat Pokja Bidang Program Bidang Program
JENDERAL Pendidikan dan Evaluasi BIdang Evaluasi
PENDIDIKAN Kursus dan Pokja Bidang Bidang Pembelajaran
VOKASI Pelatihan Pembelajaran dan Bidang Penilaian
Penilaian
Pokja Bidang Sarana Bidang Sarana
dan Prasarana Bidang Prasarana
Pokja Bidang Bidang Kelembagaan
Kelembagaan dan
Peserta Didik Bidang Peserta Didik
Subbagian Tata Usaha -
BAB V
TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

A. TARGET KINERJA KEMENDIKBUD 2020 - 2024


Target kinerja menunjukkan tingkat sasaran kinerja spesifik, yang akan dicapai oleh K/L,
program dan kegiatan dalam periode waktu tertentu. Target harus menggambarkan angka
kuantitatif dan satuan yang akan dicapai dari setiap indikator sasaran. Penetapan target
juga harus relevan dengan indikator kinerjanya, logis dan berdasarkan baseline data yang
jelas.

Output atau keluaran kegiatan pada hakekatnya merupakan wujud dari pelaksanaan
suatu program, sehingga keluaran keluaran dari kegiatan tersebut seharusnya
berkontribusi secara langsung terhadap pencapaian sasaran dan outcome program.
Keterkaitan output dan outcome program diperlukan dalam penerapan Penganggaran
Berbasis Kinerja (PBK), sistem perencanaan dan pengganggaran maupun dalam evaluasi
kinerja program berlandaskan sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP).

Perencanaan dan penganggaran berbasis kinerja merupakan metode penganggaran bagi


manajemen untuk mengaitkan setiap pendanaan yang dituangkan dalam kegiatan-
kegiatan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan, termasuk efisiensi dalam
pencapaian hasil dari keluaran tersebut. Keluaran dan hasil tersebut dituangkan dalam
target kinerja pada setiap unit kerja yang disertai dengan alokasi pendanaannya. Alokasi
anggaran yang disusun dalam dokumen rencana kerja dan anggaran dimaksudkan untuk
memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dengan menggunakan sumber daya yang
terbatas. Dalam hal ini, program dan kegiatan harus diarahkan untuk mencapai hasil dan
keluaran yang telah ditetapkan dalam rencana.

Program dan kegiatan beserta indikator kinerjanya diharapkan sepenuhnya dapat


digunakan sebagai alat ukur efektifitas pencapaian sasaran satrategis pembangunan,
efisiensi belanja, dan akuntabilitas kinerja. Dalam konteks ini pendefinisian tingkat kinerja
program (outcome) lebih tinggi dari kinerja kegiatan dan program berada dalam tataran
hasil (outcome) dan tidak pada tataran dampak (impact), sehingga dapat dijelaskan oleh
pencapaian kinerja kegiatan-kegiatannya (output). Dengan demikian kinerja outcome
program dapat terkait secara langsung dengan efektivitas capaian kinerja output maupun
dalam efisiensi anggaran belanja kegiatan atau output.
Ditbinsuslat memiliki Dua Program Generik dan Satu Program Teknis. Adapun Program
Generik yang dimaksud adalah:
(1) Program peningkatan pemanfaatan sistem pembinaan dan pengelolaan keuangan
yang akuntabel di Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan, dan
(2) Program Peningkatan pemanfaatan sistem pengelolaan dan pembinaan Aparatur
Sipil Negara (ASN);

Sedangkan Program Teknis, yaitu:


Program Penyediaan layanan Kursus dan Pelatihan;
Kerangka kegiatan Program Generik, meliputi; Pertama, kerangka kegiatan Program
peningkatan pemanfaatan sistem pembinaan dan pengelolaan keuangan yang akuntabel
di Direktorat Pendidikan Kursus dan Pelatihan, yaitu: (1) Opini BPK terhadap Laporan
Keuangan (LK); (2) Skor SAKIP. Kedua, kerangka kegiatan Program Peningkatan
pemanfaatan sistem pengelolaan dan pembinaan Aparatur Sipil Negara (ASN), meliputi :
(1) Kesesuaian program antara Renstra dan RPJMN di Direktorat Pendidikan Kursus dan
Pelatihan; (2) Nilai Kinerja atas pelaksanaan RKAKL, dan (3) Nilai Indeks Reformasi
Birokrasi.

Kerangka kegiatan Program Teknis, meliputi; Program Penyediaan layanan Kursus dan
Pelatihan, yaitu: (1) Kegiatan layanan pendidikan kecakapan Kerja bagi masyarakat usia ,
(2) Kegiatan layanan pendidikan kecakapan wirausaha bagi masyarakat usia 15 - 30
tahun (4) Kegiatan layanan pelatihan vokasi bagi masyarakat usia produktif, (5) Kegiatan
uji kompetensi bagi warga masyarakat, (6) Kegiatan standarisasi LSK dan TUK, (7)
Kegiatan peningkatan kompetensi bagi penguji melalui pembelajaran daring, (8) Kegiatan
dukungan sarana prasarana bagi Lembaga, (9) kegiatan peningkatan kapasitas
kelembagaan bagi LKP.

Keberhasilan pencapaian sasaran Direktorat Kursus dan Pelatihan merupakan cerminan


ketercapaian tujuan, yang dapat diukur dari keteracapaian target indikator kinerja
Direktorat. Penyusunan target kinerja sasaraan Direktorat ditetapkan berdasarkan tugas
dan fungsi Direkorat kursus dan pelatihan dengan acuan target kinerja RPJMN. Uraian
penjelasan dari setiap target kinerja disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 6.1.
Renstra Ditbinsuslat 2020-2024
Baseline Target Sasaran Alokasi (Rp.Milyar)
SS/IKSS/SP/IKSP/SK/IKK/Output Satuan
2019 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024 KETERANGAN

SS-2 Meningkatnya kualitas pembelajaran dan relevansi pendidikan di seluruh jenjang

Persentase lulusan pendidikan vokasi yang mendapatkan pekerjaan dalam 1 tahun


IKSS 2.7 % 47,10 48,30 49,70 51,10 52,60
setelah kelulusan
Meningkatnya jumlah lulusan pendidikan dan pelatihan vokasi yang
SP 4.1 memperoleh pekerjaan dan berwirausaha dalam satu tahun setelah
kelulusan
Terwujudnya Pelatihan Vokasi yang sesuai dengan kebutuhan dan
SP 4.4
standar industri
Persentase lulusan kursus dan pelatihan dalam satu tahun yang
IKP 4.1.6 % 53,90 55,10 56,30 57,50 58,70 59,90
memperoleh pekerjaan atau berwirausaha
Jumlah SDM Lembaga kursus dan pelatihan yang sudah dilatih oleh
IKP 4.4.1 Orang 300 400 500 600 700
industri
Meningkatnya jumlah lembaga kursus dan pelatihan yang
SK 3
berstandar industri
Jumlah instruktur lembaga kursus dan pelatihan yang
IKK 3.1 Orang 100 100 200 300 400 500
dilatih industri
Jumlah pengelola lembaga kursus dan pelatihan yang
IKK 3.2 Orang 200 200 200 200 200 200
dilatih industri
Jumlah lembaga kursus dan pelatihan yang memperoleh
IKK 3.3 Lembaga 100 100 100 100 100 100
fasilitas berstandar industri
Anak Usia Sekolah tidak Sekolah memperoleh
4278.001 Orang 80.000 50.000 50.000 60.000 72.000 86.400 ###### ###### ###### ###### ######
Pendidikan Kecakapan Kerja
Anak Usia Sekolah tidak Sekolah memperoleh
4278.002 Orang 72.000 16.676 16.676 20.011 24.013 28.816 ###### ###### ###### ###### ######
Pendidikan Kecakapan Wirausaha
Instruktur/Pengelola Kursus dan pelatihan
4278.005 mendapatkan penguatan kapasitas teknologi Orang 100 200 240 288 346 5.079 9.750 11.700 14.040 16.848
dan inovasi terbaru dari organisasi mitra
Peserta didik/Penguji/Pengelola Uji Kompetensi
4278.003 Orang 15.000 10.000 10.000 12.000 14.400 17.280 11.498 12.090 14.508 17.410 20.892
memperoleh peningkatan kompetensi
4278.004 Lembaga Kursus dan Pelatihan berstandar Lembaga 2.500 200 100 120 144 173 10.839 36.228 43.474 52.169 62.603
Pemetaan Keterampilan dan Pelatihan Kerja
4278.006 Lembaga 34 100 120 144 173 8.850 3.075 3.690 4.428 5.314
yang dilakukan di Kabupaten Kota
Meningkatnya tata kelola Satuan Kerja di lingkungan
SK 4
ditjen Vokasi
IKK 4.1 Rata-rata Predikat Sakip Satker minimal BB predikat BB BB BB A A A
IKK 4.2 Jumlah Satker yang dibina menuju WBK satker 1 1 1 1 1
Rata-rata nilai Kinerja Anggaran atas Pelaksanaan RKA-K/L
IKK 4.3 nilai 93,00 93,50 94,50 95,00 95,50
Satker minimal 93

4278.951 Layanan Sarana dan Prasarana Internal Layanan 1 1 1 1 1 1

4278.970 Layanan Dukungan Manajemen Satker Layanan 1 1 1 1 1 1

4278.994 Layanan Perkantoran Layanan 1 1 1 1 1 1


Adapun nilai IKK per tahunnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 6.2.
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Ditbinsuslat Periode 2020-2024

B. KERANGKA PENDANAAN

1. Prinsip Pendanaan Pendidikan


Undang-Undang Dasar 1945 dalam Pasal 31 ayat (4) mengamanatkan Negara
memprioritaskan Anggaran Pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara serta dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. Sebagai
implementasi dari amanat UUD tersebut, UU Sisdiknas menetapkan bahwa
pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan masyarakat termasuk dana Pendidikan Vokasi. Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan masyarakat mengerahkan sumber daya yang ada sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengelolaan dana berdasarkan
pada prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik. Sumber
pendanaan Pendidikan Vokasi ditentukan berdasarkan prinsip keadilan, kecukupan,
dan keberlanjutan.
Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan
mengatur pembagian tanggung jawab pendanaan pendidikan untuk jenjang
pendidikan dasar, menengah dan tinggi antara pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat termasuk satuan pendidikan.
Selain oleh penyelenggara dan satuan pendidikan, pendanaan pendidikan juga
menjadi tanggung jawab peserta didik, orang tua dan/atau wali peserta didik.
Tanggung jawab tersebut adalah: (a) biaya setiap peserta didik; (b) pendanaan biaya
investasi selain lahan untuk satuan pendidikan bukan pelaksana program wajib
belajar, yang diperlukan untuk menutupi kekurangan pendanaan yang disediakan oleh
penyelenggara dan/atau satuan pendidikan; (c) pendanaan biaya personalia pada
satuan pendidikan yang diperlukan untuk menutupi kekurangan pendanaan yang
disediakan oleh penyelenggara dan/atau satuan pendidikan; (d) pendanaan biaya
nonpersonalia pada satuan pendidikan bukan pelaksana program wajib belajar untuk
pendidikan pendidikan anak usia dini dan pendidikan masyarakat, yang diperlukan
untuk menutupi kekurangan pendanaan yang disediakan oleh penyelenggara dan/atau
satuan pendidikan.
Pendanaan Kursus dan pelatihan dapat diperoleh juga dari masyarakat di luar
penyelenggara dan satuan pendidikan yang didirikan masyarakat serta peserta didik
atau orang tua/walinya dengan syarat diberikan secara sukarela, dibukukan dan
dipertanggungjawabkan secara transparan kepada pemangku kepentingan satuan
pendidikan.
Kerangka pendanaan Direktorat Kursus dan Pelatihan terdiri dari : 1) membagi
beban dan tanggung jawab pembiayaan pembinaan kursus dan pelatihan, Pemerintah
pusat, kabupaten/kota, masyarakat 2) memperbaiki Norma Stadar Prosedur dan
Kriteria (NSPK), 3) memperbaiki mekanisme dan cakupan Peggunaan dana bantuan,
4) memperbaiki petunjuk teknis pelaksanaan pemberian bantuan dan kegiatan.
Sesuai dengan fungsi dan tujuan pembinaan kursus dan pelatihan sebagaimana
dietetapkan dalam RPJMN jangka waktu 2015-2019 yaitu 1) memperluas pemihakan
kepada masyarakat miskin; 2) penguatan desentralisasi dan otonomi pendidikan; 3)
Insentif dan disinsentif bagi peningkatan akses, mutu dan tata kelola lembaga kursus
dan pelatihan. Prinsip-prinsip pengelolaan dana oleh pemerintah pusat, daerah dan
penyelenggara dan satuan pendidikan yang terdiri atas prinsip keadilan, efisiensi,
transparasi, dan akuntabilitas publik. Prinsip keadilan dilakukan dengan memberikan
akses pelayanan pendidikan yang seluas-luasnya, dan merata kepada peserta didik
dan calon peserta didik, tanpa membedakan latar belakang suku, ras, agama, jenis
kelamin, dan status sosial ekonomi. Prinsip efisiensi dilakukan dengan mengoptimalkan
akses mutu, relevansi dan daya saing layanan pendidikan. Prinsip transparansi
dilakukan dengan memenuhi azas kepatutan dan tata kelola yang baik oleh pemerintah
pusat, daerah, penyelenggara pendidikan, dan satuan pendidikan, sehingga dapat di
audit atas dasar standar audit yang berlaku. Prinsip akuntabilitas publik dilakukan
dengan memberikan pertanggungjawaban atas kegiatan yang dijalankan oleh
penyelenggara atau satuan pendidikan kepada pemangku kepentingan pendidikan
sesuai dengan perundangan yang berlaku.
2. Perkiraan Kebutuhan Anggaran
Perkiraan pendanaan Sekretariat Ditjen DIKSI dalam kurun waktu 2020–2024 mengacu
pada amanat UUD RI 1945 dan UU Sisdiknas serta melanjutkan fungsi dan tujuan
pendidikan yang ditetapkan pemerintah untuk tahun 2005–2025, yaitu: (a) memperjelas
pemihakan terhadap masyarakat miskin; (b) penguatan desentralisasi dan otonomi
pendidikan; dan (c) insentif dan disinsentif bagi peningkatan akses, mutu, dan tata
kelola pendidikan. Pemihakan terhadap masyarakat miskin dilakukan untuk
menghilangkan berbagai hambatan biaya (cost barrier) bagi peserta didik untuk dapat
mengikuti dan menamatkan pendidikan dasar pada pendidikan pendidikan anak usia
dini dan pendidikan masyarakat. Pelaksanaan ketiga fungsi pembiayaan pendidikan
tersebut bertujuan untuk mewujudkan pelayanan pendidikan sesuai standar nasional
pendidikan yang dicerminkan dalam struktur pendanaan dan anggaran serta
pembagian tanggungjawab pendanaan antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
Perkiraan kebutuhan anggara Program Pendidikan Vokasi berikut.

Sasaran Alokasi Dana ( Dalam jutaan rupiah)


Sasaran
Program Program
Kegiata 2020 2021 2022 2023 2024
kegiatan (outcome) Total
(Output
Kegiatan

Total Biaya
BAB VI
PENUTUP

Rencana Strategis Direktorat Kursus dan Pelatihan Tahun 2020-2024 merupakan panduan
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi kelembagaan untuk lima tahun ke depan. Dokumen
Rencana Strategis ini memuat visi, misi, tujuan, sasaran strategis yang dijabarkan ke dalam
kebijakan, program dan kegiatan yang sejalan dengan perkembangan penyelenggaraan
pendidikan vokasi secara nasional, regional dan internasional sebagai dampak dari kemajuan
iptek dan perdagangan global, serta dalam rangka mewujudkan Visi, Misi Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, RPJM Nasional 2020-2025, dan Visi Indonesia 2045.

Dengan demikian diharapkan berbagai kebijakan yang akan dihasilkan baik dalam bentuk surat
keputusan maupun kebijakan operasional lainnya yang meliputi peningkatan peran industri
dalam pendidikan vokasi, reformasi penyelenggaran pendidikan vokasi, peningkatan kualitas
SDM, penguatan tata kelola pendidikan dan pelatihan vokasi serta penguatan system Sertifikasi
Kompetensi dan hal-hal teknis lainnya, diharapkan dapat bermanfaat bagi para pemangku
kepentingan dan masyarakat dalam rangka membentuk sumber daya manusia yang unggul dan
berkarakter serta untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja Indonesia serta daya saing
bangsa di tingkat internasional.

Keberhasilan pelaksanaan Renstra ini sangat ditentukan oleh kesiapan kelembagaan,


ketatalaksanaan, sumber daya manusia, dan pendanaan serta komitmen seluruh pimpinan dan
kekompakan seluruh pegawai terutama di lingkungan Direktorat Kursus dan Pelatihan. Renstra
ini harus dijadikan acuan kerja bagi unit-unit kerja di lingkungan Direktorat Jendral Pendidikan
Vokasi sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing. Diharapkan semua unit kerja
dapat melaksanakannya dengan akuntabel serta berorientasi pada peningkatan kinerja secara
berkelanjutan.

Direktur Kursus dan Pelatihan


Kementrian Pendidikan Nasional dan Kebudayaan

Anda mungkin juga menyukai