BAB I
PENDAHULUAN
1
2
sebagai berikut:
usahatani di masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
polong agak muda dan suram, permukaan kulitnya agak kasar, biji dan
polongnya belum menonjol dan polong akan mengeluarkan bunyi letupan
jika dipatahkan (Anas, 2006).
Kondisi iklim dan tanah sangat berpengaruh terhdap pertumbuhan
dan produktivitas tanaman buncis. Setiap wilayah atau daerah memiliki
kondisi lingkungan yang berbeda-beda karena perbedaan ketinggian
tempat dari permukaan laut. Daerah dataran rendah dengan ketinggian
tempat kurang dari 200m dari permukaan laut (dpl) memiliki kondisi
lingkungan yang berbeda dengan daerah dataran medium ataupun daerah
dataran tinggi yang memiliki ketinggian tempat 200-700 m dpl dan lebih
dari 700 m dpl. Tanaman buncis yang diatanam di daerah yang kondisi
lingkungannya cocok dapat tumbuh dengan baik dan produktivitas nya
tinngi (hasil panen baik). Sebaliknya, tanaman buncis yang ditanam di
daerah yang kondisinya kurang cocok dapat menyebabkan tanaman
menderita penyakit fisiologis, misalnya tanaman tumbuh kerdil
(Bambang, 2003).
Dataran tinggi merupakan sentra produksi sayuran kacang buncis,
namuntarget pencapaian produksi secara nasional mengalami hambatan
akibat keterbatasan luas areal dan minimnya penggunaan varietas unggul
serta manajemen hara yang digunakan. Demikian sebaliknya sasaran
pencapaian produksi dapat diupayakan dengan perluasan areal tanam ke
dataran rendah, juga mengalami hambatan yaitu minimnya varietas unggul
yang sesuai dataran rendah dan hambatan kondisi iklim serta fisik tanah.
Pendekatan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki karakteristik
tanaman yaitu dengan mengubah lingkungan tumbuh tanaman dan
mekanisme fisiologi lingkungan tumbuh tanaman (Setiawan, 2003).
Tanaman buncis sangat mudah untuk di budidayakan. Buncis
hanya menghendaki perawatan yang maksimal, maka akan lebih bijaksana
apabila setiap insan membudidayakan tanaman buncis. Manfaat buncis
selain menambah ketersediaan protein nabati dan berbagai vitamin,
tanaman ini juga mempunyai binti akar yang dapat memfiksasi Nitrogen
6
dari udara sehingga lahan, tanah, atau nedia tumbuh dapat senantiasa
terjaga dari defisiensi unsur hara khususnya Nitrogen (Nasikun, 2014).
Buncis merupakan tanaman musim panas yang memiliki tipe
pertumbuhan membelit dan merambat. Selain bentuk merambat, ada juga
bentuk kerdil determinate dan indeterminate. Tipe merambat
indeterminate dan tegak memiliki percabangan yang lebih banyak dan,
dengan jumlah buku pembungaan lebih banyak, memiliki potensial hasil
yang lebih besar. Bentuk semak determinate merupakan tipe buncis yang
pendek beberapa jenis tipe ini memiliki ciri tinggi yang tidak lebih tinggi
dari 60 cm. Daun pada tanaman buncis beranak-daun-tiga menyirip
(Rukmana, 2004).
Bunga tanaman buncis tergolong bunga sempurna atau berkelamin
dua (hermaprodit), ukurannya kecil, bentuk bulat panjang (silindris)
berukuran ± 1 cm dan tumbuh dari cabang yang masih muda atau pucuk-
pucuk muda berwarna putih, merah jambu dan ungu. Bunga menyerbuk
sendiri dengan bantuan angin dan serangga. Polong bentuknya ada yang
pipih lebar memanjang ± 20 cm, bulat lurus dan pendek ± 12 cm dan bulat
panjang ± 15 cm. Susunan polong bersegmen-segmen dengan jumlah biji
5-14/polong. Ukuran dan warna polong bervariasi tergantung kepada jenis
varietas. Biji berukuran agak besar, bentuknya bulat lonjong dan pada
bagian tengah melengkung (cekung), berat 100 biji 16-40.6 g berwarna
hitam. Bagian dari komponen pertumbuhan dan produksi tanaman buncis
sangat bervariasi sesuai dengan kondisi masing-masing varietas
(Manshuri, 2007).
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Manajemen Usahatani
Usaha tani bisa diartikan sebagai ilmu yang mempelajari
bagaimana seseorang memanfaatkan sumber daya yang ada secara
efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang
tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif apabila petani atau
produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki
7
Δ penerimaan
Ratio > 1 dan dirumuskan dengan : B/CRatio =
Δ biaya
(Shinta 2011).
12
BAB III
METODE PENELITIAN
12
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
14
15
kaca yang bersih. Setelah botol terisi penuh oleh benih, penuhi mulut botol
dengan abu kayu sebagai penutupnya. Manfaat abu kayu sebagai media
penutup botol menyerap kelembaban. Sehingga lingkungan dalam botol tetap
kering namun masih memungkinkan adanya pertukaran udara. Biji buncis
yang tersimpan dengan baik bisa bertahan dalam suhu kamar selama 6 bulan.
Setelah tahap penyiapan benih telah selesai maka langkah yang ketiga
adalah penanaman buncis. Cara paling efektif dalam budidaya buncis adalah
menanam biji secara langsung tanpa proses penyemaian. Masukkan biji
buncis siap tanam kedalam lubang yang telah dibuat. Isi setiap lubang dengan
2 biji buncis. Lalu tutup dengan tanah, kemudian siram secara berkala apabila
kondisi tanah kering. Kebutuhan benih buncis adalah 50 kg per hektar. Buncis
mulai berkecambah pada 3-7 hari setelah tanam. Pada hari ke-7 biasanya
kecambah telah tumbuh secara serempak.
Selanjutnya, langkah keempat adalah perawatan budidaya buncis.
Beberapa perawatan yang diperlukan dalam budidaya buncis diantaranya
penaikan tanah, pemasangan lenjer bambu dan pemupukan susulan. Tanaman
buncis adalah tanaman yang tahan kekeringan, kita tidak perlu menyiramnya
setiap hari. Meskipun hujan hanya terjadi sekali dalam seminggu, buncis
masih bisa tumbuh dengan baik. Penyiraman hanya dilakukan apabila kondisi
kekeringan sudah parah. Sekitar 2 minggu setelah tanam, naikkan tanah yang
berada disekeliling tanaman. Maksudnya agar tanah menutupi akar yang
menyembul dan memperkuat kedudukan akar. Selain itu, penaikan tanah
dimaksudkan untuk menyiangi tanaman penggangu. Dengan penaikan tanah,
tanaman pengganggu akan tercerabut dari akarnya dan mati. Pemasangan
lenjer bambu atau pengajiran bisa dilakukan setelah minggu ke-2. Pasang
lenjer bambu sepanjang 2 meter, lalu gabungkan setiap empat lenjer pada
pangkal atasnya. Pemasangan lenjer diperlukan agar tanaman merambat naik
dan buah tidak mengenai tanah. Pemupukan susulan diberikan pada minggu
ke-3. Berikan satu kepal kompos atau pupuk kandang yang telah matang pada
setiap tanaman. Total kebutuhan pupuk susulan sekitar 20 ton per hektar.
22
2. Pupuk
- Urea 0 0 0 0
- ZA 178000,00 272783,00 214786,67 724814,40
- SP36 273000,00 418369,43 338928,33 1143740,16
- KCL 325000,00 498058,85 372883,33 1258323,96
- Kandang 1423333,3
3733,33 5721,29 4803149,61
3
- Lainya 165000,00 252860,65 199100,00 671878,52
3. T
413220,00 633255,01 236733,33 798875,14
KD
4. P
247804,40 379757,46 203839,33 687871,77
enyusutan
5. Sewa lahan 3668000,0 5621168,7 1380000,0
4656917,89
sendiri 0 8 0
Jumlah 5327924 8164984 4986479 16827264,36
Total Biaya 15271647,
23403628 14209282 47950324,36
4
Sumber : Hasil Olahan Data Primer
Berdasarkan tabel diatas maka dapat diketahui bahwa biaya
yang digunakan untuk usahatani varietas Krisna lebih mahal daripada
varietas Pedang secara implisit. Secara eksplisit varietas Krisna juga
lebih mahal dari varietas Pedang. Hal tersebut menunjukkan bahwa
biaya secara langsung yang dikeluarkan oleh petani lebih mahal yang
varietas Krisna.
Biaya produksi yang dikeluarkan petani kedua varietas
tersebut bernacam-macam. Hal tersebut dikarenakan kebutuhan
setiap petani akan faktor produksi yang digunakan tidaklah sama.
Selain itu, jarak tanam yang digunakan oleh petani akan berpengaruh
terhadap pupuk dan jumlah bibit.
4.3.3 Pendapatan Usaha Tani
Pendapatan usahatani adalah penerimaan setelah dikurangi
dengan biaya tenaga kerja dalam keluarga. Pendapatan diapat
diketahui dengan cara menghitung jumlah penerimaan dan
pengeluaran usahatani yang dilakukan untuk masing-masing varietas.
Pengeluaran usahatani yang diperhitungkan dalam analisis ini adalah
26
varietas Pedang atas biaya tunai adalah sebesar 2,67 maka usahatani
buncis varietas Pedang juga layak untuk diusahakan. Masing –
masing varietas memiliki R/C Ratio > 1 sehingga tentu layak untuk
diusahakan.
Perhitungan B/C Ratio per Ha:
B/C Ratio atas biaya perbedaan besarnya penerimaan usahatani
tunai = perbedaan besarnya biaya tunai usahatani
281980000
=
10126830
= 27,84
Besar B/C Ratio atas biaya tunai dari kedua varietas tersebut
adalah sebesar 27,84. Besar B/C ratio atas biaya tunai kedua varietas
tersebut mengandung arti bahwa pada setiap Rp. 1 yang dikeluarkan,
memberikan manfaat sebesar Rp. 27,84. Besar B/C ratio tersebut < 1
ini menunjukkan bahwa penambahan produksi untuk kedua varietas
tersebut lebih kecil daripada penambahan biayanya atau penambahan
biaya untuk usaha tani kedua varietas tersebut tidak memberikan
manfaat. B/C ratio yaitu keuntungan dibagi dengan total biaya.
B/C Ratio atas perbedaan besarnya penerimaan usahatani
biaya total = perbedaan besarnya biaya total usahatani
281980000
=
15448506
= 18,25
Besar B/C Ratio atas biaya total dari kedua varietas tersebut
adalah sebesar 18,25. Besar B/C ratio atas biaya total kedua varietas
tersebut mengandung arti bahwa pada setiap Rp. 1 yang dikeluarkan,
memberikan manfaat sebesar Rp. 18,25. Besar B/C ratio tersebut < 1
ini menunjukkan bahwa penambahan produksi untuk kedua varietas
29
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum Manajemen Usaha Tani Komoditas
Buncis yang telah dilakukan di Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten
Karanganyar maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Rata-rata pendapatan yang diterima pada usahatani Ubi KayBuncis
varietas Krisna sebesar Rp. 33.685.843,33 (konversi 0,65 Ha),
sedangkan pada kentang varietas Pedang Rp. 24.202.298,67
(konversi 0,33 Ha),
2. R/C ratio atas biaya tunai Krisna lebih besar yaitu 4,37 dibanding
varietas Pedang sebesar 2,67. Hal ini berarti bahwa usahatani
Buncis varietas Krisna mempunyai efisiensi yang lebih besar
daripada usahatani Buncis varietas Pedang.
3. R/C ratio atas biaya total Krisna lebih besar yaitu 2,85 dibanding
varietas Pedang sebesar 1,74. Hal ini berarti bahwa usahatani
Buncis varietas Krisna mempunyai efisiensi yang lebih besar
daripada usahatani Buncis varietas Pedang.
4. B/C ratio atas biaya tunai dari kedua varietas adalah 27,84 yang
berarti nilainya >1. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan biaya
untuk kedua varietas ini memberikan manfaat atau dengan kata
lain penambahan produksi untuk kedua varietas ini lebih besar
daripada penambahan biayanya.
5. B/C ratio atas biaya total dari kedua varietas adalah 18,25 yang
berarti nilainya >1. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan biaya
untuk kedua varietas ini memberikan manfaat atau dengan kata lain
penambahan produksi untuk kedua varietas ini lebih besar daripada
penambahan biayanya.
31
31
B. Saran
Saran untuk praktikum Ilmu Usaha Tani adalah sebagai berikut :
1. Petani Buncis di Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar agar
mengembangkan Buncis varietas Krisna karena nilai usaha taninya
lebih efisien dibandingkan varietas Pedang.
2. Petani Buncis Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar
seharusnya memperhatikan biaya implisit yang mereka keluarkan agar
mereka bisa mengevaluasi setiap usaha tani yang mereka jalankan.
3. Petani Buncis Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar
seharusnya mengenal hukum “The Law of Deminishing Return” agar
penambahan pupuk/pestisida tidak berlebihan yang biasanya malah
akan memperkecil hasil panen.
32
DAFTAR PUSTAKA
Bambang. 2003. Kacang Buncis, Teknik Budidaya & Analisis Usaha Tani.
Kanisius. Jogjakarta.
Cahyono, B. 2007. Kacang Buncis: Teknik Budidaya Dan Analis Usaha Tani.
Kanisius. Yogyakarta.
Dewi, I Gusti Ayu Chintya, I Ketut Suamba dan I G.A.A Ambarawati. 2012.
Analisis Efisiensi Usahatani Padi Sawah (Studi Kasus di Subak Pacung
Babakan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung). E-Journal
Agribisnis dan Agrowisata.Vol. 1 No. 1.
Endang, S R dan Driyo P. 2000. Tata Niaga Pertanian. Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia. Universitas Sebelas
Maret. Surakarta.