Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOTEKNOLOGI PERTANIAN
ACARA III
BIOHERBISIDA

Disusun oleh:

Nama : Shinta Fitria


Npm : E1J019080
Shift : A2
Waktu : Senin 14:00-15:40
Dosen : Prof. Ir. Marulak Simarmata, M.Sc., PhD
Co-Ass : Jefdi Karosekali (E1J018032)

LABORATORIUM AGRONOMI
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gulma merupakan tumbuhan yang tidak dikehendaki kehadirannya karena dapat merugikan
masyarakat terutama kerugian yang dialami oleh petani. Pranasari (2012) melaporkan bahwa
produktivitas tanaman budidaya dan pendapatan dari petani menurun hingga 58 % apabila cara
pengendalian yang dilakukan kurang tepat. Menurut Elvrina dkk. (2015) prinsip pengendalian
gulma dapat dilakukan dengan kultur teknis, mekanik, biologi, kimia, serta terpadu.

Budidaya sebuah tanaman tentu saja penggunaan pestisida sangat dibutuhkan untuk
pengendalian hama. Baik hama berupa hewan maupun tanaman lain yang menjadi penggangu
tanaman yang sedang dibudidayakan. Pengendalian hamatumbuhan misalnya gulma pengganggu
yang sangat merugikan bagi para petani yaitu selain dapat memakan tempat tetapi juga mampu
mengurangi hasil panen karena persaingan unsur hara pada tanaman ini dilakukan dengan cara
mengaplikasikan pestisida dengan jenis herbisida. Herbisida merupakan suatu bahan xenobiotik
yang digunakan untuk mengontrol pertumbuhan dan reproduksi vegetasi yang tidak diinginkan.
Mekanisme resistensi herbisida dibagi menjadi tiga fase yaitu fase (1) perubahan struktural dari
situs target herbisida, (2) detoksifikasi metabolik (konjugasi) dan pergantian penyerapan, (3)
kompartementalisasi herbisida (Samuel et al., 2012).

Pengendalikan hama tumbuhan penggangu biasanya para petani menggunakan herbisida


kimiawi yang sangat mudah didapat serta tidak perlu membutuhkan waktu lama untuk
pembuatan dan pengaplikasiannya. Namun penggunaan herbisida kimiawi secara
berkepanjangan tentu saja dapat berdampak buruk baik bagi lingkungan maupun kesehatan.
Dampak negatif akibat penggunaan herbisida kimiawi telah banyak dilaporkan oleh berbagai
penelitian. Dampak negatif tersebut antara lain ketidakstabilan ekosistem, Pengendalikan hama
tumbuhan penggangu biasanya para petani menggunakan herbisida kimiawi yang sangat mudah
didapat serta tidak perlu membutuhkan waktu lama untuk pembuatan dan pengaplikasiannya.
Namun penggunaan herbisida kimiawi secara berkepanjangan tentu saja dapat berdampak buruk
baik bagi lingkungan maupun kesehatan. Dampak negatif akibat penggunaan herbisida kimiawi
telah banyak dilaporkan oleh berbagai penelitian. Dampak negatif tersebut antara lain
ketidakstabilan ekosistem,pencemaran lingkungan, adanya residu pada hasilhpanen dan bahan
olahannya sehingga dapat menyebabkan keracunan hingga kematian bagi yang mengkomsumsi
(Duke, 2016).

1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan praktikum, sebagai berikut :

1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi tumbuhan lokal yang dapat digunakan menjadi


bahan dasar dalam pembuatan herbisida nabati.
2. Mahasiswa dapat memahami teknologi pembuatan herbisida nabati
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Herbisida nabati merupakan bahan yang mudah dan cepat terurai menjadi bahan yang
tidak memiliki dampak buruk bagi lingkungan serta residunya mudah hilang sehingga dapat
membantu menjagan keseimbangan ekosistem dan biodiversitas organisme. Herbisida nabati
dapat dibuat dengan tumbuhan yang memiliki kandungan senyawa alelokimia. Senyawa
alelokimia yang diduga dapat menjadi racun tanaman sehingga dapat mengganggu pertumbuhan
tanaman diantaranya tanin, fenol, steroid dan lainnya. Salah satu tanaman yang dapat berpotensi
sebagai bahan utama herbisida nabati dan mengandung senyawa alelokimia adalah tanaman
kirinyuh (Chromolaena odorata L.). Kirinyuh atau Chromolaena odorata L. Merupakan tanaman
yang mempunyai kandungan tanin, steroid, fenol dan senyawa lain yang diduga mampu menjadi
pengganti herbisida kimiawi menjadi herbisida nabati untuk mengurangi dampat buruk
penggunaan herbisida kimiawi terhadap lingkungan dan kesehatan (Vaisakh & Pandey, 2012).
Dalam rangka mendukung gerakan pertanian organik di Indonesia, diperlukan
herbisida organik yang efektif berskala komersial. Salah satu yang dapat digunakan sebagai
herbisida alami yaitu daun cengkeh, daun cengkeh belum termanfaatkan secara maksimal dan
masih dianggaplimbah yang kurang berguna. Padahal daun cengkeh memiliki kandungan
minyak atsiri 1 -4%, yang dapat dimanfaatkan sehingga limbah tersebut memiliki nilai
ekonomis yang tinggi. walaupun belum ada yang meneliti mengenai hal ini, maka dalam
penelitian ini akan diteliti ekstrak dari daun cengkeh sebagai herbisida alami, dari daun
cengkeh yang hanya dibiarkan menjadi sampah dapat dipakai guna untuk membantu
memudahkan para petani untuk mendapatkan herbisida yang murah, mudah dijangkau dan
ramah linngkungan (Riadi, dkk, 2012).
Herbisida nabati merupakan tanaman yang dapat dimanfaatkan menjadi bahan
pengendalian gulma. Menurut penelitian Riskitavani dan Purwani (2013), tanaman yang
mengandung senyawa alkaloid, saponin, tannin, resin, triterpenoid dan flavonoid dapat
diindikasikan menjadi bioherbisida atau herbisida nabati karena tanaman yang mengandung
senyawa alkaloid, saponin, tannin, resin, triterpenoid dan flavonoid dapat memberikan
efek fitotoksisitas dan berat basa pada gulma rumput teki (Cyperus rotundus).
Tanaman kirinyuh (Chromolaena odorata L.) merupakan tanaman liar dan sangat mudah
ditemukan di sekitar kita, namun tanaman ini belum dimanfaatkan secara optimal sebagai bahan
pengendali biologi seperti antimikroba, antiparasit dan pestisida karena tanaman ini dianggap
sebagai pengganggu yang sulit diberantas. Tanaman kirinyuh (Chromolaena odorataL.)
mempunyai banyak manfaat untuk kehidupan karena memiliki senyawa – senyawa yang dapat
dimanfaatkan untuk berbagai aspek kehidupan. Senyawa-senyawa fenol, triterpenoid, palkaloid
dan steroid yang terdapat pada tumbuhan merupakan bahan aktif sebagai pengendali hama.
Senyawa ini menyebabkan adanya aktifitas biologi seperti toksik menghambat makan, antiparasit
dan pestisida
BAB III
METODOLOGI

3.1 Bahan dan Alat

 Bahan :

1. Krinyuh : 1 kg
2. Air AC : 2 liter
3. Kertas saring whatman : 25 lembar
4. Benih sawi : 100 gram

 Alat:
1. Pisau : 5 buah
2. Blender : 1 buah
3. Teletan : 5 buah
4. Saringan santan : 5 buah
5. Corong kaca : 5 buah
6. Gelas piala : 5 buah
7. Alat penggojok : 1 buah
8 Plastik transparan : 1 buah
9. Gunting : 2 buah
10. Gelas ukur volume 1000 ml : 1 buah
11. Pinset ujung bengkok : 5 buah

3.2 Prosedur Kerja


Membuat herbisida nabati:
1. Krinyuh ditimbang, sebanyak 1 kg. Lalu dipotong sekecil mungkin untuk memudahkan
penghancuran dengan blender.
2. Air AC disiapkan sebanyak 2L untuk setiap bahan
3. Krinyuh yang telah dipotong selanjutnya diblender hingga halus kemudian ditambahkan
air
4. Krinyuh yang telah diblender kemudian dituangkan kedalam gelas piaka dan ditutup
dengan plastik.
5. Kemudian di gojok dengan penggojok selama 24 jam.
6. Bahan yang telah digojok selama 24 jam disaring menggunakan saringan santan
kemudian disaring lagi mengguanakan kertas saring whatmanno.1.
7. Masukkan ke dalam gelas piala, tutup gelas piala dengan plastik dan kencangkan dengan
tali.
8. Larutan yang ada dimasukkan ke dalam jerigen/botol plastik dan simpan di lemari
pendingan dengan suhu sekitar 5 0C.
9. Larutan kemudian dipisahkan dari endapan yang terdapat pada dasar larutan dan diambil
larutan tanpa endapan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Adapun hasil praktikum

4.2 Pembahasan

Herbisida alami merupakan herbisida dengan menggunakan prinsip alelokemia yang


dihasilkan oleh tumbuhan atau senyawa yang terdapat pada proses pelepasan allelopati
yang di hasilkan oleh tumbuhan. Penggunaan herbisida alami juga merupakan produk alam
dari tumbuhan seperti daun, bunga, buah, biji, kulit, dan batang yang mempunyai
kelompok metabolit sekunder atau senyawa bioaktif.
Kirinyuh (Chromolaena odorata L.)merupakan tumbuhan yang bersifat allelopati yang
dapat dijadikan herbisida alami.Kirinyuh sangat cepat tumbuh dan berkembang biak. Karena
cepatnyaperkembangbiakan dan pertumbuhannya, tumbuhan ini juga membentuk komunitas
yang rapat sehingga dapat menghalangi tumbuhnya tumbuhan lain melalui persaingan. Selain
itu kirinyuh mempunyai alelopati yang mampu menunda perkecambahan.Berbagai senyawa
yang bersifat alelopati berupa minyak atsiri, Flavonoid, Alkaloid, Fenolik, Saponin,
Tanin.Senyawa tersebut terkandung dalam berbagai jenis tumbuhan termasuk tumbuhan
kirinyuh (Chromolaena odorata L.)

Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Agronomi Universitas Bengkulu.


Kegiatan yangg dilakukan pad praktikum kalii ini ialah membuat Bioherbisida
menggunakan daun krinyuh, Daun kirinyuh didapat dari dipinggir jalan dan di lahan zona
pertanian Medan baru,Kota Bengkulu. Daun krinyuh ini kemudian dipotong-potong
sekecil mungkin supaya memudahkan dan juga dapat mempercepat dalam proses
pengahalusan pada saat pemblenderan setelah itu daun krinyuh yang telah halus dilarutkan
ke dalam air dengan menggunakan wadah gelas piala selama 24 jam dan tak lupa
dilakukan pengojokan.
Kemudian dilakukan penyaringan menggunakan kertas saring Setelah digojok selama
24 jam langkah selanjutnya adalah menyaring ekstrak menggunakan kertas saring hingga
didapat ekstrak bening. Filtrat yang didapat dari proses penyaringan berwarna hijau tua
kehitaman, filtrat tersebut kemudian diendapkan selama beberapa jam hingga terlihat
endapan pada dasar larutan. Selanjutnya ialah proses pemisahan endapannya. Dari hasil
pengamatan bioherbisida karakteristik baunya seperti daun krinyuh dan berbau pahit pekat
pada umumnya, warnanya hijau tua kehitaman, volumenya 700ml.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pada herbisida
nabati yang dibuat dari bahan daun tanaman krinyuh memiliki alelopati yang dapat
menghambat pertumbuhan dari tanaman terutama gulma. Herbisida nabati merupakan
bahan yang mudah dan cepat terurai menjadi bahan yang tidak memiliki dampak buruk
bagi lingkungan serta residunya mudah hilang sehingga dapat membantu menjaga
keseimbangan ekosistem dan biodiversitas organisme.

5.2 Saran

Diharapkan semuua praktikan dapat memperhatikan dengan baik seluruh kegiatan praktikum
ini supaya dapat mengetahui denggan jelas alur kegiatan praktikum ini.
DAFTAR PUSTAKA

Duke, S. O. 2016. Herbiside Resistant Crops: Agricultural, Enviromental, Economic,


Regulatory and Technical Aspects. Penerbit: CRC Press, Inc. USA.

Elvrina, Y., R. Linda, I. Lovadi. 2015. Potensi Alelopati Ekstrak Seresah Daun Mangga
(Mangifera indica (L.)) Terhadap Pertumbuhan Gulma Rumput Grinting (Cynodon
dactylon (L.)) Press. Jurnal Protobiont. Research, 1 (4) : 46 – 51

Pranasari. 2012. Pengendalian Gulma dengan Pengaturan Jarak Tanam dan Cara Penyiangan
Pada Pertanaman Kedelai. Prosiding Konferensi Himpunan Ilmu Gulma Indonesia
(editor : Darma Bakti et al). Ujung Pandang. 247 hal. 3-5 April 2012.

Riadi dkk. 2012. Mata Kuliah: Herbisida Dan Aplikasinya. Bahan Ajar. Fakultas Pertanian,
Universitas Hassanudin. Makassar

Riskitavani, D.V. dan Purwani, K.S. 2013. Studi Potensi Bioherbisida Ekstrak Daun Ketapang
(Terminalia catappa) terhadap Gulma Rumput Teki (Cyperus rotundus). Jurnal Sains dan
Seni Pomits. 2(2): 59-63.

Samuel, S. L. Purnamaningsih, N. Kendandarini. 2012. Pengaruh Kadar Air Terhadap Mutu


Fisiologis Kacang Kedelai (Glycine max (L). Maerill) Varietas Gepak Kuning Selama
Dalam Penyimpanan.Available online at wartabepe.staff.ub.acid/files/2012/11/JURNAL.
Pdf diakses pada 20 April 2022

Vaisakh, M N and Pandey. 2012. The Invasive Weed With Healing Propertis : A Review On
Chromolaena odorata. Departemen Of Pharmaceutical Science, (online) 3 (1): 80:83

Sukhhantar.2014. Hasil Akar dan Recerpina Pule Pandak (Rauvolfia serpentina B.) pada Media
Bawah Tegakkan Berpotensi Alelopati dengan Asupan Hara. Jurnal Biodiversitas. IX (3)
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai