TANAMAN
PENGENDALIAN HAMA SECARA BIOLOGI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Nevi Meita D. R
Elend Arinta Sances
Amanda H.
Anna Windari
Iman Irsad S
Lutfi Ari S.
Yogi Nasrul A.
Mahardian A.P
Yuni Intan Anastya
(135040201111148)
(135040201111149)
(135040201111150)
(135040201111151)
(135040201111152)
(135040201111153)
(135040201111154)
(135040201111155)
(135040201111156)
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2013/2014
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayahNya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah "DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN".
Kemudian shalawat beserta salam kita panjatkan kepada Nabi besar kita
Muhammad S.A.W yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-quran dan
sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Dasar Perlindungan
Tanaman di program studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas
Brawijaya. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
Malang,
September 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR..................................i
DAFTAR ISI....ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang.....1
1.2.Rumusan masalah........2
1.3.Tujuan makalah.......2
1.4.Manfaat makalah......2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian perlindungan tanaman.......3
2.2. Tujuan perlindungan tanaman .. ......4
2.3. Bentuk-bentuk pengendalian hama......4
2.4. Pengertian pengendalian hama secara biologi......5
2.5. Komponen-komponen pengendalian hayati/biologi.........................8
2.6. Penerapan pengendalian hayati/biologi......10
2.7. Kelebihan dan kelemahan hayati/biologi.......11
2.8. Kasus penting OPT.........................................................................11
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan hama dan patogen pada tanaman merupakan salah satu kendala
yang cukup rumit dalam usaha pertanian. Keberadaan hama dan patogen
merupakan faktor yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman dan
pembentukan hasil. Serangannya pada tanaman dapat datang secara mendadak
dan dapat bersifat eksplosif (meluas) sehingga dalam waktu yang relatif singkat
seringkali dapat mematikan seluruh tanaman dan menggagalkan panen.
Pemberantasan hama dan penyakit secara total tidak mungkin dapat dilakukan
karena perkembangannya yang sangat cepat dan sulit dikontrol. Namun dengan
pengamatan yang baik di lapangan sejak awal penanaman sampai panen, serangan
hama dan patogen dapat ditekan.
Hama adalah binatang yang dianggap dapat mengganggu atau merusak
tanaman dengan memakan bagian tanaman yang disukainya. Misalnya : Serangga
(insekta), cacing (nematode), binatang menyusui, dan lain-lain. Patogen yang
menyerang tanaman bukan disebabkan oleh binatang, melainkan oleh makhluk
mikrokospis, misalnya bakteri, virus, cendawan (jamur), dan lain-lain.
Salah satu cara petani dalam menanggulangi hama tanaman adalah dengan
pengendalian tanaman secara biologi atau hayati. Pengendalian secara biologi ini
bertujuan mengupayakan agar populasi hama tidak menimbulkan banyak
kerugian, melalui cara-cara pengendalian yang efektif, menguntungkan,
dan
aman terhadap lingkungan (ramah lingkungan). Dengan cara ini petani dapat
memahami pentingnya menjaga kelestarian ekosistem lingkungan.
1.2.Rumusan masalah
Meninjau dari latar belakang, ada beberapa rumusan masalah yang terdapat
pada makalah ini. Rumusan masalah tersebut adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.3.Tujuan makalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Perlindungan Tanaman
berjalan secara alami atau dapat dikatakan proses pengendalian hama yang
berjalan secara sendiri tanpa ada campur tangan manusia
Menurut Huffaker et al. (1976), penjagaan jumlah populasi suatu
organisme dalam kisaran limit atas dan bawah tertentu sebagai hasil dari tindakan
keseluruhan lingkungan, baik lingkungan biotik maupun abiotik. Oleh karena itu,
pengendalian alami disebut pula sebagai keseimbangan alami (balance of nature).
Pengendalian hayati dilatarbelakangi oleh berbagai pengetahuan dasar
ekologi, terutama teori tentang pengaturan populasi oleh pengendalian alami dan
keseimbangan ekosistem. Musuh alami dalam fungsinya sebagai pengendali hama
bekerja tergantung kepadatan, sehingga keefektifannya ditentukan pula oleh
kehidupan dan perkembangan hama yang bersangkutan. Ketersediaan lingkungan
yang cocok bagi perkembangan musuh alami merupakan prasyarat akan
keberhasilan pengendalian hayati. Perbaikan teknologi introduksi dan pelepasan di
lapangan akan mendukung dan meningkatkan fungsi musuh alami (Untung,
1993).
Konsep pengendalian hayati berangkat dari pengertian dan kesadaran akan
sifat dan mekanisme terbentuknya keanekaragaman hayati pada ekosistem alami.
Penerapan pengendalian hayati secara klasik yaitu dengan teknik melakukan
introduksi musuh alami dari daerah/negara tempat asal-usul hama ke daerah
sasaran, jelas merupakan usaha untuk meningkatkan keanekaragaman hayati.
Ekosistem pertanian, khususnya tanaman pangan dan holtikultura sangat
dinamik. Campur tangan manusia dalam usaha tani kadang sangat melampaui
batas. Sehingga kondisi ini tentu akan merubah ekosistem yang telah dibentuk
oleh alam.
5
Kegiatan usaha tani yang intensif dan dilakukan dengan tidak bijaksana,
akan mengarah kepada kondisi yang tidak menguntungkan musuh alami bahkan
akan ikut punah. Apabila hal ini terjadi, kondisi lingkungan menjadi lebih
membahayakan untuk perkembangan OPT.
karena bekerjanya musuh-musuh alami tetapi juga karena bekerjanya komponenkomponen ekosistem.
Komponen-komponen pengendalian hayati dapat berupa :
a. Parasitoid dan Parasit
Parasit adalah binatang atau organisme yang hidup didalam atau pada
organisme lain yang lebih besar yang merupakan inangnya. Karena memakan atau
menghisap cairan inangnya.
Parasitoid adalah serangga yang memarasit serangga lain. Pada parasitoid
yang bertindak sebagai parasit adalah stadia pradewasa, sedangkan imagonya
hidup bebas dan tidak terikat pada inangnya.
Faktor-faktor yang mendukung efektivitas pengendalian dengan parasitoid yaitu :
siklus hidupnya.
Populasi parasitoid dapat bertahan meskipun dalam keadaan populasi yang
rendah.
Memiliki inang yang sempit.
Kelemahan parasitoid sebagai pengendali
Daya cari inang seringkali dipengaruhi oleh cuaca
Serangga betina yang berperan utama karena mereka yang melakukan
8
b. Predator
Predator merupakan organisme yang hidup bebas dengan memakan atau
memangsa organisme yang lain.
Perbedaan antara parasitoid dengan predator
PARASITOID
PREDATOR
Bersifat poliphag.
Metamorfosis sempurna
Memarasit inangnya pada stadia
tertentu, misalnya larva
c. Patogen
Serangga seperti juga organisme lainnya di dalam hidupnya juga diserang
oleh banyak patogen atau penyakit yang disebabkan oleh: Virus, Cendawan,
Bakteri, Nematoda, dan Protozoa.
Beberapa patogen yang dalam kondisi lingkungan tertentu merupakan
faktor mortalitas utama pada populasi serangga. Oleh karena kemampuannya
membunuh serangga hama sehingga sejak lama patogen digunakan dalam
pengendalian hayati
9
Contoh :
Introduksi Tetrastichus brontispae untuk mengendalikan Brontispa longissima
dari pulau Jawa ke Sulawesi Selatan. Introduksi Curinus coreolius dari Hawaii
untuk mengendalikan Heteropsylla cubana (kutu loncat) di Indonesia.
2. Augmentasi
Augmentasi merupakan teknik penambahan musuh alami secara periodik dengan
tujuan untuk meningkatkan jumlah dan pengaruh musuh alami
3. Konservasi
Konservasi merupakan usaha untuk mempertahankan atau melestarikan musuh
alami yang telah ada di suatu daerah. Teknik ini bertujuan untuk menghindarkan
tindakan yang dapat menurunkan populasi musuh alami.
Contoh : penggunaan pestisida.
4. Inundasi
Inundasi yaitu penambahan musuh alami dalam jumlah banyak dengan tujuan
dapat menurunkan populasi hama dengan cepat sampai pada tingkat yang tidak
merugikan
10
2.
3.
4.
Dapat berkembang biak dan menyebar secara alamiah, hama tidak menjadi
pestisida
4.
bijian/padi yang tersedia di sawah. Pada kondisi bera, tikus sering berada di
pemukiman, mereka menyerang semua stadium tanaman padi, sejak pesemaian
sampai panen. Tingkat kerusakan yang diakibatkan bervariasi tergantung stadium
tanaman.
Di Indonesia, kehilangan hasil akibat serangan tikus sawah diperkirakan
dapat mencapai 200.000 300.000 ton per tahun. Usaha pengendalian yang
intensif sering terlambat, karena baru dilaksanakan setelah terjadi kerusakan yang
luas dan berat. Oleh karena itu, usaha pengendalian tikus perlu memperhatikan
perilaku dan habitatnya, sehingga dapat mencapai sasaran. Tinggi rendahnya
tingkat kerusakan tergantung pada stadium tanaman dan tinggi rendahnya
populasi tikus yang ada.
Tikus sawah sampai saat ini masih menjadi hama penting pada tanaman
padi di Indonesia. Sebaran populasinya cukup luas dari dataran rendah sampai
pegunungan, dari areal sawah sampai di gudang/perumahan. Kerusakan padi
akibat serangan tikus yang mencapai ribuan hektar dilaporkan pertama kali pada
tahun 1915 di Cirebon, Jawa Barat, selanjutnya tiap tahun terjadi peningkatan
kerusakan tanaman padi dengan intensitas serangan sebesar 35%.
Pemanfaatan musuh alami tikus diharapkan dapat mengurangi populasi
tikus. Ular sawah sebenarnya menjadi pemangsa tikus yang handal, hanya
sekarang populasinya di alam turun drastis karena ditangkap dan mungkin
lingkungan tidak cocok lagi. Burung hantu (Tito alba) kini mulai diberdayakan di
beberapa daerah untuk ikut menanggulangi hama tikus. Musang sawah juga
memangsa tikus, namun sekarang sangat sedikit populasinya dan sulit dijumpai di
sawah.
12
Hama tikus yang membuat resah petani di beberapa lokasi seperti Kecamatan
Welahan direspon Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Jepara dengan
mencari predator alami. Dengan predator alami yang tepa bisa menekan
perkembangan hama tikus. Salah satu predator yang sedang dikaji adalah burung
hantu. Menurut petani perlu diciptakannya predator sebagai musuh alami tikus
adalah untuk mengontrol populasi. Ketika populasi terkontrol maka tidak akan
merusakan pertanian. Contoh daerah yang menerapkan pengendalian secara
biologi adalah di daerah Demak.
"Di Demak terdapat penggunaan burung hantu jenis tito alba. Burung itu
merupakan musuh tikus. Tikus kerja di malam hari dan burung hantu juga
demikian sehingga bisa menekan populasi tikus. Menciptakan predator alami
untuk tikus perlu dilakukan. Sebab, peningkatan populasi tikus salah satu
penyebabnya adalah semakin sedikitnya predator alami, salah satunya ular.
Para petani menambahkan penggunaan burung hantu sebagai predator
alami tikus tepat diterapkan. Mereka akan menindaklanjuti hingga ke bagian
teknis untuk memelihara burung hantu. Sehingga pengendalian hama secara
biologi atau hayati perlu ditingkatkan penerapannya pada sektor pertanian karena
dengan menggunakan predator alami dapat menjaga keseimbangan ekosistem
lingkungan.
13
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
3.2 Saran
Perlu adanya pengenalan oleh penyuluh pertanian kepada petani mengenai
pengendalian hama secara biologi/hayati ini,karena dengan menggunakan
pengendalian secara biologi ini dapat meminimalisir ketidakseimbangan
ekosistem akibat pengendalian yang kurang tepat dan pengendalian hama secara
biologi ini memiliki sifat yang sangat ramah lingkungan.Sehingga tujuan sukses
pertanian dapat terwujud yaitu berupa peningkatan hasil dan kesejahteraan petani.
14
LAMPIRAN
Contoh berbagai hewan pemangsa hama tanaman
15
DAFTAR PUSTAKA :
AnonymousA,2013.hama tikus.http:// deptan.go.id. Diakses tanggal 24
September 2013
AnonymousB,2013.Hama-Tikus-Akan-Diberantas-dengan-BurungHantu.http:// suaramerdeka.com.Diakses tanggal 24 September 2013
16