Anda di halaman 1dari 22

PERENCANAAN USAHATANI

LIKA BERNADINA
PERTEMUAN IX DAN X

Suatu usahatani sebagai bisnis menjadi lebih efisien dan menguntungkan sering
kali disebabkan oleh perubahan-perubahan yang dilaksanakan dalam rangka
pengembangan usahatani. Sukses usahatani sebagai bisnis adalah buah dari kehati-hatian
dan ketelitian dalam perencanaan, pengambilan keputusan, serta pelaksanaan pada saat
yang tepat.
Beberapa teknik perencanaan akan datang disertai dengan pertimbangan atas
hasil-hasil di masa lalu. Beberapa catatan dan analisa masa lalu tentang keberhasilan
atau kegagalan merupakan informasi yang sangat penting untuk perencanaan
usahatani modifikasi dan perubahan agar usahatani yang akan datang jauh lebih baik.
A. Perencanaan Menyeluruh (Whole-Farm Planning)
Perencanaan menyeluruh sangat memperhatikan keseluruhan sumber daya
yang dimiliki dan yang akan dipakai dalam usahatani. Tujuan perencanaan
menyeluruh antara lain sebagai berikut.
1. Identifikasi keuntungan tertinggi yang ingin dicapai sesuai dengan tujuan usahatani.
2. Identifikasi sumberdaya yang akan dipergunakan meliputi lahan, tenaga kerja, modal,
dan peralatan.
3. \Identifikasi kendala-kendala yang dihadapi dan kemungkinan upaya untuk mengatasi
di waktu yang akan datang.
4. Estimasi kebutuhan dan pencarian modal.
5. Estimasi biaya dan pendapatan
6. Estimasi arus uang tunai (Cash flow)
Sukses usahatani sangat tergantung pada petani sebagai manajer dalam mengelola
usahataninya. Oleh karena itu, diperlukan beberapa hal berikut.
1. Pengetahuan dan kemampuan mendeteksi kapan menambah modal dan bagaimana
menggunakannya dengan baik.
2. Pengetahuan tentang berapa biaya bunga yang harus dibayar apabila menarik modal
dan luar misalnya kredit bank.
3. Pengetahuan tentang kapan harus membayar bunga dan mengangsur pinjaman dari
luar (kredit bank) agar kontinuitas usahatani tidak terganggu.
Perencanaan menyeluruh ini dilengkapi dengan sistem evaluasi yang dapat secara
cepat dan mudah mengukur kinerja dan efisiensi usahatani.

B. Perencanaan Usahatani
Definisi perencanaan usahatani adalah proses pengambilan keputusan tentang
segala sesuatu yang akan dilakukan dalam usahatani yang akan datang dan
rencana-rencana usahatani berupa pernyataan tertulis yang memuat sesuatu yang
akan dikerjakan pada periode waktu tertentu untuk tujuan tertentu pula
sehubungan dengan usahataninya.
Dengan perencanaan usahatani maka manfaat yang dapat diambil oleh petani adalah
a) diperoleh petunjuk tentang apa yang akan dilakukan, b) penyimpangan dan
kesalahan dapat dikurangi, c) ada jaminan untuk mendekati kebenaran, d) sebagai
alat evaluasi, serta e) kontinuitas usahatani terjamin. Sementara perencanaan
usahatani mempunyai kriteria-kriteria yang baik jika sesuai berikut ini.
1. Rasional, yaitu sesuai dengan situasi yang nyata, misalnya untuk meningkatkan
produktivitas diperlukan pupuk urea pada pertanaman padi sawah sehingga tingkat
produksi tersebut benar-benar dicapai.
2. Fleksibel, yaitu disesuaikan dengan situasi, misalnya untuk peningkatan
produktivitas padi tersebut ternyata pupuk urea yang dibutuhkan tidak ada maka dapat
diganti dengan pupuk ZA, tetapi tentu dengan dosis yang berbeda karena kandungan
N pada urea dan ZA berbeda. Pada urea kandungan N mencapai 46%, sedangkan pada
ZA hanya 20%/
3. Dapat dinilai dan dengan cepat diambil tindakan yang tepat.
4. Menjamin kontinuitas usahatani.
Ada 3 cara menyusun suatu perencanaan usahatani, yakni 1) predetermined, suatu
perencanaan usahatani yang disusun dan ditentukan oleh pemerintah (instansi yang
terkait) karena memang ada tujuan tertentu pemerintah sehingga merupakan kebutuhan
pemerintah, 2) self-determined plan, yaitu suatu perencanaan usahatani yang disusun dan
ditentukan sendiri oleh petani sesuai dengan keinginan dan menjadi kebutuhan petani
sendiri, serta 3) joint plan, yaitu suatu perencanaan usahatani yang disusun dan
ditentukan oleh petani dengan pemerintah dalam hal ini instansi yang berwenang
bersama dengan petani. Sebagai contoh tanam serempak. Cara tanam serempak
direncanakan bersama antara para kelompok tani (para petani) dengan dinas
pertanian (PPL), dinas pekerjaan umum (pengaiaran), koperasi (penyediaan
pupuk), perbankan (penyediaan modal), dan pemerintah desa (menyangkut areal
yang luas).
Cara tanam serempak ini merupakan kepentingan bersama karena dengan cara
tersebut siklus hama penyakit dapat dikendalikan sehingga kontinuitas produksi dan
ketahanan pangan dapat terjamin. Petani juga memperoleh bimbingan penerapan
teknologi yang sama, produktivitas tinggi, dan pendapatan petani juga meningkat.
Perencanaan yang bersifat kerja sama dengan lembaga pemerintah memerlukan
berbagai pembicaraan. Pembicaraan terarah akan membantu petani dalam perencanaan
usahatani sehingga diperlukan beberapa catatan penting untuk pembiraan bersama.
Beberapa hal yang penting dalam pembicaraan tersebut sebagai berikut.
1. Varitas yang akan ditanam, sehubungan dengan produktivitas dan
ketahanannya terhadap hama penyakit.
2. Kapan tanam dan kapan panen sehubungan dengan penyediaan irigasi
3. Pupuk apa, berapa, dan kapan digunakan sehubungan dengan penyediaan
pupuk agar petani tidak mengalami kesulitan.
4. Berapa dan dari mana modal yang diperlukan sehubungan dengan kesiapan
pihak perbankan dalam merealisasi kredit usahatani.
Dalam pelaksanaan sehari-hari petani dapat menyusun rencana usahataninya
secara berkelompok dengan bimbingan PPL (petugas penyuluh pertanian) atau
petugas yang secara periodic berkunjung kelompok tani. PPL tersebut harus selalu
siap membawa informasi tentang program-program pemerintah, tentang teknologi
baru, dan siap mendampingi petani dalam pelaksanaan usahataninya.

C. Anggaran Kegiatan
Anggaran kegiatan adalah pernyataan mengenai sifat-sifat teknis dan ekonomis
suatu kegiatan yang disajikan dalam suatu bentuk sehingga memungkinkan
perencanaan dapat dikerjakan. Komponen anggaran kegiatan tersebut sebagai berikut.
1. Batasan kegiatan apa yang diproduksi dan bagaimana memproduksi
2. Daftar kebutuhan sumberdaya per unit kegiatan
3. Kuantifikasi hubungan antar kegiatan, misalnya kebutuhan pengembalian.
4. Daftar kendala yang bukan sumberdaya, misalnya pemasaran.
5. Daftar biaya tetap.
6. Pernyataan jumlah produk yang dihasilan dan taksiran harga.
Berikut adalah contoh anggaran kegiatan suatu usaha tani. (Kotak 8.1)

Kotak 8.1 Anggaran Kegiatan Ubi Jalar

1. Definisi
Nama lokal : Kumala
Nama ilmiah : Ipoemoea batatas
Ditanam sebagai makanan pokok dengan teknologi tradisional
2. Musim tanam
a. Saat menanam antara Maret dan Oktober, tapi dapat ditanam sepanjang tahun
b. Umur : 4 sampai 7 bulan sesuai iklim tapi umumnya 5 bulan.
c. Daya simpan dalam tanah, panen dapat ditunda sampai 2 bulan tanpa penyusutan hasil
yang berarti.
3. Syarat Pergiliran :
a. Urutan tanam : ditanam setelah ubi rambat atau talas atau sebagai tanaman pertama
setelah bero pada lahan subur. Umumnya ditanam berturut-turut pada lahan yang sama.
b. Tumpang sari : dapat ditanam bersama-sama dengan tanaman pisang.
c. Kesuburan tanah : kandungan nitrogen yang tinggi menyebabkan pertumbuhan vegetatif
berlebihan sehingga produksi ubi rendah
4. Penanaman :
a. Jarak tanam : ditanam kira-kira 1 m x 1 m
b. Bahan tanaman : tumbuh dari potongan batang (stolon) ± 30 cm, 3 atau 4 batang tiap
lubang. Lahan 0,05 ha cukup menyediakan bibit untuk 1 ha
5. Masukan lain :
Pupuk tidak digunakan, penyemprotan dianjurkan untuk kumpang penggerek batang.
6. Kebutuhan kerja (JKO/ha) :
a. Menyiapkan bahan tanaman 60
b. Menanam 100
c. Membuat bukit dan lubang 100
d. Menyiangi
1 bulan setelah tanam 75
2 bulan setelah tanam 55
3 bulan setelah tanam 35
e. Panen
7. Produksi
Rata-rata 12,5 ton/ha ubi basah
8. Kandungan gizi
Mengandung 4,2 MJ/kg, bagian yang dapat dimakan 1,5% protein, 15% bahan sisa
9. Tata :Niaga
*) Catatan Harga:jual di tingkat petani di DIY tahun 2004 adalah Rp 900.00/kg atau Rp 90.000.00/ku
Harga jual bersih di tingkat lokal Rp 5.675/ku (tahun 1974)

D. Anggaran Penggunaan Sumberdaya


Sumberdaya dalam usahatani terdiri atas sumberdaya alam yaitu tanah beserta
sekitarnya dan sumberdaya manusia yaitu tenaga kerja. Suatu usahatani akan sukses jika
segala kegiatan yang akan dilakukan disusun dalam suatu rencana (Proses perencanaan).
Perencanaan tersebut meliputi pula perencanaan tersebut meliputi anggaran penggunaan
sumberdaya. Kriteria kelayakan suatu rencana ditinjau dari segi teknis dan
ekonomis sebagai berikut.
1. Lahan dan Rotasi
Anggaran penggunaan sumberdaya dapat diterapkan jika memenuhi beberapa hal
berikut.
a. Lahan yang dibutuhkan tidak lebih luas dari lahan yang dikuasai oleh
petani.
b. Jenis tanaman yang ditanam sesuai dengan jenis tanah dan kesuburan tanah
atau lahan.
c. Perencanaan mencakup :
1. Penentuan luas per kegiatan
2. Penentuan jadwal tanam dan lamanya pertumbuhan
3. Urutan tanaman
Contoh 1.
Luas
Feb-Mart April-Mei Juni-Juli Agst-Sept Okt-Nov Des-Jan Th
(ha)
0,25 <<<<<<<< <<<<<<< <<<<<< <<<<<<<<< <<<<<<< ///////////// I
<<<<<<<< <<<<<<< <<<<<< <<<<<<<<< <<<<<<< //////////////
0,25 ///////////////// /////////////// ………………. ……………. …………… …………. II
///////////////// ////////////// . ……………. …………… .
………………. ………….
. .
0,25 …………… …………. xxxxxxx xxxxxxxxxx Xxxxxxxx xxxxxxxx III
…………… …………. xxxxxxx xxxxxxxxxx xxxxxxxx xxxxxxxx
0,25 BERO IV
< : Ubi rambat (1) …. : Talas
// : Ubi rambat (2) x : Ubi jalar/ubi rambat (3)
Gambar 8.1. Rotasi tanaman tanpa sela
Lahan seluas 0,25 ha dapat ditanami berbagai komoditas misalnya ubi rambat dan
talas. Dari contoh 1 tersebut terlihat bahwa selama satu siklus (4 tahun) ubi rambat
dapat ditanam 3 kali musim tanam dan talas satu kali musim tanam dengan rotasi
tanaman seperti yang tampak pada Gambar 8.2.

Contoh 2
Luas
Feb-Mart April-Mei Juni-Juli Agst-Sept Okt-Nov Des-Jan Th
(ha)
0,25 <<<<<<<< <<<<<<< <<<<<< <<<<<<<<< <<<<<<< ///////////// I
<<<<<<<< <<<<<<< <<<<<< <<<<<<<<< <<<<<<< //////////////
0,25 ///////////////// /////////////// ////////////////// /////////////////// ]]]]]]]]]]]]]] ]]]]]]]]]]]]] II
///////////////// ////////////// ……………. ……………. …………… …………..
0,25 ]]]]]]]]]]]]]]] ]]]]]]]]]]]]]]] xxxxxxx xxxxxxxxxx Xxxxxxxx xxxxxxxx III
]]]]]]]]]]]]]]] ] xxxxxxx xxxxxxxxxx xxxxxxxx xxxxxxxx
]]]]]]]]]]]]]]]
]
0,25 BERO IV
< : Ubi rambat (1) …. : Talas
// : Ubi rambat (2) x : Ubi jalar/ubi rambat (3)
Gambar 8.2. Rotasi tanaman dengan tanaman sela

Ada sedikit perbedaan pada contoh 2 dengan contoh 1. Pada contoh 2 terdapat
tanaman talas yang digunakan sebagai tanaman sela, sedangkan untuk rotasinya lebih
dipilih ubi rambat dan ubi kayu dengan perputaran seperti yang tersaji pada gambar
8.2. Dari contoh 1 dan 2 tersebut terlihat bahwa penggunaan lahan dapat
dilakukan sedemikian rupa sehingga lebih intensif. Selain itu, rotasi tanaman
perlu juga dilakukan untuk menghindari serangan hama dan penurunan tingkat
kesuburan tanah karena tanaman yang berbeda sudah pasti memerlukan
unsure hara yang berbeda pula. Dengan perputaran tanaman diharapkan tanah
diberi kesempatan untuk mengembalikan unsure hara tertentu yang hilang pada
saat musim tanam sebelumnya.

Contoh 3.
900 m2 Selada keriting Buncis
Buncis
Baby corn Tomat bandung
450 m2 Baby Corn Tomat bandung Buncis
900 m2 Sawi Sawi Kapri
Gambar 8.3. Rotasi tanaman dengan tanaman sela

Pada Gambar 8.3. Dapat terlihat bahwa jika petani dengan 3 petak lahan pertanian
yang masing-masing seluas 900 m2, 450 m2, dan 900 m2 dapat mengatur rotasi
tanaman dan menggunakan lahannya sedemikian rupa sehingga bisa memperoleh
pendapatan yang optimal. Perhitungan produksi dan pendapatan tersaji pada
Tabel 8.1.

Tabel 8.1. Produksi Dan Pendapatan Per Komoditi Sayuran


Tanaman
Uraian Baby Selada Tomat
Buncis Kapri Sawi Total
Corn Keriting Bandung
Luas tanam (m2) 1800 900 450 900 900 1800 6750
Produksi (kg/m2) 1,3 1,6 11 7 1,1 3,4 -
Produksi total 2340 1440 4950 6300 990 6120 -
Harga (Rp/kg) 3600 2000 1500 1400 3000 1000 -
Nilai produksi 8.424.000 7.425.000 7.425.000 8.820.000 2.970.00 6.120.000 41.589.000
0
Biaya variabel
a. Benih 1.296.000 180.000 19 8.000 180.000 612.000 200.000 2.666.000
b. Pupuk 1.350.000 585.000 567.000 1.170.000 450.000 414.000 4.536.000
c. Pestisida 2.700.000 225.000 162.000 2.160.000 288.000 150.000 5.685.000
d. Lain-lain 486.000 135.000 378.000 2.178.000 162.000 400.000 3.739.000
Total 5.832.000 1.125.000 1.305.000 5.688.00 1.512.00 1.164.000 14.226.000
0
Pendapatan kotor 2.592.000 1.755.000 6.120.000 3.132.000 1.458.00 4.956.000 27.363.000
0
Biaya tetap
a. Sewa lahan @ Rp. 400/m2 2.700.000
b. Tenaga luar 126 HKO @ Rp. 25.000.00 3.150.000
c. Penyusutan, perbaikan alat-alat, dan bungat bank 900.000
Total Biaya Tetap 6.750.000

Pendapatan usahatani 20.613.000


*) Keterangan : 1. Diambil dari Brown (1979)
2. Diolah dan disesuaikan

2. Tenaga kerja
Disamping penggunaan lahan dan rotasi tanaman, perlu direncanakan pula
penggunaan tenaga kerja, apakah tenaga kerja keluarga yang tersedia bisa memenuhi
kebutuhan. Jika tenaga kerja yang dibutuhkan lebih besar dari potensi tenaga
kerja keluarga yang tersedia maka petani harus menganggarkan seberapa besar
kebutuhan tenaga kerja luar keluarga yang diperlukan. Hal ini akan
mempengaruhi perhitungan biaya usahatani karena tenaga kerja luar harus diberi
upah.

Tabel 8.2. Merupakan contoh anggaran penggunaan sumberdaya tenaga kerja


untuk berbagai macam komoditas antara lain padi sawah, kedelai,

Tabel 8.2 Rata-Rata Jumlah Curahan Tenaga Kerja Per Usaha Tani Dan Per 0,1
Hektar Petani Padi Sawah, Kedelai, Kacang Tanah, Tembakau, Dan
Jagung Di Kabupaten Bantul Tahun 2003
Komoditas
Uraian Padi Kedelai Kacang Tanah Jagung Tembakau
HKO % HKO % HKO % HKO % HKO %
Pembibitan (DK) 0,067 0,31 - - - - - - - -
Pengolahan tanah 0,06
a. Dalam keluarga 7 0,31 - - 1,138 4,67 2,152 12,34 6,282 9,25
b. Luar keluarga 2,933 13,71 - - 2,933 11,58 0,933 5,35 2,790 8,55
Penanaman
a. Dalam keluarga 0,022 0,10 0,573 5,01 2,606 10,29 1,419 8,14 3,164 9,70
b. Luar keluarga 5,411 25,30 1,918 16,79 3,250 12,83 0,295 1,69 2,173 6,66
Pemupukan
a. Dalam keluarga 0,377 1,76 0,336 2,94 0,889 3,51 0,848 4,86 1,799 5,52
b. Luar keluarga 0,455 2,13 0,000 0,00 0,016 0,06 0,033 0,19 0,564 1,73
Pemeliharaan
a. Dalam keluarga 2,786 13,03 - - 4,126 - - - - -
b. Luar keluarga 0,244 1,14 - - 2,794 - - - - -
Penyiangan
- - 1,900 16,63 - - 3,057 17,53 5,009 15,3
a. Dalam keluarga
- - 0,409 3,58 - - 0,986 5,65 1,390 5
b. Luar keluarga
4,26
Pengairan
- - 0,855 7,48 - 16,28 0,243 1,39 5,155 15,8
a. Dalam keluarga
- - 0,000 0,00 - 11,03 0,000 0,00 0,000 0
b. Luar keluarga
0,00
Pengd. Hama & Peny
a. Dalam keluarga 0,044 0,21 0,027 0,24 0,745 2,94 0,057 0,33 0,436 1,34
b. Luar keluarga 0,000 0,00 0,000 0,00 0,000 0,00 0,000 0,00 0,054 0,17
Panen
0,566 2,65 1,627 14,24 2,378 9,39 2,10 12,05 3,464 10,6
a. Dalam keluarga
3,108 14,53 0,891 7,8 1,094 4,32 0,91 5,05 0,464 2
b. Luar keluarga
1,42
Pasca Panen
a. Dalam keluarga 5,284 24,71 2,645 23,15 3,211 12,68 3,919 22,47 - -
b. Luar keluarga 0,022 0,10 0,245 2,15 1,817 7,17 0,486 2,79 - -

Total Tenaga Kerja 9,22 43,09 7,963 69,69 14,984 59,18 13,795 79,10 25,19 77,2
a. Dalam keluarga 12,18 56,91 3,463 30,31 10,334 40,82 3,643 20,89 7,436 1
b. Luar keluarga 22,7
9
Sumber : Suratiyah dkk (2003)
kacang tanah, jagung, dan tembakau. Dari berbagai macam komoditas tersebut
tampak bahwa komoditas padi meskipun jumlah tenaga kerja yang dicurahkan
tidak terlalu besar, tetapi proporsi penggunaan sumber daya tenaga kerja luar
keluarga jauh lebih besar bila dibandingkan dengan komoditas lainnya. Hal ini antara
lain disebabkan oleh sifat usahatani pada yang sangat tergantung dengan campur
tangan manusia. Curahan tenaga terbanyak terutama pada saat pengolahan
tanah, penanaman, dan panen. Dalam usahatani padi, ketiga kegiatan tersebut harus
dilakukan dalam waktu yang bersamaan. Jika tidak maka hasilnya tidak akan seperti
yang diharapkan.

E. Anggaran Usahatani
Anggaran usahatani sederhana dan mudah dimengerti sehingga dapat segera ditindak
lanjuti. Yang perlu diperhatikan dalam menyusun anggaran usahatani antara lain sebagai
berikut.
1. Tujuan : untuk melihat konsekuensi suatu rencana yang diusulkan.
2. Ukuran : penghasilan bersih dan arus uang tunai.
3. Kriteria : Pendapatan kotor, pengeluaran tetap, dan penghasilan bersih.
Ada empat cara dalam menyusun anggaran usahatani, yaitu mengarah pada
usahatani yang lebih intensif atau mengarah pada usahatani yang kurang intensif.
Empat cara tersebut sebagai berikut.
1. Mengubah kegiatan yang telah ada sehingga pendapatan kotor meningkat tetapi
pengeluaran tetap tidak meningkat.
2. Mengubah kegiatan yang telah ada sehingga pendapatan kotor meningkat,
tetapi pengeluaran tetap juga meningkat asal peningkatan pengeluaran tetap
lebih kecil dari peningkatan pendapatan kotor.
3. Mengalokasikan sumberdaya yang ada sehingga pengeluaran tetap turun tetapi
pendapatan kotor tetap.
4. Mengalokasikan kembali sumberdaya yang ada sehingga pengeluaran tetap
turun tetapi pendapatan kotor total juga turun, asal penurunan pendapatan
kotor lebih kecil dari penurunan pengeluaran tetap.
Dari keempat cara tersebut, cara pertama dan kedua mengarah ke lebih intensif,
sedangkan cara ketiga dan keempat mengarah ke kurang intensif.
Tabel 8.3 merupakan contoh cara ke kedua, yaitu pendapatan kotor naik dan
pengeluaran naik, yang berarti mengarah pada lebih intensif. Alternatif A tidak
menggunakan pupuk kandang sehingga produksi hanya 225 kg per 0,1 ha. Sementara
alternate B menggunakan pupuk kandang sehingga produksi meningkat menjadi 396 kg,
tetapi konsekuensinya biaya meningkat dari Rp 353.225 menjadi Rp 592.725. Namun
demikian, alternative B lebih baik karena peningkatan biaya Rp 239.500 lebih kecil dari
peningkatan penerimaannya sehingga bila dihitung IB/C atau Incremental B/C rationya
adalah 2,345 > 1. Dengan kata lain rencana B dapat dilaksanakan.

Tabel 8.3. Usahatakan Kacang Tanah 0,1 Ha Di Kabupaten Bantul Tahun 2003
Alternatif B Alternatif A
No Keterangan Selisih
(Rencana B) (Biasa)
1 Pendapatan Kotor
a. Produksi (kg) 396 225
b. Harga (Rp/kg) 3.285 3.285
c. Nilai Produksi (Rp) 1.300.820 739.125
2 Pengeluaran tetap :
a. Benih (Rp) 102.400 102.400
b. Pupuk kimiawi (Rp) 47.000 100.000
c. Pupuk kandang (Rp) 292.500 -
d. Pestisida (Rp) 25.000 25.000
e. Tenaga luar (Rp) 50.000 50.000
f. Tenaga mesin (Rp) 36.000 36.000
g. Lain-lain (Rp) 39.825 39.825
Total (Rp) 592.725 353.225 239.500
3 Penghasilan bersih (Rp) 708.105 385900 240.080
4 Output-input ratio 2,195
5 I B/C 2,345
Sumber : Suratiyah dkk 2003 – data terolah

F. Anggaran Parsial (Partial Budgets)


Analisis masing-masing cabang usahatani akan sangat bermanfaat dan membantu
perencanaan anggaran. Hal ini menunjukkan secara jelas berapa kontribusi pendapatan
dari masing-masing cabang usahatani pada pendapatan total usahatani secara keseluruhan.
Dengan analisis tersebut petani sebagai manajer dapat mengambil keputusan untuk
memilih cabang usahatani mana yang perlu dikembangkan, dikurangi atau bahkan tidak
diusahakan lagi agar tidak menderitakan kerugian.
Anggaran parsial sangat sederhana, mudah dimengerti, mudah penyusunannya, biasa
digunakan untuk melihat keuntungan dengan sedikit perubahan yang dilakukan, serta
tidak memerlukan informasi yang tidak dipengaruhi oleh perubahan yang sedang diamati.
Ada beberapa macam anggaran parsial antara lain 1) anggaran keuntungan parsial, 2)
anggaran marjin kotor, 3) anggaran arus uang tunai parsial, dan 4) anggaran parametrik.
Secara umum anggaran parsial mempertimbangkan empat komponen sebagai
berikut.
1. Tambahan pengeluaran atau pengeluaran baru.
2. Penerimaan yang hilang.
3. Pengeluaran yang dihemat atau tidak jadi dikeluarkan.
4. Penerimaan tambahan atau penerimaan baru.
Selisih antara (1+2) dengan (3+4) menunjukkan apakah perubahan yang
direncanakan menguntungkan. Jika (3+4) lebih kecil dari (1+2) maka perubahan yang
direncanakan akan meningkatkan pendapatan usahatani sehingga layak untuk
diterapkan.
Anggaran parsial juga untuk mempertimbangkan apakah perlu penggunaan
input baru, menambah cabang usahatani baru, cara baru, dan sebagainya.
1. Anggaran Keuntungan Parsial
Anggaran keuntungan parsial digunakan untuk melihat suatu perubahan
metode produksi dengan kriteria keuntungan atau penghasilan bersih. Untuk
hal-hal tertentu yang tidak dapat diukur dengan keuntungan rupiah, dicatat sebagai
bahan pertibangan. Berikut ini beberapa contoh anggaran parsial yang dibuat
untuk usahatani.
1) Seorang petani ingin membeli mesin perontok gabah untuk menghemat
tenaga dan alat tersebut dapat disewakan. Untuk itu, dibuat anggaran parsial
sebagai berikut (Kotak 8.2).

Kotak 8.2. Anggaran Parsial Pembelian Mesin perontok Gabah Seharga


Rp 900.000
No Keterangan Jumlah
1. Perubahan yang dilihat = pembelian mesin perontok
gabah untuk menghemat tenaga dan dapat disewakan
2. Tanggal/tahun = 5 Januari 2006
3. Kerugian :
a. Biaya tambahan :
1. Penyusutan 1/10 x Rp 900.000 Rp.90.000
2. Bunga Bank 5% x Rp 900.000 Rp.45.000
3. Perawatan -
b. Penghasilan yang hilang -
c. Kerugian total Rp.135.000
4 Keuntungan :
a. Biaya yang dihemat :
1. Sewa tenaga 7 HKO @ Rp 14.000 RP.98.000
2. Alat disewakan 33 HKO @ Rp 14.000 Rp.462.000
b. Keuntungan total Rp.560.000
5. Keuntungan tambahan Rp 560.000-Rp 135.000 RP.425.000
6. Pertimbangan :
a. Meningkatkan ketetapan waktu kerja
b. Mengurangi resiko keterlambatan perontokan gabah
karena tenaga kerja langka
c. Memerlukan pinjaman Rp 900.000
d. Petani harus menambah jam kerja
7. Catatan :
a. Perhitungan per musim tanam (setahun 2 musim dan
alat/mesin dipakai 10 musim tanam)
b. Bunga Bank 5% per musim atau 10% per tahun

2) Usaha peternakan “Mahesa” merencanakan menambah 50 ekor bibit sapi yang


nantinya dapat beranak 46 ekor pedet, tapi harus merubah sebagian lahan sayuran
2 ha untuk lahan hijauan, akibatnya hasil sayuran 2 ha untuk lahan hijauan,
akibatnya hasil sayuran Rp 96.000.000 tidak ada lagi. Anggaran keuntungan
parsial terlihat pada Kotak 8.3
Kotak 8.3. Anggaran Keuntungan Parsial Perusahaan Peternakan
Tambahan Biaya (Rp 000) Tambahan Pendapatan (Rp 000)
Biaya tetap :
1. Bunga pinjaman 18.000
2. Penyusutan 3.000
3. Pajak 1.000 6 sapi betina culling 21.000
Biaya variabel : 23 sapi muda jantan
67.280
1. Obat-obatan 2.000 17 sapi muda betina
2. Makanan tambahan 7.500 42.840
3. Hijauan 12.000
4. Alat-alat 3.000
5. Perawatan 15.000
Berkurangnya Pendapatan Berkurangnya Biaya (Rp 000)
Produksi sayuran 96.000 1. Pupuk 15.000
2. Bibit 4.000
3. Herbisida 3.000
4. Mesin 7.000
Total tambahan biaya dan Total tambahan pendapatan
berkurangnya pendapatan dan berkurangnya biaya per
per tahun tahun = 160.120
Perubahan bersih = 26.200 (positif) per tahun menguntungkan

3) Seorang petani ingin mengubah pola tanam dari padi-padi kedelai menjadi padi-
padi-kacang tanah. Untuk itu, dibuat anggaran dengan data seperti yang ada di
Kotak 8.4

2. Anggaran Marjin Kotor


Penyusunan anggaran marjin kotor sangat mudah dan sederhana sehingga mudah
diterapkan. Anggaran marjin kotor ini mempunyai kelemahan antara lain.
1. Keuntungan dapat meningkat dengan cara memperluas cabang usahatani yang
memberikan marjin batas tinggi per kesatuan luas atau dengan cara mengurangi
yang memberikan marjin batas rendah.
2. Anggaran mutlak yang linear terhadap biaya variabel dan pendapatan kotor
Kotak 8.4. Contoh Anggaran Parsial Untuk Perubahan Perencanaan
Perubahan : Rotasi padi-padi-kedelai padi-padi-kacang tanah pada lahan seluas 0,5
Tanggal/tahun : Desember 2003
Kerugian :
Biaya kacang tanah (sarana produksi) :
Bibit = Rp 511.545
Pupuk kimiawi= Rp 235.000
Pupuk organik= Rp 1.461.575
Pestisida = Rp 1.282.825 (+)
Jumlah = Rp 2.337.210

Biaya kacang tanah (tenaga kerja luar)


Tenaga kerja = Rp 254.200
Tenaga mesin/traktor= Rp 179.695 (+)
Jumlah = Rp 433.895

Penghasilan yang bilang dari


kedelai 457 x @ Rp 2.358/kg= Rp 1.089.945 (+)
Kerugian total = Rp 3.861.050

Keuntungan :
Biaya kedelai (sarana produksi)
Bibit = Rp 14.000
Pupuk kimiawi= Rp 70.000
Pupuk organik= Rp 7.100
Pestisida = Rp 3.900 (+)
Jumlah = Rp 95.500

Biaya kedelai (tenaga kerja luar)


Tenaga kerja = Rp 203.700
Tenaga mesin/traktor = Rp 36.675 (+)
Jumlah = Rp 240.375

Penghasilan tambahan kacang tanah


1.978 kg @ Rp. 3.290.00 = Rp 6.507.6200 (+)
Keuntungan tambahan = Rp 6.843.495 (-)
Keuntungan tambahan = Rp 2.982.445
Pertimbangan :
Tambahan tenaga kerja keluarga 35 HKO pria
Modal/biaya tinggi

Sumber : Suratiyah dkk (2003)


Kedua anggaran tersebut belum tentu benar mengingat semakin luas usahatani
maka biaya tetap pada batas tertentu juga akan naik. Di samping itu, serangan hama
dan penyakit tidak hanya pada pertambahan lahan, tetapi juga pada lahan semula
sehingga tidak linear. Berikut adalah contoh usahatani dengan anggaran marjin kotor.
Seorang petani ingin merubah pola tanam dari padi-padi-kedelai menjadi
padi-padi-kacang tanah maka dibuat anggaran seperti yang terlihat pada Kotak
8.5.
Kotak 8.5. Anggaran Marjin Kotor Untuk Perencanaan Perubahan Pola Tanam (0,5
Ha)
Untuk kedelai (tanpa perubahan biaya tetap) :
Pendapatan kotor = Rp 1.089.945
Biaya variabel :
Bibit/benih = Rp 14.000
Pupuk kimiawi= Rp 70.000
Pupuk organik= Rp 7.100
Pestisida = Rp 3.900
Sewa mesin/traktor= Rp 36.675 (+)
Jumlah = Rp 131.675 (-)
Marjin Kotor = Rp 958.270
Pertimbangan :
Periode tumbuh 110 hari
Tenaga kerja yang digunakan ± 60 HKO
Untuk kacang tanah (tanpa perubahan biaya tetap) :
Pendapatan kotor
Biaya variabel
Bibit/benih= Rp 511.545
Pupuk kimiawi= Rp 235.000
Pupuk organik= Rp 1.461.000
Pestisida= Rp 1.282.825
Sewa mesin/traktor = Rp 179.695 (+)
Jumlah= Rp 3.670.065 (-)
Marjin kotor = Rp 2.837.555
Pertimbangan :
Periode tumbuh 125 hari
Tenaga kerja yang digunakan ± 126 HKO

Sumber : Suratiyah dkk (2003)

3. Anggaran arus uang tunai parsial


Anggaran arus uang tunai digunakan untuk melihat perubahan arus uang tunai
akibat dari perubahan yang diusulkan. Tujuannya untuk melihat kelayakan suatu
usulan yang mencakup beberapa tahun (jangka panjang). Contoh seorang petani ingin
membeli mesin perontok gabah untuk menghemat tenaga dan disewakan, dibuat
anggaran seperti yang tersaji pada kotak 8.6.
Kotak 8.6 Anggaran Arus Uang Tunai Pembelian Mesin Perontok Gabah Untuk 10
Musim Tanam (5 Tahun
Tahun
Uraian
0 1 2 3 4 5
A. Kerugian
1. Biaya tambahan
a. Harga mesin 900.000 -
perontok
b. Perawatan - 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000
2. Penerimaan yang - - - - -
hilang
3. Jumlah kerugian 900.000 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000
B. Keuntungan
1. Penghematan sewa - 196.000 196.000 196.000 196.000 196.000
tenaga
2. Penghasilan - 1.120.00 1.120.000 1.120.000 1.120.000 1.120.000
tambahan 0
3. Keuntungan -900.000 1. 316.000 1.316.000 1.316.000 1.316.000
1.316.00
0
C. Tambahan arus uang -900.000 1.241.00 1.141.000 1.241.000 1.241.000 1.241.000
tunai 0
D. Discount factor (10%) 1 0,909 0,826 0,751 0,683 0,621
E. Nilai sekarang -900.000 1.128.06 1.025.066 931.991 847.603 770.661
9
F. Nilai sekarang Netto -900.000 + 4.703.390 = 3.803.390
(NPV)
Catatan : Bunga bank 10% per tahun penghemat tenaga Rp 98.000/musim
disewakan Rp 560.000/musim

4. Anggaran Parametrik
Anggaran parametrik disusun atas dasar ramalan tentang berbagai macam
ketidakpastian dan harga yang akan datang, menggunakan nilai tengah, nilai
sebarang peluang, koefisien, dan sebagainya. Anggaran ini memperhatikan
ketidakpastian. Sesuatu yang tidak pasti dinyatakan sebagai koefisien. Jika yang tidak
pasti hanya satu (satu koefisien) disebut dengan break-even budgeting, sedangkan
jika yang tidak pasti lebih dari satu disebut parametric budgeting.
a. Break-even budgeting (anggaran impas)
Dalam hal ini anggaran disusun untuk menetapkan nilai koefisien yang telah
ditetapkan sehingga keuntungan sama dengan kerugian atau impas.
Kelebihan anggaran ini adalah a) dapat melihat dengan mudah apakah
suatu rencana menguntungkan, b) perencana dengan cepat dapat
merekomendasi, dan c) dapat melihat apakah bermanfaat. Sebagai contoh,
seorang petani ingin membeli mesin perontok gabah untuk menghemat tenaga dan
sekaligus dapat disewakan. Berikut adalah contoh pembuatan anggaran untuk
petani tersebut (Kotak 8.7).
Kotak 8.7. Anggaran Impas Pembelian Mesin Perontoh Gabah
Tangga : 5 Januari 2006
l
Catatan 1) h = banyaknya hari kerja disewakan
2) perhitungan per musim tanam
Pengeluaran (Rp) Keuntungan (Rp)
1. Penyusutan (I/10) 90.000 1. Pengeluaran dihemat :
2. Bunga (5%) 45.000 Menyewa tenaga
3. Perawatan (7+h) @ 1875 7 HKO @ 14.000 98.000
= 13.125+1.875h 2. Penghasilan tambahan disewakan
4. Penerimaan yang hilang h hari @ 14.000 14.000h
Jumlah pengeluaran = 184.125 + 1875h Jumlah 98.000 + 14.000h
Tambahan keuntungan : (98.000 + 14.000h) – (184.125 + 1.875h) = 0
12.125h = 50.125
h = 4,13 hari

b. Parametric budgeting (anggaran parametric)


Anggaran parametric disusun karena ketidakpastian lebih dari satu. Adapun
contoh pembuatan anggaran dapat dilihat pada Kotak 8.8.

Kotak 8.8. Anggaran Parametrik Pembelian Mesin Prontok Gabah


Tangga : 5 Januari 2006
l
Catatan 1) h = banyaknya hari kerja disewakan
2) t = umur ekonomis
3) f = Perawatan per hari kerja
4) Perhitungan per musm tanam
Pengeluaran (Rp) Keuntungan (Rp)
1. Biaya tanbahan 1. Pengeluaran dihemat :
a. Penyusutan (I/10) 900.000/t Menyewa tenaga
b. Bunga (5%) 45.000 7 HKO @ 14.000 98.000
c. Perawatan (7+h) @ f f (7+h) 2. Penghasilan tambahan disewakan
2. Penerimaan yang hilang - h hari @ 14.000 14.000h
3. Jumlah = 900.000/t + 45.000 + f (7+h) 3. Jumlah 98.000 + 14.000h
Tambahan keuntungan : (98.000 + 14.000h) – (900.000/t + 45.000 + f(7+h) = 0
53.000 + 14.000 h – 900.000/t – 7f – fh = 0
53.000 = 900.000/t + 7f – (14.000 – f)h

Pemberian nilai dan arti koefisien h, t, f merupakan suatu keputusan


tersendiri. Beragam alternative dalam memberikan nilai h, t, dan merupakan
beberapa alternatif perencanaan

5. Anggaran Interprise
Anggaran Interprise adalah anggaran yang dapat digunakan untuk
memperkirakan pengeluaran dan pendapatan suatu cabang usahatani per
kesatuan produksi atau per unit. Berikut adalah contoh-contoh usahatani dengan
anggaran interprise.
1) Anggaran interprise untuk usahatani sapi perah yang menghasilkan 11 liter
susu perhari per ekor dapat dilihat pada Kotak 8.9

Kotak 8.9 Anggaran Interprise Sapi Perah Per Ekor Per Hari
1. Pendapatan kotor (Rp)
- 11 liter @ Rp 2.200 24.200
2. Biaya variabel (Rp) :
a. Pakan 7.900
b. Tenaga kerja 2.000
c. Obat-obatan 600
d. Biaya sapi kering 2.400
e. Lain-lain 300
Jumlah 13.200
3. Biaya tetap (Rp) :
a. Penyusutan sapi 2.300
b. Penyusutan kandang 300
c. Penyusutan alat 700
Jumlah 3.300
4. Total biaya (Rp) 16.500
5. Pendapatan (Rp) 7.700
Catatan : Pendapatan = Rp 7.700/ekor/hari

Berikut adalah analisis anggarannya untuk memperkirakan apakah akan


menguntungkan atau tidak
Penyusutan :
Sapi Rp 828.000/tahun
Kandang Rp 108.000/tahun
Peralatan Rp 252.000/tahun
FC
Perhitungan : BEP Penjualan = AVC
1−
P
FC
BEP produk = x 1 liter
P− AVC
TC
BEP harga =
Y
Keterangan : P = harga per liter susu = Rp 2.200
AVC = biaya variabel per liter = Rp 1.200
FC = biaya tetap = Rp 3.300
TC = total biaya = Rp 16.500
Y = Produksi = 11 liter

Rp 3.300
BEP produk = x 1 liter = 3,3 liter per hari
Rp 2.200−Rp1.200
Rp3.300
BEP penjualan = Rp 1.200 = Rp 7.260 per hari
1−
Rp 2.200
Rp 16.500
BEP harga = Rp 1.500 per liter
11 liter

Dari perhitungan tersebut dapat dilihat bahwa yang direncanakan jauh di atas
BEP sehingga bila rencana tersebut diaplikasikan pasti menguntungkan.

2) Anggaran Interprise untuk usahatani ayam pedaging yang periode produksinya 20 hari.
Datanya tersaji dalam Kotak 8.10.

Kotak 8.10 Anggaran Interprise 1.000 Ekor Ayam Pedaging Per Periode Produksi
1. Berat hidup (kg/ekor) 1,6
2. Mortalitas 3% yang hidup 97% -
3. Bonus DOC 20% total ayam 1.020
4. Total Produksi (kg) : 97% x 1,6 x 1020 1.583,04
5. Harga (Rp/kg) 8.000
6. Pendapatan kotor 12.664.320
7. Biaya tetap :
a. Penyusutan kandang 100.000
b. Penyusutan peralatan 25.000
c. Penyusutan lain-lain 25.000
Jumlah 150.000
8. Biaya variabel
a. Starter 1.500 kg @ Rp 2.500 3.750.000
b. Finisher 1.400 kg @ Rp 2.250 3.150.000
c. DOC 1000 ekor @ Rp 2.000 2.000.000
d. Obat + vaksin 75.000
e. Vitamin 25.000
f. Sekam 30.000
g. Bahan bakar 200.000
Jumlah 9.230.000
9. Total biaya 9.380.000
FC
Perhitungan : BEP Penjualan = AVC
1−
P
FC
BEP produk = x 1 kg
P− AVC
TC
BEP harga =
Y

FC = biaya tetap = Rp 150.000/periode


Rp 9.230 .000
AVC = biaya variabel per kg = = Rp 5.830/kg
1.583,04 kg
p = harga per kg = Rp 8.000
Y = total produksi = 1.583,04 kg
Rp150.000
BEP produk = x 1 kg = 69,12 kg/periode
Rp 8.000−Rp5.830
Rp150.000
BEP penjualan = Rp 5.830 = Rp 553.505/periode
1−
Rp 8.000
Rp 9.380 .000
BEP harga = = Rp 5.925/kg
1.583,04 kg

Dari perhitungan tersebut jelas bahwa rencana usahatani ayam pedaging dapat
dilaksanakan karena penjualan, harga, dan produksinya berada di atas BEP.

TUGAS : PERTEMUAN IX

MENGACU PADA GAMBAR 8.3 , DAN TABEL 8.1

HITUNGLAH PRODUKSI DAN PENDAPATAN DARI


BEBERAPA KOMODITAS PERTANIAN YANG LAIN DI
LUAR TABEL 8.1 DAN LUAS LAHAN YANG BERBEDA DARI
GAMBAR 8.3
DI KUMPULKAN TUGAS INI PALING LAMBAT JAM 20.00 WIT
HARI INI.

Anda mungkin juga menyukai