Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRATIKUM PERLINDUNGAN HAMA TERPADU

EKOSISTEM PERTANIAN (KEBUN KOPI)

Disusun Oleh :

ZAINI : A32202566

GOLONGAN B

DOSEN PENGAMPU :

DYAH NUNING ERAWATI, S.P., M.P

PROGRAM STUDI PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN

JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN

POLITEKNIK NEGERI JEMBER

2022
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman kopi merupakan komoditas perkebunan yang sangat menjanjikan.


Selain sebagai komoditi ekspor, konsumsi kopi di Indonesia semakin meningkat
setiap tahunnya. Berdasarkan data konsumsi kopi di tahun 2018, rata-rata
masyarakat Indonesia mengkonsumsi kopi sebesar 0,801 kg/orang/tahun. Dengan
jumlah penduduk Indonesia ± 267 juta, maka stok kopi yang perlu disiapkan untuk
keperluan konsumsi sebanyak ±213.867 ton setiap tahunnya. Angka ekspor kopi
Indonesia tahun 2018 mencapai 279,96 ribu ton (Widaningsih 2019). Tingginya
permintaan produksi kopi dan Kakao baik di dunia maupun untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi dalam negeri merupakan hal yang perlu dibarengi dengan
peningkatan produksi kopi. Sistem budidaya tanaman kopi yang sesuai dengan
aspek ekologi dan fisiologi pertumbuhan tanaman merupakan salah satu upaya
untuk meningkatkan produksi kopi.

Perkebunan kopi merupakan ekosistem darat. Kebun kopi merupakan


kebun yang banyak terdapat diIndonesia. Permana,2015. (hlm. 37), mengatakan,
“Tanaman kopi sangat cocok ditanam pada daerah pegunungan dengan ketinggian
200- 800 meter diatas permukaan laut. Tanaman kopi termasuk tanaman C3, pada
prinsipnya bahwa tanaman kopi kurang efektif dalam memanfaatkan cahaya
matahari. Kopi memerlukan intensitas cahaya matahari yang tidak penuh dengan
penyinaran yang teratur (Antonius et.al., 2011). Tanaman kopi cocok ditanam di
daerah pegunungan dengan ketinggian 200-800 meter diatas permukaan laut,
yang termasuk tanaman C3 yang memerlukan intensitas cahaya matahari yang
tidak penuh namun penyinarannya harus teratur.

1.2 Tujuan
1. Mengenal dan memahami arti sosiasi komponen dalam ekosistem
pertanian.
2. Menetapkan keterkaitan dan interaksi antar penyusun komponen
dalam ekosistem pertanian.
BAB 2. TINJAUAN TEORI

Agroekosistem pertanaman kopi merupakan suatu ekosistem binaan


manusia yang proses pembentukan, peruntukan, dan perkembangannya diarahkan
dalam memenuhi kebutuhan manusia, sehingga campur tangan dan tindakan
manusia menjadi unsur sangat dominan (Hidayat, 2001). Banyak ekosistem
perkebunan dimanipulasi untuk memperoleh produk tinggi dari tanaman yang
dibudidayakan (MacKinnon et al., 2000). Pada agroekosistem perkebunan kopi
tersebut ada yang berperan sebagai produsen, konsumen ataupun dekomposer.
Pada suatu ekosistem terjadi proses makan dimakan yang selanjutnya akan
membentuk rantai dan jaring-jaring makanan, kemudian serangga herbivor akan
menjadi mangsa bagi kelompok serangga lain yang biasa disebut sebagai predator
dan parasitoid (Brotowidjoyo, 1990). Keanekaragaman jenis di suatu lahan
dikatakan tinggi apabila suatu komunitas disusun oleh banyak spesies, dimana
kelimpahan spesies tersebut sama atau hampir sama. Begitu pula sebaliknya,
apabila suatu lahan hanya sedikit spesies yang ada serta hanya sedikit saja spesies
yang dominan, maka keanekaragaman jenis pun pada lahan tersebut dikatakan
rendah (Soegianto, 1994). Apabila keanekaragaman jenis tinggi, maka
menunjukkan suatu komunitas memiliki kompleksitas tinggi karena dalam
komunitas itu terjadi interaksi antarspesies yang tinggi. Jadi, dalam suatu
komunitas yang mempunyai keanekaragaman jenis yang tinggi akan terjadi
interaksi spesies yang melibatkan transfer energi (jaring makanan), predasi,
kompetisi, dan pembagian relung yang secara teoritis sangat kompleks (Heddy et
al., 1994).

Hasil penelitian Yusnita (2017), jumlah arthropoda yang ditemukan di


perkebunan kopi pada 12 kali pengamatan sebanyak 20.117 individu yang terdiri
dari 6 kelas di antaranya yaitu Arachnida, Chilopoda, Collembola, Diplopoda,
Insekta, dan Malacostraca. Predator yang umum ditemukan di antaranya Famili
Araneidae, Linyphidae, Oxyopidae, Tetragnathidae, Thomisidae, Dolichopodidae,
Reduvidae, Formicidae, Gryllidae, dan Staphylinidae. Keberadaan serangga
predator di lahan perkebunan kopi sangat ditentukan oleh beberapa faktor antara
lain sumber pakan, suhu, dan kelembaban. Kesemua faktor ini sangat
memengaruhi jenis serangga predator yang ada di perkebunan kopi.
BAB 3. METEDOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Pratikum diadakan pada tanggal 07 maret 2022 di laboratorium Perlintan
dan Kebun Koleksi Perkebunan Tanaman Kopi Politeknik Negeri Jember.

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan adalah :
a. Lup
b. Kebun kopi
c. Alat ukur ph lengkap
d. Alat tulis
e. Kartu pengenal berserta identitas tanaman
f. Kamera

3.3 Prosedur Kerja


1. Pengamatan dilakukan di kebun kopi dengan cara mengamati
tanaman kopi yang dijadikan sampel.
2. Catatlah segala jenis serangga yang terdapat pada tanaman kopi
yang dijadikan sampel.
3. Fotolah setiap serangga yang terdapat pada tanaman kopi sampel
tersebut.
4. Ambillah tanah pada tanaman kopi tersebut yang berguna untuk
mengukur ph tanah.
5. Lalu bawalah hasilnya ke lab dan analisis mana yang termasuk hama
predator dan lainnya.
6. Buatlah laporan hasil pengamatan.
BAB 4. PEMBAHASAN

4.1 Komponen Biotik


Tabel 4.1.1 Hama dan Predator pada tanaman kopi
Gambar Nama Keterangan
Laba-laba Mengendalikan hama wereng,
pembuat jaring sundep, beluk, kutu daun, dan
ulat grayak pada tanaman kopi.

Bekicot Menempel dibagian batang


tanaman kopi serta diakarnya
untuk mencari makanan dengn
memakan batang dan akar
tanaman kopi.

Semut hitam Semut hitam bersarang dan


berteduh pada pohon kopi yang
berguna untuk mengusir hama
dari pohon kopi tersebut.

Ulat berbulu Sebagai hama yang ada pada


tanaman kopi yang menggigit
daun pada tanaman kopi
sehingga menyebabkan
daunnya sobek.

Kutu putih Kutu putih merupakan hama


yang bersifat partenogenetik
telitoki, yaitu semua keturunan
yang dihasilkan adalah betina,
sehingga setiap kutu mampu
manghasilkan keturunan. Pada
kondisi optimal, satu betina
mampu menghasilkan 200−600
butir telur.
Lalat buas Lalat buas merupakan salah
satu predator yakni yang
memangsa hama yang sangat
efektif.

Belalang putih Belalang putih yang menempel


pada batang tanaman kopi
merupakan hama yang
menggigit daun kopi.

1) Laba – laba pembuat jaring, Laba-laba merupakan salah satu musuh alami


hama (predator), terutama terhadap serangga sehingga dapat berperan
dalam mengontrol populasi serangga. Laba-laba adalah predator polifag
sehingga berpotensi untuk mengendalikan berbagai spesies serangga hama.
2) Bekicot termasuk keong darat yang pada umumnya mempunyai kebiasaan
hidup di tempat lembab dan aktif di malam hari (nocturnal). Sifat nocturnal
bekicot bukan semata-mata ditentukan oleh factor gelap di waktu malam
tetapi ditentukan oleh factor suhu dan kelembaban lingkungannya. Di
waktu siang setelah hujan, banyak ditemukan bekicot berkeliaran dimana-
mana. Kerusakan yang ditimbulkan akibat serangan siput adalah cukup
besar. Akar-akar muda, tunas baru, dan kuncup bunga adalah makanan
paling lezat bagi siput ini.
3) Semut hitam dapat menjadi kompetitor yang menyebabkan serangga PBKo
betina kesulitan meletakkan telurnya di permukaan buah kopi. Semut
hitam juga dapat memangsa larva (ulat) PBKo yang baru keluar dari dalam
buah kakao yang hendak mempupa.
4) Ulat berbulu merupakan hama pada tanaman kopi sebenarnya bukan hama
utama pada tanaman budidaya. Hama ini umumnya memakan dedaunan
dari berbagai jenis pohon, tumbuhan merambat, semak belukar, dan dalam
beberapa kasus menyerang beberapa tanaman semusim, tetapi belum ada
indikasi menyerang.
5) Kutu putih merupakan hama pada tanaman kopi yang menyerang buah dan
bunga kopi. Bunga dan buah muda yang terserang akan mengering dan
gugur, sedang buah dewasa mengalami hambatan pertumbuhan sehingga
berkerut dan masak sebelum waktunya. Inang utama kutu putih di dataran
rendah adalah kopi, sedang di dataran tinggi adalah lamtoro (Leucaena
glauca).
6) Lalat buas merupakan predator pada tanaman kopi yang menangkap dan
memangsa yang lebih besar dari dirinya sendiri. Sebagian besar lalat buas
memangsa serangga yang berterbangan yang kategori hama pada tanaman
kopi. Lalat buas juga dapat menangkap kumbang penggerek PBKo yang
sedang berterbangan di siang hari.
7) Belalang putih merupakan hama pada tanaman kopi merupakan serangga
pemakan daun yang dianggap hama karena mengganggu pertumbuhan
tanaman. Hama belalang menyerang perkebunan dengan membentuk
kelompok atau koloni.

Tabel 4.1.2 Penyakit pada tanaman kopi


Gambar Nama Keterangan
Bercak pada daun kopi Penyakit bercak daun
disebabkan oleh jamur
C.coffeicola yang
muncul saat
pembibitan sampai
tanaman dewasa.

Karat daun kopi Karat daun


kopi (coffee leaf rust)
yang sering juga
disebut penyakit daun
kopi  yang disebabkan
oleh jamur Hemileia
vastatrix.
Jamur upas Jamur upas merupakan
penyakit pada tanaman
kopi menyerang
batang, cabang, ranting
dan buah kopi.

1) Bercak pada daun kopi merupakan penyakit pada tanaman kopi yang
umum dijumpai dipertanaman kopi yang kurang mendapat pemeliharaan.
Daun yang tepinya kuning yang merupakan gejala bahwa daun terserang
penyakit.
2) Karat daun kopi merupakan penyakit pada tanaman kopi gejala yang
ditimbulkan adalah daun bercak kuning kemudian berubah menjadi coklat.
Penyebab karat daun kopi disebabkan oleh jamur H. vastatrix B.et Br. Yang
tergolong parasit obligat yaitu hanya dapat berkembang pada sel hidup.
Jamur ini mempunyai uredospora seperti tepung berwarna kuning tua
sampai merah jingga. Uredospora yang masih muda berbentuk bulat
kemudian pada umur lebih lanjut spora ini berbentuk seperti ginjal dengan
satu sisi rata dan halus, sedangkan sisi lainnya berbentuk agak cembung
dengan permukaan kasar. Gejala awal penyakit karat daun terlihat sebagai
bercak berwarna kuning muda pada permukaan bawah daun yang berubah
menjadi kuning tua. Bercak tersebut pada mulanya berbentuk bulatan kecil
bergaris tengah + 0,5 cm. Selanjutnya bercak-bercak yang berdekatan akan
menyatu, sehingga ukurannya menjadi besar dan bentuknya tidak teratur,
diameternya dapat mencapai 5 cm. pada bercak ini terbentuk tepung yang
asalnya berwarna kuning/jingga berubah menjadi putih karena adanya
jamur hiper parasite pada uredospora. Penyakit ini dapat mengakibatkan
daun yang terserang gugur sebelum waktunya (premature). Serangan yang
berat dapat menyebabkan daun rontok, cabang/ranting mati dan akhirnya
tanaman mati. Uredospora merupakan alat penularan dan penyebaran
penyakit karat daun. Uredospora mengadakan infeksi melalui stomata pada
daun. Penularan penyakit melalui media air, angin, peralatan pertanian, dan
kontak yang lain.
3) Jamur upas Penyakit jamur upas pada tanaman kopi adalah penyakit yang
disebabkan oleh jamur Corticium salmonicolor. Penyakit ini dapat
menginfeksi bagian batang, cabang, ranting, dan buah kopi. Serangan
dimulai dari sisi bagian bawah cabang/ranting yang ditandai dengan
adanya benang-benang jamur berukuran tipis. Kemudian bagian tanaman
kopi yang tertutup benang tersebut lambat laun akan membusuk dan
berubah warna menjadi cokelat kehitaman.

4.2Kompone Abiotik
a. Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor keberlangsungan makhluk hidup karena
setiap makhluk hidup memerlukan suhu lingkungan tertentu. Suhu pada
tanaman kopi arabica di kebun politeknik negeri jember adalah 29°C hal ini
diukur pada tanaman kebun kopi tersebut yang dilakukan pada siang hari.
b. Tanah
Tanah merupakan salah satu unsur yang sangat penting bagi makhluk
hidup sebagi tempat tumbuh tanaman kopi, ph tanah yang diukur dikebun
kopi politeknik negeri jember adalah 6 (termasuk kategori asam).
c. Udara / angin
Udara juga merupakan komponen tanah karena terkandung unsur tertentu
seperti oksigen, karbon dioksida, nitrogen, dan hidrogen yang merupakan
unsur yang diperlukan pada tanaman kopi sedangkan angin diperlukan
untuk penyerbukan tanaman kopi dan kecepatan angin di kebun kopi
politeknik negeri jember adalah 18,3 km/jam. Kelembabannya 84%.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa :

1) Adanya asosiasi komponen dalan ekosistem pertanian yang terdiri dari


biotik dan abiotik.
2) Komponen biotik terdiri dari tanaman kopi, serangga hama dan
predator sedangkan abiotik terdiri dari tanah, angin/udara, suhu, dan
cahaya matahari.
3) Setiap komponen biotik dan abiotik saling berinteraksi contohnya
antara tanaman kopi dengan tanah yang merupakan tempat tumbuh dan
juga dipengaruhi juga dengan abiotik lainnya sebagai syarat tumbuh
yakni suhu, angin/udara, dan cahaya matahari.
4) Komponen biotik dan biotik juga saling berinteraksi hal ini dapat dilihat
dari hama dan predator serta hama dengan tanaman kopi.
DAFTAR PUSTAKA

Amir, A. M. & U. S. Budi. 2012. Preferensi perangkap berwarna terhadap thrips dan
serangga lainnya pada tanaman rosela minuman (Hibiscus sabdariffa var.
sabdarifa). Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat, Malang.

Anwar, E. K. & R. C. B. Ginting. 2013. Mengenal Fauna Tanah dan Cara


Identifikasinya. IAARD Press, Jakarta.

Barbour, M. G., J. K. Burk, & W. D. Pitts. 1987. Terrestrial Plant Ecology. The
Benyamin/Cummings Publishing Company. Inc., Los Angeles. Brotowidjoyo,
M. D. 1990. Zoologi Dasar. Erlangga, Jakarta.

Davis, M., B. Dinham, & S. Williamson. 1998. Growing coffee with IPM. Pesticides
Action Network UK. Pest Managemet Notes. 9: 1-4. Ewusie, J. Y. 1990.

Hamdi, S., Sapdi, & Husni. 2015. Komposisi dan struktur komunitas parasitoid
Hymenoptera antara kebun kopi yang dikelola secara organik dan
konvensional di Kabupaten Aceh Tengah. J. Floratek. 10(2): 44-51.

Haneda, N. F., C. Kusmana, & F. D. Kusuma. 2013. Keanekaragaman serangga di


ekosistem mangrove. J. Silvikultur Tropika. 4(1): 42-46.

Heddy, S., Metty, & Kurniati. 1994. Prinsip-prinsip Dasar Ekologi: Suatu Bahasan
tentang Kaidah Ekologi dan Penerapannya. PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.

Nuraeni, Y. 2015. Hama utama tanaman lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.) de


Wit) dan aspek pengendaliannya. Galam. 1(2): 13-17.

Panjaitan, T. S., Sutarta, M. Fauzan, & Prisdiminggo. 2012. Perbanyakan lamtoro


melalui persemaian. http://www.litbang.pertanian.go.id. Diakses tanggal:
12 Maret 2022.

Pengantar Ekologi Tropika (terjemahan U. Tanuwidjaja). ITB, Bandung. Gomez, K.


A. & A. A. Gomez. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian
(terjemahan E. Syamsuddin & J. S. Baharsyah). Universitas Indonesia,
Jakarta.

Yusnita, I. 2017. Kelimpahan arthropoda predator dan arthropoda lainnya pada


perkebunan kopi rakyat di Desa Karang Tengah Kabupaten Bogor. Skripsi.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
LAMPIRAN PENGAMATAN DI LAPANG

Anda mungkin juga menyukai