LIKA BERNADINA
PERTEMUAN IX DAN X
Suatu usahatani sebagai bisnis menjadi lebih efisien dan menguntungkan sering
kali disebabkan oleh perubahan-perubahan yang dilaksanakan dalam rangka
pengembangan usahatani. Sukses usahatani sebagai bisnis adalah buah dari kehati-hatian
dan ketelitian dalam perencanaan, pengambilan keputusan, serta pelaksanaan pada saat
yang tepat.
Beberapa teknik perencanaan akan datang disertai dengan pertimbangan atas
hasil-hasil di masa lalu. Beberapa catatan dan analisa masa lalu tentang keberhasilan
atau kegagalan merupakan informasi yang sangat penting untuk perencanaan
usahatani modifikasi dan perubahan agar usahatani yang akan datang jauh lebih baik.
A. Perencanaan Menyeluruh (Whole-Farm Planning)
Perencanaan menyeluruh sangat memperhatikan keseluruhan sumber daya
yang dimiliki dan yang akan dipakai dalam usahatani. Tujuan perencanaan
menyeluruh antara lain sebagai berikut.
1. Identifikasi keuntungan tertinggi yang ingin dicapai sesuai dengan tujuan usahatani.
2. Identifikasi sumberdaya yang akan dipergunakan meliputi lahan, tenaga kerja, modal,
dan peralatan.
3. \Identifikasi kendala-kendala yang dihadapi dan kemungkinan upaya untuk mengatasi
di waktu yang akan datang.
4. Estimasi kebutuhan dan pencarian modal.
5. Estimasi biaya dan pendapatan
6. Estimasi arus uang tunai (Cash flow)
Sukses usahatani sangat tergantung pada petani sebagai manajer dalam mengelola
usahataninya. Oleh karena itu, diperlukan beberapa hal berikut.
1. Pengetahuan dan kemampuan mendeteksi kapan menambah modal dan bagaimana
menggunakannya dengan baik.
2. Pengetahuan tentang berapa biaya bunga yang harus dibayar apabila menarik modal
dan luar misalnya kredit bank.
3. Pengetahuan tentang kapan harus membayar bunga dan mengangsur pinjaman dari
luar (kredit bank) agar kontinuitas usahatani tidak terganggu.
Perencanaan menyeluruh ini dilengkapi dengan sistem evaluasi yang dapat secara
cepat dan mudah mengukur kinerja dan efisiensi usahatani.
B. Perencanaan Usahatani
Definisi perencanaan usahatani adalah proses pengambilan keputusan tentang
segala sesuatu yang akan dilakukan dalam usahatani yang akan datang dan
rencana-rencana usahatani berupa pernyataan tertulis yang memuat sesuatu yang
akan dikerjakan pada periode waktu tertentu untuk tujuan tertentu pula
sehubungan dengan usahataninya.
Dengan perencanaan usahatani maka manfaat yang dapat diambil oleh petani adalah
a) diperoleh petunjuk tentang apa yang akan dilakukan, b) penyimpangan dan
kesalahan dapat dikurangi, c) ada jaminan untuk mendekati kebenaran, d) sebagai
alat evaluasi, serta e) kontinuitas usahatani terjamin. Sementara perencanaan
usahatani mempunyai kriteria-kriteria yang baik jika sesuai berikut ini.
1. Rasional, yaitu sesuai dengan situasi yang nyata, misalnya untuk meningkatkan
produktivitas diperlukan pupuk urea pada pertanaman padi sawah sehingga tingkat
produksi tersebut benar-benar dicapai.
2. Fleksibel, yaitu disesuaikan dengan situasi, misalnya untuk peningkatan
produktivitas padi tersebut ternyata pupuk urea yang dibutuhkan tidak ada maka dapat
diganti dengan pupuk ZA, tetapi tentu dengan dosis yang berbeda karena kandungan
N pada urea dan ZA berbeda. Pada urea kandungan N mencapai 46%, sedangkan pada
ZA hanya 20%/
3. Dapat dinilai dan dengan cepat diambil tindakan yang tepat.
4. Menjamin kontinuitas usahatani.
Ada 3 cara menyusun suatu perencanaan usahatani, yakni 1) predetermined, suatu
perencanaan usahatani yang disusun dan ditentukan oleh pemerintah (instansi yang
terkait) karena memang ada tujuan tertentu pemerintah sehingga merupakan kebutuhan
pemerintah, 2) self-determined plan, yaitu suatu perencanaan usahatani yang disusun dan
ditentukan sendiri oleh petani sesuai dengan keinginan dan menjadi kebutuhan petani
sendiri, serta 3) joint plan, yaitu suatu perencanaan usahatani yang disusun dan
ditentukan oleh petani dengan pemerintah dalam hal ini instansi yang berwenang
bersama dengan petani. Sebagai contoh tanam serempak. Cara tanam serempak
direncanakan bersama antara para kelompok tani (para petani) dengan dinas
pertanian (PPL), dinas pekerjaan umum (pengaiaran), koperasi (penyediaan
pupuk), perbankan (penyediaan modal), dan pemerintah desa (menyangkut areal
yang luas).
Cara tanam serempak ini merupakan kepentingan bersama karena dengan cara
tersebut siklus hama penyakit dapat dikendalikan sehingga kontinuitas produksi dan
ketahanan pangan dapat terjamin. Petani juga memperoleh bimbingan penerapan
teknologi yang sama, produktivitas tinggi, dan pendapatan petani juga meningkat.
Perencanaan yang bersifat kerja sama dengan lembaga pemerintah memerlukan
berbagai pembicaraan. Pembicaraan terarah akan membantu petani dalam perencanaan
usahatani sehingga diperlukan beberapa catatan penting untuk pembiraan bersama.
Beberapa hal yang penting dalam pembicaraan tersebut sebagai berikut.
1. Varitas yang akan ditanam, sehubungan dengan produktivitas dan
ketahanannya terhadap hama penyakit.
2. Kapan tanam dan kapan panen sehubungan dengan penyediaan irigasi
3. Pupuk apa, berapa, dan kapan digunakan sehubungan dengan penyediaan
pupuk agar petani tidak mengalami kesulitan.
4. Berapa dan dari mana modal yang diperlukan sehubungan dengan kesiapan
pihak perbankan dalam merealisasi kredit usahatani.
Dalam pelaksanaan sehari-hari petani dapat menyusun rencana usahataninya
secara berkelompok dengan bimbingan PPL (petugas penyuluh pertanian) atau
petugas yang secara periodic berkunjung kelompok tani. PPL tersebut harus selalu
siap membawa informasi tentang program-program pemerintah, tentang teknologi
baru, dan siap mendampingi petani dalam pelaksanaan usahataninya.
C. Anggaran Kegiatan
Anggaran kegiatan adalah pernyataan mengenai sifat-sifat teknis dan ekonomis
suatu kegiatan yang disajikan dalam suatu bentuk sehingga memungkinkan
perencanaan dapat dikerjakan. Komponen anggaran kegiatan tersebut sebagai berikut.
1. Batasan kegiatan apa yang diproduksi dan bagaimana memproduksi
2. Daftar kebutuhan sumberdaya per unit kegiatan
3. Kuantifikasi hubungan antar kegiatan, misalnya kebutuhan pengembalian.
4. Daftar kendala yang bukan sumberdaya, misalnya pemasaran.
5. Daftar biaya tetap.
6. Pernyataan jumlah produk yang dihasilan dan taksiran harga.
Berikut adalah contoh anggaran kegiatan suatu usaha tani. (Kotak 8.1)
1. Definisi
Nama lokal : Kumala
Nama ilmiah : Ipoemoea batatas
Ditanam sebagai makanan pokok dengan teknologi tradisional
2. Musim tanam
a. Saat menanam antara Maret dan Oktober, tapi dapat ditanam sepanjang tahun
b. Umur : 4 sampai 7 bulan sesuai iklim tapi umumnya 5 bulan.
c. Daya simpan dalam tanah, panen dapat ditunda sampai 2 bulan tanpa penyusutan hasil
yang berarti.
3. Syarat Pergiliran :
a. Urutan tanam : ditanam setelah ubi rambat atau talas atau sebagai tanaman pertama
setelah bero pada lahan subur. Umumnya ditanam berturut-turut pada lahan yang sama.
b. Tumpang sari : dapat ditanam bersama-sama dengan tanaman pisang.
c. Kesuburan tanah : kandungan nitrogen yang tinggi menyebabkan pertumbuhan vegetatif
berlebihan sehingga produksi ubi rendah
4. Penanaman :
a. Jarak tanam : ditanam kira-kira 1 m x 1 m
b. Bahan tanaman : tumbuh dari potongan batang (stolon) ± 30 cm, 3 atau 4 batang tiap
lubang. Lahan 0,05 ha cukup menyediakan bibit untuk 1 ha
5. Masukan lain :
Pupuk tidak digunakan, penyemprotan dianjurkan untuk kumpang penggerek batang.
6. Kebutuhan kerja (JKO/ha) :
a. Menyiapkan bahan tanaman 60
b. Menanam 100
c. Membuat bukit dan lubang 100
d. Menyiangi
1 bulan setelah tanam 75
2 bulan setelah tanam 55
3 bulan setelah tanam 35
e. Panen
7. Produksi
Rata-rata 12,5 ton/ha ubi basah
8. Kandungan gizi
Mengandung 4,2 MJ/kg, bagian yang dapat dimakan 1,5% protein, 15% bahan sisa
9. Tata :Niaga
*) Catatan Harga:jual di tingkat petani di DIY tahun 2004 adalah Rp 900.00/kg atau Rp 90.000.00/ku
Harga jual bersih di tingkat lokal Rp 5.675/ku (tahun 1974)
Contoh 2
Luas
Feb-Mart April-Mei Juni-Juli Agst-Sept Okt-Nov Des-Jan Th
(ha)
0,25 <<<<<<<< <<<<<<< <<<<<< <<<<<<<<< <<<<<<< ///////////// I
<<<<<<<< <<<<<<< <<<<<< <<<<<<<<< <<<<<<< //////////////
0,25 ///////////////// /////////////// ////////////////// /////////////////// ]]]]]]]]]]]]]] ]]]]]]]]]]]]] II
///////////////// ////////////// ……………. ……………. …………… …………..
0,25 ]]]]]]]]]]]]]]] ]]]]]]]]]]]]]]] xxxxxxx xxxxxxxxxx Xxxxxxxx xxxxxxxx III
]]]]]]]]]]]]]]] ] xxxxxxx xxxxxxxxxx xxxxxxxx xxxxxxxx
]]]]]]]]]]]]]]]
]
0,25 BERO IV
< : Ubi rambat (1) …. : Talas
// : Ubi rambat (2) x : Ubi jalar/ubi rambat (3)
Gambar 8.2. Rotasi tanaman dengan tanaman sela
Ada sedikit perbedaan pada contoh 2 dengan contoh 1. Pada contoh 2 terdapat
tanaman talas yang digunakan sebagai tanaman sela, sedangkan untuk rotasinya lebih
dipilih ubi rambat dan ubi kayu dengan perputaran seperti yang tersaji pada gambar
8.2. Dari contoh 1 dan 2 tersebut terlihat bahwa penggunaan lahan dapat
dilakukan sedemikian rupa sehingga lebih intensif. Selain itu, rotasi tanaman
perlu juga dilakukan untuk menghindari serangan hama dan penurunan tingkat
kesuburan tanah karena tanaman yang berbeda sudah pasti memerlukan
unsure hara yang berbeda pula. Dengan perputaran tanaman diharapkan tanah
diberi kesempatan untuk mengembalikan unsure hara tertentu yang hilang pada
saat musim tanam sebelumnya.
Contoh 3.
900 m2 Selada keriting Buncis
Buncis
Baby corn Tomat bandung
450 m2 Baby Corn Tomat bandung Buncis
900 m2 Sawi Sawi Kapri
Gambar 8.3. Rotasi tanaman dengan tanaman sela
Pada Gambar 8.3. Dapat terlihat bahwa jika petani dengan 3 petak lahan pertanian
yang masing-masing seluas 900 m2, 450 m2, dan 900 m2 dapat mengatur rotasi
tanaman dan menggunakan lahannya sedemikian rupa sehingga bisa memperoleh
pendapatan yang optimal. Perhitungan produksi dan pendapatan tersaji pada
Tabel 8.1.
2. Tenaga kerja
Disamping penggunaan lahan dan rotasi tanaman, perlu direncanakan pula
penggunaan tenaga kerja, apakah tenaga kerja keluarga yang tersedia bisa memenuhi
kebutuhan. Jika tenaga kerja yang dibutuhkan lebih besar dari potensi tenaga
kerja keluarga yang tersedia maka petani harus menganggarkan seberapa besar
kebutuhan tenaga kerja luar keluarga yang diperlukan. Hal ini akan
mempengaruhi perhitungan biaya usahatani karena tenaga kerja luar harus diberi
upah.
Tabel 8.2 Rata-Rata Jumlah Curahan Tenaga Kerja Per Usaha Tani Dan Per 0,1
Hektar Petani Padi Sawah, Kedelai, Kacang Tanah, Tembakau, Dan
Jagung Di Kabupaten Bantul Tahun 2003
Komoditas
Uraian Padi Kedelai Kacang Tanah Jagung Tembakau
HKO % HKO % HKO % HKO % HKO %
Pembibitan (DK) 0,067 0,31 - - - - - - - -
Pengolahan tanah 0,06
a. Dalam keluarga 7 0,31 - - 1,138 4,67 2,152 12,34 6,282 9,25
b. Luar keluarga 2,933 13,71 - - 2,933 11,58 0,933 5,35 2,790 8,55
Penanaman
a. Dalam keluarga 0,022 0,10 0,573 5,01 2,606 10,29 1,419 8,14 3,164 9,70
b. Luar keluarga 5,411 25,30 1,918 16,79 3,250 12,83 0,295 1,69 2,173 6,66
Pemupukan
a. Dalam keluarga 0,377 1,76 0,336 2,94 0,889 3,51 0,848 4,86 1,799 5,52
b. Luar keluarga 0,455 2,13 0,000 0,00 0,016 0,06 0,033 0,19 0,564 1,73
Pemeliharaan
a. Dalam keluarga 2,786 13,03 - - 4,126 - - - - -
b. Luar keluarga 0,244 1,14 - - 2,794 - - - - -
Penyiangan
- - 1,900 16,63 - - 3,057 17,53 5,009 15,3
a. Dalam keluarga
- - 0,409 3,58 - - 0,986 5,65 1,390 5
b. Luar keluarga
4,26
Pengairan
- - 0,855 7,48 - 16,28 0,243 1,39 5,155 15,8
a. Dalam keluarga
- - 0,000 0,00 - 11,03 0,000 0,00 0,000 0
b. Luar keluarga
0,00
Pengd. Hama & Peny
a. Dalam keluarga 0,044 0,21 0,027 0,24 0,745 2,94 0,057 0,33 0,436 1,34
b. Luar keluarga 0,000 0,00 0,000 0,00 0,000 0,00 0,000 0,00 0,054 0,17
Panen
0,566 2,65 1,627 14,24 2,378 9,39 2,10 12,05 3,464 10,6
a. Dalam keluarga
3,108 14,53 0,891 7,8 1,094 4,32 0,91 5,05 0,464 2
b. Luar keluarga
1,42
Pasca Panen
a. Dalam keluarga 5,284 24,71 2,645 23,15 3,211 12,68 3,919 22,47 - -
b. Luar keluarga 0,022 0,10 0,245 2,15 1,817 7,17 0,486 2,79 - -
Total Tenaga Kerja 9,22 43,09 7,963 69,69 14,984 59,18 13,795 79,10 25,19 77,2
a. Dalam keluarga 12,18 56,91 3,463 30,31 10,334 40,82 3,643 20,89 7,436 1
b. Luar keluarga 22,7
9
Sumber : Suratiyah dkk (2003)
kacang tanah, jagung, dan tembakau. Dari berbagai macam komoditas tersebut
tampak bahwa komoditas padi meskipun jumlah tenaga kerja yang dicurahkan
tidak terlalu besar, tetapi proporsi penggunaan sumber daya tenaga kerja luar
keluarga jauh lebih besar bila dibandingkan dengan komoditas lainnya. Hal ini antara
lain disebabkan oleh sifat usahatani pada yang sangat tergantung dengan campur
tangan manusia. Curahan tenaga terbanyak terutama pada saat pengolahan
tanah, penanaman, dan panen. Dalam usahatani padi, ketiga kegiatan tersebut harus
dilakukan dalam waktu yang bersamaan. Jika tidak maka hasilnya tidak akan seperti
yang diharapkan.
E. Anggaran Usahatani
Anggaran usahatani sederhana dan mudah dimengerti sehingga dapat segera ditindak
lanjuti. Yang perlu diperhatikan dalam menyusun anggaran usahatani antara lain sebagai
berikut.
1. Tujuan : untuk melihat konsekuensi suatu rencana yang diusulkan.
2. Ukuran : penghasilan bersih dan arus uang tunai.
3. Kriteria : Pendapatan kotor, pengeluaran tetap, dan penghasilan bersih.
Ada empat cara dalam menyusun anggaran usahatani, yaitu mengarah pada
usahatani yang lebih intensif atau mengarah pada usahatani yang kurang intensif.
Empat cara tersebut sebagai berikut.
1. Mengubah kegiatan yang telah ada sehingga pendapatan kotor meningkat tetapi
pengeluaran tetap tidak meningkat.
2. Mengubah kegiatan yang telah ada sehingga pendapatan kotor meningkat,
tetapi pengeluaran tetap juga meningkat asal peningkatan pengeluaran tetap
lebih kecil dari peningkatan pendapatan kotor.
3. Mengalokasikan sumberdaya yang ada sehingga pengeluaran tetap turun tetapi
pendapatan kotor tetap.
4. Mengalokasikan kembali sumberdaya yang ada sehingga pengeluaran tetap
turun tetapi pendapatan kotor total juga turun, asal penurunan pendapatan
kotor lebih kecil dari penurunan pengeluaran tetap.
Dari keempat cara tersebut, cara pertama dan kedua mengarah ke lebih intensif,
sedangkan cara ketiga dan keempat mengarah ke kurang intensif.
Tabel 8.3 merupakan contoh cara ke kedua, yaitu pendapatan kotor naik dan
pengeluaran naik, yang berarti mengarah pada lebih intensif. Alternatif A tidak
menggunakan pupuk kandang sehingga produksi hanya 225 kg per 0,1 ha. Sementara
alternate B menggunakan pupuk kandang sehingga produksi meningkat menjadi 396 kg,
tetapi konsekuensinya biaya meningkat dari Rp 353.225 menjadi Rp 592.725. Namun
demikian, alternative B lebih baik karena peningkatan biaya Rp 239.500 lebih kecil dari
peningkatan penerimaannya sehingga bila dihitung IB/C atau Incremental B/C rationya
adalah 2,345 > 1. Dengan kata lain rencana B dapat dilaksanakan.
Tabel 8.3. Usahatakan Kacang Tanah 0,1 Ha Di Kabupaten Bantul Tahun 2003
Alternatif B Alternatif A
No Keterangan Selisih
(Rencana B) (Biasa)
1 Pendapatan Kotor
a. Produksi (kg) 396 225
b. Harga (Rp/kg) 3.285 3.285
c. Nilai Produksi (Rp) 1.300.820 739.125
2 Pengeluaran tetap :
a. Benih (Rp) 102.400 102.400
b. Pupuk kimiawi (Rp) 47.000 100.000
c. Pupuk kandang (Rp) 292.500 -
d. Pestisida (Rp) 25.000 25.000
e. Tenaga luar (Rp) 50.000 50.000
f. Tenaga mesin (Rp) 36.000 36.000
g. Lain-lain (Rp) 39.825 39.825
Total (Rp) 592.725 353.225 239.500
3 Penghasilan bersih (Rp) 708.105 385900 240.080
4 Output-input ratio 2,195
5 I B/C 2,345
Sumber : Suratiyah dkk 2003 – data terolah
3) Seorang petani ingin mengubah pola tanam dari padi-padi kedelai menjadi padi-
padi-kacang tanah. Untuk itu, dibuat anggaran dengan data seperti yang ada di
Kotak 8.4
Keuntungan :
Biaya kedelai (sarana produksi)
Bibit = Rp 14.000
Pupuk kimiawi= Rp 70.000
Pupuk organik= Rp 7.100
Pestisida = Rp 3.900 (+)
Jumlah = Rp 95.500
4. Anggaran Parametrik
Anggaran parametrik disusun atas dasar ramalan tentang berbagai macam
ketidakpastian dan harga yang akan datang, menggunakan nilai tengah, nilai
sebarang peluang, koefisien, dan sebagainya. Anggaran ini memperhatikan
ketidakpastian. Sesuatu yang tidak pasti dinyatakan sebagai koefisien. Jika yang tidak
pasti hanya satu (satu koefisien) disebut dengan break-even budgeting, sedangkan
jika yang tidak pasti lebih dari satu disebut parametric budgeting.
a. Break-even budgeting (anggaran impas)
Dalam hal ini anggaran disusun untuk menetapkan nilai koefisien yang telah
ditetapkan sehingga keuntungan sama dengan kerugian atau impas.
Kelebihan anggaran ini adalah a) dapat melihat dengan mudah apakah
suatu rencana menguntungkan, b) perencana dengan cepat dapat
merekomendasi, dan c) dapat melihat apakah bermanfaat. Sebagai contoh,
seorang petani ingin membeli mesin perontok gabah untuk menghemat tenaga dan
sekaligus dapat disewakan. Berikut adalah contoh pembuatan anggaran untuk
petani tersebut (Kotak 8.7).
Kotak 8.7. Anggaran Impas Pembelian Mesin Perontoh Gabah
Tangga : 5 Januari 2006
l
Catatan 1) h = banyaknya hari kerja disewakan
2) perhitungan per musim tanam
Pengeluaran (Rp) Keuntungan (Rp)
1. Penyusutan (I/10) 90.000 1. Pengeluaran dihemat :
2. Bunga (5%) 45.000 Menyewa tenaga
3. Perawatan (7+h) @ 1875 7 HKO @ 14.000 98.000
= 13.125+1.875h 2. Penghasilan tambahan disewakan
4. Penerimaan yang hilang h hari @ 14.000 14.000h
Jumlah pengeluaran = 184.125 + 1875h Jumlah 98.000 + 14.000h
Tambahan keuntungan : (98.000 + 14.000h) – (184.125 + 1.875h) = 0
12.125h = 50.125
h = 4,13 hari
5. Anggaran Interprise
Anggaran Interprise adalah anggaran yang dapat digunakan untuk
memperkirakan pengeluaran dan pendapatan suatu cabang usahatani per
kesatuan produksi atau per unit. Berikut adalah contoh-contoh usahatani dengan
anggaran interprise.
1) Anggaran interprise untuk usahatani sapi perah yang menghasilkan 11 liter
susu perhari per ekor dapat dilihat pada Kotak 8.9
Kotak 8.9 Anggaran Interprise Sapi Perah Per Ekor Per Hari
1. Pendapatan kotor (Rp)
- 11 liter @ Rp 2.200 24.200
2. Biaya variabel (Rp) :
a. Pakan 7.900
b. Tenaga kerja 2.000
c. Obat-obatan 600
d. Biaya sapi kering 2.400
e. Lain-lain 300
Jumlah 13.200
3. Biaya tetap (Rp) :
a. Penyusutan sapi 2.300
b. Penyusutan kandang 300
c. Penyusutan alat 700
Jumlah 3.300
4. Total biaya (Rp) 16.500
5. Pendapatan (Rp) 7.700
Catatan : Pendapatan = Rp 7.700/ekor/hari
Rp 3.300
BEP produk = x 1 liter = 3,3 liter per hari
Rp 2.200−Rp1.200
Rp3.300
BEP penjualan = Rp 1.200 = Rp 7.260 per hari
1−
Rp 2.200
Rp 16.500
BEP harga = Rp 1.500 per liter
11 liter
Dari perhitungan tersebut dapat dilihat bahwa yang direncanakan jauh di atas
BEP sehingga bila rencana tersebut diaplikasikan pasti menguntungkan.
2) Anggaran Interprise untuk usahatani ayam pedaging yang periode produksinya 20 hari.
Datanya tersaji dalam Kotak 8.10.
Kotak 8.10 Anggaran Interprise 1.000 Ekor Ayam Pedaging Per Periode Produksi
1. Berat hidup (kg/ekor) 1,6
2. Mortalitas 3% yang hidup 97% -
3. Bonus DOC 20% total ayam 1.020
4. Total Produksi (kg) : 97% x 1,6 x 1020 1.583,04
5. Harga (Rp/kg) 8.000
6. Pendapatan kotor 12.664.320
7. Biaya tetap :
a. Penyusutan kandang 100.000
b. Penyusutan peralatan 25.000
c. Penyusutan lain-lain 25.000
Jumlah 150.000
8. Biaya variabel
a. Starter 1.500 kg @ Rp 2.500 3.750.000
b. Finisher 1.400 kg @ Rp 2.250 3.150.000
c. DOC 1000 ekor @ Rp 2.000 2.000.000
d. Obat + vaksin 75.000
e. Vitamin 25.000
f. Sekam 30.000
g. Bahan bakar 200.000
Jumlah 9.230.000
9. Total biaya 9.380.000
FC
Perhitungan : BEP Penjualan = AVC
1−
P
FC
BEP produk = x 1 kg
P− AVC
TC
BEP harga =
Y
Dari perhitungan tersebut jelas bahwa rencana usahatani ayam pedaging dapat
dilaksanakan karena penjualan, harga, dan produksinya berada di atas BEP.
TUGAS : PERTEMUAN IX