Anda di halaman 1dari 19

Laporan Akhir Teknologi Produksi Tanaman Hortikultura Kacang Panjang

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kacang panjang (Vignasinensis L.) sudah dikenal sejak lama, di luar negeri maupun di
Indonesia. Beberapa literature mencatat bahwa tanaman kacang panjang bukan tanaman asli Indonesia.
Literatur yang lain menyebutkan bahwa asal mula kacang panjang adalah dari India atau Cina, ada
yang menyatakan dari kawasan benua Afrika, dan ada pula yang menyebutkan dari India dan Afrika
Tengah.Tanaman kacang panjang tumbuh menyebar di daerah-daerah Asia tropis dan banyak pula
diusahakan di Timur jauh, termasuk Bangladesh, India, Pakistan, Filipina, Indonesia, Karibia, dan
sedikit di Afrika. Daerah sebaran kacang panjang cukup luas dan oleh karena itu, kacang panjang
memiliki banyak jenis lokal yang sesuai dengan Agroekosistem di daerah tempat tumbuhnya.

Sayur dan buah adalah makanan yang sangat bermanfaat bagi kesehatan kita dan dikonsumsi
setiap hari sebagai sumber vitamin bagi tubuh. Ditemukan setiap hari dan mudah untuk didapat.
Keduanya merupakan komoditi hortikultura yang banyak diusahakan oleh masyarakat. Mempunyai
manfaat dan nilai ekonomis tinggi di masyarakat. Karena nilai ekonominya ini banyak orang yang
mengusahakan tanaman-tanaman hortikultura tersebut, baik secara modern ataupun masih dengan
teknik tradisional.

Diantara berbagai jenis sayuran yang dibudidayakan didaerah tropis, kacang panjang
merupakan salah satu komoditi yang banyak diusahakan oleh masyarakat. Tanaman yang berasal dari
India dan Afrika Tengah ini banyak diminati oleh orang-orang Indonesia. Sudah dibudidayakan selama
berabad-abad, tajuk lembut, daun, polong muda, biji muda segar, dan biji kering adalah produk yang
dapat dimakan. Areal produksinya lebih dari 5 juta hektar berperan nyata memenuhi kebutuhan jutaan
masyarakat akan protein. Nilai tanaman ini sangat nyata di wilayah tropika dan subtrpika seperti
Afrika. Di daerah ini kacang panjang merupakan produksi kacang terpenting kedua(Rubatzky,1998)

Menurut Sunarjono (2008). Kacang panjang merupakan tanaman semusim yang berbentuk
perdu. Tanaman ini bersifat memanjat dengan membelit. Daunnya bersusun tiga-tiga helai. Batangnya
panjang, liat, dan sedikit berbulu. Bunga kacang panjang seperti kupu-kupu. Sementara buahnya bulat
panjang dan ramping. Panjangnya ada yang mencapai 10-80 cm. yang disebut polong. Saat muda
buahnya berwarna hijau keputih-putihan, setelah tua berwarna putih kekuning-kuningan dan kering.
Buah yang masih muda mudah dipatahkan. Akan tetapi setelah tua menjadi liat karena banyak seratnya
dan menjadi lemas jika kering.

1.2 Tujuan

Membandingkan pertumbuhan dan hasil kacang panjang pada beberapa dosis pupuk urea.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kasifikasi Dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang

1. Klasifikasi Tanaman Kacang Panjang

Menurut Fachruddin (2000) tanaman kacang panjang termasuk famili leguminoceae. Klasifikasi
tanaman kacang panjang adalah sebagai berikut :

Divisio : Spermatophyta

Sub Divisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Rosales

Famili : Leguminaceae

Genus : Vigna

Spesies : Vigna sinensis (L)

Tanaman kacang panjang termasuk dalam famili papilionaceae yang tergolong tanaman semusim
berbentuk perdu yang bersifat membelit atau setengah membelit. Batangnya panjang, liat dan sedikit
berbulu. Daunnya tersusun tiga helai dengan bunga berbentuk kupu – kupu. Buahnya bulat, panjang,
ramping dan panjang nya antara10 – 80 cm. Sewaktu muda buah berwarna hijau keputih – putihan,
putih dan setelah tua berwarna kekuning – kuningan dan kering. Buah yang masih muda sangat mudah
patah, sedangkan sesudah tua menjadi liat (Suherni, 2007).

2. Morfologi Tanaman Kacang Panjang

Akar tanaman kacang panjang terdiri atas akar tunggang, akar cabang dan akar serabut. Perakaran
tanaman dapat mencapai kedalaman 60 cm. Akar tanaman kacang panjang dapat bersimbiosis dengan
bakteri Rhizobium SP. Ciri adanya simbiosis tersebut yaitu terdapat bintil – bintil akar disekitar
pangkal akar. Aktifitas bintil akar ditandai oleh warna bintil akar sewaktu dibelah. Jika berwarna merah
cerah menanadakan bintil akar tersebut efektif menambah nitrogen, sedangkan bila bintil akar
berwarana merah pucat, berarti penambahan nitrogen kurang efektif (Pitojo, 2006).

Batang kacang panjang ini tegak, silindris, lunak, berwarna hijau dengan permukaan licin. Batang
tumbuh ke atas, membelit kearah kanan pada turus atau tegakan yang didekatnya. Batang membentuk
cabang sejak dari bawah batang (Pitojo, 2006).
Daun tanaman kacang panjang berupa daun majemuk, melekat pada tangkai daun agak panjang,
lonjong, berseling, panjangnya 6 – 8 cm, lebar 3 – 4,5 cm, tepi rata, pangkal membulat, ujung lancip,
pertulangan menyirip, tangkai silindris dengan panjang kurang lebih 4 cm dan berwarna hijau
(Anonim, 2008).

Bunga tanaman kacang panjang berbentuk kupu – kupu. Ibu tangkai bunga keluar dari ketiak daun.
Setiap ibu tangkai bunga mempunyai 3 – 5 bunga. Warna bunganya ada yang putih, biru atau ungu.
Bunga kacang panjang menyerbuk sendiri. Penyerbukan silang dengan bantuan serangga dapat juga
terjadi dengan kemungkinan 10 % (Haryanto, dkk, 1994).

Bunga kacang panjang tidak tumbuh dan mekar secara serentak. Ragam waktu mekarnya bunga kacang
panjang adalah sebagai berikut : 1). Dua bunga yang terletak pada bagian bawah dan bersebelahan
terkadang mekar hampir bersamaan, 2). Bunga berikutnya muncul dan mekar setelah satu atau dua
polong mencapai panjang 5 – 10 cm atau bahkan lebih. Beberapa diantaranya dapat menjadi buah,
namun pertumbuhannya tidak sekuat buah yang pertama kali muncul (Pitojo, 2006).

Buah tanaman kacang panjang berbentuk polong yang ukuran panjang dan rampingnya, serta berwarna
hijau keputih – putihan atau putih (buah muda) atau kemerahan namun setelah tua akan menjadi kuning
– kekuningan. Panjang buah tanaman kacang panjang 15 – 25 cm.

Pada satu tangkai biasanya terdapat antara satu sampai tiga buah, buah yang muncul pada tangkai
pertama kali atau hampir muncul bersamaan biasanya tumbuh awal. Buah kacang panjang tiap tangkai
tidak selalu sama kuat pertumbuhannya (Sastrahidajat dan Soemarno, 1991).

Biji kacang panjang berbentuk bulat agak memanjang, namun ada juga yang pipih. Pada batang bagian
tengah biji terdapat bekas tangkai yang menghubungkan antara biji dan kulit buah. Biji yang semakin
tua akan mengering. Kulit biji tua ada yang berwarna putih, merah keputih – putihan, cokelat dan
hitam. Pada satu polong biasanya terdapat sekitar 15 biji atau lebih, tergantung pada panjang polong
dan dipengaruhi oleh pertumbuhan tanaman dan varietas kacang panjang tersebut (Rukmana, 1995).

B. Jenis-Jenis Pupuk

1. Pupuk Organik

Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti pelapukan sisa-sisa
tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik mengandung banyak bahan organik
daripada kadar haranya. Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang,
sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak, limbah
industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota (sampah).

Pupuk Organik juga merupakan pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan
organik yang berasal dari tanaman atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk
padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai bahan organik.
Pupuk organik mempunyai kegunaan sebagai berikut:

1. Dengan penggunaan pupuk organic atau pengembalian bahan organik ke dalam tanah akan
berpengaruh pada kesuburan tanah sehingga :

2. Memperbaiki tekstur tanah

3. Memperkaya unsur hara makro dan mikro

Bahan organik yaitu bahan yang berasal dari limbah tumbuhan atau hewan atau produk sampingan
seperti pupuk kandang atau unggas . Atau dengan kata lain merupakan merupakan hasil dari pelapukan
sisa – sisa tanaman dan binatang yang bercampur dengan bahan mineral tanah pada lapisan atas
tanah.Pada umumnya bahan organik mempunyai C/N rasio tinggi (lebih besar dari 30), sehinga bila
digunakan langsung pada lahan pertanian akan mengganggu pertumbuhan tanaman karena terjadi
proses fermentasi dalam tanah.

Pupuk organik yang diberikan ke dalam tanah akan menghasilkan humus. Humus yang terbentuk
bersama-sama dengan liat membentuk agregat tanah yang stabil (Stevenson, 1981). Terbentuknya
agregat tanah tersebut menyebabkan sifat fisik tanah lainnya seperti bobot isi, ruang pori total, dan
permeabilitas tanah menjadi lebih baik yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman yang lebih baik pula. Pupuk organik juga akan memberikan sumbangan unsur
hara ke dalam tanah. Semakin tinggi kandungan unsur hara dalam pupuk organik, akan mempertinggi
ketersediaan unsur hara tanah apabila diberikan ke dalam tanah sehingga hasil tanaman dapat
meningkat (Thamrin, 2000).

Pemberian pupuk kandang 20 t/ha menjadikan tanah seimbang secara fisik, kimia maupun biologi.
Secara fisik, pupuk kandang membentuk agregat tanah yang mantap. Keadaan ini besar pengaruhnya
terhadap porositas dan aerasi persediaan air dalam tanah, sehingga berpengaruh terhadap
perkembangan akar tanaman. Secara kimia, pupuk kandang sebagai bahan organik dapat menyerap
bahan yang bersifat racun seperti aluminium (Al), besi (Fe), dan mangan (Mn) serta dapat
meningkatkan pH tanah. Secara biologi, pemberian pupuk kandang ke dalam tanah akan memperkaya
jasad organisme dalam tanah. Organisme tersebut sangat membantu dalam penguraian bahan organik
sehingga tanah lebih cepat matang (Muslihat, Lili., 2003).

2. Pupuk Anorganik

Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan meramu bahan-bahan
kimia anorganik berkadar hara tinggi. Misalnya urea berkadar N 45-46% (setiap 100 kg urea terdapat
45-46 kg hara nitrogen), (Lingga dan Marsono, 2000).

Pupuk anorganik atau pupuk buatan dapat dibedakan menjadi pupuk tunggal dan pupuk majemuk.
Pupuk tunggal adalah pupuk yang hanya mengandung satu unsur hara misalnya pupuk N, pupuk P,
pupuk K dan sebagainya. Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara
misalnya N + P, P + K, N + K, N + P + K dan sebagainya (Hardjowigeno, 2004).
Ada beberapa keuntungan dari pupuk anorganik, yaitu (1) Pemberiannya dapat terukur dengan
tepat, (2) Kebutuhan tanaman akan hara dpat dipenuhi dengan perbandingan yang tepat, (3) Pupuk
anorganik tersedia dalam jumlah cukup, dan (4) Pupuk anorganik mudah diangkut karena jumlahnya
relatif sedikit dibandingkan dengan pupuk organik. Pupuk anorganik mempunyai kelemahan, yaitu
selain hanya mempunyai unsur makro, pupuk anorganik ini sangat sedikit ataupun hampir tidak
mengandung unsur hara mikro (Lingga dan Marsono, 2000).

2.1 Jenis-Jenis Pupuk Anorganik

Secara umum ada dua jenis pupuk anorganik yang tersedia di pasaran :

1. Pupuk Tunggal : Pupuk yang dibuat dari satu unsur secara dominan.

Contohnya : Urea yang mengandung N, TSP atau SP 36 dengan P, dan KCl atau ZK dengan unsur K
yang dominan.

2. Pupuk Majemuk : Pupuk yang mengandung lebih dari satu jenis unsur.

Contoh : pupuk DAP dan Amofos yang terbuat dari N dan P. Pupuk majemuk juga bisa tersusun dari 3
unsur. Sebut juga Rustika Yellow dan Mutiara. Kedua pupuk itu dilengkapi dengan kandungan N, P,
dan K. Produsen pupuk biasanya juga menambahkan unsur-unsur mikro seperti Fe, B, Mo, Mn, dan
Cu.

Agar praktis, pekebun biasanya memakai pupuk mejemuk. Umumnya di pasaran beredar pupuk
dengan kandungan utama Nitrogen, fosfor, dan kalium dengan berbagai perbandingan. Besar kecilnya
perbandingan itu dicantumkan di label kemasan. Tulisan 20;10;10 artinya kandungan nitrogen paling
tinggi sehingga tepat digunakan untuk masa pertumbuhan (Lingga dan Marsono, 2000).

C. Pengaruh Pupuk Terhadap Pertumbuhan Tanaman

1. Pupuk Urea [(CO (NH2)2]

Urea merupakan pupuk buatan hasil persenyawaan NH4 (ammonia) dengan CO2. Bahan
dasarnya biasanya berupa gas alam dan merupakan ikatan hasil tambang minyak bumi. Kandungan N
total berkisar antara 45-46 %. Dalam proses pembuatan Urea sering terbentuk senyawa biuret yang
merupakan racun bagi tanaman kalau terdapat dalam jumlah yang banyak. Agar tidak mengganggu
kadar biuret dalam Urea harus kurang 1,5-2,0 %. Kandungan N yang tinggi pada Urea sangat
dibutuhkan pada pertumbuhan awal tanaman. (Mulyani, 2002).

2. Pupuk SP 36 (Superphospat 36)

SP 36 merupakan pupuk fosfat yang berasal dari batuan fosfat yang ditambang. Kandungan
unsur haranya dalam bentuk P2O5 SP 36 adalah 46 % yang lebih rendah dari TSP yaitu 36 %. Dalam
air jika ditambahkan dengan ammonium sulfat akan menaikkan serapan fosfat oleh tanaman. Namun
kekurangannya dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi kerdil, lamban pemasakan dan
produksi tanaman rendah. (Mulyani, 2002).

3. Pupuk KCl (Kalium Klorida)

Pembuatan pupuk KCl melalui proses ekstraksi bahan baku (deposit K) yang kemudian
diteruskan dengan pemisahan bahan melalui penyulingan untuk menghasilkan pupuk KCl. Kalium
klorida (KCl) merupakan salah satu jenis pupuk kalium yang juga termasuk pupuk tunggal. Kalium
satu-satunya kation monovalen yang esensial bagi tanaman. Peran utama kalium ialah sebagai aktivator
berbagai enzim. Kandungan utama dari endapan tambang kalsium adalah KCl dan sedikit K2SO4. Hal
ini disebabkan karena umumnya tercampur dengan bahan lain seperti kotoran, pupuk ini harus
dimurnikan terlebih dahulu. Hasil pemurniannya mengandung K2O sampai 60 %. Pupuk Kalium (KCl)
berfungsi mengurangi efek negative dari pupuk N, memperkuat batang tanaman, serta meningkatkan
pembentukan hijau dan dan dan karbohidrat pada buah dan ketahanan tanaman terhadap penyakit.
Kekurangan hara kalium menyebabkan tanaman kerdil, lemah (tidak tegak, proses pengangkutan hara
pernafasan dan fotosintesis terganggu yang pada akhirnya mengurangi produksi. Kelebihan kalium
dapat menyebabkan daun cepat menua sebagai akibat kadar Magnesium daun dapat menurun. Kadang-
kadang menjadi tingkat terendah sehingga aktivitas fotosintesa terganggu (Mulyani, 2002).

BAB III

METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Universitas Bengkulu, yang terletak di dekat
Laboratorium Agronomi. Praktikum ini dilaksanakan mulaidari 13 September 2017 sampai 25
November 2017.

3.2 Alat dan Bahan

Alat : cangkul, kored, meteran, timbangan, parang, SPAD.

BahanTanam : benih kacangpanjang.

BahanPendukung : ajir bambu, pupuk kandang, urea, SP-36, KCl, tali rafia,

kayu/penugal.

3.3 Cara Kerja

1. Membuat petakan satuan percobaan sesuai dengan metode pelaksanaan praktikum (panjang 6 m
dan lebar 4 m).
2. Mengolah lahan dengan cara mencangkul.

3. Memberikan pupuk kandang sebanyak 24 kg setelah pembuatan satuan percobaan selesai yakni
dengan mencampurkan pupuk kandang dengan tanah yang telah diolah sedalam 10-15 cm dengan
menggunakan cangkul.

4. Sebelum menanam membuat tali untuk jarak tanam 25 cm x 75 cm (karena kami memiliki 4
petakan yang masing-masing berukuran 2 m x 3 m maka untuk panjang tali rafia yang digunakan 3 m
mendapat 4 lubang tanam, sedangkan untuk lebar tali rafia ukuran 2 m mendapat 8 lubang tanam), lalu
menugal. Total keseluruhan lubang tanam ada 128. Satu lubang tanam memasukkan dua benih kacang
panjang lalu menutup kembali dengan tanah.

5. Membuat lubang untuk pupuk di dekat lubang tanam, lalu masukkan pupuk Urea, KCl dn SP 36.
Pemupukan dilakukan sore hari.

6. Memasang label perlakuan dosis pupuk Urea 50 kg/ha di pinggir petakan.

7. Melakukan pemeliharaan tanaman yang meliputi penyiraman, penyiangan gulma serta


melakukan pembumbunan.

8. Pada saat tanaman sudah tumbuh, memasang ajir untuk setiap tanaman lalu melilitkannya. Total
seluruh ajir ada 128.

9. Menentukan tanaman sampel sebanyak 20 buah secara acak.

10. Pengamatan yang dilakukan terhadap variabel pertumbuhan : jumlah daun, kehijauan daun dan
biomassa. Variabel hasil : jumlah buah/sampel, bobot buah/sampel dan bobot buah/petak.

11. Saat panen, memanen 18 sampel lalu mengamati jumlah buah/sampel, bobot buah/sampel, bobot
buah/petak serta berat berangkas (biomassa).
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Tabel Pertumbuhan Kacang Panjang

Perlakuan

Variabel Pengamatan

Kehijauan Daun

Biomassa Tanaman

Tinggi Tanaman

Jumlah Daun

50 kg/ha

49

148.6

183.46

22.65

100 kg/ha

51.67

290.73

175.71

29.6

150 kg/ha
55.33

136.79

225.29

41.15

TOTAL

156

576.12

584.46

93.4

Tabel 2. Tabel Hasil Tanaman Kacang Panjang

Perlakuan

Variabel Pengamatan

Jumlah Buah

Berat Buah

Berat per Petak

Panjang Buah

50 kg/ha

8.46

131.15

663.08

42.66

100 kg/ha

5.96

72.4
471.25

49.84

150 kg/ha

6.1

67.85

855.83

48.42

TOTAL

20.52

271.4

1990.16

140.92

Tabel 3. Tabel Rangkuman ANAVA

Variabel Peubah

KT Galat

KT Perlakuan

F hit

Notasi

Tinggi Tanaman

665.11

2134.3

3.21

Ns

Jumlah Daun
301.21

1352.29

4.49

Ns

Kehijauan Daun

21.87

30.33

1.39

Ns

Biomassa Tanaman

28731.32

22017.9

0.77

Ns

Jumlah Buah

4.467

5.91

1.32

Ns

Berat Buah

898.6

3739.01

4.16

Ns

Berat per Petak


227730.26

110928.47

0.48

Ns

Panjang Buah

59.22

43.42

0.73

Ns

Dari hasil praktikum menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk Urea tidak berpengaruh nyata
terhadap variable tinggi tanaman, jumlah daun, kehijauan daun, biomassa tanaman, jumlah buah, berat
buah, berat per petak dan panjang buah.

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian pupuk urea dengan dosis yang berbeda tidak
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Pemberian pupuk 50 kg/ha mempunyai tinggi tanaman
yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan urea 100 kg/ha namun lebih rendah dibandingkan
dengan perlakuan 150 kg/ha. Hal ini berbanding terbalik dengan pernyataan Suwardi dan Roy (2009)
yang menyatakan bahwa pemberian N yang semakin tinggi berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan
bobot kering tanaman. Semakin besar pemberian N , tinggi tanaman dan bobot kering tanaman semakin
besar. Hal ini berhubungan dengan kecukupan hara yang diberikan diserap oleh tanaman.

Secara umum unsur hara nitrogen dalam pupuk daun polar dan atonik yang dibutuhkan tanaman dalam
masa pertumbuhan vegetatif akan memacu pertumbuhan yang optimal, sinergi dengan pengguna
pertumbuhan tinggi tanaman, karena sifat dan prilaku tanaman kacang hijau sangat banyak dipengaruhi
oleh ingkungan dan pemupukan yang berimbang. Senyawa nitrogen (N) juga diperlukan pada awal
pertumbuhan dalam jumlah kecil untuk mengatasi kekurangan nitrogen sebelum mengandalkan
nitrogen dari fiksasi (pengikatan) nitrogen udara oleh bintil akar sehingga pertambahan tinggi tanaman
menjadi optimal (Jumin, 1988).

Oleh karena itu, penurunan tinggi tanaman pada pemberian pupuk Urea ddiduga disebabkan oleh faktor
eksternal dari lahan seperti tingkat ketercucian unsur hara N akibat dari hujan yang terjadi terus-
menerus pada saat tanaman telah ditanam dilapangan sehingga unsur hara N yang terkandung didalam
pupuk urea tidak tersedia bagi tanaman kacang panjang. Selain itu, kesalahan dalam pengukuran tinggi
tanaman juga dimungkinkan dengan adanya penurunan ini. Hal ini disebabkan tanaman telat
mendapatkan pengajiran sehingga sulur tanaman telah menyebar ke tanaman lain sehingga
memungkinkan terjadinya kesalahan pengukuran tinggi tanaman.

Grafik 1. Grafik Tinggi Tanaman

Dari hasil analisis statistik pemberian berbagai dosis pupuk Urea tidak berbeda nyata dengan
variabel jumlah daun tanaman dengan jumlah daun tertinggi diperoleh pada perlakuan urea 150 kg/ha
(Grafik 3). Hal ini disebabkan unsur hara N yang terkandung pada pupuk urea sangat diperlukan untuk
pertumbuhan vegetatif tanaman terutama penambahan tinggi batang, jumlah daun serta jumlah cabang.

Grafik 2. Grafik Jumlah Daun

Dari hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian pupuk urea tidak berpengaruh nyata
terhadap kehijauan daun tanaman kacang panjang. Pemberian pupuk urea 150 kg/ha memiliki
kehijauan daun tertinggi, sedangkan pemberian urea 50 kg/ha memiliki jumlah klorofil (kehijauan
daun) terendah (grafik 3). Menurut Sitompul (1995) bahwa peningkatan kadar klorofil menunjukkan
bahwa pupuk nitrogen anorganik (urea) yang diberikan mampu diserap oleh akar tanaman dan
dimanfaatkan untuk membentuk klorofil lebih banyak. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan Fathan
(1998), nitrogen merupakan salah satu komponen utama penyusun klorofil daun yaitu sekitar 60% dan
berperan sebagai enzim dan protein membran. Unsur nitrogen dalam tubuh tanaman dijumpai dalam
bentuk anorganik yang bergabung dengan unsur C, H, dan O membentuk asam amino, enzim, asam
nukleat, dan klorofil. Sehingga dapat meningkatkan laju fotosintesis dan menghasilkan asimiliat lebih
banyak.

Grafik 3. Kehijauan Daun

Berdasarkan analisis anava terlihat bahwa pemberian pupuk urea tidak berpengaruh nyata
terhadap bobot buah per petak, jumlah buah, bobot buah per sampel, dan biomasa tanaman. Bobot buah
per petak tertinggi pada perlakuan urea 150 kg/ha sedangkan bobot buah per petak terendah adalah
perlakuan 50 kg/ha urea (grafik 4). Namun hal ini berbanding terbalik dengan bobot buah persampel.
Bobot buah per sampel tertinggi diperoleh pada perlakuan urea 50 kg/ha dan terendah pada perlakuan
150 kg/ha (grafik 6). Hal ini kemungkinan disebabkan karena perbedaan kesuburan tanah yang berbeda
sehingga penyerapan nutrisi oleh tanaman tidak optimal sehingga mempengaruhi hasil. Selain itu,
jumlah buah yang dihasilkan juga mempengaruhi bobot buah yang dihasilkan oleh tanaman kacang
panjang.

Menurut teori semakin tinggi klorofil pada daun maka jumlah buah dan bobot buah yang
dhasilkan semakin tinggi karena tanaman yang mempunyai jumlah klorofil yang tinngi dapat
melakukan proses fotosintesis dengan optimal sehingga hasil yang diperoleh semakin tinggi. Namun,
hal ini tidak sesuai dengan hasil yang diperoleh. Hal ini dapat disebabkan kesuburan lahan yang
berbeda, tingkat naungan tanaman yang disebabkan oleh banyaknya tanaman yang menjalar ditanah
bukannya pada ajir sehingga tanaman terhalang untuk mendapatkan sinar matahari yang berpengaruh
terhadap proses fotosintesis tanaman dan mempengaruhi hasil tanaman yang diperoleh.

Grafik 4. Bobot Buah/Petak

Grafik 4. Jumlah Buah

Grafik 6. Bobot Buah/Sampel

Pada analisis anava 5 %, pemupukan urea dengan dosis yang berbeda tidak berpengaruh nyata
terhadap biomassa tanaman. biomassa tertinggi diperoleh pada perlakuan urea 100 kg/ha (Tabel 3).
Terjadinya peningkatan dalam biomassa menunjukkan unsur-unsur yang diberikan melalui pemupukan
dapat berfungsi dengan baik.

Grafik 7. Biomassa Tanaman

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil praktikum menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk Urea tidak berpengaruh
nyata terhadap variabel tinggi tanaman, jumlah daun, kehijauan daun, biomassa tanaman, jumlah buah,
berat buah, berat per petak dan panjang buah. Berdasarkan hasil ini, dapat disimpulkan baha perlakuan
terbaik pemupukan urea adalah dengan dosis 50 kg/ha karena mampu menghasilkan jumlah buah
terrtinggi yaitu 8.46, berat buah tertinggi yaitu 131.15.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat saya berikan yaitu pada saat praktikum sebaiknya praktikan mendengarkan
penjelasan dari Dosen maupun Coass,buatlah suasana yang kondusif dan kerjakan kegiatan praktikum
dengan teliti agar tidak terjadi kesalahan.

DAFTAR PUSTAKA

Buckman, H, O, Brady, N, C, 1982. Ilmu Tanah. Diterjemahkan Oleh Soegiman. Bharatana Karya
Aksara : Jakarta.

Fachruddin, L, 2000. Tanaman Kacang – Kacangan. Penebar Swadaya : Jakarta.


Fathan, R. M., Raharjo, A.K., dan Makarim. 1998. Hara tanaman jagung. Dalam: Jagung. Subandi et al.
(Eds.). Puslitbangtan. Bogor

Hanafia, K. A. 1991. Rancangan Percobaan, Teori dan Aplikasi. Fakultas Pertanian Universitas
Sriwijaya : Palembang

Haryanto, E., Suhartini, T., Rahayu, E, 1994. Budidaya Kacang Panjang. Penebar Swadaya: Jakarta.

Hasibuan, B, E., 2006. Pupuk dan Pemupukan. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara : Medan.

Hardjowigeno, S, 1995. Ilmu Tanah,Akademi Press : Jakarta.

Hardjowigeno. S., 2007. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo : Jakarta.

Lingga dan Marsono, 2000. Pupuk dan pemupukan. Pustaka buana : Bandung

Marsono.,Sigit, P, 2001. Pupuk Akar dan Jenis Aplikasi. Penebar Swadaya : Jakarta.

Mulyani. S,. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Penerbit Rineka Cipta : Jakarta.

Muslihat, Lili., 2003. Dasar-Dasar Bercocok Tanam. Kanisius : Yogyakarta.

Nazaruddin, 1993. Sayuran Dataran Rendah. Penebar Swadaya : Jakarta

Pitojo, S, 2006. Benih Kacang Panjang. Kanisius : Yogyakarta.

Poole TE. 2001. Soil organic matter. Fact sheet 783. Maryland Cooperative Extention.

Rukmana, R, 1995. Kacang Panjang. Kanisius : Yogyakarta.

Samadi, P, 2003. Usaha Tani Kacang Panjang. Kanisius : Yogyakarta.

Sastrahidajat, I, H., Soemarno, 1991. Budidaya Tanaman Tropika. Usaha Nasional : Surabaya.

Sitompul, S.M. dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. UGM press : Yogyakarta.

Soewito, D, S., 1990. Memanfaatkan Lahan Bercocok Tanam Kacang Panjang. CV. Titik Terang :
Jakarta.

Sunarjono, H, 2003. Bertanam 30 JenisSayur. Penebar Swadaya : Jakarta.

Suherni, N, 2007. Petunjuk Praktis Menanam Kacang Panjang dan Buncis. Nuasa : Bandung.

Sutedjo.,Mulyani, M, 1991. MikroBiologi Tanah. RinekaCipta. Jakarta.

Sutejo. 1995. Pupuk dan Cara Pemupukan. RinekaCipta. Jakarta.

Suwardi dan Roy Efendi. 2009. Efisiensi Penggunaan Pupuk N pada Jagung Komposit Menggunakan
Bagan Warna Daun. Balai Penelitian Tanaman Serelia. 115 hlm.
Thamrin., 2000. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung.

Verheyen, K. 2008. http://www.maylarchive.com/ agromedia@yahoogroup.Com

Wuryaningsih, S. 1994. Pengaruh Jenis dan Dosis Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Bunga Mawar Kultivar Cherry Brandy. J. Hortikultura. 4(2) : 41-47

LAMPIRAN

KebutuhanPupukOrganik (PupukKandang)

= x dosis per ha= x 10 ton= x 10.000 kg

= 24 kg/petak = 24 g per petak

Kebutuhan Pupuk Anorganik (untuk petakan 2m x 3m)


Urea = x 100 kg = 0,06 kg = 60 g/petak

KCl = x 150 kg = 0,09 kg = 90 g/petak

SP-36 (200 kg/ha) = x 200 kg = 0,12 kg = 120 g/petak

SP-36 (300 kg/ha) = x 300 kg = 0,18 kg = 180 g/petak

SP-36 (400 kg/ha) = x 400 kg = 0,24 kg = 240 g/petak

Anda mungkin juga menyukai