Anda di halaman 1dari 46

SKRIPSI

PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS


TANAMAN JAGUNG YANG TERGENANG PADA
TANAH GAMBUT

MOCHAMAD WAHYUDI
CAA 114 004

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2021
PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS
TANAMAN JAGUNG YANG TERGENANG PADA
TANAH GAMBUT

MOCHAMAD WAHYUDI
CAA 114 004

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk


memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Jurusan Budidaya Pertanian

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2021
PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS
TANAMAN JAGUNG YANG TERGENANG PADA
TANAH GAMBUT

M. WAHYUDI
CAA 114 004
Program Studi Agroteknologi
Jurusan Budidaya Pertanian

Disetujui oleh:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Ir. Sri Endang A.R, M.P. Dr. Ir. Susi Kresnatita, M.P.
Tanggal: Tanggal:

Mengetahui:

Fakultas Partanian Jurusan Budidaya Pertanian


Dekan, Ketua,

Dr. Ir. Sosilawaty, MP. Ir. Robertho Imanuel M.P


NIP. 19660326 199303 2 008 NIP. 19640308 198903 1 002

Ir. CAKRA BIRAWA, M.P. FENGKY. F. ADJI. S.P., M.P., Ph.D


LEMBAR PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi yang saya susun sebagai syarat


memperoleh gelar sarjana merupakan hasil karya tulis saya sendiri. Adapun
bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini yang saya kutip dari hasil karya
orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah,
dan etika penulisan ilmiah. Saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar
akademik yang saya peroleh dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan
yang berlaku, apabila dikemudian hari ditemukan adanya plagiat dalam skripsi ini.

Palangka Raya, Juli 2021

MOCHAMAD WAHYUDI
CAA 114 004
RINGKASAN

MOCHAMAD WAHYUDI CAA 114 004 Pertumbuhan Dan Hasil Beberapa


Varietas Tanaman Jagung Yang Tergenang Pada Tanah Gambut SRI
ENDANG RAHAYU NINGSIH DAN SUSI KRESNATITA

Jagung merupakan salah satu tanaman sereal yang menempati poisisi penting
dalam perekonomian maupun ketahanan pangan nasional, karena pemanfaatanya
yang luas sebagai sumber pangan, pakan ternak, bahan baku industri. Provinsi
Kalimatan Tengah memiliki berbagai agroekosistem yang beragam mempunyai
potensi untuk pengembangan jagung. Berdasarkan data statistik, produksi jagung
Kalimantan Tengah mengalami peningkatan dari 8.189 ton. Pada tahun 2018
menjadi 107.854 ton pada tahun 2018. Kendala utama yang dihadapi oleh petani
dalam pengembangan jagung di Provinsi Kalimantan Tengah adalah semakin
terbatasnya lahan optimal sebagai akibat konversi lahan pertanian yang subur,
untuk kepentingan non pertanian seperti perumahan, industri, bisnis, dan
infrastruktur. Konsekuensinya kebutuhan lahan untuk pertanian hanya dapat
dipenuhi melalui pemanfaatan lahan sub-optimal sehingga diarahakan untuk
melakukan penelitian dengan mengunakan beberapa varietas jagung agar dapat
diketahui varietas yang mampu tumbuh dan berkembang dan tentunya mampu
berproduksi tinggi pada lahan sub-optimal Penelitian ini dilaksanakan di kebun
percobaan Jurusan Budidaya, Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya pada
bulan Desember sampai dengan Maret 2021. Penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial 4 x 2 masing-masing tiga ulangan
sehingga ada 24 satuan percobaan. Faktor pertama adalah varietas jagung yang
terdiri dari 4 jenis yaitu V1 (Varietas JH37), V2 (Varietas Bisi-2), V3 (Varietas
Bima-5), dan V4 (Varietas Nakula Sadewa-29). Faktor kedua adalah perlakuan
genangan yang terdiri dari T0 (tidak tergenang) dan T1 (tergenang). Analisis data
dilakukan dengan menggunakan uji F taraf α =5%. Apabila terdapat pengaruh
yang nyata dan sangat nyata pada perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji BNJ.
Hasil penelitian, perlakuan varietas dan genangan setelah diberikan perlakuan 10
hari genangan, pada perlakuan varietas tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap variabel pengamatan tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun,
berat basah,berat kering, berat pipilan dan panjang tongkol dengan klobot, tetapi
perlakuan genangan memberikan pengaruh nyata terhadap variabel tinggi
tanaman, jumlah daun, diameter batang, berat basah, berat kering, berat pipilam
dan panjang klobot dengan tongkol. Hasil penelitian ini menujukan belum ada
varietas yang toleran saat kondisi tergenang.
ABSTRACT

Growth And Yield Of Some Varieties


Flooded Corn Plant
On Peat

MOCHAMAD WAHYUDI

This study aims to: 1) Study the varieties of corn plants when they are inundated.
2) To see the effect of inundation on the growth and yield of several maize
varieties. 3) To obtain potential maize varieties to be developed in inundated
peatlands. This research was conducted in the experimental garden of the
Department of Cultivation, Faculty of Agriculture, University of Palangka Raya
from December to March 2021. This study used a factorial 4 x 2 Randomized
Block Design (RAK) with three replications so that there were 24 experimental
units. The first factor was corn varieties which consisted of 4 types, namely V1
(JH-37 variety), V2 (Bisi-2 variety), V3 (Bima-5 variety), and V4 (Nakula
Sadewa-29 variety). The second factor is the inundation treatment which consists
of T0 (not flooded) and T1 (flooded. The results of the research on varieties and
inundation treatments show that there is no interaction between the varieties
treatment and inundation before the inundation is given. Varieties showed no
effect on the observed variables, as well as the inundation treatment gave the same
results, while the varieties and inundation treatments after 10 days given the
inundation showed that there was no interaction between varieties and inundation,
the variety treatment showed no significant effect on the observed variables, but
the inundation treatment had a significant effect on the observed variables of plant
height, stem diameter, number of leaves, wet weight, dry weight, weight shells
and length of the cob with corn husk after 10 days of flooding

Keywords: shelled corn, varieties, and puddles.


ABSTRAK

Pertumbuhan Dan Hasil Beberapa Varietas


Tanaman Jagung Yang Tergenang
Pada Tanah Gambut

MOCHAMAD WAHYUDI

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengaji varietas tanaman jagung pada saat
digenangi. 2) Untuk melihat pengaruh genangan terhadap pertumbuhan dan hasil
beberapa varietas jagung. 3) Untuk mendapatkan varietas jagung yang potensial
untuk dikembangkan di lahan gambut yang tergenang. Penelitian ini dilaksanakan
di kebun percobaan Jurusan Budidaya, Fakultas Pertanian, Universitas Palangka
Raya pada bulan Desember sampai dengan Maret 2021. Penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial 4 x 2 masing-masing
tiga ulangan sehingga ada 24 satuan percobaan. Faktor pertama adalah varietas
jagung yang terdiri dari 4 jenis yaitu V1 (Varietas JH-37), V2 (Varietas Bisi-2),
V3 (Varietas Bima-5), dan V4 (Varietas Nakula Sadewa-29). Faktor kedua adalah
perlakuan genangan yang terdiri dari T0 (tidak tergenang) dan T1 (tergenang. Hasil
penelitian perlakuan varietas dan genangan, menujukan bahwa tidak ada interaksi
antara perlakuan varietas dan genangan saat sebelum genangan diberikan. pada
perlakuan varietas menujukan tidak ada pengaruh terhadap variabel pengamatan,
demikian juga perlakuan genangan memberikan hasil yang sama. sedangakan
perlakuan varietas dan genangan setelah 10 hari diberikan genangan menujukan
hasil bahwa tidak ada interaksi antara varietas dan genangan, pada perlakuan
varietas menujukan tidak ada pengaruh nyata terhadap variabel pengamatan, tetapi
perlakuan genangan memberikan pengaruh nyata terhadap variabel pengamatan
tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, berat basah, berat kering, berat
pipilan dan panjang tongkol dengan klobot setelah 10 hari tergenang.

Kata kunci: jagung pipilan, varietas, dan genangan.


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas limpahan rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi
penelitian yang berjudul Pertumbuhan Dan Hasil Beberapa Varietas Tanaman
Jagung Yang Tergenang Pada Tanah Gambut.
Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi persyaratan dan
menyelesaikan pendidikan di Universitas Palangka Raya.
Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Dr. Ir. Sosilawaty, M.P., selaku Dekan Fakultas Pertanian.
2. Bapak Ir. Robertho Imanuel.M.P., selaku Ketua Jurusan Budidaya Pertanian.
3. Ibu Wahyu Widyawati SP. M.Si., selaku Ketua Kaprodi.
4. Ibu Dr. Ir. Sri Endang Agustina Rahayuningsih, M.P., selaku Dosen
Pembimbing I.
5. Ibu Dr. Ir. Susi Kresnatita, M.P., selaku Dosen Pembimbing II.
6. Ayahanda dan ibunda beserta keluarga tercinta yang selalu mendoakan serta
memberikan dukungan material selama kegiatan penelitian hingga penulisan
laporan.
7. Isteriku Niki Tri Astuti dan Anakku Aleena Raiya Shanum yang memberi
semangat dan dukungan dalam menyelesaikan penelitian ini.
8. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu proses kegiatan
penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak yang tentunya bersifat membangun. Penulis berharap semoga skripsi
penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri serta bagi para
penelitian periode-periode berikutnya.

Palangka Raya, Juli 2021

Penulis,
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...…………………………………………………….. i
LEMBAR PENGESAHAN…………….......………………………….….. ii
LEMBAR PERNYATAAN........................................................................ iii
RINGKASAN............................................................................................... iv
ABSTRACT...................................................................................................... v
ABSTRAK....................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR.…………...……………………………………........ vii
DAFTAR ISI................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL….................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR…............................................................................... xi
DAFTAR LAMIPRAN.…………………………………………………..... xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………...………..... 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………….....….....….... 3
1.3 Tujuan Penelitian.....…….…………………………….…..….... 3
1.4 Hipotesis............…………………………………….….…........ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung............................... 4
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Jagung............................................... 5
2.3 Varietas Tanaman Jagung......................................................... 6
2.4. Tanah Gambut............................................................................ 7

2.5. Genangan................................................................................... 8
a. Pengertian Genangan…………............................................. 8
b. Pengaruh Genangan Terhadap Tanah .................................. 9
c. Pengaruh Genangan Terhadap Tanaman............................... 9
BAB III BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu.………………………………………......... 10
3.2 Alat dan Bahan.............................……………………………...... 10
3.3 Rancangan Penelitian.................................................................. 10
3.4 Pelaksanaan Penelitian .............……………………………….. 10
a. Penyiapan Media Tanam ....................…………………........ 10
b. Persiapan dan Penanaman Benih Jagung ............................... 11
c. Penggenangan ........................................................................ 11
d. Pemeliharaan .......................................................................... 11
e. Panen ...................................................................................... 11
3.5 Variabel Pengamatan ................................................................... 12
a. Tinggi Tanaman...................................................................... 12
b. Diameter Batang .................................................................... 12
c. Jumlah Daun ......................................................................... 12
d. Berat Kering Tanaman ........................................................... 12
e. Berat Basah Tanaman ............................................................ 12
f. Berat Pipilan Tanaman ........................................................... 12
g. Panjang Tongkol (dengan klobot)........................................... 13
3.6 Analisis Data ................................................................................ 13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan Pembahasan.................................................................. 14
4.1.1 Tinggi Tanaman.................................................................. 14
4.1.2 Diameter Batang ................................................................ 17
4.1.3 Jumlah Daun....................................................................... 20
4.1.4 Berat Basah......................................................................... 22
4.1.5 Berat Kering....................................................................... 23
4.1.6 Berat Pipilan Tanaman....................................................... 25
4.1.7 Panjang Tongkol (dengan klobot)...................................... 27
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan................................................................................... 29
5.2 Saran ............................................................................................ 29
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil Rata-rata uji BNJ tinggi tanaman akibat perlakuan


varietas dan genangan.................................................................. 16
Tabel 2. Hasil rata-rata uji BNJ diameter batang akibat perlakuan
varietas dan genangan.................................................................. 19
Tabel 3. Hasil rata- rata uji BNJ jumlah daun (helai per tanaman) akibat
perlakuan varietas dan genangan................................................ 21
Tabel 4. Hasil rata-rata uji BNJ berat basah per tanaman akibat
perlakuan varietas dan genangan................................................ 23
Tabel 5. Hasil rata-rata uji BNJ berat kering per tanaman akibat
perlakuan varietas dan genangan................................................ 24
Tabel 6. Hasil rata-rata berat pipilan tanaman akibat perlakuan varietas
dan genangan............................................................................... 26
Tabel 7. Hasil rata-rata uji BNJ panjang tongkol (dengan klobot) akibat
28
perlakuan varietas dan genangan.................................................
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Penampakan empat varietas jagung JH 37, Bisi 2, Bima 5, dan


Nasa 29 pada fase v4 saat sebelum tergenang dan 10 hari setelah
tergenang ....................................................................................... 17
Gambar 2 Penampakan berat seluruh pipilan per tanaman jagung (A)
perlakuan genangan, (B) perlakuan tidak digenangi...................... 26
Gambar 3 Penampakan panjang tongkol empat varietas jagung JH 37, Bisi
2, Bima 5 dan Nasa 29 setelah panen............................................ 28
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil analisis ragam tinggi tanaman sebelum diberikan genangan


Lampiran 2. Hasil analisis ragam tinggi tanaman setelah 10 hari digenangi
Lampiran 3. Hasil analisis ragam diameter batang sebelum diberikan genangan
Lampiran 4. Hasil analisis ragam diameter batang setelah 10 hari digenangi
Lampiran 5. Hasil analisis ragam jumlah daun sebelum diberikan genangan
Lampiran 6. Hasil analisis ragam jumlah daun setelah 10 hari digenangi.
Lampiran 7. Hasil analisis ragam berat basah tanaman sebelum diberikan genangan
Lampiran 8. Hasil analisis ragam berat basah tanaman setelah 10 hari digenangi
Lampiran 9. Hasil analisis ragam berat kering tanaman
Lampiran 10. Hasil analisis ragam berat pipilan tanaman
Lampiran 11. Hasil analisis ragam panjang tongkol dengan klobot
Lampiran 12. Deskripsi varietas jagung BISI-2, JH 37, BIMA, 5 dan NASA 29
Lampiran 13. Denah tata letak satuan percobaan
Lampiran 14. Deskripsi perhitungan pupuk
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jagung merupakan salah satu dari tiga tanaman sereal utama di dunia yang
menempati posisi penting dalam perekonomian maupun ketahanan pangan
nasional karena pemanfaatannya yang luas sebagai sumber pangan, pakan ternak,
dan bahan baku industri.
Di Indonesia jagung merupakan salah satu tanaman pangan penting,
ketersediaanya banyak diusahakan oleh berbagai kalangan mulai dari instansi
pemerintah, peneliti dan petani. Permintaan jagung dari tahun ke tahun semakin
meningkat, namun produksi jagung nasional belum dapat memenuhi permintaan
pasar Produksi nasional tanaman jagung pada kurun waktu 2014-2017 sebagai
berikut, tahun 2014 adalah 19.008.42600 ton. Pada tahun 2015 mengalami
kenaikan 19.612.435.00 ton, pada tahun 2016 meningkat 23.578.41300 ton, tahun
2017 meningkat 28.924.00900 ton, pada tahun 2018 produksi jagung mengalami
peningkatan 30,055,62300 ton. (Kementerian Pertanian Republik Indonesia 2018)
Kalimantan Tengah sebagai salah satu provinsi dengan agroekosistem yang
beragam mempunyai potensi untuk pengembangan jagung. Berdasarkan data
statistik, produksi jagung Kalimantan Tengah tahun 2015 adalah 8.189 ton. Pada
tahun 2016 meningkat menjadi 16.308 ton, dan pada tahun 2017 meningkat
menjadi 51.053 ton. Pada tahun 2018 meningkat 107.854 ton Produktivitas
jagung Kalimantan Tengah pada tahun 2015 adalah 32,66 ku/ha, pada tahun 2016
meningkat menjadi 36,94 ku/ha, dan pada tahun 2017 meningkat menjadi 55,27
ku/ha. Beberapa wilayah andalan pengembangan jagung diantaranya adalah
Kabupaten Kotawaringin Barat, Lamandau, Barito Utara, dan Pulang Pisau
(SETDA Kalteng 2019).
Pengembangan tanah gambut sebagai lahan pertanian, banyak mengalami
kendala terutama yang berkaitan dengan sifat fisik dan kimia yang kurang
mendukung pertumbuhan tanaman. Kemasaman tanah yang tinggi dan kejenuhan
basa yang rendah merupakan faktor penyebab terhambatnya pertumbuhan dan
produksi tanaman serta kondisi pH tanah yang rendah yaitu 3,1 – 3,4.
Kendala produksi yang dihadapi dalam produksi jagung adalah semakin
terbatasnya lahan optimal sebagai akibat konversi lahan pertanian yang subur
untuk kepentingan non pertanian terus berlangsung seperti perumahan, industri,
bisnis, dan infrastruktur. Konsekuensinya kebutuhan lahan untuk pertanian hanya
dapat dipenuhi melalui pemanfaatan lahan-lahan sub-optimal. Selain itu, benih
jagung yang digunakan oleh petani umumnya itu benih jagung hibrida impor yang
harganya semakin lama semakin meningkat. Hal ini akan berdampak pada
semakin lemahnya nilai beli petani yang selanjutkan akan menyebabkan
penurunan pemakaian benih hibrida di tingkat petani. Sementara itu, varietas
jagung hibrida hasil litbang pertanian (Balitserial) seperti varietas Bima-1 sampai
Bima-15 yang lebih sesuai dengan lahan sub-optimal memiliki sifat yang lebih
stabil dibandingkan dengan varietas yang hanya sesuai dengan lahan optimal
(Azrai et, al., 2006).
Di Indonesia tanaman jagung pada umumnya ditanam di daratan rendah
baik di tegalan, sawah tadah hujan maupun sawah irigasi, sebagian juga terdapat
di daerah pegunungan pada ketinggian 1000-1800 meter diatas permukaan laut.
Jagung tidak membutuhkan persyaratan tumbuh yang khusus karena tanaman ini
dapat tumbuh di semua jenis tahan yang subur dan kaya akan humus merupakan
syarat pertumbuhan jagung yang baik, keasaman tanah (pH) yang baik untuk
jagung adalah 5,5-7,0. Faktor-faktor iklim yang penting untuk pertumbuhan
jagung adalah jumlah dan distribusi sinar matahari, curah hujan, temperatur,
kelembaban dan angin. Daerah tanaman jagung harus mendapat sinar matahari
yang cukup dan tidak terlindung dari pohon dan bangunan dengan suhu optimum
23-27°C. Kelebihan, kekurangan atau kelembaban merupakan faktor penghambat.
Jagung merupakan tanaman dengan tingkat penggunaan air sedang. Air
berpengaruh terhadap pertumbuhan jagung dan mempengaruhi hasil panen
jagung. Jumlah air yang berlebihan yang salah satunya disebabkan oleh genangan
air justru akan menyebabkan pertumbuhan jagung tidak optimal menurut Dat et,
al., (2006) dalam Ali Hamidy (2019).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut.
1. Belum banyak informasi yang spesifik tentang varietas jagung yang
potensial untuk lahan gambut tergenang.
2. Belum banyak diketahui pengaruh genangan terhadap pertumbuhan dan
hasil tanaman jagung pada lahan gambut tergenang.

1.3 Tujuan Penelitian


a. Menguji varietas tanaman jagung pada saat tergenang
b. Untuk melihat pengaruh genangan terhadap pertumbuhan dan hasil
beberapa varietas jagung.
c. Untuk mendapatkan varietas jagung yang potensial untuk dikembangkan
di lahan gambut yang tergenang.

1.4 Hipotesis
1. Tidak ada interaksi antara genangan dan varietas pada lahan gambut
tergenang.
2. Terdapat pengaruh genangan pada pertumbuhan dan hasil beberapa
varietas tanaman jagung pipilan ditanah gambut.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung

Menurut sejarahnya tanaman jagung berasal dari daerah Amerika Tengah


kemudian dibawa ke Amerika Selatan pada pertengahan tahun 1500an. Tanaman
jagung di indonesia merupakan bahan pangan suber karbohidrat kedua setelah
beras, sebagi bahan pangan komoditi ini juga sebagi bahan pangan ternak dan
bahan baku industri (Najiyati & Danarti, 1998).
Tanaman jagung merupakan komoditas palawija yang termasuk dalam
famili rumput-rumputan (Gramineae) spesies Zea mays L. Klasifikasi ilmiah
tanaman jagung sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Sub
division: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Gramina, Famili:
Gramina, Genus: Zea, Spesies : Zea mays L. (Syukur dan Rifianto, 2014).
Tanaman jagung memiliki tinggi batang antara 60-300 cm. Batanganya
berbentuk bulat atau agak pipih,beruas-ruas dan umumnya tidak bercabang,
sistem akar jagung terdiri atas akar primer,akar lateral, akar horizontal , dan akar
udara. Akar primer adalah akar yang pertama kali muncul pada saat biji
berkecambah dan tumbuh kebawah. Akar lateral adalah akar yang tumbuh dari
bulu – jenis bunga yang bulu diatas permukaan tanah (Najiyati & Danarti, 1998).
Batang jagung tidak bercabang dan berbentuk silinder yang terdiri dari
beberapa ruas dan buku ruas. Pada buku ruas akan muncul tunas yang akan
berkembang menjadi tongkol. Tinggi batang jagung tergantung varietas dan
tempat penanaman, umumnya bekisar 60-300 cm (Purwono dan Hartono, 2011).
Rahayuningsih (2017) melaporkan bahwa 10 hari penggenangan tanaman jagung
pada fase V4 dengan empat varietas ternyata menurunkan tinggi tanaman sebesar
35,68% dibanding tidak tergenang.
Daun jagung muncul dari buku-buku batang, sedangkan pelepah daun
menyelubungi ruas batang untuk memperkuat batang. Panjang daun jagung
bervariasi antara 30-150 cm dan lebar 4-15 cm dengan ibu tulang daun yang
sangat keras. Tepi helaian daun halus dan kadang-kadang berombak. Terdapat
juga lidah daun (ligula) yang transparan dan tidak mempunyai telinga daun
(auriculae). Bagian atas epidermis umumnya berbulu dan mempunyai barisan
memanjang yang terdiri dari sel-sel bulliform (Muhadjir, 2018).

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Jagung


Tanaman jagung tidak menuntut persyaratan lingkungan yang terlalu ketat.
Namun untuk pertumbuhan optimalnya, jagung menghendaki syarat lingkungan
yang harus dipenuhi antara lain, sinar matahari yang penuh ditempat yang teduh
pertumbuhan jagung akan merana dan tidak mampu membentuk buah. Tanaman
jagung menghendaki suhu optimum 21-34°C di indonesia, suhu semacam ini
terdapat di daerah dengan ketinggiam 0-600 mdpl (Najiyati & Danarti, 1998).
Sedangkan menurut Ali Hamidy (2019) menjelaskan pada dataran rendah umur
jagung berkisar antara 3-4 bulan, tetapi di dataran tinggi diatas 1000 m dpl
berumur 4-5 bulan. Umur panen jagung sangat dipengaruhi oleh suhu, setiap
kenaikan tinggi tempat 50 m dari permukaan laut, umur panen jagung akan
mundur satu hari.
Tanaman jagung toleran terhadap reaksi keasaman tanah pada kisaran pH
5,5-7.0, tingkat keasaman tanah yang terbaik untuk jagung adalah 6,8 (Rukmana,
2008). Kriteria penilaian sifat kimia tanah pada keadaan sedang atau normal
memiliki kandungan nitrogen sebesar 0,21—0,50% dan kandungan karbon 2,01—
3,00% dengan rasio C/N rasio sebesar 8—12 (Hardjowigeno, 1995).
Iklim yang dikehendaki oleh tanaman jagung adalah daerah-daerah
beriklim sedang hingga daerah beriklim sub-tropis atau tropis yang basah.
Pertumbuhan tanaman ini memerlukan curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan
atau 3-7 mm/hari dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji
tanaman jagung perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya jagung ditanam diawal
musim hujan dan menjelang musim kemarau. Pertumbuhan tanaman jagung
sangat membutuhkan sinar matahari. Tanaman jagung yang ternaungi,
pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang kurang baik
bahkan tidak dapat membentuk buah. Suhu yang dikehendaki tanaman jagung
antara 21-34oC, akan tetapi bagi pertumbuhan tanaman yang ideal memerlukan
suhu optimum antara 23-27oC. Pada proses perkecambahan benih jagung
memerlukan suhu yang cocok sekitar 30oC. Saat panen jagung yang jatuh pada
musim kemarau akan lebih baik daripada musim hujan, karena berpengaruh
terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan hasil. Jagung dapat ditanam di
Indonesia mulai dari dataran rendah sampai di daerah pegunungan yang memiliki
ketinggian antara 1000-1800 m dpl. Daerah dengan ketinggian antara 0-600mdpl
merupakan ketinggian yang optimum bagi pertumbuhan tanaman jagung
(Purwono & Hartono, 2011).

2.3 Varietas Tanaman Jagung


Varietas-varietas jagung unggul yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang
Pertanian maupun Balai Penelitian Swasta dari tahun 2015 sampai tahun 2020 ada
68 varietas unggul yang terdiri dari 26 varietas unggul jagung bersari bebas dan
42 jagung hibrida. Sedangkan varietas jagung unggul yang dihasilkan selama
kurun waku 4 tahun terakhir untuk yang bersari bebas adalah: Srikandi ungu1,
pulut uri 4, pulut uru 1, provit A1, Srikandi Kuning-1, Srikandi Putih-1, dan
Anoman-1 (Putih); sedangkan untuk yang hibrida adalah Jhana 1, JH 37, JH 47,
NASA (nakula sadewa 29), JH 36, dan Bima-2.
Jenis-jenis jagung yang dikembangkan di Indonesia yaitu jagung hibrida,
jagung komposit dan Jagung transgenik. Jagung hibrida merupakan keturunan
pertama dari persilangan dua tetua yang memiliki karakter/sifat yang unggul.
Shull (1908) merupakan orang yang pertama kali menemukan bahwa hasil
persilangan sendiri tanaman jagung mengakibatkan terjadinya depresi inbreeding,
dan persilangan dua tetua yang homozigot menghasilkan F1 yang sangat
vigor. Jagung komposit atau biasanya disebut jagung lokal adalah jenis jagung
yang pada jaman dulu ditanam petani setempat yang menyerbuk sendiri tanpa
bantuan manusia. Jagung transgenik merupakan jenis jagung hasil dari penyisipan
gen seperti gen tahan penyakit, gen tahan hama maupun gen tahan obat kimia
yang berasal dari makhluk hidup atau non-makhluk hidup sehingga tanaman itu
menjadi tanaman super (Dinas Pangan, Pertanian, dan Perikanan 2018).
Keragaman genetik yang tinggi merupakan salah satu faktor penting untuk
merakit varietas unggul baru. Sifat-sifat tertentu sering tidak ditemukan pada
sumber gen yang ada sehingga teknologi lainnya perlu diterapkan. Guna
memperbanyak alternatif varietas unggul jagung berdaya hasil tinggi yang dapat
menjadi pilihan petani, dilakukan introduksi varietas unggul jagung hibrida yang
bertujuan untuk melihat daya adaptasi melalui penampilan fenotipe pertumbuhan
dan produksi pada lingkungan tumbuh di lokasi sentra pengembangan.
Kemampuan suatu varietas beradaptasi pada lingkungan tumbuh tertentu terlihat
pada komponen pertumbuhan dan komponen hasil yang dicapai. Perbedaan
karakter tanaman jagung pada tingkat umur yang berbeda, akan memperlihatkan
pertumbuhan yang berbeda, karena selain faktor genetik, dipengaruhi faktor
lingkungan tumbuh. Pertumbuhan tanaman jagung yang baik sangat tergantung
kepada faktor genetik, lingkungan tumbuh dan tindakan budidaya.Secara genetik,
kemampuan tanaman untuk tumbuh dengan baik pada suatu lingkungan
ditentukan oleh komposisi gen dalam genotipe yang bersangkutan. Dalam
peningkatan sumber keragaman genetik maka perlu dilakukan uji adaptasi pada
jagung introduksi untuk mengetahui karakreristik vegetatif dan generatif jagung
introduksi dan beberapa jagung varietas (Winani, W., dkk, 2015).

2.4. Tanah Gambut


Tanah gambut merupakan tanah yang terbentuk dari timbunan sisa-sisa
jaringan tumbuhan alami, pada berbagai tingkat dekomposisi (pelapukan) bahan
organiknya. Tanah gambut yang belum terdekomposisi memiliki porositas yang
sangat tinggi dengan ruang pori yang cukup besar dan memiliki sifat yang sangat
kompresibel. Tanah gambut juga bersifat porous dan sangat ringan . Oleh karena
itu, tanah gambut memiliki kemampuan daya dukung yang rendah dan kurang
baik jika diperuntukkan bagi pendirian bangunan berskala besar. Daya dukung
tanah yang rendah juga dipengaruhi oleh jenis tanah, tingkat kepadatan, kadar air,
porositas, dan lain-lain (Nurida, 2011).
Karakteristik fisika tanah gambut meliputi ketebalan, kematangan, lapisan di
bawahnya (substratum), berat isi (berat isi), porositas, kadar air, dan daya hantar
hidrolik. Ketebalan gambut, kematangan, dan substratum di bawahnya sudah
disinggung di atas. Karakteristik fisika tanah gambut, antara satu dengan lainnya
saling berhubungan dan saling pengaruh, yang semuanya terkait dengan kadar
bahan organik atau ketebalan gambutnya. Karakteristik fisika tanah gambut ini
menjadi bahan pertimbangan utama dalam penilaian kesesuaian lahan (evaluasi
lahan) untuk pertanian (Agus dkk, 2014).
Tanah gambut umumnya memiliki tingkat kesuburan yang rendah ditandai
dengan pH rendah (masam), ketersediaan sejumlah unsur hara makro (Ca, K, Mg,
P) dan mikro (Cu, Zn, Mn, dan B) yang rendah, mengandung asam-asam organik
yang beracun. Karateristik kimia tanah gambut sangat bervariasi. Karakter kimia
tanah gambut yang utama adalah (1) kemasaman tanah, (2) ketersediaan hara
makro dan mikro, (3) kapasitas tukar kation, (4) kadar abu, (5) kadar asam
organik, dan (6) kadar pirit (Agus dkk, 2014).

2.5. Genangan
a. Pengertian Genangan
Genangan merupakan suatu keadaan dimana kelebihan air hanya berada
pada pori-pori tanah atau tepat hanya pada bagian tanah saja dan dimungkinkan
juga berada sangat tipis di atas permukaan tanah atau bahkan tidak sampai di atas
permukaan tanah sama sekali. Menurut Rahayuningsih (2017) apabila tanaman
dalam kondisi tergenang air, hanya sistem perakaran tanaman saja yang berada di
bawah kondisi anaerob yang dikarenakan kekurangan oksigen.
Sasidharan & Voesenek (2015) dalam Rahayuningsih (2017) membedakan
genangan berdasarkan kondisi pertanaman menjadi dua, yaitu: 1) kondisi jenuh
air (waterlogging) dimana hanya akar tanaman yang tergenang air, dan 2) kondisi
bagian tanaman yang sepenuhnya tergenang air (complete submergence).
Genangan dapat terjadi karena adanya lahan yang selalu terluapi air pasang (baik
langsung maupun tidak langsung) atau merupakan daerah cekungan yang sistem
drainasenya kurang baik menurut Levitt & Lewis (1980) dalam Rahayuningsih
(2017).
b. Pengaruh Genangan Terhadap Tanah
Tanah tergenang dapat mengakibatkan terjadinya perubahan sifat-sifat kimia
tanah yaitu reaksi reduksi yang menjadi lebih dominan dan unsur fosfor menjadi
lebih tersedia. Namun apabila genangan air terjadi secara terus menerus dapat
menyebabkan terjadinya reduksi besi yang berdampak pada pengikatan fosfor di
dalam tanah sehingga mengakibatkan fosfor tidak tersedia untuk pertumbuhan
tanaman. Genangan menyebabkan penurunan signifikan dari kualitas tanah, yang
berpengaruh negatif terhadap kualitas produksi pertanian (Sudaryono, 2009).
Nilai pH tanah yang tergenang tidak menunjukan perbedaan tetapi ada
kecenderungan bahwa nilai pH tanah yang sedang tergenang lebih tinggi daripada
pH tanah yang tidak tergenang (Rahayuningsih, 2017).
Penggenangan dapat mempengaruhi terhadap sifat fisika dan kimia tanah.
Menurut Sanchez dalam Rahayuningsih (2017) melaporkan bahwa tanah yang
digenangi Ph tanah relatif lebih tinggi dari pada ph tanah yang tidak digenangi.
Keadaan tanah yang jenuh air atau tergenang kurang menguntungkan bagi
sebagian besar tanaman sebab air yang berlebihan akan mengisi tampir seluruh
pori tanah dan aerasi tanah menjadi buruk. Dalam keadaan demikian, akar akan
kekurangan oksigen dan kegiatan bakteri dalam berbagai proses seperti nitrifikasi,
fiksasi nitrogen dan amonifikasi banyak terganggu menurut Smith et. al., (2010).

c. Pengaruh Genangan Terhadap Tanaman


Tanaman tergenang dapat menganggu proses sturktur tanaman yang
berakibat pada proses pertumbuhan. tanaman membutuhkan pertukaran gas untuk
fotosintesis dan respirasi. Status oksigen sel dan jaringan bervariasi secara
signifikan selama pertumbuhan tanaman dan tergantung pada pasokan oksigen
lingkungan. Selama tergenang air atau terendam tanaman terkena penurunan
suplai oksigen karena laju difusi oksigen dalam air lambat dan kelarutan terbatas
(Sairam, et, al., 2008). Jenuh air akibat banjir bisa menjadi anaerobik (Fitter &
Hay, 1992). Pertumbuhan sangat terhambat dalam keadaan kekurangan oksigen
(hipoksia) atau tidak ada oksigen (anoksia).
III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat Dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Jurusan Budidaya, Fakultas


Pertanian, Universitas Palangka Raya pada bulan Desember 2020 sampai dengan
Maret 2021.

3.2 Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih empat varietas
jagung (Bisi-2, JH 37, Bima-5 dan Nakula Sadewa-29), polybag ukuran 40 cm x
50 cm, pupuk kandang ayam, kapur, pupuk SP-36, Urea, KCl dan tanah gambut.
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat tulis, cangkul,
timbangan digital, ember, plastik, meteran, selang plastik, gembor, jangka sorong
digital dan grain moisture meter.

3.3. Rancangan Penelitian


Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial 4 x 2 masing-masing tiga ulangan
sehingga ada 24 satuan percobaan. Faktor pertama adalah varietas jagung yang
terdiri dari 4 jenis yaitu V1 (Varietas JH37), V2 (Varietas Bisi-2), V3 (Varietas
Bima-5), dan V4 (Varietas Nakula Sadewa-29). Faktor kedua adalah perlakuan
genangan yang terdiri dari T0 (tidak tergenang) dan T1 (tergenang).

3.4 Pelaksanaan Penelitian

e. Penyiapan Media Tanam


Langkah awal yaitu, tanah gambut diambil sedalam 30 cm dari permukaan
tanah, kemudian dimasukkan ke dalam karung yang berukuran 50 kg. Lokasi
pengambilan tanah di Kecamatan Sebangau Kelurahan Kelampangan.
f. Persiapan dan Penanaman Benih Jagung
Tanah gambut yang telah tersedia dikeringanginkan selama 7 hari. Setelah
tanah memiliki kriteria yang dibutuhkan untuk penelitian, tanah diayak dengan
ukuran diameter 5 mm. Setelah tanah diayak campurkan dengan pupuk kandang
ayam dengan dosis 20 ton/ha. Memasukkan tanah ke dalam polybag ukuran 40 cm
x 60 cm dengan berat tanah 10 kg/polybag. Penanaman benih jagung dilakukan
setelah polybag terisi tanah. Dalam 1 polybag ditanami 2 benih jagung.
g. Penggenangan
Pada saat tanaman jagung memasuki fase v4 yaitu berdaun empat dan
sudah membuka sempurna dan dilakukan perlakuan genangan selama 10 hari di
dalam ember yang memiliki ketinggian 60 cm dengan cara memasukan polybag
kedalam ember kemudian memasukan air di sela ember dan polybag cara ini
disebut kapiler. Setelah itu air dimasukan sampai dengan ketinggian genangan 5
cm dari permukaan tanah sampai leher akar tanaman tergenang dan dilakukan
kontrol setiap hari agar ketinggian air dijaga agar tetap stabil 5 cm meter dari
permukaan tanah.
h. Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan selama kegiatan penelitian adalah
membersihkan gulma-gulma yang tumbuh di dalam polybag dan pemberian
pupuk non organik, pupuk yamg digunakan yaitu Urea 500kg.ha-1(10g.polybag-1),
SP-36 400kg.h-1 (8g.polybag-1) dan KCl 300kg.ha-1 (6g.polybag-1) pemupukan
pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 7-10 hari setelah tanam Urea (3,3g
polybag-1), SP-36 (4g.polybag-1) dan KCl (6g.polybag-1) pemupukan kedua
dilakukan pada saat tanaman berumur 28-30 hst Urea (3,3g polybag-1) dan KCl
(3,3g polybag-1) sedangkan pemupukan ketiga diberikan saat tanaman berumur
40-45 hst Urea (3,3g polybag-1) pemupukan dilakukan dengan cara di tugal atau
dibuat lubang tanam disamping tanaman dengan jarak 6 cm dari tanaman jagung.
e. Panen
Panen dilakukan setelah buah jagung masak fisiologis tergantung dengan
kriteria terbentuknya lapisan hitam di ujung biji dan kulit tongkol (klobot) sudah
mengering atau berwarna coklat muda.
3.5. Variabel Pengamatan
a. Tinggi Tanaman (cm)
Pengamatan tinggi tanaman dilakukan sebelum digenangi saat tanaman
memasuki fase V4 (berdaun empat) dan 10 hari setelah digenangi tinggi tanaman
diamati dengan cara mengukur tinggi tanaman dari leher akar sampai titik tumbuh
tanaman dengan meteran atau pengaris.
b. Diameter Batang (mm)
Pengamatan diameter batang dilakukan sebelum sebelum digenangi saat
tanaman memasuki fase V4 (berdaun empat) dan 10 hari setelah digenangi
diameter batang diukur menggunakan jangka sorong digital diukur pada bagian
batang 10 cm di atas ruas pertama.
c. Jumlah Daun (helai/tanaman)
Pengamatan jumlah helai daun dilakukan sebelum digenangi saat tanaman
memasuki fase V4 (berdaun empat) dan 10 hari setelah digenangi jumlah daun
yang dihitung adalah daun yang sudah membuka sempurna.
d. Berat Basah Tanamam (g)
Pengamatan berat basah tanaman dilakukan saat memasuki fase maksimum
dengan cara membongkar tanaman kemudian dibersihkan akarnya dan masing-
masing bagian tanaman yaitu daun,akar,batang dengan di potong kecil kemudian
di timbang dengan timbangan analitik setelah itu dimasukan ke dalam map kertas.
e. Berat Kering Tanamam (g)
Pengamatan berat kering tanaman dilakukan saat tanaman memasuki fase
maksimum di ukur dengan cara di oven dengan suhu 80° selama 48 jam untuk
mengurangi kadar air dalam tanaman, di timbang menggunakan timbangan
analitik.
f. Berat Pipilan (per tongkol)
Pengamatan berat pipilan tanaman diukur dengan memipil seluruh biji jagung
dalam 1 tongkol per perlakuan dengan cara dikeringkan di bawah sinar matahari
sampai kadar air mencapai 15% kemudian di timbang menggunakan timbangan
analitik.
g. Panjang Tongkol (dengan klobot)
Pengamatan panjang tongkol dengan klobot di ukur dengan menggunakan
pengaris/meteran di ukur dari pangkal tongkol buah jagung sampai ujung klobot.

3.6. Analisis Data


Untuk mengetahui pengaruh perlakuan maka data dan hasil pengamatan
dilakukam analisis ragam (uji F) pada taraf 𝑎 =5 %. Apabila hasil analisi ragam
berpengaruh nyata atau sangat nyata maka dilakukan uji lanjut dengan
menggunkan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 𝑎 = 5 %.
IV . HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Hasil Rata-rata uji BNJ tinggi tanaman akibat perlakuan varieras dan
genangan.

Tergenang
Varietas Rata-rata
T0 T1
JH 37 16,21 17,01 16,61
Sebelum
Bisi 2 19,82 17,33 18,58
digenangi
Bima 5 18,29 19,65 18,97
Nasa 29 18,00 17,78 17,89
Rata-rata 18,08 17,94
Tergenang
Varietas Rata-rata
T0 T1
JH 37 30,26 19,90 25,08
Setelah 10
Bisi 2 32,06 21,20 26,63
hari
digenangi Bima 5 32,61 22,76 27,68
Nasa 29 30,88 21,08 25,98
Rata-rata 31,45 b 21,23 a
BNJ 5% 3,00

Keterangan: Angka di dalam baris dan kolom yang di ikuti oleh huruf yang sama
menunjukkan tidak ada perbedaan nyata berdasarkan uji BNJ pada
taraf 5%.
A B

JH 37 BISI 2 BIMA 5 NASA29 JH 37 BISI 2 BIMA 5 NASA 29

C D

JH 37 BISI 2 BIMA 5 NASA 29 JH 37 BISI 2 BIMA5 NASA 29

Gambar 1. Penampakan empat varietas jagung (A) perlakuan tidak digenangi


sebelum digenangi (B) perlakuan genangan sebelum diberikan genangan
(C) perlakuan tidak tergenang setelah diberikan 10 hari genangan (D)
perlakuan genangan setelah 10 hari genangan.
Tabel 2. Hasil rata-rata uji BNJ diameter batang akibat perlakuan varietas dan
genangan.

Tergenang
Varietas Rata-rata
T0 T1
JH 37 11,83 12,36 12,10
Sebelum
Bisi 2 12,39 12,24 12,32
digenangi
Bima 5 14,47 18,34 16,41
Nasa 29 18,07 15,02 16,55
Rata-rata 14,19 14,49
Tergenang
Varietas Rata-rata
T0 T1
JH 37 22,23 21,73 21,98
Setelah 10
Bisi 2 22,88 24,31 23,59
hari
digenangi Bima 5 19,61 21,68 20,64
Nasa 29 22,08 23,13 22,61
Rata-rata 21,70 a 22,71 b
BNJ 5% 2,36

Keterangan: Angka di dalam baris dan kolom yang diikuti oleh huruf yang sama
menunjukkan tidak ada perbedaan nyata berdasarkan uji BNJ pada
taraf 5%.
Tabel 3. Hasil rata- rata uji BNJ Jumlah daun (helai per tanaman) akibat perlakuan
varietas dan genangan.

Tergenang
Varietas Rata-rata
T0 T1
JH 37 4,00 3,33 3,67
Sebelum Bisi 2 3,58 3,58 3,58
digenangi Bima 5 3,83 3,50 3,67
Nasa 29 3,75 4,08 3,92
Rata-rata 3,79 3,62

Tergenang
Varietas Rata-rata
T0 T1
JH 37 8,09 3,22 5,66
Setelah 10
Bisi 2 4,78 2,78 3,78
hari
digenangi Bima 5 5,44 3,11 4,28
Nasa 29 4,56 2,22 3,39
Rata-rata 5,72 b 2,83 a
BNJ 5% 1,49

Keterangan: Angka di dalam baris dan kolom yang di ikuti oleh huruf yang sama
tidak ada perbedaan nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5%.
Tabel 4. Hasil rata-rata uji BNJ berat basah per tanaman akibat perlakuan varietas
dan genangan.

Tergenang
Varietas Rata-rata
T0 T1
JH 37 18,64 16,56 17,60
Sebelum
digenangi Bisi 2 25,37 19,52 22,44
Bima 5 26,11 23,09 24,60
Nasa 29 22,62 15,17 18,90
Rata-rata 23,19 18,59
Tergenang
Varietas Rata-rata
T0 T1
JH 37 62,95 30,22 46,58
Setelah 10
Bisi 2 72,00 36,76 54,38
hari
digenangi Bima 5 70,23 40,94 55,58
Nasa 29 56,68 33,40 45,04
Rata-rata 65,46 b 35,33 a
BNJ 5% 19,08

Keterangan: Angka di dalam baris dan kolom yang diikuti oleh huruf yang sama
menunjukkan tidak ada perbedaan nyata berdasarkan uji BNJ pada
taraf 5%.

Tabel 5. Hasil rata-rata uji BNJ berat kering per tanaman akibat perlakuan
varietas dan genangan

Tergenang
Varietas Rata-rata
T0 T1
JH 37 35,19 20,04 27,61
Bisi 2 35,36 17,40 26,38
Bima 5 33,69 18,52 26,10
Nasa 29 35,20 19,99 27,60
Rata-rata 34,86 b 18,99 a
BNJ 5% 1,55

Keterangan: Angka di dalam baris dan kolom yang diikuti oleh huruf yang sama
menunjukkan tidak ada perbedaan nyata berdasarkan uji BNJ pada
taraf 5%
Tabel 6. Hasil rata-rata berat pipilan tanaman akibat perlakuan varietas dan
genangan.
Tergenang
Varietas Rata-rata
T0 T1
JH 37 21,82 19,47 20,65
Bisi 2 21,04 17,95 19,50
Bima 5 23,43 17,36 20,40
Nasa 29 23,95 16,61 20,28
Rata-rata 22,56 b 17,85 a
BNJ 5% 10,13

Keterangan: Angka di dalam baris dan kolom yang di ikuti oleh huruf yang sama
menunjukkan tidak ada perbedaan nyata berdasarkan uji BNJ pada
taraf 5%.

A B

Gambar 2. Penampakan berat seluruh pipilan per tanaman jagung (A) perlakuan
genangan, (B) perlakuan tidak digenangi.
Tabel 7. Hasil rata-rata uji BNJ Panjang tongkol (dengan klobot) akibat perlakuan
varietas dan genangan.

Tergenang
Varietas Rata-rata
T0 T1
JH 37 21,20 21,33 21,27
Bisi 2 19,83 26,20 23,02
Bima 5 21,20 22,67 21,94
Nasa 29 22,30 27,93 25,12
Rata-rata 21,13 a 24,53 b
BNJ 5% 3,21
Keterangan: Angka di dalam baris dan kolom yang di ikuti oleh huruf yang sama
menunjukkan tidak ada perbedaan nyata berdasarkan uji BNJ pada
taraf 5.

A B

Gambar 3. Penampakan panjang tongkol empat varietas jagung JH 37, Bisi 2,


Bima 5, dan Nasa 29. Gambar A panjang tongkol (dengan klobot)
perlakuan tidak digenangi, gambar B panjang tongkol (dengan
klobot) dengan perlakuan genangan.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Perlakuan varietas dan genangan pada tanah gambut menunjukan rata-rata
hasil yang sama baik sebelum digenangi maupun sesudah digenangi yaitu
tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah
daun, diameter batang, berat basah, dan berat kering.
2. Perlakuan genangan selama 10 hari dapat menghambat pertumbuhan
tinggi tanaman, berkurangnya jumlah daun, memperkecil diameter batang,
berkurangnya berat basah, berat kering, berat pipilan per tanaman, tetapi
perlakuan genangan membuat panjang tongkol dengan klobot menjadi
lebih tinggi

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan sebagai berikut:
Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya perlu menambahkan jenis-jenis varietas
ungul yang terbaru dan menggunakan varietas lokal yang banyak digunakan
petani Kalimantan Tengah, dan disarankan untuk penelitian selanjutnya saat
memberikan perlakuan genangan. dilakukan pada saat tanaman memasuki fase
V6 sampai V10 dan menambahkan waktu lama genangan pada tanaman jagung
selama 15 sampai 20 hari tergenang sehingga dapat diketahui varietas yang
toleran saat kondisi tergenang.

DAFTAR PUSTAKA

Agus, F. dan I.G. M. Subiksa. 2008. Lahan Gambut: Potensi Untuk Pertanian dan
Aspek Lingkungan. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry
Centre (ICRAF), Bogor, Indonesia.

Ali, H. Pengaruh Genangan Air Terhadap Produksi Jagung Di Kelompok Tani


“Tani Makmur” Desa Kaliwungu Kecamatan Kaliwungu Kabupaten
Kudus. 2019.
Aqil, M. Rapar, C & Zubachtirodin. 2012. Deskripsi Varietas Unggul Jagung.
Badan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pertanian. Kementerian
Pertanian.

Artikel Dinas Pangan Pertanian Dan Perikanan. 2018.


Https://Pertanian.Pontianakkota.Go.Id/Artikel/47-Mengenal-Jagung-Di-
Indonesia.Html, 22 Juni 2021

Anonim, 2011d. Peta Digital sawah Rawan Kekeringan dan Banjir: Penting untuk
Pembuatan Crop Modeling. http://www. Litbang.Deptan.go.id, 24
Oktober 2011.

Anonim, 2019. Jagung Hibrida Nakula Sadewa 29 Unggul Pada Musim Kemarau.
https://www. Balitbang.Deptan.go.id,24 Oktober 2011.

Azrai. 2006. Teknik Produksi Benih Jagung Hibrida, Makalah disampaikan dalam
Lokakarya Pembanihan Jagung di Balai Penelitian Tanaman Serealia,
Maros 20- 30 November 2006.

Balai Penelitian Tanaman Serealia. 2019. Badan Penelitian dan Pengembangan


Pertanian. https://www.litbang.pertanian.go.id/varietas/1241/

Dinas TPHP Provinsi Kalimatan Tengah, 2019. Sekretariat Provinsi Kalteng.


Https://setda.kalteng.go.id/data-informasi/detail/produksi-jagung-provinsi-
kalimantan-tengah, 22 Juni 2021

Fitter, A. H., and R.K.M Hay, 1992. Fisiologi Tanaman. Edisi Terjemahan. S.
Andani dan Purbayanti. Ed. B. Srigandono. Gajah Mada University Press.
421h.

Gardner, F.P., Pearce, R.B., dan Mitchell, R.L. 1991. Physiology of Crop Plants.
Diterjemakan oleh Herawati Susilo. Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Hapsari, R.T., dan M.M. Adie. 2010. Peluang Perakitan dan Pengembangan
Kedelai Toleran Genangan. Jurnal Litbang Pertanian, Vol. 29 (2) : 50-57.
Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Mediyatma Sarana Perkasa. Jakarta.

Hodson, M.J. dan J.A. Bryant. 2012. Functional Biology of Plants. USA : Willey
Blackwell, A John Willey & Sons, Ltd., Publication.
Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2019.
https://www.pertanian.go.id/Data5tahun/TPATAP-201723ProdJagung.pdf

Lee, Y.H., K.S. Kim, Y.S. Jang, J.H. Hwang, D.H. Lee, I.H. Choi. 2014. Global
gene expression responses to waterlogging in leaves of rape seedlings.
Plant Cell Rep. 33:289-99.

Muhadjir. 2018. Karakteristik Tanaman Jagung. http://balitsereal.litbang.


pertanian.go.id/wpcontent/uploads/2018/08/3karaker.pdf.

Najiyati, S. dan Danarti. 1998. Budidaya dan Analisis Usahatani. 116hal. Tim
Redaksi: Wisma Hijau Bina Swadaya. Jakarta.

Nurida, N. L., Anny, M., Fahmuddin Agus. 2011. Pengolahan Lahan Gambut
Berkelanjutan. Bogor :Balai Penelitian Tanah.

Purwonodan R. Hartono. 2011. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya.


Jakarta.

Rahayuningsih. 2017. Kajian Fisiologis dan Agronomis Ketahanan Tanaman


Jagung Pada Cekaman Genangan. Disertasi. Progam Pascasarjana
Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. 144 hal.

Rakhman, Y. R. 2013. Respon Cekaman Genangan Periodik Pada Beberapa


Varietas (Nicotiana Tabacum). Skripsi. Program Sarjana Institut
Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya

Rosman, R., Emmyzar, dan P. Wahid. 1998. Karakteristik Lahan Dan Iklim
Untuk Pewilayahan Pengembangan.Monograf Nilam. hal. 47-55..

Savita, U.S., Rathore, T.K., dan Mishra, H.S. 2004. Response of Some Maize
Genotypes to Temporary Waterlogging. Journal of Plant Biol., 31.

Scott, H.D., Angulo, J.D., Daniels, M.B., dan Wood, L.S. 1989.
Flood Duration Effect on Soybean Growth and Yield. Journal of
Agronomy, 81: 631-636.
Serres, J. B. dan L. A. C. J. Voesenek. 2008. Flooding Stress: Acclimations and
Genetic Diversity. Center for Plant Cell Biology.University of
California.California.
Smith, A.M., Coupland, G., Dolan, L., Harberd, N., Jones, J., Martin, C.,
Sablowski, R., danAmey, A. 2010.Plant Biology.Francis : Garland
Science, Taylor and Francis Group.

Suardi, D. 2000. Kajian Metode Skrining Pada Toleran Genangan.Buletin Agro


Bio. 3 (2) : 67-73. Suardi, D. 2000. Perakaran Padi Dalam Hubungannya
Dengan Toleransi Terhadap Genangan Dan Hasil. Jurnal Badan Litbang
Pertanian. 21(3) : 100-108.

Subekti, N.A., Syafruddin, R. Effendi Dan S. Sunarti. 2012. Jagung Teknik


Produksi Dan Pengembangan. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros

Sudaryono. 2009. Tingkat Kesuburan Tanah Ultisol Pada Lahan Pertambangan


Batu Bara Sangatta, Kalimantan Timur. Jurnal Teknik Lingkungan.

Surwati; Iriani, N; Pabbage M.S. 2013. Seleksi Plasma Nutfah Jagung Terhadap
Cekaman Genangan Air.
http://kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/prosiding/13%20suwa
rti.pdf

Susilawati, Suwignyo, R.A., Munandar, dan Hasmeda, M. 2012. Karakter


Agronomi dan Toleransi Varietas Cabai Merah Akibat Genangan pada
Fase Generatif. Jurnal Lahan Suboptimal, Vol. 1 No.1 : 22-30.

Syukur, M. dan A. Rifianto.2014. Jagung .Penebar Swadaya. Jakarta. 124hal. Tim


Pedoman Bertanam Jagung. Cv. Nuansa Aulia. Bandung

Thamrin, M. H. Hanafi. 1992. Peranan Mulsa Sisa Tanaman Terhadap Konservasi


Lengsa Tanah pada Sistem Budidaya Tanaman Semusim di Lahan
Kering.

Wibawa , A. 1998. Intesifikasi Pertanaman Kopi dan Kakao Melalaui Pemupukan.


Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao.14 (3): 245-262.

Winani, W., Setiado, H., dan Lubis. K. 2015. Studi Karakteristik Jagung
Introduksi Dan Beberapa Varietas Jagung Lokal.
https://2593Article./Karakteristik-Jagung-Introduksi-Dan-Beberapa-
Varietas-Jagung-Lokal.html, 22 Juni 2021
LAMPIRAN

Lampiran 1. Data tinggi (cm) tanaman jagung sebelum diberikan genangan.


SK Db JK KT F hit. F Tabel
5% 1%
Kelompok 2 3,32 1,66 0,71 3,74 6,51
Perlakuan 7 32,39 4,63 1,97 tn 2,76 4,28
V 3 19,33 6,44 2,75 tn 3,34 5,56
T 1 0,11 0,11 0,05 tn 4,60 8,86
VT 3 12,94 4,31 1,84 tn 3,34 5,56
Galat
Percobaan 14 32,85 2,35
Total 23 68,56

Lampiran 2. Data tinggi (cm) tanaman jagung setelah 10 hari digenangi.

SK Db JK KT F hit. F Tabel
5% 1%
Kelompok 2 21,48 10,74 0,91 3,74 6,51
Perlakuan 7 649,05 92,72 7,87 ** 2,76 4,28
V 3 21,67 7,22 0,61 tn 3,34 5,56
T 1 626,28 626,28 53,19 ** 4,60 8,86
VT 3 1,10 0,37 0,03 tn 3,34 5,56
Galat
Percobaan 14 164,84 11,77
Total 23 835,36

Lampiran 3. Diameter batang tanaman jagung sebelum diberikan genangan.

SK Db JK KT F hit. F Tabel
5% 1%
Kelompok 2 16,23 8,11 0,73 3,74 6,51
Perlakuan 7 146,52 20,93 1,88 tn 2,76 4,28
V 3 109,59 36,53 3,29 tn 3,34 5,56
T 1 0,54 0,54 0,05 tn 4,60 8,86
VT 3 36,38 12,13 1,09 tn 3,34 5,56
Galat
Percobaan 14 155,48 11,11
Total 23 318,22

Lampiran 4. Diameter batang tanaman jagung setelah 10 hari digenangi.

SK Db JK KT F hit. F Tabel
5% 1%
Kelompok 2 0,56 0,28 0,04 3,74 6,51
Perlakuan 7 71,53 10,22 1,41 tn 2,76 4,28
V 3 18,56 6,19 0,85 tn 3,34 5,56
T 1 43,11 43,11 5,94 * 4,60 8,86
VT 3 9,86 3,29 0,45 tn 3,34 5,56
Galat
Percobaan 14 101,68 7,26
Total 23 173,77

Lampiran 5. Jumlah daun tanaman jagung sebelum diberikan genangan.

SK Db JK KT F hit. F Tabel
5% 1%
Kelompok 2 0,13 0,07 0,22 3,74 6,51
Perlakuan 7 1,38 0,20 0,67 tn 2,76 4,28
V 3 0,38 0,13 0,43 tn 3,34 5,56
T 1 0,17 0,17 0,57 tn 4,60 8,86
VT 3 0,83 0,28 0,95 tn 3,34 5,56
Galat
Percobaan 14 4,08 0,29
Total 23 5,58

Lampiran 6. Jumlah daun tanaman jagung setelah 10 hari digenangi.

SK Db JK KT F hit. F Tabel
5% 1%
Kelompok 2 9,36 4,68 1,62 3,74 6,51
Perlakuan 7 75,55 10,79 3,74 ** 2,76 4,28
V 3 17,65 5,88 2,04 tn 3,34 5,56
T 1 49,91 49,91 17,29 ** 4,60 8,86
VT 3 7,99 2,66 0,92 tn 3,34 5,56
Galat
Percobaan 14 40,41 2,89
Total 23 125,32

Lampiran 7. Berat basah tanaman jagung pada vase maksimum

SK Db JK KT F hit. F Tabel
5% 1%
Kelompok 2 65,78 32,89 0,52 3,74 6,51
Perlakuan 7 340,46 48,64 0,76 tn 2,76 4,28
V 3 185,63 61,88 0,97 tn 3,34 5,56
T 1 127,04 127,04 1,99 tn 4,60 8,86
VT 3 27,78 9,26 0,15 tn 3,34 5,56
Galat
Percobaan 14 893,15 63,80
Total 23 1299,39

Lampiran 8. Berat basah tanaman jagung pada vase maksimum

SK Db JK KT F hit. F Tabel
5% 1%
Kelompok 2 968,10 484,05 1,02 3,74 6,51
Perlakuan 7 6085,40 869,34 1,83 tn 2,76 4,28
V 3 515,99 172,00 0,36 tn 3,34 5,56
T 1 5448,41 5448,41 11,45 ** 4,60 8,86
VT 3 121,00 40,33 0,08 tn 3,34 5,56
Galat
Percobaan 14 6664,29 476,02
Total 23 13717,80

Lampiran 9. Berat kering tanaman jagung.

SK Db JK KT F hit. F Tabel
5% 1%
Kelompok 2 20,62 10,31 0,48 3,74 6,51
Perlakuan 7 1532,26 218,89 10,23 ** 2,76 4,28
V 3 11,36 3,79 0,18 tn 3,34 5,56
T 1 1512,20 1512,20 70,65 ** 4,60 8,86
VT 3 8,70 2,90 0,14 tn 3,34 5,56
Galat
Percobaan 14 299,66 21,40
Total 23 1852,53

Lampiran 10. Berat pipilan tanaman jagung.


SK Db JK KT F hit. F Tabel
5% 1%
Kelompok 2 111,24 55,62 0,39 3,74 6,51
Perlakuan 7 2637,89 376,84 2,63 tn 2,76 4,28
V 3 1101,64 367,21 2,57 tn 3,34 5,56
T 1 909,59 909,59 6,36 * 4,60 8,86
VT 3 626,67 208,89 1,46 tn 3,34 5,56
Galat
Percobaan 14 2003,47 143,11
Total 23 4752,60

Lampiran 11. Panjang tongkol (dengan klobot) tanaman.

SK Db JK KT F hit. F Tabel
5% 1%
Kelompok 2 5,75 2,88 0,21 3,74 6,51
Perlakuan 7 162,73 23,25 1,73 tn 2,76 4,28
V 3 51,07 17,02 1,27 tn 3,34 5,56
T 1 69,36 69,36 5,16 * 4,60 8,86
VT 3 42,30 14,10 1,05 tn 3,34 5,56
Galat
Percobaan 14 188,14 13,44
Total 23 356,61

Lampiran 12
Varietas Jagung BISI-2
Tahun dilepas : 1995
Asal : F1 dari silang tunggal antara FS 4 dengan FS 9. FS 4 dan
FS 9 merupakan tropical inbred yang dikembangkan
Oleh CharoenSeed Co., Ltd. Thailand dan Dekal b Plant
Genetic, USA.
Umur : 50% keluar rambut : + 56 hari
Panen : + 103 hari
Batang : Tinggi dan tegap
Warna batang : Hijau
Tinggi tanaman : + 232 cm
Daun : Panjang, lebar, dan terkulai
Warna daun : Hijau cerah
Keragaman tanaman : Seragam
Perakaran : Baik
Kerebahan : Tahan
Tongkol : Sedang, silindris, dan seragam
Kedudukan tongkol : Di tengah-tengah batang
Kelobot : Menutup tongkol dengan baik
Tipe biji : Setengah mutiara (semi flint)
Warna biji : Kuning oranye
Jumlah baris/tongkol : 12 - 14 baris
Bobot 1000 biji : + 265 g
Rata-rata hasil : 8,9 t/ha pipilan kering
Potensi hasil : 13 t/ha pipilan kering
Ketahanan : Toleran terhadap penyakit bulai dan karat daun
Keterangan : Baik ditanam di dataran rendah sampai ketinggian
1000 mdpl.
Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2019.

Varietas Jagung JH 37
Asal : Persilangan antara galur murni CLY231sebagai tetua
Betina dengan galur murni MAL03 sebagai tetua jantan
Umur : 50% keluar rambut : + 54 hari
Masak fisiologis : 99 hari
Tinggi tanaman : 219 cm
Tongkol : Panjang dan silindris
Tinggi tongkol : 106 cm
Kelobot : Tertutup baik (+ 95%)
Bentuk/Warnabiji : Kuning
Jumlah baris/tongkol : 12-14 baris
Bobot 1000 biji : 319 gram pada KA 15 %
Rata-rata hasil : 7,2 t/ha
Potensi Hasil : 12,5 t/ha
Ketahanan : Agak tahan penyakit bulai, dan sangat tahan terhadap
Karat daun
Daerah sebaran : Dataran rendah sampai 1.200 m dpl.
Pemulia : Muhammad Azrai, Roy Efendi, Aviv Andriani, A. Takdir
Makkulawu, R. Reni Iriany.
Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2019.

Varieatas Jagung BIMA – 5


Tahun dilepas : 31 Oktober 2008
Asal : G193/Mr-14, G193 dikembangkan dari populasi
P5/GM25,
Umur : 50% keluar rambut : + 60 hari
Masak fisiologis : + 103 hari
Tinggi tanaman : + 204 cm
Bentuk/Warnabiji : Mutiara (flint) jingga
Jumlah baris/tongkol : 12-14 baris
Bobot 1000 biji : + 270 g
Rata-rata hasil : 9,3 t/ha pipilan kering
Potensi Hasil : 11,4 t/ha pipilan kering
Ketahanan : Peka penyakit bulai, tahan penyakit karat dan bercak daun
Daerah sebaran : Adaptasi luas
Pemulia : A. Takdir M., R.Neni I, Muh. Azrai,b
Muzdalifah, Sigit B, Sri S
Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2019.

Varieatas Jagung NASA (Nakula Sadewa) 29


Komoditas : Jagung Hibrida
Tahun dilepas : 2017
SK Mentan : 820/Kpts/TP.010/12/2017
Umur : Umur masak tanaman 103 hst.
Masak fisiologis : + 103hst
Tinggi tanaman : + 219cm
Tinggi tongkol : + 113cm
Bentuk/Warna biji : Tipe semi mutiara-semi gigi kuda/warna kuning orange
Jumlah baris/tongkol : 14-18baris
Bobot 1000 biji : + 340.5 gram
Rata-rata hasil : 11,9 t/ha pipilan kering
Potensi Hasil : 13,7 t/ha pipilan kering
Ketahanan : Tahan terharap penyakit bulai, hawar daun dataran rendah,
dan karat daun
Daerah sebaran : Adaptasi luas
Pemulia : Muhammad Azrai, Roy Efendi, Andi Takdir, R.
Neni Iriany, Muzdalifah Isnaini, Nining Nurini,
Amin Nur, Nurini Andayani, Hasbullah dan Abd. Hafid.
Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2019.
Lampiran 13
Denah Tata Letak
Jalan

Ulangan II Ulangan I Ulangan III

V4T0 V2T1 V3T0 V3T1 V1T0 V3T1

V4T0 V2T1 V3T0 V3T1 V1T0 V3T1

V4T0 V2T1 V3T0 V3T1 V1T0 V3T1

V1T1 VIT0 V2T0 V1T0 V2T1 V1T1

V1T1 V1T V2T0 V1T0 V2T1 V1T1


O

VIT1 V1T0 V2T0 V1T0 V2T1 V1T1

V3T V2T0 V1T1 V2T1 V4T0 V2T0


O

V3T0 V2T0 V1T1 V2T1 V4T0 V2T0

V3T0 V2T0 V1T1 V2T1 V4T0 V2T0

U
V3T1 V4T1 V4T0 V4T1 V3T0 V4T1

V3T1 V4T1 V4T0 V4T1 V3T0 V4T1

V3T1 V4T1 V4T0 V4T1 V3T0 V4T1

Keterangan:
V1T0 : Kombinasi antara Varietas JH-37 dengan media yang tidak tergenang
V2T0 : Kombinasi antaraVarietas BIMA-5 dengan media yang tidak tergenang
V3T0 : Kombinasi antaraVarietas BISI-2 dengan media yang tidak tergenang
V4T0 : Kombinasi antara Varietas NASA 29 dengan media yang tidak tergenang
V1T1 : Kombinasi antara Varietas JH-37 dengan media yang tergenang
V2T1 : Kombinasi antara Varietas BIMA-5 dengan media yang tergenang
V3T1 : Kombinasi antara Varietas BISI-2 dengan media yang tergenang
V4T1 : Kombinasi antara Varietas NASA 29 dengan media yang tergenang.

Lampiran 14
Perhitungan Kebutuhan Pupuk Pada Tanaman

 Perhitungan dosis pupuk kandang ayam


3000 𝑘𝑔
50000
= 0,06 kg = 60 g.polybag-1

 Perhitungan dosis pupuk urea


500 𝑘𝑔
50000
= 0,01 kg = 10 g.polybag-1

 Perhitungan dosis pupuk SP-36


400 𝑘𝑔
50000
= 0,008 kg = 8 g.polybag-1

 Perhitungan dosis kapur KCL


300 𝑘𝑔
50000
= 0,006 kg = 6 g.polybag-1

Anda mungkin juga menyukai