2.2
. Dasar Genetik Tanaman Menyerbuk Silang
Populasi yang mempunyai frekuensi gen tertentu pada dasarnya merupakan suatu varietas
tanaman menyerbuk silang. Karena mudah melakukan penyerbukan silang maka satu varietas
terdiri atas tanaman heterozigot (heterogen), kecuali varietas hibrida. Akan tetapi, secara
fenotipe nampaknya sama sehingga populasi tersebut memperlihatkan varietas tertentu.
Keragaman genetic dapat dipertahankan dari generasi ke generasi karena ada kawin acak,
sehingga baik frekuensi gen maupun genoyipe dapat tetap sama pada generasi berikutnya.
Menurut Hardy-Weinberg, frekuensi gen dan genotype akan konstan dari generasi ke generasi
pada suatu populasi kawin acak jika tidak terjadi seleksi, mutasi, dan mitigasi.
Upaya memperbaiki verietas suatu tanaman menyerbuk silang, berkaitan dengan merubah
frekuensi gen yakni kea rah peningkatan frekuensi gen yang dikehendaki. Perubahan ini dapat
dilakukan dengan melalui seleksi. Dengan definisi lain pemuliaan tanaman menyerbuk silang
sebagai seleksi terhadap populasi yang bertujuan untuk memperoleh populasi dengan frekuensi
gen yang baru dan unik. Demikian yang menyebabkan program pemuliaan tanaman bergantung
dari populasi asal dan metode seleksi yang dilakuakan. Populasi asal harus memiliki
keseragaman dan ada gen yang diinginkan. Sedangkan seleksi diarahkan untuk memperbesar
persentase gen yang diinginkan.
2.3. Metode Pemuliaan Tanaman Menyerbuk Silang
Metode pemuliaan tanaman menyerbuk silang sedikit berbeda dengan tanaman
menyerbuk sendiri karena pada tanaman menyerbuk silang, dalam populasi alami terdapat
individu-individu yang secara genetik heterozigot untuk kebanyakan lokus. Secara genotipe juga
berbeda dari satu individu ke individu lainnya, sehingga keragaman genetik dalam populasi
sangat besar. Fenomena lain yang dimanfaatkan dalam tanaman menyerbuk silang adalah
ketegaran hibrida atau heterosis. Heterosis didefinisikan sebagai meningkatnya ketegaran (vigor)
dan besaran F1 melebihi kedua tetuanya. Sebaliknya bila diserbuk sendiri akan terjadi tekanan
inbreeding. Beberapa metode yang populer pada tanaman menyerbuk silang misalnya
pembentukan varietas hibrida, seleksi massa, seleksi daur ulang, dan dilanjutkan dengan
pembentukan varietas bersari bebas atau varietas sintetik. Untuk tanaman yang membiak secara
vegetaif dapat dilakukan seleksi klon, hibridisasi yang dilanjutkan dengan seleksi klon. Cara ini
dapat digunakan juga untuk pemuliaan tanaman tahunan yang biasa dibiakan secara vegetative
(Ellis Nihayati, 2017).
2.4. Penyerbukan & Pembuahan Bunga
Penyerbukan sendiri (autogamy Serbuk sari yang jatuh di kepala putik berasal dari bunga
itu sendiri. Khusus: Penyerbukan sendiri yang berlangsung sebelum bunga mekar dinamakan
penyerbukan tertutup (cleitogamy) yang terjadi pada bunga. Berdasarkan asal serbuk sari:
autogamy) Serbuk sari yang jatuh di kepala putik berasal dari bunga itu sendiri. Pada
penyerbukan tetangga (geitonogamy Serbuk sari yang jatuh di kepala putik berasal 3 (tiga)
penyerbukan silang (allogamy, xenogamy Serbuk sari yang jatuh di kepala putik berasal dari
tumbuhan lain yang masih dalam satu jenis. geitonogamy) Penyerbukan bastar (hybridogamy)
Serbuk sari berasal dari tumbuhan jenis lain, yang sekurang-kurangnya memiliki satu sifat beda.
Pembastaran dapat dilakukan, antar varietas, misalnya pembastaran antara mangga golek dengan
mangga gadung. Terjadinya perkawinan (peleburan menjadi satu) sel telur yang terdapat dalam
kandung lembaga di dalam bakal biji dengan suatu inti yang berasal dari serbuk sari. Hasil dari
pembuahan yaitu akan terbentuk buah, biji, dan lembaga. Penyerbukan silang (Alogami) adalah
menempelnya serbuk sari dari suatu bunga pada kepala putik yang lain berada pada tumbuhan
lain yang sejenis.
2.5. Faktor Penyebab Kegagalan Penyerbukan atau Pembentukan Buah
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadikan kegagalan penyerbukan antara lain:
Kepala putik dalam keadaan tidak siap diserbuki, Daya hidup tepung sari sangat rendah atau
tepung sari sudah tidak pada fase produktif, suhu dan kelembaban terlalu rendah atau terlalu
tinggi. Serangan hama/penyakit akan terjadi kerusakan pada kepala putik yang mengakibatkan
kerusakan bakal buah, sehingga mengakibatkan banyak buah yang rontok sebelum masak,
kurangnya unsur hara untuk pembentukan buah, sehingga perkembangan bakal buah menjadi
terhambat, dan banyak buah rontok sebelum masak. Induksi bunga merupakan suatu peristiwa
penting dalam pembungaan, yang ditandai terjadinya perubahan pertumbuhan dan perkembangan
dari fase vegetatif menuju generatif.
Keberhasilan dalam induksi pembungaan tanaman dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu, faktor
internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam tanaman,
Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar/pengaruh lingkungan. Faktor
internal yang mempengaruhi pembungaan tanaman mangga adalah faktor genetik, dan fisiologi.
Faktor ini akan mempengaruhi bentuk dasar dari tanaman, morfologi bunga, kecepatan
pertumbuhan dan kerentanan terhadap penyakit, sedangkan faktor fisiologi aktivitas tanaman
yang dapat menunjang pembungaan tanaman. Faktor eksternal yang mempengaruhi pembungaan
tanaman mangga adalah faktor lingkungan. Faktor ini sangat berperan terhadap pembungaan
tanaman meliputi; cahaya, suhu, kelembaban, curah hujan, dan unsur hara. Secara umum,
terdapat 3 faktor utama yang mempengaruhi pembungaan yaitu, adanya hormon pembungaan
yang mengalihkan fase vegetatif menjadi reproduktif, adanya kondisi nutrisi yang optimum,
adanya perubahan biokimia yang mengubah nutrisi sehingga terjadi induksi pembungaan. Selain
itu, Pembungaan juga dipengaruhi adanya suhu rendah, kepekaan terhadap intensitas cahaya
yang dapat diterima oleh tanaman atau kepekaan panjang hari (Suryanto A. 2012).
BAB.IV. KESIMPULAN
Penyerbukan silang pada umumnya tanaman mangga melakukan penyerbukan sendiri,
yaitu tepung sari berasal dari satu bunga, dengan kata lain, pada umumnya prosentasi terjadinya
penyerbukan paling banyak pada bunga hermaprodit. Proses terjadinya penyerbukan biasanya
dibantu oleh serangga penghisap madu dan lebah, yang berusaha untuk menghisap madu dari
cawan bunga. Serangga dan lebah penghisap madu secara tidak sengaja akan membantu proses
penyerbukan. Jika pembungaan terjadi pada musim hujan, kemungkinan terjadinya kegagalan
penyerbukan akan lebih tinggi, karena kelembaban udara yang relatif tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Dika Meimar Laili Bela, Moch Roviq dan Tatik Wardiyati, 2018, Identifikasi Keragaman
Morfologi B, dan Buah Mangga (Mangifera Indica L.) Hasil Seleksi dari Persilangan
Antara Arumanis-143, Haden,Swarnarika Dan Podang Urang, Jurnal Produksi Volume
6 Nomor 1, Januari 2018. hlm 130.
Farihul Ihsan dan Sukarmin, 2008 Teknik Persilangan Mangga (Mangifera Indica) Untuk
Perakitan Varletas Unggul Baru, 2008, Buletin Teknik Pertanian Vol. 13 No. 1, 2008
Iman Sudrajat, Ellis Nihayati, dan Tatik Wardiyati, 2017. Idetentifikasi Keragaman Buah Hasil
Persilangan Mangga Arumanis 143 Dengan Podang Urang, Jurnal Produksi Tanaman,
Volume 5 Nomor 10, Oktober 2017, Hlm 1595.
Moh. Sadri1, Enny Adelina2, Sakka Samudin2, 2017, Identifikasi Karakter Morfologi Dan
Anatomi Mangga Lokal (Mangifera Spp.) Morowali Di Desa Bente Dan Desa
Bahomoleo Kecamatan Bungku Tengah, Agustus 2017, J. Agroland 24, Hlm 92.
Muhammad Chabib Ichsan dan Insan Wijaya, 2017, Proses Pembungaan Mangga (Mangifera
Indica L.) Kultivar Gadung Berlandaskan Pada Penanggulangan Self-Inkompatibel
Sporofitik, Juni 2017, Agritrop, Vol. 15 (1): 97.
Yoga Oktavianto, Sunaryo, dan Agus Suryanto, 2012, Karakterisasi Tanaman Mangga
(Mangifera Indica L.) Cantek, Ireng, Empok, Jurnal Produksi Tanaman, Volume 3,
Nomor 2, Maret 2015, Hlm. 92