NAZIMA MAULIDYA
A24070087
FAKULTAS PERTANIAN
2011
RINGKASAN
Nazima Maulidya
A24070087
FAKULTAS PERTANIAN
2011
Judul : PENGUJIAN VIGOR DAYA SIMPAN DENGAN
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi
kekuatan dan hidayah-Nya sehingga SHQHOLWLDQ³Pengujian Vigor Daya Simpan
dengan Metode Pengusangan Cepat Kimia serta Pengujian Vigor Kekuatan
Tumbuh pada Benih Padi´LQLGDSDWGLVHOHVDLNDQGHQJDQEDik. Pada kesempatan
kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Faiza C. Suwarno MS dan Dr. Suwarno selaku dosen pembimbing
skripsi, atas bimbingan dan pengarahan yang diberikan kepada penulis.
2. Dr. Ir. M. Rahmad Suhartanto, MS selaku dosen penguji yang telah banyak
memberikan masukan terhadap perbaikkan skripsi penulis.
3. Dr. Ir. Agus Purwito MSc.Agr selaku dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan arahan dalam pelaksanaan akedemik penulis.
4. Ayahanda M. Nasir Manan, ibunda Ida Fitrawati, dan Oma. Corry yang
VHQDQWLDVD PHQGR¶DNDQ GDQ WDN KHQWL-hentinya memberikan motivasi yang
tulus baik moril maupun materiil
5. 0EDN 1DGLD 1DELOD $¶LNL VHUWD NHOXDUJD \DQJ VHQDQWLDVD PHPEHULNDQ
motivasi yang tulus baik moril maupun materiil.
6. Feni dan Cutrisni, teman seperjuangan selama penelitian hingga skripsi ini
selesai.
7. Alm. Yovega, Deviyanti, Anita, Astrid, Dinda, Lana, Adinda, Arlitha,
Karina, Yuanita, Nabila, Rani, Tya dan Surya, terima kasih atas masukan
nasihat, dorongan dan semangatnya.
8. Neneng, Dyah, Citra Sari, Lilis, Galuh, Meyga, Moliya, Lia, Meli, Enen,
Prima, Prama, Andra, Cholis, Evie DJ, Okti, Indah, Mba Nova, Ira, Ima,
Arya serta teman-teman Agronomi dan Hortikultura 44 yang telah
memberikan semangat kepada penulis selama menjalankan penelitian.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat untuk
pihak yang membutuhkan.
Bogor, November 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
Kesimpulan ........................................................................................... 40
Saran ...................................................................................................... 40
Nomor Halaman
1. Rata-rata Daya Berkecambah (DB) Padi Gogo, Padi Rawa, dan Padi
Sawah...................................................................................................... 21
Nomor Halaman
Nomor Halaman
1. Daftar Genotipe Padi Gogo, Rawa dan Sawah yang Digunakan pada
Pengujian Pendahuluan ........................................................................... 44
10. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan PEG -2 Bar terhadap Genotipe Padi
Gogo pada Tolok Ukur Daya Berkecambah (DB), Indeks Vigor (IV),
Berat Kering Kecambah Normal (BKKN), Panjang Kecambah (PK),
Panjang Plumula (PP), dan Panjang Akar (PA) ...................................... 49
11. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan PEG -2 Bar terhadap Genotipe Padi
Sawah pada Tolok Ukur Daya Berkecambah (DB), Indeks Vigor (IV),
Berat Kering Kecambah Normal (BKKN), Panjang Kecambah (PK),
Panjang Plumula (PP), dan Panjang Akar (PA) ...................................... 50
14. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan NaCl 4000 ppm terhadap Genotipe
Padi Rawa pada Tolok Ukur Daya Berkecambah (DB), Indeks Vigor
(IV), Berat Kering Kecambah Normal (BKKN), Panjang Kecambah
(PK), Panjang Plumula (PP), Panjang Akar (PA) ................................... 53
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan yang sangat penting di
dunia, melebihi kentang, jagung, gandum dan serealia lainnya. Tanaman ini
dipertimbangkan sangat penting kehadirannya di dunia, karena padi merupakan
makanan pokok bagi lebih dari setengah penduduk dunia (Lu, 1999).
Menurut Badan Pusat Statistik (2010) produksi padi tahun 2010 sebesar
65.98 juta ton Gabah Kering Giling, mengalami peningkatan sebesar 1.58 juta ton
(2.64 %) dibandingkan produksi tahun 2009. Peningkatan produksi padi tersebut
dipicu oleh peningkatan luas panen seluas 234 544 hektar atau naik 1.78 % dari
tahun 2009 sampai 2010. Namun, peningkatan produksi padi tidak sebanding
dengan peningkatan jumlah penduduk yang mencapai 237.6 juta jiwa dengan
konsumsi beras 139 kg/kapita/tahun.
Jumlah produksi padi yang rendah diakibatkan dari berbagai kendala,
diantaranya keterbatasan sumberdaya lahan sebagai akibat konversi lahan pertanian
untuk pemukiman dan industri, pemilikan lahan yang relatif kecil sehingga sulit
berproduksi secara optimal, kualitas agroekosistem yang kian miskin bahkan jenuh input,
dan sebaran produksi yang sebagian besar masih bertumpu di Pulau Jawa.
Usaha peningkatan produksi padi nasional untuk mengimbangi laju
peningkatan kebutuhan beras dilakukan melalui program intensifikasi dan
ekstensifikasi tanaman padi. Program ekstensifikasi di Pulau Jawa dan Bali sudah
tidak memungkinkan lagi karena areal yang tersedia semakin terbatas.
Pengembangan budidaya padi gogo dan padi rawa merupakan alternatif untuk
meningkatkan produksi padi nasional. Strategi ini dilakukan diantaranya melalui
optimalisasi pemanfaatan lahan tidur dan lahan marjinal.
Kontribusi padi gogo dan padi rawa terhadap produksi padi nasional masih
relatif rendah, sehingga diperlukan adanya pengembangan yang lebih luas.
Produktivitas padi gogo sebesar 2.95 ton/ha, jauh lebih rendah dibandingkan
dengan produktivitas padi sawah (Departemen Pertanian, 2009). Rendahnya
produktivitas tersebut disebabkan oleh kondisi iklim dan tanah yang bervariasi,
penerapan teknologi yang belum optimal terutama dalam penggunaan varietas
unggul (Toha, 2005). Ketersediaan benih bermutu dalam jumlah dan waktu yang
tepat juga merupakan faktor yang menyebabkan rendahnyan produktivitas padi
gogo dan padi rawa. Salah satu usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan pengujian
mutu benih yang bertujuan untuk mengetahui mutu atau kualitas dari suatu jenis
atau kelompok benih. Pengujian mutu benih dilakukan untuk menentukan mutu
fisik maupun mutu fisiologi suatu jenis atau kelompok benih (Sutopo, 2004).
Untuk mengetahui kemampuan benih tumbuh normal pada kondisi lapang
yang suboptimum dapat dilakukan melalui deteksi atau pengujian vigor benih
(Sadjad, 1993). Menurut ISTA (2007), vigor adalah karakter benih yang ditunjukan
melalui kecepatan dan keseragaman pertumbuhan benih, kemampuan benih untuk
tumbuh normal pada kondisi sub-optimum, dan viabilitasnya tetap tinggi setelah
disimpan. Sadjad (1994) mengemukakan bahwa Vigor Kekuatan Tumbuh (VKT)
merupakan parameter vigor yang menggambarkan kemampuan benih untuk tumbuh
normal dan berproduksi normal pada kondisi sub-optimum, sedangkan Vigor Daya
Simpan (VDS) menunjukan kemampuan benih mempertahankan vigornya pada
kurun waktu periode simpan.
Pengujian vigor daya simpan (VDS) benih dapat dilakukan dengan berbagai
metode, antara lain dengan menggunakan metode pengusangan cepat (Accelarated
Aging atau Rapid Aging). Pada pengujian vigor kekuatan tumbuh (VKT) kondisi
sub-optimum, benih yang vigor akan tumbuh menjadi kecambah normal, memiliki
kemampuan untuk tumbuh yang baik, dan mengalami deteriorasi yang lebih lambat
dibandingkan benih yang bervigor rendah. Hasil penelitian terdahulu dengan
metode pengusangan cepat terkontrol dengan kadar air benih 20% dan lama
penderaan 24 jam merupakan kondisi yang sesuai untuk menguji vigor benih wijen
di laboratorium, namun tidak terdapat korelasi antara hasil pengusangan cepat
terkontrol (VPCT) dengan vigor kekuatan tumbuh (VKT) di lapang pada kondisi
cekaman suhu tinggi, kecuali dengan panjang akar bibit umur telah 5 minggu
setelah tanam (MST) (Wafiroh, 2010).
Salah satu metode yang dapat digunakan dalam pengujian vigor benih, yaitu
metode pengusangan cepat (MPC) kimia dengan merendam benih pada larutan
etanol 96%. Indikator status vigor benih yaitu laju/kecepatan penurunan viabilitas.
Benih yang memiliki vigor tinggi viabilitasnya akan menurun lebih lambat
dibandingkan benih bervigor rendah. Benih yang vigor juga akan tumbuh menjadi
kecambah normal pada kondisi sub-optimum. Penelitian ini dilakukan untuk
mendapatkan metode pengujian vigor daya simpan benih padi sawah, padi gogo,
dan padi rawa dengan metode pengusangan cepat secara kimia dan pengujian vigor
kekuatan tumbuh benih pada kondisi sub-optimum.
Tujuan
Hipotesis
1. Terdapat metode pengusangan cepat yang terbaik untuk pengujian vigor benih
padi gogo, padi rawa, dan padi sawah.
2. Terdapat korelasi positif antara Vigor Daya Simpan (VDS) dan Vigor Kekuatan
Tumbuh (VKT) benih padi gogo, padi rawa, dan padi sawah.
TINJAUAN PUSTAKA
Keberhasilan pertanian di lahan rawa lebak sementara ini sangat ditentukan oleh
ketepatan penentuan waktu tanam. Hal ini dikarenakan waktu kering terkadang sangat
pendek hanya 3-4 bulan sehingga banyak tanaman yang belum mencapai waktu panen,
tanaman tenggelam akibat datangnya air yang sukar diduga. Oleh karena itu pemilihan
komoditas dan varietas yang berumur pendek dan toleran terhadap kondisi lahan lebak
diperlukan mutlak.
Vigor Benih
Vigor adalah karakter benih yang ditunjukan melalui kecepatan dan
keseragaman pertumbuhan benih, kemampuan benih untuk tumbuh normal pada
kondisi sub-optimum, dan viabilitasnya tetap tinggi setelah disimpan (ISTA, 2007).
Dengan demikian pengujian vigor benih dapat memberikan informasi yang lebih
banyak dibandingkan dengan pengujian DB, serta bermanfaat untuk melihat potensi
daya simpan dan performa pertumbuhan benih dilapang.
Sadjad (1993) mengemukakan bahwa vigor benih dalam hitungan viabilitas
absolut merupakan indikasi viabilitas benih yang menunjukan benih kuat tumbuh
dilapang dalam kondisi yang suboptimum dan tahan disimpan pada kondisi yang
tidak ideal. Berdasarkan hal tersebut vigor benih dipilah atas dua klasifikasi, yaitu
vigor kekuatan tumbuh (VKT) dan vigor daya simpan (VDS). Kedua macam vigor itu
dikaitkan pada analisis lot benih, merupakan parameter viabilitas absolut yang
peubahnya dapat bermacam-macam.
Sutopo (2004) menyatakan bahwa vigor benih yang tinggi dicirikan antara
lain oleh : (1) tahan disimpan lama (2) tahan terhadap hama dan penyakit (3)
pertumbuhan yang cepat dan merata (4) mampu menghasilkan tanaman dewasa
yang normal dan berproduksi baik dalam keadaan sub-optimum.
Copeland dan McDonald (2001) mengemukakan bahwa proses penuaan atau
mundurnya vigor secara fisiologis ditandai dengan penurunan daya berkecambah,
peningkatan jumlah kecambah abnormal, penurunan pemunculan kecambah di
lapangan (field emergence), terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan
tanaman, meningkatnya kepekaan terhadap lingkungan yang ekstrim yang akhirnya
dapat menurunkan produksi tanaman.
Sadjad et al. (1999) mengungkapkan bahwa kekuatan benih tumbuh di lapang
selain ditentukan oleh faktor dari dalam benih, juga ditentukan oleh faktor dari luar
benih. Faktor dari luar benih antara lain: penyakit, kesuburan lahan, kondisi ruang
suplai air ataupun kelebihan air. Untuk mensimulasi cekaman salinitas tinggi dapat
dilakukan dengan cara melembakan media dengan larutan garam NaCl, sedangkan
untuk mensimulasi cekaman kekeringan dengan cara melembakan media dengan
larutan PEG (Polyethylene glycol).
Polyethylene Glycol
Polietilena glikol merupakan senyawa yang stabil, non ionik, polymer
panjang yang larut dalam air dan dapat digunakan dalam sebaran bobot molekul
yang luas. Polietilena glikol juga merupakan salah satu jenis osmotikum yang biasa
digunakan untuk mensimulasi kondisi kekeringan, karena sifatnya yang dapat
menghambat penyerapan air oleh sel atau jaringan tanaman (Lawor, 1970).
Ciri-ciri PEG yaitu akan menjadi kental jika dilarutkan, tidak berwarna, dan
berbentuk kristal putih. PEG juga disebut juga sebagai polyethyleneoxide (PEO),
polyoxyethylene (POE) dan polyoxirane. PEG memiliki sifat-sifat diantaranya: 1)
larut dalam air, 2) tidak larut dalam ethyl eter, hexane dan ethylene glikol, 3) tidak
larut dalam air yang memiliki suhu tinggi, dan 4) tidak beracun.
Senyawa PEG bersifat larut dalam air dan menyebabkan penurunan
potensial air. Besarnya penurunan potensial air sangat bergantung pada konsentrasi
dan berat molekul PEG. Keadaan seperti ini dimanfaatkan untuk simulasi
penurunan potensial air. Potensial air dalam media yang mengandung PEG dapat
digunakan untuk meniru besarnya potensial air tanah (Michel dan Kaufmann,
1973). Dengan ciri-ciri tersebut, PEG digunakan sebagai agen seleksi sifat
ketahanan terhadap kekeringan.
Metode Penelitian
Percobaan Pendahuluan
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui vigor awal benih dari masing-
masing genotipe padi gogo, padi rawa, dan padi sawah. Rancangan yang digunakan
yaitu Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu faktor, yaitu 10
genotipe padi gogo (P), 16 genotipe padi rawa (R), dan 20 genotipe padi sawah (S).
Setiap satuan percobaan diulang 3 kali sehingga total satuan percobaan yang
dilakukan adalah 138 satuan percobaan. Untuk tiap satuan percobaan terdiri dari 25
butir benih.
Model matematik yang digunakan adalah :
Yij IJi + ȕj + İij
Keterangan :
Yij = Pengamatan pada perlakuan genotipe padi ke-i dan kelompok k
µ = Rataan umum
IJi = Pengaruh perlakuan genotipe padi ke-,L «
ȕj = Pengaruh kelompok ke-j (j = 1,2,3,4).
İij = Pengaruh acak pada perlakuan ke-I dan kelompok ke-j.
Uji lanjut yang akan digunakan terhadap hasil yang berpengaruh nyata pada
penelitian ini adalah Duncans Multiple Test (DMRT) pada taraf nyata 5% (Gomez
dan Gomez, 1995).
Pelaksanaan Kegiatan
Percobaan Pendahuluan
Pengujian viabilitas awal benih dilakukan dengan melembabkan substrat
kertas merang terlebih dahulu, yaitu dengan merendam kertas merang pada air
kemudian dipres menggunakan alat pengepres kertas (IPB 75-1). Metode
pengecambahan yang digunakan yaitu Uji Kertas Digulung dalam Plastik (UKD-
dp) dengan setiap perlakuan diulang sebanyak empat ulangan. Benih yang ditanam
25 butir benih, setelah ditanam kemudian ditutup dan digulung serta ditempatkan
dengan posisi vertikal di dalam alat pengecambah tipe IPB 73-2A/B. Pengamatan
dilakukan pada hari ke-5 dan ke-7 setelah benih dikecambahkan.
Pengujian vigor daya simpan (VDS) dilakukan dengan cara merendam
benih menggunakan larutan etanol. Benih dikemas dalam kantong kain strimin
kemudian dimasukkan kedalam wadah yang telah terisi larutan etanol 96%. Benih
yang telah didera dikecambahkan pada alat pengecambah benih tipe IPB 73-2A/B.
Metode pengecambahan yang digunakan adalah metode Uji Kertas Digulung dalam
Plastik (UKD-dp). Lama penderaan yang digunakan yaitu 0 detik, 30 detik, 60
detik, 90 detik, 120 detik, 150 detik, 180 detik, 210 detik, 240 detik, 270 detik dan
300 detik.
Pengujian vigor kekuatan tumbuh (VKT) pada kondisi sub-optimum
kekeringan menggunakan tiga tingkat kekeringan dengan potensial air PEG-6000
yaitu -1.5 bar, -2.0 bar, -2.5 bar. Setiap perlakuan diulang sebanyak empat kali,
dengan 25 butir benih persatuan percobaan. Pada pengujian kondisi kekeringan
juga dilakukan dengan menanam benih dengan metode UKD (Uji Kertas Digulung)
menggunakan substrat kertas stensil 1-2 (M1) lembar dan 1-1 (M2) lembar,
kemudian di letakan secara vertikal pada bak yang diisi air setinggi ± 3 cm dan ± 2
cm dari permukaan bak, dimana ketinggian air pada bak harus tetap terjaga.
Pengecambahan setiap perlakuan diulang sebanyak tiga ulangan dan setiap ulangan
terdiri atas 10 butir benih. Pengujian VKTSalin(NaCl) pada benih padi rawa dilakukan
dengan cara merendam media dengan larutan NaCl konsentrasi 3000 ppm, 4000
ppm, dan 5000 ppm, kemudain media dipres menggunakan alat pengepres kertas
tipe IPB 75-1. Metode pengecambahan yang digunakan yaitu Uji Kertas Digulung
dalam Plastik (UKD-dp) dengan setiap perlakuan diulang sebanyak empat ulangan.
Benih yang ditanam 25 butir benih, setelah ditanam kemudian ditutup dan digulung
serta ditempatkan dengan posisi vertikal di dalam alat pengecambah tipe IPB 73-
2A/B. Pengamatan dilakukan pada hari ke-5 dan ke-7 setelah benih
dikecambahkan.
Percobaan Utama
Pengujian Viabilitas Awal Benih
Pengujian viabilitas awal benih dilakukan dengan melembabkan substrat
kertas merang terlebih dahulu, yaitu dengan merendam kertas merang pada air
kemudian dipres menggunakan alat pengepres kertas (IPB 75-1). Metode
pengecambahan yang digunakan yaitu Uji Kertas Digulung dalam Plastik (UKD-
dp) dengan setiap perlakuan diulang sebanyak tiga ulangan. Selembar plastik
transparan dihamparkan, kemudian 3 lembar kertas yang telah dilembabkan
diletakkan diatas kertas tersebut. Pengecambahan setiap perlakuan diulang
sebanyak tiga ulangan dan setiap ulangan terdiri atas 25 butir benih. Pengamatan
dilakukan pada hari ke-5 dan ke-7 setelah benih dikecambahkan.
30 cm 30 cm
Benih padi ditanam dengan posisi ketinggian Kertas stensil digulung dan posisi
30 cm pada kertas stensil (2 lembar). benih tetap pada ketinggian 30 cm.
Ketinggian
Air ± 2 cm
Panjang diukur dari ujung akar hingga pangkal akar dengan satuan
centimeter.
Percobaan Pendahuluan
Penentuan Metode Terbaik untuk Pengujian Vigor Daya Simpan (VDS)
Pengusangan cepat secara kimia yang telah banyak dilakukan terdahulu
umumnya menggunakan uap etanol dengan konsentrasi 96% dengan
menggunakan alat pengusangan cepat, namun pada penelitian ini seperti yang
dilakukan oleh Addai dan Kantanka (2006) dilakukan dengan metode perendaman
etanol dengan konsentrasi yang lebih tinggi yaitu 96%. Perendaman benih padi
gogo, rawa, dan sawah direndam menggunakan larutan etanol 96% dilakukan
dengan interval waktu 0, 30, 60, 90, 120, 150, 180, 210, 240, 270, dan 300 detik.
Tolok ukur yang diamati pada adalah daya berkecambah (DB).
Daya berkecambah (DB) benih padi gogo, rawa, dan sawah pada masing-
masing taraf perlakuan pengusangan (Tabel 1) menunjukkan bahwa benih ketiga
jenis padi mengalami penurunan daya berkecambah sejalan dengan bertambah
lamanya pengusangan. Hasil sidik ragam disajikan pada Lampiran 4 sampai
dengan Lampiran 6.
Tabel 1. Rata-rata Daya Berkecambah (DB) Padi Gogo, Padi Rawa, dan
Padi Sawah
Lama Waktu Pengusangan (detik)
Kelompok
0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300
Sawah 93 86 78 68 55 41 27 16 7 2 0
Gogo 95 87 83 77 69 57 42 26 13 4 0
Rawa 90 83 77 69 57 43 27 14 6 2 0
Viabilitas benih antar jenis padi relatif sama ketika didera dengan etanol pada
waktu pengusangan 30 detik dengan nilai daya berkecambah > 80 %. Penentuan
waktu pengusangan yang digunakan pada percobaan utama mengacu pada
penurunan viabilitas potensial dengan tolok ukur daya berkecambah mencapai
60% (P40) (Sadjad et al., 1999). Hasil rata-rata daya berkecambah (Tabel 1) dapat
dilihat bahwa waktu pengusangan yang dapat menggambarkan penurunan
viabilitas potensial mencapai 69% pada padi gogo dengan waktu pengusangan
120 detik, namun waktu pengusangan yang tepat untuk mencapai viabilitas
potensial benih padi gogo sebesar 60% adalah 123 detik mengacu pada persamaan
linier y = -20.792 x + 102.79 (Gambar 2).
80 Padi Sawah
y = -19.288 x + 93.049
70 R² = 0.9662
60
Padi Rawa
50 y = -18.918 x + 91.453
40 R2 = 0.9589
30
20
10
0
0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330
Waktu Pengusangan (detik)
Tabel 2. Nilai Tengah Daya Berkecambah (%) Benih Padi pada Berberapa
Potensial Air Polyethylene Glycol (PEG) 6000
Potensial Air (Bar) Daya Berkecambah (%) *)
0 95a
-1.5 92a
-2 75b
-2.5 69b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%
Hasil dari rata-rata daya berkecambah benih padi pada taraf potensial air
PEG 6000 -1.5 bar memperlihatkan hasil yang tidak berpengaruh nyata dengan
kontrol. Penggunaan PEG dengan potensial air -2 bar memberikan hasil yang
nyata bila dibandingkan dengan kontrol dan perlakuan potensial air -1.5 bar, hal
ini menunjukkan bahwa pada potensial air -2 bar PEG-6000 benih sudah
mengalami gejala tercekam. Menurut Aryati (2011) penggunaan PEG-6000
dengan potensial air -2 bar merupakan level yang tepat untuk mengidentifikasi
toleransi benih padi terhadap cekaman kekeringan.
Percobaan pendahuluan tingkat ketinggian kekeringan yang dilakukan
menggunakan kertas stensil bertujuan untuk mencari satu metode yang yang dapat
membedakan antara varietas yang peka dan toleran kekeringan. Hasil penelitian
Madyasari (2011) menunjukan bahwa kertas stensil dengan posisi ketinggian
tanaman 30 cm merupakan metode terpilih yang dapat membedakan antara
genotipe peka dan toleran kekeringan. Metode kertas stensil diaplikasikan dengan
metode UKD (Uji Kertas Digulung) yang diletakan dalam posisi berdiri pada
wadah yang berisikan air setinggi 3 cm dan 2 cm. Air pada wadah dijaga
ketinggiannya sampai 7 HST (Hari Setelah Tanam).
Hasil penelitian Fatimah (2010) menunjukan bahwa penggunaan media kertas tisu
towel 4000 ppm dengan UDK (Uji Diatas Kertas) merupakan metode terpilih
yang dapat membedakan varietas yang toleran dan peka salinitas dengan tolok
ukur panjang akar, panjang tajuk, panjang bibit, bobot akar, bobot tajuk, bobot
bibit. Kondisi ini terlihat pada kelompok padi rawa yang diberi perlakuan
cekaman garam NaCl 4000 ppm (Tabel 4) dengan nilai daya berkecambah
sebesar 79.6 % berbeda nyata dengan kontrol dan konsentrasi NaCl 3000 ppm.
Percobaan Utama
Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang dapat ditunjukkan melalui
gejala metabolisme atau gejala pertumbuhan, selain itu daya berkecambah juga
merupakan tolok ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad, 1993). Pada
umumnya viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh
menjadi kecambah pada kondisi yang optimum. Pengujian viabilitas benih pada
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui viabilitas awal benih yang akan
digunakan. Genotipe padi gogo yang digunakan pada penelitian ini memiliki daya
berkecambah (DB) berkisar antara 93% - 80%, padi sawah berkisar antara 94% -
80%, dan padi rawa berkisar antara 97% - 82.67%.
Pengujian Vigor Daya Simpan (VDS) menggunakan Metode Pengusangan
Cepat Kimia (MPCK) Terpilih
Pada Tabel 6 terlihat bahwa genotipe padi gogo yang diduga memiliki
vigor daya simpan yang tinggi, yaitu genotipe B11592F-MR-16-1-5-6, B12799E-
TB-1-1-4, B12476E-MR-19-2, B1249C-MR-21-2-5, B11787E-2-9-6, dan
B12844-MR-24-6 dengan persentase nilai tengah da\D EHUNHFDPEDK
Genotipe-genotipe yang diduga memiliki daya berkecambah tinggi juga memiliki
nilai indeks vigor dan berat kering kecambah normal yang tinggi dibandingkan
dengan genotipe lainnya.
Genotipe padi rawa yang diduga memiliki vigor daya simpan yang tinggi,
adalah B13131-7-MR-1-KA-5, B13131-7-MR-1-KA-1, B13138-7-MR-KA-12,
dan B13132-8-MR-3-KA-2 GHQJDQ SHUVHQWDVH QLODL WHQJDK GD\D EHUNHFDPEDK
60% (Tabel 7). Daya bekecambah yang tinggi tidak selalu menggambarkan nilai
indeks vigor yang tinggi juga, terlihat pada genotipe B13132-8-MR-3-KA-2 yang
memiliki daya berkecambah 72% dengan indeks vigor 24 % yang tidak berbeda
nyata dengan genotipe B13131-4-MR-1-KA-2 yang memiliki daya berkecambah
60%.
Tabel 7. Daya Berkecambah, Indeks Vigor, dan Berat Kering Kecambah Normal
Genotipe Padi Rawa pada Pengujian Vigor Daya Simpan
A B
Keterangan : A) Genotipe padi yang memiliki vigor tinggi setelah pengusangan,
B) Genotipe padi yang memiliki vigor rendah
1. Kondisi Kekeringan
Pengujian vigor kekuatan tumbuh (VKT) pada benih padi gogo dan padi
sawah menggunakan larutan PEG-6000 dengan potensial air -2 bar dan pengujian
tingkat kekeringan menggunakan kertas stensil (1-1) menggunakan metode UKD
(Uji Kertas Digulung) dengan ketinggian posisi tanaman 30 cm dari permukaan
air yang diletakan vertikal pada wadah yang berisikan air ± 2 cm. Tolok ukur
yang diamati pada kedua metode ini sama, kecuali tolok ukur indeks vigor tidak
diamati pada metode pengujian VKTKekeringan(Ketinggian).
Hasil rekapitulasi sidik ragam (Tabel 9) menunjukan bahwa faktor
genotipe padi gogo memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap tolok ukur
daya berkecambah, berat kering kecambah normal dan panjang plumula, namun
tidak berpengaruh nyata terhadap indeks vigor, panjang kecambah, dan panjang
akar pada perlakuan PEG-6000 dengan potensial air -2 bar. Genotipe padi sawah
juga memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap tolok ukur daya
berkecambah, indeks vigor, berat kering kecambah normal, panjang kecambah,
dan panjang plumula, namun tidak berpengaruh nyata terhadap panjang akar.
Tabel 9. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengujian Vigor Kekuatan Tumbuh
(VKT) pada Kondisi Sub-Optimum Kekeringan dengan Metode
PEG-6000 -2 Bar dan Metode Tingkat Ketinggian
Fhitung
Kelompok SK db
DB IV BKKN PK PP PA
------------------------------------------PEG 6000 -2bar----------------------------------------
Genotipe 9 27.62** 1.60tn 15.78** 1.61tn 4.94** 1.45tn
Padi Gogo
Ulangan 2 2.19tn 0.97 0.30tn 1.44tn 4.86** 3.02tn
Padi Genotipe 19 8.37** 7.68** 3.30** 3.83** 10.91** 1.43tn
Sawah Ulangan 2 0.72tn 0.40tn 0.22tn 8.61** 1.18tn 8.13**
------------------------------------------Tingkat Ketinggian -------------------------------------
Genotipe 9 6.51** (-) 9.13** 5.57** 12.14** 3.67tn
Padi Gogo
Ulangan 2 7.92** (-) 10.18** 0.39tn 2.51tn 0.38tn
Padi Genotipe 19 4.83** (-) 1.00tn 1.65tn 1.28tn 2.08*
Sawah Ulangan 2 0.27tn (-) 0.83tn 12.22 4.89* 14.06**
Keterangan : SK = Sumber Keragaman, db = derajat bebas, DB = Daya Berkecambah, IV =
Indeks Vigor, BKKN = Berat Kering Kecambah Normal, PK = Panjang Kecambah,
PP = Panjang Plumula, PA = Panjang Akar, ** : Sangat nyata, * = Nyata, tn = Tidak
nyata, (-) = tidak dilakukan pengamatan.
Perlakuan VKTKekeringan(Ketinggian) pada benih padi gogo, genotipe
berpengaruh sangat nyata terhadap tolok ukur daya berkecambah, berat kering
kecambah normal, panjang kecambah, serta panjang plumula, namun tidak
berpengaruh nyata terhadap panjang akar. Pada benih padi sawah, genotipe
berpengaruh sangat nyata terhadap tolok ukur daya berkecambah dan berpengaruh
nyata terhadap tolok ukur panjang akar, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap
berat kering kecambah normal, panjang kecambah dan panjang plumula.
Panjang akar biasa digunakan sebagai parameter tingkat toleransi
tanaman terhadap kekeringan. Kecambah yang memiliki akar primer yang lebih
panjang memiliki tingkat toleransi kekringan yang lebih baik. Vallejo dan Kelly
dalam Hanum et al. (2007) menyatakan bahwa karakter morfologi atau fenotipik
yang umum untuk menduga tingkat toleransi tanaman terhadap cekaman
kekeringan dapat diketahui dengan mengamati perkembangan perakaran yang
dapat digunakan untuk membedakan tanaman yang tahan atau toleran dengan
tanaman yang peka.
Berdasarkan hasil analisis uji lanjut (Tabel 10) menunjukkan bahwa
respon genotipe pada nilai tengah semua tolok ukur yang diamati dalam pengujian
VKTKekekringan(PEG) memiliki respon yang berbeda. Genotipe padi gogo yang diduga
memiliki kekuatan tumbuh yang baik pada kondisi sub-optimum kekeringan
adalah genotipe yang memiliki nilai tertinggi pada seluruh tolok ukur yang
diamati. Pada penelitian ini genotipe padi gogo yang diduga memiliki kekutan
tumbuh yang baik pada kondisi sub-optimum kekeringan adalah B12799E-TB-1-
1-4.
Tabel 10. Daya Berkecambah, Indeks Vigor, Berat kering Kecambah
Normal, Panjang Kecambah, Panjang Plumula, Panjang Akar
Genotipe Padi Gogo pada Kondisi Kekeringan PEG -2 Bar
Panjang
BKKN
GENOTIPE DB (%) IV (%)x
(g)
K (cm) P (cm) A (cm)
Padi Gogo
Padi Sawah
B11730-MR-12-2-SI-2-4-4-3-1-2-MR-2-2-
PN-2-5 66.67a 4.80abcd 0.76a 12.56cde 3.47cd 9.03abc
B11742-RS*2-4-MR-16-3-2-SI-4-4-MR-3-
PN-3-2 65.33ab 4.72abcd 0.76a 11.60e 3.50cd 9.03abc
CIHERANG 65.33ab 6.14a 0.75abc 13.17abcd 3.57cd 9.63abc
B11730-MR-12-2-SI-2-4-4-3-1-2-MR-2-2-
PN-1-5 62.67ab 5.32abc 0.75abcde 13.03abcde 3.43cd 9.56abc
B12510-21-SI-3-1-MR-2-PN-3-1 62.67ab 5.53abc 0.75abcde 14.43a 4.76a 9.6abc
B12006-RS*1-2-7-3-SI-3-MR-3-PN-2-5 62.67ab 5.17abc 0.75abcde 12.33de 3.53cd 8.80bc
B11730-MR-12-2-SI-2-4-4-3-1-2-MR-2-2-
PN-2-4 61.33ab 4.98abcd 0.74abcde 12.70cde 3.63cd 9.06abc
B12328D-PN-49-3-2-4 61.33ab 4.33abcd 0.7658a 14.10ab 4.16b 9.90ab
B11730-MR-12-2-SI-2-4-4-3-1-2-MR-2-2-
PN-2-3 61.33ab 5.81ab 0.75abcd 12.27cde 3.43cd 8.67bc
B12510-21-SI-3-1-MR-2-PN-3-1 60abc 4.27abcd 0.75abcde 14.30a 4.86a 9.60abc
B12258-7-MR-5-SI-2-MR-3-PN-3-3 50.67abcd 4.18bcd 0.73def 12de 3.23d 8.76bc
B12319D-PN-28-1-2-2 50.67abcd 3.80cde 0.75abcde 12.50cde 3.50cd 9.03abc
B12328D-PN-49-3-2-1 46.67bcde 4.33abcd 0.76ab 14.17ab 4.67a 9.53abc
B12319D-PN-28-1-2-1 46.67bcde 3.65cde 0.74abcde 13.10abcde 3.87bc 9.23abc
B12743-MR-15-5-3-PN-1-4 41.33cde 3.12def 0.73bcdef 11.90de 3.23d 8.70bc
B11742-RS*2-4-MR-16-3-2-SI-4-4-MR-3-
PN-2-4 32def 2.38efg 0.73cdef 13.50abc 3.27d 10.20a
B12743-MR-15-5-3-PN-1-5 30.67ef 1.91fg 0.73bcdef 11.70e 3.33cd 8.36c
B11742-RS*2-4-MR-16-3-2-SI-4-4-MR-3-
PN-2-1 29.33ef 1.64fg 0.73bcdef 12.87bcde 3.10d 9.80ab
B12744B-MR-4-2-PN-1-5 22.67fg 1.64fg 0.72ef 12.43cde 3.30d 9.13abc
DODOKAN 9.33g 0.7g 0.70f 12.10cde 3.30d 8.83abc
BKKN Panjang
GENOTIPE DB (%)
(g) K (cm) P (cm) A (cm)
Padi Sawah
B12743-MR-15-5-3-PN-1-4 83.33a 0.04abc 14.700ab 4.5667abc 10.1333a
B12328D-PN-49-3-2-1 83.33a 0.05ab 16.867a 6.2333a 10.6000a
B12319D-PN-28-1-2-1 80a 0.04abc 15.367ab 5.4667abc 9.9667a
B12319D-PN-28-1-2-2 76.67a 0.04abc 14.900ab 5.0333abc 9.8333a
B12744B-MR-4-2-PN-1-5 73.33ab 0.04abc 14.500abc 4.4333abc 10.1000a
B12743-MR-15-5-3-PN-1-5 73.33ab 0.04abc 14.800ab 4.5667abc 10.2333a
B12328D-PN-49-3-2-4 70abc 0.04abc 16.533ab 5.7333abc 10.8000a
B11730-MR-12-2-SI-2-4-4-3-1-2-MR-2-2-PN-2-3 66.67abc 0.05ab 16.100ab 5.8333ab 10.2667a
CIHERANG 66.67abc 0.03abc 15.067ab 5.4000abc 9.6667a
B12006-RS*1-2-7-3-SI-3-MR-3-PN-2-5 66.67abc 0.03abc 15.700ab 4.7667abc 10.9667a
B11742-RS*2-4-MR-16-3-2-SI-4-4-MR-3-PN-2-1 66,67abc 0.03abc 15.400ab 4.4333abc 10.9000a
B11730-MR-12-2-SI-2-4-4-3-1-2-MR-2-2-PN-2-4 60abc 0.04abc 15.467ab 4.667abc 10.7000a
B11730-MR-12-2-SI-2-4-4-3-1-2-MR-2-2-PN-2-5 60abc 0.02bc 15.167ab 5.3000abc 9.9000a
B11730-MR-12-2-SI-2-4-4-3-1-2-MR-2-2-PN-1-5 56.67abc 0.02bc 14.533abc 4.3000bc 10.2667a
B11742-RS*2-4-MR-16-3-2-SI-4-4-MR-3-PN-3-2 56.67abc 0.03abc 14.967ab 4.7667abc 10.2333a
B11742-RS*2-4-MR-16-3-2-SI-4-4-MR-3-PN-2-4 56.67abc 0.02bc 14.000bc 4.2667bc 9.7667a
B12510-21-SI-3-1-MR-2-PN-3-1 46.67abc 0.03abc 14.233abc 4.4667abc 9.4000a
B12510-21-SI-3-1-MR-2-PN-3-1 46.67abc 0.07a 13.867bc 4.8000abc 9.4667a
B12258-7-MR-5-SI-2-MR-3-PN-3-3 43.33c 0.03abc 14.633abc 4.4333abc 10.2333a
DODOKAN 13.33d 0.00c 12.000c 4.0000c 8.000b
Fhitung
SK db
DB IV BKKN PK PP PA
15 3.54** 4.72** 3.38** 3.35** 4.02** 0.95tn
Genotipe
2 7.92** 2.26tn 8.26** 21.45** 30.71** 0.53tn
Ulangan
BKKN Panjang
GENOTIPE DB (%) IV (%)x
(gram)
K (cm) P (cm) A (cm)
B13159-3-MR-1-KA-4 72abc 5.07ef 0.130abcde 15.20bcdef 5.60abcde 9.60a
Tabel 16. Koefisien Korelasi antara Peubah Daya Berkecambah pada Vigor
Daya Simpan dengan Beberapa Tolok Ukur Vigor Kekuatan
Tumbuh pada Kondisi Kekeringan dan Salinitas
Tolok Ukur
Kel
VDS DB(%) IV(%) BKKN(g) PK(cm) PP(cm) PA(cm)
VKTKekringan(PEG)
G DB(%) 0.33tn 0.55** 0.56** 0.04tn 0.11tn 0.0009tn
S DB(%) 0.67** 0.48** 0.55** 0.16tn 0.12tn 0.09tn
VKTKekeringan(Ketinggian)
G DB(%) 0.51** (-) 0.36tn 0.04tn -0.072tn 0.075tn
S DB(%) 0.23tn (-) 0.14tn 0.33** 0.17tn 0.17tn
VKTSalin(NaCl)
R DB(%) 0.32* 0.35** 0.19tn 0.17tn 0.14tn 0.15tn
Keterangan : G = Kelompok Padi Gogo, S = Kelompok Padi Sawah, R= Kelompok Padi Rawa,
DB = Daya Berkecambah, IV = Indeks Vigor, BKKN = Berat Kering Kecambah
Normal, PK = Panjang Kecambah, PP = Panjang Plumula, PA = Panjang Akar
Berdasarkan hasil analisis korelasi terlihat bahwa tolok ukur daya
berkecambah pada pengujian VKTKekeringan(Ketinggian) memiliki korelasi positif yang
sangat nyata tetapi kecil terhadap tolok ukur daya berkecambah pada pengujian
vigor daya simpan (VDS) padi gogo yaitu sebesar 0.51, sedangkan sedangkan
dengan tolok ukur pengujian lainnya tidak berkorelasi nyata dengan tolok ukur
pengujian vigor daya simpan (VDS) (Tabel 16). Pada padi sawah tolok ukur
panjang kecambah pengujian VKTKekeringan(Ketinggian) memiliki korelasi positif yang
sangat nyata tetapi kecil terhadap tolok ukur daya berkecambah pada pengujian
vigor daya simpan (VDS) yaitu sebesar 0.33, sedangkan dengan tolok ukur
pengujian lainnya tidak berkorelasi nyata dengan tolok ukur pengujian vigor daya
simpan (VDS).
Hasil korelasi antara tolok ukur vigor daya simpan padi rawa dengan
tolok ukur vigor kekuatan tumbuh padi rawa dapat dilihat pada Tabel 16. Tolok
indeks vigor pada pengujian VKTSalin(NaCl)memiliki nilai koefisien korelasi positif
dan sangat nyata tetapi kecil terhadap tolok ukur daya berkecambah pada
pengujian vigor daya simpan (VDS) sebesar 0.35, namun tolok ukur daya
berkecambah pada pengujian VKTSalin(NaCl) memiliki nilai koefisien korelasi positif
yang nyata tetapi kecil terhadap tolok ukur daya berkecambah pada pengujian
vigor daya simpan (VDS) sebesar 0.32.
Korelasi antar tolok ukur pada pengujian vigor daya simpan (VDS)
dengan vigor kekuatan tumbuh (VKT) (PEG, Kekeringan Ketinggian, Salinitas)
menunjukan bahwa ada hubungan keeratan antara tolok ukur tersebut, dimana
tolok ukur vigor daya simpan (VDS) secara tidak langsung dapat menggambarkan
keadaan tolok ukur yang ada pada pengujian vigor kekuatan tumbuh (VKT).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pengujian vigor daya simpan (VDS) dengan metode pengusangan cepat
kimia pada benih padi gogo, rawa dan sawah memiliki waktu penderaan yang
berbeda untuk mencapai viabilitas 60% (P40). Waktu penderaan yang digunakan
untuk mencapai viabilitas 60% (P40) pada padi gogo, rawa dan sawah berturut -
turut 123 detik, 100 detik, dan 103 detik. Metode yang tepat untuk pengujian
vigor kekuatan tumbuh (VKT) pada kondisi kekeringan yaitu menggunakan PEG
600 dengan potensial air -2.0 bar (VKTKekeringan(PEG)) dan menggunakan (1-1)
lembar kertas stensil yang diletakan pada wadah dengan ketinggian volume air 2
cm (VKTKekeringan(Ketinggian)). Metode pengujian VKTKekeringan(Ketinggian) merupakan
metode terbaik dalam pengujian VKT kekeringan karena lebih mudah dan cepat.
Metode pengujian VKT pada benih padi rawa yang terbaik yaitu menggunakan
NaCl dengan konsentrasi 4000 ppm. Terdapat korelasi yang signifikan antara V DS
dan VKT terhadap kekeringan (0.48-0.67), antara VDS dan VKT salin (0.32-0.35).
Genotipe dengan VDS tertinggi berturut-turut untuk padi gogo, padi sawah,
dan padi rawa adalah B11592F-MR-16-1-5-6, B11742-RS*2-4-MR-16-3-2-SI-4-
4-MR-3-PN-3-2, dan B13131-7-MR-1-KA-5. Genotipe dengan VKTKekeringan(PEG)
dan VKTKekeringan(Ketinggian) tertinggi adalah B12799E-TB-1-1-4 pada padi gogo,
B12510-21-SI-3-1-MR-2-PN-3-1 dan B12743-MR-15-5-3-PN-1-4 pada padi
sawah, sedangkan genotipe tertinggi VKTSalin(NaCl) pada padi rawa adalah B13143-
8-MR-3-KA-14.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan di lapang dengan mengaplikasikan
metode yang telah dihasilkan dalam penelitian ini untuk membuktikan kebenaran
metode pengujian VDS menggunakan metode pengusangan cepat kimia rendaman
96% dan metode pengujian VKT pada kondisi kekeringan dan salinitas.
DAFTAR PUSTAKA
Addai, L.K. and O.S Kantanka. 2006. Evaluation of screening methods for
improved storability of soybean seed international. Journal of Botany 2(2):
152-155.
Asiedu, E.A., A.A Powell, and T. Stuchburry. 2000. Cowpea seed coat chemical
analysis in relation to storage seed quality. African Crop Science Journal
8(3): 283-294.
Copeland, L.O. and M.B. McDonald. 2001. Principles of Seed Science and
Technology. Burgess Publishing Company. New York. 369 p.
Fatimah, S. 2010. Pengujian Toleransi Genotipe Padi (Oryza sativa L.) terhadap
Salinitas Pada Fase Perkecambahan. Skripsi. Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 41 hal.
Gomez, K.A. dan A.A. Gomez. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian
Pertanian (diterjemahkan dari : Statistical Prosedures for Agricultural
Research, penerjemah : E. Sjamsuddin dan J.S. Baharsjah). Penerbit
Universitas Indonesia. Jakarta. 698 hal.
,O\DV63HQJDUXK)DNWRU³,QGXFHG´GDQ³(QIRUFHG´WHUKDGDS9LJRU%HQLK
Kedelai (Glycine max L.) dan Hubungannya dengan Produksi per Hektar.
Tesis. Bogor. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 81
hal.
Intenational Seed Testing Association. 2007. Seed Science and Tecgnology.
International Rules for Seed Testing. Zurich: International Seed Testing
Association.
Lu, B.R. 1999. Taxonomy of the genus Oryza (Poaceae): Historical perspective
and current status. Mini review. IRRN 24(3): 4-8.
Marwanto. 2004. Soybean seed coat characteristics and its quality losses during
incubator aging and storage. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia
6(2):57-65.
Purwono dan H. Purnamawati. 2007. Budi Daya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul.
Penebar Swadaya. Jakarta. 139 hal.
Sadjad, S. 1993. Dari Benih kepada Benih, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Jakarta. 144 hal.
Sadjad, S., E. Murniati, dan S. Ilyas. 1999. Parameter Pengujian Vigor Benih dari
Komparatif ke Simulatif. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.
185 hal.
Saenong, S. dan S. Sadjad. 1984. Alat IPB 77-1 untuk Pendeteksian Vigor Benih
Jagung (Zea mays L.) oleh Keragaman Faktor Induced. Jurusan Agronomi,
Faperta IPB. Bogor.
Sahila, L. 2006. Evaluasi Karakter Agronomi beberapa Populasi Padi Gogo
(Oryza sativa L.) Generasi F4 Hasil Silang Ganda. Skripsi. Departemen
Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Bogor. 68 hal.
Salisbury, F.B. dan Ross, C.V. 1992. Fisiologi Tumbuhan ( diterjemahkan dari :
Plant physiology, penerjemah : Lukman dan Sumaryono). ITB Press.
Bandung. 343 hal.
Subagyo, A. 2006. Lahan rawa lebak. Dalam Didi Ardi S et al. (eds.).
Karakteristik dan Pengelolaan Lahan Rawa. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian. Bogor. Hlm. : 99-116.
Sutami. 2004. Potensi hasil galur-galur padi pasang surut terpilih pada kondisi
lahan pasang surut sulfat masam. Jurnal Agrosain 6(2): 53-57 hal.
Toha, H.M. 2005. Padi Gogo dan Pola Pengembangannya. Balai Penelitian
Tanaman padi. Subang. 48 hal.
Genotipe
Padi Gogo Padi Rawa Padi Sawah
B10891B-MR-3-KN-4-1-1-
Situpatenggang Aek Sibundong
MR-1
Inpago 5 Inpara ± 2 Ciherang
Jati Luhur IR-42 B11844-7-17-3
Batutugi B10553E-KN-6-1 BP-1002E-MR-2
B11283-6C-PN-5-MR-2-3-Si-1-2-
Limboto B11586F-MR-11-2-1
1-1
Keterangan :
C = konsentrasi ( gram )
T = suhu (0C)
x Kebutuhan PEG-6000 untuk 1 liter larutan -2.0 bar, yaitu 126.062 gram/liter
ି࢈േඥ࢈ ିࢇࢉ
¾ C1,2 =
ࢇ
ିǤૠേඥǤૠ ିሺૢǤૢሻሺሻ
¾ C1,2 =
ሺૢǤૢሻ
ିǤૠേૠૠǤૢ
¾ C1,2 =
ૡǤૠૡ
x Kebutuhan PEG-6000 untuk 1 liter larutan -1.5 bar, yaitu 106.731 gram/liter
x Kebutuhan PEG-6000 untuk 1 liter larutan -2.5 bar, yaitu 143.143 gram/liter
Lampiran 4. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Waktu Pengusangan Cepat Kimia
(PCK) terhadap Genotipe Padi Sawah pada Tolok Ukur Daya
Berkecambah (DB)