Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Medan
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala rahmat dan karunia-Nya penulis masih diberikan-Nya berkat untuk menyelesaikan
tugas makalah mata kuliah Perencanaan Pembangunan ini. Penulis berterimakasih kepada
Bapak dosen yang bersangkutan yang sudah memberikan bimbingannya dalam penyelesaian
makalah ini.
Penulis sadar bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan juga
kelemahan yang penulis buat. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik
dari pembaca dan juga bapak dosen yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah
ini. Dan diharapkan pembaca dapat mengerti isi makalah ini dengan baik dan dapat
digunakan sebagai referensi.
Akhir kata penulis ucapkan terimakasih semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
bisa menambah pengetahuan bagi pembaca.
Kelompok 1
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................2
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................2
1.3 Tujuan masalah............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................4
2.1 APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN PERENCANAAN.............................................4
2.2 KAITAN PERENCANAAN DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN............................6
2.3 URUTAN LANGKAH-LANGKAH DALAM PERENCANAAN WILAYAH........................7
2.4 MENGAPA PERENCANAAN WILAYAH DIPERLUKAN................................................9
2.5 TUJUAN DAN MANFAAT PERENCANAAN WILAYAH..............................................11
2.6 BIDANG-BIDANG YANG TERCAKUP DAALAM PERENCANAAN WILAYAH............12
2.7 JENIS-JENIS PERENCANAAN..................................................................................13
2.8 TINGKAT-TINGKAT PERENCANAAN WILAYAH.......................................................16
2.9 KELOMPOK PERMASALAHAN YANG DI HADAPI PERENCANA WILAYAH............18
2.10 KEAHLIAN YANG DIBUTUHKAN UNTUK MENJADI PERANCANAAN WILAYAH. .21
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................24
3.1 KESIMPULAN..........................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN
3
Perencanaan wilayah adalah perencanaan penggunaan ruang wilayah dan perencanaan
aktivitas pada ruang wilayah tersebut. Perencanaan ruang wilayah tercakup dalam kegiatan
perencanaan tata ruang, sedangkan perencanaan aktivitas pada ruang wilayah (terutama
aktivitas ekonomi) tercakup dalam kegiatan perencanaan pembangunan wilayah, baik jangka
panjang, jangka menengah, maupun jangka pendek. Perencanaan tata ruang wilayah biasanya
tercakup dalam bidang tersendiri.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
dimasak hari ini yang sesuaidengan selera keluarga atau seorang tukang becak yang
memikirkan di manasaja ia akan mangkal hari ini dan pada jam berapa mangkal di masing-
masing tempat agar m endapatkan penumpang yang cukup.Hal ini membuat definisi
perencanaan bisa berbeda dan bervariasi antara penulis yang satu dengan
penulislainnya.Terdapat banyak definisi perencanaan,yang terlihat berbeda antara bukuteks
yang satu dengan buku teks lainnya.
Dalam Kamus Management karangan Moekijat ( 1980 ) menyebutkan ada delapan
perumusan tentang arti perencanaan. Kemungkinan besar perumusan ini dikutip dari berbagai
buku teks manajemen. Empat di antaranya dikutip berikutini (Moekijat, 1980 : 431- 432):
1. "Perencanaan adalah hal memilih dan menghubungkan fakta-fakta serta hal membuat
dan menggunakan dugaan-dugaan mengenai masa yang akan datang dalam hal
menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diusulkan,yang dianggap
perlu untuk mencapai hasil-hasil yang diinginkan."
2. "Perencanaan adalah suatu usaha untuk membuat suatu rencana tindakan, artinya
menentukan apa yang dilakukan,siapa yang melakukan,dan di manahal itu dilakukan.”
3. "Perencanaan adalah penentuan suatu arah tindakan untuk mencapai suatu hasil yang
diinginkan."
4. "Perencanaan adalah suatu penentuan sebelumnya dari tujuan-tujuan yang diinginkan
dan bagaimana tujuan tersebut harus dicapai." Dari berbagai perumusan di atas dapat
disimpulkan bahwa inti perencanaanadalah menetapkan tujuan dan merumuskan
langkah-langkah untuk mencapaitujuan tersebut.Hanya mengenai langkah-langkah
tersebut ada yang diperinci dan ada yang kurang diperinci.Hal ini adalah sejalan
dengan berbagai pengertian perencanaan seperti yang telah dikemukakan terdahulu.
Sudut pandang yang berbeda tentang perencanaan dikemukakan oleh Friedman. Menurut
Friedman dalam Glasson (1974 : 5) :
"Planning is primarily a way of thinking about social and economicproblems,planning is
oriented predominantly toward the future,is deeply concerned with the relation of goals to
collective decisions and strives for comprehensiveness in policy and program."
Menurut Friedman perencanaan adalah cara berpikir mengatasipermasalahan sosial
dan ekonomi,untuk menghasilkan sesuatu di masa depan. Sasaran yang dituju adalah
keinginan kolektif dan mengusahakan keterpaduan dalam kebijakan dan program. Friedman
melihat perencanaan memerlukan pemikiran yang mendalam dan melibatkan banyak pihak
sehingga hasil yang diperoleh dan cara memperoleh hasil itu dapat diterima oleh masyarakat.
6
Hal ini berarti perencanaan sosial dan ekonomi harus memperhatikan aspirasi masyarakat dan
melibatkan masyarakat, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Perlu dicatat bahwa
definisi Friedman ini terkait dengan perencanaan pembangunan ekonomi wilayah di negara
maju, di mana perencanaan itu merupakan kesepakatan antara pemerintah dan masyarakat.
Menurut Conyers&Hills (1994) dalam Arsyad (1999:19) , perencanaan adalah “Suatu
proses yang berkesinambungan yang mencakup keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan
berbagai alternatif penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pada
masa yang akan datang."
Berdasarkan definisi di atas,Arsyad (1999) berpendapat ada empat elemen
dasar perencanaan, yaitu:
7
Arahan dari DPR/DPRD dapat dimintakan pada awal penyusunannya dan setelah
drafperencanaan selesai,kembali dibahas bersama DPR/DPRD dan tokoh-tokoh masyarakat.
Hasil akhir perencanaan yang menyangkut kehidupan masyarakat luas, harus mendapat
persetujuan DPR/DPRD. Apabila masyarakat dilibatkan dalam seluruh proses perencanaan,
penyusunan perencanaan itu akan sulit di selesaikan dalam kurun waktu yang ditetapkan.
Padahal agar berdaya guna perencanaan itu perlu selesai tepat waktu.
8
yang dicakup, proses perencanaan membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan proses
pengambilan keputusan. Alat analisis yang digunakan juga seringkali berbeda, misalnya
perencanaan membutuhkan kemampuan untuk melakukan proyeksl, sedangkan dalam
pengambilan keputusan (di luar perencanaan) , analisis seperti itu belum dibutuhkan. Secara
singkat, pengambilan keputusan ditunjukan untuk menyelesaikan suatu masalah sedangkan
perencanaan ditujukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu di masa yang akan datang. Perlu
diingat bahwa tujuan dalam perencanaan juga untuk menyelesaikan masalah, hanya
umumnya masalahnya bersifat jangka panjang. Oleh karena itu, faktor-faktor yang jarus
diperhatikan menjadi banyak.
9
3. Identifikasi pembatas dan kendala yang sudah ada saat ini maupun yang
diperkirakan akan muncul pada masa yang akan datang .
4. Proyeksikan berbagi variabel yang terkait, baik yang bersifat controllable (dapat di
kendalikan ) maupun non-controllable (di luar jangkauan pengendalian pihak
perencanaan).
5. Tetapkan sasaran yang di perkirakan dapat di capai dalam kuun waktu tertentu,
yaitu berupa tujuan yang dapat di ukur.
6. Mencari dan mngevaluasi berbagai alternatif untuk mencapai sasaran tersebut.
Dalam mencari alternatif perlu di perhatikan keterbatasan dana dan faktor produksi
yang tersedia.
7. Memiliki alternatif yang terbaik, termasuk menentukan berbagai kegiatan
pendukung yang akan dilaksanakan
8. Menetapkan lokasi dari berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan.
9. Menyusun kebijakan dan strategi agar kegiatan pada tiap lokasi berjalan sesuai
dengan yang diharapkan.
Perlu di catat bahwa pada langkah “mencari dan mengevaluasi berbagai alternatif ’,di
dalamnya dapa berupa kegiatan saja tanpa menyeut lokasi, tetapi isa juga berupa kegiatan dan
lokasinya sekalius. Apaila pada langkah tersebut telah berisikan alternatif “ keiatan dan
lokasinya’’ sekaligus, langkah-langkah yang disebutkan di atas bisa lebih sedrhana apabila
permasalahannya sederhana. Akan tetapi, bagi perencanaan yang cukup luas, langkah-
langkahdi atas barulah merupakan langkah-langkah utama. Artinya, setiap langkah bisa terdiri
atas berbagai indakan keiatan sehinggah merupakan suatu perencanaan tersendiri (langkah-
langkah yang lebi spesifik di ruraikan pada Bab2 ). Demikian pula urutannya dapat di boalk-
balik. Misalnya setelah alternatif di tetapkan,kemudian di susun langkah dan strategi untuk
menjalankan alternatif tersebuat, diketahui bahwa ada langkah yang tidak dapa di
jalankan,terpaksa dicari alternatif lain.
10
1. Banyak diantara potensi wilayah selain terbatas juga tidak mungkin lagi di perbanyak
atau di perbaharui. Kalaupun ada yang masih mungkin untuk di perbaharui akan
memerlukan waktu yang cukup lama dan biayanya cukup besar. Potensi yang
dimaksud antara lain menyangkut luas wilayah, sumber air bersih yang tersedia,
bahan tambang yang sudah erkuras,luas hutan penyangga yang menciut,luas jalur
hijau yang menciut, tanah longsor, atau permukaan tanah yamg terkena erosi.
2. Kemampuan teknologi dan cepatnya perubahan dalam kehidupan manusia. Pada
zaman peradaban nenek moyang kita masih sangat sederhana,untuk dapat bertahan
hidup, mereka terpaksa merambah hutan dan membakarnya agar bisa ditanami
tanaman pangan. Akan,tetapi karena jumlah manusianya masih sedikit dan hanya
menandalkan kekuaan oot atau alat sederhana maka luas yang dapat mereka rambah
hanya sedikit sehingga dampaknya tidak terasa dan alam pun mampu untuk
memperbaikinya kembali setelah lahan itu di tinggalkan. Akan tetapi, pada masa
kemajuan teknologi seperti sekaranng ini, sebuah traktor dapat mengubah bentuk
puluhan hektar lahan hanya dalam satu hari. Hal ini berarti jika tidak ada pengaturan
(perencanaan) maka perubahan bisa menjadi tidak terkendali. Jika hal itu telah tejadi,
walaupun kemudian diketahui bahwa hal itu salah, akan sulit untuk
mengembalikannya pada keadaan semula atau keadaan yang dapa di toleransi.
3. Kesalahan perencanaan yang sudah dieksekusi di lapangan sering idak dapat di ubah
atau di perbaiki kembali. Hal ini misalnya adanya penggunaan lahan yang tidak
terencana ataupun salah dalam perencanaan. Walaupun kemudian diketahui
dampaknya negative tetapi sulit untuk di perbaiaki atau di tata kembali. Hal ini terjadi
karena dalam penggunaan lahan telah melekat berbagai kepentingan yang tidak ingin
di lepas oleh pengguna lahan telah melekat berbagai kepentigan yang tidak ingin di
lepas oleh pengguna lahan tersebut. Misalnya, masyarakat yang sudah terlanjur
membangun rumah di jalur hijau atau daerah yang terkena banjir tahunan, ataupun
yang sudah membangun warung di atas parit jalan dan di taman kota.
4. Lahan di butuhkan oleh setiap manusia untuk menopang kehidupanya. Pada sisi lain,
kemampuan manusia untuk mendapatkan lahan tidak sama. Hal ini membuat
penggunaan atau kepemilikan laha tidak dapat sepenuhnya kepada mekanisme pasar.
Apabila dibiarkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar, lahan dapat berada di tangan
segelintir orang dan menetapkan sewa yang tinggi untuk orang –orang yan
membutuhkan lahan. Padahal seiap oang membutuhkan lahan sebagai tempat tinggal
atau tempat berusaha. Jelas terlihat adanya konflik kepentingan yang begitu besar
11
dalam pemanfaatan lahan yang tersedia. Hal ini terlebih-lebih terjadi di daerah
perkotaan atau daerah yang sudah padaat penduduknya. Misalnya jika diizinkan, aka
nada pengusaha yang siap menggusur sebuah permukiman mapan yang ada di tengah
kota dengan ganti rugi yang memadai (ganti rugi tidak kurang dari harga pasar yang
berlaku ). Namun persoalanya apakah hal ini dapat di benarkan. Apabila tidak
dilakukan secara terencana, tidak akan ada lagi permukiman masyarakat kelas
menengah kebawah ke pusat kota. Padahal pusa kota tetap membutuhkan tenaga kerja
dari golongan masyarakat menengah ke bawah. Apabila masyarakt menengah
kebawah bermukin jauh di pinggiran kota atau luar kota, banyak dampak merugikan
yang terjadi baik bagi pengusaha atau pemilik gedung di pusat kota maupun
msayarakat penjual tenaga kerja yang terpaksa tinggal jauh dari tempat kerjanya.
Dampak tersebuat,antara lain banyaknya penglaju (commuter) sehingga lalu lintas
menjadi sangat padat, terutama pada jam sibuk. Dengan kata lain, hal itu akan
membuat kehidupan di kota menjadi sangat tidak efisien. Pada sisi lain pusat kota
menjadi sangat sepi di dalam hari dan hal ini bisa mengundang terjadinya kejahatan.
Di pusat kota terdapat nilai aset yang begitu besar, padahal kondisi lokasi ini medah di
jadikan objek kejahatan di malam hari apabila penghuninya sepi.
5. Tatanan wilayah sekaligus menggambarkan kepribadi dari masyarakat yang
berdomisili di wilayah tersebut, dimana kedua hal tersebuat adalah saling
mempengaruhi. Masyarakat yang tidak berdisplin ( tidak mematuhi aturan yan
berlaku) cendrung membuat wilayahnya tidak tertata, tetapi di sisi lain wilayah
yang tidak tertata juga cendrung membuat masyarakatnya tidak disiplin .
6. Potensi wilayah berupa pemberian alam maupun hasil karya manusia di masa lalu
adalah aset yang harus dimanfaat kan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat
dalam jangka panjang dan bersifat langgeng. Untuk mencapai hal maka
pemanfaatan aset itu haruslah di rencanakan secara menyeluruh dengan cermat.
Perlu ada perencanaan yang memberi arahan penggunaan lahan secara keseluruhan
yang menjadi panduan bagi perencanaan lainnya (sektoral) yang besifat parsial.
Enam alasan yang dikemukakan diatas saja sudah cukup untukk meyakinkan
bahwa perencanaan wilayah mutlak di perlukan.
12
2.5 TUJUAN DAN MANFAAT PERENCANAAN WILAYAH
Tujuan perencanaan wilayah adalah menciptakan kehidupan yang efisien, nyaman,
serta lestari dan pada tahap akhirnya menghassilkan rencana yang menetapkan lokasi dari
berbagai kegiatan yang direncanakan, baik oleh pihak pemerintah ataupun oeh pihak swasta.
Sifat perencanaan wilayah yang sekaligus menunjukkan manfaatnya, antara lain dapat
dikemukakan sebagai berikut
1. Perencanaan wilayah haruslah mampu menggambarkan proyeksi dari berbagai
kegiatan ekonomi dan penggunaan lahan di wilayah tersebut di masa yang akan
datang. Dengan demikian sejak awal telah terlihat arah lokasi yang dipersiapkan
untuk dibangun dan yang akan dijadikan sebagai wilayah penyangga. Juga dapat
dihindari pemanfaatan lahan yang mestinya dilestarikan, seperti kaasan hutan lindung
dan konservasi alam.
2. Dapat membantu atau memandu para pelaku ekonomi untuk memilih kegiatan apa
yang perlu dikembangkan di masa yang akan datang dan dimana lokasi kegiatan
seperti itu masih diizinkan. Hal ini bisa mempercepat proses pembangunan karena
investor mendapat kepastian hukum tentang lokasi usahanya dan menjamin
keteraturan dan menjauhkan benturan kepentingan.
3. Sebagai bahan acuan bagi pemerintah untuk mengendalikan atau mengawasi arah
pertumbhan ekonomi dan arah pembangunan lahan.
4. Sebagai landasan bagi rencana-rencana lainnya yang lebih sempit tetapi lebih detail.
5. Lokais itu sendiri dapat dipergunakan untuk berbagai kegiatan, penetapan kegiatan
tertentu pada lokasi tertentu haruslah memberi nilai tambah maksimal bagi seluruh
masyarakat, artinya dicapai suatu manfaat optimal dari lokais tersebut.
13
a. Tata ruang tingkat nasional;
b. Tata ruang tingkat provinsi;
c. Tata ruang tingkat kabupaten atau kota;
d. Tata ruang tingkat kecamatan atau desa;
e. Detailed design penggunaan lahan untuk wilayah yang lebih sempit termasuk
perencanaan teknis, terutama di wilayah perkotaan (misalnya untuk pengaturan
IMB).
3. Subbidang perencanaan khusus seperti:
a. Perencanaan lingkungan;
b. Perencanaan permukiman atau pemerintah;
c. Perencanaan transportasi.
4. Subbidang perencanaan proyek (site planning) seperti:
a. Perencanaan lokasi proyek pasar;
b. Perencanaan lokasi proyek pendidikan;
c. Perencanaan lokasi proyek rumah sakit;
d. Perencanaan lokasi proyek real estate;
e. Perencanaan lokasi proyek pertanian;
f. Dll.
Perlu dicatat bahwa walaupun keseluruhan dari bidang tersebut termasuk ke dalam bidang
perencanaan wilayah, namun untuk beberapa subbidang yang cakupan wilayahnya sempit
tetapi bersifat rinci telah tercakup atau diajarkan pada disiplin ilmu lain sehingga seringkali
tidak lagi diajarkan atau tercakup dalam ilmu perencanaan wilayah. Bahkan diantaranya telah
diajarkan dalam disiplin ilmu lain terlebih dahulu sebelum berkembangnya ilmu perencanaan
wilayah.
14
tidak melibatkan masyarakat sama sekali. Uraian atas masing-masing jenis tersebut
dikemukakan dibawah ini:
1. Perencanaan fisik dan perencanaan ekonomi
Perencanaan fisik (physical planning) adalah perencanaan untuk mengubah atau
memanfaatkan struktur fisik suatu wilayah misalnya perencanaan tata ruang atau tata guna
tanah, perencanaan jalur transportasi/komunikasi, penyediaan fasilitas untuk umum, dan lain-
lain.
Perencanaan ekonomi (economic planning) berkenaan dengan perubahan struktur
ekonomi sesuatu wilayah dan langkah-langkah untuk memperbaiki tingkat kemakmuran
suatu wilayah.Perencanaan ekonomi lebih didasarkan atas mekanisme pasar ketimbang
perencanaan fisik yang lebih didasarkan atas kelayakan teknis.
2. Perencanaan alokatif versus perencanaan inovatif
Pembedaan ini didasarkan atas perbedaan visi dari perencanaan tersebut, yaitu antara
perencanaan model alokatif dan perencanaan yang bersifat inovatif. Perencanaan alokatif
(allocative planning) berkenaan dengan menyukseskan rencana umum yang telah disusun
pada level yang lebih tinggi atau telah menjadi kesepakatan bersama. Jadi, inti kegiatannya
berupa kordinasi dan sinkronisasi agar sistem kerja untuk mencapai tujuan itu dapat berjalan
secara efektif dan efisien sepanjang waktu.
Dalam perencanaan inovatif (innovative planning), para perencana lebih memiliki
kebebasan, baik dalam menetapkan target maupun cara yang di tempuh untuk mencapai
target tersebut. Artinya, mereka dapat menetapkan prosedur atau cara-cara baru, yang penting
target itu dapat dicapai atau dilampaui.Wujud perencanaan ini adalah menciptakan sistem
yang baru ataupun perubahan-perubahan yang dapat memberikan hasil akhiryang lebih besar
atau lebih baik.
15
Perencanaan bertujuan laten adalah perencanaan yang tidak menyebutkan sasaran dan
bahkan tujuannya pun kurang jelas sehingga sulit untuk dijabarkan. Tujuan perencanaan laten
sering dikejar secara tidak sadar, misalnya ingin hidup bahagia, kehidupan dalam masyarakat
yang aman, nyaman, dan penuh dengan rasa kekeluargaan.
5. Perencanaan indikatif versus perencanaan imperative
Pembedaan ini didasarkan atas ketegasan dari isi perencanaan dan tingkat
kewenangan dari institusi pelaksana.Perencanaan indikatif adalah perencanaan dimana tujuan
yang hendak dicapai hanya dinyatakan dalam bentuk indikasi, artinya tidak di patok dengan
tegas.Tujuan bisa juga dinyatakan dalam bentuk indicator tertentu, namun indicator itu
sendiri bisa konkret dan bisa hanya perkiraan (indikasi).
Perencanaan imperative adalah perencanaan yang mengatur baik sasaran, prosedur,
pelaksana, waktu pelaksana, bahan-bahan, serta alat-alat yang dapat dipakai untuk
menjalankan rencana tersebut.Itulah mengapa perencanaan ini disebut perencanaan sistem
komando. Pelaksana di lapangan tidak berhak mengubah apa yang tertera dalam rencana,
paling-paling hanya bisa mengajukan usul.
6. Top down versus bottom up planning
Pembedaan perencanaan jenis ini didasarkan atas kewenangan dari institusi yang
terlibat.Perencanaan model top down dan bottom up hanya berlaku apabila terdapat beberapa
tingkat atau lapisan pemerintah atau beberap jenjang jabatan di perusahaan yang masing-
masing tingkatan diberi wewenang untuk melakukan perencanaan.
Perencanaan top-down adalah apabila kewenangan utama dalam perencanaan itu
berada pada institusi yang lebih tinggi dimana institusi perencana pada level yang lebih
rendah harus menerima rencana atau arahan dari institusi yang lebih tinggi. Rencana dari
institusi yang lebih tinggi tersebut harus dijadikan bagian rencana dari institusi yang lebih
rendah.Sebaliknya, bottom-up planningadalah apabila kewenangan utama dalam perencanaan
itu berada pada institusi yang lebih rendah, dimana insitusi perencana pada level yang lebih
tinggi harus menerima usulan-usulan yang di ajukan oleh institusi perencana pada tingkat
yang lebih rendah.
7. Vertical versus horizontal planning
Pembedaan ini juga didasarkan atas perbedaan kewenangan antarinstitusi walaupun
lebih di tekankan pada perbedaan jalur koordinasi yang diutamakan perencana. Vertical
planning adalah perencanaan yang lebih mengutamakan koorninasi antar berbagai jenjang
pada sector yang sama. model ini mengutamakan keberhasilan sektoral, jadi menekankan
pentingnya koornidasi antar berbagai jenjang pada instansi yang sama (sector yang sama).
Horizontal planning menekankan keterkaitan antar berbagai sector sehingga berbagai
sector itudapat berkembang secara bersinergi. Horizontal planning melihat pentingnya
16
koordinasi antar berbagai instansi pada level yang sama, ketika masing-masing instansi
menangani kegiatan atau sector yang berbeda. Pada horizontal planning kegiatan masing-
masing sector dibuat saling terkait dan menjadi sinkron sehingga sasaran umum
pembangunan wilayah dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien.Antara kedua model
perencanaan itu harus terdapat arus bolak-balik sehingga dihasilkan rencana yang baik.
8. Perencanaan yang melibatkan masyarakat secara langsung versus yang tidak
melibatkan masyarakat secara langsung
Pembedaan ini juga didasarkan atas kewenangan yang diberikan kepada institusi
perencana yang sering kali terkait dengan luas bidang yang direncanakan.Perencanaan yang
melibatkan masyarakat yang secara langsung adalah apabila sejak awal masyarakat telah
diberi tahu dan di ajak ikut serta dala menyusun rencana tersebut. Perencanaan yang tidak
melibatkan masyarakat adalah apabila masyarakat tidak dilibatkan sama sekali dan paling-
paling hanya dimintakan persetujuan dari DPRD untuk persetujuan akhir. Perencanaan yang
tidak melibatkan masyarakat misalnya apabila perencanaan itu bersifat teknis pelaksana,
bersifat internal, menyangkut bidang yang sempit, dan tidak secara langsung bersangkut paut
dengan kepentingan orang banyak.
17
pusat, setiap daerah provinsi harus menyiapkan buku Repelita dengan berpedoman pada
model repelita nasional. Repelita ini kemudian lebih diperinci dalam bentuk Sarlita (Sasaran
pelita). Setelah diberlakukannya Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah maka pemerintah daerah wajib menyusun RPJP (Rencana Pembangunan Jangka
Panjang) dengn masa perencanaan 20 tahun kedepan dan RPJM (Rencana Pembangunan
Jangka Menengah) dengan masa perencanaan 5 tahun ke depan. RPJM dirinci kedalam
rencana tahunan yang disebut RKPD (Rencana Kerja Pembangunan Daerah).RPJM juga
dirinci masing-masing instansi pelaksana dengan menyusun Renstra SKPD (Rencana
Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah).
Saat era reformasi istilah yang dipakai adalah Popeda (Program Pembangunan
Daerah), yang isinya lebih kurang sama dengan Repelita. Adapun rinciannya lebih lanjut
dinamakan Renstra (Rencana Strategi).Sekarang istilah yang digunakan adala RPJM yang
kemudian di rinci kedalam rencana tahunan yang disebut RKPD (Rencana Kerja
Pembangunan Daerah).Dan saat ini, sudah disusun Rencana Struktur Tata Ruang Provinsi
(RSTRP).
3. Perencanaan Wilayah Tingkat Kabupaten atau Kota
Perencanaan yangsuda umum di kenal di tingkat kabupaten atau kota adalah
(Propeda) dan saat ini RPJM.
Pada tahun-tahun terakhir masa orde baru, Repelita ditindak lanjuti dengan penyusunan
sasaran pelita (Sarlita).Setelah era reformasi istilah yang digunakan untuk Sarlita adalah
Renstra (Rencana Strategi).Saat ini istilah yang digunakan adalah RKPD. Selain itu, sebagian
besar kabupaten atau kota juga sudah membuat rencana tata ruang wilayah (TRRW) yang
sifatnya lebih detail dibanding RSTRP Provinsi.
Selain itu sejak tahun 1986, telah dimulai apa yang disebut penyusunan program
prasarana kota secara terpadu (PPPKT). PPPKT menghasilkan program jangka menengah
(PJM), yaitu program pembangunan untuk masa 5-6 Tahun.
4. Perencanaan Wilayah Tingkat Kecamata
Perencanaan wilayah ibukota kecamatan juga sudah dilaksanakan, biasanya disebut
Rencana Umum Tata Ruang Ibukota Kecamatan (RUTRIKK).Pelaksana penyusunan tata
ruang ini adalah instansi kabupten, bukan aparat pemerintah dari kecamatan yang
bersangkutan.Luas cakupan rencana ini hanya ibukota kecamatan dan tidak menyangkut
seluruh wilayah kecamatan.
5. Perencanaan pada level proyek
Perencanaan ini berkaitan dengan suatu proyek tertentu yang dianggap cukup besar.
Dikenal apa yang dinamakan site Planning, yaitu penentuan tempat berbagai kegiatan yang
18
tercakuo dalam proyek tersebut. Perencanaan ini jelas bersifat spasial dan biasanya lebih
konkret disbanding dengan rencana tata ruang perkotaan.
19
pada lokasi tersebut,kondisi lahan sesuai, bahan/peralatan yang dibutuhkan untuk
membangun proyek cukup tersedia,dan adanya tenaga trampil sehingga proyek
benar-benar dapat dibangun sesuai dengan rencana.
b. Dioprasikan sebagaimana mestinya. Artinya bahan baku,bahan penolong, tenaga
kerja, dan fasilitas pendukung cukup tersedia sehingga tidak menjadi
permasalahan dalam pemanfaatan/ pengoprasian proyek.
c. Permasalahan finansial ( keuangan): apakah terdapat dana yang cukup untuk
menyelesaikan proyek dan ada dana operasional untuk kelak mengoprasikan
proyek. Apakah lokasi itu cukup efisien di tinjau dari pengeluaran biaya, baik
semasa pembangunannya maupun setelah pengoprasiannya. Apabilah proyek itu
ditunjukan untuk menghasilkan laba,apakah akan diperoleh laba/pendapatan dari
pengoprasian proyek sehingga proyek itu menguntungkan dari sudut pandang
bisnis.
d. Permasalahan ekonomi: apakah sumber daya yang dikorbankan untuk proyek
tersebut akan memberikan manfaat yang lebih besar dibanding dengan biaya yang
dikorbankan ditinjau dari sudut ekonomi nasional secara keseluruhan apakah nilai
tunai manfaat (benefit) lebih besar dari nilai tunai biaya (cost) yang dihitung
menggunakan harga bayangan (shadow prices)dan telah memperhatikan faktor
eksternal.
e. Permasalahan dampak lingkungan: yang berlebihan,baik sewaktu pembangunan-
nya ataupun sewaktu pengoprasiannya.
f. Sikap sosial masayarakat: seandainnya proyek itu terpaksa menggusur masyarakat
yang sebelumnya telah bermukim/berusaha pada lokasi itu apakah masalah
penggusuran ini akan dapat diselesaikan dengan baik yaitu dengan cara yang tidak
menimbulkan gejolak sosial bagi masyarakat tergusur.
g. Permasalahan keamanan,apakah kondisi wilayah cukup aman termasuk pada
lokasi proyek. Keamanan harus terjamin, baik dalam masa pembangunannya
maupun dalam masa pengoprasiannya.
2. Permasalahan Makro
20
a. Kesesuaian Lokasi
Lokasi proyek itu harus disesuaikan dengan daya dukung dan dan kesuaian lahan
secara makroregional. Kalo sudah ada rencana penggunaan lahan (seperti
RTRW/RUTRK) maka penentuan lokasi dapat mengacu pada rencana tersebut.
Berbagai kebijakan yang terikat dengan hal ini,misalnya lokasi real estate atau
industri selayaknya mengindari penggunaan lahan yang sangat subur untuk pertanian,
lahan dengan kemiringan tertentu atau lahan resapan air tanah. Untuk sektor
pertanian,komoditi yang dikembangkan adalah sesuai dengan jenis tanah atau
kesuburan tanah dan seterusnya.
b. Strategi pengembangan ekonomi wilayah
Apabilah pemerintah ingin membangun suatu proyek terutama proyek berskala besar,
hal itu harus terkait dengan strategi pengembangan wilayah untuk mempercepat laju
pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut. Jadi perlu dilihat apakah proyek yang
diusulkan cukup strategis dan sinkron dengan rencana umum pengembangan wilayah
dan menuju tercapainya visi wilayah. Misalnya,apakah proyek yang dibangun itu
bersifat basis dan memiliki forward lingkage dan backward lingkage yang tinggi.
Apabila ya, maka proyek itu harus diprioritaskan.
Harus dilihat apakah penetapan lokasi dapat mengakibatkan sistem transfortasi yang
tidak efisien. Misalnya,lokasi perumahan yang jauh dari tempat kerja akan mempercepat
terciptanya kepadatan lalu lintas yang tinggi dan mendorong terciptanya high cost economy.
Lokasi perumahan yang dibuat bersebrangan dengan lokasi tempat kerja atau pasar, padahal
jalan yang memisahkannya adalah jalan arteri. Hal ini akan memacetkan lalu lintas
meningkatkan terjadinya kecelakaan karena seringnya terjadi penyebrangan .
4. Sistem Pembiayaan Pembangunan Daerah
Setelah memperhatikan sasaran pengembangan wilayah, pada akhirnya perencanaan
wilayah sampai pada program atau proyek yang diperkirakan akan menunjang tercapainya
sasaran pengembangan wilayah. Program atau proyek perlu diberikan skala prioritas. Namun
jika belum sampai pada keputusan akhir, perencanaan wilayah harus mengetahui tentang
sistem pembiayaan pembangunan di daerah.
Selama masa order baru, sumber dana program/proyek yang berlokasi di suatu
kabupaten/kota dapat berasal dari APBN,APBD provinsi, dan APBD kabupaten/kota.
Masing-masing sumber dana,terutama APBN dan APBD provinsi telah membuat kriteria
21
tentang program atau proyek apa saja yang dapat mereka biayai, sedangkan yang tidak sesuai
dengan kriteria tidak akan dilayanin.
22
Tool (alat) adalah berbagai teknik analisis yang membantu manusia memantapkan
metode perencanaan yang diterapkan. Namun perlu dicatat bahwa ketiga pembagian diatas
tidak bersifat mutually exclusive (terpisah secara mutlak),tetapi bisa overlip (tumpang-tindih).
Daftar bidang keahlian ini juga akan dilanjutkan dengan pengetahuan pendukung
untuk melengkapi keahlian seorang perencana wilayah.
a. Teori Lokasi membahas berbagai prinsip yang terkait dengan lokasi, utamanya
pengaruh jarak terhadap tingkah laku manusia. Intinya adalah penerapan prinsip-
prinsip ekonomi yang terkait dengan jarak dan ruang. Pengetahuan dibidang potensi
lahan, kesesuaian lahan/kemampuan (daya dukung) lahan.
b. Dasar-dasar ekonomi pembangunan dan ekonomi regional sebagai suatu pengetahuan
akan prinsip-prinsip yang digunakan manusia untuk berusaha memenuhi
kebutuhannya yang terkait dengan ruang.
c. Berbagai teknik analisis untuk mengetahui potensi dan struktur ekonomi wilayah
menyangkut topik seperti : location quotients, analisis shif-shere, berbagai teknik
pengukuran accessibility index dan centrality index,serta teknik perhitungan dan
proyeksi prekonomian regional (PDRB).
d. Berbagai metode perencanaan wilayah, baik yang sudah dibakukan atau yang lazim
digunakan ataupun hasil inovasi sepanjang dapat memberikan hasil yang terbaik dan
dapat diterima oleh masyarakat.
e. Berbagai alat analisis atau tools dalam perencanaan wilayah menyangkut topik seperti
proyeksi penduduk,model gravitasi, linear programming, analis statistik, decision
theory,berbagai metode pembobotan/skala ganda, sebagai alat untuk menjelaskan
interaksi antar lokasi maka sifatnya adalah substance, tetapi apabilah digunakan untuk
mengatur rencana lokasi proyek dimasa yang akan datang maka sifatnya adalah tool.
f. Berbagai pengetahuan pendukung dibidang ekonomi seperti teori investasi publik,
analisis biaya manfaat,evaluasi proyek, dan evaluasi program.
g. Pengetahuan tentang keuangan daerah termasuk sumber-sumber dan metode
pembiayaan pembangunan daerah.
h. Pengetahuan tentang kelembagaan daerah,yaitu lembaga mana yang berwenang dan
bertanggung jawab untuk masing-masing jenis kegiatan di daerah.
i. Pengetahuan tentang karakteristik dan sikap sosial masyarakat terhadap berbagai
kegiatan pembangunan.
j. Topik-topik khusu seperti tata ruang/ tata guna tanah, perencanaan permukiman,
perencanaan transportasi, analisis lingkungan hidup, dan lainnya yang biasanya
dijadikan bidang profesi.
23
Keahlian /pengetahuan yang dikemukakan diatas tidaklah kaku, artinya bisa saja
berubah sesuai dengan kondisi setempat dan perkembangan waktu.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Perencanaan dapat dibagi atas dua versi, yaitu satu versi melihat perencanaan adalah
suatu teknik atau profesi yang membutuhkan keahlian dan versi yang satu lagi melihat
perencanaan (pembangunan) adalah kegiatan kolektif yang harus melibatkan seluruh
masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Perlu diingat bahwa tujuan dalam
perencanaan juga untuk menyelesaikan masalah, hanya umumnya masalahnya bersifat jangka
panjang. Oleh karena itu, faktor-faktor yang jarus diperhatikan menjadi banyak. Perencanaan
wilayah di Indonesia setidaknya memerlukan unsur-unsur yang urutan atau langkah-
langkahnya sebagai berikut.
1. Gambaran kondisi saat ini dan identifikasi persoalan, baik jangka pendek, jangka
menengah maupun jangka panjang.
2. Tetapkan visi,misi dan tujuan umum.
3. Identifikasi pembatas dan kendala yang sudah ada saat ini maupun yang diperkirakan
akan muncul pada masa yang akan datang .
4. Proyeksikan berbagi variabel yang terkait.
5. Tetapkan sasaran yang di perkirakan dapat di capai dalam kuun waktu tertentu.
6. Mencari dan mengevaluasi berbagai alternatif untuk mencapai sasaran tersebut.
7. Memiliki alternatif yang terbaik, termasuk menentukan berbagai kegiatan pendukung
yang akan dilaksanakan
24
8. Menetapkan lokasi dari berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan.
9. Menyusun kebijakan dan strategi agar kegiatan pada tiap lokasi berjalan sesuai
dengan yang diharapkan.
Dalam hal perencanaan wilayah, pentingnya perencanaan dikuatkan oleh berbagai faktor
yang di kemukakan berikut ini.
1. Banyak diantara potensi wilayah selain terbatas juga tidak mungkin lagi di perbanyak
atau di perbaharui.
2. Kemampuan teknologi dan cepatnya perubahan dalam kehidupan manusia.
3. Kesalahan perencanaan yang sudah dieksekusi di lapangan sering tidak dapat di ubah
atau di perbaiki kembali.
4. Lahan di butuhkan oleh setiap manusia untuk menopang kehidupanya.
5. Tatanan wilayah sekaligus menggambarkan kepribadi dari masyarakat yang
berdomisili di wilayah tersebut, dimana kedua hal tersebuat adalah saling
mempengaruhi.
6. Potensi wilayah berupa pemberian alam maupun hasil karya manusia di masa lalu
adalah aset yang harus dimanfaat kan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat dalam
jangka panjang dan bersifat langgeng.
Tujuan perencanaan wilayah adalah menciptakan kehidupan yang efisien, nyaman, serta
lestari dan pada tahap akhirnya menghassilkan rencana yang menetapkan lokasi dari berbagai
kegiatan yang direncanakan, baik oleh pihak pemerinvah ataupun oeh pihak swasta. Melihat
luasnya bagian yang tercakup di dalam perencanaan wilayah maka ilmu perencanaan wilayah
dapat dibagi atas berbagai subbidang seperti berikut ini.
25
8. Perencanaan yang melibatkan masyarakat secara langsung versus yang tidak
melibatkan masyarakat secara langsung
Permasalahan yang terkadang dalam perencanaan wilayah utamanya penentuan kegiatan apa
dan di mana lokasinya,dapat dikelompokkan sebagai berikut.
1. Permasalahan Mikro
2. Permasalahan Makro
26
DAFTAR PUSTAKA
Tarigan, Robinson. 2005. Perncanaan Pembangunan Wilayah. Medan. Bumi Aksara.
27