Anda di halaman 1dari 69

PENGUJIAN VIGOR DAYA SIMPAN

DENGAN METODE PENGUSANGAN CEPAT KIMIA


SERTA PENGUJIAN VIGOR KEKUATAN TUMBUH
PADA BENIH PADI (Oryza sativa L.)

NAZIMA MAULIDYA

A24070087

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011
RINGKASAN

NAZIMA MAULIDYA. Pengujian Vigor Daya Simpan dengan Metode


Pengusangan Cepat Kimia Serta Pengujian Vigor Kekuatan Tumbuh Pada
Benih Padi (Oryza sativa L.). (Dibimbing oleh FAIZA C. SUWARNO dan
SUWARNO).
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mendapatkan metode pengusangan
cepat yang terbaik dan mudah untuk pengujian vigor daya simpan benih padi
gogo, padi rawa, dan padi sawah. Disamping itu mempelajari korelasi antara
Vigor Daya Simpan (VDS) dan Vigor Kekuatan Tumbuh (VKT) benih padi gogo,
padi rawa, dan padi sawah. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan
Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakults Pertanian,
Institut Pertanian Bogor, pada bulan April sampai Agustus 2011.
Penelitian ini terdiri dari dua percobaan, yaitu percobaan pendahuluan
dan percobaan utama. Percobaan pendahuluan bertujuan untuk mendapatkan
lamanya waktu pengusangan pada Metode Pengusangan Cepat Kimia (MPCK)
pada benih padi, dan mendapatkan tingkat konsentrasi PEG-6000 dan NaCl pada
metode kekeringan dan salinitas, serta mendapatkan jumlah kertas yang dapat
mensimulasikan cekaman kekeringan pada perlakuan tingkat ketinggian. Waktu
pengusangan kimia yang digunakan adalah 0, 30, 60, 90, 120, 150, 180, 210, 240,
270, dan 300 detik. Percobaan potensial air PEG-6000 pada benih padi gogo
terdiri dari -1.5, -2.0, -2.5 bar dan tingkat salinitas pada benih padi rawa dengan
konsentrasi NaCl 3000, 4000, dan 5000 ppm. Jumlah kertas yang digunakan pada
perlakuan tingkat kekeringan, yaitu 1-1 dan 1-2 lembar. Rancangan yang
digunakan yaitu Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu
faktor yaitu lama waktu pengusangan pada pengujian vigor daya simpan,
potensial air PEG-6000 pada pengujian vigor kekuatan tumbuh terhadap
kekeringan, konsentrasi NaCl pada pengujian vigor kekuatan tumbuh terhadap
salin, dan jumlah kertas pada pengujian vigor kekuatan tumbuh berdasarkan
tingkat ketinggian. Percobaan ini menggunakan masing-masing lima genotipe
padi gogo, padi rawa, dan padi sawah. Setiap perlakuan diulang sebanyak empat
kali menggunkan 25 butir benih/perlakuan, kecuali pada pengujian
VKTKekeringan(Ketinggian) diulang sebanyak tiga kali menggunakan 10 butir
benih/genotipe.
Percobaan utama terdiri dari tiga pengujian, yaitu pengujian vigor awal
benih, pengujian vigor daya simpan (VDS) benih melalui Metode Pengusangan
Cepat Kimia (MPCK) dan pengujian vigor kekuatan tumbuh (VKT) benih pada
kondisi sub-optimum (cekaman kekeringan dan salinitas), yang diaplikasikan
pada 10 genotipe padi gogo, 20 genotipe padi sawah, dan 16 genotipe padi rawa.
Lama penderaan yang digunakan hasil dari percobaan pendahuluan, untuk
genotipe padi gogo didera selama 123 detik, genotipe padi rawa didera selama
100 detik, dan genotipe padi sawah didera selama 103 detik. Metode cekaman
kekeringan terpilih yang diaplikasikan pada genotipe padi gogo dan padi sawah
menggunakan potensial air PEG-6000 -2.0 bar (VKTKekeringan(PEG)) dan pada
perlakuan tingkat ketinggian (VKTKekeringan(Ketinggian)) jumlah kertas yang digunakan
1-1 lembar dengan ketinggian air 2 cm dari permukaan wadah, sedangkan pada
cekaman salinitas konsentrasi yang digunakan adalah NaCl 4000 ppm
(VKTSalin(NaCl)). Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap
Teracak (RKLT) satu faktor (genotipe padi), yang diulang sebanyak tiga kali
menggunakan 25 butir benih, pada pengujian VKTKekeringan(Ketinggian) menggunakan
10 butir benih.
Terapat korelasi yang signifikan antara VDS dan VKT terhadap kekeringan
(0.48-0.67), antara VDS dan VKT salin (0.32-0.35). Genotipe dengan VDS tertinggi
berturut-turut untuk padi gogo, padi sawah, dan padi rawa adalah B11592F-MR-
16-1-5-6, B11742-RS*2-4-MR-16-3-2-SI-4-4-MR-3-PN-3-2, dan B13131-7-MR-
1-KA-5. Genotipe dengan VKTKekeringan(PEG) dan VKTKekeringan(Ketinggian) tertinggi
adalah B12799E-TB-1-1-4 pada padi gogo, B12510-21-SI-3-1-MR-2-PN-3-1 dan
B12743-MR-15-5-3-PN-1-4 pada padi sawah, sedangkan genotipe tertinggi
VKTSalin(NaCl) pada padi rawa adalah B13143-8-MR-3-KA-14.
PENGUJIAN VIGOR DAYA SIMPAN
DENGAN METODE PENGUSANGAN CEPAT KIMIA
SERTA PENGUJIAN VIGOR KEKUATAN TUMBUH
PADA BENIH PADI (Oryza sativa L.)

Skripsi sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
Pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Nazima Maulidya
A24070087

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011
Judul : PENGUJIAN VIGOR DAYA SIMPAN DENGAN

METODE PENGUSANGAN CEPAT KIMIA SERTA


PENGUJIAN VIGOR KEKUATAN TUMBUH PADA
BENIH PADI (Oryza sativa L.)
Nama : NAZIMA MAULIDYA
NIM : A24070087

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Faiza C. Suwarno, MS Dr. Ir. Suwarno, MS


NIP. 19521008 198103 2 001 NIP. 19520909 198103 1 003

Mengetahui,
Ketua Departemen

Dr. Ir Agus Purwito, M.Sc.Agr


NIP. 19611101 198703 1 003

Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 21 Oktober 1989. Penulis


merupakan anak kedua dari Bapak Muhammad Nasir Manan dan Ibu Ida
Fitrawati.
Penulis menjalani pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 1995 di SDI
Muhammadyah 12 Pamulang. Tahun 2001 penulis lulus dari Sekolah Dasar dan
melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Pamulang dan lulus
pada tahun 2004. Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Umum di
SMA Cenderawasih 1 Jakarta dan lulus pada tahun 2007.
Tahun 2007 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur
USMI (Ujian Seleksi Masuk IPB). Pada tahun 2008 penulis menmpuh pendidikan
di Departemen agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Bogor. Selama menempuh pendidikan di Departemen Agronomi dan Hortikultura,
penulis mendapat kesempatan untuk menjadi asisten praktikum dalam mata kuliah
Dasar Ilmu dan Teknologi Benih pada tahun 2011.
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi
kekuatan dan hidayah-Nya sehingga SHQHOLWLDQ³Pengujian Vigor Daya Simpan
dengan Metode Pengusangan Cepat Kimia serta Pengujian Vigor Kekuatan
Tumbuh pada Benih Padi´LQLGDSDWGLVHOHVDLNDQGHQJDQEDik. Pada kesempatan
kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Faiza C. Suwarno MS dan Dr. Suwarno selaku dosen pembimbing
skripsi, atas bimbingan dan pengarahan yang diberikan kepada penulis.
2. Dr. Ir. M. Rahmad Suhartanto, MS selaku dosen penguji yang telah banyak
memberikan masukan terhadap perbaikkan skripsi penulis.
3. Dr. Ir. Agus Purwito MSc.Agr selaku dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan arahan dalam pelaksanaan akedemik penulis.
4. Ayahanda M. Nasir Manan, ibunda Ida Fitrawati, dan Oma. Corry yang
VHQDQWLDVD PHQGR¶DNDQ GDQ WDN KHQWL-hentinya memberikan motivasi yang
tulus baik moril maupun materiil
5. 0EDN 1DGLD 1DELOD $¶LNL VHUWD NHOXDUJD \DQJ VHQDQWLDVD PHPEHULNDQ
motivasi yang tulus baik moril maupun materiil.
6. Feni dan Cutrisni, teman seperjuangan selama penelitian hingga skripsi ini
selesai.
7. Alm. Yovega, Deviyanti, Anita, Astrid, Dinda, Lana, Adinda, Arlitha,
Karina, Yuanita, Nabila, Rani, Tya dan Surya, terima kasih atas masukan
nasihat, dorongan dan semangatnya.
8. Neneng, Dyah, Citra Sari, Lilis, Galuh, Meyga, Moliya, Lia, Meli, Enen,
Prima, Prama, Andra, Cholis, Evie DJ, Okti, Indah, Mba Nova, Ira, Ima,
Arya serta teman-teman Agronomi dan Hortikultura 44 yang telah
memberikan semangat kepada penulis selama menjalankan penelitian.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat untuk
pihak yang membutuhkan.
Bogor, November 2011
Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ............................................................................................ v

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... Vii


i

PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

Latar Belakang ...................................................................................... 1


Tujuan ................................................................................................... 3
Hipotesis ............................................................................................... 3

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 4

Botani dan Morfologi Tanaman Padi .................................................... 4


Syarat Tumbuh Tanaman Padi Gogo dan Padi Rawa ........................... 4
Vigor Benih ........................................................................................... 5
Vigor Daya Simpan (VDS) ..................................................................... 6
Vigor Kekuatan Tumbuh (VKT) ............................................................ 7
Polyethylene Glycol (PEG) ................................................................... 8
Metode Pengusangan Cepat Kimia ....................................................... 9

BAHAN DAN METODE ................................................................................ 11

Waktu dan Tempat ................................................................................ 11


Bahan dan Alat ..................................................................................... 11
Metode Penelitian ................................................................................. 11
Pelaksanaan Kegiatan ........................................................................... 15
Pengamatan ........................................................................................... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 21

Percobaan Pendahuluan ........................................................................ 21


Percobaan Utama .................................................................................. 25

KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 40

Kesimpulan ........................................................................................... 40
Saran ...................................................................................................... 40

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 41


LAMPIRAN ..................................................................................................... 44
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Rata-rata Daya Berkecambah (DB) Padi Gogo, Padi Rawa, dan Padi
Sawah...................................................................................................... 21

2. Nilai Tengah Daya Berkecambah (%) Benih Padi pada Berberapa


Potensial Air Polyethylene Glycol (PEG) 60000 .................................... 23

3. Pengaruh Metode Pengujian Kekeringan Berdasarkan Ketinggian


terhadap Daya Berkecambah Benih Padi Gogo dan Padi Sawah ........... 24

4. Pengaruh Konsentrasi NaCl Terhadap Daya Berkecambah (%) Benih


Padi Rawa pada Pengujian Vigor terhadap Kondisi Salin .................... 24

5. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh pada Pengusangan Cepat Kimia


terhadap Genotipe Padi tolok ukur DB, IV, dan BKKN.......................... 26

6. Daya Berkecambah, Indeks Vigor, dan Berat Kering Kecambah


Normal Genotipe Padi Gogo pada Pengujian Vigor Daya Simpan ........ 27

7. Daya Berkecambah, Indeks Vigor, dan Berat Kering Kecambah


Normal Genotipe Padi Rawa pada Pengujian Vigor Daya Simpan ........ 28

8. Daya Berkecambah, Indeks Vigor, dan Berat Kering Kecambah


Normal Genotipe Padi Sawah pada Pengujian Vigor Daya Simpan ....... 29

9. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengujian Vigor Kekuatan Tumbuh (VKT)


pada Kondisi Sub-Optimum Kekeringan dengan Metode PEG-6000 -2
Bar dan Metode Tingkat Ketinggian .................................................... 31

10. Daya Berkecambah, Indeks Vigor, Berat kering Kecambah Normal,


Panjang Kecambah, Panjang Plumula, Panjang Akar Genotipe Padi
Gogo pada Kondisi Kekeringan PEG -2 Bar ....................................... 32

11. Daya Berkecambah, Indeks Vigor, Berat kering Kecambah Normal,


Panjang Kecambah, Panjang Plumula, Panjang Akar Genotipe Padi
Sawah pada Kondisi Kekeringan PEG -2 Bar ..................................... 33

12. Daya Berkecambah, Berat kering Kecambah Normal, Panjang


Kecambah, Panjang Plumula, Panjang Akar Genotipe Padi Gogo pada
Kondisi Kekeringan dengan Berdasarkan Ketinggian ............................ 34
13. Daya Berkecambah, Berat kering Kecambah Normal, Panjang
Kecambah, Panjang Plumula, Panjang Akar Genotipe Padi Sawah pada
Kondisi Kekeringan dengan Berdasarkan Ketinggian ............................ 35

14 Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Pengujian VKTSalin(NaCl) terhadap


Genotipe Padi Rawa dengan Konsetrasi NaCl 4000 ppm ...................... 36

15 Daya Berkecambah, Indeks Vigor, Berat kering Kecambah Normal,


Panjang Kecambah, Panjang Plumula, Panjang Akar Genotipe Padi
Rawa pada Kondisi Salin dengan Perlakuan NaCl 4000 ppm ................ 37

16 Koefisien Korelasi antara Peubah Daya Berkecambah pada Vigor Daya


Simpan dengan Beberapa Tolok Ukur Vigor Kekuatan Tumbuh pada
Kondisi Kekeringan dan Salinitas .......................................................... 38
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Pengujian VKTKekeringan(Ketinggian) Menggunakan 2 Lembar Kertas Stensil


pada Ketinggian Air ± 2 cm .................................................................... 17

2. Kurva Hubungan antara Waktu Pengusangan dengan Daya


Berkecambah pada Benih Padi Gogo, Padi Rawa, dan Padi Sawah ....... 22

3. Daya Berkecambah Benih Padi Setelah Pengusangan ............................ 30


DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Daftar Genotipe Padi Gogo, Rawa dan Sawah yang Digunakan pada
Pengujian Pendahuluan ........................................................................... 44

2. Daftar Genotipe yang Digunakan pada Pengujian Utama ....................... 44

3. Perhitungan Kebutuhan Bahan Larutan PEG-6000 ................................ 45

4. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Waktu Pengusangan Cepat Kimia


(PCK) terhadap Genotipe Padi Sawah pada Tolok Ukur Daya
Berkecambah (DB) .................................................................................. 46

5. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Waktu Pengusangan Cepat Kimia


(PCK) terhadap Genotipe Padi Gogo pada Tolok Ukur Daya
Berkecambah (DB) .................................................................................. 46

6. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Waktu Pengusangan Cepat Kimia


(PCK) terhadap Genotipe Padi Rawa pada Tolok Ukur Daya
Berkecambah (DB) .................................................................................. 46

7. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Pengusangan Cepat Kimia (PCK)


terhadap Genotipe Padi Gogo pada Tolok Ukur Daya Berkecambah
(DB), Indeks Vigor (IV), dan Berat Kering Kecambah Normal
(BKKN) ................................................................................................... 47

8. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Pengusangan Cepat Kimia (PCK)


terhadap Genotipe Padi Rawa pada Tolok Ukur Daya Berkecambah
(DB), Indeks Vigor (IV), dan Berat Kering Kecambah Normal
(BKKN) ................................................................................................... 47

9. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Pengusangan Cepat Kimia (PCK)


terhadap Genotipe Padi Gogo pada Tolok Ukur Daya Berkecambah
(DB), Indeks Vigor (IV), dan Berat Kering Kecambah Normal
(BKKN) .................................................................................................. 48

10. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan PEG -2 Bar terhadap Genotipe Padi
Gogo pada Tolok Ukur Daya Berkecambah (DB), Indeks Vigor (IV),
Berat Kering Kecambah Normal (BKKN), Panjang Kecambah (PK),
Panjang Plumula (PP), dan Panjang Akar (PA) ...................................... 49
11. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan PEG -2 Bar terhadap Genotipe Padi
Sawah pada Tolok Ukur Daya Berkecambah (DB), Indeks Vigor (IV),
Berat Kering Kecambah Normal (BKKN), Panjang Kecambah (PK),
Panjang Plumula (PP), dan Panjang Akar (PA) ...................................... 50

12. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Tingkat Ketinggian (TK) terhadap


Genotipe Padi Gogo pada Tolok Ukur Daya Berkecambah (DB), Berat
Kering Kecambah Normal (BKKN), Panjang Kecambah (PK), Panjang
Plumula (PP), dan Panjang Akar (PA) .................................................... 51

13. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Tingkat Ketinggian (TK) terhadap


Genotipe Padi Gogo pada Tolok Ukur Daya Berkecambah (DB), Berat
Kering Kecambah Normal (BKKN), Panjang Kecambah (PK), Panjang
Plumula (PP), dan Panjang Akar (PA) .................................................... 52

14. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan NaCl 4000 ppm terhadap Genotipe
Padi Rawa pada Tolok Ukur Daya Berkecambah (DB), Indeks Vigor
(IV), Berat Kering Kecambah Normal (BKKN), Panjang Kecambah
(PK), Panjang Plumula (PP), Panjang Akar (PA) ................................... 53
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan yang sangat penting di
dunia, melebihi kentang, jagung, gandum dan serealia lainnya. Tanaman ini
dipertimbangkan sangat penting kehadirannya di dunia, karena padi merupakan
makanan pokok bagi lebih dari setengah penduduk dunia (Lu, 1999).
Menurut Badan Pusat Statistik (2010) produksi padi tahun 2010 sebesar
65.98 juta ton Gabah Kering Giling, mengalami peningkatan sebesar 1.58 juta ton
(2.64 %) dibandingkan produksi tahun 2009. Peningkatan produksi padi tersebut
dipicu oleh peningkatan luas panen seluas 234 544 hektar atau naik 1.78 % dari
tahun 2009 sampai 2010. Namun, peningkatan produksi padi tidak sebanding
dengan peningkatan jumlah penduduk yang mencapai 237.6 juta jiwa dengan
konsumsi beras 139 kg/kapita/tahun.
Jumlah produksi padi yang rendah diakibatkan dari berbagai kendala,
diantaranya keterbatasan sumberdaya lahan sebagai akibat konversi lahan pertanian
untuk pemukiman dan industri, pemilikan lahan yang relatif kecil sehingga sulit
berproduksi secara optimal, kualitas agroekosistem yang kian miskin bahkan jenuh input,
dan sebaran produksi yang sebagian besar masih bertumpu di Pulau Jawa.
Usaha peningkatan produksi padi nasional untuk mengimbangi laju
peningkatan kebutuhan beras dilakukan melalui program intensifikasi dan
ekstensifikasi tanaman padi. Program ekstensifikasi di Pulau Jawa dan Bali sudah
tidak memungkinkan lagi karena areal yang tersedia semakin terbatas.
Pengembangan budidaya padi gogo dan padi rawa merupakan alternatif untuk
meningkatkan produksi padi nasional. Strategi ini dilakukan diantaranya melalui
optimalisasi pemanfaatan lahan tidur dan lahan marjinal.
Kontribusi padi gogo dan padi rawa terhadap produksi padi nasional masih
relatif rendah, sehingga diperlukan adanya pengembangan yang lebih luas.
Produktivitas padi gogo sebesar 2.95 ton/ha, jauh lebih rendah dibandingkan
dengan produktivitas padi sawah (Departemen Pertanian, 2009). Rendahnya
produktivitas tersebut disebabkan oleh kondisi iklim dan tanah yang bervariasi,
penerapan teknologi yang belum optimal terutama dalam penggunaan varietas
unggul (Toha, 2005). Ketersediaan benih bermutu dalam jumlah dan waktu yang
tepat juga merupakan faktor yang menyebabkan rendahnyan produktivitas padi
gogo dan padi rawa. Salah satu usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan pengujian
mutu benih yang bertujuan untuk mengetahui mutu atau kualitas dari suatu jenis
atau kelompok benih. Pengujian mutu benih dilakukan untuk menentukan mutu
fisik maupun mutu fisiologi suatu jenis atau kelompok benih (Sutopo, 2004).
Untuk mengetahui kemampuan benih tumbuh normal pada kondisi lapang
yang suboptimum dapat dilakukan melalui deteksi atau pengujian vigor benih
(Sadjad, 1993). Menurut ISTA (2007), vigor adalah karakter benih yang ditunjukan
melalui kecepatan dan keseragaman pertumbuhan benih, kemampuan benih untuk
tumbuh normal pada kondisi sub-optimum, dan viabilitasnya tetap tinggi setelah
disimpan. Sadjad (1994) mengemukakan bahwa Vigor Kekuatan Tumbuh (VKT)
merupakan parameter vigor yang menggambarkan kemampuan benih untuk tumbuh
normal dan berproduksi normal pada kondisi sub-optimum, sedangkan Vigor Daya
Simpan (VDS) menunjukan kemampuan benih mempertahankan vigornya pada
kurun waktu periode simpan.
Pengujian vigor daya simpan (VDS) benih dapat dilakukan dengan berbagai
metode, antara lain dengan menggunakan metode pengusangan cepat (Accelarated
Aging atau Rapid Aging). Pada pengujian vigor kekuatan tumbuh (VKT) kondisi
sub-optimum, benih yang vigor akan tumbuh menjadi kecambah normal, memiliki
kemampuan untuk tumbuh yang baik, dan mengalami deteriorasi yang lebih lambat
dibandingkan benih yang bervigor rendah. Hasil penelitian terdahulu dengan
metode pengusangan cepat terkontrol dengan kadar air benih 20% dan lama
penderaan 24 jam merupakan kondisi yang sesuai untuk menguji vigor benih wijen
di laboratorium, namun tidak terdapat korelasi antara hasil pengusangan cepat
terkontrol (VPCT) dengan vigor kekuatan tumbuh (VKT) di lapang pada kondisi
cekaman suhu tinggi, kecuali dengan panjang akar bibit umur telah 5 minggu
setelah tanam (MST) (Wafiroh, 2010).
Salah satu metode yang dapat digunakan dalam pengujian vigor benih, yaitu
metode pengusangan cepat (MPC) kimia dengan merendam benih pada larutan
etanol 96%. Indikator status vigor benih yaitu laju/kecepatan penurunan viabilitas.
Benih yang memiliki vigor tinggi viabilitasnya akan menurun lebih lambat
dibandingkan benih bervigor rendah. Benih yang vigor juga akan tumbuh menjadi
kecambah normal pada kondisi sub-optimum. Penelitian ini dilakukan untuk
mendapatkan metode pengujian vigor daya simpan benih padi sawah, padi gogo,
dan padi rawa dengan metode pengusangan cepat secara kimia dan pengujian vigor
kekuatan tumbuh benih pada kondisi sub-optimum.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metode pengusangan cepat yang


terbaik dan mudah untuk pengujian vigor benih padi gogo, padi rawa, dan padi
sawah. Disamping itu mempelajari korelasi antara Vigor Daya Simpan (VDS) dan
Vigor Kekuatan Tumbuh (VKT) benih padi gogo, padi rawa, dan padi sawah.

Hipotesis

1. Terdapat metode pengusangan cepat yang terbaik untuk pengujian vigor benih
padi gogo, padi rawa, dan padi sawah.
2. Terdapat korelasi positif antara Vigor Daya Simpan (VDS) dan Vigor Kekuatan
Tumbuh (VKT) benih padi gogo, padi rawa, dan padi sawah.
TINJAUAN PUSTAKA

Botani dan Morfologi Tanaman Padi


Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman semusim yang dalam taksonomi
tumbuh-tumbuhan termasuk famili Graminae. Berdasarkan klasifikasi padi berasal
dari genus Oryza, terdiri dari 25 spesies, dua diantaranya Oryza sativa L. Dan
Oryza glaberrima Steund. Dua diantara subspecies Oryza sativa L. adalah japonica
(padi bulu) dan indica (padi cere). Padi dibedakan menjadi padi sawah yang
ditanaman pada dataran rendah dan memerlukan penggenangan, padi gogo atau
padi yang ditanam pada lahan kering, serta padi rawa yang ditanam pada lahan
yang marjinal atau lahan yang mengalami penggenangan secara terus-menerus.
Padi memiliki bagian vegetatif seperti akar, batang, anakan dan daun. Akar
terdiri dari akar serabut atau adventif. Tanaman padi mempunyai batang yang
beruas-ruas. Panjang batang tergantung pada jenis dan kondisi lingkungan tumbuh.
Bagian generatif tanaman padi terdiri dari malai dan buah padi. Malai adalah
sekumpulan bunga padi (spikelet) yang keluar dari buku paling atas. Pada malai
terdapat cabang-cabang bunga, jumlah cabang mempengaruhi besar rendemen
tanaman padi suatu varietas. Bunga padi merupakan bunga telanjang dan
menyerbuk sendiri yang mempunyai satu bakal buah, enam buah benang sari, serta
dua tangkai putik. Buah padi merupakan benih ortodok yang ditutupi oleh palea
dan lemma.

Syarat Tumbuh Tanaman Padi Gogo dan Padi Rawa


Pertanaman padi tanah kering atau padi gogo adalah suatu cara bercocok
tanam yang sejak permulaan masa pertumbuhan hingga tanaman dapat dipanen
tidak dilakukan penggenangan. Kebutuhan air sepenuhnya tergantung dari curah
hujan. Curah hujan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan padi gogo, yaitu curah
hujan lebih dari 200 mm selama 3 bulan berturut-turut (Sahila, 2006; Purwono dan
Purnamawati, 2007). Pertumbuhan padi gogo sangat dipengaruhi oleh lingkungan
tumbuhnya. Ketersediaan air, ketinggian suatu daerah, dan intensitas cahaya
merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan padi gogo. Padi gogo baik
ditanam pada ketinggian 0 - 1300 m dpl dengan media tanam tanah yang berhumus.
Lahan rawa mempunyai peran penting dalam upaya mempertahankan
swasembada beras dan mencapai swasembada pangan lainnya mengingat semakin
berkurangnya lahan subur untuk area pertanian. Lahan rawa memiliki karakter unik
yaitu sifat genangan dan tanahnya yang masam. Lahan rawa secara khusus
merupakan dataran banjir, dataran meander (sungai berkelok-kelok), dan bekas
aliran sungai tua (oxbow) dan sungai-sungai besar dan anak-anak sungai utamanya
(Subagyo, 2006).
Kendala utama dalam pertanaman padi pada lahan rawa selama ini adalah
genangan yang tinggi dan hujan di hulu yang dapat menimbulkan genangan di
kawasan rawa. Hal tersebut membuat tanaman padi yang pendek tidak dapat
tumbuh baik, atau bibit yang akan ditanam mati terendam, namun apabila tanaman
yang terlalu tinggi dengan batang yang kecil akan menyebabkan tanaman tersebut
rebah (Sutami, 2004). Sebaliknya pada musim kemarau terjadi kekeringan atau
kekurangan air akibat penyaluran (drainase) yang cepat dan penguapan yang tinggi.

Keberhasilan pertanian di lahan rawa lebak sementara ini sangat ditentukan oleh
ketepatan penentuan waktu tanam. Hal ini dikarenakan waktu kering terkadang sangat
pendek hanya 3-4 bulan sehingga banyak tanaman yang belum mencapai waktu panen,
tanaman tenggelam akibat datangnya air yang sukar diduga. Oleh karena itu pemilihan
komoditas dan varietas yang berumur pendek dan toleran terhadap kondisi lahan lebak
diperlukan mutlak.

Vigor Benih
Vigor adalah karakter benih yang ditunjukan melalui kecepatan dan
keseragaman pertumbuhan benih, kemampuan benih untuk tumbuh normal pada
kondisi sub-optimum, dan viabilitasnya tetap tinggi setelah disimpan (ISTA, 2007).
Dengan demikian pengujian vigor benih dapat memberikan informasi yang lebih
banyak dibandingkan dengan pengujian DB, serta bermanfaat untuk melihat potensi
daya simpan dan performa pertumbuhan benih dilapang.
Sadjad (1993) mengemukakan bahwa vigor benih dalam hitungan viabilitas
absolut merupakan indikasi viabilitas benih yang menunjukan benih kuat tumbuh
dilapang dalam kondisi yang suboptimum dan tahan disimpan pada kondisi yang
tidak ideal. Berdasarkan hal tersebut vigor benih dipilah atas dua klasifikasi, yaitu
vigor kekuatan tumbuh (VKT) dan vigor daya simpan (VDS). Kedua macam vigor itu
dikaitkan pada analisis lot benih, merupakan parameter viabilitas absolut yang
peubahnya dapat bermacam-macam.
Sutopo (2004) menyatakan bahwa vigor benih yang tinggi dicirikan antara
lain oleh : (1) tahan disimpan lama (2) tahan terhadap hama dan penyakit (3)
pertumbuhan yang cepat dan merata (4) mampu menghasilkan tanaman dewasa
yang normal dan berproduksi baik dalam keadaan sub-optimum.
Copeland dan McDonald (2001) mengemukakan bahwa proses penuaan atau
mundurnya vigor secara fisiologis ditandai dengan penurunan daya berkecambah,
peningkatan jumlah kecambah abnormal, penurunan pemunculan kecambah di
lapangan (field emergence), terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan
tanaman, meningkatnya kepekaan terhadap lingkungan yang ekstrim yang akhirnya
dapat menurunkan produksi tanaman.
Sadjad et al. (1999) mengungkapkan bahwa kekuatan benih tumbuh di lapang
selain ditentukan oleh faktor dari dalam benih, juga ditentukan oleh faktor dari luar
benih. Faktor dari luar benih antara lain: penyakit, kesuburan lahan, kondisi ruang
suplai air ataupun kelebihan air. Untuk mensimulasi cekaman salinitas tinggi dapat
dilakukan dengan cara melembakan media dengan larutan garam NaCl, sedangkan
untuk mensimulasi cekaman kekeringan dengan cara melembakan media dengan
larutan PEG (Polyethylene glycol).

Vigor Daya Simpan


Daya Simpan (DS) benih ialah kemampuan benih untuk mempertahankan
viabilitasnya tetap tinggi selama disimpan. Daya simpan merupakan parameter lot
benih dalam satuan waktu untuk suatu periode simpan (PS). Benih yang
mempunyai daya simpan lama berarti mampu melampaui periode simpan yang
panjang. Vigor Daya Simpan (VDS) ialah suatu parameter vigor benih yang
ditunjukan dengan kemampuan benih untuk disimpan dalam keadaan suboptimum
atau disimpan dalam keadaan terbuka dan langsung berhubungan dengan udara
luar. Benih yang memiliki VDS tinggi mampu disimpan untuk periode simpan yang
normal dalam keadaan suboptimum dan lebih panjang daya simpannya apabila
ruang simpan dalam keadaan optimum.
Copeland dan McDonald (2001) membagi faktor-faktor yang
mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan menjadi faktor internal dan
eksternal. Faktor internal mencakup sifat genetik, daya tumbuh dan vigor, kondisi
kulit dan kadar air benih awal sedangkan faktor eksternal mencakup kemasan
benih, komposisi gas, suhu dan kelembaban ruang simpan.
Daya simpan benih dinilai dengan tolok ukur waktu, sedangkan parameter
VDS mempunyai tolok ukur tersendiri, sebagai contoh VDSfis (vigor daya simpan
sesudah benih mengalami deraan fisik), dan VDSalk (vigor daya simpan sesudah
benih mengalami deraan alkohol (Sadjad, 1994).
Metode pengusangan cepat terdiri dari MPC fisik dan MPC kimia, metode
ini dapat digunakan untuk menguji VDS. Penelitian Mugnisyah (1991)
mengungkapkan sifat genetik benih antara lain tampak pada permeabilitas dan
warna kulit benih yang berpengaruh terhadap daya simpan benih kedelai. Penelitian
terdahulu menemukan bahwa varietas kedelai berbiji sedang atau kecil umumnya
memiliki kulit berwarna gelap, tingkat permeabilitas rendah, dan memiliki
ketahanan yang lebih baik terhadap kondisi penyimpanan yang kurang optimum
dan tahan terhadap deraan cuaca dibanding varietas yang berbiji besar dan berkulit
biji terang. Menurut Marwanto (2004) kulit benih kedelai ternyata berpengaruh
terhadap mutu benihnya. Kedelai kulit hitam ternyata lebih tahan deraan cuaca dari
pada kedelai berkulit kuning bahkan berkorelasi positif terhadap daya tahan
penyimpanan dengan tolak ukur daya berkecambah.

Vigor Kekuatan Tumbuh


Pengujian mutu benih harus dapat menduga pertumbuhan benih di lapang,
sehingga kebutuhan benih dalam suatu areal pertanaman dapat diestimasi dengan
baik. Pada benih yang memilki nilai KCT yang tinggi akan menunjukan bahwa benih
tersebut memiliki vigor yang lebih tinggi.
Menurut Sadjad (1993), Vigor kekuatan tumbuh dapat diungkapkan oleh
tiga kelompok tolok ukur, yaitu Kecepatan Tumbuh (VKT), Keserempakan Tumbuh
(VST), dan Vigor Spesifik (VKTSpesifik ). KCT diukur berdasarkan jumlah tambahan
perkecambahan setiap hari atau etmal dalam kurun waktu perkecambahan pada
kondisi optimum. Unit peubah KCT adalah % per hari atau % per etmal. Secara
teoritis, KCT maksimal adalah 50% per etmal apabila benih tumbuh normal 100%
sesudah dua etmal. Apabila perkecambahan benih dihitung pada kurun waktu 5
etmal dan pada etmal ke 1,2 masih belum ada tambahan perkecambahan, setelah
etmal ke 3,4, dan 5 masing-masing terdapat pertambahan persentase kecambah
30,40 dan 30 % maka nilai KCT yang didapatkan adalah 10+10+6% per etmal atau
26% per etmal.
Semakin tinggi nilai KCT senakin tinggi pula vigor lot benih tersebut. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Ilyas (1986) menunjukan bahwa peubah kecepatan
tumbuh berkorelasi paling erat dengan produksi per hektar dibandingkan daya
berkecambah, keserempakan tumbuh, tinggi dan jumlah buku produktif.
Tolok ukur Vigor Keserempakan Tumbuh (VST) lebih mengindikasikan
vigor benih secara individual, meski kecepatan tumbuhnya diukur sebagai
persentase bibit atau kecambah normal terhadap seluruh benih yang ditanam atau
dikecambahkan untuk waktu yang ditentukan secara baku. Tolok ukur VKTSpesifik
diuji validitas dan implementasinya untuk menstimulasi vigor benih terhadap
cekaman yang spesifik (Sadjad et al,, 1999).

Polyethylene Glycol
Polietilena glikol merupakan senyawa yang stabil, non ionik, polymer
panjang yang larut dalam air dan dapat digunakan dalam sebaran bobot molekul
yang luas. Polietilena glikol juga merupakan salah satu jenis osmotikum yang biasa
digunakan untuk mensimulasi kondisi kekeringan, karena sifatnya yang dapat
menghambat penyerapan air oleh sel atau jaringan tanaman (Lawor, 1970).
Ciri-ciri PEG yaitu akan menjadi kental jika dilarutkan, tidak berwarna, dan
berbentuk kristal putih. PEG juga disebut juga sebagai polyethyleneoxide (PEO),
polyoxyethylene (POE) dan polyoxirane. PEG memiliki sifat-sifat diantaranya: 1)
larut dalam air, 2) tidak larut dalam ethyl eter, hexane dan ethylene glikol, 3) tidak
larut dalam air yang memiliki suhu tinggi, dan 4) tidak beracun.
Senyawa PEG bersifat larut dalam air dan menyebabkan penurunan
potensial air. Besarnya penurunan potensial air sangat bergantung pada konsentrasi
dan berat molekul PEG. Keadaan seperti ini dimanfaatkan untuk simulasi
penurunan potensial air. Potensial air dalam media yang mengandung PEG dapat
digunakan untuk meniru besarnya potensial air tanah (Michel dan Kaufmann,
1973). Dengan ciri-ciri tersebut, PEG digunakan sebagai agen seleksi sifat
ketahanan terhadap kekeringan.

Metode Pengusangan Cepat Kimia


Metode pengusangan cepat merupakan salah satu metode pengujian vigor
dan pengujian daya simpan benih. Metode uji pengusangan cepat telah diusulkan
oleh Delouche dan Baskin (Asiedu et al., 2000) untuk mengevaluasi daya simpan
benih. Pengusangan cepat secara kimia dapat dilakukan dengan menggunakan
larutan etanol, uap etanol jenuh maupun larutan metanol.
Ocran dalam Addai dan Kantankan (2006) melakukan perendaman benih
kedelai dalam 20% cairan etanol dan 20% cairan metanol selama dua jam, dalam
penelitiannya ia menyimpulkan bahwa perendaman dalam cairan etanol
memberikan indikasi yang lebih baik pada vigor daya simpan beberapa varietas
kedelai dibandingkan dalam cairan metanol.
Delouche dan Baskin dalam Addai dan Kantanka (2006) mengemukakan
bahwa etanol umumnya merupakan metode skrining yang lebih efektif
dibandingkan dengan metode lainnya. Cairan etanol dinyatakan efektif karena telah
menyebabkan perubahan pada sekuens yang sama pada proses deteriorasi yang
mengkarakterisasi penderaan benih dalam penyimpanan. Proses degradasi membran
dan hilangnya permeabilitas kontrol terjadi saat benih mengalami penderaan
khususnya selama penyimpanan. Proses produksi energi dan biosintesis dirusak
dengan menghasilkan peurunan rata-rata respirasi dan pemindahan bahan kering
dari jaringan pendukung ke aksis embrionik, sehingga benih memprlihatkan
kehilangan resistensi yang besar pada cekaman lingkungan.
Etanol adalah senyawa organik yang bersifat nonpolar yang dapat
mendenaturasi protein pada konsentrasi tertentu (Baum dan Scaif dalam Saenong
dan Sadjad, 1984). Selain itu etanol juga bersifat dehidrasi, karena itu dapat
menyerap air yang meliputi koloid protein dan selanjutnya terjadi denaturasi
(Harrow dan Muzur dalam Saenong dan Sadjad, 1984). Etanol juga dapat
menghilangkan integritas membran, meningkatkan permeabilitasnya kemudian
meningkatkan kebocoran hasil metabolisme (Ching dan Schoolcraft dalam Ilyas,
1986).
BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Agustus 2011 di


Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan adalah 5 genotipe padi gogo, 5 genotipe padi


rawa, dan 5 genotipe padi sawah untuk pengujian pendahuluan (Lampiran 1). Pada
pengujian utama digunakan 10 genotipe padi gogo, 16 genotipe padi rawa, dan 20
genotipe padi sawah (Lampiran 2). Benih yang digunakan dalam penelitian ini
berasal dari Instalasi Penelitian Tanaman Padi Muara Bogor. Bahan lain yang
digunakan adalah NaCl 3000 ppm, 4000 ppm, dan 5000 ppm, PEG (Polyethilene
Glycol) dengan potensial air -1.5 bar, -2.0 bar, dan -2.5 bar setara dengan 106.731
g/L, 126.06 g/L, dan 143.14 g/L (Lampiran 3), etanol 96%, kertas merang, kertas
stensil, kertas label dan aquades.
Alat yang digunakan yaitu Alat Pengecambah Benih (APB) IPB 72-1,
timbangan digital, pinset, hand sprayer, alat pengepres kertas IPB 75-1, box
plastik, bak rendaman, amplop, penggaris, dll.

Metode Penelitian

Percobaan Pendahuluan

Percobaan pendahuluan pada penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan


metode yang terbaik dalam pengujian vigor daya simpan (VDS) dan pengujian vigor
kekuatan tumbuh (VKT). Pada percobaan pendahuluan dilakukan pengujian
viabilitas awal benih, pengujian vigor daya simpan (VDS), serta pengujian vigor
kekuatan tumbuh (VKT) terhadap kondisi salin (VKTSalin(NaCl)) dan penentuan
konsentrasi PEG dalam pengujian VKT terhadap kekeringan (VKTKekeringan(PEG)) dan
penentuan lembar kertas stensil dan tinggi volume air pada wadah
(VKTKekeringan(Ketinggian)) yang digunakan dalam pengujian pada kondisi sub-optimum.
Pengujian viabilitas awal benih dilakukan untuk mendapatkan genotipe
yang memiliki DB • DJDUGDSDW GLODNXNDQSHQJXMLDQVHODQMXWQ\D 3HQJXMLDQ
vigor daya simpan (VDS) dilakukan untuk memilih waktu pengusangan cepat
secara kimia yang paling efektif. Pengusangan cepat secara kimia dilakukan dengan
merendam benih kedalam larutan etanol 96%. Waktu perendaman benih pada
larutan etanol antara lain: 0 detik, 30 detik , 60 detik, 90 detik, 120 detik, 150 detik,
180 detik, 210 detik, 240 detik, 270 detik dan 300 detik. Rancangan percobaan
yang digunakan yaitu Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu
faktor, yaitu waktu pengusangan. Waktu pengusangan ditentukan setelah
didapatkan persamaan regresi linier dimana viabilitas potensial (Vp) dengan tolok
ukur daya berkecambah benih (DB) mencapai 60% (P40) (Sadjad et al., 1999).
Pengujian vigor kekuatan tumbuh (VKT) pada kondisi sub-optimum
dilakukan kepada tiga jenis padi dengan metode yang berbeda. Pengujian yang
dilakukan pada genotipe padi rawa yaitu pengujian vigor kekuatan tumbuh dengan
kondisi salinitas (VKTSalin(NaCl)) pada beberapa konsentrasi NaCl (3000 ppm, 4000
ppm dan 5000 ppm). Rancangan percobaan yang akan digunakan adalah
Rancangan Kelompok Lengkap Teracak dengan satu faktor yaitu konsentrasi NaCl.
Masing - masing percobaan diulang sebanyak tiga ulangan sehingga terdapat 60
satuan percobaan.
Pengujian vigor kekuatan tumbuh pada genotipe padi gogo dan padi sawah
menggunakan berbagai potensial air PEG-6000 (VKTKekeringan(PEG)) antara lain -1,5
bar, -2 bar, -2,5 bar, selain itu dilakukan pengujian vigor kekuatan tumbuh terhadap
kekeringan berdasarkan ketinggian menggunakan kertas stensil
(VKTKekeringan(Ketinggian)) dengan perbandingan lembar kertas 1-1, dan 1-2. Rancangan
percobaan yang akan digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak
dengan satu faktor yaitu potensial air PEG-6000 dan lembar kertas.
Percobaan Utama
Pengujian Viabilitas Awal Benih

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui vigor awal benih dari masing-
masing genotipe padi gogo, padi rawa, dan padi sawah. Rancangan yang digunakan
yaitu Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu faktor, yaitu 10
genotipe padi gogo (P), 16 genotipe padi rawa (R), dan 20 genotipe padi sawah (S).
Setiap satuan percobaan diulang 3 kali sehingga total satuan percobaan yang
dilakukan adalah 138 satuan percobaan. Untuk tiap satuan percobaan terdiri dari 25
butir benih.
Model matematik yang digunakan adalah :
Yij —IJi + ȕj + İij
Keterangan :
Yij = Pengamatan pada perlakuan genotipe padi ke-i dan kelompok k
µ = Rataan umum
IJi = Pengaruh perlakuan genotipe padi ke-, L « 
ȕj = Pengaruh kelompok ke-j (j = 1,2,3,4).
İij = Pengaruh acak pada perlakuan ke-I dan kelompok ke-j.
Uji lanjut yang akan digunakan terhadap hasil yang berpengaruh nyata pada
penelitian ini adalah Duncans Multiple Test (DMRT) pada taraf nyata 5% (Gomez
dan Gomez, 1995).

Pengujian Vigor Daya Simpan (VDS) menggunakan Metode Pengusangan


Cepat Kimia menggunakan Metode Terpilih

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui VDS dengan menggunakan metode


pengusangan cepat kimia dengan cara merendam benih pada larutan etanol jenuh.
Rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancangan Kelompok Lengkap
Teracak (RKLT) dengan satu faktor, yaitu genotipe dari masing-masing jenis padi.
Masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali ulangan, sehingga diperoleh
60 satuan percobaan untuk genotipe padi sawah, 48 satuan percobaan untuk
genotipe padi rawa, dan 30 satuan percobaan untuk genotipe padi gogo. Setiap
percobaan terdiri dari 25 butir benih padi.
Model linier yang akan digunakan adalah :
Yij —IJi + ȕj + İij
Keterangan :
Yij = Pengamatan pada perlakuan genotipe padi ke-i dan kelompok k
µ = Rataan umum
IJi = Pengaruh perlakuan genotipe padi ke-, L « 
ȕj = Pengaruh kelompok ke-j (j = 1,2,3,4).
İij = Pengaruh acak pada perlakuan ke-I dan kelompok ke-j.
Uji lanjut yang akan digunakan terhadap hasil yang berpengaruh nyata pada
penelitian ini adalah Duncans Multiple Test (DMRT) pada taraf nyata 5% (Gomez
dan Gomez, 1995).

Pengujian Vigor Kekuatan Tumbuh (VKT) Benih pada Kondisi Sub-Optimum


menggunakan Metode Terpilih

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui Vigor Kekuatan Tumbuh (VKT)


pada kondisi kekeringan untuk benih padi gogo dan padi sawah, dan kondisi salin
pada benih padi rawa. Rancangan percobaan yang akan digunakan adalah
Rancangan Kelompok Lengkap Teracak dengan satu faktor yaitu genotipe. Masing
- masing perlakuan diulang sebanyak tiga ulangan, sehingga diperoleh 60 satuan
percobaan untuk genotipe padi sawah, 48 satuan percobaan untuk genotipe padi
rawa, dan 30 satuan percobaan untuk genotipe padi gogo. Setiap percobaan terdiri
dari 25 butir benih padi. Model linier yang akan digunakan adalah :

Yij —IJi + ȕj + İij


Keterangan :
Yij = Pengamatan pada perlakuan genotipe padi ke-i dan kelompok k
µ = Rataan umum
IJi = Pengaruh perlakuan genotipe padi ke-, L « 
ȕj = Pengaruh kelompok ke-j (j = 1,2,3,4).
İij = Pengaruh acak pada perlakuan ke-I dan kelompok ke-j.
Uji lanjut yang akan digunakan terhadap hasil yang berpengaruh nyata pada
penelitian ini adalah Duncans Multiple Test (DMRT) pada taraf nyata 5% (Gomez
dan Gomez, 1995).

Pelaksanaan Kegiatan

Percobaan Pendahuluan
Pengujian viabilitas awal benih dilakukan dengan melembabkan substrat
kertas merang terlebih dahulu, yaitu dengan merendam kertas merang pada air
kemudian dipres menggunakan alat pengepres kertas (IPB 75-1). Metode
pengecambahan yang digunakan yaitu Uji Kertas Digulung dalam Plastik (UKD-
dp) dengan setiap perlakuan diulang sebanyak empat ulangan. Benih yang ditanam
25 butir benih, setelah ditanam kemudian ditutup dan digulung serta ditempatkan
dengan posisi vertikal di dalam alat pengecambah tipe IPB 73-2A/B. Pengamatan
dilakukan pada hari ke-5 dan ke-7 setelah benih dikecambahkan.
Pengujian vigor daya simpan (VDS) dilakukan dengan cara merendam
benih menggunakan larutan etanol. Benih dikemas dalam kantong kain strimin
kemudian dimasukkan kedalam wadah yang telah terisi larutan etanol 96%. Benih
yang telah didera dikecambahkan pada alat pengecambah benih tipe IPB 73-2A/B.
Metode pengecambahan yang digunakan adalah metode Uji Kertas Digulung dalam
Plastik (UKD-dp). Lama penderaan yang digunakan yaitu 0 detik, 30 detik, 60
detik, 90 detik, 120 detik, 150 detik, 180 detik, 210 detik, 240 detik, 270 detik dan
300 detik.
Pengujian vigor kekuatan tumbuh (VKT) pada kondisi sub-optimum
kekeringan menggunakan tiga tingkat kekeringan dengan potensial air PEG-6000
yaitu -1.5 bar, -2.0 bar, -2.5 bar. Setiap perlakuan diulang sebanyak empat kali,
dengan 25 butir benih persatuan percobaan. Pada pengujian kondisi kekeringan
juga dilakukan dengan menanam benih dengan metode UKD (Uji Kertas Digulung)
menggunakan substrat kertas stensil 1-2 (M1) lembar dan 1-1 (M2) lembar,
kemudian di letakan secara vertikal pada bak yang diisi air setinggi ± 3 cm dan ± 2
cm dari permukaan bak, dimana ketinggian air pada bak harus tetap terjaga.
Pengecambahan setiap perlakuan diulang sebanyak tiga ulangan dan setiap ulangan
terdiri atas 10 butir benih. Pengujian VKTSalin(NaCl) pada benih padi rawa dilakukan
dengan cara merendam media dengan larutan NaCl konsentrasi 3000 ppm, 4000
ppm, dan 5000 ppm, kemudain media dipres menggunakan alat pengepres kertas
tipe IPB 75-1. Metode pengecambahan yang digunakan yaitu Uji Kertas Digulung
dalam Plastik (UKD-dp) dengan setiap perlakuan diulang sebanyak empat ulangan.
Benih yang ditanam 25 butir benih, setelah ditanam kemudian ditutup dan digulung
serta ditempatkan dengan posisi vertikal di dalam alat pengecambah tipe IPB 73-
2A/B. Pengamatan dilakukan pada hari ke-5 dan ke-7 setelah benih
dikecambahkan.

Percobaan Utama
Pengujian Viabilitas Awal Benih
Pengujian viabilitas awal benih dilakukan dengan melembabkan substrat
kertas merang terlebih dahulu, yaitu dengan merendam kertas merang pada air
kemudian dipres menggunakan alat pengepres kertas (IPB 75-1). Metode
pengecambahan yang digunakan yaitu Uji Kertas Digulung dalam Plastik (UKD-
dp) dengan setiap perlakuan diulang sebanyak tiga ulangan. Selembar plastik
transparan dihamparkan, kemudian 3 lembar kertas yang telah dilembabkan
diletakkan diatas kertas tersebut. Pengecambahan setiap perlakuan diulang
sebanyak tiga ulangan dan setiap ulangan terdiri atas 25 butir benih. Pengamatan
dilakukan pada hari ke-5 dan ke-7 setelah benih dikecambahkan.

Pengujian Vigor Daya Simpan (VDS) menggunakan Metode Pengusangan


Cepat Kimia

Pengujian ini dilakukan dengan cara merendam benih menggunakan


larutan etanol. Benih dikemas dalam kantong kain strimin kemudian dimasukkan
kedalam wadah yang telah terisi larutan etanol 96%. Benih yang telah didera
dikecambahkan pada alat pengecambah benih tipe IPB 73-2A/B. Metode
pengecambahan yang digunakan adalah metode Uji Kertas Digulung dalam Plastik
(UKD-dp). Lama penderaan dalam percobaan utama merupakan hasil dari
pengolahan data dengan tolok ukur yang diaamati secara regresi linier, yaitu pada
padi gogo didera selama 123 detik , padi rawa didera selama 100 detik, dan padi
sawah didera selama 103 detik.
Pengujian Vigor Kekuatan Tumbuh (VKT) Benih pada Kondisi Sub-Optimum

a. Pengujian Vigor Kekuatan Tumbuh(VKT) Benih pada Kondisi Sub-


optimum Kekeringan
Penguijian PEG-6000 (VKTKekeringan(Ketinggian(PEG)), yaitu media substrat kertas
merang dilembabkan menggunkan PEG-600 dengan cara dioleskan menggunakan
kuas. Media yang telah lembab kemudian ditanami benih sebanyak 25 butir benih.
Metode pengecambahan yang digunakan yaitu metode Uji Kertas Digulung
didirikan dalam plastik (UKDdp). Berdasarkan hasil pengolahan data, potensial air
PEG-6000 -2.0 bar digunakan dalam percobaan utama. Pengujian kondisi
kekeringan juga dilakukan dengan menanam benih pada 1-1 lembar kertas stensil
yang diletakkan pada bak dengan ketinggian air 2 cm dari permukaan bak, dimana
ketinggian air pada bak harus tetap terjaga. Pengecambahan setiap perlakuan
diulang sebanyak tiga ulangan dan setiap ulangan terdiri atas 10 butir benih.

Benih Posisi Benih

30 cm 30 cm

Benih padi ditanam dengan posisi ketinggian Kertas stensil digulung dan posisi
30 cm pada kertas stensil (2 lembar). benih tetap pada ketinggian 30 cm.

Ketinggian
Air ± 2 cm

Gulungan diletakkan pada wadah yang berisi air


setinggi 2 cm dari permukaan wadah.

Gambar 1. Pengujian VKTKekeringan(Ketinggian) Menggunakan 2 Lembar Kertas Stensil


pada Ketinggian Air ± 2 cm
b. Pengujian Vigor Kekuatan Tumbuh(VKT) Benih pada Kondisi Sub-
optimum Salinitas

Percobaan utama menggunakan larutan NaCl dengan konsentrasi 4000 ppm.


Media yang telah direndam dengan larutan NaCl kemudain dipres menggunakan
alat pengepres kertas tipe IPB 75-1. Metode pengecambahan yang digunakan yaitu
Uji Kertas Digulung dalam Plastik (UKD-dp) dengan setiap perlakuan diulang
sebanyak tiga ulangan. Benih yang ditanam 25 butir benih, setelah ditanam
kemudian ditutup dan digulung serta ditempatkan dengan posisi vertikal di dalam
alat pengecambah tipe IPB 73-2A/B. Pengamatan dilakukan pada hari ke-5 dan ke-
7 setelah benih dikecambahkan.

Uji Korelasi antara Vigor Daya Simpan dengan Vigor Kekuatan


Tumbuh
Menurut Mattjik dan Sumertajaya (2006), regresi linier sederhana adalah
persamaan regresi yang menggambarkan hubungan antara satu peubah bebas (X,
independent variable) dan satu peubah tak bebas (Y, dependent variable), dimana
hubungan keduanya dapat digambarkan sebagai suatu garis lurus. Hubungan antara
peubah-peubah dapat dirumuskan dalam bentuk persamaan :
Yi Įȕ;i
Keterangan : Yi = Peubah tak bebas
Į = Intersep / perpotongan dengan sumbu tegak
ȕ .HPLULQJDQJUDGLHQ
Xi = Peubah tak bebas ( i = 1, 2, ... )
Koefisien determinasi merupakan suatu ukuran kesesuaian garis regresi
yang dicocokan terhadap sekumpulan data yaitu untuk mengetahui sejauh mana
suatu peubah berhubungan dengan peubah lainnya. Kisaran nilai R2 mulai dari 0%
sampai 100%. Menurut Mattjik dan Sumertajaya (2002) semakin besar nilai R2
berarti model semakin mampu menerangkan perilaku peubah Y.
Koefisien korelasi (r) adalah koefisien yang menggambarkan tingkat
keeratan hubungan linier antara dua peubah atau lebih. Nilainya berkisar antara -1
dan 1, semakin mendekati -1 atau 1, maka semakin erat hubungan linier antara
kedua peubah tersebut. Nilai r mendekati nol menggambarkan hubungan kedua
peubah tersebut tidak linier (Mattjik dan Sumertajaya, 2006). Semakin tinggi nilai
koefisien korelasi suatu tolok ukur (mendekati -1atau 1), maka tolok ukur tersebut
layak digunakan untuk menentukan adanyan korelasi antara vigor daya simpan dan
vigor kekuatan tumbuh.
Pengamatan
Pengamatan dilakukan untuk menganalisis mutu benih meliputi analisis
berbagai peubah. Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian pengujian VDS dan
VKT ini, meliputi peubah sebagai berikut :

1. Daya Berkecambah (DB)

Pengujian DB dilakukan dengan metode Between Paper (antar kertas) pada


suhu konstan dan kelembaban tinggi (metode ISTA, 2006). Pengecambahan
untuk setiap perlakuan dilakukan dengan empat ulangan terdiri atas 50 butir
benih. Benih dikecambahkan pada alat pengecambah benih IPB 72-1.
Pengamatan dilakukan sesuai dengan ISTA Rules (2006) yaitu pada hari ke-5
dan hari ke-7.
DB = ™.1KLWXQJDQ,™.1KLWXQJDQ,, x 100%
™EHQLK\DQJGLNHFDPEDKNDQ
Keterangan : KN = Kecambah normal

2. Indeks Vigor (IV) Benih

Pengamatan dilakukan terhadap jumlah kecambah normal pada hitungan


pertama (hari ke-5 setelah tanam) :
IV = ™EHQLK\DQJWXPEXKQRUPDOSDGDSHQJDPDWDQSHUWDPD x 100%
™EHQLK\DQJGLNHFDPEDKNDQ

3. Berat Kering Kecambah Normal (BKKN)

Berat kering kecambah normal dihitung berdasarkan berat kering


kecambah normal pada hitungan hari terakhir. Pada hari terakhir perhitungan
semua KN dimasukkan dalam amplop kertas, kemudian dioven pada suhu 600C
selama 3x24 jam. Kecambah dikeluarkan dari amplop dan ditimbang setelah
3x24 jam.
Pengamatan yang dilakukan pada pengujian vigor benih pada kondisi sub-
optimum salinitas dan kekeringan, tolok ukur lainnya yaitu :

x Panjang Kecambah (PK)

Panjang kecambah adalah panjang rata-rata kecambah yang diukur


mulai dari ujung akar hingga ujung plumula dengan satuan centimeter.

x Panjang Akar (PA)

Panjang diukur dari ujung akar hingga pangkal akar dengan satuan
centimeter.

x Panjang Tajuk (PT)

Pengukuran mulai dari ujung plumula hingga pangkal plumula (perbatasan


dengan mesokotil) dengan satuan centimeter.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Percobaan Pendahuluan
Penentuan Metode Terbaik untuk Pengujian Vigor Daya Simpan (VDS)
Pengusangan cepat secara kimia yang telah banyak dilakukan terdahulu
umumnya menggunakan uap etanol dengan konsentrasi 96% dengan
menggunakan alat pengusangan cepat, namun pada penelitian ini seperti yang
dilakukan oleh Addai dan Kantanka (2006) dilakukan dengan metode perendaman
etanol dengan konsentrasi yang lebih tinggi yaitu 96%. Perendaman benih padi
gogo, rawa, dan sawah direndam menggunakan larutan etanol 96% dilakukan
dengan interval waktu 0, 30, 60, 90, 120, 150, 180, 210, 240, 270, dan 300 detik.
Tolok ukur yang diamati pada adalah daya berkecambah (DB).
Daya berkecambah (DB) benih padi gogo, rawa, dan sawah pada masing-
masing taraf perlakuan pengusangan (Tabel 1) menunjukkan bahwa benih ketiga
jenis padi mengalami penurunan daya berkecambah sejalan dengan bertambah
lamanya pengusangan. Hasil sidik ragam disajikan pada Lampiran 4 sampai
dengan Lampiran 6.
Tabel 1. Rata-rata Daya Berkecambah (DB) Padi Gogo, Padi Rawa, dan
Padi Sawah
Lama Waktu Pengusangan (detik)
Kelompok
0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300
Sawah 93 86 78 68 55 41 27 16 7 2 0
Gogo 95 87 83 77 69 57 42 26 13 4 0
Rawa 90 83 77 69 57 43 27 14 6 2 0

Viabilitas benih antar jenis padi relatif sama ketika didera dengan etanol pada
waktu pengusangan 30 detik dengan nilai daya berkecambah > 80 %. Penentuan
waktu pengusangan yang digunakan pada percobaan utama mengacu pada
penurunan viabilitas potensial dengan tolok ukur daya berkecambah mencapai
60% (P40) (Sadjad et al., 1999). Hasil rata-rata daya berkecambah (Tabel 1) dapat
dilihat bahwa waktu pengusangan yang dapat menggambarkan penurunan
viabilitas potensial mencapai 69% pada padi gogo dengan waktu pengusangan
120 detik, namun waktu pengusangan yang tepat untuk mencapai viabilitas
potensial benih padi gogo sebesar 60% adalah 123 detik mengacu pada persamaan
linier y = -20.792 x + 102.79 (Gambar 2).

Penentuan Waktu Pengusangan


110
Padi Gogo
100 y = -20.792 x + 102.79
R² = 0.9728
90
Daya Berkecambah (%)

80 Padi Sawah
y = -19.288 x + 93.049
70 R² = 0.9662
60
Padi Rawa
50 y = -18.918 x + 91.453
40 R2 = 0.9589

30
20
10
0
0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330
Waktu Pengusangan (detik)

Keterangan : ----- = garis untuk menentukan waktu pengusangan cepat kimia

Gambar 2. Kurva Hubungan antara Waktu Pengusangan dengan Daya


Berkecambah pada Benih Padi Gogo, Padi Rawa, dan Padi Sawah

Padi rawa mengalami penurunan hingga 69% (Tabel 1) pada waktu 90


detik, namun untuk mencapai penurunan viabilitas potensial padi rawa hingga
60% dengan menggunakan persamaan linier y = -18.918 x + 91.453 diperoleh
waktu 100 detik (Gambar 2). Berdasarkan Tabel 1 padi sawah mengalami
penurunan hingga 68% pada waktu 90 detik, namun untuk menentukan waktu
penderaan yang digunakan benih padi sawah hingga mencapai viabilitas potensial
60% adalah 103 detik dengan menggunakan persamaan y = -19.288 x + 93.049
(Gambar 2).
Waktu pengusangan yang digunakan untuk pengujian utama adalah 123
detik untuk padi gogo, 100 detik untuk padi rawa, dan 103 detik untuk padi
sawah. Perbedaan waktu pengusangan pada tiga jenis padi dipengaruhi oleh
struktur kulit benih dan perbedaan kualitas benih sebelum diusangkan. Blance dan
Elam (1989), menyatakan bahwa lot benih yang bervigor tinggi akan
memperlihatkan sedikit kemunduran pada saat berkecambah dibandingkan lot
benih yang bervigor rendah akibat pengusangan.

Penentuan Metode Terbaik untuk Pengujian Vigor Kekuatan Tumbuh pada


Kondisi Sub-Optimum
Percobaan pendahuluan vigor kekuatan tumbuh kondisi sub-optimum
pada padi gogo dan sawah menggunakan PEG-6000. Polyethylen Glycol (PEG)
adalah salah satu senyawa yang digunakan untuk uji ketahanan terhadap
kekeringan. PEG merupakan senyawa inert dengan rantai polimer yang panjang
telah digunakan secara meluas untuk penelitian (Steuter, 1981).

Tabel 2. Nilai Tengah Daya Berkecambah (%) Benih Padi pada Berberapa
Potensial Air Polyethylene Glycol (PEG) 6000
Potensial Air (Bar) Daya Berkecambah (%) *)

0 95a

-1.5 92a

-2 75b

-2.5 69b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%

Hasil dari rata-rata daya berkecambah benih padi pada taraf potensial air
PEG 6000 -1.5 bar memperlihatkan hasil yang tidak berpengaruh nyata dengan
kontrol. Penggunaan PEG dengan potensial air -2 bar memberikan hasil yang
nyata bila dibandingkan dengan kontrol dan perlakuan potensial air -1.5 bar, hal
ini menunjukkan bahwa pada potensial air -2 bar PEG-6000 benih sudah
mengalami gejala tercekam. Menurut Aryati (2011) penggunaan PEG-6000
dengan potensial air -2 bar merupakan level yang tepat untuk mengidentifikasi
toleransi benih padi terhadap cekaman kekeringan.
Percobaan pendahuluan tingkat ketinggian kekeringan yang dilakukan
menggunakan kertas stensil bertujuan untuk mencari satu metode yang yang dapat
membedakan antara varietas yang peka dan toleran kekeringan. Hasil penelitian
Madyasari (2011) menunjukan bahwa kertas stensil dengan posisi ketinggian
tanaman 30 cm merupakan metode terpilih yang dapat membedakan antara
genotipe peka dan toleran kekeringan. Metode kertas stensil diaplikasikan dengan
metode UKD (Uji Kertas Digulung) yang diletakan dalam posisi berdiri pada
wadah yang berisikan air setinggi 3 cm dan 2 cm. Air pada wadah dijaga
ketinggiannya sampai 7 HST (Hari Setelah Tanam).

Tabel 3. Pengaruh Metode Pengujian Kekeringan Berdasarkan Ketinggian


terhadap Daya Berkecambah Benih Padi Gogo dan Padi Sawah

Daya Berkecambah (%)


Metode
Padi Gogo Padi Sawah
a
Kontrol 95 93.5a
M1 82a 84.4a
M2 53.8b 60.9b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%
M1 = Metode yang menggunakan 1-2 lembar kertas stensil dan diletakkan pada
wadah dengan ketinggian air ± 3 cm.
M2 = Metode yang menggunakan 1-1 lembar kertas stensil dan diletakkan pada
wadah dengan ketinggian air ± 2 cm.
Metode kertas stensil (1-1) (M2) dengan tingkat ketinggian air ± 2 cm
dari permukaan wadah dapat menggambarkan tingkat kekeringan yang
menghasilkan daya berkecambah 53.8% pada padi gogo, dan 60.93 % pada padi
sawah (Tabel 3). Pada metode dengan kertas stensil (1-2) (M1) padi gogo dan
padi sawah memiliki daya berkecambah diatas 80% atau tidak berbeda nyata
dengan kontrol, hal ini dapat menggambarkan bahwa metode M1 tidak
memperlihatkan adanya gejala tercekam.
Pengujian pendahuluan vigor kekuatan timbuh pada kondisi salinitas
menggunakan tiga taraf konsentrasi NaCl yaitu 3000 ppm, 4000 ppm, dan 5000
ppm. Rata-rata daya berkecambah (Tabel 4) menunjukan bahwa perlakuan NaCl
pada konsentrasi 3000 ppm tidak berbeda nyata dengan kontrol.
Tabel 4. Pengaruh Konsentrasi NaCl Terhadap Daya Berkecambah (%)
Benih Padi Rawa pada Pengujian Vigor terhadap Kondisi Salin

Konsentrasi (ppm) Daya Berkecambah (%)


0 89.2a
3000 88a
4000 79.6b
5000 69.60c
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%

Hasil penelitian Fatimah (2010) menunjukan bahwa penggunaan media kertas tisu
towel 4000 ppm dengan UDK (Uji Diatas Kertas) merupakan metode terpilih
yang dapat membedakan varietas yang toleran dan peka salinitas dengan tolok
ukur panjang akar, panjang tajuk, panjang bibit, bobot akar, bobot tajuk, bobot
bibit. Kondisi ini terlihat pada kelompok padi rawa yang diberi perlakuan
cekaman garam NaCl 4000 ppm (Tabel 4) dengan nilai daya berkecambah
sebesar 79.6 % berbeda nyata dengan kontrol dan konsentrasi NaCl 3000 ppm.

Percobaan Utama

Pengujian Viabilitas Awal Benih

Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang dapat ditunjukkan melalui
gejala metabolisme atau gejala pertumbuhan, selain itu daya berkecambah juga
merupakan tolok ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad, 1993). Pada
umumnya viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh
menjadi kecambah pada kondisi yang optimum. Pengujian viabilitas benih pada
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui viabilitas awal benih yang akan
digunakan. Genotipe padi gogo yang digunakan pada penelitian ini memiliki daya
berkecambah (DB) berkisar antara 93% - 80%, padi sawah berkisar antara 94% -
80%, dan padi rawa berkisar antara 97% - 82.67%.
Pengujian Vigor Daya Simpan (VDS) menggunakan Metode Pengusangan
Cepat Kimia (MPCK) Terpilih

Kemunduran kualitas benih merupakan proses alami yang tidak dapat


dihindari. Benih yang diusangkan secara kimia, yaitu dengan perlakuan pada
kondisi yang ekstrim berupa perendaman dengan etanol 96% menyebabkan benih
lebih cepat mengalami kemunduran. Penggunaan etanol untuk tujuan
pengusangan cepat dinilai efektif karena menurut Ocran dalam Addai dan
Kantanka (2006) perbandingan perendaman benih kedelai dalam 20% cairan
etanol yang direndam selama 2 jam memberikan indikasi yang lebih baik pada
daya simpan beberapa varietas kedelai dibandingkan dalam cairan metanol 20%
selama 2 jam.
Pengusangan benih dilakukan dengan perlakuan perendaman benih
menggunakan larutan etanol 96%. Lama waktu pengusangan yang digunakan
untuk setiap jenis benih padi berbeda-beda, sesuai dengan hasil percobaan
pendahuluan sebelumnya untuk padi gogo didera selama 123 detik, untuk padi
rawa didera selama 100 detik, dan untuk padi sawah selama 103 detik. Metode
pengusangan cepat kimia ini menduga vigor daya simpan secara kualitatif atau
hanya dapat membandingkan antar genotipe yang mempunyai vigor daya simpan
lebih lama atau lebih pendek dibandingkan genotipe lainnya. Genotipe padi yang
telah mengalami penderaan tetapi memiliki persentase daya berkecambah yang
tinggi mengindikasikan bahwa genotipe tersebut memiliki vigor daya simpan
yang tinggi.
Berdasarkan rekapitulasi sidik ragam pada Tabel 5 menunjukkan
perlakuan genotipe memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap seluruh
tolok ukur yang diamati yaitu : Daya Berkecambah (DB), Indeks Vigor (IV), dan
Berat Kering Kecambah Normal (BKKN). Hasil sidik ragam disajikan pada
Lampiran 7 sampai dengan Lampiran 9.
Tabel 5. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Pengusangan Cepat Kimia
terhadap Genotipe Padi pada tolok ukur DB, IV, dan BKKN
Fhitung
Kelompok SK db
DB(%) IV(%) BKKN(g)
Genotipe 19 6.19** 10.47** 5.91**
Padi Gogo
Ulangan 2 1.46tn 1.53tn 0.78tn
Genotipe 15 6.23** 5.40** 5.27**
Padi Rawa
Ulangan 2 1.50tn 0.69tn 2.36tn
Genotipe 9 14.09** 8.97** 9.28**
Padi Sawah
Ulangan 2 0.29tn 0.27tn 4.08*
Keterangan : SK = Sumber Keragaman, db = Derajat Bebas, DB = Daya Berkecambah,
IV = Indeks Vigor, BKKN = Berat Kering Kecambah Normal, * = Nyata,
** = Sangat nyata, tn = Tidak nyata.

Pada Tabel 6 terlihat bahwa genotipe padi gogo yang diduga memiliki
vigor daya simpan yang tinggi, yaitu genotipe B11592F-MR-16-1-5-6, B12799E-
TB-1-1-4, B12476E-MR-19-2, B1249C-MR-21-2-5, B11787E-2-9-6, dan
B12844-MR-24-6 dengan persentase nilai tengah da\D EHUNHFDPEDK • 
Genotipe-genotipe yang diduga memiliki daya berkecambah tinggi juga memiliki
nilai indeks vigor dan berat kering kecambah normal yang tinggi dibandingkan
dengan genotipe lainnya.

Tabel 6. Daya Berkecambah, Indeks Vigor, dan Berat Kering Kecambah


Normal Genotipe Padi Gogo, pada Pengujian Vigor Daya Simpan

GENOTIPE DB (%) IV (%)x BKKN (g)


Padi Gogo
B11592F-MR-16-1-5-6 73.33a 4.79a 0.12a
B12799E-TB-1-1-4 72.00a 6.14a 0.12a
B12476E-MR-19-2 69.33a 4.82a 0.10ab
B1249C-MR-21-2-5 62.67ab 1.91b 0.08bc
B11787E-2-9-6 62.67ab 2.65b 0.07bcd
B12844-MR-24-6 61.33ab 2.12b 0.08bcd
SMD9-1D-MR-9 52.00bc 5.92a 0.08bcd
B11592F-MR-23-2-3 52.00bc 3.12b 0.05d
BP1351D-1-5-2-PK-3-3-7 42.67c 2.56b 0.06cd
B11592F-MR-23-2-3 42.67c 3.06b 0.08bc
Keterangan : DB = Daya Berkecambah, IV = Indeks Vigor, BKKN = Berat Kering Kecambah
Normal, Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda
nyata pada DMRT 5%, x : Analisis data dilakukan dengan transformasi ( x + 0.5)0.5

Genotipe padi rawa yang diduga memiliki vigor daya simpan yang tinggi,
adalah B13131-7-MR-1-KA-5, B13131-7-MR-1-KA-1, B13138-7-MR-KA-12,
dan B13132-8-MR-3-KA-2 GHQJDQ SHUVHQWDVH QLODL WHQJDK GD\D EHUNHFDPEDK •
60% (Tabel 7). Daya bekecambah yang tinggi tidak selalu menggambarkan nilai
indeks vigor yang tinggi juga, terlihat pada genotipe B13132-8-MR-3-KA-2 yang
memiliki daya berkecambah 72% dengan indeks vigor 24 % yang tidak berbeda
nyata dengan genotipe B13131-4-MR-1-KA-2 yang memiliki daya berkecambah
”60%.

Tabel 7. Daya Berkecambah, Indeks Vigor, dan Berat Kering Kecambah Normal
Genotipe Padi Rawa pada Pengujian Vigor Daya Simpan

GENOTIPE DB (%) IV (%) BKKN (g)


Padi Rawa
B13131-7-MR-1-KA-5 76a 37.3a 0.14a
B13131-7-MR-1-KA-1 74.67a 37.3a 0.13a
B13138-7-MR-KA-12 72a 29.3ab 0.10abcd
B13132-8-MR-3-KA-2 72a 24abc 0.12abc
B13131-4-MR-1-KA-2 57.33ab 21.3abc 0.09abcd
B13133-9-MR-1-KA-1 56ab 20abcd 0.09abcd
B13133-9-MR-2-KA-1 56ab 18.67bcd 0.09abcd
B13132-8-MR-2-KA-1 53.33abc 16bcd 0.08bcd
B13132-6-KA-1-1 53.33abc 16bcd 0.08bcd
IR72402-B-P-25-3-1-KA-1 46.67abc 13.33bcd 0.07ed
B13132-3-MR-3-KA-1 45.3abc 13.33bcd 0.08cd
B13132-7-MR-1-KA-6 41.33bc 13.33bcd 0.11abcd
B13143-8-MR-3-KA-14 38.67bc 10.67cd 0.06ed
B13159-3-MR-1-KA-4 37.33bc 8d 0.06ed
B13134-2-MR-2-KA-1 30.67c 8d 0.02ef
B13135-1-MR-KA-10 9.3d 0d 0.01f
Keterangan : DB = Daya Berkecambah, IV = Indeks Vigor, BKKN = Berat Kering Kecambah
Normal, Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda
nyata pada DMRT 5%.
Tabel 8 menunjukaan genotipe padi sawah yang diduga memiliki vigor
daya simpan yang tinggi, adalah B11742-RS*2-4-MR-16-3-2-SI-4-4-MR-3-PN-3-
2, B11730-MR-12-2-SI-2-4-4-3-1-2-MR-2-2-PN-1-5, B12006-RS*1-2-7-3-SI-3-
MR-3-PN-2-5, B11730-MR-12-2-SI-2-4-4-3-1-2-MR-2-2-PN-2-3, B11730-MR-
12-2-SI-2-4-4-3-1-2-MR-2-2-PN-2-4, B12328D-PN-49-3-2-4, B11730-MR-12-2-
SI-2-4-4-3-1-2-MR-2-2-PN-2-5 dengan persentase nilai tengah daya berkecambah
•  7DEHO    Genotipe-genotipe yang diduga memiliki daya berkecambah
tinggi juga memiliki nilai indeks vigor dan berat kering kecambah normal yang
tinggi dibandingkan dengan genotipe lainnya.

Tabel 8. Daya Berkecambah, Indeks Vigor, dan Berat Kering Kecambah


Normal Genotipe Padi Sawah pada Pengujian Vigor Daya Simpan
GENOTIPE DB (%) IV (%)x BKKN (g)
Padi Sawah
B11742-RS*2-4-MR-16-3-2-SI-4-4-MR-3-PN-3-2
68a 5.05abc 0.10a
B11730-MR-12-2-SI-2-4-4-3-1-2-MR-2-2-PN-1-5
66.67ab 5.58a 0.09abcd
B12006-RS*1-2-7-3-SI-3-MR-3-PN-2-5
64abc 4.93abcd 0.96abc
B11730-MR-12-2-SI-2-4-4-3-1-2-MR-2-2-PN-2-3
62.67abcd 5.32ab 0.09abcd
B11730-MR-12-2-SI-2-4-4-3-1-2-MR-2-2-PN-2-4
61.33abcde 5.05abc 0.09abc
B12328D-PN-49-3-2-4
61.33abcde 4.91abcd 0.09abcd
B11730-MR-12-2-SI-2-4-4-3-1-2-MR-2-2-PN-2-5
61.33abcde 5.20ab 0.10ab
B12510-21-SI-3-1-MR-2-PN-3-1
56abcdef 4.46abcde 0.09abcd
B11742-RS*2-4-MR-16-3-2-SI-4-4-MR-3-PN-2-1
54.67b-g 4.93ab 0.08abcde
B12258-7-MR-5-SI-2-MR-3-PN-3-3
53.33cdefg 3.29efgh 0.07bcdef
B12743-MR-15-5-3-PN-1-5
50.67defgh 4.04bcdef 0.07cdef
B12510-21-SI-3-1-MR-2-PN-3-1
49.33efghi 3.12efgh 0.07cdef
B12319D-PN-28-1-2-1
49.33efghi 3.50defg 0.07def
B11742-RS*2-4-MR-16-3-2-SI-4-4-MR-3-PN-2-4 46.67fghi 2.91fgh 0.07def
B12328D-PN-49-3-2-1 45.33fghi 3.65cdef 0.06ef
B12319D-PN-28-1-2-2 42.67ghi 2.17gh 0.06ef
CIHERANG 42.67ghi 2.71fgh 0.06ef
B12744B-MR-4-2-PN-1-5 38.67hi 1.91ih 0.06ef
B12743-MR-15-5-3-PN-1-4 37.33i 3.50defg 0.05f
DODOKAN 4j 0.70i 0g
Keterangan : DB = Daya Berkecambah, IV = Indeks Vigor, BKKN = Berat Kering Kecambah
Normal, Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda
nyata pada DMRT 5%, x : Analisis data dilakukan dengan transformasi ( x + 0.5)0.5
Variasi nilai daya berkecambah setelah penderaan pada padi gogo adalah
73.33% (B11592F-MR-16-1-5-6) - 42.67% (B11592F-MR-23-2-3), pada padi
rawa 76% (B13131-7-MR-1-KA-5) - 9.3% (B13135-1-MR-KA-10), dan pada
padi sawah adalah 68% (B11742-RS*2-4-MR-16-3-2-SI-4-4-MR-3-PN-3-2) - 4%
(Dodokan) artinya pada waktu penderaan yang telah ditentukan terdapat genotipe
padi yang masih tahan terhadap deraan dan terdapat genotipe padi yang sudah
tidak mampu menahan deraan.
Berdasarkan tolok ukur nilai daya berkecambah, indeks vigor, dan berat
kering kecambah normal maka penderaan etanol 96% dengan tingkat waktu yang
berbeda dapat dijadikan perlakuan yang efektif untuk dapat membedakan genotipe
yang memiliki vigor daya simpan tinggi. Menurut Saenong (1986) pengusangan
cepat pada benih kedelai yang mendapat deraan etanol dengan intensitas makin
tinggi maka viabilitasnya pun semakin rendah. Hal ini menunjukan bahwa
semakin tinggi ketahanan suatu benih yang didera dengan intensitas yang tinggi
maka viabilitasnya akan menunjukan dalam keadaan yang baik dan semakin baik
pula daya simpannya.

Daya berkecambah benih padi setelah mengalami pengusangan


ditunjukkan pada Gambar 3. Genotipe yang memiliki vigor tinggi, persentase
kecambah normal tinggi seperti terlihat pada Gambar 3A, sedangkan genotipe
yang vigornya rendah akan memiliki persentase kecambah normal yang rendah,
kecambah abnormal dan benih mati meningkat seperti pada Gambar 3B.

A B
Keterangan : A) Genotipe padi yang memiliki vigor tinggi setelah pengusangan,
B) Genotipe padi yang memiliki vigor rendah

Gambar 3. Daya Berkecambah Benih Padi setelah Pengusangan


Pengujian Vigor Kekuatan Tumbuh (VKT) pada Kondisi Sub-Optimum
dengan Metode Terpilih

1. Kondisi Kekeringan

Pengujian vigor kekuatan tumbuh (VKT) pada benih padi gogo dan padi
sawah menggunakan larutan PEG-6000 dengan potensial air -2 bar dan pengujian
tingkat kekeringan menggunakan kertas stensil (1-1) menggunakan metode UKD
(Uji Kertas Digulung) dengan ketinggian posisi tanaman 30 cm dari permukaan
air yang diletakan vertikal pada wadah yang berisikan air ± 2 cm. Tolok ukur
yang diamati pada kedua metode ini sama, kecuali tolok ukur indeks vigor tidak
diamati pada metode pengujian VKTKekeringan(Ketinggian).
Hasil rekapitulasi sidik ragam (Tabel 9) menunjukan bahwa faktor
genotipe padi gogo memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap tolok ukur
daya berkecambah, berat kering kecambah normal dan panjang plumula, namun
tidak berpengaruh nyata terhadap indeks vigor, panjang kecambah, dan panjang
akar pada perlakuan PEG-6000 dengan potensial air -2 bar. Genotipe padi sawah
juga memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap tolok ukur daya
berkecambah, indeks vigor, berat kering kecambah normal, panjang kecambah,
dan panjang plumula, namun tidak berpengaruh nyata terhadap panjang akar.
Tabel 9. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengujian Vigor Kekuatan Tumbuh
(VKT) pada Kondisi Sub-Optimum Kekeringan dengan Metode
PEG-6000 -2 Bar dan Metode Tingkat Ketinggian
Fhitung
Kelompok SK db
DB IV BKKN PK PP PA
------------------------------------------PEG 6000 -2bar----------------------------------------
Genotipe 9 27.62** 1.60tn 15.78** 1.61tn 4.94** 1.45tn
Padi Gogo
Ulangan 2 2.19tn 0.97 0.30tn 1.44tn 4.86** 3.02tn
Padi Genotipe 19 8.37** 7.68** 3.30** 3.83** 10.91** 1.43tn
Sawah Ulangan 2 0.72tn 0.40tn 0.22tn 8.61** 1.18tn 8.13**
------------------------------------------Tingkat Ketinggian -------------------------------------
Genotipe 9 6.51** (-) 9.13** 5.57** 12.14** 3.67tn
Padi Gogo
Ulangan 2 7.92** (-) 10.18** 0.39tn 2.51tn 0.38tn
Padi Genotipe 19 4.83** (-) 1.00tn 1.65tn 1.28tn 2.08*
Sawah Ulangan 2 0.27tn (-) 0.83tn 12.22 4.89* 14.06**
Keterangan : SK = Sumber Keragaman, db = derajat bebas, DB = Daya Berkecambah, IV =
Indeks Vigor, BKKN = Berat Kering Kecambah Normal, PK = Panjang Kecambah,
PP = Panjang Plumula, PA = Panjang Akar, ** : Sangat nyata, * = Nyata, tn = Tidak
nyata, (-) = tidak dilakukan pengamatan.
Perlakuan VKTKekeringan(Ketinggian) pada benih padi gogo, genotipe
berpengaruh sangat nyata terhadap tolok ukur daya berkecambah, berat kering
kecambah normal, panjang kecambah, serta panjang plumula, namun tidak
berpengaruh nyata terhadap panjang akar. Pada benih padi sawah, genotipe
berpengaruh sangat nyata terhadap tolok ukur daya berkecambah dan berpengaruh
nyata terhadap tolok ukur panjang akar, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap
berat kering kecambah normal, panjang kecambah dan panjang plumula.
Panjang akar biasa digunakan sebagai parameter tingkat toleransi
tanaman terhadap kekeringan. Kecambah yang memiliki akar primer yang lebih
panjang memiliki tingkat toleransi kekringan yang lebih baik. Vallejo dan Kelly
dalam Hanum et al. (2007) menyatakan bahwa karakter morfologi atau fenotipik
yang umum untuk menduga tingkat toleransi tanaman terhadap cekaman
kekeringan dapat diketahui dengan mengamati perkembangan perakaran yang
dapat digunakan untuk membedakan tanaman yang tahan atau toleran dengan
tanaman yang peka.
Berdasarkan hasil analisis uji lanjut (Tabel 10) menunjukkan bahwa
respon genotipe pada nilai tengah semua tolok ukur yang diamati dalam pengujian
VKTKekekringan(PEG) memiliki respon yang berbeda. Genotipe padi gogo yang diduga
memiliki kekuatan tumbuh yang baik pada kondisi sub-optimum kekeringan
adalah genotipe yang memiliki nilai tertinggi pada seluruh tolok ukur yang
diamati. Pada penelitian ini genotipe padi gogo yang diduga memiliki kekutan
tumbuh yang baik pada kondisi sub-optimum kekeringan adalah B12799E-TB-1-
1-4.
Tabel 10. Daya Berkecambah, Indeks Vigor, Berat kering Kecambah
Normal, Panjang Kecambah, Panjang Plumula, Panjang Akar
Genotipe Padi Gogo pada Kondisi Kekeringan PEG -2 Bar
Panjang
BKKN
GENOTIPE DB (%) IV (%)x
(g)
K (cm) P (cm) A (cm)

Padi Gogo

B12799E-TB-1-1-4 74.67a 9.40ab 0.10a 15.40a 4.16ab 11.23a

B12476E-MR-19-2 69.33ab 9.17ab 0.11a 12.36b 3.56bcd 8.80b

B11592F-MR-16-1-5-6 66.67ab 9.17ab 0.11a 12.96b 4abc 9ab

SMD9-1D-MR-9 65.33ab 9.47ab 0.08c 13.3ab 4.56a 8.80b

B11787E-2-9-6 62.67b 9.11ab 0.10ab 12.43b 4.20ab 8.23b

BP1351D-1-5-2-PK-3-3-7 61.33b 8.97ab 0.08c 12.76b 3.96abc 8.80b

B12844-MR-24-6 48c 9.04ab 0.08bc 12.80b 3.43cd 9.36ab

B11592F-MR-14-3-6-1 42.67c 8.5794b 0.63d 12.96b 3.46cd 9.53ab

B11592F-MR-23-2-3 42.67c 8.5833b 0.05de 13.30ab 3.23d 10.06ab

B1249C-MR-21-2-5 18.67d 9.5383a 0.04e 12.50b 3.30d 9.20ab

Keterangan : DB = Daya Berkecambah, IV = Indeks Vigor, BKKN = Berat Kering Kecambah


Normal, K = Kecambah, P = Plumula, A = Akar, Angka yang diikuti huruf yang
sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%, x : Analisis data
dilakukan dengan transformasi ( x + 0.5)0.5

Hasil analisis uji lanjut pada Tabel 11 menunjukkan bahwa respon


genotipe pada nilai tengah semua tolok ukur yang diamati dalam pengujian
VKTKekeringan(PEG) memiliki respon yang berbeda. Genotipe padi sawah yang
memiliki daya berkecambah, indeks vigor, berat kering kecambah, panjang
kecambah, panjang plumula dan panjang akar yang tinggi diduga memiliki
kekuatan tumbuh yang tinggi pada kondisi kekeringan. Pada penelitian ini
genotipe yang diduga memiliki kekuatan tumbuh pada kondisi kekeringan adalah
adalah B12510-21-SI-3-1-MR-2-PN-3-1.
Tabel 11. Daya Berkecambah, Indeks Vigor, Berat kering Kecambah
Normal, Panjang Kecambah, Panjang Plumula, Panjang Akar
Genotipe Padi Sawah pada Kondisi Kekeringan PEG -2 Bar
Panjang
GENOTIPE DB (%) IV (%)x BKKN (g)
K (cm) P (cm) A (cm)

Padi Sawah
B11730-MR-12-2-SI-2-4-4-3-1-2-MR-2-2-
PN-2-5 66.67a 4.80abcd 0.76a 12.56cde 3.47cd 9.03abc
B11742-RS*2-4-MR-16-3-2-SI-4-4-MR-3-
PN-3-2 65.33ab 4.72abcd 0.76a 11.60e 3.50cd 9.03abc
CIHERANG 65.33ab 6.14a 0.75abc 13.17abcd 3.57cd 9.63abc
B11730-MR-12-2-SI-2-4-4-3-1-2-MR-2-2-
PN-1-5 62.67ab 5.32abc 0.75abcde 13.03abcde 3.43cd 9.56abc
B12510-21-SI-3-1-MR-2-PN-3-1 62.67ab 5.53abc 0.75abcde 14.43a 4.76a 9.6abc
B12006-RS*1-2-7-3-SI-3-MR-3-PN-2-5 62.67ab 5.17abc 0.75abcde 12.33de 3.53cd 8.80bc
B11730-MR-12-2-SI-2-4-4-3-1-2-MR-2-2-
PN-2-4 61.33ab 4.98abcd 0.74abcde 12.70cde 3.63cd 9.06abc
B12328D-PN-49-3-2-4 61.33ab 4.33abcd 0.7658a 14.10ab 4.16b 9.90ab
B11730-MR-12-2-SI-2-4-4-3-1-2-MR-2-2-
PN-2-3 61.33ab 5.81ab 0.75abcd 12.27cde 3.43cd 8.67bc
B12510-21-SI-3-1-MR-2-PN-3-1 60abc 4.27abcd 0.75abcde 14.30a 4.86a 9.60abc
B12258-7-MR-5-SI-2-MR-3-PN-3-3 50.67abcd 4.18bcd 0.73def 12de 3.23d 8.76bc
B12319D-PN-28-1-2-2 50.67abcd 3.80cde 0.75abcde 12.50cde 3.50cd 9.03abc
B12328D-PN-49-3-2-1 46.67bcde 4.33abcd 0.76ab 14.17ab 4.67a 9.53abc
B12319D-PN-28-1-2-1 46.67bcde 3.65cde 0.74abcde 13.10abcde 3.87bc 9.23abc
B12743-MR-15-5-3-PN-1-4 41.33cde 3.12def 0.73bcdef 11.90de 3.23d 8.70bc
B11742-RS*2-4-MR-16-3-2-SI-4-4-MR-3-
PN-2-4 32def 2.38efg 0.73cdef 13.50abc 3.27d 10.20a
B12743-MR-15-5-3-PN-1-5 30.67ef 1.91fg 0.73bcdef 11.70e 3.33cd 8.36c
B11742-RS*2-4-MR-16-3-2-SI-4-4-MR-3-
PN-2-1 29.33ef 1.64fg 0.73bcdef 12.87bcde 3.10d 9.80ab
B12744B-MR-4-2-PN-1-5 22.67fg 1.64fg 0.72ef 12.43cde 3.30d 9.13abc
DODOKAN 9.33g 0.7g 0.70f 12.10cde 3.30d 8.83abc

Keterangan : DB = Daya Berkecambah, IV = Indeks Vigor, BKKN = Berat Kering Kecambah


Normal, K = Kecambah, P = Plumula, A = Akar, Angka yang diikuti huruf yang
sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%, x : Analisis data
dilakukan dengan transformasi ( x + 0.5)0.5

Secara keseluruhan, daya berkecambah genotipe padi pada kondisi sub-


optimum kekeringan sangat rendah. Daya berkecambah padi gogo pada kondisi
kekeringan PEG dengan potensial air -2 bar antara 74.67% (B12799E-TB-1-1-4)
hingga 18.67% (B1249C-MR-21-2-5), sedangkan daya berkecambah pada padi
sawah antara 66.67% (B11730-MR-12-2-SI-2-4-4-3-1-2-MR-2-2-PN-2-5) hingga
9.33 % (Dodokan) (Tabel 8). Rendahnya jumlah kecambah normal dibandingkan
kontrol pada perlakuan PEG-6000 dengan potensial air -2 bar dikarenakan PEG
memiliki sifat menghambat penyerapan air oleh sel atau jaringan tanaman,
sehingga tanaman sulit untuk melakukan perkecambahan (Lawor, 1970).
Pengujian VKTKekeringan(Ketinggian) pada benih padi sawah dan padi gogo
dengan mengamati tolok ukur panjang akar sudah dapat mebedakan genotipe yang
tahan terhadap cekama kekeringan, tetapi untuk mendapatkan informasi yang
lebih akurat dapat digunakan tolok ukur lainnya. Genotipe padi gogo pada
pengujian VKTKekeringan(Ketinggian) memiliki daya berkecambah berkisar 73.33%
(B12799E-TB-1-1-4) ± 30% (B11592F-MR-14-3-6-1). Genotipe padi gogo yang
diduga memiliki kekuatan tumbuh yang baik pada kondisi sub-optimum
kekeringan (Tabel 12) adalah B12799E-TB-1-1-4 karena memiliki nilai tertinggi
pada semua tolok ukur yang diujikan.

Tabel 12. Daya Berkecambah, Berat kering Kecambah Normal, Panjang


Kecambah, Panjang Plumula, Panjang Akar Genotipe Padi Gogo
pada Kondisi Kekeringan Berdasarkan Ketinggian.
BKKN Panjang
GENOTIPE DB (%)
(gram) K (cm) P (cm) A (cm)
Padi Gogo
B12799E-TB-1-1-4 73.33a 16.10a 16.10a 4.57a 11.53a
B11592F-MR-16-1-5-6 70.00a 15.47abc 15.47abc 4.07b 11.40a
B11787E-2-9-6 70.00a 12.03d 12.03d 3.50c 8.53b
B12476E-MR-19-2 66.67ab 14.13bc 14.13bc 3.63c 10.50a
SMD9-1D-MR-9 66.67ab 13.83c 13.83c 3.70bc 10.13a
BP1351D-1-5-2-PK-3-3-7 63.33abc 15.83ab 15.83ab 4.47a 11.40a
B1249C-MR-21-2-5 53.33bc 14.10bc 14.10bc 3.63c 10.47a
B12844-MR-24-6 50c 13.70cd 13.70cd 3.33c 10.37a
B11592F-MR-14-3-6-1 30d 15.20abc 15.20abc 3.60c 11.65a
Keterangan : DB = Daya Berkecambah, BKKN = Berat Kering Kecambah Normal, K =
Kecambah, P = Plumula, A = Akar, Angka yang diikuti huruf yang sama pada
kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%, x : Analisis data
dilakukan dengan transformasi ( x + 0.5)0.5

Persentase daya berkecambah genotipe padi sawah perlakuan


VKTKekeringan(Ketinggian) (Tabel 13) berkisar 83.33% (B12743-MR-15-5-3-PN-1-4) ±
13.33% (Dodokan). Hampir seluruh genotipe tidak berbeda nyata dengan genotipe
\DQJ PHPLOLNL QLODL GD\D EHUNHFDPEDK WHUWLQJJL 6HNLWDU •  JHQRWLSH PDVLK
PHPLOLNL GD\D EHUNHFDPEDK •  VHKLQJJD VHFDUD NHVHOXUXKDQ JHQRtipe padi
sawah yang di uji memiliki VKTKekeringan(Ketinggian) yang baik.
Tabel 13. Daya Berkecambah, Berat kering Kecambah Normal, Panjang
Kecambah, Panjang Plumula, Panjang Akar Genotipe Padi
Sawah pada Kondisi Kekeringan Berdasarkan Ketinggian.

BKKN Panjang
GENOTIPE DB (%)
(g) K (cm) P (cm) A (cm)

Padi Sawah
B12743-MR-15-5-3-PN-1-4 83.33a 0.04abc 14.700ab 4.5667abc 10.1333a
B12328D-PN-49-3-2-1 83.33a 0.05ab 16.867a 6.2333a 10.6000a
B12319D-PN-28-1-2-1 80a 0.04abc 15.367ab 5.4667abc 9.9667a
B12319D-PN-28-1-2-2 76.67a 0.04abc 14.900ab 5.0333abc 9.8333a
B12744B-MR-4-2-PN-1-5 73.33ab 0.04abc 14.500abc 4.4333abc 10.1000a
B12743-MR-15-5-3-PN-1-5 73.33ab 0.04abc 14.800ab 4.5667abc 10.2333a
B12328D-PN-49-3-2-4 70abc 0.04abc 16.533ab 5.7333abc 10.8000a
B11730-MR-12-2-SI-2-4-4-3-1-2-MR-2-2-PN-2-3 66.67abc 0.05ab 16.100ab 5.8333ab 10.2667a
CIHERANG 66.67abc 0.03abc 15.067ab 5.4000abc 9.6667a
B12006-RS*1-2-7-3-SI-3-MR-3-PN-2-5 66.67abc 0.03abc 15.700ab 4.7667abc 10.9667a
B11742-RS*2-4-MR-16-3-2-SI-4-4-MR-3-PN-2-1 66,67abc 0.03abc 15.400ab 4.4333abc 10.9000a
B11730-MR-12-2-SI-2-4-4-3-1-2-MR-2-2-PN-2-4 60abc 0.04abc 15.467ab 4.667abc 10.7000a
B11730-MR-12-2-SI-2-4-4-3-1-2-MR-2-2-PN-2-5 60abc 0.02bc 15.167ab 5.3000abc 9.9000a
B11730-MR-12-2-SI-2-4-4-3-1-2-MR-2-2-PN-1-5 56.67abc 0.02bc 14.533abc 4.3000bc 10.2667a
B11742-RS*2-4-MR-16-3-2-SI-4-4-MR-3-PN-3-2 56.67abc 0.03abc 14.967ab 4.7667abc 10.2333a
B11742-RS*2-4-MR-16-3-2-SI-4-4-MR-3-PN-2-4 56.67abc 0.02bc 14.000bc 4.2667bc 9.7667a
B12510-21-SI-3-1-MR-2-PN-3-1 46.67abc 0.03abc 14.233abc 4.4667abc 9.4000a
B12510-21-SI-3-1-MR-2-PN-3-1 46.67abc 0.07a 13.867bc 4.8000abc 9.4667a
B12258-7-MR-5-SI-2-MR-3-PN-3-3 43.33c 0.03abc 14.633abc 4.4333abc 10.2333a
DODOKAN 13.33d 0.00c 12.000c 4.0000c 8.000b

Keterangan : DB = Daya Berkecambah, BKKN = Berat Kering Kecambah Normal, K =


Kecambah, P = Plumula, A = Akar, Angka yang diikuti huruf yang sama pada
kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%, x : Analisis data
dilakukan dengan transformasi ( x + 0.5)0.5

Rendahnya daya berkecambah pada perlakuan VKTKekeringan(Ketinggian)


disebabkan adanya cekaman air pada saat benih berkecambah, sehingga
metabolisme benih terganggu akibat air yang diperlukan tidak cukup. Genotipe
yang masih dapat tumbuh pada kondisi sub-optimum kekeringan mengindikasikan
genotipe tersebut memiliki vigor kekuatan tumbuh yang baik. Pengujian
VKTKekeringan(Ketinggian) lebih mudah dan cepat dalam aplikasi serta secara ekonomi
lebih murah dibandingkan pengujian VKTKekeringan(PEG).
2. Kondisi Salinitas

Pengujian VKTSalin(NaCl) pada 16 genotipe padi rawa menggunakan satu


metode terpilih yaitu menggunakan NaCl 4000 ppm. Pengujian VKTSalin(NaCl)
diaplikasikan pada genotipe padi rawa dikarenakan lahan padi rawa lebih banyak
mengalami cekaman lingkungan dengan kadar garam yang tinggi.

Tabel 14. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Pengujian VKTSalin(NaCl)


terhadap Genotipe Padi Rawa dengan Konsetrasi NaCl 4000 ppm

Fhitung
SK db
DB IV BKKN PK PP PA
15 3.54** 4.72** 3.38** 3.35** 4.02** 0.95tn
Genotipe
2 7.92** 2.26tn 8.26** 21.45** 30.71** 0.53tn
Ulangan

Keterangan : SK = Sumber Keragaman, db = Derajat Bebas, DB = Daya Berkecambah, IV =


Indeks Vigor, BKKN = Berat Kering Kecambah Normal, * = Nyata, ** = Sangat
nyata, tn = Tidak nyata.

Berdasarkan rekapitulasi analisis sidik ragam (Tabel 14), genotipe


berpengaruh sangat nyata pada hampir semua tolok ukur kecuali panjang akar.
Genotipe yang digunakan pada pengujian ini memiliki daya berkecambah antara
97% - 82.67%. Hal ini menunjukan bahwa benih yang digunakan memiliki vigor
genetik yang bervariasi.
Persentase daya berkecambah tertinggi senilai 90.67% pada genotipe
B13133-9-MR1-KA-1 dan nilai terendah sebesar 49.33% pada genotipe B13132-
7-MR-1-KA-6. Hasil sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 11. Simulasi
cekaman salinitas menyebabkan terhambatnya penyerapan air. Konsentrasi ion
natrium dan klorida yang tinggi menyebabkan tanaman mengalami keracunan.
Cekaman salinitas tersebut menyebabkan metabolisme perkecambahan benih padi
rawa menjadi terhambat sehingga pada kondisi tercekam memiliki daya
berkecambah yang rendah.
Tabel 15. Daya Berkecambah, Indeks Vigor, Berat kering Kecambah
Normal, Panjang Kecambah, Panjang Plumula, Panjang Akar
Genotipe Padi Rawa pada Kondisi Salin dengan Perlakuan NaCl
4000 ppm

BKKN Panjang
GENOTIPE DB (%) IV (%)x
(gram)
K (cm) P (cm) A (cm)
B13159-3-MR-1-KA-4 72abc 5.07ef 0.130abcde 15.20bcdef 5.60abcde 9.60a

B13131-7-MR-1-KA-5 58.67cd 7.03abc 0.103ef 14.60def 4.76ef 9.83a

B13132-7-MR-1-KA-6 49.33d 5.62bcdef 0.08f 13.70f 4.20f 9.50a

B13135-1-MR-KA-10 66.67bcd 4.51f 0.116def 15.43abcde 5.43cde 9.97a

B13138-7-MR-KA-12 85.33ab 5.89bcdef 0.150abcd 15.30bcde 5.23def 10.67a

B13143-8-MR-3-KA-14 85.33ab 6.76abcd 0.157abc 15.67abcde 6.17abcd 9.47a

IR72402-B-P-25-3-1-KA-1 73.33abc 6.46abcde 0.133abcde 14.27ef 4.90ef 9.47a

B13131-4-MR-1-KA-2 77.33abc 5.42cdef 0.137abcde 15.53abcde 5.23def 10.30a

B13131-7-MR-1-KA-1 73.33abc 6.66abcde 0.133abcde 16.97a 6.76a 10.20a

B13132-3-MR-3-KA-1 85.33ab 7.32ab 0.16a 16.23abc 6.63abc 9.60a

B13132-6-KA-1-1 73.33abc 7.90a 0.123bcde 16.20abcd 6.16abcd 10a

B13132-8-MR-2-KA-1 61.33cd 7.75a 0.123bcde 15.37abcde 5.3000abcd 10.06a

B13132-8-MR-3-KA-2 73.33abc 5.12def 0.150abcd 16.80ab 5.30def 10.16a

B13133-9-MR1-KA-1 90.67a 7.03abc 0.133abcde 16abcd 5.70abcde 10.43a

B13133-9-MR-2-KA-1 74.67abc 7.84a 0.123bcde 15.03cdef 5.46bcde 9.57a

B13134-2-MR-2-KA-1 64cd 7.55ab 0.120cdef 16.27abc 6.40abcd 9.87a

Keterangan : DB = Daya Berkecambah, IV = Indeks Vigor, BKKN = Berat Kering Kecambah


Normal, K = Kecambah, P = Plumula, A = Akar, Angka yang diikuti huruf yang
sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%, x : Analisis data
dilakukan dengan transformasi ( x + 0.5)0.5

Hasil analisis uji lanjut pada Tabel 15 menunjukkan bahwa respon


genotipe pada nilai tengah semua tolok ukur yang diamati dalam pengujian
VKTSalin(NaCl) memiliki respon yang berbeda. Genotipe padi rawa yang memiliki
daya berkecambah, indeks vigor, berat kering kecambah, panjang kecambah,
panjang plumula dan panjang akar yang tinggi diduga memiliki kekuatan tumbuh
yang tinggi pada kondisi salin. Pada penelitian ini genotipe yang diduga memiliki
kekuatan tumbuh pada kondisi salinitas adalah adalah B13143-8-MR-3-KA-14.
Korelasi antara Vigor Daya Simpan (VDS) dengan Vigor Kekuatan Tumbuh
(VKT)
Korelasi menunjukan keeratan hubungan peubah (Gomez dan Gomez,
1995). Teknik korelasi merupakan teknik analisis yang melihat kecendrungan pola
dalam satu variabel berdasarkan kecendrungan pola dalam variabel yang lain.
Apabila dalam satu variabel selalu diikuti oleh kecendrungan dalam variabel lain,
dapat dikatakan bahwa kedua variabel ini memliki hubungan atau korelasi.
Penelitian ini menggunakan tolok ukur daya berkecambah dari pengujian vigor
daya simpan sebagai pembanding, sedangkan dari pengujian vigor kekuatan
tumbuh digunakan tolok ukur daya berkecambah, indeks vigor, berat kering
kecambah normal, panjang kecambah, panjang plumula, dan panjang akar.
Hasil analisis korelasi (Tabel 16) menunjukan bahwa tolok ukur indeks
vigor dan berat kering kecambah normal padi gogo pada pengujian
VKTKekeringan(PEG) memiliki korelasi positif yang sangat nyata tetapi kecil dengan
tolok ukur daya berkecambah pada pengujian vigor daya simpan (VDS) dengan
nilai koefisien korelasi sebesar 0.55 dan 0.56. Pada padi sawah tolok ukur daya
berkecambah, indeks vigor dan berat kering kecambah normal pada pengujian
VKTKekeringan(PEG) memiliki korelasi positif yang sangat nyata tetapi kecil dengan
tolok ukur daya berkecambah pada pengujian VDS dengan nilai koefisien korelasi
sebesar 0.67, 0.48, dan 0.55.

Tabel 16. Koefisien Korelasi antara Peubah Daya Berkecambah pada Vigor
Daya Simpan dengan Beberapa Tolok Ukur Vigor Kekuatan
Tumbuh pada Kondisi Kekeringan dan Salinitas
Tolok Ukur
Kel
VDS DB(%) IV(%) BKKN(g) PK(cm) PP(cm) PA(cm)
VKTKekringan(PEG)
G DB(%) 0.33tn 0.55** 0.56** 0.04tn 0.11tn 0.0009tn
S DB(%) 0.67** 0.48** 0.55** 0.16tn 0.12tn 0.09tn
VKTKekeringan(Ketinggian)
G DB(%) 0.51** (-) 0.36tn 0.04tn -0.072tn 0.075tn
S DB(%) 0.23tn (-) 0.14tn 0.33** 0.17tn 0.17tn
VKTSalin(NaCl)
R DB(%) 0.32* 0.35** 0.19tn 0.17tn 0.14tn 0.15tn
Keterangan : G = Kelompok Padi Gogo, S = Kelompok Padi Sawah, R= Kelompok Padi Rawa,
DB = Daya Berkecambah, IV = Indeks Vigor, BKKN = Berat Kering Kecambah
Normal, PK = Panjang Kecambah, PP = Panjang Plumula, PA = Panjang Akar
Berdasarkan hasil analisis korelasi terlihat bahwa tolok ukur daya
berkecambah pada pengujian VKTKekeringan(Ketinggian) memiliki korelasi positif yang
sangat nyata tetapi kecil terhadap tolok ukur daya berkecambah pada pengujian
vigor daya simpan (VDS) padi gogo yaitu sebesar 0.51, sedangkan sedangkan
dengan tolok ukur pengujian lainnya tidak berkorelasi nyata dengan tolok ukur
pengujian vigor daya simpan (VDS) (Tabel 16). Pada padi sawah tolok ukur
panjang kecambah pengujian VKTKekeringan(Ketinggian) memiliki korelasi positif yang
sangat nyata tetapi kecil terhadap tolok ukur daya berkecambah pada pengujian
vigor daya simpan (VDS) yaitu sebesar 0.33, sedangkan dengan tolok ukur
pengujian lainnya tidak berkorelasi nyata dengan tolok ukur pengujian vigor daya
simpan (VDS).
Hasil korelasi antara tolok ukur vigor daya simpan padi rawa dengan
tolok ukur vigor kekuatan tumbuh padi rawa dapat dilihat pada Tabel 16. Tolok
indeks vigor pada pengujian VKTSalin(NaCl)memiliki nilai koefisien korelasi positif
dan sangat nyata tetapi kecil terhadap tolok ukur daya berkecambah pada
pengujian vigor daya simpan (VDS) sebesar 0.35, namun tolok ukur daya
berkecambah pada pengujian VKTSalin(NaCl) memiliki nilai koefisien korelasi positif
yang nyata tetapi kecil terhadap tolok ukur daya berkecambah pada pengujian
vigor daya simpan (VDS) sebesar 0.32.
Korelasi antar tolok ukur pada pengujian vigor daya simpan (VDS)
dengan vigor kekuatan tumbuh (VKT) (PEG, Kekeringan Ketinggian, Salinitas)
menunjukan bahwa ada hubungan keeratan antara tolok ukur tersebut, dimana
tolok ukur vigor daya simpan (VDS) secara tidak langsung dapat menggambarkan
keadaan tolok ukur yang ada pada pengujian vigor kekuatan tumbuh (VKT).
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Pengujian vigor daya simpan (VDS) dengan metode pengusangan cepat
kimia pada benih padi gogo, rawa dan sawah memiliki waktu penderaan yang
berbeda untuk mencapai viabilitas 60% (P40). Waktu penderaan yang digunakan
untuk mencapai viabilitas 60% (P40) pada padi gogo, rawa dan sawah berturut -
turut 123 detik, 100 detik, dan 103 detik. Metode yang tepat untuk pengujian
vigor kekuatan tumbuh (VKT) pada kondisi kekeringan yaitu menggunakan PEG
600 dengan potensial air -2.0 bar (VKTKekeringan(PEG)) dan menggunakan (1-1)
lembar kertas stensil yang diletakan pada wadah dengan ketinggian volume air 2
cm (VKTKekeringan(Ketinggian)). Metode pengujian VKTKekeringan(Ketinggian) merupakan
metode terbaik dalam pengujian VKT kekeringan karena lebih mudah dan cepat.
Metode pengujian VKT pada benih padi rawa yang terbaik yaitu menggunakan
NaCl dengan konsentrasi 4000 ppm. Terdapat korelasi yang signifikan antara V DS
dan VKT terhadap kekeringan (0.48-0.67), antara VDS dan VKT salin (0.32-0.35).
Genotipe dengan VDS tertinggi berturut-turut untuk padi gogo, padi sawah,
dan padi rawa adalah B11592F-MR-16-1-5-6, B11742-RS*2-4-MR-16-3-2-SI-4-
4-MR-3-PN-3-2, dan B13131-7-MR-1-KA-5. Genotipe dengan VKTKekeringan(PEG)
dan VKTKekeringan(Ketinggian) tertinggi adalah B12799E-TB-1-1-4 pada padi gogo,
B12510-21-SI-3-1-MR-2-PN-3-1 dan B12743-MR-15-5-3-PN-1-4 pada padi
sawah, sedangkan genotipe tertinggi VKTSalin(NaCl) pada padi rawa adalah B13143-
8-MR-3-KA-14.

Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan di lapang dengan mengaplikasikan
metode yang telah dihasilkan dalam penelitian ini untuk membuktikan kebenaran
metode pengujian VDS menggunakan metode pengusangan cepat kimia rendaman
96% dan metode pengujian VKT pada kondisi kekeringan dan salinitas.
DAFTAR PUSTAKA

Addai, L.K. and O.S Kantanka. 2006. Evaluation of screening methods for
improved storability of soybean seed international. Journal of Botany 2(2):
152-155.

Aryati, V. 2011. Metode Pengusangan Cepat Terkontrol untuk Mengidentifikasi


Secara Dini Genotipe Padi Gogo (Oryza sativa. L) Toleran Kekeringan.
Tesis. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor. Bogor. 82 hal.

Asiedu, E.A., A.A Powell, and T. Stuchburry. 2000. Cowpea seed coat chemical
analysis in relation to storage seed quality. African Crop Science Journal
8(3): 283-294.

Badan Pusat Statistik. 2010. Produksi dan produktivitas tanaman panagan.


http://www.bps.go.id. [30 November 2010].

Blance, C. A. and W. W. Elam. 1989. Accelarated Ageing: A Potential Vigor Test


for Multipurpose Tree Seeds. Proceeding Seed Conference. Missipi State.
USA.

Copeland, L.O. and M.B. McDonald. 2001. Principles of Seed Science and
Technology. Burgess Publishing Company. New York. 369 p.

Departemen Pertanian. 2009. Produksi dan produktivitas padi gogo.


http://www.deptan.go.id/ditjentan/ [30 November 2010]

Fatimah, S. 2010. Pengujian Toleransi Genotipe Padi (Oryza sativa L.) terhadap
Salinitas Pada Fase Perkecambahan. Skripsi. Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 41 hal.

Gomez, K.A. dan A.A. Gomez. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian
Pertanian (diterjemahkan dari : Statistical Prosedures for Agricultural
Research, penerjemah : E. Sjamsuddin dan J.S. Baharsjah). Penerbit
Universitas Indonesia. Jakarta. 698 hal.

Hanum, C., W. Q. Mugnisjah, S. Yahya, D. Sopandy, K. Idris, dan A. Sahar.


2007. Pertumbuhan akar kedelai pada cekaman alumunium, kekeringan
dan cekaman ganda alumunium dan kekeringan. Agritrop 26(1):13-18.

,O\DV63HQJDUXK)DNWRU³,QGXFHG´GDQ³(QIRUFHG´WHUKDGDS9LJRU%HQLK
Kedelai (Glycine max L.) dan Hubungannya dengan Produksi per Hektar.
Tesis. Bogor. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 81
hal.
Intenational Seed Testing Association. 2007. Seed Science and Tecgnology.
International Rules for Seed Testing. Zurich: International Seed Testing
Association.

Justice, O. L. dan L. N. Bass. 1994. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih.


(ditejemahkan dari : Principles and Practices of Seed Storage, penerjemah
: Rennie Roesli) Penerbit Rajawali Press: Jakarta. 446 hal.

Lawlor, D.W.1970. Absorption of polyethilene glicol by plant enther effect on


plant growth. New Physiol.69:501-513

Lu, B.R. 1999. Taxonomy of the genus Oryza (Poaceae): Historical perspective
and current status. Mini review. IRRN 24(3): 4-8.

Marwanto. 2004. Soybean seed coat characteristics and its quality losses during
incubator aging and storage. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia
6(2):57-65.

Madyasari, I. 2011. Pengujian Toleransi Kekeringan terhadap Padi Gogo pada


Fase Perkecambahan. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 71 hal.

Mattjik, A.A. dan I. M. Sumertajaya. 2006. Perancangan Percobaan dengan


Aplikasi SAS dan Minitab. Jilid 1. IPB Press. Bogor. 276 hal.

Michel, B. E. and M. R. Kaufmann.1973. The osmotic potential of polyethilene


glicol 6000. Plant physiol. 57:914-916.

Mugnisyah, W.Q. 1991. Strategi Teknologi Produksi Benih Kedelai untuk


Mengatasi Deraan Cuaca Lapang. Makalah Penunjang Seminar Nasional
Teknologi Benih III. Universitas Padjajaran Bandung. 10 hal.

Purwono dan H. Purnamawati. 2007. Budi Daya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul.
Penebar Swadaya. Jakarta. 139 hal.

Sadjad, S. 1993. Dari Benih kepada Benih, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Jakarta. 144 hal.

Sadjad, S. 1994. Kuantifikasi Metabolisme Benih. PT Gramedia Widiasarana


Indonesia. Jakarta. 145 hal.

Sadjad, S., E. Murniati, dan S. Ilyas. 1999. Parameter Pengujian Vigor Benih dari
Komparatif ke Simulatif. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.
185 hal.

Saenong, S. dan S. Sadjad. 1984. Alat IPB 77-1 untuk Pendeteksian Vigor Benih
Jagung (Zea mays L.) oleh Keragaman Faktor Induced. Jurusan Agronomi,
Faperta IPB. Bogor.
Sahila, L. 2006. Evaluasi Karakter Agronomi beberapa Populasi Padi Gogo
(Oryza sativa L.) Generasi F4 Hasil Silang Ganda. Skripsi. Departemen
Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Bogor. 68 hal.

Salisbury, F.B. dan Ross, C.V. 1992. Fisiologi Tumbuhan ( diterjemahkan dari :
Plant physiology, penerjemah : Lukman dan Sumaryono). ITB Press.
Bandung. 343 hal.

Subagyo, A. 2006. Lahan rawa lebak. Dalam Didi Ardi S et al. (eds.).
Karakteristik dan Pengelolaan Lahan Rawa. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian. Bogor. Hlm. : 99-116.

Sutami. 2004. Potensi hasil galur-galur padi pasang surut terpilih pada kondisi
lahan pasang surut sulfat masam. Jurnal Agrosain 6(2): 53-57 hal.

Sutopo, L. 2004. Teknologi Benih. (Revisi ke-6). PT Raja Grafindo Persada.


Jakarta. 238 hal.

Toha, H.M. 2005. Padi Gogo dan Pola Pengembangannya. Balai Penelitian
Tanaman padi. Subang. 48 hal.

Wafiroh, S. 2010. Pengujian Vigor Benih Menggunakan Metode Pengusangan


Cepat Terkontrol dan Korelasinya terhadap Daya Tumbuh dan Vigor Bibit
Wijen (Sesamum indicum L.). Skripsi. Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 49 hal.
Lampiran1. Daftar Genotipe Padi Gogo, Rawa dan Sawah yang Digunakan pada
Pengujian Pendahuluan

Genotipe
Padi Gogo Padi Rawa Padi Sawah
B10891B-MR-3-KN-4-1-1-
Situpatenggang Aek Sibundong
MR-1
Inpago 5 Inpara ± 2 Ciherang
Jati Luhur IR-42 B11844-7-17-3
Batutugi B10553E-KN-6-1 BP-1002E-MR-2
B11283-6C-PN-5-MR-2-3-Si-1-2-
Limboto B11586F-MR-11-2-1
1-1

Lampiran 2. Daftar Genotipe yang Digunakan pada Pengujian Utama

Padi Gogo Padi Rawa Padi Sawah


B12799E-TB-1-1-4 B13159-3-MR-1-KA- B12743-MR-15-5-3-PN-1-4
4
B11592F-MR-23-2-3 B13131-7-MR-1-KA- B12743-MR-15-5-3-PN-1-5
5
B11592F-MR-14-3-6- B13132-7-MR-1-KA- B12744B-MR-4-2-PN-1-5
1 6
BP1351D-1-5-2-PK-3- B13135-1-MR-KA-10 B12319D-PN-28-1-2-2
3-7
SMD9-1D-MR-9 B13138-7-MR-KA-12 B12319D-PN-28-1-2-1
B11592F-MR-16-1-5- B13143-8-MR-3-KA- B12328D-PN-49-3-2-1
6 14
B11787E-2-9-6 IR72402-B-P-25-3-1- B12328D-PN-49-3-2-4
KA-1
B12844-MR-24-6 B13131-4-MR-1-KA- B11730-MR-12-2-SI-2-4-4-3-1-2-MR-2-2-
2 PN-1-5
B1249C-MR-21-2-5 B13131-7-MR-1-KA- B11730-MR-12-2-SI-2-4-4-3-1-2-MR-2-2-
1 PN-2-3
B12476E-MR-19-2 B13132-3-MR-3-KA- CIHERANG
1
B13132-6-KA-1-1 B11730-MR-12-2-SI-2-4-4-3-1-2-MR-2-2-
PN-2-4
B13132-8-MR-2-KA- B11730-MR-12-2-SI-2-4-4-3-1-2-MR-2-2-
1 PN-2-5
B13132-8-MR-3-KA- B11742-RS*2-4-MR-16-3-2-SI-4-4-MR-3-
2 PN-2-1
B13133-9-MR1-KA-1 B11742-RS*2-4-MR-16-3-2-SI-4-4-MR-3-
PN-2-4
B13133-9-MR-2-KA- B11742-RS*2-4-MR-16-3-2-SI-4-4-MR-3-
1 PN-3-2
B13134-2-MR-2-KA- B12006-RS*1-2-7-3-SI-3-MR-3-PN-2-5
1
B12258-7-MR-5-SI-2-MR-3-PN-3-3
B12510-21-SI-3-1-MR-2-PN-3-1
B12510-21-SI-3-1-MR-2-PN-3-1
DODOKAN
Lampiran 3. Perhitungan Kebutuhan Bahan Larutan PEG-6000

Rumus perhitungan kebutuhan larutan PEG-6000 (Michel dan Kaufman, 1973) :

Y = - (1.18 x 10-2) C ± (1.18 x 10-4) C2 + (2.67 x 10-4) C T + (8.39 x 10-7) C2 T

Keterangan :

Y = tekanan Osmotik (Bar; 1 Bar = 0.01 Mpa)

C = konsentrasi ( gram )

T = suhu (0C)

x Kebutuhan PEG-6000 untuk 1 liter larutan -2.0 bar, yaitu 126.062 gram/liter

-2 = - (1.18 x 10-2) C ± (1.18 x 10-4) C2 + (2.67 x 10-4) C T + (8.39 x 10-7) C2 x 29

-2 = (1.18 x 10-2) C ± (1.18 x 10-4) C2 + (77.43 x 10-4) C + (249.31 x 10-7) C2

-2 = - (4.057 x 10-3) C + (-9.3069 x 10-5) C2 ...................................... ( x 105)

¾ 9.3069 C2 + 405.7 C + (2 x 105) = 0

ି࢈േඥ࢈૛ ି૝ࢇࢉ
¾ C1,2 =
૛ࢇ

ି૝૙૞Ǥૠേඥ૝૙૞Ǥૠ૛ ି૝ሺૢǤ૜૙૟ૢሻሺ૛૙૙૙૙૙ሻ
¾ C1,2 =
૛ሺૢǤ૜૟૟ૢሻ

ି૝૙૞Ǥૠേ૛ૠ૟ૠǤ૜૛ૢ
¾ C1,2 =
૚ૡǤૠ૜૜ૡ

C1 = 126.062 gram/liter dan C2 = - 169.3746 gram/liter

x Kebutuhan PEG-6000 untuk 1 liter larutan -1.5 bar, yaitu 106.731 gram/liter
x Kebutuhan PEG-6000 untuk 1 liter larutan -2.5 bar, yaitu 143.143 gram/liter
Lampiran 4. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Waktu Pengusangan Cepat Kimia
(PCK) terhadap Genotipe Padi Sawah pada Tolok Ukur Daya
Berkecambah (DB)

Sumber Keragaman db JK KT Fhit Pr > F


Daya Berkecambah
Waktu 10 48632 4863.2 573.16 0.0001**
Ulangan 3 219.45 73.15 8.62 0.2393tn
Galat 30 254.54 8.48
Total 43 49106
KK = 6.77 %
Keterangan : * %HUSHQJDUXKQ\DWDPHQXUXW8ML)SDGDWDUDIĮ
** %HUSHQJDUXKVDQJDWQ\DWDPHQXUXW8ML)SDGDWDUDIĮ
tn = Tidak berpengaruh nyata SDGDWDIĮGDQĮ%

Lampiran 5. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Waktu Pengusangan Cepat Kimia


(PCK) terhadap Genotipe Padi Gogo pada Tolok Ukur Daya
Berkecambah (DB)

Sumber Keragaman db JK KT Fhit Pr > F


Daya Berkecambah
Waktu 10 49358.54 4935.85 680.95 0.0001**
Ulangan 3 334.54 111.51 15.38 0.0001**
Galat 30 217.45 7.24
Total 43 49910.54
KK = 5.36 %
Keterangan : * %HUSHQJDUXKQ\DWDPHQXUXW8ML)SDGDWDUDIĮ
** %HUSHQJDUXKVDQJDWQ\DWDPHQXUXW8ML)SDGDWDUDIĮ
tn = Tidak berpengaruh nyata SDGDWDIĮGDQĮ%

Lampiran 6. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Waktu Pengusangan Cepat Kimia


(PCK) terhadap Genotipe Padi Rawa pada Tolok Ukur Daya
Berkecambah (DB)

Sumber Keragaman db JK KT Fhit Pr > F


Daya Berkecambah
Waktu 10 47322.9 4732.29 374.68 0.0001**
Ulangan 3 373.09 124.36 9.85 0.0001**
Galat 30 378.9 12.63
Total 43 8074.9
KK = 8.35 %
Keterangan : * %HUSHQJDUXKQ\DWDPHQXUXW8ML)SDGDWDUDIĮ
** = Berpengaruh sangat nyata menurut Uji F pada taraf Į
tn = Tidak berpengaruh nyata SDGDWDIĮGDQĮ%
Lampiran 7. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Pengusangan Cepat Kimia (PCK)
terhadap Genotipe Padi Gogo pada Tolok Ukur Daya Berkecambah
(DB), Indeks Vigor (IV), dan Berat Kering Kecambah Normal
(BKKN)
Sumber Keragaman db JK KT Fhit Pr > F
Daya Berkecambah
Genotipe 9 3435. 200000 381. 688889 6.19 0.0005**
Ulangan 2 180. 266667 90. 133333 1.46 0.2582tn
Galat 18 1110. 400000 61. 688889
Total 29 4725. 866667
KK = 13.29 %
Indeks Vigor
Genotipe 9 66. 59737300 7. 39970811 10.47 0.0001**
Ulangan 2 2. 16315106 1. 08157553 1.53 0.2434tn
Galat 18 12. 72228839 0. 70679380
Total 29 8. 148281245
KK = 22.64 %
Berat Kering Kecambah Normal
Genotipe 9 0.01360333 0.00151148 5.91 0.0007**
Ulangan 2 0.00012667 0.00006333 0.25 0.7834tn
Galat 18 0.00460667 0.00025593
Total 29 0.01833667
KK = 18.24 %
Keterangan : ** = %HUSHQJDUXKVDQJDWQ\DWDPHQXUXW8ML)SDGDWDUDIĮ
tn = Tidak berpengaruh nyata SDGDWDIĮGDQĮ

Lampiran 8. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Pengusangan Cepat Kimia (PCK)


terhadap Genotipe Padi Rawa pada Tolok Ukur Daya Berkecambah
(DB), Indeks Vigor (IV), dan Berat Kering Kecambah Normal
(BKKN)
Sumber Keragaman db JK KT Fhit Pr > F
Daya Berkecambah
Genotipe 15 102.084 6.805 6.23 0.0001**
Ulangan 2 3.278 1.639 1.50 0.2393tn
Galat 30 32.775 1.092
Total 47 138.127
KK = 14.95 %
Indeks Vigor
Genotipe 15 86.337 5.755 5.40 0.0001**
Ulangan 2 1.459 0.729 0.69 0.5118tn
Galat 30 31.964 1.065
Total 47 119.762
KK = 25.86%
Berat Kering Kecambah Normal
Genotipe 15 0.024 0.001 5.27 0.0001**
Ulangan 2 0.001 0.0007 2.36 0.1094tn
Galat 30 0.009 0.0003
Total 47 0.035
KK = 2.30 %
Lampiran 9. S Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Pengusangan Cepat Kimia
(PCK) terhadap Genotipe Padi Sawah pada Tolok Ukur Daya
Berkecambah (DB), Indeks Vigor (IV), dan Berat Kering Kecambah
Normal (BKKN)
Sumber Keragaman db JK KT Fhit Pr > F
Daya Berkecambah
Genotipe 19 11838. 93333 623. 10175 14.09 0.0001**
Ulangan 2 25. 60000 12. 80000 0.29 0.7504tn
Galat 38 1681. 06667 44. 23860
Total 59 13545. 60000
KK = 13.09 %
Indeks Vigor
Genotipe 19 100. 6303564 5. 2963345 8.97 0.0001**
Ulangan 2 0. 3148906 0. 1574453 0.27 0.7673tn
Galat 38 22. 4268796 0. 5901810
Total 59 123. 3721266
KK = 19.93%
Berat Kering Kecambah Normal
Genotipe 19 0. 03114000 0. 00163895 9.28 0.0001**
Ulangan 2 0. 00142333 0. 00071167 4.03 0.0259*
Galat 38 0. 00671000 0. 00017658
Total 59 0. 03927333
KK = 17.56 %
Keterangan : * = %HUSHQJDUXKQ\DWDPHQXUXW8ML)SDGDWDUDIĮ
** %HUSHQJDUXKVDQJDWQ\DWDPHQXUXW8ML)SDGDWDUDIĮ
tn = Tidak berpengaruh nyata SDGDWDIĮGDQĮ
Lampiran 10. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan PEG -2 Bar terhadap Genotipe
Padi Gogo pada Tolok Ukur Daya Berkecambah (DB), Indeks
Vigor (IV), Berat Kering Kecambah Normal (BKKN), Panjang
Kecambah (PK), Panjang Plumula (PP), dan Panjang Akar (PA).

Sumber Keragaman db JK KT Fhit Pr > F


Daya Berkecambah
Genotipe 9 7820. 800000 868. 977778 27.62 0.0001**
Ulangan 2 137. 600000 68. 800000 2.19 0.1412tn
Galat 18 566. 400000 31. 466667
Total 29 8524. 800000
KK = 10.16 %
Indeks Vigor
Genotipe 9 2. 98374623 0.33152736 1.60 0.1897 tn
Ulangan 2 0. 40144962 0. 20072481 0.97 0.3988 tn
Galat 18 3. 73343429 0. 20741302
Total 29 7. 11863014
KK= 5.00 %
Berat Kering Kecambah Normal
Genotipe 9 0. 01720000 0. 00191111 15.78 0.0001 **
Ulangan 2 0. 00008667 0. 00004333 0.36 0.7041 tn
Galat 18 0. 00218000 0. 00012111
Total 29 0. 01946667
KK = 13.20 %
Panjang Kecambah
Genotipe 9 20. 88166667 2. 32018519 1.61 0.1862 tn
Ulangan 2 4. 16266667 2. 08133333 1.44 0.2620 tn
Galat 18 25. 93733333 1. 44096296
Total 29 50. 98166667
KK = 9.17 %
Panjang Plumula
Genotipe 9 5. 46033333 0.60670370 4.94 0.0020 **
Ulangan 2 1. 19400000 0.59700000 4.86 0.0206 *
Galat 18 2. 21266667 0.12292593
Total 29 8. 86700000
KK = 9.25 %
Panjang Akar
Genotipe 9 19. 11633333 2. 12403704 1.45 0.2403 tn
Ulangan 2 8. 85266667 4. 42633333 3.02 0.0741 tn
Galat 18 26. 40066667 1. 46670370
Total 29 54. 36966667
KK = 13.01 %
Keterangan : * %HUSHQJDUXKQ\DWDPHQXUXW8ML)SDGDWDUDIĮ
** = %HUSHQJDUXKVDQJDWQ\DWDPHQXUXW8ML)SDGDWDUDIĮ
tn = Tidak berpengaruh nyata SDGDWDIĮGDQĮ
Lampiran 11. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan PEG -2 Bar terhadap Genotipe
Padi Sawah pada Tolok Ukur Daya Berkecambah (DB), Indeks
Vigor (IV), Berat Kering Kecambah Normal (BKKN), Panjang
Kecambah (PK), Panjang Plumula (PP), dan Panjang Akar (PA).

Sumber Keragaman db JK KT Fhit Pr > F


Daya Berkecambah
Genotipe 19 15998. 93333 842. 04912 8.37 0.0001**
Ulangan 2 144. 53333 72. 26667 0.72 0.4941tn
Galat 38 3823. 46667 100. 61754
Total 59 19966. 93333
KK = 20.27%
Indeks Vigor
Genotipe 19 136. 5694588 7. 1878663 7.68 0.0001**
Ulangan 2 0. 7492865 0. 3746432 0.40 0.6731tn
Galat 38 35. 5840910 0. 9364234
Total 59 172. 9028362
KK = 24.64 %
Berat Kering Kecambah Normal
Genotipe 19 0. 01326505 0.00069816 3.30 0.0008**
Ulangan 2 0. 00009097 0. 00004549 0.22 0.8074tn
Galat 38 0. 00803178 0.00021136
Total 59 0. 02138780
KK = 1.94 %
Panjang Kecambah
Genotipe 19 39. 28266667 2. 06750877 3.83 0.0002**
Ulangan 2 9. 28633333 4. 64316667 8.61 0.0008**
Galat 38 20. 50033333 0. 53948246
Total 59 69. 06933333
KK = 5.69 %
Panjang Plumula
Genotipe 19 16. 22583333 0. 85399123 10.91 0.0001**
Ulangan 2 0. 18433333 0. 09216667 1.18 0.3192tn
Galat 38 2. 97566667 0. 07830702
Total 59 19. 38583333
KK = 7.64 %
Panjang Akar
Genotipe 19 13. 22583333 0. 69609649 1.43 0.1690tn
Ulangan 2 7. 89300000 3. 94650000 8.13 0.0012**
Galat 38 18. 45366667 0. 48562281
Total 59 39. 57250000
KK = 7.55 %
Keterangan : * %HUSHQJDUXKQ\DWDPHQXUXW8ML)SDGDWDUDIĮ
** = Berpengaruh sangat Q\DWDPHQXUXW8ML)SDGDWDUDIĮ
tn = Tidak berpengaruh nyata SDGDWDIĮGDQĮ
Lampiran 12. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Tingkat Ketinggian (TK)
terhadap Genotipe Padi Gogo pada Tolok Ukur Daya
Berkecambah (DB), Berat Kering Kecambah Normal (BKKN),
Panjang Kecambah (PK), Panjang Plumula (PP), dan Panjang
Akar (PA)

Sumber Keragaman db JK KT Fhit Pr > F


Daya Berkecambah
Genotipe 8 1095. 405983 4506. 41026 6.51 0.0010**
Ulangan 2 3605. 128205 5477. 2991 7.92 0.0045**
Galat 15 1037. 27350 6919. 5157
Total 25 5738. 461538
KK = 13.51 %
Berat Kering Kecambah Normal
Genotipe 8 0.00271795 0.00033974 9.13 0.0001**
Ulangan 2 0.00075823 0.00037911 10.18 0.0016**
Galat 15 0.00055844 0.00003723
Total 25 0.00403462
KK = 13.33 %
Panjang Kecambah
Genotipe 8 3914. 820513 4. 89352564 5.57 0.0021**
Ulangan 2 0.68598291 0.34299145 0.39 0.6833tn
Galat 15 13. 16735043 0.87782336
Total 25 53. 00153846
KK = 6.47 %
Panjang Plumula
Genotipe 8 4. 46346154 0.55793269 12.14 0.0001**
Ulangan 2 0.23068376 0.11534188 2.51 0.1147tn
Galat 15 0.68931624 0.04595442
Total 25 5. 38346154
KK = 5.57 %
Panjang Akar
Genotipe 8 22. 35282051 2. 79410256 3.67 0.0145 *
Ulangan 2 0.87615385 0.43807692 0.58 0.5745tn
Galat 15 11. 42217949 0.76147863
Total 25 34. 65115385
KK = 8.21 %
Keterangan : * %HUSHQJDUXKQ\DWDPHQXUXW8ML)SDGDWDUDIĮ
** = Berpengaruh sangat Q\DWDPHQXUXW8ML)SDGDWDUDIĮ
tn = Tidak berpengaruh nyata SDGDWDIĮGDQĮ
Lampiran 13. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Tingkat Ketinggian (TK)
terhadap Genotipe Padi Sawah pada Tolok Ukur Daya
Berkecambah (DB), Berat Kering Kecambah Normal (BKKN),
Panjang Kecambah (PK), Panjang Plumula (PP), dan Panjang
Akar (PA)

Sumber Keragaman db JK KT Fhit Pr > F


Daya Berkecambah
Genotipe 19 86. 78086512 4. 56741395 4.83 0.0001**
Ulangan 2 0. 51600792 0. 25800396 0.27 0.7627tn
Galat 38 35. 9392642 0. 9457701
Total 59 123. 2361373
KK = 12.47%
Berat Kering Kecambah Normal
Genotipe 19 0. 00539973 0. 00028420 1.00 0.4821tn
Ulangan 2 0. 00047197 0. 00023599 0.83 0.4436tn
Galat 38 0. 01079682 0. 00028413
Total 59 0. 01666853
KK = 2.29 %
Panjang Kecambah
Genotipe 19 61. 87066667 3. 25635088 1.65 0.0918tn
Ulangan 2 48. 09100000 24. 04550000 12.22 0.0001**
Galat 38 74. 7823333 1. 9679561
Total 59 184. 7440000
KK = 9.38 %
Panjang Plumula
Genotipe 19 20. 34183333 1. 07062281 1.28 0.2524tn
Ulangan 2 8. 18533333 4. 09266667 4.89 0.0129*
Galat 38 31. 79466667 0. 83670175
Total 59 60. 32183333
KK = 18.75%
Panjang Akar
Genotipe 19 24. 94183333 1. 31272807 2.08 0.0268*
Ulangan 2 17. 73633333 8. 86816667 14.06 0.0001**
Galat 38 23. 96366667 0. 63062281
Total 59 66. 64183333
KK = 7.88 %
Keterangan : * %HUSHQJDUXKQ\DWDPHQXUXW8ML)SDGDWDUDIĮ
** = Berpengaruh sangat nyata menurut 8ML)SDGDWDUDIĮ
tn = Tidak berpengaruh nyata SDGDWDIĮGDQĮ
Lampiran 14. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan NaCl 4000 ppm terhadap
Genotipe Padi Rawa pada Tolok Ukur Daya Berkecambah (DB),
Indeks Vigor (IV), Berat Kering Kecambah Normal (BKKN),
Panjang Kecambah (PK), Panjang Plumula (PP), Panjang Akar
(PA)

Sumber Keragaman db JK KT Fhit Pr > F


Daya Berkecambah
Genotipe 15 5439.667 362.644 3.54 0.0016**
Ulangan 2 1622.000 811.000 7.92 0.0017**
Galat 30 3071.333 102.378
Total 47 10133.000
KK = 13.90 %
Indeks Vigor
Genotipe 15 53.889 3.592 4.72 0.0001**
Ulangan 2 3.435 1.717 2.26 0.1221tn
Galat 30 22.828 0.760
Total 47 80.153
KK = 13.42 %
Berat Kering Kecambah Normal
Genotipe 15 0.017 0.001 3.38 0.0022**
Ulangan 2 0.005 0.002 8.26 0.0014**
Galat 30 0.010 0.0003
Total 47 0.033
KK = 14.25 %
Panjang Kecambah
Genotipe 15 34.969 2.331 3.35 0.0001**
Ulangan 2 29.837 14.918 21.45 0.0023**
Galat 30 20.862 0.695
Total 47 85.669
KK = 5.36 %
Panjang Plumula
Genotipe 15 25.226 1.681 4.02 0.0006**
Ulangan 2 25.667 12.838 30.71 0.0001**
Galat 30 12.542 0.418
Total 47 63.447
KK = 11.41 %
Panjang Akar
Genotipe 15 4.506 0.300 0.95 0.3723tn
Ulangan 2 0.335 0.167 0.53 0.5843tn
Galat 30 9.471 0.315
Total 47 14.313
KK = 5.68 %
Keterangan : * %HUSHQJDUXKQ\DWDPHQXUXW8ML)SDGDWDUDIĮ
** = %HUSHQJDUXKVDQJDWQ\DWDPHQXUXW8ML)SDGDWDUDIĮ
tn = Tidak berpengaruh nyata SDGDWDIĮGDQĮ

Anda mungkin juga menyukai