BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sosiologi pertanian adalah suatu pengetahuan sistematis dari suatu hasil penerapan
metode ilmu dalam mempelajari masyarakat pedesaan, struktur sosial dan organisasi
sosial, dan juga sistem perubahan dasar masyarakat dan proses perubahan sosial yang
terjadi.
Tapi dalam pengertian ini tidak hanya cukup mempelajari saja, tetapi kita harus benar-
benar paham tentang penyebab terjadinya dan dampak atau akibat dari segala tindakan sosial
yang terdapat pada desa tersebut (Nasution, 1983).
Sosiologipertanian cenderung mengarah pada kehidupan keluarga petani yang mencakup
dalam hubungannya dengan kegiatan pertanian dikehidupan bermasyarakat, misalnya
tentang pola-pola pertanian, kesejahteraan masyarakat, kebiasaan atau adat istiadat, grup
sosial, organisasi sosial, pola komunikasi dan tingkat pendidikan masyarakat.
Dalam sosiologi pertanian pula pastinya terjadi relasi struktural-fungsional dan simbolis
antara petani dengan pemerintah dan pasar dalam tatanan lokal yang membentuk sebuah struktur
sosial. Relasi-relasi inilah yang menjdi tonggak bagaimana petani, pemerintah, pasar, dan aspek
lainnya saling menunjang untuk pembangunan bidang pertanian ke arah yang lebih baik.
Selain itu, terbangunnya relasi petani tersebut disebabkan oleh banyak faktor salah-
satunya ialah problem mendasar bagi mayoritas petani Indonesia yaitu ketidakberdayaan dalam
melakukan negosiasi harga hasil produksinya. Posisi tawar petani pada saat ini umumnya lemah,
hal ini merupakan salah satu kendala dalam usaha meningkatkan pendapatan petani. Menurut
Branson dan Douglas (1983), lemahnya posisi tawar petani umumnya disebabkan petani kurang
mendapatkan/memiliki akses pasar, informasi pasar dan permodalan yang kurang memadai.
Petani kesulitan menjual hasil panennya karena tidak punya jalur pemasaran sendiri,
akibatnya petani menggunakan sistim tebang jual. Dengan sistim ini sebanyak 40 % dari hasil
penjualan panenan menjadi milik tengkulak. Peningkatan produktivitas pertanian tidak lagi
menjadi jaminan akan memberikan keuntungan layak bagi petani tanpa adanya kesetaraan
pendapatan antara petani yang bergerak di sub sistem on farm dengan pelaku agribisnis di sub
sektor hulu dan hilir. Kesetaraan pendapatan hanya dapat dicapai dengan peningkatan posisi
tawar petani.Hal ini dapat dilakukan jika petani tidak berjalan sendiri-sendiri, tetapi menghimpun
kekuatan dalam suatu lembaga yang betul-betul mampu menyalurkan aspirasi mereka.Oleh
karena itu penyuluhan pertanian harus lebih tertuju pada upaya membangun kelembagaan.
Lembaga ini hanya dapat berperan optimal apabila penumbuhan dan pengembangannya
dikendalikan sepenuhnya oleh petani sehingga petani harus menjadi subjek dalam proses tersebut
(Jamal, 2008).
Peningkatan posisi tawar petani dapat meningkatkan akses masyarakat pedesaan dalam
kegiatan ekonomi yang adil, sehingga bentuk kesenjangan dan kerugian yang dialami oleh para
petani dapat dihindarkan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Petani
Petani merupakan seseorang yang terlibat dalam bidang pertanian.Mereka memelihara
tumbuhan dan hewan untuk dijadikan makanan atau bahan mentah.Antaranya, kegiatan
membiakkan binatang (sapi, ayam, kerba, kambing, domba dan lain-lain) dan menanam tanaman
(padi, bunga, buah dan lain-lain). Seorang petani mengusahakan tanah miliknya atau bekerja
sebagai buruh di kebun orang lain. Pemilik tanah yang mengusahakan tanahnya dengan
mempekerjakan buruh jugadikenalsebagaipetani.
Kata petani umumnya merujuk kepada orang yang mengelola kebun atau ladang dan
menjalankan peternakan hewan (di negara maju). Biasanya hasil pertanian digunakan sendiri
atau dijual kepada orang lain atau pihak lain misalnya melalui pemborong sebagai perantara
untuk disalurkan ke pasar.
Petani secara tradisional didefinisikan dalam sosiologi sebagai anggota komunitas
dalam masyarakat agraris pedesaan.
Pekerjaan sebagai petani adalah suatu pekerjaan yang sangat penting bagi sebuah negara, karena
pekerjaan ini merupakan pekerjaan yang dapat menghasilkan kebutuhan primer (pangan)
manusia di berbagai belahan dunia.Contohnya di Indonesia terdapat petani yang bekerja di
sawah untuk menanam padi, dimana padi tersebut merupakan makanan pokok masyarakat
Indonesia yaitu beras.Tetapi sayangnya, pekerjaan sebagai petani saat ini kurang diminati karena
kurangnya perhatian pemerintah dan gengsi yang tinggi.
Di negara-negara berkembang, kebanyakan petani-petani di negara tersebut melakukan
agrikultur subsistence yang sederhana yaitu sebuah pertanian organik sederhana dengan cara
penanaman bergilir yang sederhana pula atau teknik lainnya untuk memaksimalkan hasil yang
didapat dengan menggunakan benih yang diselamatkan yang "asli" dari ecoregion.
USAHA PERTANIAN
(Makalah Sosiologi Pertanian)
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2013
I. PENDAHULUAN
Pembangunan ekonomi pedesaan terutama di daerah yang terpencil (tertinggal) tidak terlepas dari
pembangunan sektor pertanian. Kondisi ini disebabkan karena sebagian besar masyarakat pedesaan
(sekitar 80%) mencari nafkah dari sektor pertanian yakni: perkebunan, perikanan, peternakan,
kehutanan, tanaman pangan dan hortikultura. Apabila ingin memacu pertumbuhan ekonomi di
pedesaan salah satu prioritasnya adalah pengembangan sektor pertanian yang berbasis agribisnis.Untuk
jenis agribisnis skala besar seperti perkebunan boleh dikatakan tidak banyak kendala, karena sektor
perkebunan yang dikembangkan selama ini berorientasi ekspor yang dikelola oleh perusahan
besar.Namun yang jadi masalah adalah pengembangan ekonomi pedesaan dari usahatani skala kecil
yang dikelola secara swadaya oleh masyarakat.
Dalam pengembangan sektor pertanian skala kecil tersebut masih ditemui beberapa kendala, terutama
dalam pengembangan sistem pertanian yang berbasiskan agribisnis dan agroindustri. Kendala yang
dihadapi dalam pengembangan pertanian khususnya petani skala kecil, antara lain: pertama, lemahnya
struktur permodalan dan akses terhadap sumber permodalan. Secara umum pemilikan modal bagi
masyarakat pedesan masih relatif kecil, karena modal ini biasanya bersumber dari penyisihan
pendapatan usaha sebelumnya. Untuk memodali usaha selanjutnya masyarakat desa (petani) terpaksa
memilih alternatif lain, yaitu meminjam uang pada orang lain yang lebih mampu (pedagang) atau
segala kebutuhan usaha tani diambil dulu dari toko dengan perjanjian pembayarannya setelah panen.
Kondisi seperti inilah yang menyebabkan petani sering terjerat pada sistem pinjaman yang secara
ekonomi merugikan pihak petani.
Kedua, ketersediaan lahan dan masalah kesuburan tanah. Kesuburan tanah si pedesaan sebagai faktor
produksi utama dalam pertanian makin bermasalah.Permasalahannya bukan saja menyangkut makin
terbatasnya lahan yang dapat dimanfaatkan petani, tetapi juga berkaitan dengan perubahan perilaku
petani dalam berusaha tani. Dari sisi lain mengakibatkan terjadinya pembagian penggunaan tanah
untuk berbagai subsektor pertanian yang dikembangkan oleh petani.
Ketiga, pengadaan dan penyaluran sarana produksi. Sarana produksi sangat diperlukan dalam proses
produksi untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Pengadaan sarana produksi di pedesaan itu bukan
hanya menyangkut ketersediaannya dalam jumlah yang cukup, tetapi yang lebih penting adalah jenis
dan kualitasnya.
Kelima, lemahnya organisasi dan manajemen usaha tani.Organisasi merupakan wadah yang sangat
penting dalam masyarakat, terutama kaitannya dengan penyampaian informasi (top down) dan
panyaluran inspirasi (bottom up) para anggotanya. Dalam pertanian organisasi yang tidak kalah
pentingnya adalah kelompok tani. Selama ini kelompok tani sudah terbukti menjadi wadah penggerak
pengembangan pertanian di pedesaan. Hal ini dapat dilihat dari manfaat kelompok tani dalam hal
memudahkan koordinasi, penyuluhan dan pemberian paket teknologi.
Keenam, kurangnya kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia untuk sektor agribisnis.Petani
merupakan sumberdaya manusia yang memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan
suatu kegiatan usaha tani, karena petani merupakan pekerja dan sekaligus manajer dalam usaha tani
itu sendiri.Ada dua hal yang dapat dilihat berkaitan dengan sumberdaya manusia ini, yaitu jumlah yang
tersedia dan kualitas sumberdaya manusia itu sendiri.Kedua hal ini sering dijadikan sebagai indikator
dalam menilai permasalahan yang ada pada kegiatan pertanian.
Tenologi yang tepat guna adalah teknologi yang bermakna bagi masyarakat
penggunanya.Jadi Iptek yang bermakna adalah yang secara ekonomis
menguntungkan dan dapat meningkatkan kesejahteraann, secara teknis dapat
dikerjakan dan dimanfaatkan, dan secara sosial-psikologus dapat diterima serta
sejalan dengan kebijakan pemerintah.Mungkin saja Iptek baru itu tidak/belum
dirasakan dibutuhkan masyarakat dan mungkin pula Iptek tersebut benar-benar
telah dibutuhkan dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.Hal ini tergantung
pada keadaan masyarakat sasaran (Asngari 2008:11).
Usahatani sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim, curah hujan, dan ketersediaan air
irigasi dan sifat-sifat tanah.Oleh karena itu, teknologi usahatani yang sesuai untuk
suatu lokasi belum tentu sesuai untuk lokasi lainnya.Dalam kaitan itu, untuk
menetapkan anjuran teknologi untuk suatu lokasi, harus didasarkan leh hasil
percobaan/penelitian verifikasi di lokasi yang bersangkutan (Tjitropranoto 2005:96).
Teknologi pertanian yang ada saat ini tidak selalu sesuai dengan yang dibutuhkan
petani, tetapi didominasi oleh upaya program/proyek untuk pencapaian target
produksi yang telah ditetapkan. Pada dasarnya, petani akan mencari teknologi,
informasi atau materi penyuluhan kalau dirasakannya berguna untuk kegiatan
usaha pertaniannya. Teknologi, informasi ataupun materi penyuluhan pertanian
yang dibutuhkan petani adalah yang benar-benar diyakini petani akan
menguntungkannya, terjangkau oleh kemampuannya, dan memiliki pasar yang
dekat dengan usaha pertaniannya. Materi penyuluhan yang dibutuhkan petani
harus didasarkan pada keempatan, kemauan, dan kemampuan petani untuk
menrapkan/memanfaatkannya, bukan karena perhitungan yangsecara ilmiah akan
menguntungkan.
Pemanfaatan Iptek tergantung pada klien dan juga tergantung pada para penyuluh.
Tentu akan lebih cepat prosesnya bilamana kedua belah pihak tersebut saling aktif
dan dinamis mencari sampai menemukan teknologi tepat guna pertanian (TTP).
Meningkatnya harga sarana produksi terutama benih, pupuk, pestisida, pakan
ternak dan ikan, menyebabkan adanya kecenderungan teknologi yang dikehendaki
petani adalah teknologi yang tidak memerlukan modal besar, lebih kearah teknologi
sederhana, walaupun produktivitasnya tidak begitu besar tetapi terjangkau oleh
petani, baik dengan modal uang tunai maupun kredit. Teknologi pertanian yang
memerlukan sarana produksi yang mahal akan diterapkan oleh pertani selama ada
bantuan untuk menerapkannya, misalnya pemberian saranann produksi oleh
proyek, tetapi begitu proyek meninggalkan petani, maka mereka akan kembali ke
teknologi semula.
Kajian Iptek yang disponsori oleh pemerintah di masa lalu yang cenderung
sentralistis, cenderung bias padi dan kurang kondusif dengan perkembangan
inovasi yang spesifik lokal. Hal seperti ini kurang efektif menjawab tantangan
kebutuhan inovasi bagi upaya peningkatan pendapatan petani.
Meskipun kebijakan pengembangan Balai Pengembangan Teknologi Pertanian
(BPTP/LPTP) dinilai lebih kondusif bagi pengembangan inovasi yang berbasis pada
Iptek unggul spesifik lokal beragam komoditi yang sesuai dengan kebutuhan petani,
namun nampaknya lembaga ini kurang didukung olehtanga ahli baik dalam jumlah
maupun kualitas, maupun pendanaan yang memadai untuk menjangkau wilayah
kerjany. Dalam hal ini tentu saja masih diperlukan energi untuk mengatasi
kelemahan tersebut, baik berupa komitmen pemerintah terhadap pengembangan
SDM maupun terhadap pengembangan Iptek dan kelembagaan petani.
Bagi tanaman pertanian, kacukan baka padi membolehkan padi ditanam tiga musim
setahun dengan menghasilkan tuaian yang lebih banyak dan berkualiti. Padi
kacukan ini tahan daripada serangan penyakit, mempunyai butiran padi yang lebih
panjang, dan besar serta matang dalam masa yang lebih singkat. Ini dapat
menjamin bekalan beras yang berterusan untuk pasaran tempatan.Selain baka padi
kacukan, terdapat juga tanaman buah-buahan untuk pasaran tempatan yang
dikacukkan.Tanaman buah-buahan kacukan ini imun pada penyakit dan
mengeluarkan hasil yang lebih banyak dalam masa yang lebih singkat.
Traktor roda dua atau traktor tangan (power tiller/hand tractor) adalah mesin
pertanian yang dapat dipergunakan untuk mengolah tanah dan pekerjaan pertanian
lainnya dengan alat pengolah tanahnya digandengkan/dipasangkan di belakang
mesin.Mesin ini mempunyai efisiensi tinggi, karena pembalikan dan pemotongan
tanah dapat dikerjakan dalam waktu yang bersamaan.Traktor roda dua merupakan
mesin serba guna karena dapat juga sebagai penggerak untuk alat-alat lain seperti
pompa air, alat prosesing, gandengan (trailer) dan lain-lain. (Hardjosentono, 79-
86:2002).
Kebanyakan petani tidak dapat mempergunakan air dari sumber air. Dan meskipun
sumber air ada, mungkin akan lebih ekonomis bila seseorang memasang unit
pompa untuk menyedotnya, asalkan sumber air itu cukup banyak mengandung
persediaan air. Unit pompa yang dipasang harus disesuaikan dengan keadaan
sumber air. Persediaan air yang ideal adalah sumur artesis atau dari sungai yang
letaknya cukup tinggi, sehingga air dapat dipergunakan tanpa memakai pompa.
Tetapi sumber air seperti itu sangat jarang, sedangkan sumber air lainnya seperti
mata air, danau, sungai, dan sumur yang bermacam-macam dari mana air dapat
dipompa lebih umum didapat.
c) Mesin Penyemprot
Jenis padi yang ditanam di Indonesia ada dua macam, yaitu padi bulu dan padi cere
(tak berbulu).Padi bulu umumnya tidak mudah rontok, dituai secara gedengan
(buliran), dan dirontok ketika hendak digiling menjadi beras.Padi cere mudah rontok
dan biasanya dipotong dengan tangkai pendek atau pada pangkal batang;
kemudian dirontok.Cara merontok yang paling sederhana adalah
dengan diiles (diinjak-injak dengan kaki).Alat-alat perontok yang sederhana berupa
kayu atau bambu pemukul, tongkat perontok, sisir perontok, rak perontok pondok
pengerik, dan lain-lain, bergantung pada kebiasaan di daerah masing-masing.
Mesin perontok yang digerakkan dengan motor biasanya dilengkapi dengan alat
(blower) pengembus kotoran-kotoran yang tidak diinginkan. Berdasarkan jumlah
drumnya, ada mesin perontok dengan drum tunggal dan drum ganda. Butir-butir
gabah yang masih menempel pada malai akan dihantam gigi-gigi perontok hingga
rontok dari bulirnya. Gabah hendaknya sudah betul-betul tua dengan kadar air 20-
22% (maksimum). Gabah akan hancur/pecah jika kadar airnya lebih besar. Cara
pengoperasian alat ini berbeda-beda.Ada yang dipegangi pangkal malai/batang padi
dan ada pula yang dilemparkan langsung ke dalam ruangan perontok.
Pada sistem yang terakhir ini, malai padi dipotong sependek mungkin agar
perontokan sempurna. Pada alat perontok tersebut terdapat saringan gabah yang
terletak di bawah drum perontok yang berfungsi sebagai saringan kotoran. Gabah
turun ke bawah dan melewati saringan itu. Kotorannya, yang tidak dapat melewati
saringan, akan dihembuskan ke luar oleh kipas pengembus. Dengan sebuah screw
conveyor (pendorong berbentuk uliran/sekrup), gabah yang turun ke bawah ini
didorong ke samping, ke luar dari badan perontok, dan ditampung dalam karung.
Cara pembersihan gabah oleh alat pengembus dapat berlangsung dengan
pemisahan tunggal, pemisahan ganda, maupun pemisahan 3 tingkat.
Penggilingan gabah menjadi beras sosoh, dimulai dengan pengupasan kulit gabah.
Syarat utama proses pengupasan gabah adalah kadar keringnya gabah yang akan
digiling. Gabah kering giling berarti gabah yang sudah kering dan siap untuk
digiling.Ada beberapa model dan tipe mesin pengupas gabah.Besarnya kapasitas
penggunaannya sangat bervariasi; ada yang kecil, sedang, dan besar.Mesin ini
sering disebut huller atau husker.Beras yang dihasilkan dari alat ini dinamakan
beras pecah kulit.Beras ini berwarna kelabu putih, karena masih dilapisi lapisan
dedak halus. Untuk menyosohnya menjadi beras sosoh, dibutuhkan alat lain yang
akan memproses lebih lanjut.
Beras pecah kulit yang dihasilkan alat pengupas kulit, berwarna gelap kotor dan
tidak bercahaya, karena bagian luarnya masih dilapisi lapisan kulit ari.Kulit ari atau
lapisan bekatul (dedak halus) dapat dilepaskan dari beras pecah kulit ini, sehingga
berasnya nampak lebih putih, lebih bersih, dan bercahaya. Proses perubahan beras
pecah kulit dengan cara menghasilkan bekatul menjadi beras sosoh disebut proses
penyosohan (atau proses pemutihan beras). Hasil akhir proses ini adalah beras
sosoh dengan hasil samping (ikutan) berupa bekatul atau dedak halus.
Dewasa ini, berbagai macam model dan tipe mesin penyosoh beras yang sudah
banyak digunakan di Indonesia, baik yang diimpor maupun yang telah dibuat di
dalam negeri.Alat ini dapat berdiri sendiri dan terpisah dari alat pengupas gabah,
atau dapat pula merupakan suatu kesatuan (unit) mesin pengupas gabah dan
penyosoh beras yang digabungkan sekaligus.Masing-masing model mempunyai diri
dan spesifikasi tertentu, yang harus diperhitungkan oleh pemilik dan
operatornya.Keterampilan operator ikut menentukan tingginya efisiensi kerja mesin
yang digunakan.
e) Pupuk
Contoh:
Perjalanan pembangunan pertanian Indonesia hingga saat ini masih belum dapat
menunjukkan hasil yang maksimal jika dilihat dari tingkat kesejahteraan petani dan
kontribusinya pada pendapatan nasional.Pembangunan pertanian di Indonesia
dianggap penting dari keseluruhan pembangunan nasional. Ada beberapa hal yang
mendasari mengapa pembangunan pertanian di Indonesia mempunyai peranan
penting, antara lain: potensi Sumber Daya Alam yang besar dan beragam, pangsa
terhadap pendapatan nasional yang cukup besar, besarnya pangsa terhadap ekspor
nasional, besarnya penduduk Indonesia yang menggantungkan hidupnya pada
sektor ini, perannya dalam penyediaan pangan masyarakat dan menjadi basis
pertumbuhan di pedesaan. Potensi pertanian Indonesia yang besar namun pada
kenyataannya sampai saat ini sebagian besar dari petani kita masih banyak yang
termasuk golongan miskin.Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah pada masa
lalu bukan saja kurang memberdayakan petani tetapi juga terhadap sektor
pertanian keseluruhan.
Pembangunan pertanian di masa yang akan datang tidak hanya dihadapkan untuk
memecahkan masalah-masalah yang ada, namun juga dihadapkan pula pada
tantangan untuk menghadapi perubahan tatanan politik di Indonesia yang
mengarah pada era demokratisasi yakni tuntutan otonomi daerah dan
pemberdayaan petani. Disamping itu, dihadapkan pula pada tantangan untuk
mengantisipasi perubahan tatanan dunia yang mengarah pada globalisasi
dunia.Oleh karena itu, pembangunan pertanian di Indonesia tidak saja dituntut
untuk menghasilkan produk-produk pertanian yang berdaya saing tinggi namun
juga mampu mengembangkan pertumbuhan daerah serta pemberdayaan
masyarakat. Ketiga tantangan tersebut menjadi sebuah kerja keras bagi kita semua
apabila menginginkan pertanian kita dapat menjadi pendorong peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan dapat menjadi motor penggerak pembangunan
bangsa. Strategi pembangunan pertanian di Indonesia, yaitu sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2010.http://dherinz-poenya.blogspot.com/2010/11/makalah-ekonomi-
pertanian.html.diakses pada 20 November 2013 pukul 20.00 WIB.
Soekartawi, et al. 1984. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani
Kecil. Jakarta : UI Press.