Anda di halaman 1dari 11

BAB II

MEMACU PERTUMBUHAN STEK PUCUK BATANG KOPI DAN TEH


DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT)

A. Pelaksanaan Praktikum
Hari : Rabu
Tanggal : 13 Februari 2019
Tempat : Kebun Percobaan Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta

B. Tujuan Acara
1. Praktek perbnanyakan tanmana kopi dan teh cara vegetatif dengan stek.
2. Mengetahui pengaruh ZPT terhadap pertumbuhan stek baying kopi dan teh.

C. Tinjauan Pustaka
Kopi merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang
mempunyai kontribusi cukup nyata dalam perekonomian Indonesia, yaitu
sebagai penghasil devisa, sumber pendapatan petani, penghasil bahan baku
industri, penciptaan lapangan kerja dan pengembangan wilayah. Pada tahun
2005 Indonesia mengekspor kopi robusta 17,25% dari ekspor kopi robusta
dunia. Kebutuhan pasar dunia setiap tahunnya semakin meningkat sehingga
untuk memenuhi kebutuhan pasar tersebut maka dibutuhkan suatu tindakan
budidaya untuk meningkatkan produktivitas tanaman kopi.
Kopi diperkenalkan di Indonesia lewat Sri Lanka. Pada awalnya pemerintah
Belanda menanam kopi di daerah sekitar Batavia (Jakarta), Sukabumi dan
Bogor. Kopi juga ditanam di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatra
dan Sulawesi. Pada permulaan abad ke-20, perkebunan kopi di Indonesia
terserang hama, yang hampir memusnahkan seluruh tanaman kopi. Pada saat
itu kopi juga ditanam di Timor dan Flores. Kedua pulau ini pada saat itu berada
di bawah pemerintahan bangsa Portugis. Jenis kopi yang ditanam di sana juga
adalah kopi Arabika. Kopi ini tidak terserang hama. Pemerintah Belanda
kemudian menanam kopi Liberika untuk menanggulangi hama tersebut.

15
16

Varietas ini tidak begitu lama populer dan juga terserang hama. Kopi Liberika
masih dapat ditemui di pulau Jawa, walau jarang ditanam sebagai bahan
produksi komersial. Biji kopi Liberika sedikit lebih besar dari biji kopi Arabika
dan kopi Robusta (Dirjen Perkebunan. 2006).
Ada dua spesies dari tanaman kopi yang umum di budidayakan yaitu:
arabika dan robusta. Arabika adalah kopi tradisional dan dianggap paling enak
rasanya. Robusta memiliki kafein yang lebih tinggi dan dapat dikembangkan
dalam lingkungan di mana Arabika tidak akan tumbuh (Wahyudin, 2009). Kopi
organik merupakan produk pertanian yang ramah lingkungan. Di bandingkan
dengan menggunakan pupuk kimia (anorganik) maka penggunaan pupuk
organik ini akan menghemat biaya pemeliharaan kebun sampai 30%.
Taksonomi tanaman kopi sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Gentianales
Suku : Rubiaceae
Marga : Coffea
Spesies : Coffea sp (Arif, 2011)
Persyaratan iklim kopi robusta diantaranya garis lintang 20º LS sampai 20º
LU, tinggi tempat 300 s/d 1.500 m dpl, curah hujan 1.500 s/d 2.500 mm/th,
bulan kering (yang dibutuhkan curah hujan < 60 mm/bulan) 1-3 bulan, suhu
udara rata-rata 21-24º C.
Teh di Indonesia. Perkebunan sebagai salah satu sub sektor pertanian,
memiliki peran yang cukup penting dalam pembangunan pertanian Indonesia.
Perkebunan teh merupakan salah satu bentuk perkebunan yang sudah lama
dibudidayakan di Indonesia. Teh adalah bahan minuman penyegar yang sudah
lama dikenal dan sudah membudaya dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Beberapa kandungan senyawa kimia dalam teh dapat memberi kesan warna,
rasa dan aroma yang memuaskan peminumnya. Sehingga sampai saat ini, teh
adalah salah satu minuman penyegar yang banyak diminati. Selain sebagai
17

bahan minuman, teh juga banyak dimanfaatkan untuk obat-obatan dan


kosmetika (Diah, 2015).
Tanaman teh berpotensi sebagai antibakteria karena mengandung bioaktif
di antaranya adalah tanin. Tanaman teh sudah lama dikenal oleh penduduk
dunia sebagai bahan minuman maupun sebagai obat herbal yang mudah
diperoleh masyarakat. Salah satu bioaktif yang terkandung pada pucuk teh hijau
adalah tanin. Selain tanaman teh, masyarakat juga mengenal tanaman anting-
anting (Acalypha indica L) yang memiliki nama lokal lelatang atau rumput
kokosengan sebagai obat-obatan terutama sebagai sebagai antibakteri. Tanaman
teh tergolong ke dalam family Solanaceae dan secara lengkap diklasifikasikan
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotiledonae
Ordo : Parietales
Family : Theaceae
Genus : Camellia
Spesies : Camellia sinensis (Fulder, 2004)
Di Indonesia tanaman teh ditanam sebagai tanaman perkebunan pada
ketinggian 700 – 2.000 m dpl. Di negara tropis seperti Indonesia, teh diperoleh
sepanjang tahun dengan gilir petik 6 - 12 hari. Tanaman teh bila dibiarkan
tumbuh dapat mencapai 15 m, tetapi di perkebunan tingginya dipertahankan
sekitar 70 – 150 cm. Iklim yang sesuai untuk tanaman teh adalah curah hujan
minimum 2000 mm dan merata sepanjang tahun dengan suhu 11°C – 25°C
disamping tingkat kesuburan tanah yang baik.
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman teh yaitu
faktor internal tanaman meliputi sifat-sifat unggul, umur, dan klon tanaman
yang dibudidayakan. Faktor eksternal (lingkungan) yaitu kondisi iklim yang
meliputi suhu, curah hujan, kecepatan angin, dan kelembaban serta kondisi
tanah seperti jenis tanah, pH, dan mikroorganisme tanah. Agar interaksi kedua
18

faktor tersebut mendukung proses pencapaian target produksi, maka dilakukan


pengelolaan dalam bentuk tindakan budidaya yang berorientasi dan disesuaikan
dengan proses-proses yang terjadi di dalam tubuh tanaman (Fulder, 2004).
Teknik perbanyakan vegetatif dengan stek adalah metode perbanyakan
tanaman dengan menggunakan bagian tanaman yang dipisahkan dari induknya
di mana jika ditanam pada kondisi yang menguntungkan untuk beregenerasi
akan berkembang menjadi tanaman yang sempurna. Menurut Rayan (2009)
berdasarkan hasil uji-t terhadap persentase stek menjadi anakan, perlakuan
bahan stek menunjukkan bahwa bahan stek pucuk lebih baik dibandingkan
dengan bahan stek batang dan memberikan pengaruh yang nyata. Hal ini
disebabkan karena bahan stek pucuk lebih juvenil atau lebih muda
dibandingkan dengan bahan stek batang, dan juga bahan stek batang sebagian
pori-porinya kemungkinan mengandung zat lilin yang menghambat tumbuhnya
akar dalam pengakaran stek sehingga menghasilkan persentase stek menjadi
anakan lebih kecil.
Zat perangsang pertumbuhan yang banyak diperdagangkan saat ini
memiliki fungsi hampir sama dengan fitohormon, salah satunya adalah Atonik.
Zat pengatur tumbuh dapat mendorong pertumbuhan akar sehingga penyerapan
hara menjadi lebih efektif (Lestari, 2011). Atonik termasuk dalam kelompok
auksin yang mengandung bahan aktif natrium otrho-nitrofenol, natrium para-
nitrofenol, natrium 2-4 dinitrofenol, dan natrium 5 nitroguaiakol. Senyawa
tersebut sangat efektif dalam mengatur pertumbuhan akar, meningkatkan
keberhasilan perakaran stek, mempercepat perakaran, dan meningkatkan
kualitas akar adventif. Proses munculnya akar adventif terdiri dari tiga tahap
yaitu:
1. Terjadi diferensiasi sel yang diikuti dengan terbentuknya sel-sel
meristematis (inisiasi akar)
2. Diferensiasi sel-sel meristematis hingga terbentuknya primordia akar,
3. mulai munculnya akar-akar baru
(Ashari, 1995 dalam Dharma et al., 2011).
19

Selain dalam bentuk unsur-unsur di atas, pertumbuhan jamur tiram putih


juga memerlukan adanya vitamin yaitu dengan tersedianya vitamin B1.
Vitamin B1 ini sering dikenal sebagai thiamine. Thiamine merupakan unsur
vitamin yang belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Hal ini disebabkan
karena masyarakat sudah mengetahui manfaatnya tapi belum banyak
digunakan sebagai vitamin yang dapat menunjang pertumbuhan jamur tiram
putih dan hanya menggunakan bahan-bahan seperti air leri yang dalam hal ini
persentase dari vitamin B1 tersebut hanya sedikit. Vitamin B1 juga mudah
didapatkan karena terjual bebas di apotik-apotik sekitar lingkungan
masyarakat. Vitamin B1 ini diperlukan sebagai katalisator sekaligus berfungsi
sebagai co-enzim. Katalisator merupakan suatu zat yang mampu mempercepat
laju reaksi dan ikut bereaksi serta akan kembali ke posisi semula setelah reaksi
selesai, sedangkan co-enzim adalah senyawa-senyawa non-protein yang dapat
terdialisa, termostabil dan terikat secara “longgar” dengan bagian protein dari
enzim (apoenzim). Thiamine esensial bagi fungsi pertumbuhan. Karena
thiamine berfungsi sebagai katalisator maka kegiatan metabolisme pada tubuh
jamur akan berlangsung secara cepat sehingga hal ini mampu mempercepat
pertumbuhan jamur tiram putih (Munir et al, 2016).
Penggunaan tanah lapisan atas (top soil) masih menjadi pilihan utama
sebagai mediatanam dalam pembibitan tanaman kehutanan karena sangat subur
dan banyak mengandung bahan organik. Namun disisi lain, penggunaan top
soil dalam jumlah besar dapat berdampak negatif terhadap keseimbangan
lingkungan. ITTO (2006) menyatakan bahwa penggunaan top soil sebagai
media pertumbuhan bibit selayaknya sangat dibatasi agar dampak negatif
akibat pengambilan top soil secara besar-besaran dapat dihindarkan.
Pemanfaatan bahan organik seperti cocopeat dan arang sekam padi sangat
potensial digunakan sebagai komposit media tanamalternatif untuk
mengurangi penggunaan top soil. Salah satu kelebihan penggunaan bahan
organic sebagai media tanam adalah memiliki struktur yang dapat menjaga
keseimbangan aerasi. Bahan-bahan organik terutama yang bersifat limbah yang
ketersediaannya melimpahdan murah dapat dimanfaatkan untuk alternatif
20

media tumbuh yang sulit tergantikan. Bahanorganik mempunyai sifat remah


sehingga udara, air, dan akar mudah masuk dalam fraksi tanahdan dapat
mengikat air. Hal ini sangat penting bagi akar bibit tanaman karena media
tumbuh sangatberkaitan dengan pertumbuhan akar atau sifat di perakaran
tanaman (Putri 2008).
Penyungkupan merupakan salah satu cara untuk menjaga kelembaban
relative selama pembibitan atau perbanyakan. Untuk mengurangi tingkat
kegagalan perbanyakan dibutuhkan kondisi lingkungan dengan kelembaban
relatif yang tinggi (50-90%) selama 2-3 minggu pertama, hal ini dimaksudkan
untuk melindungi bahan biakan dari desikasi dan proteksi dari serangan
beberapa patogen. Selain itu juga dibutuhkan media tumbuh yang bersifat
porous dengan aerasi dan drainase yang baik untuk perkembangan akar yang
cepat. Penyungkupan dapat meningkatkan kelembaban relatif udara sehingga
mencapai keadaan yang ideal dan kondusif bagi bahan setek untuk tetap
tumbuh dan tidak cepat kering (Nurul, 2008).
Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri
atas bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, dan atau hewan yang telah
mengalami rekayasa berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memasok
bahan organik, memiliki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik
merupakan hasil akhir dan hasil antara dari perubahan atau peruraian bagian
dari sisa tanaman dan hewan. Pupuk organik berasal dari bahan organik yang
mengandung berbagai macam unsur, meskipun ditandai dengan adanya
nitrogen dalam bentuk persenyawaan organik, sehingga mudah diserap oleh
tanaman. Pupuk organik tidak meninggalkan sisa asam anorganik di dalam
tanah dan mempunyai kadar persenyawaan C-organik yang tinggi. Pupuk
organik kebanyakan tersedia di alam (terjadi secara alamiah), misalnya
kompos, pupuk kandang, pupuk hijau, dan guano (Sumekto, 2006).
Sungkup adalah pelindung yang dapat menghindari tanaman dari air hujan.
Salah satu pelindungnya bisa dengan membangun greenhouse. Namun karena
green house mahal, maka diperlukan alternatif lain yang dapat melindungi
tanaman secara ekonomis. Alternatifnya adalah membuat green house mini
21

berupa sungkup plastik. Dalam membuat sungkup plastik tersebut, bisa


menggunakan rangka bambu atau rangka besi. sungkup mampu menurunkan
suhu pada siang hari sehingga laju transpirasi lebih rendah, hal ini baik untuk
mendukung pertumbuhan awal setek saat masih belum memiliki akar untuk
menyerap air. Warna sungkup yang biasa digunakan petani adalah plastik tidak
berwarna. Perbedaan warna plastik yang digunakan akan berpengaruh pada
panjang gelombang yang diterima. Penggunaan sungkup plastik berwarna biru
memberikan pertumbuhan setek bibit lada belantung terendah sedangkan
sungkup plastik berwarna merah memberikan pertumbuhan terbaik.
(Sulistyaningsih, Kurniasih, dan Kurniasih, 2005).

D. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Pisau
b. Polybag
c. Sungkup plastik
2. Bahan
a. Ranting/cabang orthotrop (cabang vertikal) tanaman kopi
b. Stek pucuk tanaman teh
c. Pupuk kandang/kompos
d. Arang sekam
e. Zat Perngatur Tumbuh
f. Vitamin B

E. Cara Kerja
1. Menyiapkan stek dari ruas ke 3 atau 4 dari cabang reproduksi tanaman kopi dan
teh
2. Memotong stek dengan panjang secukupnya (stek 2 daun)
3. Merendam stek dalam larutan vitamin B dan mengolesi pangkal stek dengan
ZPT Atonik
22

4. Menyiapkan media tanam berupa campuran paris/tanah porus dan pupuk


kandang dengan perbandingan 1:1 atau kompos dn arang sekam (1:1)
5. Menanam stek kedalam polybag dan letakkan dalam kondisi ternaungi
6. Melakukan pemeliharaan meliputi penyiraman, penyiangan dan pengendalian
hama dan penyakit (setiap hari)

F. Hasil Pengamatan
Table 2.1 Stek Kopi
Parameter Perlakuan
Perlakuan
% Bertunas Jumlah Tunas
Kontrol 0 0
ZPT 0 0
Sumber: Praktikum Teknologi Budidaya Tanaman Industri dan Perkebunan
Tahun 2019

Table 2.2 Stek Teh


Parameter Perlakuan
Perlakuan
% Bertunas Jumlah Tunas
Kontrol 0 0
ZPT 0 0
Sumber: Praktikum Teknologi Budidaya Tanaman Industri dan Perkebunan
Tahun 2019

G. Pembahasan
Pembibitan tanaman kopi dilakukan menggunakan stek dengan cara
mengambil stek batang kopi dengan panjang 3 hingga 4 ruas dari cabang
reproduksi tanaman kopi. Kemudian, memotong pangkalnya dengan sudut 45°,
lalu direndam, ke dalam larutam vitamin B1 selama 3 menit sebagai perlakuan
kontrol dan rendam dalam larutan atonik selama 5 menit sebagai perlakuan
ZPT. Sedangkan, untuk pembibitan tanaman teh menggunakan stek dengan cara
mengambil stek spanjang 2 ruas dari cabang reprodukai tanaman teh.
Kemudian, memotong pangkalnya dengan sudut 45°, lalu direndam dalam
larutan vitamin B2 selama 3 menit sebagai perlakuan control dan direndam ke
dalam larutan atonik selama 5 menit sebagai perlakuan ZPT.
23

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, semua percobaan pada


stek tanaman teh dan kopi mengalami kegagalan. Dikarenakan beberapa faktor
seperti kondisi lingkungan yang kurang stabil karena terlalu panas, sedangkan
suhu yang baik untuk pertumbuhan akarnya yaitu 21-27oC yang dapat
merangsang pembentukan primoridia pada stek tanaman.
Stek tanaman kopi data yang di dapat yaitu 0% untuk preesentase tunas pada
semua perlakuan kontrol dan ZPT. Serta jumlah yang hidup yaitu 0 tanaman.
Hal tersebut disebabkan karena syarat tumbuh yang tidak sesuai untuk
pertumbuhan tanaman kopi. Lingkungan yang ada di rumah kaca tegolong
sangat panas dan kelembaban kurang sehingga stek kopi tidak bisa tumbuh
secara maksimal.
Stek tanaman teh sama seperti stek tanaman kopi yaitu 0% untuk presentase
tunas dan 0 tanaman untuk jumlah yang hidup. Dikarenakan tanaman teh
mebutuhkan kondisi lingkungan yang dapat tumbuh dengan ketinggian 700-
2000 m dpl dengan curah hujan minum 2000 mm/tahun dan suhu sekitar 11o –
25oC.
Jenis media tanam yang digunakan sebagai media perakaran dapat
mempengaruhi kemampuan stek untuk membentuk akar. Sehingga memiliki
fungsi untuk menahan bahan stek agar tetap berada dalam tempatnya,
menyediakan, dan menjaga kelembaban yang dibutuhkan oleh stek dan untuk
membiarkan penetrasi udara kedalam bagian dasar stek.
Kelembabannya rendah, maka stek akan mati karena air di dalam stek
sangat rendah, sehingga stek menjadi kering sebelum akarnya membentuk. Tapi
bila kelembaban terlalu tinggi maka dapat memacu perkembangan mikroba
penganggu yang dapat menyebabkan stek gagal tumbuh. Oleh karna itu stek
bagian batang yang terlalu muda memiliki presentase tumbuh yang sangat kecil.
Kegagalan stek tumbuh bisa juga pada faktor alat yang kurang tajam untuk
memotong batang sehingga membuat bagian tanaman memar. Hal tersebut
dapat menyebabkan pangkal stek membusuk dikarenakan bibit penyakit yang
masuk ke tanaman
24

H. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
1. Dalam melakukan penyetekan tanaman kopi dan teh dilakukan dengan cara
memotong bagian batang yang akan distek, kemudian direndam dalam ZPT
IBA dan Atonik.
2. Bahan tanam stek di tanamn ke dalam media tanam arang sekam dalam
polybag dan kemudian di sungkup. Pada praktikum ini tidak diketahui
perngaruh nyata terhadap penggunaan ZPT untuk stek kopi dan the karena
mengalami kegagalan.
25

DAFTAR PUSTAKA

Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. dalam Dharma, D. P., I M. Ardaka,


I G. Tirta. 2011. Pengaruh Jumlah Ruas dan Zat Pengatur Tumbuh Terhadap
Pertumbuhan Stek Pranajiwa (Euchresta horsfieldii (Lesch.)Benth. Jurnal
Penelitian Hutan Tanaman Vol. 8 No. 2, April 2011.

Dirjen Perkebunan. 2006. Arah Kebijakan Pengembangan Kopi di Indonesia.


Simposium Kopi. Surabaya.

Fulder. 2004. Khasiat Teh Hijau. Jakarta: Prestasi Pustaka. Hal. 43-44

Indarti, D. 2015. Outlook Teh. Sekretariat Jenderal Kementeriaan Pertanian Pusat


Data dan Sistem Informasi Pertanian.

International Tropical Timber Organization. 2006. Status of Tropical Forest


Management 2005. A Special Edition of the Tropical Forest Update 2006/1.
Yokohama, Japan

Lestari, Endang. G. 2011. Peranan Zat Pengatur Tumbuh dalam Perbanyakan


Tanaman melalui Kultur Jaringan. Jurnal AgroBiogen.

Muafidah, Nurul. 2008. Dalam skripsi berjudul RESPON PERTUMBUHAN STEK


SALAM (Eugenia polyantha (Wight.) Walp.) TERHADAP LAMA
PENYUNGKUPAN DAN PEMBERIAN AUKSIN.

Munir. Fitratul Aini dan Siti Jariah. 2016. PENGARUH KADAR THIAMINE
(VITAMIN B1) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH
(Pleurotus ostreatus)

Putri AI. 2008. Pengaruh media organik terhadap indeks mutu bibit cendana
(Santalum album). Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan 21 (1): 1-8.

Sulistyaningsih, E., Kurniasih B., dan Kurniasih E. 2005. Pertumbuhan dan Hasil
Caisin pada Berbagai Warna Sungkup Plastik. J. Ilmu Pertanian.12(1) : 65–76

Sumekto, Riyo. 2006. Pupuk Pupuk organic. PT Intan Sejati, Klaten.

Wahyudin, Y.2009. Budidaya Kopi, Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan.

Anda mungkin juga menyukai