Oleh
Vience Maria Fransisca Agustanti
A 34101018
RINGKASAN
VIENCE MARIA FRANSISCA AGUSTANTI. Studi Keefektivan Herbisida
Diuron dan Ametrin untuk Mengendalikan Gulma pada Pertanaman Tebu
(Saccharum Officinarum L.) Lahan Kering. (Dibimbing oleh ADOLF
PIETER LONTOH).
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas dari herbisida
diuron pada berbagai tingkat dosis dan formulasi dalam mengendalikan gulma
pada pertanaman tebu lahan kering. Penelitian dilakukan di PG Jati Tujuh (PT
Rajawali Nusantara), Kecamatan Jati Tujuh, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat
pada bulan Februari 2005 sampai Mei 2005.
Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan faktor tunggal
dan terdiri dari tiga ulangan. Adapun perlakuan yang diberikan adalah : (P1)
Diuron 50 % dengan dosis 1 l/ha, (P2) Diuron 50 % dengan dosis 2 l/ha, (P3)
Diuron 50 % dengan dosis 3 l/ha, (P4) Diuron 80 % dengan dosis 1 kg/ha , (P5)
Diuron 80 % dengan dosis 2 kg/ha , (P6) Diuron 80 % dengan dosis 3 kg/ha , (P7)
Diuron 500 g/l dengan dosis 2 l/ha , (P8) Diuron 800 g/kg dengan dosis 2 kg/ha,
(P9) Manual dan (P10) Kontrol.
Berdasarkan hasil analisis vegetasi sebelum aplikasi herbisida diuron dan
ametrine didapatkan empat spesies gulma dominan yaitu Digitaria adscendens,
Borreria alata, Cleome rutidosperma dan Cyperus kyllingia. Spesies gulma lain
sebelum aplikasi herbisida ini adalah Commelina diffusa, Fymbristillis milliaceae,
Cardiospermum halicacabum dan Centella asiatica. Hasil analisis vegetasi akhir
memberikan gambaran umum tentang dominasi gulma setelah aplikasi herbisida.
Diuron 50 % dan diuron 80 % efektif menekan pertumbuhan gulma hingg
12 MSA. Perlakuan herbisida diuron 80 % efektif menekan pertumbuhan gulma
jika dibandingkan dengan herbisida diuron 50 %. Ametrin 50 % kurang efektif
menekan pertumbuhan gulma jika dibandingkan dengan diuron 50 % pada taraf
dosis yang sama. Diuron 80 % efektif menekan pertumbuhan gulma jika
dibandingkan dengan ametrin 80 % pada dosis yang sama. Pengendalian dengan
menggunakan herbisida dan manual efektif menekan pertumbuhan gulma jika
dibandingkan dengan kontrol dan memberikan pengaruh yang nyata. Secara
umum perlakuan manual masih efektif menekan pertumbuhan gulma.
Selama penelitian tidak ditemukan adanya fitotoksisitas pada tanaman
tebu. Perlakuan pengendalian gulma tidak memberikan pengaruh yang nyata
terhadap jumlah anakan tebu, kecuali pada 4 MSA. Hal ini menunjukkan tidak
adanya pengaruh aplikasi herbisida terhadap pertumbuhan dan pembentukan
anakan tebu. Pada 4 MSA umur tebu relatif masih muda sehingga anakan yang
terbentuk dan muncul belum seragam.
LEMBAR PENGESAHAN
Judul
TEBU
(Saccharum
officinarum .
LAHAN KERING
Nama
NRP
A34101018
Program Studi :
AGRONOMI
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Tanggal lulus:
L)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 28 Agustus 1982 di Tebing Tinggi,
Sumatera Utara.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis kepada Tuhan YME atas berkat dan karunia -Nya
sehingga penulisan skripasi penelitian berjudul Studi Keefektivan Herbisida
Diuron dan Ametrin untuk Mengendalikan Gulma pada Pertanaman Tebu
(Saccharum officinarum. L) dapat terselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai salah
satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakulta s Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Penulis menyampaikan terima kasih sedalam-dalamnya kepada :
1. Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS sebagai pembimbing atas bimbingan,
kesabaran dan masukan yang diberikan selama penelitian dan penulisan
skripsi ini.
2. Dr. Ir. Eko Sulistyono, MSi dan Dwi Guntoro, SP. MSi sebagai dosen
penguji atas masukan yang diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih
baik.
3. PT Rajawali Nusantara yang telah memberikan izin untuk melaksanakan
penelitian ini. Pak Yanto dan Pak Chandra yang telah membantu dan
mendukung terlaksananya penelitian ini.
4. Prof. Dr. Ir. Didy Soepandie, M. Agr sebagai dosen pembimbing
akademik atas arahan yang diberikan.
5. Bapak, Mami dan adik-adikku tersayang atas perhatian, dukungan dan
kasih yang tulus yang telah diberikan selama ini.
6. Pak Joko atas nasehat, saran dan bantuan yang diberikan selama di lapang
dan laboratium.
7. The Big Family of Agronomie 38 dan semua pihak yang telah membantu
selama penelitian dan penulisan skripsi ini.
Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang
berkepentingan.
Bogor, Februari 2006
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL.......................................................................................
vii
PENDAHULUAN.......................................................................................
1
3
3
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................
4
5
6
7
9
10
12
13
13
13
13
14
15
16
16
17
20
23
23
25
27
29
31
34
37
39
41
Halaman
Keracunan Tananam Tebu ...............................................................
Pembahasan Umum..........................................................................
42
43
45
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................
46
LAMPIRAN ................................................................................................
49
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
Teks
17
18
19
20
22
24
25
28
30
32
35
37
40
Lampiran
1. Sidik Ragam Persentase Penutupan Gulma Total .........................
50
51
51
52
52
53
53
54
55
55
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
Teks
10
16
18
22
24
26
28
30
31
33
33
36
36
38
39
40
40
Lampiran
1. Denah Petak Penelitian ....................................................................
56
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tebu sebagai tanaman penghasil gula dibutuhkan untuk mencukupi
kebutuhan kalori, bahan pengawet, industri, bahan farmasi dan juga menambah
cita rasa. Salah satu jenis tanaman yang merupakan sumber pemanis adalah tebu
(Saccharum officinarum L.). Tebu merupakan tanaman setahun yang termasuk
famili Gramineae.
Pertambahan jumlah penduduk Indonesia, peningkatan pendapatan per
kapita
dan
semakin
berkembangnya
industri
makanan
dan
minuman
herbisida biasanya ditentukan oleh stadia pertumbuhan tanaman utama dan gulma.
Untuk itu ada beberapa macam herbisida bila dilihat dari waktu aplikasinya, yaitu
herbisida pra tumbuh dan herbisida pasca tumbuh. Herbisida pra tumbuh
diaplikasikan setelah benih tanaman ditanam tetapi belum berkecambah dan
gulma pun belum tumbuh. Pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida
mempunyai beberapa keuntungan diantaranya : membutuhkan waktu yang lebih
singkat, menghemat kebutuhan tenaga kerja, terhindar dari kerusakan akar dan
struktur tanah, mencegah terjadinya erosi dan total biaya yang lebih rendah dari
perlakuan manual (Kasasian, 1971 ; Tjitrosoedirdjo et al., 1984).
Herbisida yang dapat digunakan untuk mengendalikan gulma pada
pertanaman tebu adalah diuron dan ametrin. Diuron mempunyai kemampuan
untuk menahan pencucian karena daya larutnya yang rendah dalam air, sehingga
persistensi diuron dalam tanah cukup lama yaitu sekitar 2-3 bulan (Tjitrosoedirdjo
et al., 1984). Kedua herbisida ini bersifat sistemik dan selektif. Herbisida selektif
adalah herbisida yang bila diaplikasikan dalam suatu komunitas campuran maka
dapat mematikan sekelompok tumbuhan tertentu (gulma) dan relatif tidak
mengganggu tumbuhan lain (tanaman budidaya). Herbisida ini diabsorbsi dan
ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman. Herbisida ini bekerja dengan cara
menghambat proses fotosintesis.
Formulasi herbisida merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam
penggunaan herbisida. Formulasi padat berbentuk serbuk halus yang dapat segera
membentuk suspensi jika dilarutkan dalam air, sedangkan formulsi cair berbentuk
larutan pekat. Formulasi padat dan cair mudah larut dalam air sehingga mudah
diserap oleh kecambah gulma. Secara umum formulasi padat dan cair mempunyai
sifat yang sama dalam mengendalikan gulma.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan dari herbisida
diuron dan ametrin pada berbagai tingkat dosis dan formulasi dalam
mengendalikan gulma pada pertanaman tebu lahan kering.
Hipotesis
1. Perbedaan formulasi menyebabkan perbedaan tanggap gulma terhadap
herbisida.
2. Peningkatan dosis herbisida sampai batas tertentu akan semakin efektif dalam
mengendalikan gulma.
TINJAUAN PUSTAKA
Gulma di Pertanaman Tebu Lahan Kering
Pengertian gulma selalu dikaitkan dengan perencanaan penggunaan
sesuatu lahan, contohnya pada kondisi tertentu alang-alang masih berguna bagi
manusia karena dapat mengurangi erosi dan meningkatkan bahan organik dalam
tanah. Namun, bila tanah itu akan dipergunakan maka berubahlah statusnya
menjadi gulma. Gulma didefinisikan sebagai tumbuhan yang tumbuh di tempat
yang tidak dikehendaki, terutama di tempat mana manusia bermaksud
mengusahakan
tanaman
lain
(Isely,
1962).
Persaingan
gulma
dalam
memperebutkan unsur hara, air, cahaya matahari dan ruang akan mempengaruhi
pertumbuhan dan produksi tanaman pokok (Tjitrosoedirdjo et al., 1984).
Gulma mempunyai sifat genetic plasticity yang besar dimana gulma dapat
dengan mudah beradaptasi dengan tempat lingkungan tumbuhnya. Beberapa sifat
gulma adalah : (1) mampu berkecambah dan tumbuh pada kondisi zat hara dan air
yang sedikit, biji tidak mati dan mengalami dorman apabila lingkungan kurang
baik untuk pertumbuhannya, (2) tumbuh dengan cepat dan mempunyai pelipat
gandaan yang relatif singkat, apabila kondisi menguntungkan, (3) dapat
mengurangi hasil tanaman budidaya walaupun dalam populasi sedikit, (4) mampu
berbunga dan berbiji banyak, (5) mampu tumbuh da n berkembang dengan cepat,
terutama yang berkembang biak secara vegetatif. Biji gulma memiliki masa
dormansi yang panjang (Mercado, 1979).
Gulma
dibedakan
berdasarkan
tempat
hidup,
siklus
hidup
dan
bersaing dengan gulma. Gulma tumbuh rapat sejak tanaman tebu berumur 4-6
minggu dan sangat lebat pada saat umur tanaman tebu 8-12 minggu
(Kuntohartono, 1987).
kimia lebih diminati akhir-akhir ini, terutama untuk lahan pertanian yang cukup
luas (Sukman dan Yakup, 1991).
Menurut
Tjitrosoedirdjo et
al.
(1984),
pengendalian
dengan
tanah yang baik dan tekstur tanah yang gembur serta tidak berbongkah-bongkah.
Selain itu, aplikasi herbisida pra tumbuh memerlukan cukup banyak pelarut
(Barus, 2003). Karena jika kadar air rendah dapat mengurangi efisiensi dan
efektivitas pengendalian gulma.
Periode aktif herbisida pra tumbuh dalam mengendalikan gulma secara
umum sangat bergantung pada jenis herbisida yang digunakan, dosis aplikasi,
suhu, kelembaban tanah serta struktur tanah. Sebagian besar herbisida pra tumbuh
terdegradasi di lingkungan sejalan dengan penguraian yang dilakukan oleh
mikroorganisme. Menurut Shurtleff et al. (1987), pencucian, hanyut maupun
dekomposisi kimiawi pada herbisida pra tumbuh umumnya sedikit.
Diuron
Diuron merupakan herbisida dari turunan urea. Herbisida ini merupakan
herbisida yang selektif dan dipakai lewat tanah, walaupun ada beberapa yang
lewat daun. Termasuk dalam kelompok ini adalah diuron, linuron, monuron dan
sebagainya. Nama kimia dari herbisida diuron adalah 3-(3,4-dichlorophenyl)-1,1dimethylurea (Gambar 1). Menurut Thomson (1967 diuron dapat digunakan
sebagai herbisida pra tumbuh, pasca tumbuh serta herbisida soil sterilant
(sterilisasi tanah).
O
CH 3
Cl
NH C N
CH3
Cl
3-(3,4-dichlorophenyl)-1,1-dimethylurea
Gambar 1. Rumus Bangun Herbisida Diuron
Gejala yang terjadi akibat aplikasi diuron tergantung pada jenis tumbuhan
itu sendiri. Biasanya kematiannya diawali pada ujung daun dan apabila ujung
daun telah mati, maka tidak akan te rjadi turgor lagi. Kemudian akan khlorosis
yang biasanya akan diikuti oleh pertumbuhan yang lambat dan kematian yang
mendadak.
Radosevich (1997) menyatakan sebagai herbisida pra tumbuh diuron
biasanya diaplikasikan melalui tanah dan herbisida yang diaplikasikan melalui
tanah biasanya disemprotkan mengelilingi tanaman pokok atau disemprotkan
diantara barisan untuk meningkatkan selektivitas herbisida dan mengurangi biaya
pengendalian gulma.
Ametrin
Ametrin merupakan herbisida selektif untuk mengendalikan gulma pada
tanaman tebu, nanas, pisang, jagung dan kentang (Ashton dan Monaco, 1991).
Herbisida ini dikembangkan di Swiss sejak tahun 1952 sebagai herbisida yang
menghambat fotosintesis (Tjitrosoedirdjo et al, 1984).
Ametrin termasuk herbisida golongan methiltio -s-triazine yang merupakan
anggota kelompok herbisida triazine. Herbisida ini diaplikasikan sebagai herbisida
pra tumbuh maupun pasca tumbuh. Ametrin memiliki kemampuan sebagai
herbisida karena mempunyai gugus substitusi alkil dan amino pada posisi atom C
keempat dan keenam. Gugus pada atom C kedua sangat menentukan keselektifan
herbisida ametrin. Gugus metiltio (-SCH3) pada atom kedua menentukan
keselektifan yang sedang (Gysin dalam Kuntohartono, 1976). Gambar rumus
bangun ametrin dapat dilihat pada Gambar 2.
Absorbsi terjadi lewat akar dan translokasikan dengan cepat sekali melalui
sistem
apoplas,
tetapi
herbisida
yang
masuk
lewat
daun
tidak
lagi
C-S-CH 3
N
C2H5-NH-C
ini
membunuh
tanaman
dengan
penggangguan
proses
fotosintesisnya. Tepatnya yang diganggu adalah pada reaksi Hill. Menurut Ashton
dan Craft (1973), akibat adanya gangguan reaksi Hill tersebut, tanaman tidak
membentuk karbohidrat, sehingga terjadi kekurangan bekal persenyawaan gulagula untuk memperoleh proses-proses metabolisme selanjutnya.
Tjitrosoedirdjo et al. (1984) menyatakan bahwa ametrin menghambat
fotosintesis, terutama dalam fotosistem II pada saat pecahnya air. Ternyata reaksi
ini menimbulkan senyawa lain yang mematikan tumbuhan. Gejala yang
ditimbulkan karena aplikasi herbisida ametrin adalah klorosis dan nekrosis pada
daun. Gejala yang lain adalah menurunnya fiksasi CO2. Ametrin lebih banyak
dijerap oleh tanah dengan kandungan liat dan bahan organik yang tinggi.
Formulasi Herbisida
Formulasi herbisida adalah bentuk herbisida yang dapat mempengaruhi
daya larut, daya penguapan, daya meracun pada tanaman dan sifat-sifat lainnya
(Moenandir, 1988). Pada umumnya hanya sejumlah kecil herbisida ynag
diperlukan untuk mengendalikan gulma secara efisien. Tetapi justru ini yang
sangat perlu agar jumlah yang kecil itu dapat disebarkan secara merata keseluruh
gulma yang ada. Apabila tidak merata atau terlalu sedikit, tidak dapat mematikan
gulma, sedang bila terlalu banyak mungkin dapa t menjadi racun bagi tanaman
budidaya. Oleh kerena itu herbisida harus diformulasikan sedemikian rupa agar
mudah mengaturnya, aman dan efektif. Para ahli kimia dapat membuat formulasi
yang dapat mempengaruhi solubilitas, volatilitas (kemudahan menguap), berat
jenis (specific gravity), toksisitas dan banyak lagi sifat fisik dan kimia yang dapat
Aplikasi Herbisida
Menurut Barus (2003), aplikasi herbisida dipengaruhi oleh faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang terdapat pada gulma itu
sendiri yaitu fase pertumbuhan gulma. Berdasarkan faktor internalnya, waktu
aplikasi herbisida yang paling tepat adalah pada saat gulma masih muda dan
belum memasuki pertumbuhan generatif. Pada fase ini, penyerapan bahan aktif
herbisida yang diaplikasikan dapat berlangsung lebih efektif. Faktor eksternal
adalah faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi keefektifan dan efisiensi
aplikasi herbisida, misalnya curah hujan, angin, sinar matahari (cahaya),
temperatur dan kelembaban udara. Curah hujan dapat menyebabkan bahan aktif
herbisida tercuci, angin yang kencang dapat menerbangkan butiran-butiran larutan
herbisida dan sina r matahari yang terik dapat menyebabkan terjadinya penguapan
larutan herbisida yang diaplikasikan.
Untuk dapat mengurangi pengaruh negatif faktor -faktor tersebut, namun
memanfaatkannya, diperlukan teknik aplikasi yang lebih baik. Peralatan yang
benar, nozel yang tepat, kecepatan jalan penyemprot, penetapan lebar semprotan
dan sebagainya, perlu mendapat pertimbangan yang matang sebelum mengadakan
aplikasi. Kalibrasi hendaknya dilakukan secara cermat disertai perhitungan yang
tepat. Dengan demikian diusahakan dapat meningkatkan efisiensi kerja dan
mendapatkan efikasi pemberantasan setinggi mungkin. Ditambah dengan
pengalaman disertai latihan, maka diharapkan bisa dikuasai teknik aplikasi yang
jauh lebih baik (Sutiyoso, 1988).
Akibat yang akan terjadi jika dosis yang direkomendasikan secara merata
akibat dari penggunaan teknik aplikasi yang tidak benar adalah : (1) gulma tidak
akan mampu dikendalikan di areal-areal yang disemprot herbisida lebih sedikit
dari dosis rekomendasi dan (2) timbulnya kematian pada ta naman pokok maupun
gulma di areal yang mendapat dosis dan herbisida lebih tinggi dari dosis
rekomendasi.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok dengan faktor
tunggal. Terdapat 10 perlakuan dengan 3 ulangan, sehingga seluruhnya berjumlah
30 petak percobaan.
Perlakuan yang digunakan adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
= Rataan umum
Pelaksanaan Penelitian
Analisis vegetasi dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan aplikasi
untuk mengetahui jenis gulma yang dominan. Analisis vegetasi dilakukan dengan
menggunakan alat kuadrat berukuran 0.5 m x 0.5 m, dengan mengambil contoh
gulma secara sistematis dari areal percobaan. Perlakuan manual dilakukan dengan
menggunakan cangkul, koret dan sabit. Sebelum Aplikasi herbisida dilakukan
terlebih dahulu pembagian petak. Pembagian petak dilaksanakan untuk membagi
lahan yang akan diberi perlakuan menjadi 30 petak sesuai dengan jumlah satuan
percobaan, setiap petak berukuran 10 m x 7 m dengan jarak antar petak 1. 3 m.
Herbisida diaplikasikan pada tiap petak percobaan dengan volume semprot
500 l/ha. Aplikasi dilakukan satu kali pada awal percobaan. Waktu penyemprotan
dilakukan pada pagi hari da n diperkirakan tidak turun hujan pada saat
penyemprotan dan selama enam jam setelah penyemprotan.
Pengamatan
Pengamatan dimulai dua minggu setelah aplikasi (MSA), meliputi
pengamatan pada tanaman tebu dan gulma. Parameter yang diamati meliputi :
1. Analisis Vegetasi
Analisis vegetasi dilakukan pada awal percobaan dan akhir percobaan untuk
memperoleh dinamika populasi.
2. Persentase Penutupan Gulma
Pengamatan dilakukan secara visual pada setiap petak baik yang disebabkan
oleh gulma re-growth (pertumbuhan gulma kembali) dan new-growth (gulma
baru). Selang penutupan gulma antara 0% - 100%, yang diamati pada 2, 4, 6,
8, 10 dan 12 MSA.
3. Bobot Kering Gulma
Bobot kering gulma dihitung setiap petak dengan mengambil contoh melalui
dua kali penempatan kuadran secara sistematis. Bobot keringnya dipisahkan
berdasarkan bobot kering total, rumput, daun lebar dan gulma dominan.
Penimbangan gulma kering dilaksanakan pada 2, 4, 8 dan 12 MSA.
4. Keracunan Herbisida terhadap Tanaman Tebu
Tingkat keracunan tanaman pokok yang disebabkan oleh aplikasi herbisida
dilakukan secara visual dengan tingkat keracunan sebagai berikut :
0 = Tidak ada keracunan, 0%-5% bentuk dan warna daun muda tidak
normal
1 = Keracunan ringan, 5%-10% bentuk dan warna daun muda tidak
normal
2 = Keracunan sedang, 10%-20% bentuk dan warna daun muda tidak
normal
3 = Keracunan berat, 20%-50% bentuk dan warna daun muda tidak
normal
4 = Keracunan sangat berat, >50% bentuk dan warna daun muda tidak
normal, daun mengering dan rontok sampai tanaman mati.
5. Jumlah Anakan Tebu
Jumlah anakan tebu dihitung sejak 4 MSA sampai 12 MSA, untuk
mengetahui adanya pengaruh perlakuan herbisida terhadap pertumbuhan
anakan tebu. Jumlah anakan tebu dihitung berdasarkan anakan yang
tumbuh di buku.
Peubah Pengamatan
PPG
ANK
**
**
**
**
**
**
**
**
**
**
**
**
**
tn
**
**
**
tn
**
**
**
**
**
**
**
tn
10
**
tn
12
**
**
**
**
**
tn
Keterangan :
*
= Berpengaruh nyata pada taraf 5 %
**
= Berpengaruh nyata pada taraf 1 %
+
= Berpengaruh nyata pada taraf 10 %
tn
= Tidak berpengaruh nyata
= Tidak dilakukan pengamatan
BKD
= Bobot Kering Digitaria adscendens
BKB
= Bobot Kering Borreria alata
PPG
BKT
BKRT
BKDT
BKC
BKCL
ANK
Gulma Dominan
Analisis vegetasi dilakukan sebelum dan sesudah aplikasi herbisida untuk
mengetahui jenis gulma dominan di lahan percobaan. Spesies gulma dominan
ditunjukkan oleh besarnya Nilai Jumlah Dominansi (NJD) dalam % pada areal
percobaan. Nilai Jumlah Dominansi merupakan rata -rata jumlah kerapatan nisbi,
nilai frekuensi nisbi dan nilai berat kering nisbi gulma yang diperoleh dari hasil
analisis vegetasi terhadap areal percobaan. Sebelum aplikasi herbisida dilakukan
analisis vegetasi untuk mengetahui gulma dominan pada lahan percobaan. Hasil
analisis vegetasi sebelum aplikasi herbisida diuron dan ametrin disajikan pada
Tabel 2. Berdasarkan hasil analisis vegetasi sebelum aplikasi herbisida diuron dan
ametrin didapatkan empat spesies gulma dominan yaitu Digitaria adscendens,
Borreria alata, Cleome rutidosperma dan Cyperus kyllingia. Spesies gulma lain
sebelum aplikasi herbisida ini adalah Commelina diffusa, Fymbristillis milliaceae,
Cardiospermum halicacabum dan Centella asiatica.
No.
Spesies
NJD
..........(%)..
1.
Digitaria adscendens
24.3
2.
Borreria alata
22.83
3.
Cleome rutidosperma
22.57
4.
Cyperus kyllingia
18.21
5.
Gulma lain
12.09
Spesies
NJD
............................(%)...............................
1.
2.
3.
4.
Digitaria adscendens
Borreria alata
Fymbristillis milliaceae
Cleome rutidosperma
30.07
21.39
11.94
9.53
5.
Gulma lain
27.07
Curah Hujan
..........(mm/bulan).
Februari
Maret
April
Sumber : PT Rajawali Nusantara
114
124
175
Dosis
10
12
..............................................................(%).............................................................
Diuron 50 %
1 l/ha
5.67 b
11.33 b
15.00 b
18.67 b
23.67 b
35.67 b
Diuron 50 %
2 l/ha
6.67 b
7.67 bc
9.00 bc
12.67 bcd
18.00 bc
27.33 c
Diuron 50 %
3 l/ha
3.33 b
4.00 cd
5.33 c
7.67 cd
11.33 d
20.00 d
Diuron 80 %
1 kg/ha
5.33 b
5.33 bcd
6.67 c
9.00 cd
14.33 cd
26.67 c
Diuron 80 %
2 kg/ha
3.33 b
3.33 cd
4.67 c
8.00 cd
11.67 d
20.00 d
Diuron 80 %
3 kg/ha
3.00 b
3.00 cd
4.33 c
7.00 d
11.00 d
20.00 d
Ametrin50 %
2 l/ha
8.33 b
8.67 bc
10.00 bc
14.00 bc
18.00 bc
26.67 c
Ametrin 80 %
2 kg/ha
5.00 b
5.00 bcd
5.33 c
10.33 c
16.67 c
27.00 c
Manual
0.00 c
1.33 b
4.00 c
9.00 cd
15.00 cd
24.33 cd
Kontrol
41.67 a
45.00 b
48.33 a
53.33 a
66.67 a
95.00 a
Keterangan : Angka pada kolom yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % uji
Duncan
PPG (%)
100.00
90.00
80.00
2 msa
70.00
60.00
4 msa
50.00
40.00
8 msa
6 msa
10 msa
30.00
20.00
10.00
0.00
12 msa
P1
P2
P3
P4
P5
P6
Perlakuan
P7
P8
P9
P10
Dosis
2
12
.......(g/0.25 m2)....
Diuron 50 %
1 l/ha
(0.24) 1.11 b
(6.94) 2.67 b
(10.37) 3.29 bc (12.80) 3.70 b
Diuron 50 %
2 l/ha
(0.15) 1.07 b
(3.29) 2.05 b
(11.03) 3.37 bc (7.63) 2.92 b
Diuron 50 %
3 l/ha
(0.15) 1.07 b
(2.53) 1.86 b
(9.03) 3.15 bc
(9.87) 3.29 b
Diuron 80 %
1 kg/ha
(0.24) 1.11 b
(2.97) 1.99 b
(9.40) 3.22 bc
(11.93) 3.50 b
Diuron 80 %
2 kg/ha
(0.26) 1.12 b
(1.96) 1.70 b
(7.00) 2.78 bc
(5.77) 2.57 b
Diuron 80 %
3 kg/ha
(0.23) 1.11 b
(2.48) 1.83 b
(4.53) 2.32 c
(7.40) 2.89 b
Ametrin 50 %
2 l/ha
(0.51) 1.22 b
(3.24) 1.94 b
(9.80) 3.25 bc
(11.67) 3.41 b
Ametrin 80 %
2 kg/ha
(0.27) 1.12 b
(6.44) 2.56 b
(9.27) 3.20 bc
(9.80) 3.28 b
Manual
(0.00) 1.00 b
(1.45) 1.56 b
(13.17) 3.70 b
(11.77) 3.57 b
Kontrol
(14.46) 3.90 a
(25.33) 5.04 a
(56.80) 7.59 a
(57.47) 7.64 a
Keterangan : - Angka pada kolom yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % uji
Duncan
(x+1)
2)
Bobot Kering (g/0.25m
9.00
8.00
7.00
6.00
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
2 MSA
4 MSA
8 MSA
12 MSA
P1
P2
P3
P4
P5
P6
Perlakuan
P7
P8
P9
P10
Dari Gambar 6 dapat dilihat bahwa bobot kering gulma total terendah
terjadi pada 2 MSA dan mengalami peningkatan hingga akhir pengamatan,
kecuali pada perlakuan kontrol yang memang menunjukkan pertumbuhan gulma
yang tinggi sejak awal pengamatan. Penggunaan dosis 3 l/ha dan 3 kg/ha
menunjukkan pengendalian gulma yang cukup baik. Peningkatan gulma mulai
terlihat pada 8 MSA dan semakin meningkat hingga akhir pengamatan.
Dosis
12
.....(g/0.25 m2 )....
Diuron 50 %
Diuron 50 %
1 l/ha
2 l/ha
(0.14) 1.07 b
(0.08) 1.04 b
(5.65) 2.39 b
(1.20) 1.46 bc
(6.33) 2.60 b
(5.70) 2.58 b
(8.07)
(4.30)
3.00 b
2.19 b
Diuron 50 %
Diuron 80 %
Diuron 80 %
3 l/ha
1 kg/ha
2 kg/ha
(0.14) 1.07 b
(0.10) 1.05 b
(0.11) 1.05 b
(1.83) 1.67 bc
(2.33) 1.82 bc
(1.23) 1.46 bc
(5.53) 2.54 b
(5.83) 2.61 b
(5.43) 2.49 b
(5.57)
(5.97)
(3.30)
2.56 b
2.52 b
2.07 b
Diuron 80 %
3 kg/ha
(0.13) 1.06 b
(2.13) 1.72 bc
(3.20) 2.01 b
(4.90)
2.43 b
Ametrin 50 %
Ametrin 80 %
Manual
2 l/ha
2 kg/ha
-
(0.46) 1.20 b
(0.05) 1.02 b
(0.00) 1.00 b
(0.77) 1.32 bc
(2.80) 1.92 bc
(0.53) 1.23 c
(5.43) 2.41 b
(6.40) 2.72 b
(2.90) 1.87 b
(7.10)
(3.63)
(6.63)
2.50 b
2.13 b
2.75 b
Kontrol
(6.23) 2.64 a
(15.60) 3.98 a
(9.20) 5.48 a
(32.20) 5.74 a
Keterangan : - Angka pada kolom yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % uji
Duncan
(x+1)
Penekanan pada bobot kering gulma rumput total dari aplikasi diuron 50
% ditunjukkan oleh dosis 2 l/ha pada 2, 4 dan 12 MSA. Jika dibandingkan dengan
perlakuan manual, perlakuan diuron 50 % pada semua tingkat dosis menunjukkan
penekanan bobot kering gulma rumput total yang lebih baik pada 4 dan 8 MSA.
Ametrin 50 % dan ametrin 80 % kurang efektif dalam menekan bobot kering
gulma rumput total jika dibandingkan diuron 50 % dan 80 % pada taraf dosis yang
sama. Pada perlakuan diuron 80 %, penekanan terhadap bobot kering gulma
rumput total yang terbaik ditunjukkan oleh dosis 2 kg/ha pada 4 dan 12 MSA,
sedangkan pada 8 MSA bobot kering terendah ditunjukkan oleh dosis 3 kg/ha.
Diuron 80 % dengan dosis 1 kg/ha memberikan bobot kering gulma rumput total
yang lebih rendah pada 2 MSA. Perlakuan herbisida dan manual memberikan
pengaruh yang nyata jika dibandingkan dengan kontrol. Secara umum perlakuan
manual masih mampu menekan bobot kering gulma rumput total. Berdasarkan
keterangan di atas kedua formulasi herbisida diuron dan ametrine mempunyai
efektivitas yang sama pada dosis berbeda.
7.00
6.00
5.00
2 msa
4.00
4 msa
3.00
8 msa
2.00
12 msa
1.00
0.00
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
Perlakuan
Dosis
2
12
.....(g/0.25 m2 )....
Diuron 50 %
Diuron 50 %
Diuron 50 %
Diuron 80 %
Diuron 80 %
Diuron 80 %
Ametrin 50 %
Ametrin 80 %
Manual
Kontrol
Keterangan : - Angka pada
Duncan
1 l/ha
2 l/ha
(0.10)
(0.07)
3 l/ha
(0.01)
1 kg/ha
(0.14)
2 kg/ha
(0.16)
3 kg/ha
(0.10)
2 l/ha
(0.05)
2 kg/ha
(0.22)
(0.00)
(8.23)
kolom yang sama dan
1.05 b
1.04 b
(1.29)
(2.09)
1.00 b (0.69)
1.07 b (0.64)
1.07 b (0.73)
1.05 b (0.35)
1.02 b (2.48)
1.10 b (3.64)
1.00 b (0.91)
3.03 a
(9.73)
diikuti oleh huruf
1.51 b
1.68 b
(4.03)
(5.33)
2.23 bc
2.35 bc
1.29 b
1.28 b
1.31 b
1.16 b
1.68 b
1.97 b
1.38 b
3.20 a
yang sama
(3.50) 2.09
(3.57) 2.12
(1.57) 1.58
(1.33) 1.52
(4.37) 2.29
(2.87) 1.94
(10.27) 3.19
(27.60) 5.33
tidak berbeda
bc
bc
c
c
bc
c
b
a
nyata
(4.73) 2.39 bc
(3.33) 2.05 bc
(4.30) 2.28 bc
(5.97) 2.57 b
(2.47) 1.78 c
(2.50) 1.87 c
(4.57) 2.33 bc
(6.17) 2.68 b
(5.13) 2.41 bc
(25.27) 5.12 a
pada taraf 5 % uji
(x+1)
Dari Gambar 8 dapat dilihat bahwa bobot kering gulma terendah terjadi
pada 2 MSA dan semakin meningkat hingga akhir percobaan. Bobot kering
perlakuan manual semakin meningkat hingga akhir percoba an, hal ini disebabkan
perlakuan hanya dilakukan sekali pada awal percobaan.
6.00
5.00
2 MSA
4.00
4 MSA
3.00
8 MSA
2.00
12 MSA
1.00
0.00
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
Perlakuan
tergolong
rumput
semusim. Gulma ini hidup berumpun dengan batang menjalar dan st olon yang
mengeluarkan akar dan tunas. Digitaria adscendens menghasilkan biji yang
banyak sehingga sering dominan di areal tanaman budidaya (Sastroutomo, 1990).
Pengendalian gulma Digitaria adscendens dengan herbisida pra tumbuh dapat
mencegah gulma ini untuk tumbuh dan berkembang biak dan menghasilkan biji
yang banyak sehingga sering dominan pada jalur tanaman yang terbuka atau
belum ternaungi.
Tabel 9. Pengaruh Perlakuan Pengendalian Gulma terhadap Bobot Kering
Digitaria adscendens
Perlakuan
Dosis
12
........(g/0.25 m2 )....
Diuron 50 %
Diuron 50 %
1 l/ha
2 l/ha
(0.05) 1.02 b
(0.02) 1.01 b
(0.80)
(0.23)
1.33 b
1.10 b
(3.20) 1.94 ab
(2.53) 1.83 b
(4.60) 2.36 ab
(2.60) 1.87 b
Diuron 50 %
3 l/ha
(0.01) 1.00 b
(0.80)
1.31 b
(3.23) 1.99 ab
(2.27) 1.73 b
Diuron 80 %
Diuron 80 %
1 kg/ha
2 kg/ha
(0.09) 1.04 b
(0.05) 1.02 b
(0.90)
(0.20)
1.35 b
1.09 b
(3.30) 2.03 ab
(1.77) 1.60 b
(4.43) 2.25 ab
(1.97) 1.66 b
Diuron 80 %
3 kg/ha
(0.00) 1.00 b
(0.77)
1.30 b
(2.33) 1.75 b
(2.77) 1.85 b
Ametrin 50 %
Ametrin 80 %
2 l/ha
2 kg/ha
(0.23) 1.11 b
(0.04) 1.02 b
(0.03)
(1.53)
1.02 b
1.49 b
(2.23) 1.72 b
(4.77) 2.39 ab
(3.57) 1.95 b
(2.63) 1.80 b
Manual
(0.00) 1.00 b
(0.23)
1.11 b
(1.27) 1.40 b
(3.53) 2.07 b
Kontrol
(1.18) 1.47 a
(5.07) 2.43 a
(7.80) 2.95 a
(11.53) 3.48 a
Keterangan : - Angka pada kolom yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % uji
Duncan
(x+1)
Dari Gambar 9 dapat dilihat bahwa bobot kering gulma terendah terjadi
pada 2 MSA dan semakin meningkat hingga akhir percobaan. Perlakuan Herbisida
Ametrin 80 % memberikan bobot kering gulma Digitaria adscendens tertinggi
pada 8 MSA, jik a dibandingkan dengan herbisida ametrin 50 % masih
memberikan hasil yang lebih baik dalam menekan bobot kering gulma Digitaria
adscendens.
4.00
3.50
3.00
2 MSA
2.50
4 MSA
2.00
8 MSA
1.50
12 MSA
1.00
0.50
0.00
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
Perlakuan
BK Digitaria adscendens
2.5
2
y = -0.29x + 2.2733
2
R = 0.4732
1.5
Diuron 50 %
y = -0.355x + 2.26
Diuron 80 %
R = 0.3571
Linear (Diuron 80 %)
Linear (Diuron 50 %)
0.5
0
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
Dosis
lebih rendah dari ametrin 80 % pada setiap waktu pengamatan. Bobot kering
gulma Borreria alata terendah terjadi pada 2 MSA dengan dosis herbisida diuron
50 % sebesar 3 l/ha. Penambahan ke taraf dosis yang lebih tinggi (2 l/ha dan 3
l/ha) cenderung memberikan nilai bobot kering yang lebih rendah.
Tabel 10. Pengaruh Perlakuan Pengendalian Gulma terhadap Bobot Kering
Borreria alata
Perlakuan
Dosis
12
........(g/0.25 m2 )....
Diuron 50 %
Diuron 50 %
Diuron 50 %
Diuron 80 %
Diuron 80 %
1 l/ha
2 l/ha
3 l/ha
1 kg/ha
2 kg/ha
(0.03)
(0.03)
(0.01)
(0.04)
(0.02)
1.02
1.01
1.00
1.02
1.01
c
c
c
c
c
(0.21)
(0.87)
(0.32)
(0.33)
(0.37)
1.09
1.32
1.15
1.15
1.17
b
ab
b
b
b
(2.97)
(3.17)
(1.23)
(1.13)
(1.07)
1.99
1.87
1.49
1.39
1.40
b
b
b
b
b
(2.60)
(1.60)
(2.03)
(2.87)
(2.13)
1.88
1.56
1.66
1.90
1.66
b
b
b
b
b
Diuron 80 %
Ametrin 50 %
Ametrin 80 %
3 kg/ha
2 l/ha
2 kg/ha
(0.01) 1.01 c
(0.02) 1.01 c
(0.19) 1.09 b
(0.21)
(2.41)
(3.23)
1.10 b
1.65 ab
1.86 ab
(0.93)
(1.63)
(2.33)
1.39 b
1.57 b
1.81 b
(2.00)
(1.90)
(4.73)
1.72 b
1.62 b
2.39 b
Manual
(0.00) 1.00 c
(0.57) 1.24 b
(5.77) 2.32 b
(1.70) 1.59 b
Kontrol
(1.28) 1.51 a
(4.63) 2.28 a
(12.50) 3.65 a
(12.33) 3.65 a
Keterangan : - Angka pada kolom yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % uji
Duncan
(x+1)
Borreria alata total yang dihasilkan oleh semua perlakuan diuron 80 % cenderung
lebih rendah dari perlakuan herbisida diuron 50 % pada 2, 4 dan 8 MSA.
Borreria alata termasuk gulma semusim yang tumbuh merambat atau
tegak, percabangan dari pangkal batang. Gulma ini berkembang biak dengan biji.
(Sastroutomo, 1990).
4.00
3.50
3.00
2 MSA
2.50
4 MSA
2.00
8 MSA
1.50
12 MSA
1.00
0.50
0.00
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
Perlakuan
Dari Gambar 11 dapat dilihat bahwa bobot kering gulma Borreria alata
terendah ditunjukkan pada 2 MSA dan semakin meningkat hingga akhir
pengamatan. Perlakuan herbisida diuron 80 % pada beberapa taraf dosis
memberikan hasil pengendalian gulma Borreria alata yang lebih baik
dibandingkan dengan perlakuan diuron 50 %.
1.8
BK Borreria alata
1.6
1.4
y = -0.275x + 1.8067
R2 = 0.7908
1.2
1
0.8
0.6
y = -0.15x + 1.2267
R2 = 0.9768
0.4
0.2
0
0.00
1.00
2.00
Dosis
3.00
4.00
Diuron 50 %
Diuron 80 %
Linear (Diuron 50 %)
Linear (Diuron 80 %)
Dosis
Diuron 50 %
Diuron 50 %
1 l/ha
2 l/ha
Diuron 50 %
Diuron 80 %
Diuron 80 %
Diuron 80 %
3 l/ha
1 kg/ha
2 kg/ha
3 kg/ha
Ametrin 50 %
Ametrin 80 %
Manual
2 l/ha
2 kg/ha
-
12
........(g/0.25 m2 )....
(0.01) 1.01 b
(0.53) 1.23 b
(0.27) 1.12 bc (0.83) 1.33 b
(0.02) 1.01 b
(0.16) 1.07 bc
(1.33) 1.48 bc (0.47) 1.20 b
(0.00)
(0.07)
(0.02)
(0.01)
(0.03)
(0.03)
(0.00)
1.00
1.03
1.01
1.01
1.01
1.01
1.00
b
b
b
b
b
b
b
(0.24)
(0.25)
(0.07)
(0.11)
(0.07)
(0.22)
(0.04)
1.11
1.11
1.03
1.05
1.03
1.11
1.02
bc
bc
c
c
c
bc
c
(0.00)
(0.63)
(0.30)
(0.00)
(2.33)
(0.10)
(1.57)
1.00 c
1.26 bc
1.13 bc
1.00 c
1.74 b
1.05 c
1.55 bc
(0.87)
(0.67)
(0.27)
(0.20)
(0.53)
(0.40)
(0.73)
1.34
1.28
1.12
1.09
1.23
1.16
1.29
b
b
b
b
b
b
b
Kontrol
(3.28) 2.04 a
(1.80) 1.67 a
(6.37) 2.71 a
(3.53) 2.10 a
Keterangan : - Angka pada kolom yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % uji
Duncan
- Angka dalam kurung merupakan data asli, sedangkan angka di luar kurung merupakan data hasil
transformasi
(x+1)
Pengendalian gulma berdaun lebar lebih sukar karena gulma berdaun lebar
biasanya berkembang biak dengan biji (Sastroutomo, 1990). Kemampuan
reproduksi gulma Cleome rutidosperma cukup tinggi sehingga kemungkinan
untuk tumbuh kembali setela h dikendalikan akan lebih besar. Cleome
rutidosperma termasuk penghasil biji yang banyak, sehingga sering tumbuh rapat
pada tanah yang baru selesai diolah.
Dari Gambar 8 dapat dilihat bahwa bobot kering terendah terjadi pada 2
dan 4 MSA. Perlakuan herbisida ametrin 50 % menunjukkan bobot kering yang
tinggi pada 8 MSA. Secara umum herbisida diuron 80 % sudah mampu menekan
bobot kering gulma Cleome rutidosperma pada 2 hingga 12 MSA. Perlakuan
herbisida ametrin 80 % memberikan hasil yang kurang baik jika dibandingkan
2)
Bobot Kering (g/0.25m
3.00
2.50
2 MSA
2.00
4 MSA
1.50
8 MSA
1.00
12 MSA
0.50
0.00
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
Perlakuan
BK Cleome rutidosperma
menurun.
0.60
0.50
y = -0.065x + 0.5267
2
R = 0.3454
0.40
Diuron 80 %
0.30
Linear (Diuron 50 %)
Linear (Diuron 80 %)
0.20
0.10
0.00
0.00
Diuron 50 %
y = -0.165x + 0.55
2
R = 0.9356
1.00
2.00
3.00
4.00
Dosis
Dosis
12
........(g/0.25 m2 )....
Diuron 50 %
Diuron 50 %
1 l/ha
2 l/ha
(0.07) 1.04 b
(0.04) 1.02 b
(1.88) 1.55 ab
(0.47) 1.20 b
(0.27) 1.11 b
(0.13) 1.06 b
(0.00) 1.00 b
(0.10) 1.05 b
Diuron 50 %
3 l/ha
(0.12) 1.06 b
(0.27) 1.12 b
(1.23) 1.48 b
(0.00) 1.00 b
Diuron 80 %
Diuron 80 %
1 kg/ha
2 kg/ha
(0.00) 1.00 b
(0.00) 1.00 b
(0.19) 1.09 b
(0.37) 1.16 b
(1.57) 1.55 b
(0.93) 1.37 b
(0.00) 1.00 b
(0.00) 1.00 b
Diuron 80 %
Ametrin 50 %
Ametrin 80 %
3 kg/ha
2 l/ha
2 kg/ha
(0.04) 1.02 b
(0.03) 1.01 b
(0.01) 1.00 b
(0.13) 1.06 b
(0.10) 1.05 b
(0.00) 1.00 b
(0.43) 1.19 b
(0.70) 1.28 b
(0.67) 1.27 b
(0.40) 1.16 b
(0.00) 1.00 b
(0.00) 1.00 b
Manual
(0.00) 1.00 b
(0.23) 1.11 b
(0.00) 1.00 b
(0.00) 1.00 b
Kontrol
(2.77) 1.90 a
(3.07) 1.91 a
(7.23) 2.70 a
(1.77) 1.60 a
Keterangan : - Angka pada kolom yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % uji
Duncan
- Angka dalam kurung merupakan data asli, sedangkan angka di ul ar kurung merupakan data hasil
transformasi (x+1)
pengaruh
yang
nyata
jika
dibandingkan
dengan
kontrol.
Pengendalian gulma dengan cara manual mampu menekan bobot kering gulma
Cyperus kyllingia.
Cyperus kyllingia adalah tumbuhan teki tahunan, berbunga sepanjang
tahun, tumbuh pada tanah lembab dan berair terutama pada tanah alluvial yang
terbuka atau sedikit ternaungi ; penyebarannya meliputi 0-300 m, jarang sampai
1200 m di atas permukaan laut (Nasution, 1986).
Dari Gambar 15 dapat dilihat bahwa penge ndalian gulma terendah terjadi
pada 12 MSA. Perlakuan manual menunjukkan hasil penekanan bobot kering
gulma yang lebih baik jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
3.00
2.50
2.00
2 msa
4 msa
1.50
8 msa
12 msa
1.00
0.50
0.00
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
Perlakuan
BK Cyperus kyllingia
0.6
0.5
y = -0.075x + 0.5367
R 2 = 0.1624
0.4
Diuron 50 %
y = -0.095x + 0.53
0.3
Diuron 80 %
R = 0.9918
Linear (Diuron 50 %)
Linear (Diuron 80 %)
0.2
0.1
0
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
Dosis
Dosis
.........(jumlah/ruas buku) ..
Diuron 50 %
Diuron 50 %
Diuron 50 %
1 l/ha
2 l/ha
3 l/ha
2.00
1.33
1.60
ab
bcd
abc
3.13
2.53
2.73
3.40
2.73
2.93
3.73
3.00
3.07
4.33
3.53
3.60
Diuron 80 %
Diuron 80 %
1 kg/ha
2 kg/ha
1.40 abcd
2.13 a
2.27
2.53
2.53
2.67
2.80
2.87
3.33
3.47
Diuron 80 %
Ametrin 50 %
Ametrin 80 %
3 kg/ha
2 l/ha
2 kg/ha
1.93
0.87
1.67
3.33
1.87
2.40
3.93
2.00
2.80
4.13
2.13
3.27
4.53
2.87
3.73
ab
d
ab
Manual
1.00 cd
2.13
2.60
2.80
3.27
Kontrol
2.13 a
2.80
3.00
3.13
3.80
Keterangan : Angka pada kolom yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % uji
Duncan
2.50
2.00
4 msa
6 msa
1.50
8 msa
1.00
10 msa
12 msa
0.50
0.00
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
Perlakuan
Herbisida diuron yang diaplikasikan lewat tanah akan diserap oleh akar dan
ditransportasikan ke seluruh bagian tumbuhan melalui jaringan xylem untuk
kemudian menghambat proses pembentukan klorofil dan fotosintesis. Gejala
keracunan yang ditimbulkan akibat perlakuan herbisida diuron apabila melebihi
dosis rekomendasikan adalah terjadinya klorosis pada daerah disekitar tulang dan
urat daun yang akan menimbulkan warna kekuningan pada daun kemudian akan
diikuti oleh pertumbuhan anakan yang melambat.
Pengaruh apliaksi ametrin 50 % dan ametrin 80 % tidak menunjukkan
adanya gejala keracunan pada tanaman tebu. Menurut Kuntohartono (1976),
gejala keracunan tebu terhadap herbisida ametrin pada 2 - 4 minggu setelah
aplikasi ametrin adalah menguningnya daun dan menggulung serta daun muda
mati mulai dari bagian ujung ke bagian pangkal. Selain itu keracunan pada
tanaman tebu akibat aplikasi herbisida ametrin juga menyebabkan berkurangnya
jumlah tunas dan menurunkan hasil tebu saat dipanen.
Menurut Ashton dan Monaco (1991), ametrin lebih banyak diserap melalui
daun tebu dari pada lewat akar.
Pembahasan Umum
Perlakuan dua formulasi herbisida diuron pada semua tingkat dosis efektif
dalam mengendalikan gulma hingga 12 MSA. Aplikasi herbisida diuron 50 % dan
80 % memberikan hasil yang berbeda nyata dengan perlakuan kontrol dalam
menekan bobot kering gulma total, gulma rumput, gulma daun lebar dan gulma
dominan. Daya berantas diuron terlihat lebih baik pada gulma golongan daun
lebar dibandingkan dengan gulma golongan rumput. Menurut Thomson (1967)
diuron merupakan herbisida berspektrum luas, namun diuron lebih baik
mengendalikan gulma dari golongan daun lebar.
Moenandir (1988) menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi
herbisida yang diterima oleh gulma akan meningkatkan penekanan herbisida
terhadap pertumbuhan gulma. Herbisida diuron yang digunakan dalam percobaan
ini efektif dalam mengendalikan gulma sasaran. Hal ini diduga oleh bahan aktif
yang cukup tinggi terkandung di dalam herbisida yang diaplikasikan. Selain itu
formulasi herbisida dalam bentuk cair dan padat diduga juga turut membantu
partikel herbisida diserap ke dalam tubuh tanaman.
Menurut Palm (1968) kelarutan herbisida di dalam tanah ditentukan oleh
jenis formulasi yang diberikan. Herbisida berbentuk padat lebih mudah larut di
dalam tanah daripada bentuk granular. Meskipun Akobundu (1984) menyatakan
bahwa herbisida yang diformulasikan dalam bentuk cair diharapkan untuk lebih
efektif dari formulasi padat karena molekul-molekul herbisida dalam formulasi ini
lebih halus dan lebih mudah untuk diserap oleh tumbuhan serta partikel tanah.
Namun konsentrasi bahan aktif yang lebih tinggi pada diuron 80 % meningkatkan
kecepatan absorbsi herbisida ini oleh gulma.
Diuron 80 % lebih efektif menekan pertumbuhan gulma, hal ini
disebabkan oleh kandungan bahan aktif dalam herbisida diuron 80 % lebih tinggi
dibandingkan dengan herbisida diuron 50 %. Efektivitas diuron sebagai herbisida
pra tumbuh sangat tergantung pada ketersediaan air dalam tanah. Anonim (1979)
menyatakan bahwa untuk mendapatkan efektivitas maksimum dari herbisida pra
tumbuh maka selama satu minggu setelah aplikasi kadar air tanah harus berada
pada kisaran 30 %. Efektivitas herbisida akan lebih baik pada tanah yang telah
diolah, karena biji gulma akan terangkat ke permukaan tanah dan dapat
dikendalikan dengan lebih baik.
Dari semua dosis yang digunakan, kedua formulasi herbisida diuron dan
ametrin yang diaplikasikan tidak menunjukkan adanya gejala keracunan pada
tanaman tebu dari awal hingga akhir pengamatan. Menurut Rochecouste (1967)
herbisida diuron secara umum tidak beracun saat diaplikasikan pada tanaman tebu
pada dosis yang direkomendasikan, meskipun herbisida ini mengenai permukaan
daun tanaman tebu, tetapi tidak akan menimbulkan gejala keracunan. Keracunan
pada tanaman tebu akibat aplikasi ametrin lebih besar apabila daun tebu sudah
terbentuk. Hal ini disebabkan ametrin lebih banyak diserap melalui daun tebu
daripada lewat akar (Ashton dan Monaco, 1991).
Respon
gulma
terhadap
DAFTAR PUSTAKA
Akobundu, I. O. 1984. Weed Science in The Tropics : Principles and Practices. A
Wiley Interscience Publications. John Wiley and Sons. p 262-265.
Anonim. 1979. Herbicide Handbook of The WSSA (4th ed.). Weed Science
Society of Amerika. Champaign, Illionis, USA. 479 p.
Ashton, F. M., G. C Klingman and L.J Noordhoff. 1982. Weed and Science :
Principles and Practices (2nd ed.). John Wiley and Sons, Inc. New York. p
257-259.
... and A. S. Craft. 1973. Mode of Action of Herbicides. John Wiley
and Sons, Inc. New York. 504 p.
... and T. J. Monaco. 1991. Weed Sc ience : Principles and Practices
(3rd ed). John Wiley and Sons, Inc. New York. 466 p.
Audus, L. J. 1976. Herbicides : Physiology, Biochemisrty & Ecology (2nd ed.
Volume 1). Academic Press. London. 608 p.
Barus, E. 2003. Pengendalian Gulma di Perkebunan. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta. 103 hal.
Deptan. 2004. Perkembangan Pelaksanaan Program Akselerasi Peningkatan
Produktivitas Gula Dari Sisi Produksi Tebu Tahun 2004. www. Deptan.
go. Id / ditjenbun/ player/ INDEX. Html. 27 Januari 2006.
Hartati, M. 1998. Studi Efektivitas Herbisida Diuron Dalam Mengendalikan
Gulma pada Pertanaman Tebu (Saccharum Officinarum L.) Lahan Kering.
Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor. Bogor. (Tidak Dipublikasikan). 45 hal.
Isely, D. 1962. Weed Identification and Control. Iowa State University Press.
Ames, Iowa, USA. 400 p.
Kasasian, L. 1971. Weed Control in The Tropic. Leonard Hill Book Co., London.
307 p.
Kusnanto, U., R. Sukarji, T. L. Tobing. 1990. Pengendalian Gulma Secara
Terpadu pada Tanaman Kelapa Sawit. Kumpulan Makalah Pertemuan
Teknis Kelapa Sawit. Pekanbaru. 16 hal.
Kuntohartono. 1976. Keselektifan Ametrina Terhadap Beberapa Varietas Tebu.
Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal 6-14.
Rajawali
LAMPIRAN
10
12
Keterangan:
Ulangan
Dosis
Galat
Total
Derajat
Bebas
2
9
18
29
Jumlah
Kuadrat
1.89206000
56.23640333
5.18600667
63.31447000
Kuadrat
Tengah
0.94603000
6.24848926
0.28811148
Ulangan
Dosis
Galat
Total
2
9
18
29
1.76152667
58.52721333
5.64560667
65.93434667
0.88076333
6.50302370
0.3136448
2.81+
20.73* *
Ulangan
Dosis
Galat
Total
2
9
18
29
1.95940667
55.88048000
5.19786000
63.03774667
0.97970333
6.20894222
0.28877000
3.39*
21.50* *
Ulangan
Dosis
Galat
Total
2
9
18
29
3.21122000
49.45394667
4.01171333
56.67688000
1.60561000
5.49488296
0.22287296
7.20* *
24.65 **
Ulangan
Dosis
Galat
Total
2
9
18
29
2.59074667
53.17348333
2.31618667
58.08041667
1.29537333
5.90816481
0.12867704
10.07* *
45.91* *
Ulangan
Dosis
Galat
Total
2
9
18
29
0.90354667
65.11327000
2.00792000
68.02473667
0.45177333
7.23480778
0.11155111
4.05*
64.86* *
Sumber
Nilai F
Pr > F
3.28+
21.69* *
0.0609
0.0001
KK
(%)
20.11
0.0868
0.0001
19.48
0.0562
0.0001
16.85
0.0050
0.0001
12.58
0.0012
0.0001
8.08
0.0353
0.0001
5.99
Keterangan:
Parameter
(MSA)
Sumber
Ulangan
Dosis
Galat
Total
Derajat
Bebas
2
9
18
29
Jumlah
Kuadrat
0.03750000
21.18392000
0.80670000
22.02812000
Kuadrat
Tengah
0.01875000
2.35376889
0.04481667
Ulangan
Dosis
Galat
Total
2
9
18
29
2.33142000
27.89080333
8.22484667
38.44707000
1.16571000
3.09897815
0.45693593
2.55+
6.78* *
Ulangan
Dosis
Galat
Total
2
9
18
29
0.55188667
56.90052000
7.30178000
64.75418667
0.27594333
6.32228000
0.40565444
0.68tn
15.59* *
12
Ulangan
Dosis
Galat
Total
2
9
18
29
0.52690667
55.53452000
6.54636000
62.60778667
0.26345333
6.17050222
0.36368667
0.72tn
16.97* *
Nilai F
Pr > F
0.42tn
52.52* *
0.6644
0.0001
KK
(%)
15.30
0.1058
0.0003
29.15
0.519
0.0001
17.74
0.4982
0.0001
16.40
Sumber
Ulangan
Dosis
Galat
Total
Derajat
Bebas
2
9
18
29
Jumlah
Kuadrat
0.09268667
6.85692000
0.69918000
7.64878667
Kuadrat
Tengah
0.04634333
0.76188000
0.03884333
Ulangan
Dosis
Galat
Total
2
9
18
29
1.00616667
17.47260000
5.77570000
24.25446667
0.50308333
1.94140000
0.32087222
1.57tn
6.05 **
Ulangan
Dosis
Galat
Total
2
9
18
29
0.28842667
27.15314667
6.72617333
34.16774667
0.14421333
3.01701630
0.37367630
0.39tn
8.07 **
12
Ulangan
Dosis
Galat
Total
2
9
18
29
0.54144667
31.26921333
9.89748667
41.70814667
0.27072333
3.47435704
0.54986037
0.49tn
6.32 **
Keterangan:
Nilai F
Pr > F
1.19tn
19.61* *
0.3262
0.0001
KK
(%)
16.15
0.2357
0.0006
29.87
0.6853
0.0001
22.38
0.6192
0.0005
26.59
Tabel Lampiran 4. Sidik Ragam Bobot Kering Gulma Daun Lebar Total
Parameter
(MSA)
Sumber
Ulangan
Dosis
Galat
Total
Derajat
Bebas
2
9
18
29
Jumlah
Kuadrat
0.00024667
10.67920333
0.19548667
10.87493667
Kuadrat
Tengah
0.00012333
1.18657815
0.01086037
Ulangan
Dosis
Galat
Total
2
9
18
29
0.95608667
9.64741333
5.78964667
16.39314667
0.47804333
1.07193481
0.32164704
1.49tn
3.33* *
Ulangan
Dosis
Galat
Total
2
9
18
29
0.65414000
33.14041667
7.29959333
41.09415000
0.32707000
3.68226852
0.40553296
0.81tn
9.08* *
12
Ulangan
Dosis
Galat
Total
2
9
18
29
1.98666000
24.37456333
2.27360667
28.63483000
0.99333000
2.70828481
0.12631148
7.86tn
21.44**
Keterangan:
Nilai F
Pr > F
0.01t n
109.3* *
0.9887
0.0001
KK
(%)
8.39
0.2527
0.0142
34.47
0.4619
0.0001
25.83
0.0035
0.0001
13.95
12
Keterangan:
Jumlah
Kuadrat
0.00008667
0.56829667
0.09171333
0.66009667
0.40402667
4.42901667
1.96457333
6.79761667
1.46826000
5.17748000
5.64034000
12.28608000
Kuadrat
Tengah
0.00004333
0.06314407
0.00509519
Nilai F
Pr > F
Ulangan
Dosis
Galat
Total
Ulangan
Dosis
Galat
Total
Ulangan
Dosis
Galat
Total
Derajat
Bebas
2
9
18
29
2
9
18
29
2
9
18
29
0.01 tn
12.39* *
0.9915
0.0001
0.20201333
0.49211296
0.10914296
1.85 tn
4.51* *
0.73413000
0.57527556
0.31335222
2.34+
1.84+
Ulangan
Dosis
Galat
Total
2
9
18
29
1.01660667
7.62636333
8.69732667
17.34029667
0.50830333
0.84737370
0.48318481
1.05 tn
1.75 +
Sumber
KK
(%)
6.67
0.1858
0.0032
24.44
0.1246
0.1303
28.59
0.3698
0.1484
33.11
12
Keterangan:
Ulangan
Dosis
Galat
Total
Derajat
Bebas
2
9
18
29
Jumlah
Kuadrat
0.00132667
0.67353333
0.02880667
0.70366667
Kuadrat
Tengah
0.00066333
0.07483704
0.00160037
Ulangan
Dosis
Galat
Total
2
9
18
29
0.89502000
4.31173667
5.34271333
10.54947000
0.44751000
0.47908185
0.29681741
1.51 tn
1.61 tn
Ulangan
Dosis
Galat
Total
2
9
18
29
1.82722667
12.96132000
6.52524000
21.31378667
0.91361333
1.44014667
0.36251333
2.52+
3.97**
Ulangan
Dosis
Galat
Total
2
9
18
29
0.68968667
11.11833667
4.32111333
16.12913667
0.34484333
1.23537074
0.24006185
1.44 tn
5.15 **
Sumber
Nilai F
Pr > F
0.41 tn
46.76* *
0.6668
0.0001
KK
(%)
3.75
0.2481
0.1850
38.89
0.1084
0.006
31.90
0.2638
0.0016
24.97
12
Keterangan:
Ulangan
Dosis
Galat
Total
Ulangan
Dosis
Galat
Total
Derajat
Bebas
2
9
18
29
2
9
18
29
Jumlah
Kuadrat
0.03122667
2.87093667
0.34197333
3.24413667
0.01286000
1.02738667
0.12467333
1.16492000
Kuadrat
Tengah
0.01561333
0.31899296
0.01899852
Ulangan
Dosis
Galat
Total
2
9
18
29
0.00074667
7.44100333
2.11358667
9.55533667
0.00037333
0.82677815
0.11742148
Ulangan
Dosis
Galat
Total
2
9
18
29
0.03922667
2.25894667
1.46917333
3.76734667
0.01961333
0.25099407
0.08162074
Sumber
0.00643000
0.11415407
0.00692630
KK
(%)
Nilai F
Pr > F
0.82tn
0.4555
0.0001
12.39
0.4133
0.0001
7.27
0.00tn
7.04**
0.9968
0.0002
24.40
0.24tn
3.08 *
0.7889
0.0203
21.79
16.79* *
0.93tn
16.48* *
12
Keterangan:
Ulangan
Dosis
Galat
Total
Derajat
Bebas
2
9
18
29
Jumlah
Kuadrat
0.05304667
2.10001333
0.47188667
2.62494667
Kuadrat
Tengah
0.02652333
0.23333481
0.02621593
Ulangan
Dosis
Galat
Total
2
9
18
29
0.51338000
2.17921667
2.44595333
5.13855000
0.25669000
0.24213519
0.13588630
1.89tn
1.78+
Ulangan
Dosis
Galat
Total
2
9
18
29
0.28268667
6.42568000
3.80038000
0.14134333
0.71396444
0.21113222
0.67tn
3.38**
Ulangan
Dosis
Galat
Total
2
9
18
29
10.50874667
0.12498667
0.96812000
0.66168000
1.75478667
0.06249333
0.10756889
0.03676000
1.70**
2.93*
Sumber
Nilai F
Pr > F
1.01tn
8.90**
0.3834
0.0001
KK
(%)
14.66
0.1800
0.1419
30.09
0.5243
0.0133
32.79
0.2107
0.0251
17.74
10
12
Ulangan
Dosis
Galat
Total
Derajat
Bebas
2
9
18
29
Jumlah
Kuadrat
2.32266667
5.55866667
2.31733333
10.19866667
Kuadrat
Tengah
1.16133333
0.61762963
0.12874074
Ulangan
Dosis
Galat
Total
2
9
18
29
0.73866667
5.36533333
9.31466667
15.41866667
Ulangan
Dosis
Galat
Total
Ulangan
Dosis
Galat
Total
2
9
18
29
2
9
18
29
Ulangan
Dosis
Galat
Total
2
9
18
29
Sumber
Keterangan: -
**
KK
(%)
Nilai F
Pr > F
9.02**
4.80**
0.0019
0.0023
0.36933333
0.59614815
0.51748148
0.71 tn
1.15 tn
0.5032
0.3794
0.88800000
7.31866667
10.36533333
18.57200000
0.97866667
8.03200000
11.20800000
20.21866667
0.44400000
0.81318519
0.57585185
0.77 tn
1.41 tn
0.4772
0.2543
0.48933333
0.89244444
0.62266667
0.79 tn
1.43 tn
0.4707
0.2460
0.81066667
6.56133333
9.40266667
16.77466667
0.40533333
0.72903704
0.52237037
0.78 tn
1.40 tn
22.33
27.95
26.53
25.51
0.4751
0.2609
19.82
Kelompok
Gulma
D.
adscendensX
B.
alataX
C. rutidosperma X
C.
kyllingiaX
2
MSA
GK
0.98**
0.99**
0.99**
0.99**
GT
0.98**
0.98**
0.99**
0.99**
4
MSA
GK
0.96**
0.94**
0.88**
0.90**
GT
0.95**
0.79**
0.98**
0.88**
8
MSA
GK
0.88**
0.97**
0.92**
0.94**
GT
0.76**
0.95**
0.91**
0.87**
12
MSA
GK
0.96**
0.98**
0.96**
0.91**
GT
0.96**
0.91**
0.98**
0.90**
Keterangan :
GK = Gulma Kelompok
GT = Gulma Total
X = Dikorelasikan dengan biomassa spes ies pada satuan waktu
yang sama
pengamatan
U
Ulangan I
Ulangan III
P1
P7
P10
P3
P5
P7
P5
P9
P8
P6
P2
P9
P2
P8
P1
P4
P10
P6
P6
P4
P2
P7
P1
P8
P3
P10
P5
P9
P3
P4
Ulangan II