Oleh
Rahmi Dian Wahyuni
A34301056
Oleh
A34301056
Menyetujui :
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Disetujui tanggal :
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Jakarta, DKI Jakarta, pada tanggal 21 Febuari 1983 dari
ayah bernama Fathul Amin dan ibu Mas Ayu. Penulis merupakan anak ke empat
dari empat bersaudara.
Penulis menempuh sekolah dasar di SDN 01 Pagi Jati Padang, Jakarta
hingga tahun 1996. Kemudian pada tahun 1998 penulis menyelesaikan studi di
SLTPN 41 Ragunan, Jakarta. Selanjutnya penulis lulus dari SMUN 38 Lenteng
Agung, Jakarta pada tahun 2001.
Pada tahun 2001 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur
Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN). Penulis terdaftar sebagai
mahasiswa Program Studi Hortikultura, Departemen Agronomi dan Hortikultura,
Fakultas Pertanian. Selama di IPB penulis sempat aktif dalam kegiatan Himpunan
Mahasiswa Agronomi (Himagron).
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Dr.
Ir. Aris Munandar, MS sebagai dosen pembimbing yang telah bersedia
memberikan bantuan dan pengarahan selama melaksanakan penelitian dan
penyusunan skripsi. Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, MS selaku dosen pembimbing
akademik yang telah mengarahkan penulis selama studi di IPB. Dr. Ir. Darda
Efendi, MSi dan Ir. Ketty Suketi, MSi., yang telah bersedia menjadi dosen penguji
dan Endi Rohendi, SP yang telah banyak memberikan bantuan dan masukan
selama penelitian.
Terima kasih penulis sampaikan juga kepada keluarga, bapak, ibu, uni,
susi dan abang atas doa, pengorbanan dan dukungan semangat baik moril dan
materiil. Wike teman sepenelitianku yang kompak selalu, Evi, Tia, Pipih, Opi,
Melon, Desi, Mira, Erda dan Wuri yang telah membantu dan menemani selama
pelaksanaan penelitian ini. Teman-teman QC, Maharlika serta teman-teman
program studi Hortikultura terutama angkatan 38 atas saran dan semangatnya.
Akhirnya penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna.
Walaupun demikian penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pihak lain yang memerlukan.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL............................................................................................. vi
PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
Latar Belakang ........................................................................................... 1
Tujuan ........................................................................................................ 3
Hipotesis .................................................................................................... 3
LAMPIRAN ..................................................................................................... 31
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1. Curah Hujan Bulanan dan Hari Hujan Tahun 2005 ........................................ 15
2. Pertambahan Panjang Tunas pada Empat Dosis Paklobutrazol....................... 17
3. Pertambahan Jumlah Daun pada Empat Dosis Paklobutrazol dan Dua Dosis
KNO3 ............................................................................................................ 18
4. Pertambahan Panjang Cabang Sekunder pada Empat Dosis Paklobutrazol..... 19
5. Intensitas Trubus pada Empat Dosis Paklobutrazol........................................ 20
6. Saat Munculnya Tunas Bunga dan Jumlah Tunas Bunga pada Empat Dosis
Paklobutrazol dan Dua Dosis KNO3 .............................................................. 21
7. Saat Munculnya Tunas Bunga dan Bunga Mekar........................................... 22
Lampiran
1. Data Klimatologi........................................................................................... 31
2. Data Rekapitulasi Sidik Ragam ..................................................................... 32
3. Sidik Ragam PertambahanPanjang Tunas...................................................... 33
4. Sidik Ragam Pertambahan Jumlah Daun ....................................................... 34
5. Sidik Ragam Pertambahan Panjang Cabang Sekunder ................................... 35
6. Sidik Ragam Intensitas Trubus ...................................................................... 35
7. Saat Muncul Tunas Bunga dan Jumlah Tunas Bunga pada Delapan
Kombinasi Perlakuan ................................................................................... 36
8. Sidik Ragam Saat muncul Tunas Bunga dan Jumlah Tunas Bunga ................ 36
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
Latar Belakang
Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan tanaman buah berupa pohon
yang termasuk dalam famili Bombacaceae. Sebutan durian diduga berasal dari
istilah melayu yaitu dari kata duri yang diberi akhiran –an sehingga menjadi
durian. Kata ini terutama dipergunakan untuk menyebut buah yang tajam.
Tanaman durian berasal dari hutan Malaysia, Sumatra, dan Kalimantan yang
berupa tanaman liar. Penyebaran durian ke arah Barat adalah ke Thailand, Birma,
India, Pakistan. Buah durian sudah dikenal di Asia Tenggara sejak abad 7 Masehi
(Nakasone dan Paull, 1998).
Menurut Winarno et al. (1990), terdapat 27 jenis durian, namun hanya
enam jenis yang daging buahnya dapat dimakan. Selebihnya tidak enak, tidak
mempunyai daging buah, dan buahnya kecil-kecil. Diantara enam jenis yang dapat
dimakan ini, yang mempunyai nilai ekonomis tertinggi adalah jenis Durio
zibethinus, karena durian ini mempunyai rasa yang enak, aroma yang khas dan
nilai gizi yang cukup tinggi. Direktorat Tanaman Buah (2000) menyatakan bahwa
kandungan gizi yang terdapat dalam 100 g daging buah durian adalah air 85 g,
protein 2.5 g, lemak 3 g, kalori 134 kal, hidrat arang 28 g, kalsium 7.4 mg, fosfor
44 mg, besi 1.3 mg, vitamin A 175 mg, vitamin B1 0.10 mg dan vitamin C 53 mg.
Di Indonesia, tanaman durian ini sudah tersebar hampir ke seluruh daerah,
dan durian sebagai buah tropis mempunyai segmen pasar yang jelas dan bersifat
komplementer terhadap buah-buahan sub tropis, sehingga durian sebagai komoditi
buah-buahan tropika mempunyai prospek yang cerah. Beberapa kultivar yang
telah dilepas oleh pemerintah sebagai kultivar durian unggul yaitu Sunan, Sukun,
Petruk, Sitokong, Simas, Otong, Kani, Si Hijau, Si Japang, Si Dodol, Saweri
Gading, Lalong, Tamalatea, Perwira, Bokor, Siriwig, Asoe Kaya, Pha Gajah,
Mansau, Sawah Mas, Raja Mabah, Aspar, Kalapet, Matahari, Hepe, Bantal Mas,
Bakul dan Soya (Direktorat Tanaman Buah, 2000). Menurut Deptan (2005) luas
panen durian pada tahun 2002 adalah sekitar 41 033 ha dengan tingkat produksi
mencapai 525 064 ton.
Tantangan utama dalam budidaya durian adalah mencari jalan untuk
meningkatkan produktivitas melalui manipulasi ritme pertumbuhan, karena
produktivitas durian masih rendah akibat rendahnya pembungaan. Hal tersebut
terjadi dikarenakan pembungaan durian yang bersifat musiman dan biannual
bearing, yaitu sifat berbunga yang tidak stabil artinya berbunga banyak pada satu
tahun (on year) dan berbunga sedikit pada tahun berikutnya (off year), sehingga
pada musim panen ketersediaan durian di pasaran melimpah sedangkan pada
musim lainnya justru sedikit bahkan tidak berbuah.
Kendala tersebut dapat diatasi dengan melakukan kesinambungan hasil
setiap musim sepanjang tahun, dengan cara mengusahakan reproduksi tanaman
diluar musim buah atau mengatur saat berbunga/berbuahnya tanaman durian
tersebut. Adapun usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan cara menginduksi
pembungaan. Induksi bunga dapat dilakukan dengan menghentikan pengairan
(stress air), pemangkasan akar, girdling/ringing, dan pemakaian zat penghambat
tumbuh (Verheij dan Coronel, 1997).
Menurut Chandraparnik et al. (1992) zat pengatur tumbuh yang dapat
digunakan untuk menginduksi pembungaan pada tanaman durian adalah
paklobutrazol. Hasil penelitian Utama (2003) menunjukkan bahwa perlakuan
paklobutrazol 5, 10, 15 g per pohon dapat mendorong pembungaan durian.
Weaver (1972) mengemukakan bahwa paklobutrazol bekerja dengan cara
menghambat sintesis giberelin, yang selanjutnya akan menyebabkan penurunan
laju pembelahan sel sehingga mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan
vegetatif, dan secara tidak langsung akan mengalihkan fotosintat ke pertumbuhan
reproduktif yang diperlukan untuk membentuk bunga, buah dan perkembangan
buah.
Aplikasi paklobutrazol seringkali menyebabkan dormansi pada tunas
vegetatif dan generatif yang telah terinduksi, sehingga perlu diikuti pemberian zat
pemecah dormansi agar dapat mempercepat dan memperbanyak munculnya bunga
dari mata tunas yang telah terinduksi tersebut. Pada mangga, salah satu zat
pemecah dormansi tunas bunga yang efektif adalah Kalium Nitrat (KNO3) 40 g/l
yang diberikan satu bulan setelah aplikasi paklobutrazol (Poerwanto et al., 1997).
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh paklobutrazol, KNO3
dan interaksinya terhadap pertumbuhan dan pembungaan durian (Durio zibethinus
Murr. ) cv. Monthong.
Hipotesis
1. Paklobutrazol dapat menghambat pertumbuhan dan menginduksi pembungaan
durian
2. KNO3 dapat memecahkan dormansi tunas.
3. Terdapat interaksi antara paklobutrazol dan KNO3 terhadap pertumbuhan dan
pembungaan tanaman durian.
TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Tanaman
Durian varietas Monthong merupakan tanaman introduksi dari Thailand,
pohonnya dapat mencapai ketinggian 5-6 m. Kulit batang kasar dan berwarna
kecoklatan. Durian mempunyai daun tunggal berbentuk bulat panjang (oval
oblong) dan ujung daun meruncing, letak daun alternate. Warna permukaan atas
daun hijau dan permukaan bawah daun berwarna coklat kekuningan. Permukaan
buahnya tebal berwarna perak keemasan dengan dilapisi bulu tipis. Tangkai daun
bulat, panjangnya 2.5 cm dan ujungnya membentuk acuminate. Daun muda
terlipat pada pertengahan tulang daun dan membuka bila sudah dewasa
(Subhadrabandhu et al., 1992).
Durian tergolong tanaman berbunga ramiflora, yaitu berbunga pada
cabang dan ranting. Bunga durian berbentuk seperti mangkuk, tersusun dalam
tangkai agak panjang bergerombol. Bunga tergolong hermaprodit, yaitu dalam
satu bunga terdapat kelamin jantan dan kelamin betina. Namun antara putik dan
benang sari yang berasal dari satu varietas ini umumnya tidak kompatibel kecuali
untuk beberapa varietas tertentu seperti Monthong dapat melakukan penyerbukan
sendiri, sedangkan untuk varietas yang lainnya harus melakukan penyerbukan
silang.
Menurut Subhadrabandhu et al. (1992), bunga durian pada umumnya
muncul pada cabang-cabang lateral dan membentuk dompolan sekitar 3-30
tangkai, deciduous, dan bunganya berbentuk bulat telur dan cembung. Bunga
lebih banyak muncul pada bagian tengah-tengah dahan daripada di bagian
ujungnya. Sejak bunga muncul sampai mekar diperlukan waktu sekitar 6 minggu.
Syarat Tumbuh
Durian tumbuh baik pada daerah tropis basah dengan curah hujan
1.500- 2.000 mm per tahun dan memiliki bulan basah selama 9-11 bulan per tahun
dan bulan kering selama 3-4 bulan per tahun untuk merangsang pertumbuhan
bunga. Untuk bertanam durian secara intensif dibutuhkan tempat dengan
ketinggian 50-600 dpl. Ketinggian tempat akan berpengaruh terhadap waktu
pembungaan dan kematangan buah. Selain itu durian tumbuh baik pada tanah
dengan pH netral dan menghendaki tanah dalam dengan drainase baik. Jenis tanah
latosol, podsolik merah kuning, atau andosol merupakan jenis tanah yang paling
cocok untuk tanaman durian.
Lahan yang terlindung sangat baik agar cabang tidak patah karena terpaan
angin (Subhadrabandhu et al., 1992). Kedalaman air tanah tidak dapat lebih dari
150 cm, karena akar durian peka terhadap rendaman air. Tanaman dapat tumbuh
baik pada daerah yang mempunyai intensitas cahaya matahari sekitar 40-50%
dengan suhu 22-30°C dan dengan kelembaban 75% - 80% (Nakasone dan Paull,
1998).
Fisiologi Pembungaan
Pembungaan merupakan suatu kejadian yang kompleks, secara morfologi
terjadi perubahan fase vegetatif ke terbentuknya organ-organ bunga. Lang (1987)
menyatakan bahwa proses pembungaan ini terdiri dari empat tahapan yaitu:
1) Induksi atau inisiasi bunga; 2) Diferensiasi bunga; 3) Pendewasaan bunga;
4) Anthesis atau bunga mekar.
Menurut Ryugo (1990) induksi bunga adalah fase yang paling penting
dalam proses pembungaan. Pada fase ini terjadi perubahan fisiologis atau
biokimia pada mata tunas dari pertumbuhan vegetatif mengarah ke generatif. Fase
ini menjadi penting karena tidak ada perubahan morfologi yang tampak pada
kuncup. Pada tahap diferensiasi bunga, primordia bunga berkembang secara
akropetal mulai dari primordia sepal diikuti oleh petal, stamen dan terakhir pistil.
Bagian-bagian ini membesar pada tahap pendewasaan bunga dan telah mencapai
ukuran maksimum. Saat anthesis, stigma menjadi reseptif dan anther siap untuk
melepaskan polen.
Pada prinsipnya terdapat tiga proses dalam induksi pembungaan, yaitu ;
1) Adanya hormon pembungaan atau florigen, atau produksi stimulus
pembungaan pada daun yang mengalihkan fase vegetatif menjadi reproduktif ; 2)
Adanya kondisi nutrisi yang optimum pada saat yang sama dengan perubahan
dalam apeks, dan 3) Terjadinya perubahan biokimia pada apeks yang mengubah
dan mengkonversi nutrien sehingga terjadi induksi bunga (Ryugo, 1990).
Di Indonesia induksi bunga terjadi secara alamiah pada musim kemarau,
karena mengalami stress air dan bunga akan muncul menjelang musim hujan
(Poerwanto, 1994). Nakasone dan Paull (1998) menyatakan bahwa untuk
merangsang terjadinya induksi bunga pada tanaman durian diperlukan periode
kering yang berkelanjutan selama 7-14 hari supaya membentuk karbohidrat yang
cukup banyak (Gambar 1).
Irigasi
Pembungaan
Pemupukan
Perkembangan buah
Paklobutrazol
Zat penghambat tumbuh (retardan) merupakan zat yang mempunyai efek
fisiologis untuk memperlambat pertumbuhan vegetatif dan dapat mendorong
pembungaan pada tanaman tertentu, yaitu dengan menghambat pembelahan dan
pembesaran sel sub apikal. Aplikasi retardan berperan dalam mengendalikan
pertumbuhan dengan menghambat biosintesis giberelin (Weaver, 1972). Menurut
Sponsel (1995), untuk menginduksi pembungaan, biosintesis giberelin dapat
dihambat dengan AMO-1618 dan cycocel, yang memblokir aktivitas enzim
ent-kaurena sintetase A pada sintesis copalil pirofosfat, sedangkan paklobutrazol,
ancymidol dan uniconazol dapat menghambat sintesis giberelin pada oksidasi
ent-kaurena.
Paklobutrazol merupakan salah satu zat penghambat tumbuh dengan
rumus kimia (2 RS, 3 RS)-1-(4-klorofenil)-4, 4 -dimetil-2-(1H-1, 2,4-Triazole-1-
il)-pentan-3-ol (Wattimena, 1988) dan rumus empirik C15H20ClN3O, atau dikenal
dengan nama dagang Cultar, Clipper, Darley atau Goldstar, telah terbukti
mempunyai kemampuan mengatur partisi fotosintat dari daun ke akar, yang
pengaruhnya dapat menyebabkan induksi pembungaan dan meningkatkan jumlah
kuncup, menghambat pecah tunas, juga meningkatkan pembungaan awal (Voon et
al., 1992). Rumus bangun paklobutrazol adalah seperti dalam Gambar 2 berikut:
Cl CHCH2 N N
CHOH
N
C(CH3)3
C(CH )3
Gambar 2. Rumus Bangun3 Paklobutrazol (Wattimena, 1988).
Menurut Sponsel (1995) paklobutrazol secara biologis menghambat
aktivitas enzim entkaurena oksidase, mengubah entkaurena menjadi asam
entkaurenoid dalam biosintesis giberelin (Gambar 3). Wieland dan Wample
(1985) menyatakan apabila biosintesis giberelin terhambat maka berakibat
meningkatnya biosintesis asam absisat (ABA), sebab prekursor kedua hormon ini
adalah Acetyl-CoA yang terjadi dalam proses respirasi guna menciptakan energi.
Apabila hormon ABA meningkat, maka kemungkinan berefek pada pembungaan
suatu tanaman. Walaupun begitu efek paklobutrazol terhadap tanaman cukup
lama, dan hanya efektif pada suatu musim aplikasi.
GGPP
Ent-kaurena sintetase A
CPP
Ent-kaurena sintetase B
Ent-kaurena
Penghambatan oleh
paklobutrazol
Asam ent-kaurenoid
Gas-aldehida
Giberelin X;
Keterangan :
Rancangan Percobaan
Percobaan ini terdiri dari dua faktor, yaitu dosis paklobutrazol dan dosis
KNO3, dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial. Faktor
dosis paklobutrazol terdiri atas empat taraf, yaitu 0 g (P0) sebagai kontrol, 0.75 g
(P1), 1 g (P2) dan 1.5 g (P3) bahan aktif. Faktor dosis KNO3 terdiri atas dua taraf,
yaitu 0 g/l (D0) dan 20 g/l (D1). Masing-masing perlakuan dari kedua faktor
tersebut dikombinasikan sehingga diperoleh delapan kombinasi perlakuan sebagai
berikut :
• P0D0 = 0 g paklobutrazol
• P0D1 = 0 g paklobutrazol dengan 20 g/l KNO3
• P1D0 = 0.75 g paklobutrazol
• P1D1 = 0.75 g paklobutrazol dengan 20 g/l KNO3
• P2D0 = 1 g paklobutrazol
• P2D1 = 1 g paklobutrazol dengan 20 g/l KNO3
• P3D0 = 1.5 g paklobutrazol
• P3D1 = 1.5 g paklobutrazol dengan 20 g/l
Masing-masing kombinasi perlakuan diulang tiga kali sehingga diperoleh 24
satuan percobaan.
Model percobaan yang digunakan adalah sebagai berikut:
Y ijk = µ + αi+βj + (αβ)ij +ε ijk dimana :
µ = nilai tengah umum
αi = pengaruh perlakuan dosis Paklobutrazol ke- i
βi = pengaruh perlakuan dosis KNO3 ke-j
(αβ)ij = pengaruh interaksi perlakuan αi dan βI
ε ijk = pengaruh kesalahan perlakuan Paklobutrazol ke-i; perlakuan KNO3
ke-j; pengaruh ulangan ke-k.
Analisis ragam terhadap data hasil pengamatan dilakukan dengan uji F.
Jika hasil uji F menunjukkan pengaruh nyata pada taraf 5 % secara statistik maka
dilakukan uji lanjut dengan uji jarak berganda Duncan (DMRT).
Pelaksanaan Penelitian
Persiapan
Bahan tanaman yang digunakan dalam percobaan ini adalah tanaman
durian varietas Monthong hasil okulasi. Tanaman durian berumur ± 8 tahun dan
sudah pernah berbunga. Tinggi tanaman berkisar antara 5-6 meter dengan 10-12
cabang utama/primer. Tanaman durian ditanam pada lahan dengan jarak tanam
7.5 x 7.5 meter. Penempatan perlakuan dilakukan secara acak pada seluruh satuan
percobaan. Setiap tanaman diberi label sesuai dengan jenis perlakuannya.
Pengamatan dilakukan pada setiap tanaman pada 8 cabang sekunder contoh.
Tanaman diseragamkan kondisinya dengan melakukan pemangkasan cabang-
cabang negatif, tunas air, dan cabang-cabang yang tidak sehat. Sebelum
perlakuan, dilakukan kalibrasi dengan menyiramkan air ke tanah dan
menyemprotkan air secara merata pada cabang tanaman yang dilakukan pada
beberapa tanaman untuk mengetahui kebutuhan volume larutan tanaman
percobaan yang kemudian dirata-ratakan sebagai volume siram dan volume
semprot untuk setiap tanaman.
Aplikasi Paklobutrazol
Aplikasi paklobutrazol dilakukan pada tanggal 17 Maret 2005 dan hanya
dilakukan satu kali. Paklobutrazol diberikan dengan cara menyiramkan ke tanah
sekeliling batang dengan volume penyiraman 3 liter larutan paklobutrazol sesuai
dengan dosis yang diberikan.
Aplikasi KNO3
Aplikasi KNO3 dosis 0 g/l dan 20 g/l diberikan tanggal 17 april 2005, satu
bulan setelah aplikasi paklobutrazol. KNO3 diberikan dengan cara disemprotkan
pada cabang-cabang sekunder dan tersier menggunakan hand sprayer dengan
dosis sesuai perlakuan. Aplikasi KNO3dilakukan dengan volume semprot 1liter
larutan KNO3/pohon.
Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman yang dilakukan adalah pemangkasan, pemupukan,
pengendalian gulma dan pengendalian hama penyakit tanaman. Pemangkasan
dilakukan untuk membuang tunas-tunas air dan cabang-cabang yang tidak sehat.
Pemupukan Urea, TSP, KCl dilakukan sebanyak tiga kali yaitu bulan April, Juni
dan Agustus masing-masing 750 g/pohon. Pengendalian gulma dilakukan dengan
membuang gulma yang ada disekitar bokoran tanaman dan sekitar kebun durian.
Pengendalian hama menggunakan pestisida Dursban dan pengendalian penyakit
menggunakan bubur bourdeaux.
Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada semua pohon sebagai satuan percobaan. Pada
tiap tanaman dilakukan tagging sebanyak 8 cabang sekunder contoh. Pengamatan
mulai dilakukan dua minggu setelah aplikasi paklobutrazol. Untuk pengamatan
panjang tunas dilakukan seminggu sekali sedangkan untuk pengamatan jumlah
daun, panjang cabang sekunder, intensitas trubus dilakukan sebulan sekali sampai
tanaman berbunga.
Peubah-peubah yang diamati adalah sebagai berikut:
1. Pertambahan panjang tunas = pertambahan panjang tunas
panjang tunas total
2. Pertambahan jumlah daun = jumlah daun baru
jumlah daun total
3. Pertambahan panjang cabang sekunder = pertambahan panjang cabang
panjang cabang sekunder total
4. Intensitas trubus = cabang primer yang mengalami trubus X 100 %
cabang primer yang diamati
Cabang primer mengalami trubus jika lebih dari empat ranting pada cabang
tersebut mengalami trubus/flushing (Borchert, 1976).
5. Saat muncul tunas bunga pertama.
Satuan yang digunakan adalah hari setelah perlakuan paklobutrazol (HSP).
6. Jumlah tunas bunga/pohon.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada Tabel 3 diatas juga terlihat bahwa semakin tinggi dosis paklobutrazol
cenderung semakin menekan pertambahan jumlah daun. Pada 4 MSP terjadi
penurunan pertambahan jumlah daun 0.02 daun (20%) untuk dosis 0.75 g, 0.03
daun (30%) untuk dosis 1 g dan 0.04 daun (40%) untuk dosis 1.5 g paklobutrazol
dibandingkan dengan kontrol. Pada 8 MSP pertambahan jumlah daun muncul
tidak berbeda nyata antara kontrol dengan dosis paklobutrazol 0.75 g, sedangkan
perlakuan 1 g menyebabkan penurunan pertambahan jumlah daun 0.05 (36%) dan
0.07 daun (50%) untuk dosis 1.5 g paklobutrazol dibandingkan dengan kontrol.
Pada 12 MSP terjadi penurunan pertambahan jumlah daun 0.04 daun (33%) untuk
dosis 1 g dan 0.05 daun (42%) untuk dosis 1.5 g pakobutrazol dibandingkan
dengan kontrol, sedangkan pada dosis 0.75 g paklobutrazol tidak berbeda nyata.
Pada pengamatan 20 MSP terjadi penurunan pertambahan jumlah daun 0.11 daun
(61%) untuk dosis 0.75 g, 0.08 daun (44%) untuk dosis 1 g dan 0.12 daun (67%)
untuk dosis 1.5 g paklobutrazol dibandingkan dengan kontrol.
Penghambatan pertambahan jumlah daun disebabkan oleh aktivitas
paklobutrazol yang menghambat sintesis giberelin. Menurut Lakitan (1996)
giberelin dapat merangsang pertumbuhan dan mempengaruhi pembentukan daun.
Oleh karena itu bila sintesis giberelin terhambat maka pertumbuhan daun akan
terhambat pula. Hasil ini sejalan dengan percobaan Kurian dan Iyer (1993) yang
menunjukkan bahwa pemberian paklobutrazol dapat menurunkan jumlah daun
pada tanaman mangga. Kemudian Widayati (1997) melaporkan bahwa
paklobutrazol dosis 0.25 g, 0.5 g, 1 g dan 2 g efektif dalam mengurangi
pertambahan jumlah daun pada tanaman rambutan.
Hasil percobaan (Tabel 3) menunjukkan bahwa perlakuan KNO3
mempengaruhi secara nyata pertambahan jumlah daun yaitu pada 8, 16 dan
20 MSP dengan penurunan pertambahan jumlah daun sebesar 0.05 daun (38%).
Menurut Punnacit et al. (1992), KNO3 dapat mengontrol perkembangan daun-
daun muda durian dengan menunda pembentukan flush baru dan merusak flush
yang baru terbentuk. Interaksi antara paklobutrazol dengan KNO3 tidak
berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah daun.
Intensitas Trubus
Hasil sidik ragam menunjukkan perlakuan paklobutrazol hanya
berpengaruh nyata terhadap intensitas trubus pada 10 MSP (Tabel Lampiran 6).
Pada Tabel 5 terlihat bahwa pada 2 MSP dan 6 MSP walaupun tidak nyata secara
statistik tapi juga terjadi penurunan intensitas trubus dibanding kontrol. Pada
10 MSP penurunan intensitas trubus hanya terjadi pada paklobutrazol dengan
dosis 0.75 g yaitu sebesar 49% dibandingkan kontrol.
Pembungaan
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan dosis
paklobutrazol, KNO3 dan interaksi antara paklobutrazol dengan KNO3 tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap pembungaan tanaman durian baik
terhadap saat munculnya tunas bunga maupun terhadap jumlah tunas bunga
(Tabel Lampiran 8).
Menurut Nakasone dan Paull (1998), pembungaan durian dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan yaitu periode kering, curah hujan dan intensitas sinar
matahari. Curah hujan yang terus menerus dapat menghambat pembungaan durian
karena beberapa tunas bunga kembali ke fase vegetatif atau flush. Hal tersebut
sama seperti yang terjadi pada hasil penelitian karena selama penelitian
berlangsung hari hujan dan curah hujan cukup tinggi.
Tabel 6. Saat Munculnya Tunas Bunga dan Jumlah Tunas Bunga pada
Empat Dosis Paklobutrazol dan Dua Dosis KNO3.
Perlakuan Saat muncul tunas bunga (HSP) Jumlah tunas bunga
Dosis Paklobutrazol
0g 181.17a 183.0a
0.75 g 171.00a 50.7a
1g 172.17a 23.2a
1.5 g 163.33a 251.3a
Dosis KNO3
0 g/l 185.50a 25.3a
20 g/l 158.33a 228.8a
Keterangan : Angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf berbeda
menunjukkan beda nyata pada taraf 5% dengan uji DMRT.
HSP : Hari Setelah Aplikasi Paklobutrazol.
Saat Munculnya Tunas Bunga
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan dosis
paklobutrazol tidak berpengaruh terhadap saat munculnya tunas bunga. Menurut
Khrisnamoorthy (1981) pengaruh zat penghambat tumbuh paklobutrazol pada
pembungaan merupakan pengaruh sekunder, sedangkan pengaruh primernya
adalah penekanan pertumbuhan vegetatif. Subhadrabandu dan Tongumpai (1990)
menyatakan bahwa keefektifan dari paklobutrazol dalam menginduksi
pembungaan durian tidak konsisten, sebab pembungaan merupakan fenomena
yang sangat kompleks dan melibatkan banyak faktor.
Tunas bunga pertama muncul pada tanggal 12 April 2005 atau 26 hari
setelah aplikasi paklobutrazol (26 HSP), yaitu pada tanaman yang diberi
perlakuan 0.75 g paklobutrazol dengan 0 g/l KNO3. Perlakuan 1.5 g paklobutrazol
dengan 20 g/l KNO3, 0 g paklobutrazol dengan 20 g/l KNO3 dan 1 g
paklobutrazol dengan 20 g/l KNO3, tunas bunga berturut-turut muncul bulan Juni,
Juli, Agustus, September yaitu setelah aplikasi KNO3 dilakukan. Perlakuan yang
lainnya berikut kontrol, sampai saat terakhir pengamatan (200 HSP) tidak
berbunga (Tabel 7).
Kesimpulan
Paklobutrazol nyata menghambat pertumbuhan vegetatif durian
cv. Monthong. Aplikasi paklobutrazol menghambat pertambahan panjang tunas,
pertambahn jumlah daun, pertambahan panjang cabang sekunder dan intensitas
trubus. Penghambatan pertambahan panjang tunas dan penurunan intensitas trubus
tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan 0.75 g paklobutrazol (P1). Penghambatan
pertambahan jumlah daun dan panjang cabang sekunder tertinggi ditunjukkan oleh
perlakuan 1.5 g paklobutrazol (P3). Perlakuan paklobutrazol belum dapat
menginduksi pembungaan. Curah hujan dan hari hujan yang tinggi pada saat
penelitian berlangsung diperkirakan mengakibatkan daya kerja paklobutrazol
kurang maksimal sehingga penginduksian pembungaan berkurang. Perlakuan
KNO3 secara statistik tidak nyata menginduksi pembungaan durian, tapi
cenderung mempercepat saat munculnya tunas bunga dan meningkatkan jumlah
tunas bunga dibandingkan kontrol. Interaksi perlakuan dosis paklobutrazol dan
dosis KNO3 tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan pembungaan durian
cv. Monthong.
Saran
Perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam pada tanaman yang diberi
perlakuan paklobutrazol dan zat pemecah dormansi untuk mengetahui mekanisme
pengaturan pembungaan secara lengkap dan sebaiknya ulangan percobaan
ditambah.
DAFTAR PUSTAKA
Armadi, Y. 2000. Studi Tentang Aplikasi Paclobutrazol dan KNO3 dalam
Menstimulasi Pembungaan Rambutan (Nephelium lappaceum Linn.) di
Luar Musim. Tesis. IPB. Bogor. 50 hal.
Bondad, N.D. 1990. Off Season Mango Production in The Philipines. Proceeding
of The International Seminar. “Off-Season Production of Horticultural
Crops”. Taiwan.
Bondad, N. D. and M. A. E. P. Tome. 1991. Growth and flowering of carabao
manggo with paclobutrazol and potasium nitrate. The Philliph. Agric. 74
(37) : 367-374.
Borchert, R. 1976. Feedback control and age-related changes of shoot in seasoanal
and non seasonal climates. p: 497-515. In P. B. Tomlinson and M. H.
Zimmerman (Eds). Tropical Trees As Living System. Cambrige
University Press. Cambrige.
Chaitrakilsub, T., R. Ogata, S. Subhadrabandhu, T. Powsung, H. Gemma. 1992.
Effect of paclobutrazol with ethephon on flowering and leaf flushing of
lychee cv. Hong Huay. Acta Hort. 321: 303-308.
Chandraparnik, S., H. Hiranpradit, U. Punnachit dan S. Salakpetch. 1992.
Paklobutrazol influences flower induction in durian, Durio zibethinus
Murr. Acta Hort 321: 282-290.
Deptan. 2005. Program Kerja Departemen Pertanian Dirjen Bina Produksi
Hortikultura. http://www. hortikultura. go.id.[11 Oktober 2005]
Direktorat Tanaman Buah. 2000. Vademekum Buah. Direktorat Tanaman Buah.
Departemen Pertanian, Jakarta. 121 hal.
Efendi, D. 1994. Studi Stimulasi Pembungaan Mangga ( Mangifera indica L.)
cv Arumanis dengan KNO3 dan Paklobutrazol. Tesis. Program
Pascasarjana. IPB. Bogor. 67 hal.
Garcia, S. S. dan V. V. Valdivia. Physiological persistence of paclobutrazol on the
“Tommy Atkins” mango ( Mangifera indica L.) under rainfed conditions.
HortScience 22 (2): 339-345.
ICI. 1984. Paclobutrazol plant growth regulator for technical data. Plant
Protection Div. Survey. England. p 45-67.
Kozlowski, T. T. 1971. Growth and Development of Tress. Academic Press.
New York. 443 p.
Krishnamoorthy. 1981. Plant Growth Subtances Including Application In
Agriculture. Tata Mc Graw-Hill Pub. Co. Ltd. New Delhi. 214 p.
Kurian, R. M. and C. P. A. Iyer. 1993. Chemical regulation of tree size in mango
(Mangifera indica L.) cv. Alphonso. I. Effect of growth retardants on
vegetative growth and tree vigour. HortScience. 68(3): 349-354.
Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Raja
Grafindo Persada. Jakarta. 218 hal.
Lang, G. A. 1987. Dormancy universal terminalogy. HortScience. 22(5): 817-819.
Malik, CP. 1979. Current Advances in Plant Reproductive Biology. Volume I.
Kalyani Publishers. New Delhi. Ludhiana. 351 p.
Mursal. 2004. Studi Pemacuan Pembungaan dan Pembuahan pada Tanaman
Lengkeng (Euphoria longana Lam.) untuk Produksi Buah di Luar
Musim. Tesis. Program Pascasarjana. IPB. Bogor. 84 hal.
Nakasone, H. Y. and R.E. Paull. 1998. Tropical Fruit : Litchi, Longan and
Rambutan. CAB Internasional. USA. 173-207 p.
Poerwanto, R., dan H.Inoue. 1990. Effect of air and soil temperatur in autumn on
flower induction and some physological respon of Satsuma Mandarin.
Japan Soc. HortScience. 59 : p 207-214.
Poerwanto, R. 1994. Budidaya pohon buah-buahan di perkotaan. Agrotek. 2 (1):
27-33.
Poerwanto, R., dan S. Susanto .1996. Pengaturan Pembungaan dan Pembuahan
Jeruk Siem (Citrus reticulata Blanco) dengan Paklobutrazol dan Zat
Pemecah Dormansi. J. Ilmu. Pert. Indon. 6(2): 39-44.
Poerwanto, R., Efendi. D., dan S. S. Harjadi. 1997. Pengaturan pembungaan
mangga gadung 21 diluar musim dengan paklobutrazol dan zat pemecah
dormansi. Hayati 2(4): 41-46.
Prahardini, P. E. R., A. Budjiono, B. Tegopati dan I. Muhadjir. 1988.
Penyemprotan CEPA dan KNO3 untuk Induksi Pembungaan Jeruk
Keprok ( Citrus verticulata B.). J. Hort. Malang 4 (5): 12-16
Prawiranata, T. Tjondronegoro, dan S.Harran. 1992. Dasar-dasar Fisiologi
Tumbuhan. Jurusan Biologi. FMIPA. IPB. Bogor 247 hal.
Prawitasari, T. 2001. Fisiologi Pembungaan Tanaman Lengkeng (Euphoria
longana Lam.) pada Beberapa Ketinggian Tempat. Disertasi. Program
Pascasarjana. IPB. Bogor. 137 hal.
Punnacit, G. K and S. Chandraparnik. 1992. Effect of plant growth regulators and
fertilizers on leaf flushing and quality of durian. Acta Hort. 321(1):
343-347.
Ryugo, K. 1990. Flowering and Fruit Set in Temperate Fruit Trees. p 21-26. In:
Jan Bay Petersen (ed). Off Season Production of Horticultural Crops.
FFTC. Taipei .
Sponsel, VM. 1995. The Biosynthesis and Metabolism of Giberelin in Higher
Plants. p : 66-92. In : Pj Davies (ed). Plant Hormone : Physiology,
Biochemistry and Molecular Biology. Secon Editions. Kluwer Acad.
London.
Subhadrabandhu, S. dan P. Tongumpai. 1990. Off-season production of some
economic fruit in Thailand, p.78-88. In: W. N. Chang and J.
Bay-Petersen (Eds). Off–season Production of Horticultural Crops.
ASPAC. Taipei.
Subhadrabandhu, S., J. M.P. Scheeman and E.M.W. Veirheij. 1992. Durio
zibethinus Murray, p: 157-167. In : E. M. W. Verheij, E.M.W. and R. E.
Coronel (Eds.) plant Resource of South East Asia 2: Edible fruit and
Nuts. Prosea. Bogor.
Tambusai, M. N. 2004. Pengaruh Naungan, Sistem Irigasi dan Aplikasi
Pemupukan terhadap Pertumbuhan Tanaman Manggis Muda (Garsinia
mangostana L.). Tesis. Program Pascasarjana. IPB. Bogor. 67 hal.
Utama, VP. 2003. Pengaruh Paklobutrazol dan Mulsa-Drainase terhadap
Pertumbuhan dan Pembungaan durian (Durio zibethinus Murr). Skripsi.
Jurusan Budidaya Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 47 hal
Verheij, E. W. M. dan R. E. Coronel. 1997. PROSEA. Sumber Daya Nabati Asia
Tenggara 2. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hal 177-180.
Voon, C.H., N. Hongsbhanich, C. Pitakpaivan dan A.J. Rowley. 1992. Cultar
development in fruit-an overview. Acta Hort 321: 270-281.
Wattimena, G. A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Laboratorium Kultur
Jaringan Tanaman. Pusat Antar Universitas, IPB. Bogor. 145 hal.
Weaver, R. J. 1972. Plant Growth Subtance in Agriculture. W. H. Freemen Co.
San Francisco. 596 p.
Widayati, T. 1997. Pengaruh Dosis dan Waktu Pemberian Paklobutrazol yang
Diikuti Pemberian Etepon Terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan
Rambutan (Nephelium lappaceum Linn.). Skripsi. Jurusan Budidaya
Pertanian. IPB. Bogor. 46 hal.
Wieland, W. F. and R. L. Wample. 1985. Effects of paclobutrazol on growth,
photosynthesis and carbohydrate content of ′Delecious′ apples.
ScientiaHort. 26 : 139-147.
Winarno, M., H. Sunarjono, Ismijati, S. Kusumo. 1990. Teknik Perbanyakan
Cepat Buah-Buahan Tropika. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Hortikultura, Jakarta. 82 hal.
LAMPIRAN
Tabel lampiran 1. Data Klimatologi Tahun 2005
Pertambahan Panjang
Tunas
2 MSP tn * tn
3 MSP tn tn tn
4 MSP tn tn tn
5 MSP tn tn tn
6 MSP ** tn tn
7 MSP tn tn tn
8 MSP tn tn tn
Pertambahan Panjang
Cabang Sekunder
8 MSP tn tn tn
12 MSP tn tn tn
16 MSP * tn tn
20 MSP ** tn tn
Intensitas Trubus
2 MSP tn tn tn
6 MSP tn tn tn
10 MSP ** tn tn
Tabel lampiran 8. Sidik Ragam Saat Muncul Tunas Bunga dan Jumlah
Tunas Bunga.