Anda di halaman 1dari 111

PENGARUH SISTEM JARAK TANAM DAN METODE

PENGENDALIAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN


DAN PRODUKSI
JAGUNG (Zea mays L.) VARIETAS DK3

SKRIPSI

OLEH :

DIANA PIMA NASUTION


040301017
BDP – AGR

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009.
USU Repository © 2009
PENGARUH SISTEM JARAK TANAM DAN METODE
PENGENDALIAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
PRODUKSI
JAGUNG (Zea mays L.) VARIETAS DK3

SKRIPSI

Oleh
DIANA PIMA NASUTION
040301017
BDP – AGR

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Medan

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009.
USU Repository © 2009
Judul Skripsi : Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode
Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3
Nama : Diana Pima Nasution
NIM : 040301017
Departemen : Budidaya Pertanian
Program Studi : Agronomi

Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing

Disetujui Oleh : Disetujui Oleh :

(Ir. Edison Purba, Ph.D) (Ir. Sabar Ginting, MS)


Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing
NIP. 131 570 441 NIP. 130 535 855

Mengetahui,

(Ir. Edison Purba, Ph.D)


Ketua Departemen
NIP. 131 570 441

Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009.
USU Repository © 2009
ABSTRACT

This research is proposed to find out the influenced of row space system and method
of weeding on growth and production of maize (Zea mays L.), DK3 variety. The
research was held in Namo Rambe Village, started from Juni 2008 until September
2008. The design use Separated Design Frame with 2 aspects. The first aspect as a
mainframe is row space system consist of three stages, those are single row
(25 cm x 60 cm), double row (25 cm x 25 cm x 60 cm) and triangle row ( 25 cm x
25 cm x 25 cm). The second factor as subordinate frame is the method of weeding
consist of five (5) method , without weeding, clean weeding, manual weeding,
chemist weeding with glifosat and chemist weeding with paraquat. Row space
system perform real effects to plant height 8 MST, production per plant, percentage
of plant with two ears per plot, and production per hectare, but not gave any
influenced to plan height 2, 4, and 6 MST, amount of chlorofil, 100 grain weight,
harvest indeks, percentage of maize damage, and percentage of maize heal. The
method of weeding really influenced on plant height 4, 6 and 8 MST old, age of
tasseling, 100 grain weight, production per plant, percentage of plant with two ears
per plot, and production perhectare, but not influenced on plant height 2 MST,
amount of chlorofil, harvest indeks, percentage of maize damage and percentage of
maize heal. The interaction between row space system with method of weeding give
real effect on percentage of plant with two ears per plot and production per plant, but
do not give real effect on plant height 2, 4, 6 and 8 MST, amount of chlorofil, age of
tasseling, 100 grain weight, production per plant, production per hectare, harvest
index, percentage of maize damage and percentage of maize heal.
Keywords: row space system, method of weeding, maize..

i
Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009.
USU Repository © 2009
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sistem jarak tanam dan Metode
pengendalian gulma terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung
(Zea mays L.) varietas DK3. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Namo Rambe, dimulai
pada bulan Juni 2008 dan selesai pada bulan September 2008. Rancangan yang
digunakan adalah Rancangan Petak Terpisah faktorial dengan 2 faktor perlakuan. Faktor
pertama sebagai petak utama adalah sistem jarak tanam terdiri dari 3 taraf yaitu satu
baris (25 cm x 60 cm), dua baris (25 cm x 25 cm x 60 cm) dan baris segitiga (25 cm x
25 cm x 25 cm). Faktor kedua sebagai anak petak adalah metode pengendalian gulma
terdiri dari 5 taraf, yaitu tanpa penyiangan, bebas gulma, pengendalian manual,
pengendalian kimia dengan disemprot paraquat, dan pengendalian kimia dengan
disemprot glifosat. Sistem Jarak tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 8
MST, produksi per tanaman, persentase jumlah tanaman bertongkol dua per tanaman,
dan produksi per hektar, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 2, 4,
dan 6 MST, jumlah klorofil, umur berbunga, bobot 100 biji, nilai indeks panen,
persentase kerusakan tanaman jagung dan persentase pemulihan tanaman jagung.
Metode pengendalian gulma berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 4, 6, dan 8
MST, umur berbunga, bobot 100 biji, produksi per tanaman, persentase jumlah tanaman
bertongkol dua per plot, dan produksi per hektar, tetapi berpengaruh tidak nyata
terhadap tinggi tanaman 2 MST, jumlah klorofil, nilai indeks panen, persentase
kerusakan tanaman jagung dan persentase pemulihan tanaman jagung. Interaksi antara
sistem jarak tanam dengan metode pengendalian gulma berpengaruh nyata terhadap
persentase jumlah tanaman bertongkol dua per plot dan produksi per hektar, tetapi tidak
nyata terhadap tinggi tanaman 2, 4, 6 dan 8 MST, jumlah klorofil, umur berbunga, bobot
100 biji, produksi per tanaman, persentase kerusakan tanaman jagung dan persentase
pemulihan tanaman jagung.

Kata kunci : sistem jarak tanam, metode pengendalian gulma, jagung.

ii
Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009.
USU Repository © 2009
RIWAYAT HIDUP

Diana Pima Nasution, lahir pada tanggal 18 September 1986 di Medan,

Kelurahan Pangkalan Mashur, Kecamatan Medan Johor, Kotamadya Medan,

Provinsi Sumatera Utara, anak ke-2 dari 5 bersaudara, puteri dari ayahanda

Pijor Nasution dan ibunda Duma Sari Rambe.

Adapun pendidikan yang pernah ditempuh hingga saat ini adalah Pendidikan

Dasar di SD Swasta Al-Azhar Medan lulus tahun 1998, Pendidikan Menengah

Pertama di SLTP Swasta Al-Azhar Medan lulus tahun 2001, Pendidikan Menengah

Atas di SMU Negeri 1 Medan lulus tahun 2004 dan terdaftar sebagai mahasiswa

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan pada tahun 2004 melalui

Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada Departemen Budidaya Pertanian

Program Studi Agronomi.

Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) periode Juni 2007 sampai Juli

2007 di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir, Kabupaten

Simalungun.

iii
Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009.
USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini.

Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Pengaruh

Sistem Jarak Tanam dan Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan dan Produksi

Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3” yang merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara, Medan.

Penelitian dan skripsi ini tidak akan selesai dengan baik tanpa adaya bantuan

dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Kedua orang tua penulis yang telah memberi dukungan serta motivasi baik

materil maupun spiritual. Kepada ayah dan mama penulis menyampaikan rasa

sayang yang terdalam atas semua perjuangan yang diberikan.

2. Bapak Ir. Edison Purba, Ph.D sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan

Ibu Hj. Ir. Sabar Ginting, MS sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah

memberi banyak saran, petunjuk, bimbingan, arahan serta kepercayaan kepada

penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini.

iv
Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009.
USU Repository © 2009
3. Kepada Kakak Timah, Andi, Efrida, dan Dewi serta Danil dan Susi yang telah

memberikan semangat, bantuan, kritik, saran dan menampung keluh kesah

penulis selama melaksanakan penelitian serta menyelesaikan skripsi ini.

4. Kepada teman-teman: Ophi, Sylvia, Toto, Gugun, Benget, Dinan, Papao, Wulan,

Imong, Ati, Ani, Lia, Mono, Sony, Penger, Mamang, Difa, Eko dan seluruh

keluarga besar HIMADITA atas semangat, doa, motivasi, dan rasa kekeluargaan

yang telah membantu penulis selama perkuliahan, penelitian dan penyusunan

skripsi ini

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu

penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan

skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Februari 2009

Penulis

v
Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR ISI

ABSTRACT ..............................................................................................i

ABSTRAK ................................................................................................ii

RIWAYAT HIDUP...................................................................................iii

KATA PENGANTAR ..............................................................................iv

DAFTAR ISI .............................................................................................vi

DAFTAR TABEL .....................................................................................viii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ix

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................

PENDAHULUAN
Latar Belakang ..............................................................................1
Tujuan Percobaan..........................................................................2
Hipotesa Percobaan .......................................................................3
Kegunaan Percobaan .....................................................................3

TINJAUAN PUSTAKA
Sistem Jarak Tanam ......................................................................4
Kompetisi .....................................................................................6
Pengendalian Gulma .....................................................................8
Herbisida.......................................................................................10

BAHAN DAN METODE


Tempat dan Waktu Percobaan .......................................................13
Bahan dan Alat..............................................................................13
vi
Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009.
USU Repository © 2009
Metode Percobaan .........................................................................13

PELAKSANAAN PERCOBAAN
Persiapan Lahan ............................................................................16
Penanaman ....................................................................................16
Pemeliharaan.................................................................................17
Penyulaman ..........................................................................17
Pemupukan...........................................................................17
Penyiraman ..........................................................................17
Pengendalian Gulma .............................................................17
Pengendalian Hama dan Penyakit .........................................18

Panen .............................................................................................18
Pengeringan dan Pemipilan...................................................18
Pengamatan Parameter ..................................................................18
Tinggi Tanaman ...................................................................18
Jumlah Klorofil Daun Jagung ...............................................19
Umur Berbunga ....................................................................19
Persentase Jumlah Tanaman Bertongkol Dua Perplot............19
Bobot 100 Biji ......................................................................19
Nilai Indeks Panen................................................................19
Produksi per Tanaman ..........................................................19
Produksi per Hektar ..............................................................20
Persentase Kerusakan Tanaman Jagung ................................20
Persentase Pemulihan Tanaman Jagung ................................20
Gulma dalam Barisan ...........................................................21
Gulma antar Barisan .............................................................21
Bobot Kering Gulma dalam Barisan .....................................21
Bobot Kering Gulma antar Barisan .......................................22

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil .............................................................................................23
Pembahasan ..................................................................................48

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan ...................................................................................55
Saran.............................................................................................55

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii
Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL

NO JUDUL TABEL HALAMAN

1 Rataan Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode


Pengendalian Gulma Terhadap Tinggi Tanaman Jagung
umur 2, 4, 6 dan 8 MST…………………………………. 23

2 Rataan Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode


Pengendalian Gulma Terhadap Jumlah Klorofil………… 25

3 Rataan Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode


Pengendalian Gulma Terhadap Umur Berbunga………... 26

4 Rataan Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode


Pengendalian Gulma Terhadap Bobot 100 Biji…………. 27

5 Rataan Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode


Pengendalian Gulma Terhadap Produksi Pertanaman…... 28

6 Rataan Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode


Pengendalian Gulma Terhadap Persentase Jumlah
Tanaman bertongkol dua perplot………………………… 30

7 Rataan Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode


Pengendalian Gulma Terhadap Produksi Perhektar……... 32

8 Rataan Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode


Pengendalian Gulma Terhadap Nilai Indeks Panen…….. 34

viii
Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009.
USU Repository © 2009
9 Rataan Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode
Pengendalian Gulma Terhadap Persentase Kerusakan
Tanaman Jagung…………………………………………. 35

10 Rataan Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode


Pengendalian Gulma Terhadap Persentase Pemulihan
Tanaman Jagung…………………………………………. 35

11 Data Identifikasi Gulma Dalam Barisan Sebelum


Perlakuan………………………………………………… 36

12 Data Identifikasi Gulma Dalam Barisan Saat Panen……. 37

13 Data Suksesi Identifikasi Gulma Dalam Barisan Sebelum


Perlakuan dan Saat Panen………………………….......... 39

14 Data Identifikasi Gulma Antar Barisan Sebelum


Perlakuan………………………………………………… 40

15 Data Identifikasi Gulma Antar Barisan Saat Panen……... 42

16 Data Suksesi Identifikasi Gulma Antar Barisan Sebelum


Perlakuan dan Saat Panen……………………………….. 44

17 Data Bobot Kering Gulma Dalam Barisan………………. 45

18 Data Bobot Kering Gulma Antar Barisan……………… 47

ix
Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR

NO JUDUL GAMBAR HALAMAN

1 Bagan Sistem Jarak Tanam………………………………... 16

2 Pengaruh Sistem Jarak Tanam Terhadap Tinggi Tanaman 8


MST…………………………………………………… 24

3 Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Tinggi


Tanaman umur 8 MST………………………………….. 25

4 Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Umur


Berbunga………………………………………………… 26

5 Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Bobot


100 Biji…………………………………………………... 28

6 Pengaruh Sistem Jarak Tanam Terhadap Produksi Per


Tanaman…………………………………………………… 29

7 Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Produksi


Per Tanaman………………………………………………. 29

8 Pengaruh Sistem Jarak Tanam Terhadap Persentase Jumlah


Tanaman Jagung Bertongkol dua perplot………… 30
x
Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009.
USU Repository © 2009
9 Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap
Persentase Jumlah Tanaman Jagung Bertongkol dua
perplot……………………………………………………… 31

10 Pengaruh Interaksi Sistem Jarak Tanam dan Metode


Pengendalian Gulma Terhadap Persetase Jumlah Tanaman
Bertongkol Dua Per Plot…………………………………... 32

11 Pengaruh Sistem Jarak Tanam Terhadap Produksi


Perhektar…………………………………………………… 33

12 Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Produksi


Per Hektar………………………………………………….. 33

13 Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian


Gulma Terhadap Produksi perhektar………………………. 34

DAFTAR LAMPIRAN

NO JUDUL LAMPIRAN HALAMAN


1 Data Pengamatan Tinggi Tanaman 2 MST……………… 59

2 Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST…………… 59

3 Data Pengamatan Tinggi Tanaman 4 MST……………… 60

4 Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST…………… 60

5 Data Pengamatan Tinggi Tanaman 6 MST……………… 61

6 Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 6 MST…………… 61

7 Data Pengamatan Tinggi Tanaman 8 MST……………… 62

8 Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 8 MST…………… 62

9 Data Pengamatan Jumlah Klorofil………………………. 63

10 Daftar Sidik Ragam Jumlah Klorofil……………………. 63

xi
Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009.
USU Repository © 2009
11 Data Pengamatan Umur Berbunga………………………. 64

12 Daftar Sidik Ragam Umur Berbunga……………………. 64

13 Data Pengamatan Bobot 100 Biji………………………... 65

14 Daftar Sidik Ragam Bobot 100 Biji……………………... 65

15 Data Pengamatan Produksi Per Tanaman……………….. 66

16 Daftar Sidik Ragam Produksi Per Tanaman…………….. 66

17 Data Pengamatan Jumlah Tanaman Jagung Bertongkol dua


perplot……………………………………………….. 67

18 Daftar Sidik Ragam Jumlah Tanaman Jagung Bertongkol


dua perplot……………………………………………….. 67

19 Data Pengamatan Produksi Per Hektar………………….. 68

20 Daftar Sidik Ragam Produksi Per Hektar……………….. 68

21 Data Pengamatan Nilai Indeks Panen…………………… 69

22 Daftar Sidik Ragam Nilai Indeks Panen………………… 69

23 Data Pengamatan Persentase Kerusakan Tanaman Jagung 70

24 Daftar Sidik Ragam Persentase Kerusakan Tanaman


Jagung……………………………………………………. 70

25 Data Pengamatan Persentase Pemulihan Tanaman Jagung 71

26 Daftar Sidik Ragam Persentase Pemulihan Tanaman


Jagung……………………………………………………. 71

27 Data Pengamatan Gulma Dalam Barisan (Sebelum


Perlakuan)………………………………………………… 72

28 Data Pengamatan Gulma Dalam Barisan (Setelah


Perlakuan)…………………………………………………. 73

29 Data Suksesi gulma Dalam Barisan Sebelum dan Sesudah


Perlakuan…………………………………………………… 74

30 Data Pengamatan Gulma Antar Barisan (Sebelum


Perlakuan)…………………………………………………. 75

xii
Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009.
USU Repository © 2009
31 Data Pengamatan Gulma Antar Barisan (Setelah
Perlakuan)…………………………………………………. 76

32 Data Suksesi gulma Antar Barisan Sebelum dan Sesudah


Perlakuan…………………………………………………… 77

33 Data Pengamatan Bobot Kering Gulma Dalam Barisan….. 78

34 Data Pengamatan Bobot Kering Gulma Antar Barisan…… 79

35 Rangkuman Rataan Sistem Jarak Tanam dan Metode


Pengendalian Gulma……………………………………… 80

36 Deskripsi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3… 81

37 Analisis Tanah Lahan Penelitian…………………………. 82

38 Data Cuaca BMG………………………………………… 83

39 Bagan Plot Penelitian……………………………………... 84

40 Bagan Sistem Jarak Tanam Dalam Plot…………………... 85

41 Jadwal Kegiatan Mingguan……………………………….. 86

42 Model Sidik Ragam……………………………………….. 87

43 Foto Hasil Tongkol Tanaman Jagung Penelitian…………. 88

44 Foto Biji Pipilan Kering…………………………………... 90

45 Foto Brangkasan Kering Tanaman Jagung……………….. 91

46 Foto Tanaman Yang Rusak Akibat Perlakuan Herbisida…. 92

47 Foto Plot Penelitian………………………………………. 93

xiii
Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009.
USU Repository © 2009
xiv
Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009.
USU Repository © 2009
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di Indonesia jagung merupakan bahan pangan kedua setelah padi. Selain itu,

jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri pakan dan industri lainnya.

Seiring pertambahan penduduk, mengakibatkan permintaan jagung di dalam negeri

terus meningkat dari tahun ke tahun. Untuk memenuhinya, diperlukan langkah

peningkatan produksi jagung.

Menurut Badan Pusat Statistik (2008), produksi jagung di Indonesia tahun

2007 sebesar 13.279.794 ton pipilan kering atau naik sebesar 14,38% dibandingkan

dengan produksi tahun 2006. Kenaikan produksi jagung terutama disebabkan oleh

adanya perubahan varietas yang ditanam petani dari varietas lokal ke varietas

hibrida. Banyak jagung hibrida yang telah dikeluarkan dan salah satunya jagung

hibrida Dekalb varietas DK3 oleh perusahaan Monsanto. Diharapkan, kehadiran

varietas ini bisa membawa dampak positif terhadap peningkatan hasil panen petani

jagung. Sesuai dengan hasil yang diperlihatkan dari demplot di Keltan Pantai

Camin, yang mampu meningkatkan hasil panen dari 6 ton perhektar pada benih

lokal menjadi 10,3 ton perhektar (Yun, 2008).

Selain penggunaan varietas hibrida, altenatif lain yang dapat digunakan

untuk meningkatkan produksi jagung adalah dengan peningkatan populasi melalui

sistem jarak tanam. Sistem jarak tanam yang umum digunakan adalah satu baris, dan

seiring peningkatan permintaan jagung maka mulai diterapkan pertanaman dua baris

karena mampu memberikan hasil yang lebih besar (Stalcup, 2008). Baris segitiga

juga menjadi perhatian petani untuk meningkatkan produksi per satuan lahan.
2

Populasi yang lebih banyak pada baris segitiga meningkatkan produksi berkisar

8,98% dibandingkan satu baris dan 4,59% dengan dua baris (Cox et al, 2006)

Pemakaian varietas hibrida serta penambahan populasi tidak akan

memberikan hasil yang optimal tanpa disertai pengendalian tanaman pengganggu

(gulma). Keberadaan gulma merupakan masalah yang terus menghadang

dalam budidaya jagung. Kehadiran gulma dapat secara nyata menekan pertumbuhan

dan produksi karena menjadi pesaing dalam memperebutkan unsur hara serta

cahaya matahari, sehingga mampu menurunkan produksi sebesar 48 %

(Tanveer et al, 1999).

Untuk mengatasinya telah dilakukan berbagai metode pengendalian seperti

secara mekanis dengan mencabut ataupun membabat, membakar, menggenangi,

memakai mulsa, musuh alami, rotasi tanaman dan penyemprotan herbisida (Fadhly

dan Tabri, 2007). Masing-masing metode tersebut memiliki kelebihan dan

kekurangan, namun yang sering dilakukan para petani jagung adalah dengan

mekanis serta penggunaan herbisida. Akan tetapi, tidak diketahui secara pasti

metode yang mampu memberikan produksi lebih optimal.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian yang

berjudul pengaruh sistem jarak tanam dan metode pengendalian gulma terhadap

pertumbuhan dan produksi jagung (Zea mays L.) varietas DK3.

Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi sistem jarak tanam dan metode

pengendalian gulma yang optimal terhadap pertumbuhan dan produksi

jagung (Zea mays L.) varietas DK3.


3

Hipotesis Penelitian

1. Ada pengaruh sistem jarak tanam tanam terhadap pertumbuhan dan produksi

jagung (Zea mays L.) varietas DK3

2. Ada pengaruh metode pengendalian gulma terhadap pertumbuhan dan produksi

jagung (Zea mays L.) varietas DK3

3. Interaksi sistem jarak tanam tanam dan metode pengendalian

gulma berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman

jagung (Zea mays L.) varietas DK3

Kegunaan Penelitian

Untuk mendapatkan informasi tentang jarak tanam dan metode pengendalian

gulma yang mampu memberikan pertumbuhan dan produksi jagung yang

optimal agar dapat diterapkan oleh masyarakat.


4

TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Jarak Tanam

Produsen jagung terus mencari metode yang dapat meningkatkan hasil lahan,

mengurangi biaya, ataupun kombinasi keduanya. Jumlah tanaman pada lahan,

sebagai akibat kerapatan tanaman ataupun jarak tanam masih menjadi perhatian

selama beberapa dekade. Dengan penambahan kerapatan, maka jarak tanam menjadi

lebih dekat dan meningkatkan persaingan antar tanaman (Farnham, 1999).

Tajuk tanaman, perakaran serta kondisi tanah menentukan jarak antar

tanaman. Hal ini berkaitan dengan penyerapan sinar matahari dan penyerapan unsur

hara oleh tanaman, sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi

tanaman. Tanaman dengan jarak yang lebih sempit mendapatkan sinar matahari dan

unsur hara yang cukup karena persaingan antar tanaman lebih kecil. Seperti yang

didapatkan oleh Barbieri, et al (2000) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa

jarak yang lebih sempit mampu meningkatkan produksi secara nyata. Namun, hasil

yang berbeda didapatkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Pedersen and Lauer

(2003) bahwa jarak yang lebih sempit menurunkan produksi hingga 11 %

dibandingkan dengan jarak yang lebih lebar.

Penyebab perbedaan hasil dari pengaruh jarak tanam terhadap pertumbuhan

dan produksi jagung belum diketahui secara pasti. Menurut Barbieri et al (2000),

faktor iklim mempengaruhi produksi jagung pada jarak tanam yang berbeda.

Dengan curah hujan yang lebih banyak akan menghasilkan produksi jagung lebih

tinggi pada jarak yang lebih sempit. Namun, berbeda halnya oleh Westgate (1997)
5

yaitu jarak tanam tidak memberikan pengaruh pada produksi jagung karena

tergantung pada intersepsi radiasi sinar matahari.

Dengan jarak tanam yang lebih sempit akan meningkatkan kerapatan

populasi jagung yang diharapkan mampu meningkatkan produksi per satuan luas

lahan. Kerapatan tanam harus diatur dengan jarak tanam sehingga tidak terjadi

persaingan antar tanaman, mudah memeliharanya dan mengurangi biaya. Kerapatan

tanaman mempengaruhi penampilan dan produksi tanaman, terutama karena

koefisien penggunaan cahaya. Tanaman memberikan respon dengan mengurangi

ukuran baik pada seluruh tanaman maupun pada bagian-bagian tertentu (Setyati,

1983). Sehingga perlu diperhatikan ada kemungkinan akan terjadi penurunan hasil

karena produksi per tanaman akan menurun. Jumlah populasi tanaman per hektar

merupakan faktor penting untuk mendapatkan hasil maksimal. Produksi maksimal

dicapai bila menggunakan jarak tanam yang sesuai. Semakin tinggi tingkat

kerapatan suatu pertanaman mengakibatkan semakin tinggi tingkat persaingan antar

tanaman dalam hal mendapatkan unsur hara dan cahaya. Liu et al (2004)

menyatakan jika peningkatan populasi masih di bawah peningkatan kompetisi maka

peningkatan produksi akan tercapai pada populasi yang lebih padat.

Sistem jarak tanam mempengaruhi cahaya, CO2,, angin dan unsur hara yang

diperoleh tanaman sehingga akan berpengaruh pada proses fotosintesa yang pada

akhirnya memberikan pengaruh yang berbeda pada parameter pertumbuhan dan

produksi jagung (Barri, 2003). Jarak yang lebih sempit mampu meningkatkan

produksi per luas lahan dan jumlah biji namun menurunkan bobot biji

(Maddonni et al, 2006). Sedangkan menurut Liu et al (2004) variasi jarak tanam

berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun, tinggi tanaman, indeks luas daun ,

indeks panen serta jumlah tongkol namun berpengaruh nyata terhadap produksi per
6

ha. Peningkatan produksi akibat pengurangan jarak juga didapatkan oleh

Andrade et al (2002) yaitu ketika jarak antar tanaman berkurang, persentase

peningkatan produksi per lahan secara nyata ditentukan oleh persentase peningkatan

intersepsi cahaya matahari.

Dari hasil penelitian yang dilakukan Simamora (2007), perlakuan jarak

tanam berpengaruh nyata terhadap hasil jagung perplot. Jarak tanam 60 cm x 25 cm

(3512,86 g) memberikan hasil lebih besar dibandingkan 75 cm x 25 cm (2853,33 g)

dan 90 cm x 25 cm (2474,67 g). Jarak tanam yang semakin renggang akan

menyebabkan penurunan hasil sebesar 15% pada jarak tanam 75 cm x 25 cm dan

29% pada jarak tanam 90 cm x 25 cm. Besarnya produksi dipengaruhi oleh jumlah

populasi tanaman. Untuk meningkatkan hasil biji tanaman jagung salah satunya

adalah dapat dilakukan dengan penambahan tingkat kerapatan tanaman persatuan

luas. Jarak tanam yang lebih renggang menghasilkan hasil yang lebih besar per

tanaman, namun pada jarak tanam yang lebih sempit sampai batas tertentu akan

menghasilkan hasil lebih besar. Perlakuan 60 cm x 25 cm belum menimbulkan

persaingan yang nyata antar tanaman jagung sehingga hasilnya lebih besar

dibandingkan dengan perlakuan jarak tanam 75 cm x 25 cm dan 90 cm x 25 cm.

Kompetisi

Kompetisi berasal dari kata competere yang berarti mencari atau mengejar

sesuatu yang secara bersamaan dibutuhkan oleh lebih dari satu pencari. Persaingan

(kompetisi) timbul dari reaksi tanaman pada faktor fisik dan pengaruh faktor yang

dimodifikasikan pada pesaing-pesaingnya. Dua tanaman meskipun tumbuh

berdekatan, tidak akan saling bersaing bila bahan yang diperebutkan jumlahnya

berlebihan. Kehadiran gulma di sekitar tanaman budidaya tidak dapat di elakkan,


7

terutama bila lahan pertanaman tersebut tidak dikendalikan. Sebagai tumbuhan,

gulma juga memerlukan persyaratan tumbuh seperti halnya tanaman lain,

membutuhkan cahaya, nutrisi, air, gas CO2 dan gas lainnya serta ruang. Persyaratan

tumbuh yang sama atau hampir sama bagi gulma dan tanaman dapat mengakibatkan

terjadinya asosiasi gulma di sekitar tanaman budidaya. Gulma yang berasosiasi akan

saling memperebutkan bahan-bahan yang dibutuhkannya, bila jumlahnya sangat

terbatas bagi kedua tanaman (Moenandir, 1993).

Gulma dan tanaman saling bersaing dalam menyerap unsur hara terutama

nitrogen, dan karena nitrogen dibutuhkan dalam jumlah yang banyak, maka unsur

ini lebih cepat habis terpakai. Gulma menyerap lebih banyak unsur hara daripada

pertanaman. Pada bobot kering yang sama, gulma mengandung kadar nitrogen dua

kali lebih banyak daripada jagung; fosfat 1,5 kali lebih banyak; kalium 3,5 kali lebih

banyak; kalsium 7,5 kali lebih banyak dan magnesium lebih dari 3 kali

(http://fp.uns.ac.id/~hamasains/dasarperlintan-4.htm, 2006).

Tingkat persaingan antara tanaman dan gulma bergantung pada empat faktor

yaitu stadia pertumbuhan tanaman, kepadatan gulma, tingkat cekaman air dan hara

serta spesies gulma. Jika dibiarkan, gulma berdaun lebar dan dan rumputan dapat

secara nyata menekan pertumbuhan dan perkembangan jagung. Gulma menyaingi

tanaman terutama dalam memperoleh air, hara dan cahaya. Tanaman jagung sangat

peka terhadap tiga faktor ini selama periode kritis antara stadia V3 dan V8, yaitu

stadia pertumbuhan jagung di mana daun ke-3 dan ke-8 telah terbentuk. Sebelum

stadia V3, gulma hanya menganggu tanaman jagung jika gulma tersebut lebih besar

dari tanaman jagung atau pada saat tanaman mengalami cekaman kekeringan.

Antara stadia V3-V8, tanaman jagung membutuhkan periode yang tidak tertekan

oleh gulma. Setelah V8 hingga matang, tanaman telah cukup besar sehingga
8

menaungi dan menekan pertumbuhan gulma. Pada stadia lanjut, gulma dapat

mengakibatkan kerugian jika terjadi cekaman air dan hara, atau gulma tumbuh pesat

dan menaungi tanaman (Lafitte, 1994).

Pengendalian Gulma

Tanaman memerlukan penyiangan sempurna untuk mencegah pertumbuhan

gulma. Penyiangan yang tepat dilakukan sebelum gulma menghambat penyerapan

zat-zat makanan dari tanah. Penundaan penyiangan sampai gulma berbunga

menyebabkan pembongkaran akar gulma tidak maksimum dan gagal mencegah

tumbuhnya biji-biji gulma yang viabel sehingga memberi kesempatan untuk

perkembangbiakan dan penyebarannya. Kompetisi (Sukman dan Yakup, 1995). Hal

ini diperlihatkan oleh Tanveer et al (1999) yaitu waktu kompetisi berpengaruh nyata

terhadap jumlah biji per tongkol, bobot 1000 biji jagung serta produksi per ha tetapi

berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah tanaman bertongkol dua. Pengendalian

gulma pada saat jagung masih muda (20 hari setelah tanam) memberikan hasil

terbaik pada semua parameter tersebut.

Dalam pertumbuhan tanaman terdapat selang waktu tertentu dimana tanaman

sangat peka terhadap persaingan gulma. Keberadaan atau munculnya gulma pada

periode waktu tertentu dengan kepadatan yang tinggi yaitu tingkat ambang kritis

akan menyebabkan penurunan hasil secara nyata. Periode waktu dimana tanaman

peka terhadap persaingan dengan gulma dikenal sebagai periode kritis. Dalam

periode kritis, adanya gulma yang tumbuh di sekitar tanaman harus dikendalikan

agar tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan hasil akhir

tanaman. Persaingan gulma terhadap pertanaman terjadi dan nyata 25 – 33 %


9

pertama pada siklus hidupnya atau ¼ - 1/3 dari umur pertanaman.

(http://fp.uns.ac.id/~hamasains/dasarperlintan-4.htm, 2006).

Berbagai metode pengendalian gulma dilakukan untuk mengurangi

penurunan produksi jagung akibat persaingan dengan gulma. Chikoye et al (2005)

melakukan penelitian dengan menggunakan metode jarak tanam serta peyemprotan

glifosat dalam mengendalikan gulma. Dan hasilnya metode jarak tanam serta

peyemprotan glifosat berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan produksi

jagung per luas lahan. Jarak tanam yang lebih dekat memberi tinggi tanaman dan

produksi yang lebih besar dibandingkan jarak yang lebih lebar. Dan penyemprotan

glifosat mampu menekan keberadaan gulma pada pertanaman jagung sehingga

tinggi tanaman serta produksi jagung lebih besar dibandingkan pertanaman jagung

tanpa penyemprotan glifosat.

Respon yang diberikan jagung terhadap metode pengendalian gulma yang

diuji oleh Chikoye et al (2005) disebabkan oleh tanggapan gulma pada pertanaman

tersebut. Pada jarak tanam yang lebih sempit didapatkan biomassa gulma lebih kecil

dibandingkan biomassa pada jarak tanam yang lebih lebar. Hal yang sama juga

diperlihatkan pada penyemprotan glifosat yang ternyata mampu menekan biomassa

gulma hingga mencapai 18.7%.

Tanveer et al (1999) mendapatkan hasil yang berbeda yaitu jarak tanam

berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering gulma. Dalam penelitiannya, waktu

pengendalian gulma yang mampu memberi pengaruh nyata terhadap bobot kering

gulma. Karena secara umum, bobot kering gulma akan mengalami peningkatan

seiring dengan peningkatan waktu kompetisi antara gulma dengan tanaman.

Penelitian oleh Donald (1997-1998), tentang berbagai metode pengendalian

gulma pada lahan kacang kedelai, dilakukan beberapa metode yaitu pembabatan
10

gulma antar barisan, pembabatan gulma secara keseluruhan, gulma dibiarkan

tumbuh serta dengan aplikasi herbisida pada barisan. Didapatkan hasil tanaman

lebih baik pada pembabatan gulma antar barisan dibandingkan metode lainnya.

Keuntungan pembabatan antara lain karena mampu mencegah erosi akibat hujan.

Penggunaan herbisida pada barisan juga memberikan hasil yang baik terhadap

pengendalian gulma. Dengan herbisida gulma tahunan yang masih kecil dapat

dikendalikan, tidak seperti metode pembabatan. Pengaplikasian herbisida pada

barisan juga mampu mengurangi penggunaan herbisida mejadi 50 %. Dari hasil

identifikasi gulma, didapatkan lebih banyak gulma yang tumbuh di antara barisan

dibandingkan di dalam barisan. Karena dengan adanya cahaya yang mencapai tanah

mampu mendukung perkecambahan bibit gulma. Karena dengan semakin lebarnya

kanopi kedelai mampu menekan pertumbuhan gulma di bawahnya (Donald, 2000).

Herbisida

Pengendalian gulma dengan menggunakan senyawa kimia sangat diminati,

terutama untuk lahan pertanian yang cukup luas. Senyawa kimia yang digunakan

sebagai pengendalian gulma dikenal dengan nama herbisida. Penggunaan herbisida

diupayakan agar tidak memberi pengaruh negatif pada tanaman budidaya, karena

itulah diupayakan mencari senyawa-senyawa yang bersifat selektif dan cara serta

waktu pengaplikasian yang tepat (Sukman dan Yakup, 1995).

Herbisida kontak adalah herbisida yang dikenal karena mengakibatkan efek

seperti terbakar yang langsung dapat dilihat beberapa jam setelah aplikasi, terutama

pada penggunaan dengan kadar tinggi, seperti asam sulfat 70 %, besi sulfat 30 %,

tembaga sulfat 40 %. Paraquat, sebagai herbisida kontak, molekulnya dapat

menghasilkan hydrogen peroksida radikal yang dapat memecah membran sel yang
11

menyebabkan seluruh sel rusak. Herbisida kontak merusak bagian tumbuhan yang

terkena langsung dan tidak ditranslokasi ke bagian lain ( Moenandir, 1988 ).

Herbisida bersifat kontak; berarti herbisida ini hanya mematikan bagian hijau

tumbuhan yang terkena semprotan. Herbisida ini cocok untuk mengendalikan gulma

setahun karena bila terkena akan menyebabkan mati keseluruhan. Sedangkan gulma

tahunan bila terkena herbisida ini hanya seperti dibabat bagian atasnya karena

perakarannya tidak mati contoh : herbisida Paraquat ( Gromoxone ). Kerjanya

mengahambat proses photosystem I pada fotosintesis. Herbisida kontak ada 2 yaitu :

herbisida kontak selektif dan hebisida kontak non selektif. Bersifat sistemik; berarti

herbisida yang diberikan pada tumbuhan ( gulma ) setelah diserap oleh jaringan

daun kemudian ditranslokasikan keseluruh bagian tumbuhan tersebut misalnya titik

tumbuh, akar, rimpang dan lain-lain sehingga tumbuhan / gulma tersebut akan

mengalami kematian total. Contoh: Glyphosate ( Roundup ). Cara kerjanya

menghambat sintesa protein dan metabolisme asam amino ( Triharso, 1995 ).

Herbisida berbahan aktif glifosat, paraquat, dan 2,4-D banyak digunakan

petani, sehingga banyak formulasi yang menggunakan bahan aktif tersebut. Glifosat

yangdisemprotkan ke daun efektif mengendalikan gulma rumputan tahunan dan

gulma berdaun lebar tahunan, gulma rumput setahun, dan gulma berdaun lebar.

Senyawa glifosat sangat mobil, ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman ketika

diaplikasi pada daun, dan cepat terurai dalam tanah. Gejala keracuna berkembang

lambat dan terlihat 1-3 minggu setelah aplikasi (Klingman, 1975).

Herbisida pascatumbuh yang cukup luas penggunaannya untuk

mengendalikan gulma pada pertanaman jagung adalah paraquat (1,1 dimethyl-4,4

bypiridinium) yang merupakan herbisida kontak nonselektif. Setelah penetrasi ke

dalam daun atau bagian lain yang hijau, bila terkena sinar matahari, molekul
12

herbisida ini bereaksi menghasilkan hidrogen peroksida yang merusak membran sel

dan seluruh organ tanaman, sehingga tanaman seperti terbakar. Herbisida ini baik

digunakan untuk mengedalikan gulma golongan rumputan dan berdaun lebar.

Paraquat merupakan herbisida kontak dan menjadi tidak aktif bila bersentuha

dengan tanah. Paraquat tidal ditranslokasikan ke titik tumbuh, residunya tidak

tertimbun dalam tanah dan tidak diserap oleh akar tanaman

(Tjitrosoedirdjo, 1984).
13

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan di desa Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang

pada tanah dengan kandungan unsur hara Nitrogen (0.22 %), Posfor (39.15 ppm),

Kalium (0.69 %), bahan organik (1.99 %) serta pH (6.10). Sebelum dilakukan

penelitian, lahan tersebut digunakan sebagai peternakan ayam, lalu ditanami

kedondong yang ditumpangsarikan dengan jagung manis. Penelitian dimulai akhir

Juni 2008 sampai awal Oktober 2008 dengan kondisi curah hujan yang cukup tinggi

(Lampiran 37 dan 38).

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung

varietas DK3, glifosat (Round-Up), paraquat (Gromoxoe), Nitrogen (Urea), Posfor

(SP-36), Kalium (KCl), insektisida (Decis 2,5 EC).

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah traktor, cangkul, sabit kecil,

knapsack, meteran, beaker glass, timbangan analitik, tugal, pacak sampel, label, tali

plastik, ember, pisau, plakat nama, alat tulis dan kalkulator serta peralatan lain yang

mendukung pelaksanaan penelitian ini.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terpisah faktorial dengan dua

faktor perlakuan, yaitu :


14

Faktor I : Sistem Jarak Tanam (J) sebagai main plot dengan 3 perlakuan :

J1 = Sistem satu baris (60 cm x 25 cm)

J2 = Sistem dua baris (25 cm x 25 cm, jarak Baris

berikutnya 60 cm)

J2 = Sistem baris segitiga ( 25 cm x 25 cmx 25 cm, jarak dengan

baris segitiga berikutnya 60 cm)

Faktor II : Metode pengendalian gulma (G) sebagai sub plot dengan 5

perlakuan yaitu :

G1 = tanpa pengendalian gulma (kontrol TP)

G2 = bebas gulma sepanjang musim tanam (kontrol BG)

G3 = pengendalian gulma secara manual umur 2 MST (manual)

G4 = disemprot dengan glifosat umur 4 MST (glifosat)

G5 = disemprot dengan paraquat umur 4 MST (paraquat)

Sehingga diperoleh kombinasi perlakuan yaitu :

J1G1 J1G2 J1G3 J1G4 J1G5

J2 G1 J2G2 J2G3 J2G4 J2G5

J3G1 J3G2 J2G3 J2G4 J2G5

Jumlah ulangan : 3 ulangan

Jumlah plot utama : 9 plot

Jumlah sub plot : 45 plot

Ukuran plot utama : 275 cm x 1375 cm

Ukuran sub plot : 275 cm x 275 cm

Jarak antar plot utama : 70 cm

Jarak antar sub plot : 50 cm

Jarak antar blok : 100 cm


15

Jumlah tanaman sampel per plot : 10 tanaman

Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam berdasarkan model linier yaitu:

Yijk = μ + ρi + αj + dij + βk + (αβ)jk + εijk

Yijk = Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat sistem jarak tanam perlakuan ke-j

dan metode pengendalian gulma perlakuan ke -k

μ = Nilai tengah

ρi = Pengaruh blok Ke-i

αj = Pengaruh sistem jarak tanam perlakuan ke-j

dij = Galat pengaruh sistem jarak tanam perlakuan ke-j

βk = Pengaruh metode pengendalian gulma perlakuan ke -k

αβ)jk = Pengaruh interaksi sistem jarak tanam perlakuan ke-j dengan metode

pengendalian gulma perlakuan ke -k

εijk = Galat percobaan pengaruh metode pengendalian gulma perlakuan ke-k

Hasil sidik ragam nyata diuji dengan uji beda rataan berdasarkan uji Beda Nyata

Terkecil (BNT) dengan taraf 5%.


16

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Lahan

Lahan yang digunakan untuk penelitian diolah dengan menggunakan traktor

kecil dengan kedalaman olah tanah 15-25 cm. Pengolahan dilakukan hingga tanah

menjadi gembur, rata dan bersih dari sisa-sisa gulma dan perakaran. Dibuat plot-plot

percobaan dengan ukuran 275 cm x 275 cm dengan jarak antar plot 70 cm.

Penanaman

Penanaman dilakukan dengan menugal sedalam 3 – 5 cm. Jarak antar lubang

ditentukan sesuai dengan perlakuan pola tanam. Pada sistem satu baris menggunakan

jarak tanam 60 cm x 25 cm, sistem dua baris menggunakan jarak 25 cm x 25 cm,

sedangkan pada sistem baris segitiga berjarak 25 cm x 25 x 25 cm (Gambar 1). Setiap

lubang ditanam satu biji jagung lalu ditutup dengan tanah. Jagung ditanam dengan

barisan tegak lurus dengan arah matahari terbit.

x x x x x x x x x x x x x x x x
x x x
x x x x x x x x x x x x x x x x
x x x
x x x x x x x x x x x x x x x x
x x x
x x x x x x x x x x x x x x x x
x x x
x x x x x x x x x x x x x x x x
x x x
x x x x x x x x x x x x x x x x
x x x
x x x x x x x x x x x x x x x x
x x x
x x x x x x x x x x x x x x x x
x x x
x x x x x x x x x x x x x x x x
x x x
x x x x x x x x x x x x x x x x
x x x
x x x x x x x x x x x x x x x x

a b c
Gambar 1. Bagan Sistem Jarak Tanam: a. Satu baris, b. Dua baris, c. Baris segitiga
(ket: {= 25 cm, = 60 cm)
17

Pemeliharaan Tanaman

Penyulaman

Penyulaman dilakukan saat tanaman berumur 1 MST. Penyulaman dilakukan

dengan menanam benih jagung pada lubang tanam yang tanamannya tidak tumbuh

atau pertumbuhanya tidak baik.

Pemupukan

Pupuk yang diberikan yaitu 135 Kg N/Ha, 36 Kg P2O5 /Ha dan 25 Kg

K2O/Ha (Warisno, 1998). Dosis pemupukan dikonversikan dalam 300 Kg Urea/Ha,

100 Kg SP-36/ Ha dan 50 Kg KCl. Pemberian Nitrogen dibagi atas tiga tahap,

dimana diberikan 1/3 bagian dari dosis pada masing-masing tahap berturut-turut

pada saat tanam, umur 4 MST dan 8 MST. Sedangkan pupuk P dan K diberikan

seluruhnya pada saat tanam. Pemupukan dilakukan dengan cara menabur pada lubang

yang dibuat sedalam 5 cm dengan jarak 5 cm dari lubang tanam lalu ditutup dengan

tanah.

Penyiraman

Selama penelitian tidak dilakukan penyiraman karena curah hujan yang

cukup tinggi.

Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma dilakukan dengan beberapa metode. Metode yang

digunakan adalah tanpa pengendalian gulma (kontrol), bebas gulma sepanjang

musim (kontrol), secara manual dengan menggunakan sabit pada tanaman umur 2

MST, disemprot dengan glifosat (2 L Round-up/ha) saat umur tanaman 4 MST, dan

disemprot paraquat (3 L Gromoxone/ ha) saat tanaman umur 4 MST. Pengendalian

kimia dengan alat semprot punggung.


18

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida Decis

2,5 EC dosis 0,5 cc/liter air saat malai tanaman jagung mulai mekar karena ada

serangan kutu pada malai. Selama penelitian tidak terjadi serangan penyakit

sehingga tidak dilakukan penyemprotan fungisida.

Panen

Jagung dipanen pada umur 14 MST saat warna kelobot telah berubah warna

menjadi kuning dan biji telah keras. Cara panen jagung adalah dengan mematahkan

tangkai tongkol jagung.

Pengeringan dan Pemipilan

Setelah panen, dilakukan pengeringan brangkasan dan tongkol jagung

selama tiga hari di bawah sinar matahari langsung. Penjemuran dilakukan di atas

seng yang dihamparkan di bawah sinar matahari. Kemudian dilakukan pemipilan

tongkol dengan tangan.

Parameter

Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman diukur mulai dari leher akar hingga ujung daun tertinggi dengan

menggunakan meteran. Pengukuran pertama dilakukan umur 2 MST dengan interval

dua minggu sekali hingga muncul bunga jantan sebanyak 75 %.

Jumlah Klorofil Daun Jagung

Jumlah klorofil daun jagung dihitung dengan menggunakan alat pengukur

klorofil (merek Minolta). Daun yang dihitung jumlah klorofilnya adalah daun yang
19

paling tengah. Pengukuran dilakuan pada bagian pangkal, tengah dan ujung daun lalu

diratakan. Pengukuran dilaksanakan pada saat tanaman mulai berbunga (7 MST).

Umur berbunga

Umur berbunga ditentukan pada saat bunga jantan setiap tanaman muncul.

Dicatat umur berbunga setiap hari dimulai sejak bunga pertama keluar sampai dengan

tanaman per plot berbunga sebanyak 75 %.

Persentase Jumlah Tanaman Bertongkol dua per plot

Tanaman yang dihitung adalah tanaman keseluruhan dalam plot kecuali tanaman

pada barisan terluar. Tanaman yang dihitung adalah tanaman yang mengeluarkan dua

tongkol.

Bobot 100 Biji per plot

Biji dikeringkan dan dipipil lalu secara acak diambil 100 biji per plot dan

ditimbang.

Nilai Indeks Panen

Nilai indeks panen dihitung dengan membagikan bobot biji pipilan kering per

tanaman dengan bobot brangkasan kering per tanaman.

Produksi Per Tanaman

Biji dipipil setelah dikeringkan. Produksi pipilan kering per tanaman dihitung

dengan menimbang biji pipilan masing-masing tanaman.

Produksi Per Hektar

Produksi pipilan kering per hektar merupakan proyeksi dari produksi pipilan

kering per tanaman yaitu dengan mengalikan produksi per tanaman dengan populasi

tanaman jagung per hektar dengan ketentuan:

- Populasi tanaman per hektar pada sistem tanam J1 = 60.000 tanaman


20

- Populasi tanaman per hektar pada sistem tanam J2 = 93.600 tanaman

- Populasi tanaman per hektar pada sistem tanam J3 = 97.478 tanaman

Persentase Kerusakan Jagung

Gejala pengamatan berupa adanya bercak kecoklatan seperti terbakar dan

daun kekuningan. Gejala yang muncul diamati untuk mengetahui sejauh mana

herbisida dapat mempengaruhi tanaman jagung. Pengamatan dilakukan sebanyak

dua tahap dan disesuaikan dengan jenis herbisida yang diaplikasikan. Tahap I,

pengamatan satu minggu setelah penyemprotan untuk perlakuan paraquat dan dua

minggu setelah penyemprotan untuk perlakuan glifosat. Tahap II, pengamatan

dilakukan dua minggu setelah penyemprotan untuk paraquat sedangkan untuk

glifosat dilakukan pengamatan pada tiga minggu setelah penyemprotan. Persentase

kerusakan dihitung dengan membagi jumlah daun yang rusak dengan jumlah seluruh

daun tanaman tersebut lalu dikali 100 % seperti rumus berikut :

daun yang rusak


% Kerusakan = × 100%
jumlah seluruh daun

Persentase PemulihanTanaman Jagung (%)

Pemulihan tanaman dari kerusakan akibat herbisida diamati pada setiap

tanaman. Pengamatan akibat paraquat dilakukan dua minggu setelah penyemprotan

sedangkan pengamatan pemulihan dari kerusakan akibat glifosat dilakukan 3 minggu

setelah penyemprotan. Persentase pemulihan dihitung dengan pengurangan persentase

kerusakan tahap I dengan persentase kerusakan tahap II.

Gulma dalam Barisan

Jenis gulma dalam barisan diidentifikasi dengan membuat petak contoh pada

setiap plot ukuran 25 cm x 50 cm pada area dalam barisan tersebut. Pengamatan


21

dilakukan sebelum penyiangan dan bersamaan dengan panen. Jenis dan populasi gulma

diidentifikasi lalu dihitung Nilai Jumlah Dominasi (NJD) dengan rumus sebagai berikut

KN + FN + BK
SDR =
3

Keterangan:
KN = Kerapatan Nisbi, diperoleh dengan membagikan Kerapatan Mutlak terhadap
jumlah semua spesies dikali 100%
FN = Frekwensi Nisbi, diperoleh dengan membagikan Frekwensi Nisbi mutlak
terhadap jumlah Nilai Frekwensi Mutlak semua jenis spesies dikali 100 %
BK= Bobot kering gulma

Gulma antar Barisan

Jenis gulma antar barisan diidentifikasi dengan membuat petak contoh pada

setiap plot ukuran 25 cm x 50 cm pada area antar barisan tersebut. Pengamatan

dilakukan sebelum penyiangan dan bersamaan dengan panen. Jenis dan populasi gulma

diidentifikasi dihitung Sum Dominan Ratio (SDR).

Bobot kering Gulma dalam Barisan

Jenis gulma diidentifikasi dengan membuat petak dalam barisan pada setiap plot

dengan ukuran 25 cm x 50 cm (Gambar 1) kemudian dipotong pangkal batang gulma

yang tumbuh pada petak tersebut. Kemudian gulma dikeringkan dan ditimbang tiap

jenisnya. Pengamatan dilakukan pada saat tanaman jagung dipanen.

Bobot kering Gulma antar Barisan (g)

Jenis gulma diidentifikasi dengan membuat petak antar barisan pada setiap plot

dengan ukuran 25 cm x 50 cm (Gambar 2) kemudian dipotong pangkal batang gulma

yang tumbuh pada petak tersebut. Kemudian gulma dikeringkan dan ditimbang tiap

jenisnya. Pengamatan dilakukan pada saat tanaman jagung dipanen.


22

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman jagung umur 2, 4, 6, dan 8 MST pada sistem jarak tanam dan

pengendalian gulma yang berbeda ditampilkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan Tinggi Tanaman Jagung umur 2, 4, 6 dan 8 MST


Waktu Peng. Jarak Tanam
Rataan
Pengamatan Gulma Satu baris Dua baris Baris segitiga
---------------------------------cm---------------------------
Kontrol TP 54.96 54.43 55.05 54.81
Kontrol BG 55.04 55.85 55.25 55.38
2 MST Manual 54.99 56.67 54.37 55.34
Glifosat 54.14 55.25 54.13 54.51
Paraquat 54.68 55.57 55.86 55.37
Rataan 54.76 55.56 54.93
Kontrol TP 108.09 106.88 107.00 107.32 b
4 MST Kontrol BG 112.25 109.98 110.27 110.83 a
Manual 109.65 107.97 108.50 108.71 ab
Glifosat 108.32 106.98 106.29 107.20 b
Paraquat 108.40 106.35 106.15 106.97 b
Rataan 109.34 107.63 107.64
Kontrol TP 173.07 172.00 173.00 172.69 b
Kontrol BG 186.63 186.43 186.03 186.37 a
6 MST Manual 186.47 185.40 185.90 185.92 a
Glifosat 185.87 184.03 184.07 184.66 a
Paraquat 185.30 183.77 183.63 184.23 a
Rataan 183.47 182.33 182.53
Kontrol TP 262.26 259.43 259.6 260.43 b
Kontrol BG 269.80 262.36 262.13 264.76 a
8 MST Manual 269.73 261.90 261.63 264.42 a
Glifosat 267.80 261.60 260.30 263.23 ab
Paraquat 267.23 261.90 259.70 262.94 ab
Rataan 267.36 a 261.44 b 260.67 b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom dan kelompok
perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Beda
Nyata Terkecil (BNT)
23

Sistem jarak tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman jagung pada

pengamatan 8 MST tetapi tidak berbeda nyata pada umur 2, 4 dan 6 MST. Berbeda

halnya dengan pengendalian gulma yang berpengaruh nyata terhadap tinggi jagung

sejak umur 4, 6, hingga 8 MST.

Pada Tabel 1 diperlihatkan bahwa tidak ada interaksi antara sistem jarak

tanam dengan metode pengendalian gulma terhadap tinggi jagung.

Sistem jarak tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi jagung 8 MST. Tinggi

tanaman tertinggi dijumpai pada perlakuan satu baris (60 cm x 25 cm) sebesar

267,36 cm yang berbeda nyata dengan sistem dua baris serta baris segitiga. Tidak

ada perbedaan signifikan tinggi tanaman pada dua baris dengan baris segitiga.

Tinggi tanaman pada kedua sistem jarak tanam tersebut berkisar antara 260.7 cm –

261.4 cm.

Pengaruh sistem jarak tanam terhadap tinggi jagung umur 8 MST

ditampilkan pada Gambar 2.

270 267.36
Tinggi Tanaman (cm)

265 261.44 260.67


260
255
250
Satu baris Dua baris Baris segitiga
Sistem Jarak Tanam

Gambar 3. Pengaruh Sistem Jarak Tanam Terhadap Tinggi Tanaman 8 MST

Pengendalian gulma berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman baik pada

umur jagung 2, 4, 6 hingga 8 MST jika dibandingkan dengan tinggi tanaman tanpa

pengendalian gulma. Pengaruh sistem jarak tanam dan metode pengendalian gulma

ditampilkan pada Gambar 3.


24

270

Tinggi Tanaman (cm)


264.76 264.42
265 263.23 262.94
260.43
260

255

250
Kontrol TP Kontrol BG Manual Glifosat Paraquat
Metode Pengendalian Gulma

Gambar 3. Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Tinggi Tanaman 8 MST

Masing-masing metode pengendalian memperlihatkan tinggi tanaman yang

tidak berbeda nyata. Tinggi tanaman pada pengendalian manual, disemprot glifosat

dan disemprot paraquat memberikan peningkatan tinggi tanaman berkisar 1.49 cm -

3.99 cm jika dibandingkan dengan tinggi tanaman yang bebas gulma sepanjang

musim.

Jumlah Klorofil Daun Jagung

Jumlah klorofil daun jagung pada sistem jarak tanam dan pengendalian

gulma yang berbeda ditampilkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan Jumlah klorofil daun jagung


Peng. Jarak Tanam
Rataan
Gulma Satu baris Dua baris Baris segitiga
--------------------------------unit/mm3---------------------------------
Kontrol TP 50.09 54.93 51.09 52.04
Kontrol BG 49.51 48.95 41.61 46.69
Manual 53.37 51.31 48.77 51.15
Glifosat 51.74 52.70 55.53 53.32
Paraquat 49.85 47.55 48.79 48.73
Rataan 50.91 51.09 49.16

Sistem jarak tanam, metode pengedalian gulma serta interaksi kedua

perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah klorofil daun jagung.


25

Umur Berbunga

Umur berbunga pada sistem jarak tanam dan pengendalian gulma yang

berbeda ditampilkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan Umur Berbunga Jagung


Peng. Jarak Tanam
Rataan
Gulma Satu baris Dua baris Baris segitiga
---------------------------HST----------------------------
Kontrol TP 50.50 50.33 49.73 50.19 c
Kontrol BG 49.83 49.17 49.93 49.64 ab
Manual 49.83 48.70 49.27 49.27 a
Glifosat 50.03 49.43 49.97 49.81 bc
Paraquat 50.03 49.03 49.77 49.61 ab
Rataan 50.05 49.33 49.73
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom dan kelompok
perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Beda
Nyata Terkecil (BNT)

Sistem jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap umur berbunga.

Namun, pengendalian gulma memberikan pengaruh yang nyata terhadap umur

berbunga jagung. Metode pengendalian manual memberikan umur berbunga

tercepat ( 49.27 HST) tetapi tidak berbeda nyata dengan metode disemprot paraquat

(49.61 HST). Sedangkan umur berbunga terlama pada metode disemprot glifosat

(49.81 HST). Pengaruh metode pengendalian gulma terhadap umur berbunga

ditampilkan pada Gambar 4.

50.5 50.19
49.81
Umur Berbunga

49.64 49.61
49.75 49.27
(HST)

49
48.25

0 47.5
Kontrol TP Kontrol BG Manual Glifosat Paraquat
Metode Pengendalian Gulma

Gambar 4. Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Umur Berbunga


26

Metode pengendalian manual dan disemprot paraquat memberikan umur

berbunga yang tidak berbeda dengan umur berbunga pada jagung bebas gulma,

namun berbeda dengan umur berbunga jagung tanpapengendalian gulma.

Bobot 100 Biji Perplot

Bobot 100 biji pada sistem jarak tanam dan pengendalian gulma yang

berbeda ditampilkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan Bobot 100 Biji


Peng. Jarak Tanam Rataan
Gulma Satu baris Dua baris Baris segitiga
----------------------------------g------------------------------------
Kontrol TP 24.88 24.51 24.88 24.51 b
Kontrol BG 27.07 25.74 27.07 25.74 a
Manual 26.76 25.80 26.76 25.80 a
Glifosat 26.47 25.09 26.47 25.09 a
Paraquat 25.80 25.78 25.80 25.78 a
Rataan 26.20 25.38 26.20 25.38
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom dan kelompok
perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Beda
Nyata Terkecil (BNT)

Sistem jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap bobot 100 biji, namun

pengendalian gulma berpengaruh nyata terhadap parameter ini. Bobot 100 biji pada

masing-masing metode pengendalian berbeda tidak nyata terhadap bobot 100 biji

perlakuan bebas gulma. Bobot 100 biji pada tanaman yang dilakukan pengendalian

gulma berkisar 25.09 g – 25.80 g. Sedangkan bobot 100 biji pada jagung tanpa

pengendalian gulma sebesar 24.51 g.

Pengaruh metode pengendalian gulma terhadap bobot 100 biji ditampilkan

pada Gambar 5.
27

26.5 26.18 26.1


25.68

Bobot 100 Biji (g)


25.75 25.55

25 24.67

24.25

23.5
0 Kontrol TP Kontrol BG Manual Glifosat Paraquat
Metode Pengendalian Gulma

Gambar 5. Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Bobot 100 Biji

Produksi Per Tanaman

Pengaruh sistem jarak tanam dan metode pegendalian gulma terhadap

produksi per tanaman ditampilkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan Produksi Pertanaman


Peng. Jarak Tanam Rataan
Gulma Satu baris Dua baris Baris segitiga
--------------------------g-----------------------
Kontrol TP 200.20 190.65 192.42 194.42 c
Kontrol BG 235.80 220.27 225.19 227.09 a
Manual 230.75 210.46 220.31 220.51 a
Glifosat 223.12 187.00 216.58 208.90 b
Paraquat 214.72 182.43 215.90 204.35 b
Rataan 220.92 a 198.16 b 214.08 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom dan kelompok
perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Beda
Nyata Terkecil (BNT)

Sistem jarak tanam berpengaruh nyata terhadap produksi per tanaman.

Produksi per tanaman pada satu baris (220.92 g) dan baris segitiga (214.08 g)

berbeda nyata dengan dua baris (198.16 g).

Pengaruh sistem jarak tanam terhadap produksi per tanaman jagung

ditampilkan pada Gambar 6.

.
28

Produksi per tanaman


230 220.92
218 214.08

206 198.16

(g)
194

0 182
Satu baris Dua baris Baris segitiga
Sistem Jarak Tanam

Gambar 6. Pengaruh Sistem Jarak Tanam Terhadap Produksi Per Tanaman

Metode pengendalian gulma berpengaruh nyata terhadap produksi per

tanaman. Metode pengendalian manual memberikan produksi per tanaman tertinggi

(220.51 g) sedangkan penyemprotan glifosat dan paraquat memberikan produksi

yang lebih rendah yaitu berkisar 204.35 g - 208.90 g. Keberadaan gulma sepanjang

musim tanam mampu menurunkan produksi sebesar 14.38 %. Pengendalian gulma

dengan metode manual, disemprot glifosat dan disemprot paraquat mampu

menaikkan produksi per tanaman berturut-turut sebesar 11.83 %, 6.56% dan 4.86%.

Pengaruh metode pengendalian gulma terhadap produksi per tanaman dapat

dilihat pada Gambar 7.

230 227.09
220.51
Produksi pertanaman

215 208.90
204.35
200 194.42
(g)

185

170
0 Kontrol TPKontrol BG Manual Glifosat Paraquat
Metode Pengendalian Gulma

Gambar 7. Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Produksi Per Tanaman

Persentase Jumlah Tanaman Bertongkol Dua Per Plot

Persentase jumlah tanaman bertongkol dua per plot pada sistem jarak tanam dan

metode pengendalian yang berbeda ditampilkan pada Tabel 6.


29

Tabel 6. Rataan Persentase Jumlah Tanaman bertongkol dua perplot


Peng. Jarak Tanam
Rataan
Gulma Satu baris Dua Baris Baris segitiga
-------------------------------------%------------------------------------
Kontrol TP 3.70 cx(EF) 0.74 by(G) 0.64 cz(G) 1.70 c
Kontrol BG 18.52 ax(A) 6.67 ay(D) 10.26 az(BC) 11.81 a
Manual 17.28 ax(A) 6.67 ay(D) 5.77 bz(DE) 9.91 a
Glifosat 9.88 bx(C) 2.22 by(FG) 3.85 bcz(EF) 5.31 b
Paraquat 12.35 bx(B) 3.70 aby(EF) 5.77 bz(DE) 7.27 b
Rataan 12.35 a 4.00 b 5.26 b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom dan kelompok
perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Beda
Nyata Terkecil (BNT). Huruf diiukuti x,y, atau z dibandingkan pada main plot
masing-masing. Huruf di dalam kurung dibandigkan secara umum.

Persentase jumlah tanaman bertongkol dua per plot tertinggi dijumpai pada

perlakuan satu baris (12.35 %) dan berbeda nyata dengan perlakuan dua baris

(4.00%) dan baris segitiga (5.26%).

Pengaruh sistem jarak tanam terhadap persentase jumlah tanaman bertongkol

dua per plot ditampilkan pada Gambar 8.

16
Jagung Bertongkol dua

12.35
% Jumlah Tanaman

12
perplot

8
5.26
4
4

0
Satu baris Dua baris Baris segitiga
Sistem Jarak Tanam

Gambar 8. Pengaruh Sistem Jarak Tanam Terhadap Persentase Jumlah Tanaman


Jagung Bertongkol dua perplot

Metode pengendalian gulma berpengaruh nyata terhadap persentase jumlah

tanaman bertongkol dua per plot. Persentase tertinggi pada pengendalian manual

(9.91 %) yang berbeda tidak nyata dengan bebas gulma (11.81 %). Sedangkan

penyemprotan glifosat dan paraquat memberikan persentase yang lebih rendah


30

namun masih memberikan persentase yang lebih tinggi dibandingkan pada

perlakuan tanpa pengendalian gulma yaitu berkisar 67.98% - 76.61%.

Pengaruh metode pengendalian gulma terhadap persentase jumlah tanaman

bertongkol dua per plot ditampilkan pada Gambar 9.

16
Jagung Bertongkol dua

11.81
% Jumlah Tanaman

12 9.91
7.27
perplot

8
5.31
4 1.7
0
Kontrol TP Kontrol BG Manual Glifosat Paraquat
Metode Pengendalian Gulma

Gambar 9. Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Persentase Jumlah


Tanaman Jagung Bertongkol dua perplot

Interaksi sistem jarak tanam dan metode pengendalian gulma berpengaruh

nyata terhadap persentase jumlah tanaman bertongkol dua per plot. Dalam sistem

satu baris pengendalian manual memberikan persentase tertinggi sedangkan

terendah diberikan perlakuan glifosat serta paraquat yang berbeda tidak nyata. Pada

sistem dua baris, pengendalian manual memberikan persentase yang berbeda tidak

nyata dengan pengendalian paraquat sedangkan perlakuan glifosat memberikan

persentase terendah. Sedangkan pada sistem baris segitiga, pengendalian manual,

glifosat dan paraquat memberikan persentase yang berbeda tidak nyata satu sama

lain. Dan kombinasi perlakuan yang memberikan persentase jumlah tanaman

bertongkol dua tertinggi pada perlakuan J1G2 (18.52 %) dan terendah pada

perlakuan J3G1 (0.64 %).

Pengaruh interaksi sistem jarak tanam dan metode pengendalian gulma

terhadap persentase jumlah tanaman bertongkol dua per plot ditampilkan pada

Gambar 10.
31

20

Bertongkol dua Per Plot (%)


Persetase JUmlah Tanaman
15

10 Satu baris

5 Dua baris
Baris segitiga
0
Kontrol TP Kontrol BG Manual Glifosat Paraquat
Metode Pengendalian Gulma

Gambar 10. Pengaruh Interaksi Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian
Gulma Terhadap Persentase Jumlah Tanaman Bertongkol Dua Per Plot

Produksi Per Hektar

Produksi per hektar pada sistem jarak tanam dan pengendalian gulma yang

berbeda ditampilkan pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan Produksi Perhektar


Peng. Jarak Tanam
Rataan
Gulma Satu baris Dua Baris Baris segitiga
-----------------------------------------ton-----------------------------------------
Kontrol TP 10.35 Cx(G) 15.04 by(D) 15.83 bz(CD) 13.74 c
Kontrol BG 12.72 ax(EF) 17.81 ay(AB) 19.03 az(A) 16.52 a
Manual 12.38 abx(F) 16.89 ay(BC) 18.55 az(A) 15.94 a
Glifosat 11.87 abx(FG) 14.69 by(D) 18.19 az(AB) 14.92 b
Paraquat 11.31 bcx(FG) 14.27 by(DE) 18.12 az(AB) 14.57 b
Rataan 11.73 c 15.74 b 17.94 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom dan kelompok
perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Beda
Nyata Terkecil (BNT). Huruf diiukuti x,y, atau z dibandingkan pada main plot
masing-masing. Huruf di dalam kurung dibandigkan secara umum.

Produksi per hektar tertinggi dijumpai pada perlakuan sistem baris segitiga

(17.94 ton) dan terendah pada sistem satu baris (11.73 ton)

Pengaruh sistem jarak tanam terhadap produksi per hektar ditampilkan pada

Gambar 11.
32

20 17.94
15.74

Produksi perhektar
15
11.73
10

0
Satu baris Dua baris Baris segitiga
Sistem Jarak Tanam

Gambar 11. Pengaruh Sistem Jarak Tanam Terhadap Produksi Perhektar

Metode pengendalian gulma berpengaruh nyata terhadap produksi per

hektar. Pengendalian manual memberikan produksi tertinggi (15.94 ton) dan

berbeda tidak nyata dibandingkan produksi per ton kontrol bebas gulma.

Penyemprotan glifosat dan paraquat berbeda tidak nyata serta menghasilkan

produksi per hektar yang lebih rendah namun masih memberikan peningkatan hasil

berkisar 6% - 8.5% dibandingkan kontrol tanpa pengendalian gulma.

Pengaruh metode pengendalian gulma terhadap produksi per hektar

ditampilkan pada Gambar 12.

20
produksi perhektar

16.52 15.94
13.74 14.92 14.57
15
10
5
0
Kontrol TP Kontrol BG Manual Glifosat Paraquat
Metode Pengendalian Gulma

Gambar 12. Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Produksi Per Hektar

Interaksi kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap produksi per hektar.

Pada sistem satu baris, ketiga metode pengendalian memberikan produksi per hektar

yang berbeda tidak. Pada sistem dua baris, produksi per hektar tertinggi didapat

pada pengendalian manual (16.89 ton) yang tidak berbeda nyata dengan kontrol
33

bebas gulma sedangkan penyemprotan glifosat dan paraquat belum mampu

memberikan produksi per hektar lebih tinggi daripada control tanpa pengenndalian

gulma.

Berbeda halnya dengan sistem baris segitiga, ketiga perlakuan memberikan

produksi per hektar yang berbeda tidak nyata dengan kontrol bebas gulma

sehingga ketiganya mampu mecegah kehilangan produksi per hektar berkisar

14.46 ton – 17.18 %. Pengaruh interaksi sistem jarak tanam dan metode

pengendalian gulma terhadap produksi per hektar ditampilkan pada Gambar 13.

20
produksi perhektar

15
(ton)

10 Satu baris
5 Dua baris
0 Baris segitiga
Kontrol TP Kontrol BG Manual Glifosat Paraquat
Metode Pengendalian Gulma

Gambar 13. Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma
Terhadap Produksi perhektar

Nilai Indeks Panen

Nilai indeks panen pada sistem jarak tanam dan metode pengendalian gulma

yang berbeda ditampilkan pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan Nilai Indeks Panen


Peng. Jarak Tanam
Rataan
Gulma Satu baris Dua baris Baris segitiga
Kontrol TP 0.86 1.01 0.87 0.92
Kontrol BG 1.01 0.83 0.95 0.93
Manual 1.32 0.97 0.91 1.07
Glifosat 0.80 0.76 0.73 0.77
Paraquat 0.81 0.90 0.77 0.83
Rataan 0.96 0.89 0.85
34

Sistem jarak tanam dan metode pengendalia gulma berpegaruh tidak nyata

terhadap nilai indeks panen jagung.

Persentase Kerusakan Jagung

Pengaruh sistem jarak tanam dan metode pengendalian gulma terhadap

persentase kerusakan tanaman jagung ditampilkan pada tabel 9.

Tabel 9. Rataan Persentase Kerusakan Tanaman Jagung


Peng. Jarak Tanam (J)
Rataan
Gulma (G) Satu baris Dua baris Baris segitiga
-----------------------------------%------------------------------
Glifosat 49.03 34.34 32.68 38.69
Paraquat 49.21 48.80 51.44 49.82
Rataan 49.12 41.58 42.06

Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa sistem jarak tanam, metode pengendalian

gulma serta interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata persentase kerusakan

jagung

Persentase Pemulihan Jagung

Pengaruh sistem jarak tanam dan metode pengedalian gulma terhadap

persentase pemulihan tanaman jagung ditampilkan pada Tabel 10.

Tabel 10. Rataan Persentase Pemulihan Tanaman Jagung


Peng. Jarak Tanam (J)
Rataan
Gulma (G) Satu baris Dua baris Baris segitiga
-------------------%-----------------
Glifosat 38.63 18.35 18.62 25.20
Paraquat 32.77 32.57 34.41 33.25
Rataan 35.70 25.46 26.52

Sistem jarak tanam, metode pegendalian gulma serta iteraksi kedua

perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap persentase pemulihan jagung.


35

Gulma Dalam Barisan

Data gulma dalam barisan sebelum perlakuan dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Data Idetifikasi Gulma Dalam Barisan Sebelum Perlakuan


Blok
Perlakuan Jenis Gulma KM FM KR (%) FR (%) SDR (%)
1 2 3
Ipomoea triloba 0 2 2 4 2 3.31 28.57 15.94
Euphorbia prunifolia 0 37 4 41 2 33.88 28.57 31.23
J1G3
Cleome rutidospermae 20 0 7 27 2 22.31 28.57 25.44
Cyperus sp 0 0 49 49 1 40.50 14.29 27.39
Total 121 7 100 100 100
Cyperus sp 7 4 26 37 3 13.41 13.64 13.52
Echinochloa colonum 4 13 34 51 3 18.48 13.64 16.06
Lantana camara 0 1 9 10 2 3.62 9.09 6.36
Cleome rutidospermae 3 7 6 16 3 5.80 13.64 9.72
J1G4 Ipomoea triloba 1 3 1 5 3 1.81 13.64 7.72
Euphorbia prunifolia 23 12 18 53 3 19.20 13.64 16.42
asam-asaman 0 0 1 1 1 0.36 4.55 2.45
Boreria latifolia 32 43 0 75 2 27.17 9.09 18.13
Boreria laevis 7 21 0 28 2 10.14 9.09 9.62
Total 276 22 100 100 100
Lantana camara 11 2 10 23 3 12.30 14.29 13.29
Cleome rutidospermae 6 3 9 18 3 9.63 14.29 11.96
euphorbia prunifolia 6 7 8 21 2 11.23 9.52 10.38
Ipomoea triloba 2 2 1 5 3 2.67 14.29 8.48
J1G5 Boreria latifolia 5 61 3 69 3 36.90 14.29 25.59
Echinochloa colonum 19 2 17 38 3 20.32 14.29 17.30
Cyperus sp 2 0 6 8 2 4.28 9.52 6.90
Amaranthus spinosus 4 0 0 4 1 2.14 4.76 3.45
Axonopus compressus 1 0 0 1 1 0.53 4.76 2.65
Total 187 21 100 100 100
Cyperus sp 8 31 52 91 3 64.54 37.50 51.02
J2G3 Euphorbia prunifolia 12 13 12 37 3 26.24 37.50 31.87
Cleome rutidospermae 0 12 1 13 2 9.22 25.00 17.11
Total 141 8 100 100 100
Euphorbia prunifolia 7 1 18 26 3 11.35 13.04 12.20
Cleome rutidospermae 1 7 3 11 3 4.80 13.04 8.92
Ipomoea triloba 0 2 3 5 2 2.18 8.70 5.44
Lantana camara 2 4 4 10 3 4.37 13.04 8.71
Boreria latifolia 32 42 14 88 3 38.43 13.04 25.74
J2G4
Echinochloa colonum 17 23 8 48 3 20.96 13.04 17.00
Phillanthus niruri 4 0 1 5 2 2.18 8.70 5.44
Axonopus compressus 0 0 1 1 1 0.44 4.35 2.39
Cyperus sp 26 0 8 34 2 14.85 8.70 11.77
Asam-asaman 0 0 1 1 1 0.44 4.35 2.39
Total 229 23 100 100 100
Euphorbia prunifolia 7 7 26 40 3 19.80 13.04 16.42
Boreria latifolia 7 3 2 12 3 5.94 13.04 9.49
Echinochloa colonum 12 7 5 24 3 11.88 13.04 12.46
Axonopus compressus 6 0 0 6 1 2.97 4.35 3.66
Ageratum conyzoides 4 0 0 4 1 1.98 4.35 3.16
J2G5
Cleome rutidospermae 3 6 3 12 3 5.94 13.04 9.49
Ipomoea triloba 10 8 3 21 3 10.40 13.04 11.72
Cyperus sp 1 0 66 67 2 33.17 8.70 20.93
Lantana camara 1 12 2 15 3 7.43 13.04 10.23
Asam-asaman 1 0 0 1 1 0.50 4.35 2.42
Total 202 23 100 100 100
Euphorbia prunifolia 6 0 5 11 2 6.79 28.57 17.68
J3G3 Cleome rutidospermae 10 0 2 12 2 7.41 28.57 17.99
Cyperus sp 5 103 31 139 3 85.80 42.86 64.33
Total 162 7 100 100 100
Euphorbia prunifolia 37 19 14 70 3 35.71 15.00 25.36
Boreria latifolia 1 3 8 12 3 6.12 15.00 10.56
Cyperus sp 21 13 0 34 2 17.35 10.00 13.67
Phillanthus niruri 0 1 2 3 2 1.53 10.00 5.77
Cleome rutidospermae 0 14 1 15 2 7.65 10.00 8.83
J3G4
Lantana camara 0 8 9 17 2 8.67 10.00 9.34
Ipomoea triloba 0 1 4 5 2 2.55 10.00 6.28
Asam-asaman 0 1 0 1 1 0.51 5.00 2.76
Echinochloa colonum 9 0 22 31 2 15.82 10.00 12.91
Clidemia hirta 0 0 8 8 1 4.08 5.00 4.54
Total 196 20 100 100 100
Cyperus sp 12 65 48 125 3 51.44 25.00 38.22
Cleome rutidospermae 0 6 17 23 2 9.47 16.67 13.07
Boreria latifolia 39 0 6 45 2 18.52 16.67 17.59
J3G5
Euphorbia prunifolia 26 0 15 41 2 16.87 16.67 16.77
Lantana camara 1 0 7 8 2 3.29 16.67 9.98
Echinochloa colonum 0 0 1 1 1 0.41 8.33 4.37
Total 243 12 100 100 100
36

Dari Tabel 11, terdapat 14 spesies gulma, yang terdiri dari 10 spesies dari

golongan berdaun lebar, 3 spesies dari golongan berdaun sempit dan 1 spesies

golongan teki. Jumlah gulma dalam barisan sebelum perlakuan tertinggi pada

perlakuan J1G4 (276 gulma) dengan didominasi Boreria latifolia. Jumlah gulma

dalam barisan sebelum perlakuan terendah pada perlakuan J1G3 sebanyak 121

gulma dengan didominasi Cyperus sp.

Gulma yang dominan adalah Cyperus sp (SDR = 64.33 %), Euphorbia

prunifolia (SDR = 31.87 %) dan Boreria latifolia (SDR = 25.74 %).

Identifikasi gulma dalam barisan setelah perlakuan dilihat pada tabel 12.

Tabel 12. Data Identifikasi Gulma Dalam Barisan Saat Panen


Blok
Perlakuan Jenis Gulma KM FM KR (%) FR (%) SDR (%)
1 2 3
Boreria latifolia 1 3 9 13 3 41.94 37.50 39.72
J1G3 Ipomoea triloba 5 7 1 13 3 41.94 37.50 39.72
Echinochloa colonum 3 2 0 5 2 16.13 25.00 20.56
Total 31 8 100 100 100
Boreria laevis 6 2 5 13 3 41.94 42.86 42.40
Erechtites sanchifolia 3 0 0 3 1 9.68 14.29 11.98
J1G4
Cyperus sp 4 6 0 10 2 32.26 28.57 30.41
Echinochloa colonum 5 0 0 5 1 16.13 14.29 15.21
Total 31 7 100 100 100
Setaria plicata 2 0 0 2 1 7.14 10.00 8.57
Ipomoea triloba 4 6 2 12 3 42.86 30.00 36.43
J1G5
Boreria latifolia 6 3 1 10 3 35.71 30.00 32.86
Euphorbia prunifolia 1 1 2 4 3 14.29 30.00 22.14
Total 28 10 100 100 100
Echinochloa colonum 25 4 2 31 3 55.36 37.50 46.43
Axonopus compressus 3 0 0 3 1 5.36 12.50 8.93
J2G3
Centotheca lappacaea 1 0 0 1 1 1.79 12.50 7.14
Boreria laevis 5 7 9 21 3 37.50 37.50 37.50
Total 56 8 100 100 100
Boreria laevis 9 6 4 19 3 50.00 37.50 43.75
J2G4 Euphorbia prunifolia 3 7 3 13 3 34.21 37.50 35.86
Echinochloa colonum 3 3 0 6 2 15.79 25.00 20.39
Total 38 8 100 100 100
Boreria laevis 7 5 11 23 3 62.16 33.33 47.75
Echinochloa colonum 3 2 0 5 2 13.51 22.22 17.87
J2G5
Boreria latifolia 1 3 2 6 3 16.22 33.33 24.77
Setaria plicata 3 0 0 3 1 8.11 11.11 9.61
Total 37 9 100 100 100
Boreria latifolia 19 8 7 34 2 56.67 28.57 42.62
J3G3 Echinochloa colonum 5 7 0 12 2 20.00 28.57 24.29
Ipomoea triloba 1 4 9 14 3 23.33 42.86 33.10
Total 60 7 100 100 100
Ipomoea triloba 6 4 7 17 3 51.52 30.00 40.76
Euphorbia prunifolia 2 0 3 5 2 15.15 20.00 17.58
J3G4 Boreria latifolia 1 0 2 3 2 9.09 20.00 14.55
Asysatasia intrusa 4 3 0 7 2 21.21 20.00 20.61
Mimosa invisa 0 1 0 1 1 3.03 10.00 6.52
Total 33 10 100 100 100
Ipomoea triloba 6 4 4 14 3 34.15 25.00 29.57
Euphorbia prunifolia 2 4 2 8 3 19.51 25.00 22.26
J3G5 Boreria latifolia 3 6 3 12 3 29.27 25.00 27.13
Asysatasia intrusa 3 2 0 5 2 12.20 16.67 14.43
Mimosa invisa 0 2 0 2 1 4.88 8.33 6.61
Total 41 12 100 100 100
37

Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan setelah perlakuan terdapat

13 spesies gulma, yang terdiri dari 9 spesies dari golongan berdaun lebar, 3 spesies

dari golongan berdaun sempit dan 1 spesies dari golongan teki. Jumlah gulma dalam

barisan saat panen tertinggi pada perlakuan J3G3 sebanyak 60 individu dengan

didominasi gulma Boreria latifolia. Jumlah gulma dalam barisan terendah pada

perlakuan J1G5 sebanyak 28 individu dengan didominasi gulma Ipomoea

triloba.

Dari tabel 12 dapat diketahui bahwa gulma yang paling dominan adalah

Boreria laevis (SDR = 47.75 %), Echinochloa colonum (SDR = 46.43 %) dan

Boreria latifolia (SDR = 42.62 %).

data suksesi dgulma dalam barisan terbesar dapada kombinasi J1G4 sebesar

18.24 % dan data suksesi terendah pada perlakuan J3G3 sebesar 0 %, seperti yang

ditampilkan pada tabel 13.


Tabel 13. Data Identifikasi Gulma Dalam Barisan Sebelum Perlakuan 38
Sebelum Sesudah
Perlakuan Jenis Gulma C (%)
KM KM
Ipomoea triloba 4 13 5.26
Euphorbia prunifolia 41 0
Cleome rutidospermae 27 0
J1G3
Boreria latifolia 0 13
Echinochloa colonum 0 5
Cyperus sp 49 0
Total 121 31
Cyperus sp 37 10 18.24
Echinochloa colonum 51 5
Lantana camara 10 0
Cleome rutidospermae 16 0
Ipomoea triloba 5 0
J1G4 Euphorbia prunifolia 53 0
asam-asaman 1 0
Boreria latifolia 75 0
Erechtites sanchifolia 0 3
Boreria laevis 28 13
Total 276 31
Lantana camara 23 0 17.67
Cleome rutidospermae 18 0
Euphorbia prunifolia 21 4
Ipomoea triloba 5 12
Boreria latifolia 69 10
J1G5
Echinochloa colonum 38 0
Cyperus sp 8 0
Amaranthus spinosus 4 0
Setaria plicata 0 2
Axonopus compressus 1 0
Total 187 28
Cyperus sp 91 0 0
Echinochloa colonum 0 31
Euphorbia prunifolia 37 0
J2G3 Axonopus compressus 0 3
Centotheca lappacaea 0 1
Boreria laevis 0 21
Cleome rutidospermae 13 0
Total 141 56
Euphorbia prunifolia 26 13 14.23
Cleome rutidospermae 11 0
Ipomoea triloba 5 0
Lantana camara 10 0
Boreria latifolia 88 0
J2G4 Echinochloa colonum 48 6
Phillanthus niruri 5 0
Axonopus compressus 1 0
Boreria laevis 0 19
Cyperus sp 34 0
Asam-asaman 1 0
Total 229 38

Euphorbia prunifolia 40 0 9.21


Boreria latifolia 12 6
Echinochloa colonum 24 5
Axonopus compressus 6 0
Ageratum conyzoides 4 0
Cleome rutidospermae 12 0
J2G5 Ipomoea triloba 21 0
Cyperus sp 67 0
Boreria laevis 0 23
Lantana camara 15 0
Setaria plicata 0 3
Asam-asaman 1 0
Total 202 37
Boreria latifolia 0 34 0
Echinochloa colonum 0 12
Ipomoea triloba 0 14
J3G3
Euphorbia prunifolia 11 0
Cleome rutidospermae 12 0
Cyperus sp 139 0
Total 162 60
Euphorbia prunifolia 70 5 11.35
Boreria latifolia 12 3
Cyperus sp 34 0
Phillanthus niruri 3 0
Cleome rutidospermae 15 0
Lantana camara 17 0
J3G4
Ipomoea triloba 5 17
Asam-asaman 1 0
Echinochloa colonum 31 0
Asysatasia intrusa 0 7
Mimosa invisa 0 1
Clidemia hirta 8 0
Total 196 33
Cyperus sp 125 0 14.08
Cleome rutidospermae 23 0
Boreria latifolia 45 12
Euphorbia prunifolia 41 8
J3G5 Ipomoea triloba 0 14
Lantana camara 8 0
Asysatasia intrusa 0 5
Mimosa invisa 0 2
Echinochloa colonum 1 0
Total 243 41
39

Gulma Antar Barisan

Identifikasi gulma antar barisan tanaman jagung sebelum perlakuan dapat

dilihat pada tabel 14.

Tabel 14. Data Identifikasi Gulma Antar Barisan Sebelum Perlakuan


Blok
Perlakuan Jenis Gulma KM FM KR (%) FR (%) SDR (%)
1 2 3
Ipomoea triloba 5 2 0 7 2 4.96 15.38 10.17
Cyperus sp 2 5 15 22 3 15.60 23.08 19.34
Cleome rutidospermae 5 5 0 10 2 7.09 15.38 11.24
J1G3 Ageratum conyzoides 2 0 0 2 1 1.42 7.69 4.56
Asystasia intrusa 1 0 0 1 1 0.71 7.69 4.20
Axonopus compressus 2 0 0 2 1 1.42 7.69 4.56
Euphorbia prunifolia 13 27 57 97 3 68.79 23.08 45.94
Total 141 13 100 100 100
Lantana camara 18 3 1 22 3 8.06 15.00 11.53
Ipomoea triloba 2 2 0 4 2 1.47 10.00 5.73
Cleome rutidospermae 17 14 9 40 3 14.65 15.00 14.83
Cyperus sp 13 2 3 18 3 6.59 15.00 10.80
J1G4
Euphorbia prunifolia 53 15 25 93 3 34.07 15.00 24.53
Boreria latifolia 2 51 27 80 3 29.30 15.00 22.15
Echinochloa colonum 1 14 0 15 2 5.49 10.00 7.75
Asam-asaman 1 0 0 1 1 0.37 5.00 2.68
Total 273 20 100 100 100
Boreria latifolia 38 47 12 97 3 56.73 30.00 43.36
Ipomoea triloba 0 4 2 6 2 3.51 20.00 11.75
J1G5
Cleome rutidospermae 8 4 0 12 2 7.02 20.00 13.51
Euphorbia prunifolia 24 1 31 56 3 32.75 30.00 31.37
Total 171 10 100 100 100
Cyperus sp 120 15 83 218 3 71.94719 30.00 50.97
Setaria plicata 0 6 0 6 1 1.98 10.00 5.99
Euphorbia prunifolia 38 25 0 63 2 20.79 20.00 20.40
J2G3
Cleome rutidospermae 0 7 1 8 2 2.64 20.00 11.32
Ipomoea triloba 7 0 0 7 1 2.31 10.00 6.16
Ageratum conyzoides 0 0 1 1 1 0.33 10.00 5.17
Total 303 10 5.280528 40 100.00
Ipomoea triloba 1 2 4 7 3 3.87 15.79 9.83
Boreria latifolia 17 29 8 54 3 29.83 15.79 22.81
Cleome rutidospermae 6 12 3 21 3 11.60 15.79 13.70
Echinochloa colonum 0 13 0 13 1 7.18 5.26 6.22
J2G4
Euphorbia prunifolia 15 3 7 25 3 13.81 15.79 14.80
Lantana camara 0 7 2 9 2 4.97 10.53 7.75
Asam-asaman 0 1 1 2 2 1.10 10.53 5.82
Cyperus sp 33 0 17 50 2 27.62 10.53 19.08
Total 181 19 100 100 100
Ipomoea triloba 2 4 4 10 3 4.88 15.79 10.33
Cyperus sp 48 1 42 91 3 44.39 15.79 30.09
Euphorbia prunifolia 27 5 21 53 3 25.85 15.79 20.82
Cleome rutidospermae 0 7 7 14 2 6.83 10.53 8.68
J2G5
Boreria latifolia 0 18 4 22 2 10.73 10.53 10.63
Echinochloa colonum 0 5 2 7 2 3.41 10.53 6.97
Lantana camara 0 2 2 4 2 1.95 10.53 6.24
Phillanthus niruri 3 1 0 4 2 1.95 10.53 6.24
Total 205 19 100 100 100
Cyperus sp 15 50 34 99 3 57.56 30.00 43.78
Cleome rutidospermae 0 0 30 30 1 17.44 10.00 13.72
J3G3 Echinochloa colonum 7 1 2 10 3 5.81 30.00 17.91
Ipomoea triloba 0 0 6 6 1 3.49 10.00 6.74
Euphorbia prunifolia 20 7 0 27 2 15.70 20.00 17.85
Total 172 10 100 100 100
Ipomoea triloba 3 5 8 16 3 6.23 13.04 9.63
Cyperus sp 48 9 1 58 3 22.57 13.04 17.81
Cleome rutidospermae 7 15 10 32 3 12.45 13.04 12.75
Clidemia hirta 0 0 5 5 1 1.95 4.35 3.15
J3G4 Boreria latifolia 29 1 33 63 3 24.51 13.04 18.78
Echinochloa colonum 3 7 13 23 3 8.95 13.04 11.00
Lantana camara 0 13 9 22 2 8.56 8.70 8.63
Euphorbia prunifolia 13 8 15 36 3 14.01 13.04 13.53
Phillanthus niruri 0 2 0 2 2 0.78 8.70 4.74
Total 257 23 100 100 100
Ipomoea triloba 3 9 2 14 3 6.11 15.00 10.56
Euphorbia prunifolia 36 6 26 68 3 29.69 15.00 22.35
Lantana camara 0 1 10 11 2 4.80 10.00 7.40
Boreria latifolia 4 7 5 16 3 6.99 15.00 10.99
J3G5
Cleome rutidospermae 0 2 16 18 2 7.86 10.00 8.93
Cyperus sp 21 0 26 47 2 20.52 10.00 15.26
Echiochloa colonum 9 16 26 51 3 22.27 15.00 18.64
Asam-asaman 0 1 3 4 2 1.75 10.00 5.87
Total 229 20 100 100 100
40

Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan sebelum penyiangan terdapat

14 spesies gulma, yang terdiri dari 9 spesies dari golongan berdaun lebar, 4 spesies

dari golongan berdaun sempit dan 1 spesies dari golongan teki. Jumlah gulma antar

barisan sebelum perlakuan tertinggi pada perlakuan J2G3 sebanyak 303 individu

dengan didominasi gulma Cyperus sp. Jumlah gulma antar barisan sebelum

perlakuan terendah pada perlakuan J1G3 sebanyak 141 individu dengan didominasi

gulma Euphorbia prunifolia. Dari tabel 14 dapat diketahui bahwa gulma yang paling

dominan adalah Cyperus sp (SDR = 50.97 %), Euphorbia prunifolia (SDR = 45.94

%) dan Boreria latifolia (SDR = 43.36 %).

Identifikasi gulma antar barisan tanaman jagung sebelum perlakuan dapat

dilihat pada tabel 15.

Tabel 15. Data Identifikasi Gulma Antar Barisan Saat Panen


Blok
Perlakuan nis Gulma KM FM KR (%) FR (%) SDR (%)
1 2 3
Asystasia intrusa 6 4 7 17 3 36.96 30.00 33.48
Boreria latifolia 3 7 2 12 3 26.09 30.00 28.04
J1G3
Ipomoea triloba 3 5 8 16 3 34.78 30.00 32.39
Ageratum conyzoides 1 0 0 1 1 2.17 10.00 6.09
Total 46 10 100 100 100
Ipomoea triloba 6 7 4 17 3 33.33 21.43 27.38
Asystasia intrusa 2 4 4 10 3 19.61 21.43 20.52
J1G4 Echinochloa colonum 2 1 0 3 2 5.88 14.29 10.08
Boreria latifolia 1 4 2 7 3 13.73 21.43 17.58
Euphorbia prunifolia 5 3 6 14 3 27.45 21.43 24.44
Total 51 14 100 100 100
Boreria latifolia 17 25 3 45 3 55.56 30.00 42.78
Ipomoea triloba 1 0 9 10 2 12.35 20.00 16.17
J1G5
Echinochloa colonum 10 0 5 15 2 18.52 20.00 19.26
Boreria laevis 6 2 3 11 3 13.58 30.00 21.79
Total 81 10 100 100 100
Echinochloa colonum 29 12 0 41 2 46.59091 22.22 34.41
Erechtites sanchifolia 3 0 0 3 1 3.41 11.11 7.26
J2G3
Boreria latifolia 4 8 19 31 3 35.23 33.33 34.28
Euphorbia prunifolia 1 7 5 13 3 14.77 33.33 24.05
Total 88 9 100 100 100
Boreria laevis 8 32 0 40 2 60.61 40.00 50.30
J2G4 Asystasia intrusa 0 0 9 9 1 13.64 20.00 16.82
Echinochloa colonum 6 11 0 17 2 25.76 40.00 32.88
Total 66 5 100 100 100
Boreria laevis 12 5 7 24 3 40.68 33.33 37.01
Sida rombifolia 1 0 0 1 1 1.69 11.11 6.40
J2G5 Cyperus sp 1 8 0 9 2 15.25 22.22 18.74
Ipomoea triloba 0 0 7 7 1 11.86 11.11 11.49
Echinochloa colonum 4 14 0 18 2 30.51 22.22 26.37
Total 59 9 100 100 100
Ipomoea triloba 2 2 4 8 3 18.18 27.27 22.73
Erechtites sachifolia 3 0 0 3 1 6.82 9.09 7.95
J3G3 Echinochloa colonum 2 5 0 7 2 15.91 18.18 17.05
Euphorbia prunifolia 2 0 7 9 2 20.45 18.18 19.32
Boreria latifolia 8 3 6 17 3 38.64 27.27 32.95
Total 44 11 100 100 100
Ipomoea triloba 6 4 6 16 3 36.36 27.27 31.82
Euphorbia prunifolia 3 0 1 4 2 9.09 18.18 13.64
J3G4
Boreria latifolia 8 5 5 18 3 40.91 27.27 34.09
Asysatasia intrusa 3 2 1 6 3 13.64 27.27 20.45
Total 44 11 100 100 100
Ipomoea triloba 6 9 4 19 3 34.55 27.27 30.91
Euphorbia prunifolia 6 4 0 10 2 18.18 18.18 18.18
J3G5
Boreria latifolia 7 5 4 16 3 29.09 27.27 28.18
Asysatasia intrusa 3 5 2 10 3 18.18 27.27 22.73
Total 55 11 100 100 100
41

Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan saat panen terdapat

10 spesies gulma, yang terdiri dari 8 spesies dari golongan berdaun lebar,

1 spesies dari golongan berdaun sempit dan 1 spesies dari golongan teki. Jumlah

gulma antar barisan saat panen tertinggi pada perlakuan J2G3 sebanyak

88 individu dengan didominasi gulma Echinochloa colonum. Jumlah gulma antar

barisan terendah pada perlakuan J3G4 dan J3G5 sebanyak 44 individu dengan

didominasi Boreria latifolia.

Dari tabel 15 dapat diketahui bahwa gulma yang paling dominan adalah

Boreria laevis (SDR = 50.30 %), Boreria latifolia (SDR = 42.78 %) dan

Echinochloa colonum (SDR = 34.41 %).

Suksesi gulma antar barisan terbesar pada perlakuan J1G5 sebesar 40.48 %

dan suksesi terendah pada perlakuan J2G3 sebesar 6.65 % seperti yang ditampilkan

pada Tabel 16.


42

Tabel 16. Data Suksesi Gulma Antar Barisan Sebelum Perlakuan dan Saat Panen
Sebelum Sesudah
Perlakuan Jenis Gulma C (%)
KM KM
Ipomoea triloba 7 16 9.63
Cyperus sp 22 0
Cleome rutidospermae 10 0
Ageratum conyzoides 2 1
J1G3
Asystasia intrusa 1 17
Axonopus compressus 2 0
Boreria latifolia 0 12
Euphorbia prunifolia 97 0
Total 141 46
Lantana camara 22 0 17.28
Ipomoea triloba 4 17
Cleome rutidospermae 40 0
Cyperus sp 18 0
J1G4 Euphorbia prunifolia 93 14
Boreria latifolia 80 7
Echinochloa colonum 15 3
Asam-asaman 1 0
Asystasia intrusa 0 10
Total 273 51
Boreria latifolia 97 45 40.48
Ipomoea triloba 6 10
Cleome rutidospermae 12 0
J1G5
Euphorbia prunifolia 56 0
Echinochloa colonum 0 15
Boreria laevis 0 11
Total 171 81
Cyperus sp 218 0 6.65
Setaria plicata 6 0
Euphorbia prunifolia 63 13
Cleome rutidospermae 8 0
J2G3 Ipomoea triloba 7 0
Erechtites sachifolia 0 3
Ageratum conyzoides 1 0
Boreria latifolia 0 31
Echinochloa colonum 0 41
Total 303 88
Ipomoea triloba 7 0 10.53
Boreria latifolia 54 0
Cleome rutidospermae 21 0
Echinochloa colonum 13 17
Euphorbia prunifolia 25 0
J2G4
Lantana camara 9 0
Asam-asaman 2 0
Cyperus sp 50 0
Boreria laevis 0 40
Asystasia intrusa 0 9
Total 181 66
Ipomoea triloba 10 7 17.42
Cyperus sp 91 9
Euphorbia prunifolia 53 0
Cleome rutidospermae 14 0
Boreria latifolia 22 0
J2G5
Echinochloa colonum 7 18
Lantana camara 4 0
Phillanthus niruri 4 0
Boreria laevis 0 24
Sida rombifolia 0 1
Total 205 59
Cyperus sp 99 0 20.37
Cleome rutidospermae 30 0
Echinochloa colonum 10 7
J3G3 Ipomoea triloba 6 8
Euphorbia prunifolia 27 9
Boreria latifolia 0 17
Erechtites sachifolia 0 3
Total 172 44
J3G4 Ipomoea triloba 16 16 29.24
Cyperus sp 58 0
Cleome rutidospermae 32 0
Clidemia hirta 5 0
Boreria latifolia 63 18
Echinochloa colonum 23 0
Lantana camara 22 0
Euphorbia prunifolia 36 4
Phillanthus niruri 2 0
Asystasia intrusa 0 6
Total 257 44
J3G5 Ipomoea triloba 14 19 28.17
Euphorbia prunifolia 68 10
Lantana camara 11 0
Boreria latifolia 16 16
Cleome rutidospermae 18 0
Cyperus sp 47 0
Echiochloa colonum 51 0
Asam-asaman 4 0
Asystasia intrusa 0 10
Total 229 55
43

Bobot Kering Gulma Dalam Barisan

Bobot kering gulma dalam barisan setelah perlakuan pada sistem jarak tanam

dan metode pengendalian yang berbeda ditampilkan pada Tabel 17.

Tabel 17. Rataan bobot kering gulma dalam barisan


Blok
Perlakuan Jenis Gulma Rataan Total
1 2 3
Euphorbia prunifolia 10.11 8.07 0.00 18.18 6.06
J1G1 Asystasia intrusa 50.37 153.36 177.25 380.98 126.99
Boreria laevis 7.56 0.00 0.00 7.56 2.52
Total 406.72 135.57
Boreria Latifolia 6.73 6.94 9.23 22.90 7.63
J1G2
Ageratum conyzoides 3.45 2.37 0.00 5.82 1.94
Total 28.72 9.57
Boreria latifolia 3.98 13.75 34.56 52.29 17.43
J1G3 Ipomoea triloba 9.34 20.15 5.19 34.68 11.56
Echinochloa colonum 3.98 5.56 0.00 9.54 3.18
Total 96.51 32.17
Boreria laevis 19.46 3.83 19.34 42.63 14.21
Erechtites sanchifolia 7.85 0.00 0.00 7.85 2.62
J1G4
Cyperus sp 3.94 6.25 0.00 10.19 3.40
Echinochloa colonum 12.05 0.00 0.00 12.05 4.02
Total 72.72 24.24
Setaria plicata 11.01 0.00 0.00 11.01 3.67
Ipomoea triloba 10.21 17.34 6.20 33.75 11.25
J1G5
Boreria latifolia 13.00 9.23 8.25 30.48 10.16
Euphorbia prunifolia 4.41 3.56 3.33 11.30 3.77
Total 86.54 28.85
Echinochloa colonum 10.01 8.67 0.00 18.68 6.23
J2G1 Boreria latifolia 36.34 33.09 30.77 100.20 33.40
Sida rombifolia 0.00 5.57 0.00 5.57 1.86
Total 124.45 41.48
Boreria latifolia 4.14 5.30 3.58 13.02 4.34
J2G2
Cyperus sp 1.84 0.00 3.01 4.85 1.62
Total 17.87 5.96
Echinochloa colonum 12.83 2.59 1.59 17.01 5.67
Axonopus compressus 4.89 0.00 0.00 4.89 1.63
J2G3
Centotheca lappacaea 4.81 0.00 0.00 4.81 1.60
Boreria laevis 6.53 7.84 14.25 28.62 9.54
Total 55.33 18.44
Boreria laevis 25.44 23.74 17.36 66.54 22.18
J2G4 Euphorbia prunifolia 7.20 4.69 5.25 17.14 5.71
Echinochloa colonum 4.93 3.73 0.00 8.66 2.89
Total 92.34 30.78
Boreria laevis 15.78 17.58 24.36 57.72 19.24
Echinochloa colonum 5.21 1.71 0.00 6.92 2.31
J2G5
Boreria latifolia 7.96 13.34 12.38 33.68 11.23
Setaria plicata 8.66 0.00 0.00 8.66 2.89
Total 106.98 35.66
Ipomoea triloba 10.16 16.45 13.32 39.93 13.31
Sida rombifolia 9.22 0.00 0.00 9.22 3.07
Boreria laevis 16.61 15.38 24.33 56.32 18.77
J3G1
Euphorbia prunifolia 4.89 0.00 2.05 6.94 2.31
Eleusine indica 13.69 0.00 0.00 13.69 4.56
Echinochloa colonum 4.14 0.00 0.00 4.14 1.38
Total 130.24 43.41
Boreria latifolia 3.37 4.04 3.77 11.18 3.73
J3G2
Mimosa pudica 5.78 0.00 0.00 5.78 1.93
Total 16.96 5.65
Boreria latifolia 4.63 3.47 7.25 15.35 5.12
J3G3 Echinochloa colonum 4.40 5.32 0.00 9.72 3.24
Ipomoea triloba 4.65 3.75 3.76 12.16 4.05
Total 37.23 12.41
Ipomoea triloba 5.23 8.36 4.47 18.06 6.02
Euphorbia prunifolia 6.28 0.00 7.56 13.84 4.61
J3G4 Boreria latifolia 5.34 0.00 4.47 9.81 3.27
Asysatasia intrusa 10.56 4.23 0.00 14.79 4.93
Mimosa invisa 0.00 6.70 0.00 6.70 2.23
Total 63.20 21.07
Ipomoea triloba 4.26 5.32 2.58 12.16 4.05
Euphorbia prunifolia 4.50 1.89 3.08 9.47 3.16
J3G5 Boreria latifolia 4.56 2.69 3.56 10.81 3.60
Asysatasia intrusa 6.46 7.15 0.00 13.61 4.54
Mimosa invisa 0.00 5.64 0.00 5.64 1.88
Total 51.69 17.23
44

Rataan bobot gulma kering tertinggi pada perlakuan JIG1 sebesar 135.57 g

dengan didominasi gulma Asystasia intrusa (126.99 g) dan rataan bobot kering

gulma terendah pada perlakuan J3G2 sebesar 5.65 g yang didominasi gulma Boreria

latifolia (3.73 g).

Bobot Kering Gulma Antar Barisan

Rataan bobot gulma kering tertinggi pada perlakuan JIG1 sebesar 87.09 g

dengan didominasi gulma Asystasia intrusa (47.13 g) dan rataan bobot kering gulma

terendah pada perlakuan J2G2 sebesar 11.29 g yang didominasi gulma Boreria

latifolia (6.97 g). Bobot kering gulma antar barisan saat panen pada sistem jarak

tanam dan metode pengendalian yang berbeda ditampilkan pada Tabel 18.
45

Tabel 18. Rataan bobot kering gulma antar barisan


Blok
Perlakuan Jenis Gulma KM FM
1.00 2.00 3.00
Asystasia intrusa 60.03 45.87 35.48 141.38 47.13
J1G1 Ipomoea triloba 22.43 36.94 49.72 109.09 36.36
Setaria plicata 10.81 0.00 0.00 10.81 3.60
Total 261.28 87.09
Asystasia intrusa 8.65 0.00 0.00 8.65 2.88
J1G2
Boreria latifolia 14.54 6.57 9.56 30.67 10.22
Total 39.32 13.11
Asystasia intrusa 9.15 6.30 15.73 31.18 10.39
Boreria latifolia 11.93 24.59 13.56 50.08 16.69
J1G3
Ipomoea triloba 6.23 11.49 24.20 41.92 13.97
Ageratum conyzoides 8.26 0.00 0.00 8.26 2.75
Total 131.44 43.81
Ipomoea triloba 8.56 16.34 5.78 30.68 10.23
Asystasia intrusa 9.98 16.45 20.93 47.36 15.79
J1G4 Echinochloa colonum 5.05 4.67 0.00 9.72 3.24
Boreria latifolia 6.10 14.54 5.87 26.51 8.84
Euphorbia prunifolia 7.15 6.71 4.37 18.23 6.08
Total 132.50 44.17
Boreria latifolia 33.52 56.98 4.76 95.26 31.75
Ipomoea triloba 5.45 0.00 25.34 30.79 10.26
J1G5
Echinochloa colonum 7.66 0.00 9.04 16.70 5.57
Boreria laevis 10.89 5.98 3.87 20.74 6.91
Total 163.49 54.50
Boreria latifolia 30.48 25.87 27.45 83.80 27.93
J2G1 Setaria plicata 20.96 0.00 2.78 23.74 7.91
Echinochloa colonum 8.14 8.56 24.43 41.13 13.71
Total 148.67 49.56
Asystasia intrusa 8.56 4.39 0.00 12.95 4.32
J2G2
Boreria latifolia 5.32 7.84 7.76 20.92 6.97
Total 33.87 11.29
Echinochloa colonum 22.18 14.47 0.00 36.65 12.22
Erechtites sanchifolia 5.78 0.00 0.00 5.78 1.93
J2G3
Boreria latifolia 9.45 14.53 18.54 42.52 14.17
Euphorbia prunifolia 5.86 6.42 9.43 21.71 7.24
Total 106.66 35.55
Boreria laevis 17.97 16.67 0.00 34.64 11.55
J2G4 Asystasia intrusa 0.00 0.00 32.45 32.45 10.82
Echinochloa colonum 14.81 14.34 0.00 29.15 9.72
Total 96.24 32.08
Boreria laevis 12.12 5.34 9.58 27.04 9.01
Sida rombifolia 6.34 0.00 0.00 6.34 2.11
J2G5 Cyperus sp 5.69 14.41 0.00 20.10 6.70
Ipomoea triloba 0.00 0.00 5.07 5.07 1.69
Echinochloa colonum 8.16 23.98 0.00 32.14 10.71
Total 90.69 30.23
Boreria latifolia 9.78 6.93 4.34 21.05 7.02
Echinochloa colonum 8.57 65.45 7.05 81.07 27.02
Euphorbia prunifolia 7.97 5.45 0.00 13.42 4.47
J3G1
Ipomoea triloba 7.27 4.65 9.49 21.41 7.14
Erechtites sanchifolia 9.64 0.00 0.00 9.64 3.21
Asystasia intrusa 10.39 8.36 14.34 33.09 11.03
Total 179.68 59.89
Asystasia intrusa 14.86 10.48 7.34 32.68 10.89
J3G2
Boreria latifolia 7.39 7.34 0.00 14.73 4.91
Total 47.41 15.80
Ipomoea triloba 8.73 6.49 3.32 18.54 6.18
Erechtites sachifolia 7.97 0.00 0.00 7.97 2.66
J3G3 Echinochloa colonum 6.88 9.58 0.00 16.46 5.49
Euphorbia prunifolia 6.49 0.00 25.34 31.83 10.61
Boreria latifolia 22.73 6.37 11.05 40.15 13.38
Total 114.95 38.32
Ipomoea triloba 5.95 6.78 3.86 16.59 5.53
Euphorbia prunifolia 7.43 0.00 3.96 11.39 3.80
J3G4
Boreria latifolia 12.04 13.75 10.20 35.99 12.00
Asysatasia intrusa 8.94 8.49 5.29 22.72 7.57
Total 86.69 28.90
Ipomoea triloba 9.54 5.43 7.93 22.90 7.63
Euphorbia prunifolia 14.52 5.49 0.00 20.01 6.67
J3G5
Boreria latifolia 12.54 7.02 5.87 25.43 8.48
Asysatasia intrusa 4.76 9.54 4.92 19.22 6.41
Total 87.56 29.19
46

Pembahasan

Pengaruh Sistem Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung


Varietas DK3

Jarak tanam yang lebih sempit meningkatkan persaingan antar jagung.

Sistem satu baris memiliki persaingan yang lebih rendah sehingga mampu

memberikan pertumbuhan yang lebih baik. Hal ini dapat kita lihat pada sistem satu

baris yang dapat memberikan tinggi jagung tertinggi dibandingkan dua baris dan

baris segitiga. Sedangkan antara sistem dua baris dan baris segitiga memperlihatkan

tinggi tanaman yang tidak berbeda jauh karena populasi kedua sistem sistem jarak

tanam tersebut hampir sama sehingga tingkat persaingan antar tanaman yang terjadi

tidak jauh berbeda pula.

Produksi per tanaman pada satu baris tidak berbeda nyata dengan baris

segitiga padahal tinggi tanaman antara kedua sistem tersebut berbeda nyata. Hal ini

mungkin karena tanaman pada baris segitiga mampu memberikan hasil assimilat

yang maksimal. Produksi ini mungkin disebabkan karena hasil assimilat lebih

sedikit yang dipergunakan untuk pembentukan batang sehingga menambah

produksi.

Seperti yang dinyatakan oleh Barri (2003) bahwa sistem jarak tanam

mempengaruhi cahaya, angin serta unsur hara yang diperoleh tanaman yang pada

akhirnya memberikan pengaruh yang berbeda pada parameter pertumbuhan dan

produksi jagung. Hal ini diperlihatkan pada tinggi tanaman dan persentase jumlah

tanaman bertongkol dua per plot, dimana persetase tertinggi diperlihatkan pada

perlakuan satu baris. Penyebab yang mungkin terjadi karena tanaman mendapatkan

cahaya serta unsur hara yang cukup sehingga mampu tumbuh dan melakukan proses
47

assimilasi dengan lebih baik yang pada akhirnya mampu membuat tanaman jagung

mengeluarkan tongkol kedua walaupun hasil tongkol kedua tidak ada.

Jarak tanam yang lebih sempit akan meningkatkan populasi yang bertujuan

agar memberikan produksi per hektar yang lebih besar. Sistem baris segitiga

memiliki populasi yang lebih besar dibandingkan satu baris serta dua baris.

Walaupun produksi per tanaman lebih besar pada sistem satu baris, ternyata dengan

populasi yang lebih banyak lebih mampu memberikan produksi per ha yang lebih

maksimal. Hal ini juga diperlihatkan oleh Maddonni et al (2006) dimana jarak yang

lebih sempit mampu meningkatkan produksi per ha yang lebih besar.

Pada sistem baris segitiga mempunyai kepadatan populasi yang lebih besar

dibandingkan sistem dua baris. Namun ternyata memberikan bobot 100 biji,

produksi per tanaman serta persentase jumlah tanaman bertongkol dua per plot yang

lebih besar dibandingkan sistem dua baris. Diduga hal ini berkaitan dengan efisiensi

cahaya matahari yang diterima pada jagung untuk kedua sistem jarak tanam tersebut.

Dengan sistem dua baris, daun jagung yang berdekatan akan lebih banyak yang

tumpang tindih sehingga penyerapan cahaya matahari lebih sedikit dibandingkan

sistem baris segitiga. Karena pada baris segitiga, posisi jagung akan memberikan

ruang yang lebih sehingga daun yang tunpang tindih lebih sedikit.

Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan dan Produksi


Jagung Varietas DK3

Pertanaman tanpa pengendalian menurunkan pertumbuhan tanaman seperti

tinggi. Tanaman tanpa pengendalian gulma memberikan penurunan sebesar 1.6%

dibandingkan tanaman bebas gulma. Pengendalian mekanik, penyemprotan glifosat

serta paraquat masing-masing memberikan tinggi tanaman yang tidak berbeda

dengan tinggi tanaman bebas gulma. Hal ini mungkin disebabkan karena keberadaan
48

gulma tidak sampai memberikan pengaruh yang besar pada kemampuan tanaman

dalam pertumbuhan batang.

Umur berbunga dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara, air serta cahaya

matahari. Didapatkan umur berbunga yang berbeda pada pengendalian gulma yag

berbeda pula. Pengendalian mekanik memberikan umur berbunga tercepat

dibandingkan penyemprotan glifosat. Sedangkan penyemprotan paraquat walaupun

tidak berbeda nyata dengan glifosat tetap lebih mampu memberikan umur berbunga

yang lebih cepat. Hal ini mungkin disebabkan karena waktu bereaksi tanaman akibat

paraquat lebih cepat sehingga pemulihannya juga lebih cepat yang akhirnya tanaman

dapat kembali melakukan metabolismenya.

Pengendalian gulma berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji. Tetapi

metode pengendalian yang diuji tidak memberikan perbedaan yang nyata satu sama

lain bahkan dibandingkan dengan bobot 100 biji tanaman bebas gulma. Namun hasil

yang berbeda didapatkan pada produksi per tanaman dimana hanya pengendalian

mekanik memberikan produksi per tanaman tertinggi dan berbeda tidak nyata

dengan produksi per tanaman bebas gulma. Hal ini mungkin disebabkan karena

pengendalian mekanik memberikan jumlah biji yang lebih banyak sehingga

produksi per tanamannya lebih besar dibandingkan penyemprotan glifosat dan

paraquat.

Hasil yang sama juga diperlihatkan pada parameter persentase jumlah

tanaman bertongkol dua per plot dan produksi per hektar dimana pengendalian

mekanik memberikan nilai tertinggi dan berbeda tidak nyata dengan yang

didapatkan tanaman bebas gulma. Pengendalian mekanik yang dilakukan pada saat

tanaman berumur MST sehingga periode kompetisi antara tanaman dengan gulma

lebih cepat dibandingkan penyemprotan glifosat dan paraquat yang dilakukan saat
49

tanaman berumur 4 MST. Hasil seperti ini sama seperti yang didapatkan oleh

Tanveer et al (1999) yaitu pengendalian gulma saat tanaman berumur 20 MST

memberikan hasil terbaik pada parameter produksi.

Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap


Produksi Jagung Varietas DK3

Sistem jarak tanam selain bertujuan dalam mempengaruhi kerapatan populasi

tetapi juga menjadi metode pengendalian gulma yang dapat diterapkan. Secara

umum kombinasi kedua perlakuan yang memberikan persentase jumlah tanaman

bertongkol dua per plot tertinggi adalah sistem satu baris dengan pengendalian

mekanik (J1G3). Bila dibandingkan dalam masing-masing sistem jarak tanam

ternyata metode pengendalian memberikan persentase jumlah tanaman bertongkol

dua yang berbeda-beda. Pada sistem satu baris, pengendalian mekanik adalah yang

tertinggi dan berbeda nyata dengan glifosat serta paraquat. Pada sistem dua baris,

pegendalian mekanik memberikan persentase yang lebih besar namun tidak berbeda

nyata dengan penyemprotan paraquat. Lain halnya dengan sistem baris segitiga yang

ternyata ketiga pengendalian gulma memberikan persentase yang berbeda tidak

nyata satu sama lain.

Berkebalikan dari persentase jumlah tanaman bertongkol dua, nilai tertinggi

untuk parameter produksi per hekatar diperlihatkan pada jarak tanam yang lebih

sempit yaitu kombinasi sistem baris segitiga dengan pengendalian mekanik (J3G3).

Sedangkan metode pengendalian gulma pada masig-masing sistem jarak tanam

memberikan hasil yang tidak berbeda dari persentase jumlah tanaman bertongkol

dua per plot.


50

Gulma Pada Tanaman Jagung

Gulma dalam barisan sebelum perlakuan didominasi oleh Cyperus sp (SDR

= 64,33 %), Euphorbia prunifolia (SDR = 31,87 %) dan Boreria latifolia (SDR =

25,74 %) sedangkan setelah perlakuan didominasi oleh Boreria laevis

(SDR = 47,75 %), Echinochloa colonum (SDR = 46,43 %) dan Boreria latifolia

(SDR = 42,62 %). Gulma antar barisan sebelum perlakuan didominasi oleh Cyperus

sp (SDR = 50,97 %), Euphorbia prunifolia (SDR = 45,94 %) dan Boreria latifolia

(SDR = 43,36 %) sedangkan setelah perlakuan didominasi oleh Boreria laevis (SDR

= 50,30 %), Boreria latifolia (SDR = 42,78 %) dan Echinochloa colonum (SDR =

34,41 %). Sebelum perlakuan, gulma dominan berupa teki-tekian dan setelah

perlakuan terjadi pergeseran menjadi gulma berdaun lebar. Perubahan ini terjadi

akibat tanaman jagung sudah tumbuh lebih besar dan menaungi gulma di bawahnya.

Jumlah gulma dalam barisan sebelum perlakuan tertinggi pada perlakuan

J1G4 sebanyak 276 individu dengan didominasi gulma Boreria latifolia sedangkan

setelah perlakuan, tertinggi pada perlakuan J3G3 sebanyak 60 individu dengan

didominasi gulma Boreria latifolia. Dengan metode pengendalian gulma yang

digunakan ternyata gulma Boreria latifolia masih dapat terus mendominasi karena

batangnya akan membentuk akar dan tumbuh manjadi tanaman baru jika

bersentuhan dengan tanah sehingga penyebarannya menjadi cepat.

Gulma membutuhkan cahaya untuk berkecambah dan tumbuh. Terjadi

perbedaan jumlah gulma yang tumbuh di dalam barisan dengan yang berada di

antara barisan. Jumlah gulma dalam barisan tertinggi sebelum perlakuan pada

perlakuan J1G4 sebanyak 276 individu sedangkan gulma antar barisan sebelum

perlakuan tertinggi pada perlakuan J2G3 sebanyak 303 individu. Lebih banyak

gulma yang tumbuh di antara barisan dibandingkan yang tumbuh di dalam barisan,
51

karena naungan dari tanaman jagung lebih banyak di dalam barisan dibandingkan di

antara barisan.

Dari tabel 14 didapatkan data suksesi terbesar pada perlakuan J1G4 yaitu

Sebesar 18,24 % dan data suksesi terendah pada perlakuan J3G3 sebesar 0 %. Hasil

suksesi memberi gambaran pergeseran populasi gulma yang dominan sebelum

dengan sesudah perlakuan. Pada perlakuan didapatkan suksesi 18.24 % yang

menggambarkan populasi yang tumbuh akibat perlakuan penyemprotan glifosat

mengalami pergeseran sebesar 81,76%. Bila dibandingkan dengan perlakuan dicabut

yang mengalami pergeseran 100%, didapatkan bahwa perlakuan glifosat tidak

efektif dalam upaya mencegah gulma tidak tumbuh kembali. Herbisida glifosat

adalah herbisida yang mobil dan ditranslokasikan ke seluruh tubuh tanaman.

Ketidakefektifan ini dapat disebabkan oleh kurangnya keakuratan dalam

penyemprotan sehingga larutan herbisida tidak mengenai daun gulma.

Data suksesi terbesar gulma antar baris pada perlakuan J1G5 yaitu

40,48 % dan terendah pada perlakuan J2G3 sebesar 6,65 %. Dari hasil penelitian,

pergeseran populasi gulma yang tumbuh pada perlakuan J1G5 sebesar 59.52%.

Penyemprotan paraquat ternyata tidak efektif untuk mencegah gulma untuk tumbuh

kembali terutama untuk gulma yang dapat menyebar dengan organ vegetatifnya.

Sedangkan perlakuan dicabut mampu memberikan pergeseran sebesar 93.35%.

Dengan metode pencabutan, gulma dikendalikan mulai dari akar hingga pucuk

terakhir sehingga gulma tersebut tidak tumbuh kembali kecuali yang berasal dari

seedbank yang berada di dalam tanah.

Rataan bobot kering gulma dalam baris tertinggi pada perlakuan JIG1

sebesar 135.57 g yang didominasi gulma Asystasia intrusa (126.99 g) dan rataan

bobot kering gulma terendah pada perlakuan J3G2 sebesar 5.65 g yang didominasi
52

gulma Boreria latifolia (3.73 g). Perlakuan J1G1 memiliki jarak tanam yang

renggang dengan tanpa ada pengendalian gulma sepanjang tanam, hal ini tentu saja

memberi bobot kering gulma terbesar dari semua perlakuan yang diberikan.

Perlakuan J3G2 memberikan bobot kering gulma terendah karena sistem jarak

tanam segiitga yang diterapkan memberikan ruang yang lebih baik untuk tanaman

jagung untuk mendapat cahaya namun memberikan naungan yang lebih banyak

untuk gulma yang berada di bawahnya dan didukung oleh pengendalian bebas

gulma sepanjang musim tanam sehingga pada saat panen gulma yang tumbuh lebih

sedikit.

Rataan bobot gulma kering antar baris tertinggi pada perlakuan JIG1 sebesar

87.03 g yang didominasi gulma Asystasia intrusa (47.13 g) dan rataan bobot kering

gulma terendah pada perlakuan J2G2 sebesar 11.29 g yang didominasi gulma

Boreria latifolia (6.97 g). Keberadaan gulma Asystasia intrusa serta Boreria latifolia

merupakan gulma yang paling dominan karena pertumbuhan dan penyebarannya

yang cepat sehingga kemampuannya untuk menyerap unsur hara lebih kompetitif

dibandingkan gulma lain di sekitarnya.


53

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Sistem jarak tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 8 MST,

produksi per tanaman, persentase jumlah tanaman bertongkol dua per tanaman,

dan produksi per hektar, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman

2, 4, dan 6 MST, jumlah klorofil, umur berbunga, bobot 100 biji, nilai indeks

panen, persentase kerusakan tanaman jagung dan persentase pemulihan

tanaman jagung.

2. Metode pengendalian gulma berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 4, 6,

dan 8 MST, umur berbunga, bobot 100 biji, produksi per tanaman, persentase

jumlah tanaman bertongkol dua per plot, dan produksi per hektar, tetapi

berpengaruh tidak nyata pada tinggi tanaman 2 MST, jumlah klorofil, nilai

indeks panen, persentase kerusakan tanaman jagung dan persentase pemulihan

tanaman jagung.

3. Interaksi kedua perlakuan hanya berpengaruh nyata terhadap persentase jumlah

tanaman bertongkol dua per plot dan produksi per hektar

4. Peningkatan produksi per hektar pada sistem jarak tanam segitiga sebesar 52.9

% dan sistem dua baris sebesar 34.1 % bila dibandingkan dengan sistem satu

baris.

5. Pengendalian manual umur 2 MST mampu menekan keberadaan gulma

sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi jagung mendekati

jagung bebas gulma.

6. Kombinasi perlakuan yang memberikan produksi per hektar tertinggi adalah

jarak tanam segitiga dengan pengendalian mekanik (J3G3) sebesar 18.55 ton.
54

7. Kerusakan dan pemulihan pada tanaman jagung yang diakibatkan

penyemprotan glifosat dan paraquat tidak berbeda nyata.

8. Terjadi perubahan perubahan populasi gulma antara sebelum dengan sesudah

perlakuan pada pengendalian manual, sedangkan perlakuan herbisida tidak

memberikan perubahan populasi yang besar.

Saran

Sebaiknya dalam budidaya jagung diterapkan kombinasi perlakuan jarak

tanam segitiga dan pengendalian manual umur 2 MST (J3G3) karena mampu

memberikan produksi per hektar tertinggi.


55

DAFTAR PUSTAKA

Andrade, F.H., P.Calvino, A. Cirilo and P. Barbieri. 2002. Yield Responses to


Narrow Rows Depend on Increased Radiation Interception. Agron. J. 94:975-
980

Badan Pusat Statistika, 2008. Harvested Area, Yield Rate and Production of Maize
by Province, 2006-2007. www.bps.go.id . Dikutip 28 Februari 2008.

Barbieri, P.A., H.R.S. Rozas, F.H. Andrade and H.E. Echeverria. 2000. Soil
Management; Row Spacing Effects at Different Levels of Nitrogen
Availability in Maize. Agron. J. 92:283-288

Barri, N. L. 2003. Peremajaan Kelapa Berbasis Usahatani Polikultur Penopang


Pendapatan Petani Berkelanjutan. Makalah falsafah Sains (PPs 702) Program
Pasca Sarjana/S3. Institut Pertanian Bogor. Desember 2003. Diakses 15 Mei
2008.

Barus, E. 2003. Pengendalian Gulma di Perkebunan; Efektifitas dan Efisiensi


Aplikasi Herbisida. Kanisius, Yogyakarta.

Bangun, M.K., 1991. Rancangan Percobaan. Fakultas Pertanian. Universitas


Sumatera Utara, Medan.

Chikoye, D., U.E. Udensi and S. Ogunyemi. 2005. Integrated Management of


Cogongrass (Imperata cyliandrica L. Rauesch) in Corn Using Tillage,
Glyphosate, Row Spacing, Cultivar, and Cover Cropping. Agron. J. 97:1164-
1171.

Cox, W.J., D.R. Cherney and J.J. Hanchar. 2006. Row Spacing, hybrid, and Plant
Density Effects on Corn Silage Yield and Quality. J. Prod. Agric. 11:128-134.
In Row Spacing, Plant Density and Hybrids Effects on Corn Grain Yield and
Moisture. 2001. Agron. J. 93:1049-1053.

Donald, W.W. 2000. Timing and Frequency of Between-Row Mowing and Band
Applied Herbicide for Annual Weed Control in Soybean. Agron. J.
92:1013-1019.

Farnhamm, D.E. 2001. Row Spacing, Plant Density, and Hybrid Effects on Corn
Grain Yield and Moisture. Agron J. 93:1049-1053.

Fadhly, A.F., dan F. Tabri. 2007. Pengendalian Gulma Pada Pertanaman Jagung.
http://balit.litbang.co.id.bukujagung.pdf. 2 januari 2009.

http://fp.uns.ac.id/~hamasains/dasarperlintan-4.htm. 2006. Dasar Perlindungan


Tanaman. Hal. 11
56

Irfan, M. 1999. Respon Tanaman Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pengolahan Tanah
dan Kerapatan Tanam Pada Tanah Andisol dan Ultisol. Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara, Medan. Hal. 7, 13.

Klingman, G.C., F.M. Ashton and L.J. Noordhoff. 1975. Weed Science: Principles
and Practices. John Wiley & Sons, New York, 431p.

Lafitte, H.R. 1994. Identifying Productio Problems in Tropical Maize: a Field


Giude. CIMMYT, Mexico.

Liu, W., M. Tollenaar, G. Stewart and W. Deen. 2004. Within-Row Plat Spacing
Variability Does Not Effect Corn Yield. Agron. J. 96:275-280.

Maddonni, G.A., A.G. Cirilo and M.E. Otegui. 2006. Row Width and Maize Grain
Yield. Agron. J. 98:1532-1543

Moenandir, H. J., 1993. Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma. Rajawali Pers,
Jakarta. Hal. 83

Moenandir, H. J., 1988. Fisiologi Herbisida. Rajawali Pers. Jakarta.

Pederson, P. and J.G. Lauer. 2003. Corn and Soybean Response to Rotation
Sequence, Row Spacing and Tillage System. Agron. J. 95:965-971.

Setyati, S. 1983. Pengantar Agronomi. Gramedia, Jakarta. Hal. 168-169.

Simamora, T.J. 2007. Pengaruh waktu penyiangan dan jarak tanam Terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3. Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Stalcup, L. 2008. Twin Rows Help Boost Yields: Stil, The Jury’s Out on Whether
Twin Rows are Always Profitable. Corn and Soybean Digest; Jan 2008; 68,1;
ABI/Inform Trade and Industry. Pg. 6.

Sukman, Y. dan Yakup, 1995. Gulma dan Tehnik Pengendaliannya. RajaGrafindo


Persada, Jakarta.

Tanveer, A., M. Ayub, A.A.R. Ahmad. 1999. Weed-Crop Competition in Maize


Relation to Row Spacing and Duration. Pakistan Journal of Biological Sci.
2(2):363-364.

Tjitrosoedirdjo, S., I.H. Utomo, dan J. Wiroatmodjo. 1984. Pengelolaa Gulma di


Perkebunan. Badan Penerbit Kerjasama Biotrop Bogor dan Gramedia, Bogor.

Triharso. 1995. Dasar – Dasar Perlindungan Tanaman. Universitas Gadjah Mada


Press, Yogyakarta.
57

Westgate, M.E., F. Forcella, D.C. Reicosky and J. Somsen. 1997. Rapid Canopy
Closure for Maize Production in the Northern U.S. Corn Belt: Radiation-use
Efficiency and Grain Yield. Field Crops Res. 49:249-258.

Yun. 2008. Angkat Pertanian, Keltan Diminta Produktif. Padang Ekspres.


24 Maret 2008. www.posmetropadang.com. Diakses 23 Juli 2008.
58

Lampiran 1. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 2 MST (cm)


Pengendalian Blok
Jarak Tanam Jumlah Rataan
Gulma 1 2 3
G1 49.12 56.75 59.01 164.88 54.96
G2 52.63 55.60 56.90 165.13 55.04
J1 G3 52.70 57.31 54.95 164.96 54.99
G4 50.11 54.73 57.58 162.42 54.14
G5 55.25 56.15 52.65 164.05 54.68
Total 259.81 280.54 281.09 821.44 54.76
G1 54.96 53.33 55.00 163.29 54.43
G2 55.75 55.93 55.87 167.55 55.85
J2 G3 59.01 56.21 54.80 170.02 56.67
G4 52.27 55.90 57.58 165.75 55.25
G5 54.90 56.74 55.08 166.72 55.57
Total 276.89 278.11 278.33 833.33 55.56
G1 53.33 54.23 57.60 165.16 55.05
G2 55.25 55.28 55.22 165.75 55.25
J3 G3 54.12 54.40 54.59 163.11 54.37
G4 56.26 51.58 54.56 162.40 54.13
G5 55.33 55.60 56.65 167.58 55.86
Total 274.29 271.09 278.62 824.00 54.93
Total Blok 810.99 829.74 838.04 2478.77 55.08

Lampiran 2. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST


F.Tabel
SK dB JK KT F.Hit
0.05
Blok 2 25.60 12.80 1.31 tn 6.94
Jarak Tanam (J) 2 5.22 2.61 0.27 tn 6.94
Galat Jarak Tanam 4 39.21 9.80 - - -
Peng. Gulma (G) 4 5.79 1.45 0.37 tn 2.76
Interaksi (JxG) 8 9.78 1.22 0.31 tn 2.36
Galat Peng. Gulma 24 94.39 3.93 - - -
Total 44 179.99

Ket: KKJ = 5.68


KKG = 3.60
* = Nyata
tn = Tidak Nyata
59

Lampiran 3. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 4 MST (cm)


Pengendalian Blok
Jarak Tanam Jumlah Rataan
Gulma 1 2 3
G1 107.38 104.84 112.05 324.27 108.09
G2 111.8 115.01 109.94 336.75 112.25
J1 G3 109.95 109.55 109.46 328.96 109.65
G4 108.95 107.56 108.46 324.97 108.32
G5 107.59 110.85 106.76 325.20 108.40
Total 545.67 547.81 546.67 1640.15 109.34
G1 106.44 104.98 109.22 320.64 106.88
G2 108.29 106.4 115.26 329.95 109.98
J2 G3 111.55 104.95 107.41 323.91 107.97
G4 107.51 104.59 108.83 320.93 106.98
G5 105.27 101.24 112.54 319.05 106.35
Total 539.06 522.16 553.26 1614.48 107.63
G1 110.41 102.78 107.8 320.99 107.00
G2 113.2 107.57 110.03 330.80 110.27
J3 G3 112.2 104.99 108.31 325.50 108.50
G4 108.28 104.11 106.48 318.87 106.29
G5 106.22 102.99 109.24 318.45 106.15
Total 550.31 522.44 541.86 1614.61 107.64
Total Blok 1635.04 1592.41 1641.79 4869.24 108.21

Lampiran 4. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST


F.Tabel
SK dB JK KT F.Hit
0.05
Blok 2 95.58 47.79 2.29 tn 6.94
Jarak Tanam (J) 2 29.14 14.57 0.70 tn 6.94
Galat Jarak Tanam 4 83.52 20.88 - - -
Peng. Gulma (G) 4 94.41 23.60 4.65 * 2.76
Interaksi (JxG) 8 2.85 0.36 0.07 tn 2.36
Galat Peng. Gulma 24 121.71 5.07 - - -
Total 44 427.22

Ket: KKJ = 4.22


KKG = 2.08
* = Nyata
tn = Tidak Nyata
60

Lampiran 5. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 6 MST (cm)


Pengendalian Blok
Jarak Tanam Jumlah Rataan
Gulma 1 2 3
G1 171.5 167.8 179.9 519.20 173.07
G2 187.7 179.6 192.6 559.90 186.63
J1 G3 185.2 180.6 193.6 559.40 186.47
G4 181.1 189.2 187.3 557.60 185.87
G5 187.9 185.4 182.6 555.90 185.30
Total 913.40 902.60 936.00 2752.00 183.47
G1 171.6 169.6 174.8 516.00 172.00
G2 186.8 182.1 190.4 559.30 186.43
J2 G3 186.1 182.3 187.8 556.20 185.40
G4 183.7 178.7 189.7 552.10 184.03
G5 183.7 179.9 187.7 551.30 183.77
Total 911.90 892.60 930.40 2734.90 182.33
G1 173.6 171.2 174.2 519.00 173.00
G2 185.7 181.3 191.1 558.10 186.03
J3 G3 185.2 182.8 189.7 557.70 185.90
G4 180.6 188 183.6 552.20 184.07
G5 179.2 187.9 183.8 550.90 183.63
Total 904.30 911.20 922.40 2737.90 182.53
Total Blok 2729.60 2706.40 2788.80 8224.80 182.77

Lampiran 6. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 6 MST


F.Tabel
SK dB JK KT F.Hit
0.05
Blok 2 240.73 120.36 9.30 * 6.94
Jarak Tanam (J) 2 11.12 5.56 0.43 tn 6.94
Galat Jarak Tanam 4 51.75 12.94 - - -
Peng. Gulma (G) 4 1171.78 292.95 22.96 * 2.76
Interaksi (JxG) 8 5.04 0.63 0.05 tn 2.36
Galat Peng. Gulma 24 306.19 12.76 - - -
Total 44 1786.61

Ket: KKJ = 1.97


KKG = 1.95
* = Nyata
tn = Tidak Nyata
61

Lampiran 7. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 8 MST (cm)


Pengendalian Blok
Jarak Tanam Jumlah Rataan
Gulma 1 2 3
G1 259.4 264.7 262.7 786.80 262.27
G2 270.1 269.4 269.9 809.40 269.80
J1 G3 272.9 266.7 269.6 809.20 269.73
G4 267.4 271.3 264.7 803.40 267.80
G5 264.2 267.5 270 801.70 267.23
Total 1334.00 1339.60 1336.90 4010.50 267.37
G1 259.3 261.8 257.2 778.30 259.43
G2 262.2 266.1 258.8 787.10 262.37
J2 G3 258.4 262.5 264.8 785.70 261.90
G4 264.5 261.1 259.2 784.80 261.60
G5 255.8 266.6 263.3 785.70 261.90
Total 1300.20 1318.10 1303.30 3921.60 261.44
G1 258.3 259.4 261.1 778.80 259.60
G2 260.1 262.2 264.1 786.40 262.13
J3 G3 256 262.4 266.5 784.90 261.63
G4 255.8 260.8 264.3 780.90 260.30
G5 254.1 258.8 266.2 779.10 259.70
Total 1284.30 1303.60 1322.20 3910.10 260.67
Total Blok 3918.50 3961.30 3962.40 11842.20 263.16

Lampiran 8. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 8 MST


F.Tabel
SK dB JK KT F.Hit
0.05
Blok 2 83.56 41.78 1.67 tn 6.94
Jarak Tanam (J) 2 402.57 201.28 8.06 * 6.94
Galat Jarak Tanam 4 99.84 24.96 - - -
Peng. Gulma (G) 4 104.95 26.24 3.11 * 2.76
Interaksi (JxG) 8 40.14 5.02 0.60 tn 2.36
Galat Peng. Gulma 24 202.29 8.43 - - -
Total 44 933.35

Ket: KKJ = 1.90


KKG = 1.10
* = Nyata
tn = Tidak Nyata
62

Lampiran 9. Data Pengamatan Jumlah Klorofil


Pengendalian Blok
Jarak Tanam Jumlah Rataan
Gulma 1 2 3
G1 51.76 46.7 51.8 150.26 50.09
G2 48.14 51.1 49.3 148.54 49.51
J1 G3 53.52 58.8 47.8 160.12 53.37
G4 53.52 51.9 49.8 155.22 51.74
G5 54.85 45.5 49.2 149.55 49.85
Total 261.79 254.00 247.90 763.69 50.91
G1 56.5 54.5 53.8 164.80 54.93
G2 47.64 52.4 46.8 146.84 48.95
J2 G3 54.32 51.8 47.8 153.92 51.31
G4 52.3 51.5 54.3 158.10 52.70
G5 48.74 46.1 47.8 142.64 47.55
Total 259.50 256.30 250.50 766.30 51.09
G1 46.24 36.1 42.5 124.84 41.61
G2 49.32 54.9 42.1 146.32 48.77
J3 G3 51.48 45.7 69.4 166.58 55.53
G4 47.78 46 52.6 146.38 48.79
G5 51.34 53.7 42.2 147.24 49.08
Total 246.16 236.40 248.80 731.36 48.76
Total Blok 767.45 746.70 747.20 2261.35 50.25

Lampiran 10. Daftar Sidik Ragam Jumlah Klorofil


F.Tabel
SK dB JK KT F.Hit
0.05
Blok 2 18.69 9.34 1.43 tn 6.94
Jarak Tanam (J) 2 50.51 25.25 3.87 tn 6.94
Galat Jarak Tanam 4 26.09 6.52 - - -
Peng. Gulma (G) 4 143.17 35.79 1.27 tn 2.76
Interaksi (JxG) 8 282.93 35.37 1.25 tn 2.36
Galat Peng. Gulma 24 677.71 28.24 - - -
Total 44 1199.10

Ket : KKJ = 5.08


KKG = 10.57
* = Nyata
tn = Tidak Nyata
63

Lampiran 11. Data Pengamatan Umur Berbunga (HST)


Pengendalian Blok
Jarak Tanam Jumlah Rataan
Gulma 1 2 3
G1 51.2 51.1 49.2 151.50 50.50
G2 49.4 50.2 49.9 149.50 49.83
J1 G3 49.3 50 50.2 149.50 49.83
G4 49.4 50.9 49.8 150.10 50.03
G5 49.7 51.1 49.3 150.10 50.03
Total 249.00 253.30 248.40 750.70 50.05
G1 49.2 51.1 50.7 151.00 50.33
G2 49.4 49.4 48.7 147.50 49.17
J2 G3 48.4 48.8 48.9 146.10 48.70
G4 49.4 49.6 49.3 148.30 49.43
G5 48.1 49.4 49.6 147.10 49.03
Total 244.50 248.30 247.20 740.00 49.33
G1 49.9 49.7 49.6 149.20 49.73
G2 49.7 50 50.1 149.80 49.93
J3 G3 49.2 49.2 49.4 147.80 49.27
G4 49.8 49.8 50.3 149.90 49.97
G5 49.3 50.1 49.9 149.30 49.77
Total 247.90 248.80 249.30 746.00 49.73
Total Blok 741.40 750.40 744.90 2236.70 49.70

Lampiran 12. Daftar Sidik Ragam Umur Berbunga


F.Tabel
SK dB JK KT F.Hit
0.05
Blok 2 2.74 1.37 2.98 tn 6.94
Jarak Tanam (J) 2 3.84 1.92 4.16 tn 6.94
Galat Jarak Tanam 4 1.84 0.46 - - -
Peng. Gulma (G) 4 4.05 1.01 3.90 * 2.76
Interaksi (JxG) 8 2.37 0.30 1.14 tn 2.36
Galat Peng. Gulma 24 6.24 0.26 - - -
Total 44 21.08

Ket : KKJ = 1.37


KKG = 1.03
* = Nyata
tn = Tidak Nyata
64

Lampiran 13. Data Pengamatan Bobot 100 Biji (g)


Pengendalian Blok
Jarak Tanam Jumlah Rataan
Gulma 1 2 3
G1 24.56 24.7 25.39 74.65 24.88
G2 26.5 27.24 27.48 81.22 27.07
J1 G3 27.54 26.04 26.69 80.27 26.76
G4 26.01 27.24 26.15 79.40 26.47
G5 26.15 26.65 24.59 77.39 25.80
Total 130.76 131.87 130.30 392.93 26.20
G1 24.71 24.43 24.39 73.53 24.51
G2 26.03 25.68 25.5 77.21 25.74
J2 G3 25.37 26.87 25.16 77.40 25.80
G4 24.05 27.14 24.08 75.27 25.09
G5 26.02 25.42 25.9 77.34 25.78
Total 126.18 129.54 125.03 380.75 25.38
G1 25.04 24.31 24.52 73.87 24.62
G2 25.74 25.37 26.09 77.20 25.73
J3 G3 25.2 25.23 26.82 77.25 25.75
G4 24.59 25.07 25.62 75.28 25.09
G5 25.68 24.28 26.45 76.41 25.47
Total 126.25 124.26 129.50 380.01 25.33
Total Blok 383.19 385.67 384.83 1153.69 25.64

Lampiran 14. Daftar Sidik Ragam Bobot 100 Biji


F.Tabel
SK dB JK KT F.Hit
0.05
Blok 2 0.21 0.11 0.08 tn 6.94
Jarak Tanam (J) 2 7.02 3.51 2.78 tn 6.94
Galat Jarak Tanam 4 5.04 1.26 - - -
Peng. Gulma (G) 4 13.08 3.27 5.74 * 2.76
Interaksi (JxG) 8 2.70 0.34 0.59 tn 2.36
Galat Peng. Gulma 24 13.67 0.57 - - -
Total 44 41.72

Ket: KKJ = 4.38


KKG = 2.94
* = Nyata
tn = Tidak Nyata
65

Lampiran 15. Data Pengamatan Produksi Per Tanaman (g)


Pengendalian Blok
Jarak Tanam Jumlah Rataan
Gulma 1 2 3
G1 206.84 189.23 204.53 600.60 200.20
G2 222.79 239.99 244.63 707.40 235.80
J1 G3 243.48 214.30 234.47 692.24 230.75
G4 227.55 220.17 221.65 669.36 223.12
G5 211.93 211.90 220.35 644.17 214.72
Total 1112.58 1075.58 1125.62 3313.77 220.92
G1 181.38 196.43 194.14 571.95 190.65
G2 200.75 210.30 249.77 660.82 220.27
J2 G3 212.65 211.94 206.80 631.39 210.46
G4 183.69 192.67 184.63 560.99 187.00
G5 182.67 180.64 183.99 547.30 182.43
Total 961.13 992.00 1019.33 2972.45 198.16
G1 194.08 191.28 191.90 577.26 192.42
G2 224.21 225.22 226.15 675.57 225.19
J3 G3 222.38 217.75 220.82 660.94 220.31
G4 221.90 218.20 209.64 649.73 216.58
G5 217.20 227.14 203.37 647.71 215.90
Total 1079.76 1079.59 1051.86 3211.21 214.08
Total Blok 3153.47 3147.16 3196.81 9497.44 211.05

Lampiran 16. Daftar Sidik Ragam Produksi Per Tanaman


F.Tabel
SK dB JK KT F.Hit
0.05
Blok 2 97.43 48.71 0.32 tn 6.94
Jarak Tanam (J) 2 4089.46 2044.73 13.31 * 6.94
Galat Jarak Tanam 4 614.49 153.62 - - -
Peng. Gulma (G) 4 6053.93 1513.48 16.51 * 2.76
Interaksi (JxG) 8 1447.49 180.94 1.97 tn 2.36
Galat Peng. Gulma 24 2199.47 91.64 - - -
Total 44 14502.28

Ket: KKJ = 5.87


KKG = 4.54
* = Nyata
tn = Tidak Nyata
66

Lampiran 17. Data Pengamatan Persentase Jumlah Tanaman Jagung Bertongkol dua perplot
(%)
Pengendalian Blok
Jarak Tanam Jumlah Rataan
Gulma 1 2 3
G1 7.41 0.00 3.70 11.11 3.70
G2 22.22 18.52 14.81 55.56 18.52
J1 G3 18.52 14.81 18.52 51.85 17.28
G4 11.11 11.11 7.41 29.63 9.88
G5 14.81 11.11 11.11 37.04 12.35
Total 74.07 55.56 55.56 185.19 12.35
G1 0.00 2.22 0.00 2.22 0.74
G2 8.89 6.67 4.44 20.00 6.67
J2 G3 8.89 6.67 4.44 20.00 6.67
G4 4.44 0.00 2.22 6.67 2.22
G5 4.44 0.00 6.67 11.11 3.70
Total 26.67 15.56 17.78 60.00 4.00
G1 1.92 0.00 0.00 1.92 0.64
G2 13.46 7.69 9.62 30.77 10.26
J3 G3 7.69 5.77 3.85 17.31 5.77
G4 5.77 3.85 1.92 11.54 3.85
G5 7.69 3.85 5.77 17.31 5.77
Total 36.54 21.15 21.15 78.85 5.26
Total Blok 137.28 92.26 94.49 324.03 7.20

Lampiran 18. Daftar Sidik Ragam Jumlah Tanaman Jagung Bertogkol dua perplot
F.Tabel
SK dB JK KT F.Hit
0.05
Blok 2 85.83 42.92 32.51 * 6.94
Jarak Tanam (J) 2 607.43 303.72 230.11 * 6.94
Galat Jarak Tanam 4 5.28 1.32 - - -
Peng. Gulma (G) 4 562.28 140.57 37.87 * 2.76
Interaksi (JxG) 8 98.26 12.28 3.31 * 2.36
Galat Peng. Gulma 24 89.07 3.71 - - -
Total 44 1448.16

Ket: KKJ = 15.95


KKG = 26.75
* = Nyata
tn = Tidak Nyata
67

Lampiran 19. Data Pengamatan Produksi Per Hektar (ton)


Pengendalian Blok
Jarak Tanam Jumlah Rataan
Gulma 1 2 3
G1 10.79 9.62 10.64 31.04 10.35
G2 11.85 13.00 13.31 38.16 12.72
J1 G3 13.23 11.29 12.63 37.15 12.38
G4 12.17 11.68 11.78 35.62 11.87
G5 11.13 11.13 11.69 33.94 11.31
Total 59.17 56.70 60.04 175.92 11.73
G1 14.17 15.58 15.36 45.11 15.04
G2 15.98 16.88 20.57 53.43 17.81
J2 G3 17.10 17.03 16.55 50.67 16.89
G4 14.39 15.23 14.47 44.08 14.69
G5 14.29 14.10 14.41 42.80 14.27
Total 75.92 78.81 81.37 236.10 15.74
G1 15.99 15.72 15.78 47.50 15.83
G2 18.93 19.03 19.12 57.08 19.03
J3 G3 18.75 18.30 18.60 55.65 18.55
G4 18.71 18.35 17.51 54.56 18.19
G5 18.25 19.22 16.90 54.36 18.12
Total 90.63 90.61 87.91 269.16 17.94
Total Blok 225.72 226.13 229.32 681.18 15.14

Lampiran 20. Daftar Sidik Ragam Produksi Per Hektar


F.Tabel
SK dB JK KT F.Hit
0.05
Blok 2 0.52 0.26 0.22 tn 6.94
Jarak Tanam (J) 2 297.97 148.99 128.66 * 6.94
Galat Jarak Tanam 4 4.63 1.16 - - -
Peng. Gulma (G) 4 43.96 10.99 16.04 * 2.76
Interaksi (JxG) 8 12.95 1.62 2.36 * 2.36
Galat Peng. Gulma 24 16.44 0.69 - - -
Total 44 376.47

Ket: KKJ = 7.11


KKG = 5.47
* = Nyata
tn = Tidak Nyata
68

Lampiran 21. Data Pengamatan Nilai Indeks Panen


Pengendalian Blok
Jarak Tanam Jumlah Rataan
Gulma 1 2 3
G1 0.91 0.89 0.79 2.59 0.86
G2 0.92 1.02 1.10 3.04 1.01
J1 G3 0.97 0.94 2.06 3.97 1.32
G4 0.78 0.83 0.80 2.41 0.80
G5 0.77 0.89 0.78 2.44 0.81
Total 4.35 4.57 5.53 14.45 0.96
G1 0.89 0.78 1.37 3.04 1.01
G2 0.63 0.70 1.16 2.49 0.83
J2 G3 0.55 1.42 0.94 2.91 0.97
G4 0.80 0.79 0.69 2.28 0.76
G5 0.73 0.82 1.14 2.69 0.90
Total 3.60 4.51 5.30 13.41 0.89
G1 0.97 0.91 0.74 2.62 0.87
G2 0.85 0.97 1.04 2.86 0.95
J3 G3 0.92 1.02 0.79 2.73 0.91
G4 0.83 0.72 0.65 2.20 0.73
G5 0.96 0.74 0.60 2.30 0.77
Total 4.53 4.36 3.82 12.71 0.85
Total Blok 12.48 13.44 14.65 40.57 0.90

Lampiran 22. Daftar Sidik Ragam Nilai Indeks Panen


F.Tabel
SK dB JK KT F.Hit
0.05
Blok 2 0.16 0.08 0.92 tn 6.94
Jarak Tanam (J) 2 0.10 0.05 0.59 tn 6.94
Galat Jarak Tanam 4 0.34 0.09 - - -
Peng. Gulma (G) 4 0.48 0.12 2.13 tn 2.76
Interaksi (JxG) 8 0.33 0.04 0.72 tn 2.36
Galat Peng. Gulma 24 1.35 0.06 - - -
Total 44 2.75

Ket: KKJ = 32.54


KKG = 26.27
* = Nyata
tn = Tidak nyata
69

Lampiran 23. Data Pengamatan Persentase Kerusakan Tanaman Jagung (%)


Pengendalian Blok
Jarak Tanam Jumlah Rataan
Gulma 1 2 3
G4 68.49 39.42 39.19 147.10 49.03
J1
G5 41.48 58.36 47.8 147.64 49.21
Total 109.97 97.78 86.99 294.74 49.12
G4 33.27 33.14 36.62 103.03 34.34
J2
G5 47.94 54.32 44.16 146.42 48.81
Total 81.21 87.46 80.78 249.45 41.58
G4 27.2 37.47 33.37 98.04 32.68
J3
G5 64.41 48.05 41.87 154.33 51.44
Total 91.61 85.52 75.24 252.37 42.06
Total Blok 282.79 270.76 243.01 796.56 44.25

Lampiran 24. Daftar Sidik Ragam Persentase Kerusakan Tanaman Jagung


F.Tabel
SK dB JK KT F.Hit
0.05
Blok 2 138.74 69.37 3.66 tn 6.94
Jarak Tanam (J) 2 214.16 107.08 5.64 tn 6.94
Galat Jarak Tanam 4 75.88 18.97 - - -
Peng. Gulma (G) 1 558.00 558.00 3.79 tn 5.99
Interaksi (JxG) 2 283.92 141.96 0.96 tn 5.14
Galat Peng. Gulma 6 883.98 147.33 - - -
Total 17 2154.69

Ket: KKJ = 9.84


KKG = 27.43
* = Nyata
tn = Tidak Nyata
70

Lampiran 25. Data Pengamatan Persentase Pemulihan Tanaman Jagung (%)


Pengendalian Blok
Jarak Tanam Jumlah Rataan
Gulma 1 2 3
G4 56.55 19.69 39.65 115.89 38.63
J1
G5 27.38 39.21 31.73 98.32 32.77
Total 83.93 58.90 71.38 214.21 35.70
G4 16.43 14.99 23.63 55.05 18.35
J2
G5 34.45 38.25 25.01 97.71 32.57
Total 50.88 53.24 48.64 152.76 25.46
G4 14.58 23.98 17.3 55.86 18.62
J3
G5 41.61 34.29 27.34 103.24 34.41
Total 56.19 58.27 44.64 159.10 26.52
Total Blok 191.00 170.41 164.66 526.07 29.23

Lampiran 26. Daftar Sidik Ragam Persentase Pemulihan Tanaman Jagung


F.Tabel
SK dB JK KT F.Hit
0.05
Blok 2 63.93 31.97 0.84 tn 6.94
Jarak Tanam (J) 2 380.75 190.37 5.01 tn 6.94
Galat Jarak Tanam 4 151.90 37.98 - - -
Peng. Gulma (G) 1 291.77 291.77 2.13 tn 5.99
Interaksi (JxG) 2 437.14 218.57 1.60 tn 5.14
Galat Peng. Gulma 6 821.10 136.85 - - -
Total 17 2146.59

Ket: KKJ = 21.09


KKG = 40.03
* = Nyata
tn = Tidak Nyata
71

Lampiran 27. Data Pengamatan Gulma Dalam Barisan (Sebelum Perlakuan)


Blok
Perlakuan Jenis Gulma KM FM KR (%) FR (%) SDR (%)
1 2 3
Ipomoea triloba 0 2 2 4 2 3.31 28.57 15.94
Euphorbia prunifolia 0 37 4 41 2 33.88 28.57 31.23
J1G3
Cleome rutidospermae 20 0 7 27 2 22.31 28.57 25.44
Cyperus sp 0 0 49 49 1 40.50 14.29 27.39
Total 121 7 100 100 100
Cyperus sp 7 4 26 37 3 13.41 13.64 13.52
Echinochloa colonum 4 13 34 51 3 18.48 13.64 16.06
Lantana camara 0 1 9 10 2 3.62 9.09 6.36
Cleome rutidospermae 3 7 6 16 3 5.80 13.64 9.72
J1G4 Ipomoea triloba 1 3 1 5 3 1.81 13.64 7.72
Euphorbia prunifolia 23 12 18 53 3 19.20 13.64 16.42
asam-asaman 0 0 1 1 1 0.36 4.55 2.45
Boreria latifolia 32 43 0 75 2 27.17 9.09 18.13
Boreria laevis 7 21 0 28 2 10.14 9.09 9.62
Total 276 22 100 100 100
Lantana camara 11 2 10 23 3 12.30 14.29 13.29
Cleome rutidospermae 6 3 9 18 3 9.63 14.29 11.96
euphorbia prunifolia 6 7 8 21 2 11.23 9.52 10.38
Ipomoea triloba 2 2 1 5 3 2.67 14.29 8.48
J1G5 Boreria latifolia 5 61 3 69 3 36.90 14.29 25.59
Echinochloa colonum 19 2 17 38 3 20.32 14.29 17.30
Cyperus sp 2 0 6 8 2 4.28 9.52 6.90
Amaranthus spinosus 4 0 0 4 1 2.14 4.76 3.45
Axonopus compressus 1 0 0 1 1 0.53 4.76 2.65
Total 187 21 100 100 100
Cyperus sp 8 31 52 91 3 64.54 37.50 51.02
J2G3 Euphorbia prunifolia 12 13 12 37 3 26.24 37.50 31.87
Cleome rutidospermae 0 12 1 13 2 9.22 25.00 17.11
Total 141 8 100 100 100
Euphorbia prunifolia 7 1 18 26 3 11.35 13.04 12.20
Cleome rutidospermae 1 7 3 11 3 4.80 13.04 8.92
Ipomoea triloba 0 2 3 5 2 2.18 8.70 5.44
Lantana camara 2 4 4 10 3 4.37 13.04 8.71
Boreria latifolia 32 42 14 88 3 38.43 13.04 25.74
J2G4
Echinochloa colonum 17 23 8 48 3 20.96 13.04 17.00
Phillanthus niruri 4 0 1 5 2 2.18 8.70 5.44
Axonopus compressus 0 0 1 1 1 0.44 4.35 2.39
Cyperus sp 26 0 8 34 2 14.85 8.70 11.77
Asam-asaman 0 0 1 1 1 0.44 4.35 2.39
Total 229 23 100 100 100
Euphorbia prunifolia 7 7 26 40 3 19.80 13.04 16.42
Boreria latifolia 7 3 2 12 3 5.94 13.04 9.49
Echinochloa colonum 12 7 5 24 3 11.88 13.04 12.46
Axonopus compressus 6 0 0 6 1 2.97 4.35 3.66
Ageratum conyzoides 4 0 0 4 1 1.98 4.35 3.16
J2G5 Cleome rutidospermae 3 6 3 12 3 5.94 13.04 9.49
Ipomoea triloba 10 8 3 21 3 10.40 13.04 11.72
Cyperus sp 1 0 66 67 2 33.17 8.70 20.93
Lantana camara 1 12 2 15 3 7.43 13.04 10.23
Asam-asaman 1 0 0 1 1 0.50 4.35 2.42
Total 202 23 100 100 100
Euphorbia prunifolia 6 0 5 11 2 6.79 28.57 17.68
J3G3 Cleome rutidospermae 10 0 2 12 2 7.41 28.57 17.99
Cyperus sp 5 103 31 139 3 85.80 42.86 64.33
Total 162 7 100 100 100
Euphorbia prunifolia 37 19 14 70 3 35.71 15.00 25.36
Boreria latifolia 1 3 8 12 3 6.12 15.00 10.56
Cyperus sp 21 13 0 34 2 17.35 10.00 13.67
Phillanthus niruri 0 1 2 3 2 1.53 10.00 5.77
Cleome rutidospermae 0 14 1 15 2 7.65 10.00 8.83
J3G4
Lantana camara 0 8 9 17 2 8.67 10.00 9.34
Ipomoea triloba 0 1 4 5 2 2.55 10.00 6.28
Asam-asaman 0 1 0 1 1 0.51 5.00 2.76
Echinochloa colonum 9 0 22 31 2 15.82 10.00 12.91
Clidemia hirta 0 0 8 8 1 4.08 5.00 4.54
Total 196 20 100 100 100
Cyperus sp 12 65 48 125 3 51.44 25.00 38.22
Cleome rutidospermae 0 6 17 23 2 9.47 16.67 13.07
Boreria latifolia 39 0 6 45 2 18.52 16.67 17.59
J3G5
Euphorbia prunifolia 26 0 15 41 2 16.87 16.67 16.77
Lantana camara 1 0 7 8 2 3.29 16.67 9.98
Echinochloa colonum 0 0 1 1 1 0.41 8.33 4.37
Total 243 12 100 100 100
72

Lampiran 28. Data Pengamatan Gulma Dalam Barisan (Setelah Perlakuan)


Blok
Perlakuan Jenis Gulma KM FM KR (%) FR (%) SDR (%)
1 2 3
Boreria latifolia 1 3 9 13 3 41.94 37.50 39.72
J1G3 Ipomoea triloba 5 7 1 13 3 41.94 37.50 39.72
Echinochloa colonum 3 2 0 5 2 16.13 25.00 20.56
Total 31 8 100 100 100
Boreria laevis 6 2 5 13 3 41.94 42.86 42.40
Erechtites sanchifolia 3 0 0 3 1 9.68 14.29 11.98
J1G4
Cyperus sp 4 6 0 10 2 32.26 28.57 30.41
Echinochloa colonum 5 0 0 5 1 16.13 14.29 15.21
Total 31 7 100 100 100
Setaria plicata 2 0 0 2 1 7.14 10.00 8.57
Ipomoea triloba 4 6 2 12 3 42.86 30.00 36.43
J1G5
Boreria latifolia 6 3 1 10 3 35.71 30.00 32.86
Euphorbia prunifolia 1 1 2 4 3 14.29 30.00 22.14
Total 28 10 100 100 100
Echinochloa colonum 25 4 2 31 3 55.36 37.50 46.43
Axonopus compressus 3 0 0 3 1 5.36 12.50 8.93
J2G3
Centotheca lappacaea 1 0 0 1 1 1.79 12.50 7.14
Boreria laevis 5 7 9 21 3 37.50 37.50 37.50
Total 56 8 100 100 100
Boreria laevis 9 6 4 19 3 50.00 37.50 43.75
J2G4 Euphorbia prunifolia 3 7 3 13 3 34.21 37.50 35.86
Echinochloa colonum 3 3 0 6 2 15.79 25.00 20.39
Total 38 8 100 100 100
Boreria laevis 7 5 11 23 3 62.16 33.33 47.75
Echinochloa colonum 3 2 0 5 2 13.51 22.22 17.87
J2G5
Boreria latifolia 1 3 2 6 3 16.22 33.33 24.77
Setaria plicata 3 0 0 3 1 8.11 11.11 9.61
Total 37 9 100 100 100
Boreria latifolia 19 8 7 34 2 56.67 28.57 42.62
J3G3 Echinochloa colonum 5 7 0 12 2 20.00 28.57 24.29
Ipomoea triloba 1 4 9 14 3 23.33 42.86 33.10
Total 60 7 100 100 100
Ipomoea triloba 6 4 7 17 3 51.52 30.00 40.76
Euphorbia prunifolia 2 0 3 5 2 15.15 20.00 17.58
J3G4 Boreria latifolia 1 0 2 3 2 9.09 20.00 14.55
Asysatasia intrusa 4 3 0 7 2 21.21 20.00 20.61
Mimosa invisa 0 1 0 1 1 3.03 10.00 6.52
Total 33 10 100 100 100
Ipomoea triloba 6 4 4 14 3 34.15 25.00 29.57
Euphorbia prunifolia 2 4 2 8 3 19.51 25.00 22.26
J3G5 Boreria latifolia 3 6 3 12 3 29.27 25.00 27.13
Asysatasia intrusa 3 2 0 5 2 12.20 16.67 14.43
Mimosa invisa 0 2 0 2 1 4.88 8.33 6.61
Total 41 12 100 100 100
73

Lampiran 29. Data Suksesi Gulma Dalam Barisan Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Sebelum Sesudah
Perlakuan Jenis Gulma C (%)
KM KM
Ipomoea triloba 4 13 5.26
Euphorbia prunifolia 41 0
Cleome rutidospermae 27 0
J1G3
Boreria latifolia 0 13
Echinochloa colonum 0 5
Cyperus sp 49 0
Total 121 31
Cyperus sp 37 10 18.24
Echinochloa colonum 51 5
Lantana camara 10 0
Cleome rutidospermae 16 0
Ipomoea triloba 5 0
J1G4
Euphorbia prunifolia 53 0
asam-asaman 1 0
Boreria latifolia 75 0
Erechtites sanchifolia 0 3
Boreria laevis 28 13
Total 276 31
Lantana camara 23 0 17.67
Cleome rutidospermae 18 0
Euphorbia prunifolia 21 4
J1G5 Ipomoea triloba 5 12
Boreria latifolia 69 10
Echinochloa colonum 38 0
Axonopus compressus 1 0
Total 187 28
Cyperus sp 91 0 0
Echinochloa colonum 0 31
Euphorbia prunifolia 37 0
J2G3 Axonopus compressus 0 3
Centotheca lappacaea 0 1
Boreria laevis 0 21
Cleome rutidospermae 13 0
Total 141 56
Euphorbia prunifolia 26 13 14.23
Cleome rutidospermae 11 0
Ipomoea triloba 5 0
Lantana camara 10 0
J2G4 Boreria latifolia 88 0
Echinochloa colonum 48 6
Boreria laevis 0 19
Cyperus sp 34 0
Asam-asaman 1 0
Total 229 38
Euphorbia prunifolia 40 0 9.21
Boreria latifolia 12 6
Echinochloa colonum 24 5
Axonopus compressus 6 0
Ageratum conyzoides 4 0
Cleome rutidospermae 12 0
J2G5
Ipomoea triloba 21 0
Cyperus sp 67 0
Boreria laevis 0 23
Lantana camara 15 0
Setaria plicata 0 3
Asam-asaman 1 0
Total 202 37
Boreria latifolia 0 34 0
Echinochloa colonum 0 12
Ipomoea triloba 0 14
J3G3
Euphorbia prunifolia 11 0
Cleome rutidospermae 12 0
Cyperus sp 139 0
Total 162 60
Euphorbia prunifolia 70 5 11.35
Boreria latifolia 12 3
Cyperus sp 34 0
Phillanthus niruri 3 0
Cleome rutidospermae 15 0
J3G4
Lantana camara 17 0
Ipomoea triloba 5 17
Asam-asaman 1 0
Echinochloa colonum 31 0
Clidemia hirta 8 0
Total 196 33
Cyperus sp 125 0 14.08
Cleome rutidospermae 23 0
Boreria latifolia 45 12
J3G5 Euphorbia prunifolia 41 8
Ipomoea triloba 0 14
Lantana camara 8 0
Asysatasia intrusa 0 5
Total 243 41
74

Lampiran 30. Data Pengamatan Gulma Antar Barisan (Sebelum Perlakuan)


Blok
Perlakuan Jenis Gulma KM FM KR (%) FR (%) SDR (%)
1 2 3
Ipomoea triloba 5 2 0 7 2 4.96 15.38 10.17
Cyperus sp 2 5 15 22 3 15.60 23.08 19.34
Cleome rutidospermae 5 5 0 10 2 7.09 15.38 11.24
J1G3 Ageratum conyzoides 2 0 0 2 1 1.42 7.69 4.56
Asystasia intrusa 1 0 0 1 1 0.71 7.69 4.20
Axonopus compressus 2 0 0 2 1 1.42 7.69 4.56
Euphorbia prunifolia 13 27 57 97 3 68.79 23.08 45.94
Total 141 13 100 100 100
Lantana camara 18 3 1 22 3 8.06 15.00 11.53
Ipomoea triloba 2 2 0 4 2 1.47 10.00 5.73
Cleome rutidospermae 17 14 9 40 3 14.65 15.00 14.83
Cyperus sp 13 2 3 18 3 6.59 15.00 10.80
J1G4
Euphorbia prunifolia 53 15 25 93 3 34.07 15.00 24.53
Boreria latifolia 2 51 27 80 3 29.30 15.00 22.15
Echinochloa colonum 1 14 0 15 2 5.49 10.00 7.75
Asam-asaman 1 0 0 1 1 0.37 5.00 2.68
Total 273 20 100 100 100
Boreria latifolia 38 47 12 97 3 56.73 30.00 43.36
Ipomoea triloba 0 4 2 6 2 3.51 20.00 11.75
J1G5
Cleome rutidospermae 8 4 0 12 2 7.02 20.00 13.51
Euphorbia prunifolia 24 1 31 56 3 32.75 30.00 31.37
Total 171 10 100 100 100
Cyperus sp 120 15 83 218 3 71.94719 30.00 50.97
Setaria plicata 0 6 0 6 1 1.98 10.00 5.99
Euphorbia prunifolia 38 25 0 63 2 20.79 20.00 20.40
J2G3
Cleome rutidospermae 0 7 1 8 2 2.64 20.00 11.32
Ipomoea triloba 7 0 0 7 1 2.31 10.00 6.16
Ageratum conyzoides 0 0 1 1 1 0.33 10.00 5.17
Total 303 10 5.280528 40 100.00
Ipomoea triloba 1 2 4 7 3 3.87 15.79 9.83
Boreria latifolia 17 29 8 54 3 29.83 15.79 22.81
Cleome rutidospermae 6 12 3 21 3 11.60 15.79 13.70
Echinochloa colonum 0 13 0 13 1 7.18 5.26 6.22
J2G4
Euphorbia prunifolia 15 3 7 25 3 13.81 15.79 14.80
Lantana camara 0 7 2 9 2 4.97 10.53 7.75
Asam-asaman 0 1 1 2 2 1.10 10.53 5.82
Cyperus sp 33 0 17 50 2 27.62 10.53 19.08
Total 181 19 100 100 100
Ipomoea triloba 2 4 4 10 3 4.88 15.79 10.33
Cyperus sp 48 1 42 91 3 44.39 15.79 30.09
Euphorbia prunifolia 27 5 21 53 3 25.85 15.79 20.82
Cleome rutidospermae 0 7 7 14 2 6.83 10.53 8.68
J2G5
Boreria latifolia 0 18 4 22 2 10.73 10.53 10.63
Echinochloa colonum 0 5 2 7 2 3.41 10.53 6.97
Lantana camara 0 2 2 4 2 1.95 10.53 6.24
Phillanthus niruri 3 1 0 4 2 1.95 10.53 6.24
Total 205 19 100 100 100
Cyperus sp 15 50 34 99 3 57.56 30.00 43.78
Cleome rutidospermae 0 0 30 30 1 17.44 10.00 13.72
J3G3 Echinochloa colonum 7 1 2 10 3 5.81 30.00 17.91
Ipomoea triloba 0 0 6 6 1 3.49 10.00 6.74
Euphorbia prunifolia 20 7 0 27 2 15.70 20.00 17.85
Total 172 10 100 100 100
Ipomoea triloba 3 5 8 16 3 6.23 13.04 9.63
Cyperus sp 48 9 1 58 3 22.57 13.04 17.81
Cleome rutidospermae 7 15 10 32 3 12.45 13.04 12.75
Clidemia hirta 0 0 5 5 1 1.95 4.35 3.15
J3G4 Boreria latifolia 29 1 33 63 3 24.51 13.04 18.78
Echinochloa colonum 3 7 13 23 3 8.95 13.04 11.00
Lantana camara 0 13 9 22 2 8.56 8.70 8.63
Euphorbia prunifolia 13 8 15 36 3 14.01 13.04 13.53
Phillanthus niruri 0 2 0 2 2 0.78 8.70 4.74
Total 257 23 100 100 100
Ipomoea triloba 3 9 2 14 3 6.11 15.00 10.56
Euphorbia prunifolia 36 6 26 68 3 29.69 15.00 22.35
Lantana camara 0 1 10 11 2 4.80 10.00 7.40
Boreria latifolia 4 7 5 16 3 6.99 15.00 10.99
J3G5
Cleome rutidospermae 0 2 16 18 2 7.86 10.00 8.93
Cyperus sp 21 0 26 47 2 20.52 10.00 15.26
Echiochloa colonum 9 16 26 51 3 22.27 15.00 18.64
Asam-asaman 0 1 3 4 2 1.75 10.00 5.87
Total 229 20 100 100 100
75

Lampiran 31. Data Pengamatan Gulma Antar Barisan (Setelah Perlakuan)


Blok
Perlakuan Jenis Gulma KM FM KR (%) FR (%) SDR (%)
1 2 3
Asystasia intrusa 6 4 7 17 3 36.96 30.00 33.48
Boreria latifolia 3 7 2 12 3 26.09 30.00 28.04
J1G3
Ipomoea triloba 3 5 8 16 3 34.78 30.00 32.39
Ageratum conyzoides 1 0 0 1 1 2.17 10.00 6.09
Total 46 10 100 100 100
Ipomoea triloba 6 7 4 17 3 33.33 21.43 27.38
Asystasia intrusa 2 4 4 10 3 19.61 21.43 20.52
J1G4 Echinochloa colonum 2 1 0 3 2 5.88 14.29 10.08
Boreria latifolia 1 4 2 7 3 13.73 21.43 17.58
Euphorbia prunifolia 5 3 6 14 3 27.45 21.43 24.44
Total 51 14 100 100 100
Boreria latifolia 17 25 3 45 3 55.56 30.00 42.78
Ipomoea triloba 1 0 9 10 2 12.35 20.00 16.17
J1G5
Echinochloa colonum 10 0 5 15 2 18.52 20.00 19.26
Boreria laevis 6 2 3 11 3 13.58 30.00 21.79
Total 81 10 100 100 100
Echinochloa colonum 29 12 0 41 2 46.59091 22.22 34.41
Erechtites sanchifolia 3 0 0 3 1 3.41 11.11 7.26
J2G3
Boreria latifolia 4 8 19 31 3 35.23 33.33 34.28
Euphorbia prunifolia 1 7 5 13 3 14.77 33.33 24.05
Total 88 9 100 100 100
Boreria laevis 8 32 0 40 2 60.61 40.00 50.30
J2G4 Asystasia intrusa 0 0 9 9 1 13.64 20.00 16.82
Echinochloa colonum 6 11 0 17 2 25.76 40.00 32.88
Total 66 5 100 100 100
Boreria laevis 12 5 7 24 3 40.68 33.33 37.01
Sida rombifolia 1 0 0 1 1 1.69 11.11 6.40
J2G5 Cyperus sp 1 8 0 9 2 15.25 22.22 18.74
Ipomoea triloba 0 0 7 7 1 11.86 11.11 11.49
Echinochloa colonum 4 14 0 18 2 30.51 22.22 26.37
Total 59 9 100 100 100
Ipomoea triloba 2 2 4 8 3 18.18 27.27 22.73
Erechtites sachifolia 3 0 0 3 1 6.82 9.09 7.95
J3G3 Echinochloa colonum 2 5 0 7 2 15.91 18.18 17.05
Euphorbia prunifolia 2 0 7 9 2 20.45 18.18 19.32
Boreria latifolia 8 3 6 17 3 38.64 27.27 32.95
Total 44 11 100 100 100
Ipomoea triloba 6 4 6 16 3 36.36 27.27 31.82
Euphorbia prunifolia 3 0 1 4 2 9.09 18.18 13.64
J3G4
Boreria latifolia 8 5 5 18 3 40.91 27.27 34.09
Asysatasia intrusa 3 2 1 6 3 13.64 27.27 20.45
Total 44 11 100 100 100
Ipomoea triloba 6 9 4 19 3 34.55 27.27 30.91
Euphorbia prunifolia 6 4 0 10 2 18.18 18.18 18.18
J3G5
Boreria latifolia 7 5 4 16 3 29.09 27.27 28.18
Asysatasia intrusa 3 5 2 10 3 18.18 27.27 22.73
Total 55 11 100 100 100
76

Lampiran 32. Data Suksesi Gulma Antar Barisan Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Sebelum Sesudah
Perlakuan Jenis Gulma C (%)
KM KM
Ipomoea triloba 7 16 9.63
Cyperus sp 22 0
Cleome rutidospermae 10 0
Ageratum conyzoides 2 1
J1G3
Asystasia intrusa 1 17
Axonopus compressus 2 0
Boreria latifolia 0 12
Euphorbia prunifolia 97 0
Total 141 46
Lantana camara 22 0 17.28
Ipomoea triloba 4 17
Cleome rutidospermae 40 0
Cyperus sp 18 0
J1G4 Euphorbia prunifolia 93 14
Boreria latifolia 80 7
Echinochloa colonum 15 3
Asam-asaman 1 0
Asystasia intrusa 0 10
Total 273 51
Boreria latifolia 97 45 40.48
Ipomoea triloba 6 10
Cleome rutidospermae 12 0
J1G5
Euphorbia prunifolia 56 0
Echinochloa colonum 0 15
Boreria laevis 0 11
Total 171 81
Cyperus sp 218 0 6.65
Setaria plicata 6 0
Euphorbia prunifolia 63 13
Cleome rutidospermae 8 0
J2G3 Ipomoea triloba 7 0
Erechtites sachifolia 0 3
Ageratum conyzoides 1 0
Boreria latifolia 0 31
Echinochloa colonum 0 41
Total 303 88
Ipomoea triloba 7 0 10.53
Boreria latifolia 54 0
Cleome rutidospermae 21 0
Echinochloa colonum 13 17
Euphorbia prunifolia 25 0
J2G4
Lantana camara 9 0
Asam-asaman 2 0
Cyperus sp 50 0
Boreria laevis 0 40
Asystasia intrusa 0 9
Total 181 66
Ipomoea triloba 10 7 17.42
Cyperus sp 91 9
Euphorbia prunifolia 53 0
Cleome rutidospermae 14 0
Boreria latifolia 22 0
J2G5
Echinochloa colonum 7 18
Lantana camara 4 0
Phillanthus niruri 4 0
Boreria laevis 0 24
Sida rombifolia 0 1
Total 205 59
Cyperus sp 99 0 20.37
Cleome rutidospermae 30 0
Echinochloa colonum 10 7
J3G3 Ipomoea triloba 6 8
Euphorbia prunifolia 27 9
Boreria latifolia 0 17
Erechtites sachifolia 0 3
Total 172 44
J3G4 Ipomoea triloba 16 16 29.24
Cyperus sp 58 0
Cleome rutidospermae 32 0
Clidemia hirta 5 0
Boreria latifolia 63 18
Echinochloa colonum 23 0
Lantana camara 22 0
Euphorbia prunifolia 36 4
Phillanthus niruri 2 0
Asystasia intrusa 0 6
Total 257 44
J3G5 Ipomoea triloba 14 19 28.17
Euphorbia prunifolia 68 10
Lantana camara 11 0
Boreria latifolia 16 16
Cleome rutidospermae 18 0
Cyperus sp 47 0
Echiochloa colonum 51 0
Asam-asaman 4 0
Asystasia intrusa 0 10
Total 229 55
77

Lampiran 33. Data Pengamatan Bobot Kering Gulma Dalam Barisan Setelah Perlakuan (g)
Blok
Perlakuan Jenis Gulma Rataan Total
1 2 3
Euphorbia prunifolia 10.11 8.07 0.00 18.18 6.06
J1G1 Asystasia intrusa 50.37 153.36 177.25 380.98 126.99
Boreria laevis 7.56 0.00 0.00 7.56 2.52
Total 406.72 135.57
Boreria Latifolia 6.73 6.94 9.23 22.90 7.63
J1G2
Ageratum conyzoides 3.45 2.37 0.00 5.82 1.94
Total 28.72 9.57
Boreria latifolia 3.98 13.75 34.56 52.29 17.43
J1G3 Ipomoea triloba 9.34 20.15 5.19 34.68 11.56
Echinochloa colonum 3.98 5.56 0.00 9.54 3.18
Total 96.51 32.17
Boreria laevis 19.46 3.83 19.34 42.63 14.21
Erechtites sanchifolia 7.85 0.00 0.00 7.85 2.62
J1G4
Cyperus sp 3.94 6.25 0.00 10.19 3.40
Echinochloa colonum 12.05 0.00 0.00 12.05 4.02
Total 72.72 24.24
Setaria plicata 11.01 0.00 0.00 11.01 3.67
Ipomoea triloba 10.21 17.34 6.20 33.75 11.25
J1G5
Boreria latifolia 13.00 9.23 8.25 30.48 10.16
Euphorbia prunifolia 4.41 3.56 3.33 11.30 3.77
Total 86.54 28.85
Echinochloa colonum 10.01 8.67 0.00 18.68 6.23
J2G1 Boreria latifolia 36.34 33.09 30.77 100.20 33.40
Sida rombifolia 0.00 5.57 0.00 5.57 1.86
Total 124.45 41.48
Boreria latifolia 4.14 5.30 3.58 13.02 4.34
J2G2
Cyperus sp 1.84 0.00 3.01 4.85 1.62
Total 17.87 5.96
Echinochloa colonum 12.83 2.59 1.59 17.01 5.67
Axonopus compressus 4.89 0.00 0.00 4.89 1.63
J2G3
Centotheca lappacaea 4.81 0.00 0.00 4.81 1.60
Boreria laevis 6.53 7.84 14.25 28.62 9.54
Total 55.33 18.44
Boreria laevis 25.44 23.74 17.36 66.54 22.18
J2G4 Euphorbia prunifolia 7.20 4.69 5.25 17.14 5.71
Echinochloa colonum 4.93 3.73 0.00 8.66 2.89
Total 92.34 30.78
Boreria laevis 15.78 17.58 24.36 57.72 19.24
Echinochloa colonum 5.21 1.71 0.00 6.92 2.31
J2G5
Boreria latifolia 7.96 13.34 12.38 33.68 11.23
Setaria plicata 8.66 0.00 0.00 8.66 2.89
Total 106.98 35.66
Ipomoea triloba 10.16 16.45 13.32 39.93 13.31
Sida rombifolia 9.22 0.00 0.00 9.22 3.07
Boreria laevis 16.61 15.38 24.33 56.32 18.77
J3G1
Euphorbia prunifolia 4.89 0.00 2.05 6.94 2.31
Eleusine indica 13.69 0.00 0.00 13.69 4.56
Echinochloa colonum 4.14 0.00 0.00 4.14 1.38
Total 130.24 43.41
Boreria latifolia 3.37 4.04 3.77 11.18 3.73
J3G2
Mimosa pudica 5.78 0.00 0.00 5.78 1.93
Total 16.96 5.65
Boreria latifolia 4.63 3.47 7.25 15.35 5.12
J3G3 Echinochloa colonum 4.40 5.32 0.00 9.72 3.24
Ipomoea triloba 4.65 3.75 3.76 12.16 4.05
Total 37.23 12.41
Ipomoea triloba 5.23 8.36 4.47 18.06 6.02
Euphorbia prunifolia 6.28 0.00 7.56 13.84 4.61
J3G4 Boreria latifolia 5.34 0.00 4.47 9.81 3.27
Asysatasia intrusa 10.56 4.23 0.00 14.79 4.93
Mimosa invisa 0.00 6.70 0.00 6.70 2.23
Total 63.20 21.07
Ipomoea triloba 4.26 5.32 2.58 12.16 4.05
Euphorbia prunifolia 4.50 1.89 3.08 9.47 3.16
J3G5 Boreria latifolia 4.56 2.69 3.56 10.81 3.60
Asysatasia intrusa 6.46 7.15 0.00 13.61 4.54
Mimosa invisa 0.00 5.64 0.00 5.64 1.88
Total 51.69 17.23
78

Lampiran 34. Data Pengamatan Bobot Kering Gulma Antar Barisan Setelah
Perlakuan (g)
Blok
Perlakuan Jenis Gulma KM FM
1.00 2.00 3.00
Asystasia intrusa 60.03 45.87 35.48 141.38 47.13
J1G1 Ipomoea triloba 22.43 36.94 49.72 109.09 36.36
Setaria plicata 10.81 0.00 0.00 10.81 3.60
Total 261.28 87.09
Asystasia intrusa 8.65 0.00 0.00 8.65 2.88
J1G2
Boreria latifolia 14.54 6.57 9.56 30.67 10.22
Total 39.32 13.11
Asystasia intrusa 9.15 6.30 15.73 31.18 10.39
Boreria latifolia 11.93 24.59 13.56 50.08 16.69
J1G3
Ipomoea triloba 6.23 11.49 24.20 41.92 13.97
Ageratum conyzoides 8.26 0.00 0.00 8.26 2.75
Total 131.44 43.81
Ipomoea triloba 8.56 16.34 5.78 30.68 10.23
Asystasia intrusa 9.98 16.45 20.93 47.36 15.79
J1G4 Echinochloa colonum 5.05 4.67 0.00 9.72 3.24
Boreria latifolia 6.10 14.54 5.87 26.51 8.84
Euphorbia prunifolia 7.15 6.71 4.37 18.23 6.08
Total 132.50 44.17
Boreria latifolia 33.52 56.98 4.76 95.26 31.75
Ipomoea triloba 5.45 0.00 25.34 30.79 10.26
J1G5
Echinochloa colonum 7.66 0.00 9.04 16.70 5.57
Boreria laevis 10.89 5.98 3.87 20.74 6.91
Total 163.49 54.50
Boreria latifolia 30.48 25.87 27.45 83.80 27.93
J2G1 Setaria plicata 20.96 0.00 2.78 23.74 7.91
Echinochloa colonum 8.14 8.56 24.43 41.13 13.71
Total 148.67 49.56
Asystasia intrusa 8.56 4.39 0.00 12.95 4.32
J2G2
Boreria latifolia 5.32 7.84 7.76 20.92 6.97
Total 33.87 11.29
Echinochloa colonum 22.18 14.47 0.00 36.65 12.22
Erechtites sanchifolia 5.78 0.00 0.00 5.78 1.93
J2G3
Boreria latifolia 9.45 14.53 18.54 42.52 14.17
Euphorbia prunifolia 5.86 6.42 9.43 21.71 7.24
Total 106.66 35.55
Boreria laevis 17.97 16.67 0.00 34.64 11.55
J2G4 Asystasia intrusa 0.00 0.00 32.45 32.45 10.82
Echinochloa colonum 14.81 14.34 0.00 29.15 9.72
Total 96.24 32.08
Boreria laevis 12.12 5.34 9.58 27.04 9.01
Sida rombifolia 6.34 0.00 0.00 6.34 2.11
J2G5 Cyperus sp 5.69 14.41 0.00 20.10 6.70
Ipomoea triloba 0.00 0.00 5.07 5.07 1.69
Echinochloa colonum 8.16 23.98 0.00 32.14 10.71
Total 90.69 30.23
Boreria latifolia 9.78 6.93 4.34 21.05 7.02
Echinochloa colonum 8.57 65.45 7.05 81.07 27.02
Euphorbia prunifolia 7.97 5.45 0.00 13.42 4.47
J3G1
Ipomoea triloba 7.27 4.65 9.49 21.41 7.14
Erechtites sanchifolia 9.64 0.00 0.00 9.64 3.21
Asystasia intrusa 10.39 8.36 14.34 33.09 11.03
Total 179.68 59.89
Asystasia intrusa 14.86 10.48 7.34 32.68 10.89
J3G2
Boreria latifolia 7.39 7.34 0.00 14.73 4.91
Total 47.41 15.80
Ipomoea triloba 8.73 6.49 3.32 18.54 6.18
Erechtites sachifolia 7.97 0.00 0.00 7.97 2.66
J3G3 Echinochloa colonum 6.88 9.58 0.00 16.46 5.49
Euphorbia prunifolia 6.49 0.00 25.34 31.83 10.61
Boreria latifolia 22.73 6.37 11.05 40.15 13.38
Total 114.95 38.32
Ipomoea triloba 5.95 6.78 3.86 16.59 5.53
Euphorbia prunifolia 7.43 0.00 3.96 11.39 3.80
J3G4
Boreria latifolia 12.04 13.75 10.20 35.99 12.00
Asysatasia intrusa 8.94 8.49 5.29 22.72 7.57
Total 86.69 28.90
Ipomoea triloba 9.54 5.43 7.93 22.90 7.63
Euphorbia prunifolia 14.52 5.49 0.00 20.01 6.67
J3G5
Boreria latifolia 12.54 7.02 5.87 25.43 8.48
Asysatasia intrusa 4.76 9.54 4.92 19.22 6.41
Total 87.56 29.19
79

Lampiran 35. Tabel Rangkuman Uji Beda Rataan Parameter Pertumbuhan dan Produksi Jagung Akibat Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma yang Berbeda

Parameter
Perlakuan 1 10
2 3 4 5 6 7 8 9
2 MST 4 MST 6 MST 8 MST
Jarak Tanam
J1 54.76 109.34 183.47 267.37 a 50.91 50.05 26.20 220.92 a 12.35 a 11.73 c 0.9633 49.12 35.70
J2 55.56 107.63 182.33 261.44 b 51.09 49.33 25.38 198.16 b 4.00 b 15.74 b 0.894 41.58 25.46
J3 54.93 107.64 182.53 260.67 b 49.16 49.73 25.33 214.08 a 5.26 b 17.94 a 0.8473 42.06 26.52
Peng. Gulma
G1 54.81 107.32 b 172.69 b 260.43 b 52.04 50.19 a 24.67 b 194.42 c 89.76 c 13.74 c 0.9167 - -
G2 55.38 110.83 a 186.37 a 264.77 a 46.69 49.64 bc 26.18 a 227.09 a 100.97 a 16.52 a 0.9322 - -
G3 55.34 108.71 ab 185.92 a 264.42 a 51.15 49.27 c 26.10 a 220.51 a 98.63 a 15.94 a 1.0678 - -
G4 54.51 107.20 b 184.66 a 263.23 ab 53.32 49.81 ab 25.55 a 208.90 b 94.75 b 14.92 b 0.7656 38.69 25.20
G5 55.37 106.97 b 184.23 a 262.94 ab 48.73 49.61 bc 25.68 a 204.35 b 93.22 b 14.57 b 0.8256 49.82 33.25
Interaksi (JxG)
J1G1 54.96 108.09 173.07 262.27 50.09 50.50 24.88 200.20 3.70 cx/EF 10.35 cx/G 0.86 - -
J1G2 55.04 112.25 186.63 269.80 49.51 49.83 27.07 235.80 18.52 ax/A 12.72 ax/EF 1.01 - -
J1G3 54.99 109.65 186.47 269.73 53.37 49.83 26.76 230.75 17.28 ax/A 12.38 abx/F 1.32 - -
J1G4 54.14 108.32 185.87 267.80 51.74 50.03 26.47 223.12 9.88 bx/c 11.87 abx/FG 0.80 49.03 38.63
J1G5 54.68 108.40 185.30 267.23 49.85 50.03 25.80 214.72 12.35 bx/B 11.31 bcx/FG 0.81 49.21 32.77
J2G1 54.43 106.88 172.00 259.43 54.93 50.33 24.51 190.65 0.74 by/G 15.04 by/D 1.01 - -
J1G2 55.85 109.98 186.43 262.37 48.95 49.17 25.74 220.27 6.67 ay/D 17.81 ay/AB 0.83 - -
J2G3 56.67 107.97 185.40 261.90 51.31 48.70 25.80 210.46 6.67 ay/D 16.89 ay/BC 0.97 - -
J2G4 55.25 106.98 184.03 261.60 52.70 49.43 25.09 187.00 2.22 by/FG 14.69 by/D 0.76 34.34 18.35
J2G5 55.57 106.35 183.77 261.90 47.55 49.03 25.78 182.43 3.70 aby/EF 14.27 by/DE 0.90 48.81 32.57
J3G1 55.05 107.00 173.00 259.60 51.09 49.73 24.62 192.42 0.64 cz/G 15.83 bz/CD 0.87 - -
J3G2 55.25 110.27 186.03 262.13 41.61 49.93 25.73 225.19 10.26 az/BC 19.03 az/A 0.95 - -
J3G3 54.37 108.50 185.90 261.63 48.77 49.27 25.75 220.31 5.77 bz/DE 18.55 az/A 0.91 - -
J3G4 54.13 106.29 184.07 260.30 55.53 49.97 25.09 216.58 3.85 bcz/EF 18.19 az/AB 0.73 32.68 18.62
J3G5 55.86 106.15 183.63 259.70 48.79 49.77 25.47 215.90 5.77 bz/DE 18.12 az/AB 0.77 51.44 34.41
Ket : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada uji BNT taraf 5%. Huruf diiukuti x,y, atau z dibandingkan pada main plot masing-masing. Huruf di dalam kurung dibandigkan secara
umum.
Keterangan :
1 = tinggi tanaman
2 = jumlah klorofil daun jagung
3 = umur berbunga
4 = bobot 100 biji
5 = persentase jumlah tanama bertongkol dua per plot
6 = produksi per tanaman
7 = produksi per hektar
8 = nilai indeks panen
9 = persentase kerusaka jagung
10= persentase pemulihan jagung
11= gulma dalam barisan
12= gulma antar barisan
13= bobot kering gulma dalam barisan
14= bobot kering gulma antar barisan
80

Lampiran 36. Deskripsi Jagung DK3

Asal : Jagung hibrida Monsanto TB 9001 adalah persilangan ganda tetua betia
(TB840134FF/TB840134MF) dan jantan TB840134FM/TB840134MM)
Galur-galur TB840134FM, TB840134MM, TB840134FF, TB840134MF
berasal dari populasi yang berbeda. Galur ini dikembangkan oleh
Departemen Penelitian Perbenihan Monsanto, Thailand.
Golongan : Persilangan ganda
Umur tanaman : - 50% keluar rambut ± 58 hari
- Masak fisiologi: ± 98 hari
Tinggi tanaman : 195 cm
Keragaman tanaman : Baik
Batang : Besar dan kokoh
Warna Batang : Hijau
Kerebahan : Tahan rebah
Warna Daun : Hijau
Warna malai : Ungu
Warna sekam (glume) : Hijau
Warna benangsari (Anther) : Merah muda
Warna tongkol : Putih
Perakaran : Baik
Tongkol : Besar
Tinggi tongkol : Sedang (103 cm)
Kelobot : Menutup tongkol dengan baik
Baris biji : Lurus dan rapat
Jumlah baris/tongkol : 14 - 16
Bentuk biji : Semi mutiara
Warna biji : Kuning oranye
Tip filling : Baik
Bobot 1000 butir : 300 gram
Rata-rata hasil : 9,25 ton/ha pipilan kering
Potensi hasil : 11,94 ton/ha pipilan kering
Adaptasi : Dataran rendah sampai dataran tinggi
Ketahanan penyakit : Tahan terhadap karat, toleran bulai
Keunggulan lain : Tahan terhadap kekeringan (stress air); tahan rebah sesuai untuk daerah
yang sering terjadi angin dengan kecepatan yang tinggi seperti di Langkat
(Sumut).
Pengusul : PT. Monagro Kimia (Monsanto Indonesia)
81

Lampiran 37. Analisis Tanah Lahan Penelitian

PT. TORGANDA RESEARCH CENTER


Jl. Raya Medan-Lubuk Pakam Km 24,5
Tanjung Morawa 20362
Telp. (061)7945861 Fax.(061)7945869

Anaisis tanah :

Nitrogen : 0,21%
K (total) : 1278 ppm
P tersedia : 65 ppm
C/N :6
C Organik : 1,34 %
pH : 5.61
Tekstur :pasir (29.6%), liat (36.4%) dan debu (34%)
82

Lampiran 38. Data cuaca di Namo Rambe dan sekitarnya (BMG)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA


Nomor : 24 tahun 2008
Tanggal : 10 Maret 2008

PELAYANAN JASA INFORMASI DATA KLIMATOLOGI BULANAN


DAERAH NAMO RAMBE DAN SEKITARNYA
TAHUN 2008

Unsur Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop
RR 163.4 134.5 188.2 214.5 224.0 118.5 153.7 179.0 538.2 275.0 141.7
T 26.1 25.8 25.5 26.3 26.5 26.2 26.1 26.1 25.7 26.0 25.8
RH 88 86 88 86 86 88 88 88 90 90 87
SS 54.8 43.3 40.7 45.9 58.1 30.5 51.0 55.1 46.4 47.3 40.3

Keterangan:
1. RR : Curah hujan dalam milimeter (mm)
2. T : Suhu udara dalam derajat celcius (0C)
3. RH : Kelembaban udara dalam persen (%)
4. SS : Penyinaran matahari dalam persen (%)
83

Lampiran 39. Bagan Plot Penelitian

Blok 1 Blok 2 Blok 3


275 cm 70 cm 100 cm

J2G4 J1G2 J3G1 J1G5 J2G5 J3G5 J3G1 J2G4 J1G2

U
J2G5 J1G3 J3G2 275 cm J1G1 J2G4 J3G1 J3G5 J2G5 J1G4

J3G4
J2G2 J1G5 J3G3 J1G3 J2G2 J3G3 J2G2 J1G3 S
50 cm

J2G1 J1G1 J3G4 J1G2 J2G3 J3G3 J3G2 J2G1 J1G5

J2G3 J1G4 J3G5 J1G4 J2G1 J3G2 J3G4 J2G2 J1G1


84

Lampiran 40. Bagan Sistem Jarak Tanam Dalam Plot

60 cm
25 cm 60 cm 60 cm
25 cm
X X X X X X X X X X X X X X X X
25 cm
25 cm 25 cm
X X X
X X X X X X X X X X X X X X X X
X X X
X X X X X X X X X X X X X X X X
X X X
X X X X X X X X X X X X X X X X
X X X
X X X X X X X X X X X X X X X X
X X X
X X X X X X X X X X X X X X X X
X X X
X X X X X X X X X X X X X X X X
X X X
X X X X X X X X X X X X X X X X
X X X
X X X X X X X X X X X X X X X X
X X X
X X X X X X X X X X X X X X X X
X X X
X X X X X X X X X X X X X X X X

Sistem satu baris (J1) Sistem dua baris (J2) Sistem baris segitiga (J3)

X = Tanaman sampel. Pengambilan tanaman sampel dilakukan secara acak tanpa


mengikutsertakan tanaman pada barisan terluar plot
85

Lampiran 41. Jadwal Kegiatan Mingguan

Minggu ke-
Jenis Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Persiapan Lahan X
Penanaman X
Penjarangan X
Aplikasi Pupuk
-N X X X
-P X
-K X
Penyiraman Disesuaikan Dengan Kondisi di Lapangan
Peng Gulma X X
Peng H dan P Disesuaikan Dengan Kondisi di Lapangan
Panen X
Pengeringan dan
Pemipilan X
Pengamatan
Parameter
Tinggi Tanaman X X X X
Jumlah Klorofil X
Umur Berbunga X
Bobot 100 Biji X
Produksi per tanaman X
Persentase jumlah
tanaman bertogkol
dua per plot X
Produksi per hektar X
Nilai Indeks Panen X
Persentase kerusakan
tanaman jagung X X
Persentase pemulihan
tanaman jagung X X
Gulma yang Tumbuh
Dalam Barisan X X
Gulma yang Tumbuh
Antar Barisan X X
Bobot Kering Gulma
Dalam Barisan X
Bobot Kering Antar
Gulma X
86

Lampiran 42. Model Sidik Ragam

Sidik ragam
F.0
Sumber db JK KT Fh 5
Blok r – 1= 2 JK B JK B / 2 KT B / KT E(a)
Pola Tanam
(J) J – 1= 2 JK J JK J / 2 KT J/ KT E(a)
Error (a) (r-1)(J-1)= 4 JK E(a) JK E(a) / 4 -
Pengendalia
n
Gulma (G) G – 1= 4 JK G JK G / 4 KT G / KT E(b)
Interaksi GxJ (J – 1) (G – 1) = 8 JK J x G JK J x G / 8 KT J x G / KT E(b)
Error (b) J(G – 1) (r – 1)= 24 JK E(b) - -
Total JGr – 1= 44 JK T

Bila : Fh > F.05 Nyata (*)


Fh < F.05 Tidak nyata (tn)
87

Lampiran 43. Foto Hasil Tongkol Tanaman Jagung Per Plot

J1G1 JIG2

J1G3 JIG4

J1G5 J2G1

J2G2 J2G3
88

J2G4 J2G5

J3G1 J3G2

J3G3 J3G4

J3G5
89

Lampiran 44. Foto Biji Pipilan Kering


90
91

Lampiran 45. Foto Brangkasan Kering Tanaman Jagung Beserta Tongkol


92

Lampiran 46. Foto Tanaman Yang Rusak Akibat Perlakuan Herbisida


93

Lampiran 47. Foto Plot Penelitian

Plot J1G2

Plot J2G4
94

Plot J3G1

Anda mungkin juga menyukai