Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH DASAR PERLINDUNGAN

TANAMAN
PENGENDALIAN HAMA SECARA BIOLOGI

Disusun oleh kelompok 02


Kelas : K

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Nevi Meita D. R
Elend Arinta Sances
Amanda H.
Anna Windari
Iman Irsad S
Lutfi Ari S.
Yogi Nasrul A.
Mahardian A.P
Yuni Intan Anastya

(135040201111148)
(135040201111149)
(135040201111150)
(135040201111151)
(135040201111152)
(135040201111153)
(135040201111154)
(135040201111155)
(135040201111156)

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2013/2014

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayahNya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah "DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN".
Kemudian shalawat beserta salam kita panjatkan kepada Nabi besar kita
Muhammad S.A.W yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-quran dan
sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Dasar Perlindungan
Tanaman di program studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas
Brawijaya. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :

Prof. Dr. Ir. Siti Rusminah Chailani CH.S

selaku dosen pembimbing mata kuliah Dasar Perlindungan Tanaman


Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan
makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif
dari teman-teman satu kelas demi kesempurnaan makalah ini. Kritik dan saran
sangat diharapkan guna perbaikan dimasa mendatang dan semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.

Malang,

September 2013

Penyusun

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR..................................i
DAFTAR ISI....ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang.....1
1.2.Rumusan masalah........2
1.3.Tujuan makalah.......2
1.4.Manfaat makalah......2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian perlindungan tanaman.......3
2.2. Tujuan perlindungan tanaman .. ......4
2.3. Bentuk-bentuk pengendalian hama......4
2.4. Pengertian pengendalian hama secara biologi......5
2.5. Komponen-komponen pengendalian hayati/biologi.........................8
2.6. Penerapan pengendalian hayati/biologi......10
2.7. Kelebihan dan kelemahan hayati/biologi.......11
2.8. Kasus penting OPT.........................................................................11

ii

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN


3.1. Kesimpulan.....................14
3.2. Saran...14
Lampiran................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA....16

iii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan hama dan patogen pada tanaman merupakan salah satu kendala
yang cukup rumit dalam usaha pertanian. Keberadaan hama dan patogen
merupakan faktor yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman dan
pembentukan hasil. Serangannya pada tanaman dapat datang secara mendadak
dan dapat bersifat eksplosif (meluas) sehingga dalam waktu yang relatif singkat
seringkali dapat mematikan seluruh tanaman dan menggagalkan panen.
Pemberantasan hama dan penyakit secara total tidak mungkin dapat dilakukan
karena perkembangannya yang sangat cepat dan sulit dikontrol. Namun dengan
pengamatan yang baik di lapangan sejak awal penanaman sampai panen, serangan
hama dan patogen dapat ditekan.
Hama adalah binatang yang dianggap dapat mengganggu atau merusak
tanaman dengan memakan bagian tanaman yang disukainya. Misalnya : Serangga
(insekta), cacing (nematode), binatang menyusui, dan lain-lain. Patogen yang
menyerang tanaman bukan disebabkan oleh binatang, melainkan oleh makhluk
mikrokospis, misalnya bakteri, virus, cendawan (jamur), dan lain-lain.
Salah satu cara petani dalam menanggulangi hama tanaman adalah dengan
pengendalian tanaman secara biologi atau hayati. Pengendalian secara biologi ini
bertujuan mengupayakan agar populasi hama tidak menimbulkan banyak
kerugian, melalui cara-cara pengendalian yang efektif, menguntungkan,

dan

aman terhadap lingkungan (ramah lingkungan). Dengan cara ini petani dapat
memahami pentingnya menjaga kelestarian ekosistem lingkungan.

1.2.Rumusan masalah
Meninjau dari latar belakang, ada beberapa rumusan masalah yang terdapat
pada makalah ini. Rumusan masalah tersebut adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Apa pengertian perlindungan tanaman ?


Apa tujuan perlindungan tanaman ?
Apa sajakah bentuk-bentuk pengendalian hama ?
Apa pengertian pengendalian hama secara biologi ?
Apa saja komponen-komponen pengendalian hayati/biologi ?
Bagaimana penerapan pengendalian hayati/biologi ?
Apa kelebihan dan kelemahan hayati/biologi ?

1.3.Tujuan makalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Mengetahui pengertian perlindungan tanaman


Mengetahui tujuan perlindungan tanaman
Mengetahui apa saja bentuk-bentuk pengendalian hama
Mengetahui pengertian pengendalian hama secara biologi
Mengetahui apa saja komponen-komponen pengendalian hayati/biologi
Mengetahui bentuk penerapan pengendalian hayati/biologi
Mengetahui kelebihan dan kelemahan hayati/biologi

1.4. Manfaat makalah


1. Dengan dibuatnya makalah ini kita dapat memahami konsep tentang
pengendalian hama secara biologi atau hayati yang ramah lingkungan.
2. Dapat menunjang keperluan referansi bagi teman-teman.
3. Sebagai sarana pembelajaran dalam mata kuliah Dasar Perlindungan
Tanaman.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Perlindungan Tanaman

Perlindungan tanaman mempunyai makna yang sangat penting di dalam


menentukan keberhasilan tujuan membudidayakan tanaman. Secara harfiah,
perlindungan adalah sesuatu yang diberikan untuk melindungi sesuatu atau
seseorang yang tidak kuat atau lemah terhadap suatu ancaman atau gangguan yang
dapat merusak, merugikan, atau mengganggu proses hidupnya yang normal.
Sedangkan, tanaman adalah tumbuhan yang dibudidayakan atau ditanam oleh
manusia untuk tujuan tertentu. Tujuan tersebut, selain untuk konsumsi, adalah
untuk mencapai hasil atau produksi tanaman yang berkuantitas tinggi dan
berkualitas baik sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan bagi
yang membudidayakan.
Dengan demikian, perlindungan tanaman adalah usaha untuk melindungi
tanaman dari ancaman atau gangguan yang dapat merusak, merugikan, atau
mengganggu proses hidupnya yang normal, sejak pratanam sampai pasca tanam
(Djafaruddin, 1996)
Gangguan atau ancaman pada tanaman dapat berupa jasad pengganggu
atau organisme pengganggu tanaman (OPT), keadaan cuaca/iklim, keadaan tanah,
maupun kesalahan dalam budidaya tanaman pertanian. Sehingga Perlindungan
tanaman meliputi segala kegiatan perlindungan terhadap kerusakan pertanaman
mulai dari tanam sampai diterima konsumen

2.2. Tujuan perlindungan tanaman


Tujuan perlindungan tanaman adalah sebagai berikut :
(a) Pencegahan, pengendalian dan pemantauan/peramalan OPT.

(b) Peningkatan kuantitas dan kualitas hasil-hasil pertanian.


(c) Peningkatan daya saing produk pertanian di pasar.
(d) Peningkatan penghasilan dan kesejahteraan petani.
(e) Peningkatan kualitas dan keseimbangan lingkungan hidup.
(f) Untuk mendapatkan rendemen ekonomi yang optimal dengan kerusakan
lingkungan yang minimal.

2.3. Bentuk-bentuk pengendalian hama


Beberapa bentuk pengendalian hama tanaman yaitu sebagai berikut :
1. Pengendalian hama secara kimiawi
2. Pengendalian hama secara biologi (hayati)
3. Pengendalian hama secara terpadu
4. Pengendalian hama secara fisik dan mekanik
5. Pengendalian hama secara kultur teknis

2.4. Pengertian pengendalian hama secara biologi


Pengendalian hayati merupakan pengendalian hama yang dilakukan secara
sengaja dengan memanfaatkan atau memanipulasikan musuh alami untuk
menurunkan atau mengendalikan populasi hama. Proses pengendalian ini dapat

berjalan secara alami atau dapat dikatakan proses pengendalian hama yang
berjalan secara sendiri tanpa ada campur tangan manusia
Menurut Huffaker et al. (1976), penjagaan jumlah populasi suatu
organisme dalam kisaran limit atas dan bawah tertentu sebagai hasil dari tindakan
keseluruhan lingkungan, baik lingkungan biotik maupun abiotik. Oleh karena itu,
pengendalian alami disebut pula sebagai keseimbangan alami (balance of nature).
Pengendalian hayati dilatarbelakangi oleh berbagai pengetahuan dasar
ekologi, terutama teori tentang pengaturan populasi oleh pengendalian alami dan
keseimbangan ekosistem. Musuh alami dalam fungsinya sebagai pengendali hama
bekerja tergantung kepadatan, sehingga keefektifannya ditentukan pula oleh
kehidupan dan perkembangan hama yang bersangkutan. Ketersediaan lingkungan
yang cocok bagi perkembangan musuh alami merupakan prasyarat akan
keberhasilan pengendalian hayati. Perbaikan teknologi introduksi dan pelepasan di
lapangan akan mendukung dan meningkatkan fungsi musuh alami (Untung,
1993).
Konsep pengendalian hayati berangkat dari pengertian dan kesadaran akan
sifat dan mekanisme terbentuknya keanekaragaman hayati pada ekosistem alami.
Penerapan pengendalian hayati secara klasik yaitu dengan teknik melakukan
introduksi musuh alami dari daerah/negara tempat asal-usul hama ke daerah
sasaran, jelas merupakan usaha untuk meningkatkan keanekaragaman hayati.
Ekosistem pertanian, khususnya tanaman pangan dan holtikultura sangat
dinamik. Campur tangan manusia dalam usaha tani kadang sangat melampaui
batas. Sehingga kondisi ini tentu akan merubah ekosistem yang telah dibentuk
oleh alam.
5
Kegiatan usaha tani yang intensif dan dilakukan dengan tidak bijaksana,
akan mengarah kepada kondisi yang tidak menguntungkan musuh alami bahkan
akan ikut punah. Apabila hal ini terjadi, kondisi lingkungan menjadi lebih
membahayakan untuk perkembangan OPT.

Dewasa ini beberapa jenis musuh alami khususnya jenis mikroorganisme


entomopatogen telah dapat diproduksi dalam skala industri dan dipasarkan
sebagai pestisida atau dikenal sebagai pestisida biologi. Artinya manusia tidak
harus melakukan dengan tergesa-gesa mengendalikan dengan bahan-bahan
(kimia) yang merusak lingkungan pertanian. Secara umum pengertian
pengendalian hama secara biologi/hayati adalah penggunaan makhluk hidup untuk
membatasi populasi organisme penggganggu tumbuhan (OPT). Makhluk hidup
dalam kelompok ini diistilahkan juga sebagai musuh alami, seperti predator,
parasitoid, patogen. Dalam hal penggunaan dan pengendalian mikroorganisme
yang berguna diperluas yaitu meliputi makhluk hidup termasuk yang bersel
tunggal, virion, dan bahan genetik. Tujuan pengendalian adalah mengupayakan
agar populasi hama tidak menimbulkan kerugian, melalui cara-cara pengendalian
yang efektif, menguntungkan, dan aman terhadap lingkungan.
Ada dua pendekatan pengendalian yaitu proaktif dan reaktif. Proaktif
adalah upaya mengekang perkembangan hama agar populasinya tetap dibawah
ambang ekonominya, contohnya seperti penanaman varietas tahan, cara bercocok
tanam yang baik, dan penggunaan musuh alami. Sedangkan reaktif adalah upaya
menekan perkembangan hama agar populasinya kembali dibawah ambang
ekonominya, umumnya berupa pengendalian kimiawi.
Upaya mengganti insektisida bisa dilakukan dengan pengendalian hama
secara biologis. Menurut Dr. Rosichon Ubaidillah MPhil, taksonom serangga dari
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), pengendalian hama secara biologis
menggunakan musuh alami hama. Metode itu diarahkan untuk mengendalikan
hama secara alami dengan membiarkan musuh-musuh alami tetap hidup. Cara itu
memang ramah lingkungan, tapi hasilnya tampak dalam jangka waktu lama.
6
Seperti yang telah dijelaskan diatas, pengendalian hama secara biologi
dengan menggunakan musuh alami seperti pemangsa atau disebut dengan
predator, parasitoid, dan patogen. Pemangsa adalah serangga atau hewan pemakan
serangga yang selama masa hidupnya banyak memakan mangsa.

Secara fisiologis, ciri pemangsa adalah bentuknya lebih besar dari


mangsanya. Jenis pemangsa, antara lain kumbang, lalat, laba-laba, tawon, dan
seranga-serangga kecil lainnya. Pengendalian hama yang dilakukan secara sengaja
memanfaatkan atau memanipulasi musuh-musuh alami untuk menurunkan
populasi hama disebut pengendalian hama secara biologi. Pengendalian hayati
dalam pengertian ekologi didefinisikan sebagai pegaturan populasi organisme
dengan musuh-musuh alami hingga kepadatan populasi organisme tersebut berada
dibawah rata-ratanya atau lebih rendah di bandingkan apabila musuh alami tidak
ada.

2.5.Komponen-komponen pengendalian hayati/biologi


Pengendalian alami merupakan proses pengendalian yang berjalan dengan
sendiri tanpa ada campur tangan manusia. Pengendalian alami terjadi tidak hanya

karena bekerjanya musuh-musuh alami tetapi juga karena bekerjanya komponenkomponen ekosistem.
Komponen-komponen pengendalian hayati dapat berupa :
a. Parasitoid dan Parasit
Parasit adalah binatang atau organisme yang hidup didalam atau pada
organisme lain yang lebih besar yang merupakan inangnya. Karena memakan atau
menghisap cairan inangnya.
Parasitoid adalah serangga yang memarasit serangga lain. Pada parasitoid
yang bertindak sebagai parasit adalah stadia pradewasa, sedangkan imagonya
hidup bebas dan tidak terikat pada inangnya.
Faktor-faktor yang mendukung efektivitas pengendalian dengan parasitoid yaitu :

Daya kelangsungan hidupnya baik


Hanya satu atau sedikit individu inang yang diperlukan untuk melengkapi

siklus hidupnya.
Populasi parasitoid dapat bertahan meskipun dalam keadaan populasi yang

rendah.
Memiliki inang yang sempit.
Kelemahan parasitoid sebagai pengendali
Daya cari inang seringkali dipengaruhi oleh cuaca
Serangga betina yang berperan utama karena mereka yang melakukan

pencarian inang untuk peletakan telur.


Parasitoid yang memiliki daya cari inang biasanya jumlah telurnya sedikit.

8
b. Predator
Predator merupakan organisme yang hidup bebas dengan memakan atau
memangsa organisme yang lain.
Perbedaan antara parasitoid dengan predator

PARASITOID

PREDATOR

Umumnya bersifat monofag atau


oligofag
Hanya memerlukan satu inang
untuk perkembangannya
Pencari inangnya adalah imago
betina
Mematikan inang untuk
keturunannya.

Bersifat poliphag.

Ukuran tubuhnya lebih kecil


dibanding inangnya

Ukuran tubuhnya lebih besar dari


mangsanya.

Metamorfosis sempurna
Memarasit inangnya pada stadia
tertentu, misalnya larva

Metamorfosis ada yang sempurna


dan tidak sempurna.
Memangsa semua stadia
perkembangan mangsanya.

Mematikan inangya memerlukan


waktu yang agak lama

Mematikan mangsanya dalam waktu


yang singkat

Memerlukan banyak mangsa untuk


menyelesaikan siklus hidupnya.
Pencari mangsanya adalah jantan dan
betina, juga pradewasanya
Mematikan mangsa untuk dirinya

c. Patogen
Serangga seperti juga organisme lainnya di dalam hidupnya juga diserang
oleh banyak patogen atau penyakit yang disebabkan oleh: Virus, Cendawan,
Bakteri, Nematoda, dan Protozoa.
Beberapa patogen yang dalam kondisi lingkungan tertentu merupakan
faktor mortalitas utama pada populasi serangga. Oleh karena kemampuannya
membunuh serangga hama sehingga sejak lama patogen digunakan dalam
pengendalian hayati
9

2.6. Penerapan pengendalian hayati/biologi


1. Introduksi
Introduksi artinya memasukkan atau mengimpor musuh alami dari suatu
daerah atau negeri ke daerah lain sering kali cara ini disebut sebagai cara klasik

Contoh :
Introduksi Tetrastichus brontispae untuk mengendalikan Brontispa longissima
dari pulau Jawa ke Sulawesi Selatan. Introduksi Curinus coreolius dari Hawaii
untuk mengendalikan Heteropsylla cubana (kutu loncat) di Indonesia.
2. Augmentasi
Augmentasi merupakan teknik penambahan musuh alami secara periodik dengan
tujuan untuk meningkatkan jumlah dan pengaruh musuh alami
3. Konservasi
Konservasi merupakan usaha untuk mempertahankan atau melestarikan musuh
alami yang telah ada di suatu daerah. Teknik ini bertujuan untuk menghindarkan
tindakan yang dapat menurunkan populasi musuh alami.
Contoh : penggunaan pestisida.
4. Inundasi
Inundasi yaitu penambahan musuh alami dalam jumlah banyak dengan tujuan
dapat menurunkan populasi hama dengan cepat sampai pada tingkat yang tidak
merugikan

10

2.7. Kelebihan dan kelemahan hayati/biologi


Dalam pelaksanaannya, pengendalian hayati memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan dari pengendalian hayati, antara lain:
1.

Selektifitas tinggi dan tidak menimbulkan hama baru

2.

Organisme yang digunakan sudah ada di lapangan/lahan

3.

Organisme yang digunakan dapat mencari dan menemukan hama

4.

Dapat berkembang biak dan menyebar secara alamiah, hama tidak menjadi

resisten atau terjadi sangat lambat


5.
6.

Pengendalian ini dapat berjalan dengan sendirinya


Tidak ada pengaruh/efek samping yang buruk, seperti pada penggunaan

pestisida

Sedangkan, kekurangan dari pengendalian hayati ini, antara lain :


1.

Pengendalian berjalan lambat

2. Tidak dapat diramalkan, ditentukan dengan paksa


3.

Sulit dan mahal untuk pengembangannya dan penggunaannya

4.

Memerlukan pengawasan pakar

2.8 Kasus penting OPT (Organisme Pengganggu Tanaman)


Tikus sawah (Rattus argentiventer) merupakan hama padi utama di
Indonesia, kerusakan yang ditimbulkan cukup luas dan hampir terjadi setiap
musim. Tikus menyerang semua stadium tanaman padi, baik vegetatif maupun
generatif, sehingga menyebabkan kerugian ekonomis yang berarti. Tikus sawah
sebagian besar tinggal di persawahan dan lingkungan sekitar sawah.
11
Daya adaptasi tinggi, sehingga mudah tersebar di dataran rendah dan
dataran tinggi. Mereka suka menggali liang untuk berlindung dan berkembang
biak, membuat terowongan atau jalur sepanjang pematang dan tanggul irigasi.
Tikus sawah termasuk omnivora (pemakan segala jenis makanan). Apabila
makanan berlimpah mereka cenderung memilih yang paling disukai, yaitu biji-

bijian/padi yang tersedia di sawah. Pada kondisi bera, tikus sering berada di
pemukiman, mereka menyerang semua stadium tanaman padi, sejak pesemaian
sampai panen. Tingkat kerusakan yang diakibatkan bervariasi tergantung stadium
tanaman.
Di Indonesia, kehilangan hasil akibat serangan tikus sawah diperkirakan
dapat mencapai 200.000 300.000 ton per tahun. Usaha pengendalian yang
intensif sering terlambat, karena baru dilaksanakan setelah terjadi kerusakan yang
luas dan berat. Oleh karena itu, usaha pengendalian tikus perlu memperhatikan
perilaku dan habitatnya, sehingga dapat mencapai sasaran. Tinggi rendahnya
tingkat kerusakan tergantung pada stadium tanaman dan tinggi rendahnya
populasi tikus yang ada.
Tikus sawah sampai saat ini masih menjadi hama penting pada tanaman
padi di Indonesia. Sebaran populasinya cukup luas dari dataran rendah sampai
pegunungan, dari areal sawah sampai di gudang/perumahan. Kerusakan padi
akibat serangan tikus yang mencapai ribuan hektar dilaporkan pertama kali pada
tahun 1915 di Cirebon, Jawa Barat, selanjutnya tiap tahun terjadi peningkatan
kerusakan tanaman padi dengan intensitas serangan sebesar 35%.
Pemanfaatan musuh alami tikus diharapkan dapat mengurangi populasi
tikus. Ular sawah sebenarnya menjadi pemangsa tikus yang handal, hanya
sekarang populasinya di alam turun drastis karena ditangkap dan mungkin
lingkungan tidak cocok lagi. Burung hantu (Tito alba) kini mulai diberdayakan di
beberapa daerah untuk ikut menanggulangi hama tikus. Musang sawah juga
memangsa tikus, namun sekarang sangat sedikit populasinya dan sulit dijumpai di
sawah.
12
Hama tikus yang membuat resah petani di beberapa lokasi seperti Kecamatan
Welahan direspon Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Jepara dengan
mencari predator alami. Dengan predator alami yang tepa bisa menekan
perkembangan hama tikus. Salah satu predator yang sedang dikaji adalah burung
hantu. Menurut petani perlu diciptakannya predator sebagai musuh alami tikus

adalah untuk mengontrol populasi. Ketika populasi terkontrol maka tidak akan
merusakan pertanian. Contoh daerah yang menerapkan pengendalian secara
biologi adalah di daerah Demak.
"Di Demak terdapat penggunaan burung hantu jenis tito alba. Burung itu
merupakan musuh tikus. Tikus kerja di malam hari dan burung hantu juga
demikian sehingga bisa menekan populasi tikus. Menciptakan predator alami
untuk tikus perlu dilakukan. Sebab, peningkatan populasi tikus salah satu
penyebabnya adalah semakin sedikitnya predator alami, salah satunya ular.
Para petani menambahkan penggunaan burung hantu sebagai predator
alami tikus tepat diterapkan. Mereka akan menindaklanjuti hingga ke bagian
teknis untuk memelihara burung hantu. Sehingga pengendalian hama secara
biologi atau hayati perlu ditingkatkan penerapannya pada sektor pertanian karena
dengan menggunakan predator alami dapat menjaga keseimbangan ekosistem
lingkungan.

13

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan

Dalam bercocok tanam haruslah menjaga ekosistem tempat kita menanam


agar terjadi keseimbangan di lingkungan tersebut. Kebanyakan para petani
menginginkan tanaman mereka jauh dari serangan hama dengan cara yang instan
tanpa memerhatikan efek sampingnya terhadap lingkungan misalnya dengan
penggunaan pestisida. Padahal dengan penggunaan bahan kimia (pestisida)
menimbulkan efek kerusakan lingkungan yang serius. Oleh sebab itu,dengan
menggunakan pengendalian hama secara biologi akan lebih ramah lingkungan,
dengan menggunakan musuh alami walaupun sedikit membutuhkan waktu yang
cukup lama.

3.2 Saran
Perlu adanya pengenalan oleh penyuluh pertanian kepada petani mengenai
pengendalian hama secara biologi/hayati ini,karena dengan menggunakan
pengendalian secara biologi ini dapat meminimalisir ketidakseimbangan
ekosistem akibat pengendalian yang kurang tepat dan pengendalian hama secara
biologi ini memiliki sifat yang sangat ramah lingkungan.Sehingga tujuan sukses
pertanian dapat terwujud yaitu berupa peningkatan hasil dan kesejahteraan petani.

14

LAMPIRAN
Contoh berbagai hewan pemangsa hama tanaman

Ulat kupu artona diberantas dengan hewan semacam lebah penyengat.

Kutu loncat diberantas dengan semut rangrang

Tikus diberantas dengan burung hantu

15

DAFTAR PUSTAKA :
AnonymousA,2013.hama tikus.http:// deptan.go.id. Diakses tanggal 24
September 2013
AnonymousB,2013.Hama-Tikus-Akan-Diberantas-dengan-BurungHantu.http:// suaramerdeka.com.Diakses tanggal 24 September 2013

16

Anda mungkin juga menyukai