Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRATIKUM PRODUKSI TANAMAN KOPI

PENGENDALIAN OPT KOPI ( HYPOTAN )

Disusun Oleh :
1. Firliani Ghoziatil Masithoh : A32201042
2. Iwang Dwiky Nurdiansyah : A32202092
3. Lyvrna Dwi Putri Harwika : A32200692
4. Reni Novitasari : A32201396
5. Zaini : A32202566

DOSEN PENGAMPU :
1. Ir. USKEN FISDIANA., M.ST
2. Ir. SUPRIYADI., MP
3. Ir. SITI HUMAIDA., MP

TEKNISI:
1. IMAM BAYHAKI, A.Md
2. SAMSUL HADI, A.Md

PROGRAM STUDI PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN

JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN

POLITEKNIK NEGERI JEMBER

2021
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki nilai ekonomi
yang cukup tinggi di antara tanaman perkebunan lainnya dan berperan penting sebagai
sumber devisa negara. Kopi tidak hanya berperan penting sebagai sumber devisa
melainkan juga sebagai sumber penghasilan petani kopi di Indonesia (Rahardjo, 2012).
Bentuk usaha perkebunan kopi di Indonesia didominasi oleh perkebunan rakyat (PR)
dengan porsi 96% dari total area di Indonesia, 2% perkebunan besar negara (PBN) dan
2% perkebunan besar swasta (PBS). Komposisi tersebut menunjukkan peranan petani
kopi dalam perekonomian nasional cukup signifikan (Dirjenbun, 2014). Luas
perkebunan kopi nasional pada tahun 2019 adalah 1.243.441 ha, produksi yang
dihasilkan adalah 716.089 ton per tahun. Ekspor nasional mencapai 279.961 ton dengan
nilai 815.933.000 US$, impor mencapai 78.847 ton dengan nilai 155.778.000 US$
(Dirjen Perkebunan, 2019). Jenis kopi yang paling banyak dikembangkan dan
dibudidayakan di Indonesia yaitu kopi Robusta dan kopi Arabika, tetapi untuk
pengembangan jenis kopi Arabika masih terbatas. Areal yang digunakan untuk
penanaman kopi Robusta mencapai 1,02 juta ha sementara untuk penanaman kopi
Arabika hanya 263.000 ha (Sitanggang, 2015).
Perkebunan kopi mampu menyediakan lapangan kerja dan pendapatan kepada
lebih dari 2 juta kepala keluarga petani dan menghasilkan devisa lebih dari US$ 500
juta/tahun pada periode 1994 1998. Predikat kopi Sidikalang yang diolah dari kopi
robusta pernah mencapai masa kejayaan, bahkan secara ekonomis mengangkat harkat
masyarakat Belakangan ini popularitas kopi Sidikalang semakin surut seiring fluktuasi
harga dan rendahnya produksi, akibatnya petani beralih ke tanaman kopi jenis arabika
( Wiyono, Suryo. 2007)

Tanamaan kopi dikenal sebagai salah satu tanaman yang disukai oleh banyak
jenis serangga hama. Sampai saat ini tercatat lebih dari 900 jenis serangga hama
padatanaman kopi yang tersebar diseluruh dunia. Di Indonesia terdapat beberapa jenis
hama utama kopi. yaitu: hama penggerek buah kopi (PBKo) Hypothenemus hampei
penggerek cabang hitam Xylosandrus compactus, penggerek cabang coklat Xylosandrus
morigerus, kutu hijau Coccus viridis, dan penggerek batang merah Zeuzera coffea.Di 70
negara yang termasuk daerah tropis lembab, kopi (Coffea spp.Rubiaceae) merupakan
komoditas pertanian yang penting. Produksinya telah meningkat selama dekade terakhir
melalui penggunaan varietas unggul, pupuk dan jumlah tanaman.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui cara pembuatan perangkap Hypothenemus hampei pada tanaman


kopi.
2. Mengetahui cara kerja dari perangkap Hypothenemus hampei pada tanaman
kopi.
BAB 2 TINJAUAN TEORI

Serangga hama PBKo (Hypothenemus hampei) menjadi hama sangat merusak


pada buah kopi sehingga mengakibatkan penurunan produksi dan kualitas hasil secara
nyata karena menyebabkan banyak biji kopi yang berlubang. Hypothenemus hampei
merupakan salah satu penyebab utama penurunan produksi dan mutu kopi Indonesia,
bahkan di seluruh negara penghasil kopi. Kerusakan. yang ditimbulkannya berupa buah
menjadi tidak berkembang, berubah warna menjadi kuning kemerahan, dan akhirnya
gugur mengakibatkan penurunan jumlah dan mutu hasil Kehilangan hasil oleh hama
PBKo dapat mencapai lebih dari 50% apabila serangannya tinggi dan tidak dilakukan
tindakan pengendalian secara tepat tepat. Tingkat serangan sebesar 20% dapat
mengakibatkan penurunan produksi sekitar 10% (Ramlan dkk, 2010).

Pengendalian Hypothenemus hampei biasanya dilakukan dengan menerapkan


sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT) terutama dengan menggunakan perangkap
serangga (hama penggerek buah kopi) yang lebih dikenal dengan nama Brocap Trap.
Alat ini menggunakan dan dilengkapi dengan senyawa Hypotan. Dengan metode
pengendalian secara kultur teknis dan sanitasi kebun, serangan hama PBKo dapat
menurun dari 45% menjadi 0.5-3%. Keberhasilan penggunaan perangkap Hypotan
untuk pengendalian hama PBKo perlu dipadukan dengan upaya pengendalian lainnya
seperti sanitasi kebun, kultur teknis dan pemanfaatan agen pengendali hayati Beauveria
bassiana (Wiryadiputra, 2010).
BAB 3 METEDOLOGI PELAKSANAAN

3.1 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan adalah :

 Pemes
 Gunting
 Penggaris
 Jarum
 Botol plastik ( 1 – 1,5 cm )
 Kertas HVS
 Benang bol
 Sabun cuci
 Air bersih
 Sachet atrakan / hypotan

3.2 Program Kerja

1) Ambil botol plastik dan buatlah lubang ( 5 x 6 cm ) lurus.


2) Ikatlah sachet atrakan/hypotan dalam botol dan gantung dengan
gantungan pada tutup botol.
3) Tusuk sedikit antrakan/hypotan dengan jarum ( 3 tusukan ).
4) Masukkan air sabun lebih kurang 200ml kedalam botol.
5) Siapkan benang 30 cm dan ikat pada leher botol.
6) Pasanglah / gantunglah botol perangkap pada ketinggian 120 – 150 cm.
BAB 4. PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tanggal pengamatan Jumlah PBKo Pada Pengamatan
29 November 2021 3 PBKo
03 desember 2021 8 PBKo

4.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan terhadap tanaman kopi yang diberi perangkap hypotan
pada pengamatan pertama tanggal 29 november 2021 terdapat 3 PBKo yang
terperangkap sedangkan pada tanggal 03 desember 2021 terdapat 8 PBKo. Data
tersebut bila dibandingkan dengan data hasil pengamatan tanaman kopi yang terserang
penggerek buah kopi yang dilakukan pada pengamatan pertama tanggal 29 november
2021 tentunya terdapat perbedaan yang sangat signifikan Hal tersebut dapat dilihat dari
jumlah serangga yang tertangkap, yakni sebanyak 8 ekor sedangkan pada pengamatan
pertama tanggal 29 november 2021 terdapat 3 PBKo.

Hypotan merupakan senyawa antraktan yang dapat menarik serangga secara


selektif yaitu hanya menarik serangga penggerek buah kopi dewasa, sehingga aman bagi
musuh alami serangga lain maupun serangga PBKo itu sendiri. Pengendalian hama
PBKo yang efektif dapat dilakukan dengan menerapkan sistem Pengendalian Hama
Terpadu (PHT) terutama dengan menggunakan perangkap serangga (hama penggerek
buah kopi) yang lebih dikenal dengan nama Brocap Trap. Alat ini menggunakan dan
dilengkapi dengan senyawa Hypotan yang diproduksi oleh Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao Indonesia (Puslit Koka). Hasil aplikasi di lapangan menunjukkan keragaan yang
sangat baik, efektif, efisien dan ramah lingkungan. Menurut Wiryadiputra (peneliti di
Puslit Koka). pemakaian Brocap Trap dapat menjebak sekitar 1000 ekor serangga per
minggu. Senyawa tersebut telah dikemas dalam bentuk saset dengan volume per saset
10 ml untuk digunakan selama minimal 2 (dua) minggu. Produk senyawa penarik ini
dapat diperoleh di Pusit Koka Indonesia dengan harga Rp 5.000,00 per saset.
Penggunaan senyawa Hypotan di lapangan untuk tujuan pengendalian hama.
1. Hypotan yang dikemas dalam bentuk saset dengan volume 10 ml, digantungkan
ke dalam botol air minum mineral volume 200 ml yang didesain untuk
perangkap.
2. Botol perangkap dibuat dengan melubangi bagian dinding botol dengan ukuran 5
cm x 6 cm sebanyak 2 (dua) lubang yang saling berhadapan.
3. Pada bagian dasar botol diisikan larutan deterjen dengan ketinggian sekitar 03
cm untuk menampung serangga PBKo yang tertangkap.
4. Sebelum perangkap dipasang di lapangan, pada kemasan senyawa Hypotan
bagian atas harus dibuat lubang menggunakan jarum (diameter + 1,0 mm)
sebanyak 3 (tiga) buah lubang, agar senyawa Hypotan menguap keluar dan
tercium oleh serangga PBKo dewasa. Serangga PBKo dewasa yang mencium
uap senyawa Hypotan akan tertarik mencari sumber senyawa dengan
mendatangi perangkap.
5. Perangkap dipasang di antara pohon kopi dengan ketinggian sekitar 120 – 150
cm di atas permukaan tanah. Pemasangan perangkap disarankan setelah masa
panen besar pada saat tidak ada buah di lapangan serta disarankan minimal
selama 4 (empat) bulan secara terus menerus.
BAB 5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengamatan terhadap tanaman kopi yang diberi perangkap hypotan
pada pengamatan pertama tanggal 29 november 2021 terdapat 3 PBKo yang
terperangkap sedangkan pada tanggal 03 desember 2021 terdapat 8 PBKo. Hypotan
merupakan senyawa antraktan yang dapat menarik serangga secara selektif yaitu hanya
menarik serangga penggerek buah kopi dewasa, sehingga aman bagi musuh alami
serangga lain maupun serangga PBKo itu sendiri. Alat ini menggunakan dan dilengkapi
dengan senyawa Hypotan yang diproduksi oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia (Puslit Koka). Sebelum perangkap dipasang di lapangan, pada kemasan
senyawa Hypotan bagian atas harus dibuat lubang menggunakan jarum (diameter + 1,0
mm) sebanyak 3 (tiga) buah lubang, agar senyawa Hypotan menguap keluar dan
tercium oleh serangga PBKo dewasa. Serangga PBKo dewasa yang mencium uap
senyawa Hypotan akan tertarik mencari sumber senyawa dengan mendatangi
perangkap. Perangkap dipasang di antara pohon kopi dengan ketinggian sekitar 120 –
150 cm di atas permukaan tanah.
DAFTAR PUSTAKA

LITBANG PERTANIAN. 2021. Penggerek buah kopi (PBKo) dan pengendaliannya.

URL. https://babel.litbang.pertanian.go.id/index.php/sdm-2/15-info-

teknologi/901-penggerek-buah-kopi-pbko-dan-pengendaliannya. Diakses

tanggal 19 Desember 2021.

Muliasari, A. A. (2016). PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KOPI


(Hypothenemus hampeiFerr.) PADA TANAMAN KOPI ARABIKA (Coffea
arabica L.) DI KEBUN RANTEKARUA, TANA TORAJA, SULAWESI
SELATAN. Seminar Nasional Lahan Basah, 150-155.

Yulian, Y. D. (2012). Penggunaan Perangkap Hypotan Pada Tanaman Kopi. Lampung:


Universitas Lampung.

Anda mungkin juga menyukai