Presiden telah mengeluarkan Inpres Nomor 9 tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK dalam rangka
Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Sumber Daya Manusia Indonesia yang menjadi arah
pembangunan pendidikan vokasi ke depan. Dalam Inpres tersebut, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan mendapat tugas untuk: (1) membuat peta jalan pengembangan SMK; (2)
menyempurnakan dan menyelaraskan kurikulum SMK dengan kompetensi sesuai dengan
kebutuhan pengguna lulusan (link and match); (3) meningkatkan jumlah dan kompetensi bagi
pendidik dan tenaga kependidikan SMK; (4) meningkatkan kerja sama dengan
kementerian/lembaga, pemerintah daerah, dan dunia usaha/industri; (5) meningkatkan akses,
sertifikasi lulusan SMK dan akreditasi SMK; dan (6) membentuk Kelompok Kerja Pengembangan
SMK.
Dokumen Peta Jalan Revitalisasi SMK ini merupakan wujud dari pelaksanaan Inpres tersebut.
Ruang lingkupnya masih terfokus pada integrasi penyelenggaraan pendidikan vokasi yang terdapat
di lingkungan Kemendikbud, yakni di SMK, lembaga kursus dan pelatihan, dan SMALB. Revitalisasi
juga menyangkut perubahan filosofi dari supply-driven ke demand-driven Pendidikan vokasi
diarahkan pada penerapan sistem ganda (dual-system), yakni belajar teori di SMK dan praktik di
industri. Karena itu desain kurikulum dan sistem pengujian juga disesuaikan dengan kompetensi
yang dibutuhkan dunia usaha dan industri dengan fokus utama pada bidang pertanian, maritim,
teknologi rekayasa, pariwisata, dan industri kreatif. Penyediaan dan peningkatan kualitas guru dan
tenaga kependidikan juga menjadi bagian dari revitalisasi. Pada bagian akhir, dokumen ini
menyajikan Peta Jalan Revitalisasi SMK di provinsi Nusa Tenggara Barat. Diharapkan dokumen ini
menjadi acuan kerja bagi unit utama terkait di lingkungan Dikbud dalam melakukan revitalisasi
SMK. sebagaimana diamanatkan dalam Inpres Nomor 9 Tahun 2016.
DR. H. ZULKIEFLIMANSYAH
DAFTAR ISI
ii
BAB VIII REVITALISASI SARANA DAN PRASARANA ............................................................. 34
A. Potret Saat Ini................................................................................................................... 34
B. Sasaran, Strategi dan target ............................................................................................. 35
LAMPIRAN
-Time Line Strategi Peta Jalan Revitalisasi SMK
iii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Indonesia diprediksi akan mendapat bonus di tahun 2020-2030. Bonus tersebut adalah
Bonus Demografi, dimana penduduk dengan umur produktif sangat besar sementara usia muda
semakin kecil dan usia lanjut belum banyak. Bonus demografi ini tentu akan membawa dampak
sosial – ekonomi. Salah satunya adalah menyebabkan angka ketergantungan penduduk, yaitu
tingkat penduduk produktif yang menanggung penduduk nonproduktif (usia tua dan anak-anak)
akan sangat rendah, diperkirakan mencapai 44 per 100 penduduk produktif. Bonus Demografi di
Indonesia dengan proporsi penduduk usia produktif sekitar 69 persen, sedangkan rasio angka
ketergantungan mencapai titik terendah. Artinya jumlah angkatan kerja sangat besar namun
menanggung beban kelompok usia anak dan lansia sangat kecil. Dengan demikian, bonus
Demografi menjadi kesempatan jika usia produktif tidak hanya potensial tapi aktual, jika adanya
ketersediaan lapangan kerja seimbang dengan pertumbuhan pencari kerja. Mereka yang memiliki
keterampilan, pengetahuan, kesehatan serta etos kerja akan mampu mengelola produktivitas
sehingga terbentuk tabungan yang dapat dimanfaatkan untuk investasi selanjutnya. Bonus
Demografi akan menjadi pilar peningkatan produktifitas suatu negara dan menjadi sumber
pertumbuhan ekonomi melalui pemanfaatan SDM yang produktif. Di Indonesia, fenomena ini
terjadi karena proses transisi demografi yang berkembang sejak beberapa tahun yang lalu, yang
dipercepat oleh keberhasilan kita dalam menurunkan tingkat fertilitas, meningkatkan kualitas di
bidang pendidikan dan kesehatan.
Bonus demografi selain menjadi berkah juga bisa menjadi bencana jika bonus ini tidak
dipersiapkan kedatangannya. Masalah yang paling nyata adalah ketersedian lapangan pekerjaan.
Yang menjadi pertanyaan adalah apakah negara kita mampu menyediakan lapangan pekerjaan
untuk menampung 70% penduduk usia kerja di tahun 2020-2030. Kalau pun lapangan pekerjaan
tersedia, mampukah sumber daya manusia yang melimpah ini bersaing di dunia kerja dan pasar
internasional? Kualitas sumber daya manusia di Indonesia masih perlu ditingkatkan karena tidak
kompetitifnya pekerja Indonesia di dunia kerja baik di dalam ataupun luar negeri. Paling banter,
pekerja Indonesia di luar negeri adalah menjadi pembantu. Untuk tingkat dalam negeri sekali pun,
pekerja indonesia masih kalah dengan pekerja asing. Hal ini ditandai dari banyaknya peluang kerja
iv
dan posisi strategis yang malah ditempati tenaga kerja asing. Usia produktif ini akan menjadi
boomerang ketika usia produktif tidak dibekali kemampuan untuk bisa bertahan hidup dan
mengembangkan diri yang pada akhirnya hanya akan menjadi beban pemerintah dalam
menyediakan lapangan kerja dan terciptanya angka pengangguran yang tinggi.
Bidang pendidikan dan kualitas sumber daya manusia sangat berpengaruh dalam
menyambut kesempatan emas bonus demografi Indonesia. Dengan meningkatnya kualitas
pendidikan dan sumber daya manusia maka bonus demografi akan memberikan kemajuan yang
cukup tinggi. Jika Indonesia tidak siap dan tidak mampu meningkatkan kualitas pendidikan dan
sumber daya manusia maka bonus demografi justru akan menjadi bencana karena kebutuhan akan
lapangan kerja untuk penduduka usia produktif sangat besar. Akan tetapi jika kita mampu
memanfaatkan bonus demografi ini maka akan mengurangi pengangguran, pertumbuhan ekonomi
jauh lebih baik, meningkatnya daya saing bangsa dan Indonesia menjadi negara maju.
Indonesia telah meluncurkan paket reformasi pendidikan menyeluruh yang dirancang untuk
memperluas akses dan meningkatkan kualitas. Komponen utama proses reformasi tersebut adalah
pelimpahan tanggung jawab pendidikan dasar kepada sekolah-sekolah dan pemerintah di daerah.
Reformasi tersebut, bersama-sama dengan peningkatan investasi negara dalam jumlah yang
belum pernah terjadi sebelumnya, menghasilkan peningkatan akses pendidikan yang signifikan
terutama bagi anak-anak yang paling miskin. Namun peningkatan yang dicapai dalam hal prestasi
belajar tidaklah menggembirakan dan anak-anak masih meninggalkan sekolah dengan tingkat
keterampilan yang belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan yang diminta oleh pasar tenaga
kerja. Sama seperti sistem pendidikan lainnya di seluruh dunia, peningkatan kualitas pendidikan
dasar dan menengah masih terus menjadi tantangan mendasar. Penguatan kapasitas pemerintah
daerah dalam mengelola sistem pendidikan di daerah secara efektif merupakan hal yang sangat
penting demi keberhasilan peningkatan kualitas pendidikan. Kemampuan pemerintah daerah
dalam menyelenggarakan pendidikan dasar dengan baik dan berkualitas ternyata sangat beragam
tingkatannya di seluruh Indonesia.
Penentuan dimensi tata kelola utama yang mendasari penyampaian layanan pendidikan
yang efektif dapat menjadi titik awal untuk mengatasi kelemahan yang ada dan meningkatkan
v
kinerja pendidikan. Pendidikan sebagai salah satu bagian penting dari pembentukan modal
manusia semakin mendapat perhatian dari peneliti dengan kajian empiris berbagai berbagai
negara dan antarnegara. Tapi penelitian untuk wilayah regional dalam suatu negara masih relatif
lebih sedikit.
Instruksi Presiden Nomor 9 tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan
ditujukan Kepada 12 Menteri Kabinet Kerja, 34 Gubernur dan Kepala Badan Nasional Sertifikasi
Profesi (BNSP). Isi instruksi :
1) Mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan masing-
masing untuk merevitalisasi SMK guna meningkatkan kualitas dan daya saing sumber daya
manusia Indonesia.
2) Menyusun peta kebutuhan tenaga kerja bagi lulusan SMK sesuai tugas, fungsi, dan
kewenangan masing-masing dengan berpedoman pada peta jalan pengembangan SMK.
Kepada Kepala Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), Presiden menginstruksikan:
vi
4) Meningkatkan kerja sama dengan kementerian/lembaga, pemerintah daerah, dan dunia
usaha/industri.
5) Meningkatkan akses sertifikasi lulusan SMK dan akreditasi SMK.
6) Membentuk kelompok kerja pengembangan SMK.
Instruksi ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing sumber daya manusia Indonesia
yang kemudian menjadi rujukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat
Pembinaan SMK untuk mengimplementasikan program revitalisasi SMK di seluruh Indonesia.
Revitalisasi SMK dilakukan secara bertahap dengan mempertimbangkan potensi wilayah, sumber
daya, dan kebutuhan riil tenaga kerja untuk mendukung perkembangan ekonomi dan
pengembangan wilayah. Revitalisasi SMK diharapkan memberikan dampak positif terhadap
peningkatan mutu SMK sekaligus memberikan pengaruh terhadap kualitas lulusan SMK yang akan
menjadi sumber daya pembangunan di Indonesia dalam menghadapi hadirnya revolusi industri
keempat (4.0) yang sekarang mulai berlangsung.
Revolusi industri 4.0 yang menghasilkan kemajuan teknologi yang bertumpu pada cyber
physical system yang akan mengubah secara radikal cara manusia berkehidupan, bekerja, dan
berkomunikasi. Inovasi yang dihasilkan untuk membuat kehidupan lebih nyaman tidak terbatas,
tetapi tantangan yang harus dipecahkan juga sangat kompleks. Pekerjaan yang semula dilakukan
manual dengan mengandalkan tenaga manusia semata sudah digantikan oleh mesin dan teknologi
informasi. Karena itu, jenis pekerjaan yang sekarang ada perlahan akan hilang pada 10 tahun ke
depan. Diperkirakan 35% keterampilan dasar akan berubah pada tahun 2020 dan hampir 2 miliar
pekerja beresiko kehilangan pekerjaan mereka. Bagi Indonesia, tantangan ini perlu diubah menjadi
peluang.
vii
menghasilkan lulusan yang “innovative, inventive, self-motivated and self-directed, creative
problem solvers to confront increasingly complex global problem” (Trilling and Fadel, 2010).
Peta Jalan Revitalisasi Pendidikan Vokasi untuk Pemerintah Provinsi berisi sasaran dan
tahapan strategi yang akan dilakukan oleh Pemerintah Provinsi untuk meningkatkan akses, mutu
dan relevansi pendidikan di SMK, SMALB dan lembaga kursus sehingga meningkatkan kualitas dan
daya saing sumber daya manusia di Provinsi. Rentang waktu yang digunakan adalah tahun 2017-
2025, sehingga memberi ruang bagi Pimpinan Provinsi yang baru terpilih atau akan dipilih untuk
bisa memasukkan platform gagasan pembangunan yang diusung, serta dapat melaksanakannya
hingga akhir periode kepemimpinannya. Sasaran adalah kondisi yang ingin dicapai pada setiap
bidang revitalisasi pada akhir tahun 2025. Strategi adalah serangkaian tahapan kegiatan (aktivitas)
yang akan dilakukan hingga 2025 pada untuk mencapai setiap sasaran yang ditetapkan.
Penetapan sasaran dan strategi sebaiknya bersifat realistis sesuai kemampuan dan sumber daya
yang dimiliki, sehingga dapat dicapai achievable) pada waktu yang ditentukan, dan dapat diukur
(measurable) keberhasilannya.
viii
BAB 1
ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN EKONOMI DAERAH
1
Pada tabel diatas terlihat bahwa nilai tambah terbesar berasal dari sektor primer
yaitu sector pertanian, kehutanan, perikanan dan sector pertambangan, kemudian diikuti
olehsektor tertier dan skunder. Kinerja ekonomi Provinsi NTB dilihat dari pertumbuhan
ekonomi selama periode tahun 2013-2017 mengalami fluktuasi, namun rata-rata
pertumbuhan ekonomi dalam 5 tahun terakhir untuk tambang sebesar 7,60 persen,
sedangkan untuk non tambang sebesar 6,25 persen. Berdasarkan sumber pertumbuhan
ekonomi dari sisi produksi, sector yang memiliki pertumbuhan tertinggi pada tahun 2013
dan 2014 adalah sektor pengadaan listrik, gas. Pada tahun 2015 sumber pertumbuhan
tertinggi berasal dar isector pertambangan dan pada tahun 2016 dan 2017 sumber
pertumbuhan tertinggi adalah berasal dari sector jasa keuangan. Tabel berikut menyajikan
pertumbuhan sector usaha pada periode 2013–2017 secara rinci.
2
16 Jasa KesehatandanKegiatan Sosial 7,57 6,92 6,77 5,70 7,07
PadaTahun 2017, sebaran industri besar sedang di Provinsi Nusa Tenggara Barat
masih dominan berada dikabupaten/kota di Pulau Lombok, dengan jumlah industry besar
sedang lebih dari enam unit kecuali Kabupaten Lombok Utara. Sedangkan jumlah industry
besar sedang di Pulau Sumbawa mayoritas berada pada level dibawah lima unit di setiap
kabupaten/kota, kecuali Kabupaten Sumbawa dan Kota Bima.
Gambar2.1.PetaSebaranJumlahPerusahaanIndustriBesarSedang
diProvinsiNusaTenggaraBaratTahun2017
Jumlah perusahaan Industri Besar dan Sedang pada Tahun 2017 tercatat 168 unit,
atau turun 21,86 persen dibandingkan dengan tahun 2016 dengan jumlah perusahaan
sebesar 215unit. Kabupaten/kota dengan jumlah industry besar sedang terbanyak adalah
Kabupaten Lombok Timur dengan 72 unit industry atau sebesar 42,86 persen dari total
3
industry besar sedang yang ada di provinsi Nusa Tenggara Barat. Sementara itu, Kabupaten
Lombok Utara tidak memiliki industry besar sedang.
b. Penanaman Modal
Investasi dapat menjadi pendorong roda perekonomian daerah dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Penciptaan iklim usaha yang kondusif
merupakan elemen utama dalam peningkatan investasi. Minat investasi di Provinsi NTB
dalam rentang waktu 2013-2017 terjadi peningkatan yang signifikan, hal ini terlihat dari
jumlah izin dan non izin yang diterbitkan pemerintah sebanyak 13.242 izin yang didominasi
perizinan di sektor pertanian dan peternakan sebesar 87%.
Sebagai daerah yang dikelilingi oleh laut, produksi perikanan NTB terus mengalami
peningkatan terutama perikanan lautnya. Produksi Ikan Laut pada tahun 2015 mencapai
170.167 ton, meningkat 17,06 persen dibanding tahun 2014. Sementara itu perikanan
darat di NTB didominasi oleh pengembangan budidaya air payau (tambak) dimana paling
banyak terdapat di Kabupaten Sumbawa.
4
Produksi Perikanan Laut provinsi NTB tahun 2011-2016
d. Pariwisata
Sektor pariwisata NTB memiliki potensi yang besar banyaknya destinasi dan keragaman
potensi wisata kelas dunia, mulai dari Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, Kawasan
Teluk Saleh, Pulau Moyo dan Tambora (Samota), Geopark Gunung Rinjani, Pantai Senggigi,
pesona gili-gili kekayaan tradisi, seni budaya, sejarah, dan industri kerajinan rakyat yang
unik dan potensial.
Pembangunan pariwisata memiliki kontribusi signifikan dalam pembangunan ekonomi
daerah, peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pendapatan daerah. Keberhasilan
Kinerja pembangunan pariwisata ini ditunjukkan dengan Peningkatan Kunjungan
Wisatawan baik mancanegara dan nusantara seperti yang terlihat pada table berikut:
5
Program Visit Lombok Sumbawa yang mengantarkan NTB pada jumlah kunjungan satu juta
wisatawan, dilanjutkan dengan program Pesona Lombok Sumbawa yang telah
mengantarkan pada angka kunjungan sebesar dua juta wisatawan dan diperkuat lagi
dengan penguatan branding Friendly Lombok dan Passionate Sumbawa telah
mengantarkan pada jumlah kunjungan mencapai 3,5 (tiga koma lima) juta wisatawan pada
akhir tahun 2017.
Jumlah restoran di Provinsi NTB sampai dengan tahun 2016 berjumlah 1.379 restoran yang
tersebar di 10 kabupaten kota. Perkembangan restoran selama kurun waktu 2012-2016
cenderung stabil. Dalam bidang restoran, perhatian antara lain dapat diarahkan pada
kualitas pelayanan, baik dari jenis makanan maupun teknik pelayanannya. Disamping itu,
dari segi kandungan gizi, kesehatan makanan dan lingkungan restoran serta penemuan
makanan-makanan baru dan tradisional baik resep, bahan maupun penyajiannya yang bisa
dikembangkan secara nasional, regional, bahkan internasional.
Pada tahun 2012 tercatat 40 hotel bintang dan 744 hotel non bintang/melati di provinsi
NTB meningkat menjadi 65 hotel bintang dan 882 hotel nonbintang pada tahun
2016.Pertumbuhan jumlah hotel diimbangi juga dengan pertumbuhan jumlah kamar hotel
yang tersedia. Pada tahun 2012 jumlah kamar hotel bintang sejumlah 2.453 kamar
meningkat hampir dua kali lipatnya menjadi 4.118 kamar tahun 2016. Sedangkan jumlah
kamar hotel non bintang pada tahun 2012 tercatat 7.939 meningkat menjadi 9.147 kamar
hotel pada tahun 2016. Pertumbuhan jumlah hotel ini akan terus berlanjut seiring dengan
pembangunan hotel-hotel baik bintang maupun non bintang di kawasan KEK Mandalika
dan sekitarnya. Seiring dengan perkembangan kawasan Mandalika tersebut, pada tahun
2019 diperkirakan akan ada penambahan jumlah kamar hotel sekitar 10.000 kamar.
6
- Pengelolaan sampah dan aspek kebersihan lainnya harus ramah lingkungan
b. Peluang
- Penciptaan 99 Desa Wisata
- Sport tourism ( Motor GP, Lomba-Lomba Tingkat nasional dan Internasional
lainnya)
2. Kemaritiman ( Perikanan Laut dan Industri garam)
a. Tantangan
- Belum memiliki Cool storage yang berkapasitas besar
- Pengolahan garam yang belum memenuhi kebutuhan industri
b. Peluang
- Dibuka pelabuhan Perikanan Nusantara di Lokasi potensial perikanan
- Pemberdayaan industri Pengolahan Hasil Perikanan
7
5. Teknlogi Rekayasa ( Industri Mesin Pengolahan, Industri Elektronik dan Industri
otomotif)
a. Tantangan
- Bantuan permesianan yang sering salah sasaran yang mengkibatkan
banyaknya mesin olahan yang mangkrak
b. Peluang
- Banyaknya hasil alam yang perlu pengolahan seperti : kopi, jagung, kelapa
dan kakau
- Perkembangan dunia elektronik dan layanan Jasa berbasis Digital
- Smelter akan dibangun di Kabupaten Sumbawa Barat, Pemerintah Kabupaten
telah mengalokasikan lahan di Wilayah Benete, kecamatan Maluk sebagai
lokasi pembangunan Smelter. Lahan tersebut termasuk kawasan pemukiman
masyarakat, pelabuhan Benete dan lahan milik Pemerintah Daerah.
a. Industri Pertanian
- Mandiri Benih Jagung Hibrida
- Peningkatan Produksi Jagung Berkualitas
- Swasembada Pakan Unggas dan Ruminansia
- Swasembada Telur dan Daging Unggas
- Industri Olahan Hasil Perkebunan ( Essens Oil)
8
b. Industri Permesinan
- Swasembada Mesin Produksi
- Swasembada Mesin Olahan
- Swasembada Mesin Pengolahan Sampah
c. Industri Kemaritiman
- Swasembada Garam Konsumsi
- Swasembada Garam Industri
d. Industri Pariwisata
- Memperbanyak Penerbangan Domestik dan Internasional;
- Optimalisasi Manfaat Destinasi Unggulan dan Kawasan Strategis (Mandalika
dan Samota dll.
e. Industri Kreatif
- Fashion
- Seni dan Budaya Tradisional
- UKMK
9
BAB 2.
ARAH KEBIJAKAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI
1. Pada Februari 2019 penduduk usia Kerja di provinsi NTB mencapai 3,58 juta. Yang termasuk
angkatan kerja sejumlah 2.489,39, terbagi menjadi 2.408, 10 ribu orang bekerja dan 81,29
pengangguran. Kemudian 1.53,47 ribu orang yang digolongkan Pekerja penuh, sisanya
Pekerja paruh waktu dan setengah menganggur.
2. Perkembangan Tingkat Partisisfasi Angkatan kerja (TPAK) dalam 3 tahun Terakhir hasil
sensus di bulan yang sama yaitu februari berturut turut 2017 (76,62%), 2018 ( 69.83%) dan
tahun 2019 ( 69,62%).
3. Angka Pengganguran Terbuka pada 3 tahun terakhir untuk jenjang pendidikan SMK
menurun, pada pebruari tahun 2017 ( 11,12 %), Februari Tahun 2018 ( 5, 83%) dan Februari
Tahun 2019 ( 4,33 )
4. Struktur Pekerjaan Utama selam 3 tahun terakhir masih di dominasi oleh 1. sektor
Pertanian, Kehutanan dan perikanan, 2. Perdagangan besar dan 3. Industri Pengolahan.
10
jompo, dan tenaga kesehatan di rumah sakit di Arab Saudi, serta pemetik buah
anggur di Australia, tenaga kerja elektro di Singapura dan Malaysia.
Permasalahan yang terjadi diantaranya adanya keterbatasan bahasa, kurangnya
minat untuk bekerja di LN, sebagian besar peminat adalah tenaga kerja kurang
terdidik. Bahkan sekarang Jepang telah meminta tenaga sebanyak 52 ribu untuk
ditempatkan di industri-industri. Permasalahan yang terjadi adalah keterbatasan
bahasa, keterampilan dan jurusan tidak sesuai dengan permintaan.
(pemanfaatan rumah bahasa dan BLK)
Untuk menjawab permasalahan yang ada telah ditetapkan Misi ketiga sebagaimana diuraikan
diatas dan untuk mewujudkan Misi ketiga ini telah ditentukan Strategi dan Arah kebijakan
pembangunan pendidikan yaitu :
1. PeningkatanPemerataan Pendidikan dengan arah kebijakan yaitu meningkatkan Akses
pendidikan yang berkeadilan dan terjangkau
2. Peningkatanmutu dandaya saing pendidikan dengan arah kebijakan yaitu :
a. Mewujudkan pemerataan penyebaran, ketercukupan dan peningkatan kompetensi
pendidik, tenaga kependidikan dan tenaga kebudayaan
b. Mendorong penggunaan Teknologi Informasi dalam Pendidikan
Sehat dan Cerdas melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai pondasi daya
saing daerah memiliki strategi dan arah kebijakan yaitu:
12
Peningkatan pemerataan pendidikan melalui peningkatan akses pendidikan yang
berkeadilan dan terjangkau.
Peningkatan akses, mutu, dan daya saing pendidikan
1) Mewujudkan pemerataan penyebaran, ketercukupan dan peningkatan kompetensi
pendidik, tenaga kependidikan dan tenaga kebudayaan
2) Mendorong penggunaan Teknologi Informasi dalam pendidikan
3) Mengirim seribu putra/putri NTB sekolah keluar negeri
Tabel 2 Angka Partisipasi Kasar (APK) Provinsi NTB Tahun 2013 - 2017
Penduduk Usia
No. Tahun APK SMA/MA/SMK/Paket C 16-18 Tahun
(SMA/Sederajat)
1 2015-2016 91.25 267.108
2 2016-2017 93.89 267.146
3 2017-2018 97.99 267.651
Sumber:Badan Pusat Statistik,Tahun2018
13
banyak penduduk diluar usia 16-18 tahun yang bersekolah pada jenjang SMA/sederajat.
Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase jumlah anak pada kelompok
usia sekolah tertentu yang sedang bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai
dengan usianya terhadap jumlah seluruh anak pada kelompok usia sekolah yang
bersangkutan. Sejak tahun 2007, Pendidikan Non Formal (Paket A, Paket B, Paket C)
turut di perhitungkan. Bila APK digunakan untuk mengetahui seberapa banyak
penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan disuatu
jenjang pendidikan tertentu tanpa melihat berapa usianya, maka Angka Partisipasi
Murni (APM) mengukur proporsi anak yang bersekolah tepat waktu.
APM SMA/MA/SMK/PaketC
No. Tahun
1 2014 64.11
2 2015 64.97
3 2016 65.19
4 2017 65.67
5 2018 72.56
Sumber: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTB,2018
Angka Partisipasi Sekolah (APS) adalah proporsi dari semua anak yang masih sekolah
pada suatu kelompok umur tertentu terhadap penduduk dengan kelompok umur yang
sesuai termasuk didalamnya pendidikan nonformal dan paket A, B, dan C. APS yang
tinggi menunjukkan terbukanya peluang yang lebih besardalam mengakses pendidikan
14
secara umum. Pada kelompok umur mana peluang tersebut terjadi dapat dilihat dari
besarnya APS pada setiap kelompok umur.
Tabel 5 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Provinsi NusaTenggara Barat Tahun 2014 – 2018
Berdasarkan table diatas diketahui bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan, APS
semakin rendah. APS jenjang pendidikan SD/sederajat dan SMP/sederajat
tahun2013-2017 menunjukkan angka mendekati 100 persen. Data ini menunjukkan
bahwa akses layanan pendidikan jenjang pendidikan SD dan SMP cukup tinggi yang
didorong oleh adanya program wajib belajar 9 tahun, pembangunan rumah singgah
dan penambahan ruang kelas baru bagi sekolah yang berada didaerah terpencil
serta adanya dana BOS untuk membantu operasional sekolah dan untuk
mendukung siswa yang kurang mampu. Sementara untuk APS usia 16-18 tahun
jenjang SMA dan usia 19-24 tahun jenjang perguruan tinggi sejak tahun 2013
sampai tahun 2017 cenderung meningkat namunmasih tergolong rendah atau
masih jauh dari 100 persen disebabkan oleh masih terbatasnya akses pendidikan
menengah dan tinggi di kabupaten, kecamatan dan daerah terpencil, belum semua
penduduk usia 16-18 tahun dapat ditampung di sekolah yang ada dan juga
disebabkan oleh keterbatasan dana. Dengan telah dipenuhinya dana BOS untuk
jenjang SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA yang bertujuan untuk mengurangi beban
biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh masyarakat, terutama masyarakat
kurang mampu, menunjukkan hasilyang menggembirakan yaitu menurunnya angka
putus sekolah dan meningkatnya angka melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi, sebagaimana gambar berikut.
Gambar. Angka Drop Out (DO) Tahun 2014/2015- 2018/2019
15
Sumber : Dinas Pendidikandan KebudayaanProvinsiNTB,2014-2019
Dari grafik diatas terlihat trend persenta sejumlah siswa putussekolah menurun
yang terjadi pada semua jenjang pendidikan. Penurunan angka putus sekolah tahun
2017/2018 pada semua jenjang pendidikan optimis dapat dicapai dengan tetap
meluncurkan Program Indonesia Pintar (PIP) bagi siswa kurang mampu, disertai
dengan dana BOS dan melakukan penanganan dini terhadap siswa yang potensial
putus sekolah. Beberapa terobosan yang dilakukan dalam rangka penurunan angka
dropout antara lain:
a. Bersama dengan pemerintah kabupaten / kota dan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan untuk meningkatkan peran serta keluarga terutama orang tuadalam
pendidikananak mereka.
b. Melaksanakan program Paket A, B dan C, serta membangun sekolah SD- SMP satu
atap untuk wilayah terpencil dan terisolir.
c. Layanan khusus bagi anak-anak yang terpaksa bekerja karena alasan ekonomi
melalui program beasiswa dan pendidikan inklusi.
d. Meningkatkan jumlah SMA terbuka secara bertahap pada semua kabupaten/kota
yang pada saat ini baru ada di Kabupaten Lombok Barat dengan sekolah induk SMA
Negeri 1 Narmada.
e. Meningkatkan APK dan APM SMA/MA/SMK/Paket C dengan terus menfasilitasi
berbagai bantuan.
f. Mengefektifkan pelaksanaan Peraturan Daerah Penyelenggaraan Pendidikan Nomor
4 Tahun 2015 yang memberikan implikasi hukum dan komitmen penganggaran
penyelenggaraan pendidikan di provinsi NTB.
16
kelas, Adapun gambaran dari aspek tersebut pada tahun 2017/2018 sebagai
berikut :
Hasil Ujian Nasional
a. Kelulusan Ujian Nasional SMA
Jumlah peserta/pengikut Ujian Nasional SMA Negeri dan Swasta tahun pelajaran
2017/2018 sebanyak 32.507 siswa, yang berhasil lulus sebanyak 32.502 siswa atau
99,98%, sedangkan yang tidak lulus sebanyak 5 siswa atau 0,02%.
b. Kelulusan MA
Jumlah peserta Ujian Nasional MA Negeri dan Swasta tahun pelajaran 2017/2018
sebanyak 15.580 siswa, yang berhasil lulus sebanyak 15.571 siswa atau 99,94 %,
sedangkan yang tidak lulus sebanyak 9 siswa atau 0,06%. dengan rincian berdasar
Kabupaten/Kota sebagai berikut :
c. Kelulusan Ujian Nasional SMK
Jumlah peserta Ujian Nasional SMKtahun pelajaran 2017/2018 sebanyak 19.021 siswa,
yang berhasil lulus sebanyak 18.988 siswa atau 99,83%, sedangkan yang tidak lulus
sebanyak 33 atau 0,17% .
d. Akreditasi SMK
Jumlah SMK Yang Belum Terakreditasi
Tahun 2016 = 48.2 %
Tahun 2017 = 64.5 %
Tahun 2018 = 38.5 %
17
Dinas Dikbud NTB telah melakukan berbagai upaya kebijakan dalam rangka
meningkatkan kualifikasi guru, mulai dari guru TK sampai SMA/SMK.
Dari jumlah guru secara keseluruhan sebanyak 85.165 orang. terdiri GT 44.632
orang guru berstatus GTT Sementara sisanya, yaitu 40.533 Orang. Guru Tetap
dan Guru Tidak Tetap dengan kualifikasi S-1/D-4 dan di atas S-1/D-4, sebanyak
71.324 orang guru (83.75%), dan yang berkualifikasi pendidikan di bawah S-1/D-
4 baik guru PNS maupun non PNS adalah sebanyak 13.841 orangguru (16.25%)
dengan rincian perolehan prosentasi kualifikasi :
Perolehan prosentasi kualifikasi guru TK mencapai 72,88%,
Perolehan prosentasi kualifikasi guru SD mencapai 73.26%.
Perolehan prosentasi kualifikasi guru SLB mencapai 89,35%
Perolehan prosentasi kualifikasi guru SMP mencapai 95,27%
Perolehan prosentasi kualifikasi guru SMA mencapai 98,98%
Perolehan prosentasi kualifikasi guru SMK mencapai 98.46%
g. Sertifikasi Guru
Dalam upaya meningkatkan kompetensi guru, pada tahun 2017/2018 jumlah
guru tetap dan guru tidak tetap yang mengajar pada SMA dan SMK sebanyak
15.051 Guru yang mendapat sertifikasi sebanyak 6.823 guru (45,33%).
18
Dalam rangka penguatan Tatakelola, Akuntabilitas dan Pencitraan Publik
dilakukan beberapa kegiatan antara lain :
19
5. Peningkatan Kualitas dan KuantitasProgram Teaching Factorydi SMK yang
mendukung program pembangunan di daerah.
6. Pemenuhan SPM Pendidikan
20
D. Tujuan penyusunan Peta Jalan Revitalisasi SMK
Peta Jalan Revitalisasi Pendidikan Vokasi Provinsi menjadi rujukan bagi Pemerintah
Provinsi untuk penyusunan perencanaan kebijakan,program, kegiatandan sumberdaya
tahunan. Disamping itu, bagi Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) terkait, dokumen
Peta Jalan juga menjad iacuan dalam menyinergikan pengembangan pendidikan vokasi.
21
BAB 4
REVITALISASI KERJASAMA DENGAN DUDI
23
SMK Teaching Factory/Teckno Park,Class Industri, Short class Courses
a. SMK Teaching Factroy / Teckno Park dalam satu wilayah sesuai jumlah
core bisnis
2 b. Pelaksanaan Program Class industri di setiap SMK minimal 1
kompetensi Keahlian.
c. Mengikutkan siswa di kursus/diklat jangka pendek (short class courses)
yang diakan oleh industri.
Program Industri Mengajar di SMK dan Guru Magang Industri
a. Pelaksanaan pengadaan Guru Tamu dari Industri untuk mengajar
3 di SMK terjadwal secara periodik.
b. Kewajiban Guru Magang Industri menjadi salah satu program
unggulan pada setiap sekolah.
Terserapnya Lulusan SMK pada program industrialisasi Prov. NTB
a. 50% Lulusan Terserap di Program Kek Mandalika
4
b. 50% Lulusan Terserap di Program Ketahanan Pangan
c. 50% Lulusan Terserap dalam Program Industri Permesinan
24
BAB 5
REVITALISASI SISTEM SERTIFIKASI
Pola Sertifikasi yang dilakukan saat ini melalui di cara yaitu dengan Uji Kompetensi
Keahlian dan dengan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP-P1) menggunakan skema SKKNI,
Sertifikasi dibawah naungan BNSP Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Jumlah LSP
yang teregistrasi di BNSP untk Provinsi NTB 13 LSP yang terdiri dari 11 unit LSP-P1, 1
unit LSP-P2 dan 2 unit LSP-P3. Data siswa yang telah tersertifikasi dengan bekerjasama
25
dengan LSP sampai saat ini Bidang Kemaritiman 60 siswa (LSP – P3), Bidang Pariwisata
1178 siswa (LSP-P1), Bidang Teknologi Rekayasa 497 siswa (LSP–P2). Permasalahan
yang dihadapi dalam hal sertifikasi lulusan dan guru yaitu ;
1. Jumlah Sekolah yang memiliki LSP-P1 masih sedikit, begitu juga dengan LSP-P2 dan
LSP-P3 sangat kurang
2. Tempat Uji Kompetensi belum merata sehingga akomodasi memerlukan biaya
tambahan bagi sekolah yang ingin melakukan sertitifikasi peserta didiknya.
3. Ketika akan melakukan Uji Sertifikasi ada kendala belum sinkronnya antara
Kurikulum di PBM dengan Skema KKNI serta di DUDI
4. Kurangnya Tenaga Assesor
5. Guru yang ingin memiliki Sertifikat Kompetensi Keahlian harus secara mandiri dan
biaya cukup mahal dan berada di luar daerah, Baik untuk sertifikat bertaraf nasional
maupun Internasional
26
2 Memperbanyak Tempat Uji Komptensi (TUK)
a. Membuka TUK berbasis zonasi Wilayah per Bidang Keahlian
b. Memanfaatkan Teaching Faktory/ Teckno Park sebagai TUK
c. Bekerjasama dengan DUDI / Perguruan Tinggi untuk menjadi
mitra TUK
3 Meningkatkan Guru Produktif memiliki Sertifikat Kompetensi
Keahlian
a. Membuat terobosan kebijakan untuk mendorong Guru produktif
memiliki sertifikat Kompetensi Keahlian dan tidak hanya satu
sertifikat keahlian.
b. Program Guru Produktif memiliki sertifikat Kompetensi keahlian
berlisensi Internasional.
c. Mengikutkan Guru Produktif dalam Diklat-Diklat keahlian yang
diselenggarakan oleh DUDI
27
BAB 6
REVITALISASI KURIKULUM
1. Teaching Factory
Pengembangan Kurikulum 2013 dalam hal ini adalah Pengembangan Pola
pembelajaran teaching factory sesuai dengan Grand Design Pengembangan Teaching
Factory dan Technopark di SMK tahun 2016 adalah suatu model pembelajaran pada
institusi pendidikan kejuruan yang menggunakan suatu produk (barang/jasa) sebagai
media pembelajaran untuk mengantarkan kompetensi dan diselenggarakan melalui sinergi
sekolah dengan industri. Tujuan dari model pembelajaran tersebut adalah menghasilkan
lulusan yang menguasai kompetensi tertentu sesuai dengan standar industri serta
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Model
pembelajaran tersebut bertujuan untuk meningkatkan keselarasan proses pengantaran
pengembangan keterampilan (skills), pengetahuan (knowledge) dan sikap (attitude)
melalui penyelarasan tematik pada mata pelajaran non produktif maupun produktif.
Penekanan model pembelajaran ini terletak pada aktivitas peserta didik dalam memahami
standar/kualitas dari sebuah produk yang akan dikerjakan, kemampuan memecahkan
masalah dan melakukan inovasi, dengan pendampingan optimal dari instruktur/pendidik
yang memiliki kompetensi dan pengalaman industri yang relevan.
Proses pembelajaran dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur, standar dan
urutan kerja seperti yang diterapkan di industri dalam menghasilkan suatu produk
(barang/jasa), sehingga diharapkan peserta didik dapat menguasai suatu kompetensi
tertentu sekaligus memiliki standar perilaku yang dibutuhkan dalam suatu sistem dan
proses kerja industri.
Dalam rangka pengantaran kompetensi tersebut, model pembelajaran teaching
factory mengembangkan sistem yang dapat mengintegrasikan kebutuhan belajar setiap
peserta didik. Terdapat materi pembelajaran dasar yang harus dikuasai oleh setiap peserta
didik serta materi pembelajaran tingkat lanjut yang disediakan sebagai materi pengayaan.
Materi pembelajaran tersebut disusun secara sistematik dengan mengutamakan pada
28
pencapaian tujuan pembelajaran sikap, pengetahuan dan keterampilan (soft skills dan
hard skills) yang selaras dengan kebutuhan industri.
Dalam model pembelajaran teaching factory, peserta didik harus diberikan
pendampingan untuk dapat belajar dan bekerja secara mandiri dan berkelompok untuk
menghasilkan suatu produk (barang/jasa) berkualitas dalam jadwal belajar yang telah
ditentukan, dengan menggunakan materi pembelajaran yang disusun selaras dan
diintegrasikan dengan nilai – nilai industri. Produk (barang/jasa) yang dihasilkan dalam
model pembelajaran teaching factory harus dapat berfungsi sebagai media pengantar
kompetensi, dan bukan sekedar hasil praktik atau utilisasi peralatan laboratorium atau
bengkel. Penentuan produk dilakukan melalui tahapan analisis produk yang melibatkan
seluruh guru mata pelajaran (guru non produktif dan produktif) yang ada di institusi. Pada
tahap awal diprioritaskan pada jenis produk yang dapat digunakan untuk memenuhi atau
mensubstitusi kebutuhan internal dengan tetap mengutamakan kualitas, namun demikian
tidak menutup kemungkinan juga bahwa produk yang dihasilkan ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan eksternal. Hal yang terpenting adalah bahwa produk tersebut
digunakan sebagai media pengantar kompetensi, sehingga pemilihan produk memang
harus berdasarkan dengan kompetensi yang diajarkan.
Di provinsi Nusa Tenggara Barat kurang lebih terdapat 327yang terdiri dari SMK Negeri
sebanyak 97 SMK dan SMK Swasta sebanyak 230 SMK, yang menyebar di seluruh
Kabupaten/Kota. Pengembangan pembelajaran Teaching Factory belum maksimal
dilaksanakan di SMK-SMK di NTB, oleh karena itu perlu disusun sebuah program kegiatan
dalam rangka memberikan pemahaman dan peningkatan kemampuan guru-guru SMK
berkaitan dengan pengembangan pembelajaran teaching factory.
29
menjadi pemecah masalah, penemu, innovator, membangun kemandirian, berpikir logis,
melek teknologi, dan mampu menghubungkan pendidikan STEM dengan dunia kerjanya.
Pendidikan STEM menerapkan pembelajaran berbasis pemecahan masalah yang sengaja
menempatkan penyelidikan ilmiah dan penerapan matematika dalam konteks merancang
teknologi sebagai bentuk pemecahan masalah. Penyelidikan ilmiah jarang terjadi dalam
pendidikan teknologi dan kegiatan mendesain teknologi jarang terjadi di kelas sains. Tetapi
di dalam kehidupan sehari-hari, desain dan penyelidikan ilmiah secara rutin diaplikasikan
secara bersamaan sebagai teknis solusi untuk masalah dunia nyata.
Penyelarasan dan pemutakhiran Kurikulum antara SMK dengan Dunia Usaha Dunia
Industri agar difasilitasi dan dikembangkan agar terjalin dengan baik (link and match)
dengan demikian maka SMK akan menghasilkan kualitas lulusan yang dapat memenuhi
kualifikasi dan persyaratan yang dapat melakukan wirausaha secara mandiri.
Kurikulum yang digunakan masih menggunakan 2 versi, KTSP dan Kurikulum K-13.
Namun Pada tahun Pelajaran 2019-2020 semua SMKN dan SMKS telah menggunakan
Kurikulum 13 revisi. Surat Keputusan Direktur Jenderal Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 06/D.D5/KK/2018 tanggal 7 Juni 2018 tentang Spektrum Keahlian
Pendidikan Menengah Kejuruan yang perlu menjadi referensi. Pada pelaksanaan
Kurikulum K-13 masih ditemukan beberapa permasalahan yang mucul yaitu;
1. Berkurangnya jam mata pelajaran peminatan kejuruan c1 dan c2
2. Iklim pembelajaran yang KURANG BERORIENTASI KERJA
Kurikulum atau Standar Kompetensi di sekolah TIDAK RELEVAN dengan dunia kerja
Rekrutment Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang dibutuhkan tidak sesuai
dengan kebutuhan satuan pendidikan
Terbatasnya sarana dan prasarana yang memadai,
Kurang menerapkan konsep situated learning,
Kurang mempunyai hubungan dengan dunia industry
Assessment dan evaluasi dari pimpinan satuan pendidikan masih kurang
3. Belum ada kegiatan Penyesuaian Kurikulum atau Standar Kompetensi di sekolah dengan
dunia kerja secara berkelanjutan.
Kurangnya peran aktif satuan pendidikan dalam mengadakan hubungan kerja
dengan DU/DI/MoU
Kurangnya kegiatan pengembangan standar keahlian sebagai dasar bahan belajar
mengajar, pengujian, dan sertifikasi ketrampilan dari satuan pendidikan
30
Satuan Pendidikan kurang melibatkan DU/DI dalam pengelolaan system baru
pengembangan pendidikan dan pelatihan kejuruan
Kurangnya kegiatan dari satuan pendidikan dalam pengembangan kompetensi guru
produktif melalui pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi
Kurang menerapkan konsep situated learning
31
BAB 7
REVITALISASI GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN (GTK)
33
3 Guru dilengkapi dengan keahlian lainnya yang mendukung Kompetensi
Keahlian yang dimilikinya.
a. Mengikuti Magang Industri
b. Magang di Sekolah yang telah maju, memiliki kelas Industri
c. Mengikutkan pada program short class kursus keterampilan
4 Guru dan Tenaga Kependidikan Menguasai dan memahami Perkembangan
Industri dan Teknologi Kekinian.
a. Update Kompetensi keahlian kekinian
b. Menghilangkan Gagap Terhadap Penggunaan Teknologi
34
BAB 8
REVITALISASI SARANA DAN PRASARANA
35
B. Sasaran, Strategi dan Target
36
BAB 9.
REVITALISASI TATAKELOLA KELEMBAGAAN
37
C. Sasaran, Strategi dan Target