kekeringan,
efisiensi
penggunaan
mineral,
dan
zat
alelopati
(Nasution, 1986).
Pengendalian gulma dapat didefenisikan sebagai proses membatasi
infestasi gulma sedemikian rupa sehingga tanaman bisa dibudidayakan secara
produktif dan efisien. Dalam pengendalian gulma tidak ada keharusan untuk
membunuh seluruh gulma, melainkan cukup menekan pertumbuhan atau
mengurangi populasinya. Dengan kata lain pengendalian bertujuan hanya
menekan populasi gulma sampai tingkat yang tidak merugikan secara ekonomi
(Sukman dan Yakup, 2002).
Keberhasilan pengendalian gulma merupakan salah satu faktor penentu
tercapainya tingkat hasil yang tinggi. Gulma dapat dikendalikan melalui berbagai
aturan dan karantina; secara biologi dengan menggunakan or/ganisme hidup;
secara fisik dengan membakar dan menggenangi, melalui budi daya dengan
pergiliran tanaman, peningkatan daya saing dan penggunaan mulsa; secara
mekanis dengan mencabut, membabat, menginjak, menyiang dengan tangan, dan
mengolah tanah dengan alat mekanis bermesin dan nonmesin, secara kimiawi
menggunakan herbisida. Gulma pada pertanaman umumnya dikendalikan dengan
cara mekanis dan kimiawi. Sulitnya mendapatkan tenaga kerja dan mahalnya
pengendalian gulma secara mekanis membuat bisnis herbisida berkembang pesat.
Direktorat Sarana Produksi, 2006 (dalam Fadhly dan Tabri, 2007) telah
mendaftarkan 40 golongan, 80 bahan aktif, dan 374 formulasi herbisida.
Herbisida
Penggunaan bahan kimia untuk mengendalikan gulma menawarkan
kemungkinan terbaik untuk mengurangi tugas penyiangan secara manual yang
telah dilakukan sejak masa lampau. Pengendalian gulma secara kimia pada
dasarnya adalah menggunakan bahan kimia tertentu yang mampu untuk
mematikan gulma dan yang paling penting bahwa banyak dari bahan kimia
tersebut dapat mematikan beberapa jenis gulma tanpa melukai tanaman lainnya
(selektif). Bahan kimia yang fototoksik ini disebut herbisida (Anderson, 1977).
Herbisida memiliki efektivitas yang beragam. Berdasarkan cara kerjanya,
herbisida kontak mematikan bagian tumbuhan yang terkena herbisida, dan
herbisida sistemik mematikan setelah diserap dan ditranslokasikan ke seluruh
bagian gulma. Menurut jenis gulma yang dimatikan ada herbisida selektif yang
mematikan gulma tertentu atau spektrum sempit, dan herbisida non selektif yang
mematikan banyak jenis gulma atau spektrum lebar (Fadhly dan Tabri, 2007).
Penelitian yang dilakukan Purba (2005) menyatakan bahwa aplikasi
herbisida bipiridilium, paraquat dicampur dengan golongan sulfonilurea
(triasulfuron atau metil metsulfuron) tidak hanya menghasilkan tingkat kematian
S. palustris yang lebih tinggi tetapi juga masa penekanan lebih lama dibanding
dengan yang dihasilkan pada aplikasi sulfosat (baik secara tunggal maupun
kombinasi dengan triasulfuron atau metil metsulfuron), dan paraquat tunggal.
Menurut
penelitian
yang
dilakukan
Tampubolon
(2009)
bahwa
: Paraquat
Nama Kimia
Rumus Empiris
: C12H14N2Cl2
Rumus Bangun
Metil Metsulfuron
Pertama kali diperkenalkan pada tahun 1982. Herbisida ini bersifat
sistemik, diabsorbsi oleh akar dan daun serta ditranslokasikan secara akropetal
dan basipetal. Gulma yang peka akan berhenti tumbuh hampir segera setelah
aplikasi post-emergence dan akan mati dalam 7-21 hari. Herbisida ini bersifat
selektif
untuk
mengendalikan
berbagai
gulma
pada
padi
sawah
(Djojosumarto, 2008).
Cara kerja metil metsulfuron adalah menghambat kerja dari enzim
acetolactate synthase (ALS) dan acetohydroxy synthase (AHAS) dengan
menghambat perubahan dari ketoglutarate menjadi 2-acetohydroxybutyrate dan
piruvat menjadi 2-acetolactate sehingga mengakibatkan rantai cabang-cabang
asam amino valine, leucine, dan isoleucine tidak dihasilkan. Tanpa adanya asam
amino yang penting ini, maka protein tidak dapat terbentuk dan tanaman
mengalami kematian (Ross and Childs, 2010).
Nama Umum
: Metsulfuron-methyl
Nama Kimia
: methyl 2-[[(4-methoxy-6-methyl-1,3,5-triazine-2yl)aminocarbonyl]aminosulfonyl]benzoate
Rumus Empiris
Rumus Bangun
: C14H15N5O6S
(Audus, 1969).
Glifosat
Glifosat termasuk herbisida non selektif, yang artinya mengendalikan
secara luas semua jenis gulma. Diaplikasikan pada saat pasca tumbuh dan
diabsorbsi lewat daun, dan tidak berpengaruh bila diaplikasikan lewat tanah.
Translokasi terjadi dari dalam ke seluruh bagian tumbuhan termasuk bagian
tumbuhan yang ada di dalam tanah (Anderson, 1977).
Menurut penelitian Girsang (2005) menyatakan bahwa pengaplikasian
herbisida isospropilamina glifosat tidak efektif untuk mengendalikan gulma jenis
pakisan (Nephrolepis biserrata), dan lebih efektif dalam mengendalikan gulma
golongan graminae yakni Cyrtococcum acrescens dan Imperata cylindrica.
Cara kerja glifosat adalah menonaktifkan/ menghambat kerja enzim EPSP
(5-Enolpyruvyl Shikimate 3- Phosphate) yang berperan dalam biosintesa asam
aromatik penyusun protein yakni tryptophan, tyrosin, dan phenylalanin. Gejala
keracunan terlihat agak lambat, dimana daun akan terlihat layu menjadi coklat dan
akhirnya
mati.
Gejala
akan
terlihat
1-3
minggu
setelah
aplikasi
(Djojosumarto, 2008).
Nama Umum
: Glifosat
Nama Kimia
: [(phosphonomethyl)amino]acetic acid
Rumus Empiris
: C3H8NO5P
Rumus Bangun
(Anderson, 1977).
Triklopir
Triklopir merupakan herbisida sistemik yang selektif, mengendalikan
gulma berkayu dan berdaun lebar yang merupakan gulma tahunan. Hanya
sebagian kecil atau tidak dapat sama sekali dalam mengendalikan gulma
rerumputan. Ada 2 formula dasar dari triklopir yakni garam triethyamine dan
butoksi etil ester. Triklopir dapat segera didegredasikan oleh mikroorganisme
dalam tanah sehingga tidak menimbulkan residu. Rata-rata paruh hidup triklopir
dalam tanah adalah 30 hari (Tu et al, 2001).
Triklopir diabsorbsi oleh daun dan akar, serta di translokasikan ke seluruh
jaringan tumbuhan. Dalam percobaan laboratorium mengindikasikan bahwa
translokasi melalui daun sangat cepat, dimana 90% triklopir butoksi etil ester yang
diaplikasikan dapat melakukan penetrasi pada tumbuhan sekitar 12 jam. Triklopir
dapat merusak tumbuhan melalui translokasi akar tetapi tidak terlalu efektif.
Triklopir berperan sebagai auksin sintetis, memberikan tumbuhan auksin yang
berlebihan sekitar 1000 kali dari yang dibutuhkan tumbuhan, sehingga
menggangu keseimbangan hormon dan menggangu pertumbuhan. Pertama
kerusakan terjadi di dalam sel-sel tumbuhan kemudian gejala luar akan terlihat.
Produksi protein dan etilen meningkat dan sekitar 1 minggu terjadi perubahan
bentuk daun menjadi abnormal, terjadi pembengkakan pada batang dan akhirnya
tumbuhan mati (Ganapathy, 1997).
Nama Umum
: Triclopyr
Nama Kimia
: [(3,5,6-trichloro-2-pyridyl)oxy]acetic acid
Rumus Empiris
: C7H4Cl3NO
Rumus Bangun
: Glufosinat
Nama Kimia
: Butanoic acid,2-amino-4-(hydroxymethylphosphinyl
Rumus Empiris
: C5H12NO4.H3N
Rumus Bangun
HO-C-CH-CH2-CH2-P-OH
NH2
(http://www.pesticideinfo.org, 2010).