I. Latar Belakang
Tugas Satuan Polisi Pamong Praja yang begitu strategis dan untuk
melaksanakan amanat Undang-undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah, dalam rangka meningkatkan kinerja Satuan Polisi Pamong Praja, maka
perlu diatur susunan organisasi, informasi, kedudukan, wewenang, hak tugas dan
kewajiban Satuan Polisi Pamong Praja. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010
tentang Satuan Polisi Pamong Praja merupakan pedoman/arahan yang jelas bagi
Kementerian Dalam Negeri dalam rangka upaya pembinaan umum Satuan Polisi
Pamong Praja di daerah melalui 4 (empat) hal, yaitu peningkatan kapasitas
kelembagaan, sumber daya manusia, anggaran serta sarana dan prasarana.
Dalam Peraturan Pemerintahan dimaksud, pada pasal 29 ayat (1) menegaskan
bahwa pemeliharaan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat di seluruh
wilayah provinsi merupakan kewenangan Gubernur. Dalam hal terjadi gangguan
trantibum yang meliputi dua atau lebih wilayah Kabupatan/Kota dalam satu
provinsi penanganannya dokoordinir oleh Satuan Polisi Pamong Praja provinsi.
Selanjutnya pada pasal 30 ayat (1) disebut bahwa “Menteri Dalam Negeri
melakukan pembinaan umum Satuan Polisi Pamong Praja”. Dalam penjelasan
disebutkan bahwa yang dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri dalam pembinaan
umum adalah meliputi pemberian pedoman dan standar bimbingan, supervisi,
pendidikan dan pelatihan, monitoring dan evaluasi penyelenggaraan tugas Satuan
Polisi Pamong Praja.
Untuk mengoptimalkan penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam rangka
mewujudkan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat, aspek pokok yang
perlu mendapat perhatian adalah memperkuat sinergi penyelenggaraan
pemerintahan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah serta antara
pemerintah daerah provinsi dengan pemerintah daerah kabupatan/kota, agar dapat
melakukan upaya bersama dalam mengatasi setiap masalah penyelenggaraan
ketertiban umum dan ketentraman masyarakat yang terjadi.
Sesuai dengan pembagian kewenangan yang diatur melalui Undang-undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, pemerintahn berkepentingan
melakukan pembinaan kepada pemerintah yang menjadi kewenangannya serta
mengupayakan dana dekonsentrasi dan tugas pembantu yang diprakarsai oleh
kementerian/lembaga. Walaupun urusan ketertiban umum dan ketentraman
masyarakat adalah merupakan urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah
daerah, namun kewenangan tersebut ternyata belum dilaksanakan secara optimal,
terutama dengan adanya persepsi masyarakat yang masih minim tentang tugas
pokok dan fungsi Satuan Polisi Pamong Praja di daerah. Padahal sesuai dengan
motonya yaitu Praja Wibawa yang artinya Pemerintahan yang berwibawa,
seharusnya Satuan Polisi Pamong Praja dapat konsisten dalam menjaga citra dan
kewibawaan Pemerintah daerah melaui penegakan Peraturan Daerah serta
penyelenggaraan keretiban umum dan ketentraman masyarakat.
Berdasarkan hal tersebut, peningkatan pemahaman aparat Satuan Polisi
Pamong Praja, tokoh masyarakat, tokoh agama serta instansi terkait tentang tugas
pokok dan fungsi Satuan Polisi Pamong Praja memegang peranan yang sangat
penting dalam rangka upaya meningkatkan citra dan wibawa Satuan Polisi Pamong
Praja di Daerah yang diharapkan pada gilirannya dapat konsisten menjaga citra dan
wibawa Pemerintahan Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong
Praja dalam penjelasan Pasal 29 ayat (1) menegaskan bahwa Pemeliharaan
ketertiban umum dan ketentraman masyarakat diseluruh wilayah Provinsi
merupakan kewenangan Gubernur. Dalam hal terjadi gangguan trantibum yang
meliputi dua atau lebih wilayah Kabupaten/Kota dalam satu Provinsi
penanganannya dikoordinir oleh Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi. Selanjutnya
pada penjelasan Pasal 30 ayat (1) disebutkan bahwa pembinaan umum yang
dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri meliputi pemberian pedoman dan standar
bimbingan, supervisi, pendidikan dan pelatihan, monitoring dan evaluasi
penyelenggaraan tugas Satuan Polisi Pamong Praja.
Untuk mengoptimalkan penyelenggaraan Pemerintahan daerah dalam rangka
mewujudkan ketentraman dan ketertiban masyarakat, aspek pokok yang perlu
mendapat perhatian adalah memperkuat sinergi penyelenggaraan Pemerintahan
antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah serta antara Pemerintah
Daerah Provinsi dengan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, agar dapat
melakukan upaya bersama dalam mengatasi setiap masalah trantibum yang terjadi.
Berdasarkan hal tersebut, serta mengacu pada Permendagri Nomor 43 Tahun
2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Dalam Negeri, pemerintah
berkewajiban untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan dan aparatur Satuan
Polisi Pamong Praja dalam rangka penegakan peraturan daerah, untuk
meningkatkan ketenteraman dan ketertiban umum di wilayah provinsi dengan
memperkuat pelaksanaan Tugas Gubernur sebagai wakil Pemerintah di wilayah
Provinsi melalui dana dekonsentrasi.
Adapun permasalahan mendasar dalam penanganan ketertiban umum dan
ketenteraman masyarakat serta perlindungan masyarakat adalah sebagai berikut :
1. SDM Satuan Polisi Pamong Praja masih kurang profesional dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya menimbulkan kontra produktif di masyarakat.
2. Pembinaan terhadap aparat Satuan Polisi Pamong Praja masih sangat kurang
sehingga pemahaman dan pengetahuan tentang tugas fungsi serta batas
kewenangannya yang dilaksanakan kurang dipahami sehingga terkadang
dijumpai kesalahan penanganan saat melakukan penertiban.
Sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut, Direktorst Jenderal Bina
Administrasi Kewilayahan Kementerian Dalam Negeri pada Tahun Anggaran 2016
melimpahkan wewenang kepada 17 Provinsi melalui anggaran Dekonsentrasi
untuk kegiatan “Peningkatan Kapasitas kelembagaan dan SDM bagi Satuan Polisi
Pamong Praja Serta Linmas”.
V. Pelaksana Kegiatan
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) untuk kegiatan Peningkatan Kapasitas
kelembagaan dan SDM bagi Satuan Polisi Pamong Praja serta Linmas di Daerah, di
laksanakan oleh:
1. Kegiatan peningkatan kapasitas SDM Satuan Polisi Pamong Praja oleh Pejabat
yang membidangi peningkatan sumber daya manusia Polisi Pamong Praja
Provinsi.
2. Kegiatan peningkatan pemahaman dan persepsi masyarakat tentang Satuan
Polisi Pamong Praja di daerah oleh pejabat yang membidangi Tata Operasional
atau pejabat yang membidangi penegakan perda satker Satuan Polisi Pamong
Praja provinsi.
VI. Lokasi Penyelenggaraan Dekonsentrasi Peningkatan Kapasitas SDM bagi Satuan
Polisi Pamong Praja dan Linmas Daerah di Provinsi Kepulauan Riau.
VII. Tema
Rapat Koordinasi Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia Polisi Pamong Praja
Tahun Anggaran 2016 ini mengambil tema ”PENINGKATAN KAPASITAS
SUMBERDAYA MANUSIA POLISI PAMONG PRAJA DAN LINMAS UNTUK MENJAMIN
KEAMANAN, KETENTRAMAN, KETERTIBAN DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT”.
3. Kebijakan, prioritas, indikator serta target kinerja Satuan Polisi Pamong Praja
dan Linmas Provinsi Kepulauan Riau dengan narasumber Kepala Satuan Polisi
Pamong Praja Provinsi Kepulauan Riau.
B. Moderator :
1. Kasudit SDM Polisi Pamong Praja dan Linmas Direktorat Satuan Polisi
Pamong Praja dan Linmas Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia.
3. Para Kepala Seksi pada Sudit SDM Polisi Pamong Praja dan Linmas Direktorat
Satuan Polisi Pamong Praja dan Linmas Kementerian Dalam Negeri Republik
Indonesia.
IX. Peserta
Peserta Rapat Koordinasi Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia Polisi
Pamong Praja Tahun Anggaran 2016 sebanyak 55 orang, terdiri dari :
2. Sekretaris dan Para Kabid di Lingkungan Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi
Kepulauan Riau.
Rapat Koordinasi Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia Polisi Pamong Praja
Tahun Anggaran 2016 ini diselenggarakan pada :
XI. Penutup
Demikian Term of Reference ini disusun sebagai panduan dalam perencanaan dan
pelaksanaan kegiatan Rapat Koordinasi Peningkatan Kapasitas Sumber Daya
Manusia Polisi Pamong Praja Tahun Anggaran 2016. Hal-hal yang belum tercakup
dalam Term of Reference ini akan dilengkapi kemudian sesuai dengan kebutuhan.