Anda di halaman 1dari 48

PETA JALAN REVITALISASI SMK

PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT


2019
KATA PENGANTAR

Presiden telah mengeluarkan Inpres Nomor 9 tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK dalam rangka
Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Sumber Daya Manusia Indonesia yang menjadi arah
pembangunan pendidikan vokasi ke depan. Dalam Inpres tersebut, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan mendapat tugas untuk: (1) membuat peta jalan pengembangan SMK; (2)
menyempurnakan dan menyelaraskan kurikulum SMK dengan kompetensi sesuai dengan
kebutuhan pengguna lulusan (link and match); (3) meningkatkan jumlah dan kompetensi bagi
pendidik dan tenaga kependidikan SMK; (4) meningkatkan kerja sama dengan
kementerian/lembaga, pemerintah daerah, dan dunia usaha/industri; (5) meningkatkan akses,
sertifikasi lulusan SMK dan akreditasi SMK; dan (6) membentuk Kelompok Kerja Pengembangan
SMK.

Dokumen Peta Jalan Revitalisasi SMK ini merupakan wujud dari pelaksanaan Inpres tersebut.
Ruang lingkupnya masih terfokus pada integrasi penyelenggaraan pendidikan vokasi yang terdapat
di lingkungan Kemendikbud, yakni di SMK, lembaga kursus dan pelatihan, dan SMALB. Revitalisasi
juga menyangkut perubahan filosofi dari supply-driven ke demand-driven Pendidikan vokasi
diarahkan pada penerapan sistem ganda (dual-system), yakni belajar teori di SMK dan praktik di
industri. Karena itu desain kurikulum dan sistem pengujian juga disesuaikan dengan kompetensi
yang dibutuhkan dunia usaha dan industri dengan fokus utama pada bidang pertanian, maritim,
teknologi rekayasa, pariwisata, dan industri kreatif. Penyediaan dan peningkatan kualitas guru dan
tenaga kependidikan juga menjadi bagian dari revitalisasi. Pada bagian akhir, dokumen ini
menyajikan Peta Jalan Revitalisasi SMK di provinsi Nusa Tenggara Barat. Diharapkan dokumen ini
menjadi acuan kerja bagi unit utama terkait di lingkungan Dikbud dalam melakukan revitalisasi
SMK. sebagaimana diamanatkan dalam Inpres Nomor 9 Tahun 2016.

Mataram, Desember 2019


Gubernur Nusa Tenggara Barat

DR. H. ZULKIEFLIMANSYAH
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................................................... i


Daftar isi .......................................................................................................................... ii
Ringkasan Eksekutif ...................................................................................................................... v
BAB I ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN EKONOMI DAERAH ................................... 1
A. Potret Perkembangan Ekonomi serta Kinerja Sektor Industri Pendukungnya .... 1
B. Peluang dan Tantangan Pengembangan Industri ke depan ........................................... 6
C. Arah Pembangunan Industri Provinsi sampai 2025 ....................................................... 8
BAB II ARAH KEBIJAKAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI NTB ........................................ 9
A. Protet Dinamika Struktur Tenaga Kerja ........................................................................... 9
B. Peluang dan Tantangan.................................................................................................... 9
C. Arah Kebijakan Pembangunan Tenaga Kerja ................................................................... 10
D. Peta Kebutuhan Tenaga Kerja Provinsi NTB .................................................................... 10

BAB III ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI NTB ......................... 11


A. Arah Kebijakan Pembangunan Pendidikan Provinsi NTB ................................................. 11
B. Potret Kinerja Pendidikan Provinsi Secara Umum ........................................................... 12
C. Arah Kebijakan Pembangunan Pendidikan SMK .............................................................. 18
D. Tujuan Penyusunan Peta Jalan Revitalisasi SMK.............................................................. 19

BAB IV REVITALISASI KERJASAMA DENGAN DUDI ............................................................ 21


A. Potret Saat Ini................................................................................................................... 21
B. Sasaran, Strategi dan target ............................................................................................. 22

BAB V REVITALISASI SISTEM SERTIFIKASI ........................................................................ 24


A. Potret Saat Ini................................................................................................................... 24
B. Sasaran, Strategi dan target ............................................................................................. 25

BAB VI REVITALISASI KURIKULUM ................................................................................... 27


A. Potret Saat Ini................................................................................................................... 27
B. Sasaran, Strategi dan target ............................................................................................. 30

BAB VII REVITALISASI GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN ............................................... 31


A. Potret Saat Ini................................................................................................................... 31
B. Sasaran, Strategi dan target ............................................................................................. 32

ii
BAB VIII REVITALISASI SARANA DAN PRASARANA ............................................................. 34
A. Potret Saat Ini................................................................................................................... 34
B. Sasaran, Strategi dan target ............................................................................................. 35

BAB IX REVITALISASI TATAKELOLA KELEMBAGAAN ......................................................... 36


A. Potret Saat Ini................................................................................................................... 36
B. Sasaran, Strategi dan target ............................................................................................. 35

LAMPIRAN
-Time Line Strategi Peta Jalan Revitalisasi SMK

iii
RINGKASAN EKSEKUTIF

Indonesia diprediksi akan mendapat bonus di tahun 2020-2030. Bonus tersebut adalah
Bonus Demografi, dimana penduduk dengan umur produktif sangat besar sementara usia muda
semakin kecil dan usia lanjut belum banyak. Bonus demografi ini tentu akan membawa dampak
sosial – ekonomi. Salah satunya adalah menyebabkan angka ketergantungan penduduk, yaitu
tingkat penduduk produktif yang menanggung penduduk nonproduktif (usia tua dan anak-anak)
akan sangat rendah, diperkirakan mencapai 44 per 100 penduduk produktif. Bonus Demografi di
Indonesia dengan proporsi penduduk usia produktif sekitar 69 persen, sedangkan rasio angka
ketergantungan mencapai titik terendah. Artinya jumlah angkatan kerja sangat besar namun
menanggung beban kelompok usia anak dan lansia sangat kecil. Dengan demikian, bonus
Demografi menjadi kesempatan jika usia produktif tidak hanya potensial tapi aktual, jika adanya
ketersediaan lapangan kerja seimbang dengan pertumbuhan pencari kerja. Mereka yang memiliki
keterampilan, pengetahuan, kesehatan serta etos kerja akan mampu mengelola produktivitas
sehingga terbentuk tabungan yang dapat dimanfaatkan untuk investasi selanjutnya. Bonus
Demografi akan menjadi pilar peningkatan produktifitas suatu negara dan menjadi sumber
pertumbuhan ekonomi melalui pemanfaatan SDM yang produktif. Di Indonesia, fenomena ini
terjadi karena proses transisi demografi yang berkembang sejak beberapa tahun yang lalu, yang
dipercepat oleh keberhasilan kita dalam menurunkan tingkat fertilitas, meningkatkan kualitas di
bidang pendidikan dan kesehatan.

Bonus demografi selain menjadi berkah juga bisa menjadi bencana jika bonus ini tidak
dipersiapkan kedatangannya. Masalah yang paling nyata adalah ketersedian lapangan pekerjaan.
Yang menjadi pertanyaan adalah apakah negara kita mampu menyediakan lapangan pekerjaan
untuk menampung 70% penduduk usia kerja di tahun 2020-2030. Kalau pun lapangan pekerjaan
tersedia, mampukah sumber daya manusia yang melimpah ini bersaing di dunia kerja dan pasar
internasional? Kualitas sumber daya manusia di Indonesia masih perlu ditingkatkan karena tidak
kompetitifnya pekerja Indonesia di dunia kerja baik di dalam ataupun luar negeri. Paling banter,
pekerja Indonesia di luar negeri adalah menjadi pembantu. Untuk tingkat dalam negeri sekali pun,
pekerja indonesia masih kalah dengan pekerja asing. Hal ini ditandai dari banyaknya peluang kerja
iv
dan posisi strategis yang malah ditempati tenaga kerja asing. Usia produktif ini akan menjadi
boomerang ketika usia produktif tidak dibekali kemampuan untuk bisa bertahan hidup dan
mengembangkan diri yang pada akhirnya hanya akan menjadi beban pemerintah dalam
menyediakan lapangan kerja dan terciptanya angka pengangguran yang tinggi.

Bidang pendidikan dan kualitas sumber daya manusia sangat berpengaruh dalam
menyambut kesempatan emas bonus demografi Indonesia. Dengan meningkatnya kualitas
pendidikan dan sumber daya manusia maka bonus demografi akan memberikan kemajuan yang
cukup tinggi. Jika Indonesia tidak siap dan tidak mampu meningkatkan kualitas pendidikan dan
sumber daya manusia maka bonus demografi justru akan menjadi bencana karena kebutuhan akan
lapangan kerja untuk penduduka usia produktif sangat besar. Akan tetapi jika kita mampu
memanfaatkan bonus demografi ini maka akan mengurangi pengangguran, pertumbuhan ekonomi
jauh lebih baik, meningkatnya daya saing bangsa dan Indonesia menjadi negara maju.

Indonesia telah meluncurkan paket reformasi pendidikan menyeluruh yang dirancang untuk
memperluas akses dan meningkatkan kualitas. Komponen utama proses reformasi tersebut adalah
pelimpahan tanggung jawab pendidikan dasar kepada sekolah-sekolah dan pemerintah di daerah.
Reformasi tersebut, bersama-sama dengan peningkatan investasi negara dalam jumlah yang
belum pernah terjadi sebelumnya, menghasilkan peningkatan akses pendidikan yang signifikan
terutama bagi anak-anak yang paling miskin. Namun peningkatan yang dicapai dalam hal prestasi
belajar tidaklah menggembirakan dan anak-anak masih meninggalkan sekolah dengan tingkat
keterampilan yang belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan yang diminta oleh pasar tenaga
kerja. Sama seperti sistem pendidikan lainnya di seluruh dunia, peningkatan kualitas pendidikan
dasar dan menengah masih terus menjadi tantangan mendasar. Penguatan kapasitas pemerintah
daerah dalam mengelola sistem pendidikan di daerah secara efektif merupakan hal yang sangat
penting demi keberhasilan peningkatan kualitas pendidikan. Kemampuan pemerintah daerah
dalam menyelenggarakan pendidikan dasar dengan baik dan berkualitas ternyata sangat beragam
tingkatannya di seluruh Indonesia.
Penentuan dimensi tata kelola utama yang mendasari penyampaian layanan pendidikan
yang efektif dapat menjadi titik awal untuk mengatasi kelemahan yang ada dan meningkatkan
v
kinerja pendidikan. Pendidikan sebagai salah satu bagian penting dari pembentukan modal
manusia semakin mendapat perhatian dari peneliti dengan kajian empiris berbagai berbagai
negara dan antarnegara. Tapi penelitian untuk wilayah regional dalam suatu negara masih relatif
lebih sedikit.
Instruksi Presiden Nomor 9 tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan
ditujukan Kepada 12 Menteri Kabinet Kerja, 34 Gubernur dan Kepala Badan Nasional Sertifikasi
Profesi (BNSP). Isi instruksi :

1) Mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan masing-
masing untuk merevitalisasi SMK guna meningkatkan kualitas dan daya saing sumber daya
manusia Indonesia.
2) Menyusun peta kebutuhan tenaga kerja bagi lulusan SMK sesuai tugas, fungsi, dan
kewenangan masing-masing dengan berpedoman pada peta jalan pengembangan SMK.
Kepada Kepala Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), Presiden menginstruksikan:

1) Mempercepat sertifikasi kompetensi bagi lulusan SMK.


2) Mempercepat sertifikasi kompetensi bagi pendidik dan tenaga pendidik SMK.
3) Mempercepat pemberian lisensi bagi SMK sebagai lembaga sertifikasi profesi pihak
pertama.
Kepada para gubernur, Presiden memberikan instruksi untuk :

1) Memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk mendapatkan layanan pendidikan SMK


yang bermutu sesuai dengan potensi wilayahnya masingmasing.
2) Menyediakan pendidik, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana SMK yang memadai
dan berkualitas.
3) Melakukan penataan kelembagaan SMK yang meliputi program kejuruan yang dibuka dan
lokasi SMK.
3) Mengembangkan SMK unggulan sesuai dengan potensi wilayah masing-masing.
Kepada menteri pendidikan dan kebudayaan, Presiden memberikan enam instruksi. Keenam
instruksi tersebut adalah:

1) Membuat peta jalan SMK.


2) Menyempurnakan dan menyelaraskan kurikulum SMK dengan kompetensi sesuai
kebutuhan pengguna lulusan.
3) Meningkatkan jumlah dan kompetensi bagi pendidik dan tenaga kependidikan SMK.

vi
4) Meningkatkan kerja sama dengan kementerian/lembaga, pemerintah daerah, dan dunia
usaha/industri.
5) Meningkatkan akses sertifikasi lulusan SMK dan akreditasi SMK.
6) Membentuk kelompok kerja pengembangan SMK.

Instruksi ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing sumber daya manusia Indonesia
yang kemudian menjadi rujukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat
Pembinaan SMK untuk mengimplementasikan program revitalisasi SMK di seluruh Indonesia.
Revitalisasi SMK dilakukan secara bertahap dengan mempertimbangkan potensi wilayah, sumber
daya, dan kebutuhan riil tenaga kerja untuk mendukung perkembangan ekonomi dan
pengembangan wilayah. Revitalisasi SMK diharapkan memberikan dampak positif terhadap
peningkatan mutu SMK sekaligus memberikan pengaruh terhadap kualitas lulusan SMK yang akan
menjadi sumber daya pembangunan di Indonesia dalam menghadapi hadirnya revolusi industri
keempat (4.0) yang sekarang mulai berlangsung.

Revolusi industri 4.0 yang menghasilkan kemajuan teknologi yang bertumpu pada cyber
physical system yang akan mengubah secara radikal cara manusia berkehidupan, bekerja, dan
berkomunikasi. Inovasi yang dihasilkan untuk membuat kehidupan lebih nyaman tidak terbatas,
tetapi tantangan yang harus dipecahkan juga sangat kompleks. Pekerjaan yang semula dilakukan
manual dengan mengandalkan tenaga manusia semata sudah digantikan oleh mesin dan teknologi
informasi. Karena itu, jenis pekerjaan yang sekarang ada perlahan akan hilang pada 10 tahun ke
depan. Diperkirakan 35% keterampilan dasar akan berubah pada tahun 2020 dan hampir 2 miliar
pekerja beresiko kehilangan pekerjaan mereka. Bagi Indonesia, tantangan ini perlu diubah menjadi
peluang.

Dengan memberdayakan generasi muda yang melimpah dan kemajuan teknologi,


Indonesia perlu menyiapkan generasi inovator untuk mengolah keanekaragaman sumber daya
alam yang melimpah menjadi produk barang/jasa yang bernilai, dan menciptakan jutaan lapangan
kerja baru. Untuk itu, pembelajaran di SMK harus mengembangkan keterampilan Abad XXI agar

vii
menghasilkan lulusan yang “innovative, inventive, self-motivated and self-directed, creative
problem solvers to confront increasingly complex global problem” (Trilling and Fadel, 2010).

Dalam Undang-Undang No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah menyebutkan


bahwa Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta
masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi,
pemerataan, keadilan, dan kekhasan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Bahwa efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah perlu
ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antara Pemerintah Pusat
dengan daerah dan antar daerah, potensi dan keanekaragaman daerah, serta peluang dan
tantangan persaingan global dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara.

Peta Jalan Revitalisasi Pendidikan Vokasi untuk Pemerintah Provinsi berisi sasaran dan
tahapan strategi yang akan dilakukan oleh Pemerintah Provinsi untuk meningkatkan akses, mutu
dan relevansi pendidikan di SMK, SMALB dan lembaga kursus sehingga meningkatkan kualitas dan
daya saing sumber daya manusia di Provinsi. Rentang waktu yang digunakan adalah tahun 2017-
2025, sehingga memberi ruang bagi Pimpinan Provinsi yang baru terpilih atau akan dipilih untuk
bisa memasukkan platform gagasan pembangunan yang diusung, serta dapat melaksanakannya
hingga akhir periode kepemimpinannya. Sasaran adalah kondisi yang ingin dicapai pada setiap
bidang revitalisasi pada akhir tahun 2025. Strategi adalah serangkaian tahapan kegiatan (aktivitas)
yang akan dilakukan hingga 2025 pada untuk mencapai setiap sasaran yang ditetapkan.
Penetapan sasaran dan strategi sebaiknya bersifat realistis sesuai kemampuan dan sumber daya
yang dimiliki, sehingga dapat dicapai achievable) pada waktu yang ditentukan, dan dapat diukur
(measurable) keberhasilannya.

viii
BAB 1
ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN EKONOMI DAERAH

A. Potret Perkembangan Ekonomi serta Kinerja Sektor Industri Pendukungnya


a. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi NTB merupakan jumlah nilai
tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan dari berbagai unit produksi yang ada di
wilayah NTB. Perkembangan nilai PDRB Provinsi NTB dari tahun ke tahun terus mengalami
peningkatan, hal ini meng-indikasikan adanya pertambahan terhadap nilai barang dan jasa
yang dihasilkan di Provinsi NTB. Tabel berikut menyajikan nilai tambah yang dihasilkan oleh
masing-masing sektor dalam periode tahun 2013 – 2017.
TABEL PDRB ADHK Tahun 2010 Menurut Lapangan Usaha ProvinsiNTB (Dalam Juta Rupiah) Tahun 2013-2017
No Sektor 2013 2014 2015 2016 2017*
1 Pertanian, Kehutanan dan 16,946,742.71 17,702,366,.09 18,924,911.25 19,586,874.97 20,879,656.82
perikanan
2 Pertambngan dan 11,254,503.21 11,238,697.88 23,267,235.76 24,500,906.51 19,635,136.64
Penggalian
3 IndustriPengolahan 3,539,536.83 3,658,662.06 3,772,631.62 3,971,233.79 4,206,655.10
4 Pengadaan Listrik,Gas 47,750.58 66,684.57 67,276.04 74,846.50 78,058.29
5 Pengadaan Air 56,363.04 63,614.56 66,026.55 69,258.24 72,453.21
6 Konstruksi 6,696,963.25 7,219,308.27 7,774,389.21 8,413,858.02 9,054,621.41
PerdaganganBesardan
7 Ecerandan 9,052,663.49 9,747,295.57 10,337,333.54 11,148,450.95 12,111,622.87
ReparasiMobildanSepeda
dan Sepeda Motor
Motor
Transportasi dan
8 4,963,982.69 5,335,371.38 5,680,446.86 5,919,301.50 6,344,726.11
Pergudangan
Penyediaan Akomodasi
9 1,242,595.07 1,328,639.87 1,403,759.40 1,545,445.45 1,663,016.06
dan MakanMinum
10 Informasidan Komunikasi 1,554,874.85 1,684,952.84 1,825,487.22 1,985,875.29 2,157,765.38
11 Jasa Keuangan 2,106,190.60 2,268,865.15 2,480,270.66 2,795,931.48 3,074,943.13
12 RealEstate 2,086,022.40 2,205,657.88 2,356,412.72 2,501,998.14 2,678,341.08
13 JasaPerusahaan 122,637.33 131,542.30 139,118.53 148,844.69 157,586.61
Administrasi
14 Pemerintahan,Pertahanan 4,007,372.49 4,207,046.30 4,362,398.00 4,492,494.41 4,640,840.97
dan JaminanSosialWajib
15 JasaPendidikan 3,140,606.04 3,351,651.07 3,595,360.95 3,812,649.21 4,062,119.86
Jasa Kesehatandan
16 1,412,878.44 1,510,643.76 1,612,979.82 1,704,974.67 1,825,594.94
Kegiatan Sosial
17 JasaLainnya 1,532,031.41 1,651,964.26 1,754,482.67 1,864,804.96 2,001,854.72
PDRB 69,766,714.41 73,372,963.80 89,337,985.80 94,537,748.78 94,644,993.20
PDRB TanpaTambang 60,640,342.61 64,448,556.13 68,632,534.12 72,728,519.85 77,888,661.24
Sumber:Badan Pusat Statistik ProvinsiNTB,2017 *AngkaSementara

1
Pada tabel diatas terlihat bahwa nilai tambah terbesar berasal dari sektor primer
yaitu sector pertanian, kehutanan, perikanan dan sector pertambangan, kemudian diikuti
olehsektor tertier dan skunder. Kinerja ekonomi Provinsi NTB dilihat dari pertumbuhan
ekonomi selama periode tahun 2013-2017 mengalami fluktuasi, namun rata-rata
pertumbuhan ekonomi dalam 5 tahun terakhir untuk tambang sebesar 7,60 persen,
sedangkan untuk non tambang sebesar 6,25 persen. Berdasarkan sumber pertumbuhan
ekonomi dari sisi produksi, sector yang memiliki pertumbuhan tertinggi pada tahun 2013
dan 2014 adalah sektor pengadaan listrik, gas. Pada tahun 2015 sumber pertumbuhan
tertinggi berasal dar isector pertambangan dan pada tahun 2016 dan 2017 sumber
pertumbuhan tertinggi adalah berasal dari sector jasa keuangan. Tabel berikut menyajikan
pertumbuhan sector usaha pada periode 2013–2017 secara rinci.

b. Pertumbuhan masing-masing Sektor terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)


Provinsi NTB Tahun 2013-2017
No Sektor 2013 2014 2015 2016 2017
1 Pertanian, Kehutanandan Perikanan 3,29 4,46 6,91 3,50 6,60

2 Pertambangan danPenggalian 4,32 -0,14 107,03 5,30 -19,86


3 Industri Pengolahan 3,65 3,37 3,12 5,26 5,93
4 PengadaanListrik, Gas 10,92 39,65 0,89 11,25 4,29
5 PengadaanAir -0,88 12,87 3,79 4,89 4,61
6 Konstruksi 5,19 7,80 7,69 8,23 7,62
7 PerdaganganBesardanEceran 7,86 7,67 6,05 7,85 8,64
DanReparasi Mobil danSepeda Motor

8 Transportasi danPergudangan 5,22 7,48 6,47 4,20 7,19


9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 8,64 6,92 5,65 10,09 7,61

10 Informasi danKomunikasi 7,39 8,37 8,34 8,79 8,66


11 Jasa Keuangan 9,21 7,72 9,32 12,73 9,98
12 Real Estate 7,84 5,74 6,83 6,18 7,05
13 Jasa Perusahaan 6,92 7,26 5,76 6,99 5,87

14 Administrasi Pemerintahan, 3,03 4,98 3,69 2,98 3,30


PertahanandanJaminanSosial
Wajib
15 Jasa Pendidikan 6,03 6,72 7,27 6,04 6,54

2
16 Jasa KesehatandanKegiatan Sosial 7,57 6,92 6,77 5,70 7,07

17 Jasa Lainnya 8,04 7,83 6,21 6,29 7,35


PE Dengan Tambang 5,16 5,17 21,76 5,82 0,11
PETanpa Tambang 5,42 6,28 6,49 5,97 7,10

PadaTahun 2017, sebaran industri besar sedang di Provinsi Nusa Tenggara Barat
masih dominan berada dikabupaten/kota di Pulau Lombok, dengan jumlah industry besar
sedang lebih dari enam unit kecuali Kabupaten Lombok Utara. Sedangkan jumlah industry
besar sedang di Pulau Sumbawa mayoritas berada pada level dibawah lima unit di setiap
kabupaten/kota, kecuali Kabupaten Sumbawa dan Kota Bima.

Gambar2.1.PetaSebaranJumlahPerusahaanIndustriBesarSedang
diProvinsiNusaTenggaraBaratTahun2017

Jumlah perusahaan Industri Besar dan Sedang pada Tahun 2017 tercatat 168 unit,
atau turun 21,86 persen dibandingkan dengan tahun 2016 dengan jumlah perusahaan
sebesar 215unit. Kabupaten/kota dengan jumlah industry besar sedang terbanyak adalah
Kabupaten Lombok Timur dengan 72 unit industry atau sebesar 42,86 persen dari total
3
industry besar sedang yang ada di provinsi Nusa Tenggara Barat. Sementara itu, Kabupaten
Lombok Utara tidak memiliki industry besar sedang.
b. Penanaman Modal
Investasi dapat menjadi pendorong roda perekonomian daerah dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Penciptaan iklim usaha yang kondusif
merupakan elemen utama dalam peningkatan investasi. Minat investasi di Provinsi NTB
dalam rentang waktu 2013-2017 terjadi peningkatan yang signifikan, hal ini terlihat dari
jumlah izin dan non izin yang diterbitkan pemerintah sebanyak 13.242 izin yang didominasi
perizinan di sektor pertanian dan peternakan sebesar 87%.

c. Kelautan dan Perikanan

Sebagai daerah yang dikelilingi oleh laut, produksi perikanan NTB terus mengalami
peningkatan terutama perikanan lautnya. Produksi Ikan Laut pada tahun 2015 mencapai
170.167 ton, meningkat 17,06 persen dibanding tahun 2014. Sementara itu perikanan
darat di NTB didominasi oleh pengembangan budidaya air payau (tambak) dimana paling
banyak terdapat di Kabupaten Sumbawa.

4
Produksi Perikanan Laut provinsi NTB tahun 2011-2016

d. Pariwisata
Sektor pariwisata NTB memiliki potensi yang besar banyaknya destinasi dan keragaman
potensi wisata kelas dunia, mulai dari Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, Kawasan
Teluk Saleh, Pulau Moyo dan Tambora (Samota), Geopark Gunung Rinjani, Pantai Senggigi,
pesona gili-gili kekayaan tradisi, seni budaya, sejarah, dan industri kerajinan rakyat yang
unik dan potensial.
Pembangunan pariwisata memiliki kontribusi signifikan dalam pembangunan ekonomi
daerah, peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pendapatan daerah. Keberhasilan
Kinerja pembangunan pariwisata ini ditunjukkan dengan Peningkatan Kunjungan
Wisatawan baik mancanegara dan nusantara seperti yang terlihat pada table berikut:

Angka Kunjungan Wisatawan Dan Rata-Rata Menginap Pada Hotel Bintang


Tahun 2013-2017

5
Program Visit Lombok Sumbawa yang mengantarkan NTB pada jumlah kunjungan satu juta
wisatawan, dilanjutkan dengan program Pesona Lombok Sumbawa yang telah
mengantarkan pada angka kunjungan sebesar dua juta wisatawan dan diperkuat lagi
dengan penguatan branding Friendly Lombok dan Passionate Sumbawa telah
mengantarkan pada jumlah kunjungan mencapai 3,5 (tiga koma lima) juta wisatawan pada
akhir tahun 2017.

Jumlah restoran di Provinsi NTB sampai dengan tahun 2016 berjumlah 1.379 restoran yang
tersebar di 10 kabupaten kota. Perkembangan restoran selama kurun waktu 2012-2016
cenderung stabil. Dalam bidang restoran, perhatian antara lain dapat diarahkan pada
kualitas pelayanan, baik dari jenis makanan maupun teknik pelayanannya. Disamping itu,
dari segi kandungan gizi, kesehatan makanan dan lingkungan restoran serta penemuan
makanan-makanan baru dan tradisional baik resep, bahan maupun penyajiannya yang bisa
dikembangkan secara nasional, regional, bahkan internasional.

Pada tahun 2012 tercatat 40 hotel bintang dan 744 hotel non bintang/melati di provinsi
NTB meningkat menjadi 65 hotel bintang dan 882 hotel nonbintang pada tahun
2016.Pertumbuhan jumlah hotel diimbangi juga dengan pertumbuhan jumlah kamar hotel
yang tersedia. Pada tahun 2012 jumlah kamar hotel bintang sejumlah 2.453 kamar
meningkat hampir dua kali lipatnya menjadi 4.118 kamar tahun 2016. Sedangkan jumlah
kamar hotel non bintang pada tahun 2012 tercatat 7.939 meningkat menjadi 9.147 kamar
hotel pada tahun 2016. Pertumbuhan jumlah hotel ini akan terus berlanjut seiring dengan
pembangunan hotel-hotel baik bintang maupun non bintang di kawasan KEK Mandalika
dan sekitarnya. Seiring dengan perkembangan kawasan Mandalika tersebut, pada tahun
2019 diperkirakan akan ada penambahan jumlah kamar hotel sekitar 10.000 kamar.

B. Peluang dan Tantangan Pengembangan Industrike Depan.


1. Bidang Pariwisata ( Destinasi wisata, Restoran dan Fashion)
a. Tantangan
- Infrastruktur yang dibangun untuk mendukung pariwisata seperti,
perbaikan jalan akses, revitalisasi Obyekwisata, Sarana Prasarana
pendukung
- Faktor keamanan Obyekwisata, baik untuk pengunjung maupun keamanan
dari sarana prasaran yang menjadi pendukung kepariwisataan

6
- Pengelolaan sampah dan aspek kebersihan lainnya harus ramah lingkungan

b. Peluang
- Penciptaan 99 Desa Wisata
- Sport tourism ( Motor GP, Lomba-Lomba Tingkat nasional dan Internasional
lainnya)
2. Kemaritiman ( Perikanan Laut dan Industri garam)
a. Tantangan
- Belum memiliki Cool storage yang berkapasitas besar
- Pengolahan garam yang belum memenuhi kebutuhan industri
b. Peluang
- Dibuka pelabuhan Perikanan Nusantara di Lokasi potensial perikanan
- Pemberdayaan industri Pengolahan Hasil Perikanan

3. Agribisnis dan Agroindustri ( Pertanian, Perkebunan dan Peternakan)


a. Tantangan
- Sumber daya air (pengairan)
- Pakan ternak belum memadai karena tergantung pada kondisi alam
b. Peluang
- Rumah Kemasan
- Pertanian Lestari
- Kampung Unggas
4. Seni dan Industri Kreatif ( Even Organizer, UKMK)
a. Tantangan
- Belum ada EO yang punya kapasitas besar dan terstandar
- Kecenderungan masyarakat dan pemuda berorientasi menjadi pekerja
bukan wirausahawan
b. Peluang
- Banyaknnya event nasional dan internasional yang didakakan di NTB
- Investor yang tertarik dengan potensi alam yang dimiliki NTB

7
5. Teknlogi Rekayasa ( Industri Mesin Pengolahan, Industri Elektronik dan Industri
otomotif)
a. Tantangan
- Bantuan permesianan yang sering salah sasaran yang mengkibatkan
banyaknya mesin olahan yang mangkrak
b. Peluang
- Banyaknya hasil alam yang perlu pengolahan seperti : kopi, jagung, kelapa
dan kakau
- Perkembangan dunia elektronik dan layanan Jasa berbasis Digital
- Smelter akan dibangun di Kabupaten Sumbawa Barat, Pemerintah Kabupaten
telah mengalokasikan lahan di Wilayah Benete, kecamatan Maluk sebagai
lokasi pembangunan Smelter. Lahan tersebut termasuk kawasan pemukiman
masyarakat, pelabuhan Benete dan lahan milik Pemerintah Daerah.

C. Arah Pembangunan Industri Provinsi sampai 2025,


Beberapa hal yang menjadi arah dan fokus pembangunan Provinsi NTB kedepan ;
1. Fokus pada 4 sektor dari 5 sektor Pilot Project pembangunan Nasional yaitu
 Industri Makanan dan Minuman
 Industri Otomotif
 Industri Fashion
 Industri Elektronik
2. Mengembangkan Sains dan Tekno-Industrial Park Serta Rumah Industri Kreatif;
3. Mendorong Pengembangan Industri Olahan dan Menghadirkan Industri
Permesinan
6. Peta Pengembangan Industri Strategis (Prioritas) yang akan dibangun berdasar
Potensi Sumber Daya Lokal.

a. Industri Pertanian
- Mandiri Benih Jagung Hibrida
- Peningkatan Produksi Jagung Berkualitas
- Swasembada Pakan Unggas dan Ruminansia
- Swasembada Telur dan Daging Unggas
- Industri Olahan Hasil Perkebunan ( Essens Oil)

8
b. Industri Permesinan
- Swasembada Mesin Produksi
- Swasembada Mesin Olahan
- Swasembada Mesin Pengolahan Sampah
c. Industri Kemaritiman
- Swasembada Garam Konsumsi
- Swasembada Garam Industri
d. Industri Pariwisata
- Memperbanyak Penerbangan Domestik dan Internasional;
- Optimalisasi Manfaat Destinasi Unggulan dan Kawasan Strategis (Mandalika
dan Samota dll.
e. Industri Kreatif
- Fashion
- Seni dan Budaya Tradisional
- UKMK

9
BAB 2.
ARAH KEBIJAKAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI

A. Potret Dinamika Struktur Tenaga

1. Pada Februari 2019 penduduk usia Kerja di provinsi NTB mencapai 3,58 juta. Yang termasuk
angkatan kerja sejumlah 2.489,39, terbagi menjadi 2.408, 10 ribu orang bekerja dan 81,29
pengangguran. Kemudian 1.53,47 ribu orang yang digolongkan Pekerja penuh, sisanya
Pekerja paruh waktu dan setengah menganggur.
2. Perkembangan Tingkat Partisisfasi Angkatan kerja (TPAK) dalam 3 tahun Terakhir hasil
sensus di bulan yang sama yaitu februari berturut turut 2017 (76,62%), 2018 ( 69.83%) dan
tahun 2019 ( 69,62%).
3. Angka Pengganguran Terbuka pada 3 tahun terakhir untuk jenjang pendidikan SMK
menurun, pada pebruari tahun 2017 ( 11,12 %), Februari Tahun 2018 ( 5, 83%) dan Februari
Tahun 2019 ( 4,33 )
4. Struktur Pekerjaan Utama selam 3 tahun terakhir masih di dominasi oleh 1. sektor
Pertanian, Kehutanan dan perikanan, 2. Perdagangan besar dan 3. Industri Pengolahan.

B. Peluang dan Tantangan.


Peluang kerja secara umum dibagi menjadi 3 yaitu peluang kerja antar kerja lokal
(KL), peluang kerja antar kerja antar daerah (AKAD), peluang kerja antar kerja antar
negara (AKAN).
 Antar kerja lokal yang tersedia sampai dengan saat ini kurang lebih 5000 yang
akan ditempatkan di PT. SMS (Sukses Mantap Sejahtera) bergerak di bidang
pabrik gula (peluang dibuka mulai tahun 2019 dan baru terisi sekitar 200 orang,
itupun didatangkan tenaga kerja dari luar karena lulusan SMK NTB banyak yang
belum siap untuk bekerja di PT tersebut).
 Antar Kerja Antar Daerah (AKAD). Peluang kerja sebanyak 11 ribuan permintaan
untuk Tahun 2019. Yang baru terisi 980 orang yang ditempatkan di 11 provinsi di
luar NTB. Permasalahannya 980 orang tersebut sebagian besar adalah lulusan
SMP kebawah. Sosialisasi telah dilakukan namun peminat lulusan SMK dari NTB
masih kurang karena lulusan SMK NTB sebagian besar memiliki mind set sebagai
PNS.
 Peluang kerja antar kerja antar negara (AKAN). Secara umum banyak
permintaan untuk tenaga perkebunan di Malaysia, perawat bayi, perawat

10
jompo, dan tenaga kesehatan di rumah sakit di Arab Saudi, serta pemetik buah
anggur di Australia, tenaga kerja elektro di Singapura dan Malaysia.
Permasalahan yang terjadi diantaranya adanya keterbatasan bahasa, kurangnya
minat untuk bekerja di LN, sebagian besar peminat adalah tenaga kerja kurang
terdidik. Bahkan sekarang Jepang telah meminta tenaga sebanyak 52 ribu untuk
ditempatkan di industri-industri. Permasalahan yang terjadi adalah keterbatasan
bahasa, keterampilan dan jurusan tidak sesuai dengan permintaan.
(pemanfaatan rumah bahasa dan BLK)

C. Arah Kebijakan Pembangunan Tenaga Kerja.


1. Adanya Peluang-peluang Ketenagakerjaan di berbagai wilayah untuk
Meningkatkanangka serapan lulusan SMK agar bekerja di berbagai sektor
ekonomi,sesuai dengan kompetensi keahlian yang dimiliki. sehingga dapat
mengurangi kemiskinan secara signifikan.
2. Pemenuhan sarana dan prasarana perekonomian di daerah perdesaan, melalui
pembangunan infrastruktur dasar yang dapat menyerap tenaga kerja.
3. Melakukan perluasan akses permodalan antara lain dengan memberikan stimulus
dalam bentuk kredit ringan dengan jaminan pemerintah.
4. Pemerintah telah membentuk Balai Latihan Kerja dalam dan luar negeri untuk
bisa memberikan peluang untuk para pencari kerja lulusan SMK agar lebih siap
pakai di pasar kerja baik dalam maupun luar negeri.
5. Meningkatkan program pembinaan dan Pelatihan Ketenaga kerjaan berbasis potensi
lokal dengan konsep Bapak Angkat dan Intiplasma.
6. Program Padat Karya sesuai keterampilan masyarakat
7. Dibentuknya tempat uji kompetensi bagi calon tenaga kerja baik dalam maupun
luar negeri, bertempat di SMK, BLK dan Industri yang relevan. Sertifikat
kompetensi membuktikan bahwa calon pencari kerja lebih kompeten, sehingga
memudahkan untuk masuk ke dalam pasar kerja.

D. Peta Kebutuhan Tenaga Kerja Provinsi hingga 2025.


1. Memenuhi Kebutuhan Tenaga Kerja dalam mendukung Program KEK Mandalika,
sejumlah + 30,000
2. Dalam rangka percepatan pembangunan pedesaan, dibutuhkan tenaga kerja
yang terampil
3. Penciptaan Tenaga Kerja Mandiri berwirausaha
11
BAB 3
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI

A. Arah Kebijakan Pembangunan Pendidikan Provinsi.


Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Barat sebagai SKPD yang memiliki
tusi untuk membantu Gubernur dalam menangani masalah dibidang Pendidikan memiliki
tanggung jawab untuk mewuwujudkan Misi Ketiga RPJMD yang terkait dengan pendidikan
yaitu NTB SEHAT DAN CERDAS melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai
pondasi daya saing daerah. Namun demikian dalam pelaksanaan pembangunan dibidang
pendidikan terdapat beberapa permasalahan yaitu :
1. Mutu dan Daya Saing Luaran Pendidikan Belum Optimal
2. Rata-rata lama sekolah masih rendah
3. Masih banyak sekolah dan lembaga pendidikan yang terakreditasi C atau belum
terakreditasi
4. Pendidikan Kejuruan dengan kebutuhan Dunia Usaha Dunia Industri belum sesuai
5. Relatif rendahnya nilai evaluasi atas mutu guru yang ditunjukan nilai UKG, mutu lulusan
melalui nilai UN
6. Penyebaran tenaga pendidikan belum merata, sehingga rasio guru murid tidak merata
antar daerah
7. Cukup tingginya angka buta huruf dewasa
8. Akses Pendidikan yang belum merata
9. Fasilitasi aksesibilitas ke pendidikan tinggi dalam dan luar negeri masih rendah.

Untuk menjawab permasalahan yang ada telah ditetapkan Misi ketiga sebagaimana diuraikan
diatas dan untuk mewujudkan Misi ketiga ini telah ditentukan Strategi dan Arah kebijakan
pembangunan pendidikan yaitu :
1. PeningkatanPemerataan Pendidikan dengan arah kebijakan yaitu meningkatkan Akses
pendidikan yang berkeadilan dan terjangkau
2. Peningkatanmutu dandaya saing pendidikan dengan arah kebijakan yaitu :
a. Mewujudkan pemerataan penyebaran, ketercukupan dan peningkatan kompetensi
pendidik, tenaga kependidikan dan tenaga kebudayaan
b. Mendorong penggunaan Teknologi Informasi dalam Pendidikan

Sehat dan Cerdas melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai pondasi daya
saing daerah memiliki strategi dan arah kebijakan yaitu:
12
 Peningkatan pemerataan pendidikan melalui peningkatan akses pendidikan yang
berkeadilan dan terjangkau.
 Peningkatan akses, mutu, dan daya saing pendidikan
1) Mewujudkan pemerataan penyebaran, ketercukupan dan peningkatan kompetensi
pendidik, tenaga kependidikan dan tenaga kebudayaan
2) Mendorong penggunaan Teknologi Informasi dalam pendidikan
3) Mengirim seribu putra/putri NTB sekolah keluar negeri

B. Potret Kinerja Pendidikan Provinsi secara Umum


A. Peningkatan Akses
APK merupakan Proporsi anak sekolah pada suatu jenjang tertentu terhadap penduduk
pada kelompok usia tertentu. Sejak tahun 2007 Pendidikan Non Formal (Paket A, Paket B,
dan Paket C) turut diperhitungkan. APK yang tinggi menunjukkan tingginya tingkat
partisipasi sekolah, tanpa memperhatikan ketepatan usia sekolah pada jenjang
pendidikannya. Jika nilai APK mendekati atau lebih dari 100 persen menunjukkan bahwa
ada penduduk yang sekolah belum mencukupi umur dan atau melebihi umur yang
seharusnya. Hal ini juga dapat menunjukkan bahwa wilayah tersebut mampu menampung
penduduk usia sekolah lebih dari target yang sesungguhnya. Perkembangan
APKSD/sederajat, SMP/sederajat dan SMA/sederajat dapat dilihat pada table dibawah ini :

Tabel 2 Angka Partisipasi Kasar (APK) Provinsi NTB Tahun 2013 - 2017

Penduduk Usia
No. Tahun APK SMA/MA/SMK/Paket C 16-18 Tahun
(SMA/Sederajat)
1 2015-2016 91.25 267.108
2 2016-2017 93.89 267.146
3 2017-2018 97.99 267.651
Sumber:Badan Pusat Statistik,Tahun2018

Jumlah pendudukusia 16-18 tahun semakin meningkat dari tahun2013-2017. Apabila


melihat penduduk yang bersekolah pada jenjang SMA/sederajat pada tahun 2013
sampai 2017 jumlahnya lebih sedikit dibandingkan jumlah penduduk usia 16-18 tahun,
hal ini menunjukkan bahwa belum semua penduduk usia16-18tahun dapat melanjutkan
sekolah pada jenjangSMA/sederajat. Sementarajika melihat besaran APK jenjang
SMA/Sederajat terus meningkat dari tahun ketahun hal ini menunjukkan bahwa masih

13
banyak penduduk diluar usia 16-18 tahun yang bersekolah pada jenjang SMA/sederajat.

Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase jumlah anak pada kelompok
usia sekolah tertentu yang sedang bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai
dengan usianya terhadap jumlah seluruh anak pada kelompok usia sekolah yang
bersangkutan. Sejak tahun 2007, Pendidikan Non Formal (Paket A, Paket B, Paket C)
turut di perhitungkan. Bila APK digunakan untuk mengetahui seberapa banyak
penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan disuatu
jenjang pendidikan tertentu tanpa melihat berapa usianya, maka Angka Partisipasi
Murni (APM) mengukur proporsi anak yang bersekolah tepat waktu.

Nilai APM berkisarantara 0-100, APM menunjukkan seberapa banyak penduduk


usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan sesuai pada jenjang
pendidikannya. Bila seluruh anak usia sekolah dapat bersekolahtepat waktu, maka APM
akan mencapai 100 persen. Secara umum, APM akan selalu lebih rendah dari APK
karena APK memperhitungkan jumlah penduduk diluar usia sekolah pada jenjang
pendidikan yang bersangkutan. Dari tabel diatas terlihat untuk jenjang SMA/sederajat),
nilai APM cenderung mengalami kenaikan dari tahun 2013 sampai 2017. APM yang
mendekati 100 persen menunjukkan bahwa hamper 100 persen penduduk bersekolah
pada jenjang yang sesuai dengan usianya.

Tabel 4 Angka PArtisipasi Murni (APM) ProvinsiNusaTenggara BaratTahun 2014 - 2018

APM SMA/MA/SMK/PaketC
No. Tahun

1 2014 64.11
2 2015 64.97
3 2016 65.19
4 2017 65.67
5 2018 72.56
Sumber: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTB,2018

Angka Partisipasi Sekolah (APS) adalah proporsi dari semua anak yang masih sekolah
pada suatu kelompok umur tertentu terhadap penduduk dengan kelompok umur yang
sesuai termasuk didalamnya pendidikan nonformal dan paket A, B, dan C. APS yang
tinggi menunjukkan terbukanya peluang yang lebih besardalam mengakses pendidikan
14
secara umum. Pada kelompok umur mana peluang tersebut terjadi dapat dilihat dari
besarnya APS pada setiap kelompok umur.
Tabel 5 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Provinsi NusaTenggara Barat Tahun 2014 – 2018

Tahun 7 – 12 Tahun 13 – 15 Tahun 16 – 18 Tahun 19 – 24 Tahun


2014 99,11 97.27 75.68 26.73
2015 99.48 97.44 75.86 26.84
2016 99.42 97.40 76.24 27.79
2017 99.43 97.69 76.61 28.52
2018 99.17
Sumber : BPS – RI Susenas, 2013 - 2017

Berdasarkan table diatas diketahui bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan, APS
semakin rendah. APS jenjang pendidikan SD/sederajat dan SMP/sederajat
tahun2013-2017 menunjukkan angka mendekati 100 persen. Data ini menunjukkan
bahwa akses layanan pendidikan jenjang pendidikan SD dan SMP cukup tinggi yang
didorong oleh adanya program wajib belajar 9 tahun, pembangunan rumah singgah
dan penambahan ruang kelas baru bagi sekolah yang berada didaerah terpencil
serta adanya dana BOS untuk membantu operasional sekolah dan untuk
mendukung siswa yang kurang mampu. Sementara untuk APS usia 16-18 tahun
jenjang SMA dan usia 19-24 tahun jenjang perguruan tinggi sejak tahun 2013
sampai tahun 2017 cenderung meningkat namunmasih tergolong rendah atau
masih jauh dari 100 persen disebabkan oleh masih terbatasnya akses pendidikan
menengah dan tinggi di kabupaten, kecamatan dan daerah terpencil, belum semua
penduduk usia 16-18 tahun dapat ditampung di sekolah yang ada dan juga
disebabkan oleh keterbatasan dana. Dengan telah dipenuhinya dana BOS untuk
jenjang SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA yang bertujuan untuk mengurangi beban
biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh masyarakat, terutama masyarakat
kurang mampu, menunjukkan hasilyang menggembirakan yaitu menurunnya angka
putus sekolah dan meningkatnya angka melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi, sebagaimana gambar berikut.
Gambar. Angka Drop Out (DO) Tahun 2014/2015- 2018/2019

15
Sumber : Dinas Pendidikandan KebudayaanProvinsiNTB,2014-2019

Dari grafik diatas terlihat trend persenta sejumlah siswa putussekolah menurun
yang terjadi pada semua jenjang pendidikan. Penurunan angka putus sekolah tahun
2017/2018 pada semua jenjang pendidikan optimis dapat dicapai dengan tetap
meluncurkan Program Indonesia Pintar (PIP) bagi siswa kurang mampu, disertai
dengan dana BOS dan melakukan penanganan dini terhadap siswa yang potensial
putus sekolah. Beberapa terobosan yang dilakukan dalam rangka penurunan angka
dropout antara lain:
a. Bersama dengan pemerintah kabupaten / kota dan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan untuk meningkatkan peran serta keluarga terutama orang tuadalam
pendidikananak mereka.
b. Melaksanakan program Paket A, B dan C, serta membangun sekolah SD- SMP satu
atap untuk wilayah terpencil dan terisolir.
c. Layanan khusus bagi anak-anak yang terpaksa bekerja karena alasan ekonomi
melalui program beasiswa dan pendidikan inklusi.
d. Meningkatkan jumlah SMA terbuka secara bertahap pada semua kabupaten/kota
yang pada saat ini baru ada di Kabupaten Lombok Barat dengan sekolah induk SMA
Negeri 1 Narmada.
e. Meningkatkan APK dan APM SMA/MA/SMK/Paket C dengan terus menfasilitasi
berbagai bantuan.
f. Mengefektifkan pelaksanaan Peraturan Daerah Penyelenggaraan Pendidikan Nomor
4 Tahun 2015 yang memberikan implikasi hukum dan komitmen penganggaran
penyelenggaraan pendidikan di provinsi NTB.

B. Peningkatan Mutu dan Relevansi


Parameter untuk mengetahui perkembangan mutu pendidikan dapat dilihat dari 3
aspek utama, yaitu hasil ujian nasional (kelulusan dan nilai ujian nasional),
kualifikasi pendidikan/Ijazah guru, Angka Melanjutkan, Drop Out dan Mengulang

16
kelas, Adapun gambaran dari aspek tersebut pada tahun 2017/2018 sebagai
berikut :
Hasil Ujian Nasional
a. Kelulusan Ujian Nasional SMA
Jumlah peserta/pengikut Ujian Nasional SMA Negeri dan Swasta tahun pelajaran
2017/2018 sebanyak 32.507 siswa, yang berhasil lulus sebanyak 32.502 siswa atau
99,98%, sedangkan yang tidak lulus sebanyak 5 siswa atau 0,02%.
b. Kelulusan MA
Jumlah peserta Ujian Nasional MA Negeri dan Swasta tahun pelajaran 2017/2018
sebanyak 15.580 siswa, yang berhasil lulus sebanyak 15.571 siswa atau 99,94 %,
sedangkan yang tidak lulus sebanyak 9 siswa atau 0,06%. dengan rincian berdasar
Kabupaten/Kota sebagai berikut :
c. Kelulusan Ujian Nasional SMK
Jumlah peserta Ujian Nasional SMKtahun pelajaran 2017/2018 sebanyak 19.021 siswa,
yang berhasil lulus sebanyak 18.988 siswa atau 99,83%, sedangkan yang tidak lulus
sebanyak 33 atau 0,17% .
d. Akreditasi SMK
Jumlah SMK Yang Belum Terakreditasi
 Tahun 2016 = 48.2 %
 Tahun 2017 = 64.5 %
 Tahun 2018 = 38.5 %

e. Angka Melanjutkan (CR)


Angka melanjutkan ke SMA/SMK/MA
Lulusan SMP/MTs tahun pelajaran 2016/2017 sebesar 86.065 anak, yang
melanjutkan ke SMA/SMK/MA tahun pelajaran 2017/2018 sebesar 85.381 anak
atau 99.21%, hal ini berarti lulusan SMP/MTs yang tidak melanjutkan pendidikan
sebesar 984 anak atau 0.79%.
f. Kualifikasi Guru dan Sertifikasi Profesi
Guna memenuhi amanat UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
yang mensyaratkan guru harus berkualifikasi akademik minimal S-1 atau D-4,

17
Dinas Dikbud NTB telah melakukan berbagai upaya kebijakan dalam rangka
meningkatkan kualifikasi guru, mulai dari guru TK sampai SMA/SMK.
Dari jumlah guru secara keseluruhan sebanyak 85.165 orang. terdiri GT 44.632
orang guru berstatus GTT Sementara sisanya, yaitu 40.533 Orang. Guru Tetap
dan Guru Tidak Tetap dengan kualifikasi S-1/D-4 dan di atas S-1/D-4, sebanyak
71.324 orang guru (83.75%), dan yang berkualifikasi pendidikan di bawah S-1/D-
4 baik guru PNS maupun non PNS adalah sebanyak 13.841 orangguru (16.25%)
dengan rincian perolehan prosentasi kualifikasi :
 Perolehan prosentasi kualifikasi guru TK mencapai 72,88%,
 Perolehan prosentasi kualifikasi guru SD mencapai 73.26%.
 Perolehan prosentasi kualifikasi guru SLB mencapai 89,35%
 Perolehan prosentasi kualifikasi guru SMP mencapai 95,27%
 Perolehan prosentasi kualifikasi guru SMA mencapai 98,98%
 Perolehan prosentasi kualifikasi guru SMK mencapai 98.46%

Kualifikasi Guru berdasarkan Jenjang Pendidikan


 Tahun 2016 Pendidikan D4/S1 = 95.5 % dan >D4/S1 = 4.5 %
 Tahun 2017 Pendidikan D4/S1 = 94.3 % dan >D4/S1 = 5.7 %
 Tahun 2018 Pendidikan D4/S1 = 94.4 % dan >D4/S1 = 5.6 %

g. Sertifikasi Guru
Dalam upaya meningkatkan kompetensi guru, pada tahun 2017/2018 jumlah
guru tetap dan guru tidak tetap yang mengajar pada SMA dan SMK sebanyak
15.051 Guru yang mendapat sertifikasi sebanyak 6.823 guru (45,33%).

h. Drop Out dan Mengulang Kelas.


Putus sekolah pada jenjang SMA 0.40% atau 422 siswa dan SMK 0.81% atau 548
siswa. Besarnya angka putus sekolah dan mengulang kelas tesebut menunjukan
penyelenggaraan pendidikan relative masih kurang efisien.

i. Penguatan Tata kelola, Akuntabilitas dan Pencitraan Publik

18
Dalam rangka penguatan Tatakelola, Akuntabilitas dan Pencitraan Publik
dilakukan beberapa kegiatan antara lain :

1. Otonomi Sekolah dengan menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)


2. Pemberdayaan Dewan pendidikan provinsi dan Kabupaten/Kota
3. Pemanfaatan teknologi pembelajaran yang berbasis ICT dan TV Edukasi.
4. Mengembangkan Teknologi dan Informasi dibidang Pendidikan.
5. Pengembangan model-model bahan ajar multimedia dan pengembangan
sistem pendidikan jarak jauh/terbuka.
6. Kordinasi integrasi dan siskronisasi perencanaan, pelaksanaan, pengendalian
pendidikan antar jenjang, jenis, dan antar daerah.
7. Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Bantuan Operasional Manajemen Mutu
(BOMM) sekolah dan siswa
8. Pemberian insentif guru daerah terpencil dan guru non PNS
9. Pemberdayaan kepada sekolah swasta
10. Kerjasama dengan DU dan DI dan lembaga-lembaga terkait
11. Laporan Kinerja Instasi Pemerintah (LKjIP)
12. Menindak lanjuti temuan aparat Pengawas Fungsional, BKP dan BPK.

C. Arah kebijakan pembangunan pendidikan SMK.


Pembangunan Pendididikan SMK di provinsi Nusa Tenggara Barat berfokus pada
pengembangan 5 sektor bidang keahlian yang menjadi core bisnisnya, yaitu Bidang
Pariwisata, Kemaritiman, Agribisnis dan Agroindustri, Seni dan Industri Kreatif serta
Teknologi Rekayasa. Arah kebijakan akan selalu bersinergi dan selaras dengan
bidang-bidang tersebut dalam pembangunan kedepan. Kebijakan-kebijakan
tersebut yaitu ;
1. Relevansi Pendidikan Kejuruan dengan pembangunan Nasional serta arah
pembangunan di daearah yaitu provinsi Nusa Tenggara Barat.
2. Pengembangan dan Peningkatan keunggulan kompetitif dan komparatif
melalui revitalisasi SMK.
3. Peningkatan mutu semua SMK agar dapat mencapai Standar Nasional
Pendidikan
4. Lulusan yang bisa memenuhi Standar Sertifikasi Regional, Nasional, bahkan
Internasional.

19
5. Peningkatan Kualitas dan KuantitasProgram Teaching Factorydi SMK yang
mendukung program pembangunan di daerah.
6. Pemenuhan SPM Pendidikan

Arah kebijakan pembangunan dibidang pendidikan khususnya Bidang Sekolah


Menengah Kejuruan didukung oleh Program yaitu Program Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) sebagai berikut :
Tabel 1 : Program Pendukung Kegiatan Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK)Tahun 2019 s.d. 2024
Pagu Dana
Indikator Program Sat 2017 2018 2019 % % % % %
2019 2020 2021 2022 2023 2024

82.661.8 87.161.616 92.797.327 98.348.695 103.274.843 464.244.314


33

PersentaseAngka % 92,22 97,93 98,13 98,63 - 99,15 - 99,95 - 100.00 - 100.00


PartisipasiKasar
(APK)
SMA/SMK/ MA/Paket
C

PersentaseAngka % 86,66 88,56 90,5 92,42 - 93,4 - 94,38 - 95,28 -


PartisipasiMurni
(APM) SMA/ SMK/
MA/ Paket C

PersenAngka % 89,05 93,35 94,57 95,79 - 96,68 - 97,57 - 98,02 -


PastisipasiSekolah
(APS)
PersenPenurunan % 0,81 0,77 0,73 0,69 - 0,65 - 0,61 - 0,57 - 0,51
AngkaDrop Out (DO),

Persentase % 57,92 58,12 63,12 66,9 - 70,68 - 74,46 - 75.00 - 76.00


AkreditasiSMK
minimal B,
Rasio % 1,07 1,06 1,04 1,02 - 1,01 - 1 - 1 -
ketersediaan
ruang kelas /
penduduk usia
Persentase siswa % 1,05 2,05 3,05 - 4,5 - 5,6 - 6.00 - 7.00
sekolah
SMK yang
pendidikan
mendapat
menengah
sertifikasi
kompetensi,

Rasio Siswa SMK % 37 39 40.50 42 - 43.50 - 45.00 - 46.50 - 46.


terhadap SMA 50

20
D. Tujuan penyusunan Peta Jalan Revitalisasi SMK
Peta Jalan Revitalisasi Pendidikan Vokasi Provinsi menjadi rujukan bagi Pemerintah
Provinsi untuk penyusunan perencanaan kebijakan,program, kegiatandan sumberdaya
tahunan. Disamping itu, bagi Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) terkait, dokumen
Peta Jalan juga menjad iacuan dalam menyinergikan pengembangan pendidikan vokasi.

21
BAB 4
REVITALISASI KERJASAMA DENGAN DUDI

A. Potret Saat Ini


Pendidikan SMK ciri khasnya adalah keharusnya bekerjasama dengan Dunia Usaha dan
Dunia Industri (DUDI). Hal ini dimaksudkan untuk pengenalan dunia kerja sesunguhnya
yang akan dihadapi oleh siswa – siswa SMK setelah lulus nanti, agar tidak terlalu jauh
terjadinya kesenjangan antara keterampilan yang didapat di sekolah dengan yang
dibutuhkan Industri. Beberapa Konsep yang telah berjalan dinamakan Link and Match
antara sekolah dengan dunia industri. Konsep saling mengisi dan membutuhkan antara
sekolah dan industri. Program tersebut memiliki dampak yang baik bagi perkembangan
SMK yang bertujuan untuk menciptakan lulusan siap kerja. Dalam perjalanannya
menemukan kendala yang dihadapi oleh kedua belah pihak, apakah itu dari sekolah
dengan kurikulumnya serta dunia indutri dengan Penerapan Standar Kerja yang bereda
dengan Kurikulum sekolah. Kondisi saat ini kerjasama SMK sebagian besar pada tingkat
prakerin/Kerja Pratek lapangan dalam tempo 3 bulan. Kerjasama ini tidak banyak
menghasilkan apa yang diinginkan, waktu yang terlalu singkat tidak menyebabkan siswa
mengerti secara utuh dunia kerja, belum lagi mereka kadang di tempatkan pada posisi –
posisi yang tidak seharusnya. Bahkan mungkin saja ada yang dijadikan buruh gratis oleh
Dunia Usaha dan Industri yang tidak perduli dengan tujuan prakerin siswa tersebut.
Kerjasama yang dibangun antara pihak sekolah dengan DUDI selama ini head to head,
sekolah langsung dengan DUDI tanpa adanya pemerintah daerah/ Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan ikut campur hadir secara nyata.
SMK Negeri yang berjumlah 97 dan SMK Swasta berjumlah 228 pada saat ini di
Provinsi Nusa Tenggara Barat, hanya dibeberapa SMK yang sudah meningkatkan program
kerjasama sesuai yang diharapan bersifat konfrehensif, DUDI sudah terlibat langsung dari
awal saat siswa itu mendaftar di SMK, melakukan proses seleksi, menyelaraskan
silabus/kurikulum, proses magang hingga rekruitmen. Bekerjasama dengan menerapkan
konsep membuat Class Class Industri di sekolah, belum ada kerjasama seperti sistem
Industri Bapak angkat untuk sekolah.
Dengan kondisi industri yang ada saat ini di provinsi Nusa Tenggara Barat, belum bisa
melayani terhadap jumlah Kompetensi Keahlian yang berjalan saat ini di seluruh SMK,
yaitu ada 72 Kompetensi Keahlian dari 146 spektrum Kompetensi Keahlian, dengan tidak
adanya DUDI yang sesuai dengan Kompetensi Keahliannya akan menyebabkan kerjasama
22
dengan DUDI yang selama ini yaitu program prakerin memiliki banyak kelemahan, bahkan
memunculkan ketidaksesuaian tempat prakerin siswa dengan kompetensi keahlian yang
dipejarinya di sekolah. Hal itu terjadi karena terjadinya perebutan DUDI, karena adanya
sekolah yang menjadwalkan waktu bersamaan untuk mengirim siswanya prakerin.
Pada sisi lainnya sekolah yang melakukan sinkronisasi /penyelarasan kurikulum dengan
Industri masih belum dilakukan oleh semua sekolah, hanya yang memiliki program
Teaching Factorysebagai alternatif untuk memenuhi kekurangan DUDI sebagai salah satu
cara untuk efisiensi biaya agar tidak Prakerin/magang ke luar daerah. Sekolah yang
memiliki Teaching Factory (TEFA) baru berdiri pada satu tahun terakhir ini. Peningkatan
Kompetensi Keahlian Guru produktif salah satunya dengan memberikan magang di DUDI,
selama ini hanya perusahaan tertentu yang mau menerima Guru Magang di industrinya,
disamping itu juga belum adanya perencanaan yang matang kapan waktu yang tepat Guru
bisa melakukan magang dan meninggalkan proses PBM.
Peran dari asosiasi industri dan profesi, sampai saat ini yang bekerjasama dengan SMK
masih sangat minim, masih bersipat berdasarkan event kegiatan, tidak adanya
kontinyunitas dan sustainableyang bisa memberikan dampak terhadap SMK-SMK yang
membuka Kompetensi Keahlian sesuai asosiasi Industri dan Profesi yang ada di Propinsi NTB. Untuk
itu data tentang asosiasi dan lembaga tersebut harus memiliki valididtasnya agar pemerintah
daerah bisa memberikan semacam regulasi kewajiban mereka untuk melakukan kerjsama dengan
SMK-SMK terkait.

B. Sasaran, Strategi dan Target

TABEL SASARAN , STRATEGI DAN TARGET REVITALISASI KERJASAMA DENGAN DUDI

NO URAIAN SASARAN DAN STRATEGI PENCAPAIAN TARGET


Kerjasama dengan Industri bersipat Konferhensif dibawah koordinasi Kerjasama yang
Dinas & Pemda, dengan MUO dan PKS sesuai prosedur dan ketentuan Konprehensif dengan
perudang-undangan yg berlaku antara Dinas dengan DU/I (MOU) dan DUDI, yang
sekolah dengan DU/DI (PKS). mengasilkan Lulusan
a. Penerbitan Pergub/Perda Tentang Mewajibkan Kerjasama SMK langsung
1
Konfrehensif dan Keberlanjutan DUDI dengan Dikbud dan SMK terserap di DUDI
b. Sosialisasi dan Penyusunan draf rancangan MOU dan PKS sesuai dengan kompetensi
ketentuan perundang-undangan keahlian yang sesuai
c. Perluasan Kerjasama DUDI, Lembaga dan Asosiasi baik dengan yang dengan kebutuhan
ada di dalam maupun dari luar daerah. Industri.

23
SMK Teaching Factory/Teckno Park,Class Industri, Short class Courses
a. SMK Teaching Factroy / Teckno Park dalam satu wilayah sesuai jumlah
core bisnis
2 b. Pelaksanaan Program Class industri di setiap SMK minimal 1
kompetensi Keahlian.
c. Mengikutkan siswa di kursus/diklat jangka pendek (short class courses)
yang diakan oleh industri.
Program Industri Mengajar di SMK dan Guru Magang Industri
a. Pelaksanaan pengadaan Guru Tamu dari Industri untuk mengajar
3 di SMK terjadwal secara periodik.
b. Kewajiban Guru Magang Industri menjadi salah satu program
unggulan pada setiap sekolah.
Terserapnya Lulusan SMK pada program industrialisasi Prov. NTB
a. 50% Lulusan Terserap di Program Kek Mandalika
4
b. 50% Lulusan Terserap di Program Ketahanan Pangan
c. 50% Lulusan Terserap dalam Program Industri Permesinan

24
BAB 5
REVITALISASI SISTEM SERTIFIKASI

A. Potret Saat Ini


Dalam rangka meningkatkan kualitas dan daya saing sumber daya manusia melalui
sertifikasi kompetensi kerja di era global diperlukan kebijakan stategis dari pemerintah
dalam hal ini Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Nusa Tenggara Barat berupa
pengalokasian anggaran APBD kepada LSP terlisensi melalui kegiatan Program Program
Pelaksanaan Sertifikasi Kompetensi Kerja (PSKK) dengan melibatkan secara proaktif
dunia usaha/industri terutama pada sektor industri, sebagai pihak yang paling
berkepentingan terhadap tersedianya SDM yang kompeten dan produktif. Disamping
melakukan upaya pengalokasian anggaran, strategi pendekatan yang dilakukan oleh
BNSP dalam pelaksanaan bantuan sertifikasi kompetensi kerja kepada LSP berupa
pengalokasian anggaran APBD yang diberikan pemerintah daerah. Pemberian bantuan
tersebut sekaligus mengimplementasikan sistem sertifikasi di LSP secara
berkesinambungan. Hal ini dilakukan untuk mempercepat pengakuan sertifikasi
kompetensi bagi tenaga kerja Lulusan SMK di Nusa Tenggara Barat.
Tujuan Pelaksanaan Program Pelaksanaan Sertifikasi Kompetensi Kerja (PSKK) melalui anggaran
APBD antara lain adalah untuk :
a. Mempercepat pengakuan industri atau Dunia Usaha dan Dunia Industri terhadap tenaga
kerja bersertifikat kompetensi.
b. Memfasilitasi calon tenaga kerja untuk mendapatkan sertifikat kompetensi melalui
Pelaksanaan Sertifikasi Kompetensi Kerja oleh LSP .
c. Mengoptimalkan pelaksanaan sertifikasi kompetensi kerja oleh LSP yang berorientasi pada
permintaan industri tehadap tenaga kerja kompeten yang memiliki sertifikat kompetensi.
d. Memfasilitasi kerjasama LSP dengan dunia usaha/industri dalam rangka memenuhi
kebutuhan tenaga kerja kompeten bersertifikat kompetensi.
e. Memperbanyak Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP-P1) di Satuan Pendidikan
f. Memperluas Ruang Lingkup Skema Kompetensi LSP-P1 di Satuan Pendidikan
g. Memperluas Jejaring LSP-P1 untuk menjangkau Kompetensi Keahlian yang ada di SMK

Pola Sertifikasi yang dilakukan saat ini melalui di cara yaitu dengan Uji Kompetensi
Keahlian dan dengan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP-P1) menggunakan skema SKKNI,
Sertifikasi dibawah naungan BNSP Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Jumlah LSP
yang teregistrasi di BNSP untk Provinsi NTB 13 LSP yang terdiri dari 11 unit LSP-P1, 1
unit LSP-P2 dan 2 unit LSP-P3. Data siswa yang telah tersertifikasi dengan bekerjasama
25
dengan LSP sampai saat ini Bidang Kemaritiman 60 siswa (LSP – P3), Bidang Pariwisata
1178 siswa (LSP-P1), Bidang Teknologi Rekayasa 497 siswa (LSP–P2). Permasalahan
yang dihadapi dalam hal sertifikasi lulusan dan guru yaitu ;
1. Jumlah Sekolah yang memiliki LSP-P1 masih sedikit, begitu juga dengan LSP-P2 dan
LSP-P3 sangat kurang
2. Tempat Uji Kompetensi belum merata sehingga akomodasi memerlukan biaya
tambahan bagi sekolah yang ingin melakukan sertitifikasi peserta didiknya.
3. Ketika akan melakukan Uji Sertifikasi ada kendala belum sinkronnya antara
Kurikulum di PBM dengan Skema KKNI serta di DUDI
4. Kurangnya Tenaga Assesor
5. Guru yang ingin memiliki Sertifikat Kompetensi Keahlian harus secara mandiri dan
biaya cukup mahal dan berada di luar daerah, Baik untuk sertifikat bertaraf nasional
maupun Internasional

B. Sasaran, Strategi dan Target

TABEL SASARAN , STRATEGI DAN TARGET REVITALISASI SERTIFIKASI

NO URAIAN SASARAN DAN STRATEGI PENCAPAIAN TARGET


1 Menambah Jumlah LSP / memperluas cakupan skema Uji
Kompetensi/ LSP Jejaring
a. Mendorong Pembukaan LSP berbasis Zonasi
b. Untuk LSP yang sudah berdiri melakukan upgrading ; Perluasan Setiap Lulusan SMK
skeme Uji Kompetensi, telah memiliki
c. Mendorong sekolah – sekolah untuk bergabung dalam LSP Sertifikat
jejaring Kompetensi
d. Mengembangkan sistem pembelajaran kejuruan yang keahlian satu atau
lebih sertifikat, baik
terintegrasi dengan sistem sertifikasi LSP-P1 ( Skema SKKNI)
lokal, nasional dan
e. Menjalin Kerja sama Dengan LSP P2, LSP P3 atau LSP bertaraf
Internasional
internasional untuk melaksanakan Uji Kompetensi bagi tamatan
SMK.

26
2 Memperbanyak Tempat Uji Komptensi (TUK)
a. Membuka TUK berbasis zonasi Wilayah per Bidang Keahlian
b. Memanfaatkan Teaching Faktory/ Teckno Park sebagai TUK
c. Bekerjasama dengan DUDI / Perguruan Tinggi untuk menjadi
mitra TUK
3 Meningkatkan Guru Produktif memiliki Sertifikat Kompetensi
Keahlian
a. Membuat terobosan kebijakan untuk mendorong Guru produktif
memiliki sertifikat Kompetensi Keahlian dan tidak hanya satu
sertifikat keahlian.
b. Program Guru Produktif memiliki sertifikat Kompetensi keahlian
berlisensi Internasional.
c. Mengikutkan Guru Produktif dalam Diklat-Diklat keahlian yang
diselenggarakan oleh DUDI

27
BAB 6
REVITALISASI KURIKULUM

A. Potret Saat Ini


Pengembangan Kurikulum 2013 dalam hal ini adalah Pengembangan Pola pembelajaran
dengan dua pola yaitu pola pembelajaran Teaching Factory dan Pola pembelajaran STEM
(science, technology, engineering and math) :

1. Teaching Factory
Pengembangan Kurikulum 2013 dalam hal ini adalah Pengembangan Pola
pembelajaran teaching factory sesuai dengan Grand Design Pengembangan Teaching
Factory dan Technopark di SMK tahun 2016 adalah suatu model pembelajaran pada
institusi pendidikan kejuruan yang menggunakan suatu produk (barang/jasa) sebagai
media pembelajaran untuk mengantarkan kompetensi dan diselenggarakan melalui sinergi
sekolah dengan industri. Tujuan dari model pembelajaran tersebut adalah menghasilkan
lulusan yang menguasai kompetensi tertentu sesuai dengan standar industri serta
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Model
pembelajaran tersebut bertujuan untuk meningkatkan keselarasan proses pengantaran
pengembangan keterampilan (skills), pengetahuan (knowledge) dan sikap (attitude)
melalui penyelarasan tematik pada mata pelajaran non produktif maupun produktif.
Penekanan model pembelajaran ini terletak pada aktivitas peserta didik dalam memahami
standar/kualitas dari sebuah produk yang akan dikerjakan, kemampuan memecahkan
masalah dan melakukan inovasi, dengan pendampingan optimal dari instruktur/pendidik
yang memiliki kompetensi dan pengalaman industri yang relevan.
Proses pembelajaran dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur, standar dan
urutan kerja seperti yang diterapkan di industri dalam menghasilkan suatu produk
(barang/jasa), sehingga diharapkan peserta didik dapat menguasai suatu kompetensi
tertentu sekaligus memiliki standar perilaku yang dibutuhkan dalam suatu sistem dan
proses kerja industri.
Dalam rangka pengantaran kompetensi tersebut, model pembelajaran teaching
factory mengembangkan sistem yang dapat mengintegrasikan kebutuhan belajar setiap
peserta didik. Terdapat materi pembelajaran dasar yang harus dikuasai oleh setiap peserta
didik serta materi pembelajaran tingkat lanjut yang disediakan sebagai materi pengayaan.
Materi pembelajaran tersebut disusun secara sistematik dengan mengutamakan pada
28
pencapaian tujuan pembelajaran sikap, pengetahuan dan keterampilan (soft skills dan
hard skills) yang selaras dengan kebutuhan industri.
Dalam model pembelajaran teaching factory, peserta didik harus diberikan
pendampingan untuk dapat belajar dan bekerja secara mandiri dan berkelompok untuk
menghasilkan suatu produk (barang/jasa) berkualitas dalam jadwal belajar yang telah
ditentukan, dengan menggunakan materi pembelajaran yang disusun selaras dan
diintegrasikan dengan nilai – nilai industri. Produk (barang/jasa) yang dihasilkan dalam
model pembelajaran teaching factory harus dapat berfungsi sebagai media pengantar
kompetensi, dan bukan sekedar hasil praktik atau utilisasi peralatan laboratorium atau
bengkel. Penentuan produk dilakukan melalui tahapan analisis produk yang melibatkan
seluruh guru mata pelajaran (guru non produktif dan produktif) yang ada di institusi. Pada
tahap awal diprioritaskan pada jenis produk yang dapat digunakan untuk memenuhi atau
mensubstitusi kebutuhan internal dengan tetap mengutamakan kualitas, namun demikian
tidak menutup kemungkinan juga bahwa produk yang dihasilkan ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan eksternal. Hal yang terpenting adalah bahwa produk tersebut
digunakan sebagai media pengantar kompetensi, sehingga pemilihan produk memang
harus berdasarkan dengan kompetensi yang diajarkan.

Di provinsi Nusa Tenggara Barat kurang lebih terdapat 327yang terdiri dari SMK Negeri
sebanyak 97 SMK dan SMK Swasta sebanyak 230 SMK, yang menyebar di seluruh
Kabupaten/Kota. Pengembangan pembelajaran Teaching Factory belum maksimal
dilaksanakan di SMK-SMK di NTB, oleh karena itu perlu disusun sebuah program kegiatan
dalam rangka memberikan pemahaman dan peningkatan kemampuan guru-guru SMK
berkaitan dengan pengembangan pembelajaran teaching factory.

2. STEM (science, technology, engineering and math)


Pendidikan yang mengembangkan model pembelajaran STEM (science, technology,
engineering and math). Indonesia sangat meyakini peran besar dalam pembelajaran
berbasis STEM ini, karena kurikulum dan pembelajaran yang mulai diintegrasikan dengan
kurikulum berbasis STEM membuat siswa sebagai pusat kegiatan belajar yang melibatkan
siswa dalam bidang STEM agar dapat bersaing dalam ekonomi abad 21.
Sebagai sebuah tren yang sedang digalakkan dalam dunia pendidikan, STEM menjadi
suatu pendekatan dalam mengatasi permasalahan di dunia nyata dengan menuntun pola
pikir siswa layaknya insinyur dan ilmuwan berpikir. Melalui STEM ini, siswa dituntun

29
menjadi pemecah masalah, penemu, innovator, membangun kemandirian, berpikir logis,
melek teknologi, dan mampu menghubungkan pendidikan STEM dengan dunia kerjanya.
Pendidikan STEM menerapkan pembelajaran berbasis pemecahan masalah yang sengaja
menempatkan penyelidikan ilmiah dan penerapan matematika dalam konteks merancang
teknologi sebagai bentuk pemecahan masalah. Penyelidikan ilmiah jarang terjadi dalam
pendidikan teknologi dan kegiatan mendesain teknologi jarang terjadi di kelas sains. Tetapi
di dalam kehidupan sehari-hari, desain dan penyelidikan ilmiah secara rutin diaplikasikan
secara bersamaan sebagai teknis solusi untuk masalah dunia nyata.
Penyelarasan dan pemutakhiran Kurikulum antara SMK dengan Dunia Usaha Dunia
Industri agar difasilitasi dan dikembangkan agar terjalin dengan baik (link and match)
dengan demikian maka SMK akan menghasilkan kualitas lulusan yang dapat memenuhi
kualifikasi dan persyaratan yang dapat melakukan wirausaha secara mandiri.
Kurikulum yang digunakan masih menggunakan 2 versi, KTSP dan Kurikulum K-13.
Namun Pada tahun Pelajaran 2019-2020 semua SMKN dan SMKS telah menggunakan
Kurikulum 13 revisi. Surat Keputusan Direktur Jenderal Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 06/D.D5/KK/2018 tanggal 7 Juni 2018 tentang Spektrum Keahlian
Pendidikan Menengah Kejuruan yang perlu menjadi referensi. Pada pelaksanaan
Kurikulum K-13 masih ditemukan beberapa permasalahan yang mucul yaitu;
1. Berkurangnya jam mata pelajaran peminatan kejuruan c1 dan c2
2. Iklim pembelajaran yang KURANG BERORIENTASI KERJA
 Kurikulum atau Standar Kompetensi di sekolah TIDAK RELEVAN dengan dunia kerja
 Rekrutment Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang dibutuhkan tidak sesuai
dengan kebutuhan satuan pendidikan
 Terbatasnya sarana dan prasarana yang memadai,
 Kurang menerapkan konsep situated learning,
 Kurang mempunyai hubungan dengan dunia industry
 Assessment dan evaluasi dari pimpinan satuan pendidikan masih kurang
3. Belum ada kegiatan Penyesuaian Kurikulum atau Standar Kompetensi di sekolah dengan
dunia kerja secara berkelanjutan.
 Kurangnya peran aktif satuan pendidikan dalam mengadakan hubungan kerja
dengan DU/DI/MoU
 Kurangnya kegiatan pengembangan standar keahlian sebagai dasar bahan belajar
mengajar, pengujian, dan sertifikasi ketrampilan dari satuan pendidikan

30
 Satuan Pendidikan kurang melibatkan DU/DI dalam pengelolaan system baru
pengembangan pendidikan dan pelatihan kejuruan
 Kurangnya kegiatan dari satuan pendidikan dalam pengembangan kompetensi guru
produktif melalui pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi
 Kurang menerapkan konsep situated learning

B. Sasaran, Strategi dan target

TABEL SASARAN , STRATEGI DAN TARGET REVITALISASI KURIKULUM

NO URAIAN SASARAN DAN STRATEGI PENCAPAIAN TARGET


1. Revisi Dokumen Kurikulum Satuan Pendidikan
a. sinkronisasi Kurikulum dengan DUDI
b . Pendekatan Pembelajaran dengan Skema SKKNI

2 Peningkatan inovasi pembelajaran


a. Peningkatan Pembelajaran Berbasis Elektronik Kurikulum SMK
b. Memperbanyak Konten Media Pembelajaran berbasis Video mampu memenuhi
3. Pembelajaran Produktif Keahlian diarahkan 70% berbasis Portopolio dan persyaratan
Projek, dengan Colobaration Learning antar kelompok. industry, dan
a. Pembentukan Kelompok Kelompok Kerja unutk pembelajaran mengembangkan
Produktif kearifan local, dan
b. Pembelajaran yang menitikberatkan pada penciptaan beradaptasi dengan
tuntutan kekinian
Kewirausahaan dan Kemampuan Keterampilan secara real
teknologi, mampu
4. Pembelajaran Tefa pada setiap SMK memenuhi
a. Setiap Sekolah harus sudah memiliki satu Tefa Kompetensi permintaan pasar
kerja local ,
Kehalian
nasional,
b. Menciptakan Class Industri internasional.
5 Peningkatan penguatan karakter sesuai kultur Industri
a. Siswa Magang Industri
b. Membawa Personal Industri untuk memberikan Pembimbingan
Kurtul industri.

31
BAB 7
REVITALISASI GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN (GTK)

A. Protret Saat Ini


Pemenuhan kebutuhan guru produktif SMK merupakan suatu yang penting dalam
menjawab tantangan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era abad XXI.
Program pemerintah dalam Renstra Kemendikbud 2015-2019, menggambarkan kondisi
guru yang tidak merata khususnya guru produktif SMK. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
sebagai salah satu lembaga pendidikan yang bertujuan menyiapkan lulusan peserta didik
agar dapat bekerja secara mandiri sesuai dengan bidang dan program keahlian yang
dimiliki, perlu ditunjang tenaga guru yang cukup. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam
mewujudkan kebijakan serta tujuan dari pendidikan kejuruan (SMK), dibutuhkan suatu
upaya dalam mengimbangi kesiapan berbagai aspek dalam penyelenggaraan pendidikan
khususnya pada tingkat sekolah menengah kejuruan. Salah satu Upaya yang sangat
berpengaruh dalam memberikan kontribusi adalah pemenuhan kebutuhan guru produktif
SMK. Strategi pemenuhan kebutuhan guru produktif SMK yang terdiri dari: (1) Analisis
beban kerja produktif SMK; (2) Pemetaan Guru Produktif SMK; (3) Pemerataan Guru
Produktif SMK; (4) Pengadaan Guru Produktif SMK. Berdasarkan hasil kajian, maka ditarik
kesimpulan: (1) Analisis beban kerja Guru Produktif merupakan suatu kegiatan yang
meliputi perhitungan kebutuhan guru produktif SMK berdasarkan penjabaran dari kegiatan
pembelajaran atau tatap muka per jenis guru per minggu, kemudian dibagi dengan jumlah
yakni 24 jam kali tatap muka, dimana alokasi jam pelajaran/minggu pada satuan
pendidikan; (2) Pemetaan guru produktif SMK merupakan suatu kebijakan atau wewenang
pemerintah dalam mendistribusi dan memenuhi kebutuhan guru berdasarkan karakteristik
dan kebutuhan kota/kabupaten dan provinsi Nusa Tenggara Barat; (3) Pemerataan Guru
Produktif SMK merupakan suatu kebijakan pemerintah provinsi Nusa Tenggara Barat dalam
meningkatkan sumber daya manusia dalam hal tenaga pendidik atau guru produktif pada
satuan pendidikan tingkat menengah kejuruan (SMK); (4) Pengadaan Guru Produktif SMK
merupakan suatu model yang terjabarkan dalam suatu mekanisme untuk memenuhi
kebutuhan guru berdasarkan karakteristik dan kebutuhan pada satuan pendidikan SMK
melalui: (a) proses pengangkatan guru produktif SMK; (b) Retribusi Guru Produktif SMK dan
(c) Pengadaan Guru Produktif SMK untuk pemenuhan guru secara cepat.
32
Revitalisasi SMK bukan hanya bangunan Fisik tetapi bersamaan dengan gurunya. Guru
harus ditingkatkan kompetensinya. Agar kompetensi itu lebih terstruktur, maka harus
dibuat skema kompetensi untuk level empat. Dengan demikian kompetensi guru akan
meningkat. Harapannya kalau kompetensi guru baik, punya standar yang bagus, tentu
proses pembelajaran di kelas akan berjalan dengan baik. Kalau proses pembejaran di kelas
baik, maka mutu pun akan berdampak juga semakin baik.
Skema sertifikasi KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia) level 4 diharapkan
dapat menjawab tantangan selama ini bahwa mutu guru SMK masih rendah, sebab
kemampuan guru produktif akan ditingkatkan. Pelaksanaan sertifikasi keahlian bagi guru
telah disusun skema sertifikasi KKNI level 4 untuk 56 kompetensi keahlian. Dengan
demikian maka akan terwujud pendidikan berkualitas sehingga menghasilkan lulusan SMK
yang kompeten siap memasuki dunia kerja dan mampu bersaing di tataran global.
Guru produktif untuk mengajar di SMK jumlahnya sangat kurang, Guru Produktif yang
ada sebarannya berfokus di sekolah favorite dan di dalam kota/Kabupaten, Kemudian Guru
Produktif yang memiliki Sertifikasi Kompetensi Keahlian jumlahnya masih sedikit padahal
itu merupakan suatu keharusan dimiliki. Selain itu banyak Guru Produktif yang ada saat ini
terlambat untuk melakukan update Kompetensi Keahlian sesuai dengan Perkembangan
Dunia Industri di sebabkan minimnya informasi atau juga tidak adanya kerjasama dengan
DUDI untuk program magang industri bagi Guru produktif.
B. Sasaran, Strategi dan Target

TABEL SASARAN , STRATEGI DAN TARGET REVITALISAS GTK


NO URAIAN SASARAN DAN STRATEGI PENCAPAIAN TARGET
1 Terpenuhinya kebutuhan guru produktif di setiap kompetensi keahlian
Terpenuhinya
yang sedang berjalan saat ini, dengan jumlah serta sebaran yang ideal.
Semua Guru pada
a. Rekrutmen guru Produktif dengan didukung adanya kebijakan yang luar
setiap Kompetensi
biasa untuk mempercepat kondisi ideal Keahlian yang ada di
b. Bekerjasama dengan Dinas lain/ Perguruan Tinggi untuk menyediakan SMK dengan
tenaga Guru Produktif Keahlian tertentu memiliki Serfikasi
2 Terpenuhi secara ideal Guru Produktif yang memiliki Sertifikasi Kompetensi
Kompetensi Keahlian Keahlian lebih dari
satu sertifikasi.
a. Mengembangkan sistem sertifikasi dan Program Peningkatan
Serta memahami
Kompetensi Pembelajaran (PKP) bagi guru SMK guna mendukung cara kerja Kultur
pengembangan profesi bagi guru pembelajar Industri.

33
3 Guru dilengkapi dengan keahlian lainnya yang mendukung Kompetensi
Keahlian yang dimilikinya.
a. Mengikuti Magang Industri
b. Magang di Sekolah yang telah maju, memiliki kelas Industri
c. Mengikutkan pada program short class kursus keterampilan
4 Guru dan Tenaga Kependidikan Menguasai dan memahami Perkembangan
Industri dan Teknologi Kekinian.
a. Update Kompetensi keahlian kekinian
b. Menghilangkan Gagap Terhadap Penggunaan Teknologi

34
BAB 8
REVITALISASI SARANA DAN PRASARANA

A. Potret Saat Ini


Program Revitalisasi dan Reenginering yang sudah dilakukan oleh Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah memfokuskan pengembangan di 5
bidang keahlian sebagai core bisnis unggulan yaitu Pariwisata, kemaritiman, agribisnis
dan agroteknologi, teknologi rekayasa serta industri kreatif). Pada saat ini sejak tahun
2017 telah dilakukan pemenuhan kebutuhan yang mendukung ke lima bidang tersebut,
berupa Ruang Kelas Belajar, Ruang Praktek Siswa dan Peralatan Praktik, yang sesuai
dengan Kompetensi Keahlian yang ada. Pengadaan sarana prasaran tersebut secara
bertahap, sesuai dengan alokasi anggaran baik dari APBD mapun dari APBN.
Kondisi sebaran pemenuhan sarana dan prasarana belum semua merata di setiap
sekolah dengan kompetensi keahlian yang ada, hal ini juga disebabkan oleh data sarana
dan prasarana yang menjadi acuan pemenuhan kebutuhan tidak up to date serta
kevalidannya tidak akurat.
Revitalisasi sarana dan prasarana ini tidak terlepas juga dari kondisi dan
permasalahan yang muncul di sekolah seperti ;
1. Kapasitas daya tampung sekolah yang sebagian belum memadai
• Legalitas lahan SMK masih ada yang bermasalah
• Rasio luas lahan belum sesuai dengan jumlah siswa
• Kondisi bangunan sekolah belum memenuhi persyaratan dari DU/DI
2. Belum semua Sekolah yang memiliki sarana dan prasarana pembelajaran yang
lengkap dan layak sesuai standart
• Ruang praktek yang belum sesuai standart DU/DI
•Peralatan sudah tidak sesuai dengan tuntutan perkembangan teknologi/ kebutuhan
industri, kurikulum dan Teaching Factory
• Rasio peralatan dengan jumlah peserta didik tidak memadai
•Sekolah tidak konsisten dengan master plan yang ditetapkan dan sebagian tidak
memiliki master plan
3. Sebagian besar sekolah belum memiliki sarana dan prasarana pendukung yang
lengkap dan layak, seperti Ruang Untuk TIM Manajemen, Gudang dan Mushola,
serta Ketersediaan Listrik.

35
B. Sasaran, Strategi dan Target

TABEL SASARAN , STRATEGI DAN TARGET REVITALISASI SARANA DAN PRASARANA

NO URAIAN SASARAN DAN STRATEGI PENCAPAIAN TARGET


1. Meningkatnya sarana dan prasarana sesuai perkembangan tehnologi
untuk 5 bidang (Pariwisata, kemaritiman, Agribisnis, Teknologi &
Rekayasa, Industri Kreatif ).
a. Menyediakan ruang belajar dan ruang praktik yang sesuai dengan
Standar Pelayanan
b. Malakukan Pembaharuan dan Pengadaan peralatan praktek kejuruan
sesuai perkembangan teknologi terbaru

2 Tersedianya fasilitas yang memadai untuk pembelajaran kejuruan dan


elearning yang mampu memberikan pengalaman nyata seperti di DU/DI,
mengembangkan nilai budaya, dan menumbuhkan jiwa kewirausahaan
a. Menyediakan Sarana prasaran Untuk Konten Pembelajaran Terpenuhinya
Kebutuhan Sarana
Menggunakan Video Turial. Video Converence, Augmented
dan Prasarana yang
Reality ideal sesuai standar
b. Membuat fasilitas yang mendukung tumbuh kembang Jiwa industri, pada
Kewirausahaan pada siswa setiap kompetensi
Keahlian, sesuai
3 Terpenuhinya Sarana prasaran Pendukung teknologi
a. Membuat kebijakan resource sharing untuk mempermudah terbarukan
pelaksanan berbagi kesempatan praktek menggunakan peralatan
memadahi yang dimiliki oleh stake holders
b. Optimalisasi Program Teaching Factory dan Tekno Park.
c. Penerapan sistem Zonasi dan Sharing Resource Sarpras
4 Semua Sekolah memiliki Roadmap pengembangan dan site plan
pembangunan sekolah secara detail.
a. Mendorong sekolah membuat Road Map dan Site Plan secara
berkelanjutan yang detail dan konferensif

36
BAB 9.
REVITALISASI TATAKELOLA KELEMBAGAAN

A. Potret Saat Ini


Pada saat ini proporsi Kompetensi Keahlian yang ada di SMK belum ideal masih terjadi
kesenjangan komposisi antara Kompetensi Keahlian di SMK dengan Ketersediaan
industrinya. Komposisi Jumlah Kompetensi keahlian yang ada di SMK melebihi Jumlah
Industri yang ada di provinsi NTB. Melalui penataan tatakelola kelembagaan inidiharapkan
ada penyesuaian Kompetensi Keahlian yang sesuai dengan industri yang ada di daerah,
tetapi juga seiring dengan itu mengurangi Kompetensi Keahlian yang memang industrinya
tidak ada atau sudah ditutup.
Setelah penataan Kompetensi Keahlian perlu diperhatikan juga penataan sebaran
Guru dan Tenaga Kependidikan, apalagi mengenai Guru Produktif yang harus terpenuhi
pada setiap Kompetensi Keahlian yang dibuka. Saat ini banyak Kompetensi Keahlian yang
belum memiliki guru produktif yang sesuai dengan kompetensinya, Keberadaan Guru
Produktif ini sangat penting untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap Kompetensi
Keahlian yang benar dan tepat.
Identifikasi secara menyeluruh dan pemenuhan sarana dan prasarana utama dan
pendukung belum terdata dengan maksimal, ruang praktik dan alat praktik masih ada
ketimpangan. Terkadang ada sekolah yang sudah memiliki ruang pratik tetapi tidak ada alat
praktik atau sebaliknya, Juga ketika keduanya terpenuhi pendukungnya tidak terpenuhi
seperti kekurangan Daya Listrik atau sumber air.
Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) sebagai lembaga yang melakukan uji kompetensi
keahlian siswa untuk mendapatkan sertifikasi, jumlahnya masih sedikit yaitu 13 LSP, yang
terdiri 10 (LSP – P1), 1 (LSP-P2) dan 2 (LSP-P3) belum bisa memenuhi kebutuhan untuk
mensertifikasi Kompetensi Keahlian siswa maupun gurunya.
Peranan Lembaga Bursa Kerja Khusus (BKK) sebagai unit pelaksana yang
memberikan pelayanan dan informasi lowongan kerja, pelaksana pemasaran, penyaluran
dan penempatan tenaga kerja, merupakan mitra Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
belum secara optimal oleh Sekolah dipergunakan masih bersipat tentatif dalam
operasionalnya hal ini terkendala oleh SDM dalam mengelola BKK.

37
C. Sasaran, Strategi dan Target

TABEL SASARAN , STRATEGI DAN TARGET REVITALISASI TATA KELOLA KELEMBAGAN

NO URAIAN SASARAN DAN STRATEGI PENCAPAIAN TARGET


1 Adanya porsi yang ideal antara Kompetensi Keahlian yang dibuka dengan
pertumbuhan Industri dan potensi daerah tempat SMK berada.
a. Mendorong dibukanya paket keahlian baru sesuai petumbuhan
industri dan potensi daerah
b. Melakukan penutupan paket keahlian yang jenuh ( overload lulusan)
dan Pertumbuhannya industrinya tidak ada dalam prioritas
Pembangunan Daerah maupun Nasional.

2 Tersedianya Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) yang bisa melayani


kegiatan Uji Kompetensi untuk semua Kompetensi Keahlian yang ada
ssat ini di SMK-SMK provinsi NTB. Terbentuknya SMK
a. Membentuk LSP Baru dan memperluas cakupan bagi LSP yang sudah dengan Manajemen
berdiri. Terbarukan dan
b. Meningkatkan SMK Jejaring Mengadopsi Kultur
c. Pembukaan TUK-TUK baru dengan sistem Zonasi sesuai Dengan industri dalam
core Bidang Keahlian Pembentukan
Lulusannya sehingga
3 Tersedianya Sekolah yang memiliki Kompetensi Keahlian yang lulusannya cepat terserap oleh
cepat di serap oleh industri pasar kerja Lokal,
a. Memaksimalkan peranan Lembaga BKK nasional maupun
b. Penciptaan Class – Class Industri di sekolah Internasional

4 Memperluas Kerjasama dengan Perguruan TInggi


a. Meningkatkan lagi sinergi kerjasama dengan Perguruan Tinggi. Untuk
membuka program Studi yang sesuai dengan Kompetensi keahlian
yang ada di SMK
b. Melakukan Pembibitan Calon Calon Guru Produktif dengan
bekerjasama dinas lainnya
5 Melakukan evaluasi dan regenerasi Kepemimpinan disekolah
a. Evaluasi dan Kinerja Kepala sekolah
b. Rekrutment yang kredibel untuk mementukan kepala sekolah
yang bisa mengikuti perkembangan kekinian dan berinovasi
dalam mengatur sekolah
38
39

Anda mungkin juga menyukai