PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pangan merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia.
yang tidak tergantung hanya pada satu bahan pangan saja, tetapi juga
Ubi kayu atau ketela pohon atau cassava sudah lama dikenal dan ditanam
oleh penduduk dunia. Hasil penelusuran para pakar botani dan pertanian
menunjukkan bahwa tanaman ubi kayu berasal dari kawasan benua amerika
memastikan sentrum (tempat asal) plasma nutfah tanaman ubi kayu adalah brasil
(Amerika selatan). Tanaman ubi kayu masuk masuk ke wilayah Indonesia kurang
lebih pada abad ke-18. Tepatnya pada tahun 1852, didatangkan plasma nutfah ubi
(Rochmawatin, 2010).
budidaya petani yang kurang tepat seperti pemupukan yang tidak berimbang dan
pemilihan asal bahan stek yang sembarangan tanpa melihat pengaruh dari sistem
penanaman stek yang mereka lakukan terhadap pertumbuhan dan hasil ubikayu.
konsentrasi pupuk hayati cair dan asal bahan stek. Penelitian ini bertujuan untuk
2
mengetahui konsentrasi pupuk hayati cair dan asal bahan stek terhadap
untuk pemenuhan kebutuhan pangan maupun industri. Peran ubi kayu dalam
bidang industri akan terus mengalami peningkatan seiring dengan adanya program
pemerintah untuk menggunakan sumber energi alternatif yang berasal dari hasil
sumber non beras, terutama ubi kayu, adalah ketersediaan bahan baku pangan ubi
kayu yang tidak kontinyu. Salah satu strategi mengatasi masalah tersebut yaitu
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan paper ini adalah untuk dapat mengetahui analisis kadar
pati, karbohidrat dan kadar air umbi pada tanaman ubi kayu (Manihot esculenta).
Kegunaan Penulisan
Kegunaan penulisan paper ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat
TINJAUAN PUSTAKA
umbi akar. Daun berbentuk menjari dengan 5 sampai 9 lobus. Pada dasarnya
Batang ubi kayu berbentuk panjang, kecil, dan lurus serta beruas-ruas.
Pada umumnya warna batang bervariasi antara merah kecoklatan hingga kelabu.
Setiap ruas mengandung mata tunas yang akan berkembang menjadi tunas baru
jika tunas apikal mengalami kerusakan atau masuk masa reproduktif. Mata tunas
yang berada dalam kondisi dorman akan tumbuh menjadi tunas dan tempat
munculnya akar adventif pada kondisi yang sesuai (Balagopalan et al., 1988).
Daun ubikayu berwarna kehijauan dan tulang daun yang majemuk menjari dengan
anak daun berbentuk elips yang berujung runcing. Warna daun muda hijau
kekuningan atau hijau keunguan. Tangkai daun panjang dengan warna hijau,
merah, kuning, atau kombinasi dari ketiganya (Najiyati dan Danarti, 2002 dalam
Kurniani, 2009).
ubikayu berbentuk bulat diameter 2,5 – 4 cm, berkayu beruas – ruas dan panjang.
dar kulit luar, tetapi batang yang masih muda pada umumnya berwarna hijau dan
4
pada saat tua berubah keputih – putihan, kelabu, hijau kelabu atau coklat kelabu.
Empulur batang berwarna putih, lunak, dan strukturnya empuk seperti gabus.
untuk tumbuh tegak dan membantu penyerapan hara. Akar akan membesar dan
membentuk umbi. Umbi pada ubikayu merupakan akar pohon yang membesar
dan memanjang, dengan rata – rata bergaris tengah 2- 3 cm dan panjang 50-80
cm, tergantung dari jenis ubikayu yang ditanam. bagian bawah daun tidak
berbulu. Umbi pada ubikayu berasal dari pembesaran sekunder akar adventif.
Bagian dalam ubikayu berwarna putih atau kekuning – kuningan. Umbi pada
Menurut Najiati dan Danarti (2002) dalam Kurniani (2009), bunga pada
tanama ubikayu muncul pada ketiak percabangan. Bunga betina lebih dulu
muncul dan matang. Tanaman ubikayu bunganya berumah satu (monoecius) dan
proses penyerbukannya bersifat silang. Jika selama 24 jam bunga betina tidak
Iklim
Ubi kayu dapat beradaptasi diberbagai kondisi iklim, terutama pada iklim
yang hangat dan lembab. Wilayah pengembangan ubi kayu berada pada 30º LU
dan 30º LS. Ubi kayu bisa tumbuh hingga di ketinggian 2,000 mdpl, namun akan
lebih menguntungkan jika ditanam di dataran rendah dengan curah hujan 750-
5
2,000 mm per tahun. Suhu optimum untuk pertumbuhan ada pada kisaran 18-30
dari permukaan laut. Curah hujan yang dibbutuhkan ubikayu supaya dapat
tumbuh dengan baik adalah 500 – 5.000 mm/tahun (optimal 750 – 1.500
mm/tahun) dengan suhu antara 180 - 350 C (optimal 250 – 270 C) (Departemen
Pertanian, 1996). Tanah yang paling disukai untuk ubikayu adalah tanah yang
berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat, dan tidak terlalu poros serta kaya
Tanah
Sebagian besar pertanaman ubi kayu terdapat di daerah dengan jenis tanah
Aluvial, Latosol, Podsolik dan sebagian kecil di daerah dengan jenis tanah
lempung berpasir dengan drainase yang baik dan bahan organik yang cukup
merupakan media terbaik untuk budidaya ubi kayu. Umbi akan terbentuk dengan
baik pada kondisi tanah yang gembur dengan pH 6-7.5. Tanah liat dan berbatu
Kadar HCN tepung ubi kayu yang dihasilkan berkisar antara 11.28 – 26.27
ppm. Kecenderungan perubahan kadar HCN tepung ubi kayu karena faktor yang
digunakan. Kadar HCN tepung ubi kayu dengan penggantian air rendaman lebih
rendah daripada kadar HCN tepung ubi kayu tanpa penggantian air rendaman. Hal
ini disebabkan oleh sifat HCN yang mudah larut dalam air. Di dalam proses
membentuk asam sianida yang larut dalam air. Ketika air rendaman diganti, HCN
yang larut dalam air tersebut akan ikut terbuang bersama dengan air, sehingga
rerata kadar HCN yang terukur lebih rendah. Sedangkan pada air rendaman yang
tidak diganti, rerata kadar HCN terukur lebih banyak karena HCN yang larut
juga mempengaruhi kadar sianida pada bahan. Pada penelitian ini, diduga mikroba
yang tumbuh dan berkembang adalah golongan mikroba mesofil yang dapat
semakin banyak asam sianida yang dibebaskan sehingga jumlah sianida di dalam
tepung ubi kayu cenderung semakin rendah. Hal ini dikarenakan perendaman
rendaman, suasana yang semula asam berubah menjadi alkalis. Kondisi alkali ini
disebabkan karena ion Na pada NaHCO3 bereaksi dengan komponen dinding sel
Permeabilitas dinding sel yang berubah ini menyebabkan kulit ubi kayu
melunak, pengupasan atau pelunakan jaringan kulit pada bahan pangan seperti
buah dan umbi-umbian dengan menggunakan larutan alkali atau biasa disebut lye
peeling, dilakukan dengan konsentrasi larutan alkali 1 - 3%, dengan waktu dan
suhu tertentu [7]. Dengan semakin lunaknya jaringan kulit pada umbi, akan
umbi, dengan begitu akan semakin banyak linamarin dan lotaustralin yang akan
Derajat Keasaman
Derajat Keasaman (pH) tepung ubi kayu yang dihasilkan berkisar antara
5.90 – 8.83. Kecenderungan perubahan rerata derajat keasaman (pH) karena faktor
yang digunakan. Derajat keasaman (pH) tepung ubi kayu dengan penggantian air
rendaman cenderung lebih tinggi dibanding dengan derajat keasaman (pH) tepung
asam laktat, asam asetat, asam sianida, dan asam organik lain oleh bakteri asam
8
laktat, namun ketika penggantian air rendaman, asam - asam yang dibebaskan
pada saat proses fermentasi sebagian ikut terbuang bersama air rendaman,
asam yang terbebaskan tidak ikut terbuang, sehingga derajat keasaman (pH) yang
Analisis kadar pati dilakukan dengan cara menentukan kadar gula yang
dinyatakan dengan glukosa dari filtrat yang diperoleh, dan nilai berat pati
diperoleh dari berat glukosa dikalikan dengan 0.90. Analisis kadar sianida
keasaman (pH) tepung ubi kayu cenderung semakin tinggi. Peningkatan ini
disebabkan karena NaHCO3 memiliki sifat buffer (penjaga pH). NaHCO3 dapat
digunakan sebagai pencuci untuk menghapus apapun yang berasam. Reaksi dari
NaHCO3 dan asam menghasilkan garam dan asam karbonat, yang mudah terurai
Kadar air tepung ubi kayu yang dihasilkan berkisar antara 7.38 – 7.73%.
Kecenderungan perubahan kadar air karena faktor yang digunakan dapat dilihat.
kadar air tepung ubi kayu dengan penggantian air rendaman cenderung lebih
rendah dibanding dengan rerata kadar air tepung ubi kayu tanpa penggantian air
air rendaman, maka rerata kadar air tepung ubi kayu cenderung semakin rendah
Rendahnya rerata kadar air tepung ubi kayu dikarenakan sebelum proses
penepungan, telah dilakukan pengeringan pada cabinet dryer dengan suhu 600C
selama 8 jam, sehingga penurunan kadar air pada tepung ubi kayu mulai terjadi
jumlah air terikat yang terbebaskan semakin banyak [10]. Selain itu, ubi kayu juga
Pada saat perendaman tersebut, ubi kayu mengalami fermentasi yang terjadi
komponen dalam bahan yang terpecah karena dimanfaatkan oleh mikroba untuk
metabolisme, sehingga semakin banyak jumlah air terikat yang terbebaskan. Hal
ini menyebabkan tekstur umbi menjadi lunak dan berpori sehingga menyebabkan
maka kadar pati pada tepung ubi kayu cenderung semakin rendah. Semakin tinggi
selama proses fermentasi terjadi. Pada penelitian ini diduga mikroorganisme yang
tumbuh adalah bakteri asam laktat, kondisi optimal pertumbuhan bakteri asam
energi untuk mikroorganisme pada ubi kayu terutama adalah pati. Mengingat
cukup tingginya pati dari ubi kayu, maka kondisi ini dapat merangsang
(Zulkufli, 2012)
Kadar gula reduksi tepung ubi kayu dengan penggantian air rendaman
cenderung lebih rendah dibanding dengan kadar gula reduksi tepung ubi kayu
yang digunakan pada air rendaman, maka kadar gula reduksi tepung ubi kayu
cenderung semakin tinggi. Kadar gula reduksi berkaitan dengan kadar pati dimana
semakin banyak pati yang terhidrolisis maka semakin banyak gula reduksi yang
fruktosa. Ujung dari suatu gula pereduksi adalah ujung yang mengandung gugus
berhubungan erat dengan aktivitas enzim, yaitu semakin tinggi aktivitas enzim
maka semakin tinggi pula gula pereduksi yang dihasilkan (Fauzi, 2010)
Kekuningan (b+) tepung ubi kayu yang dihasilkan berkisar antara 4.83 –
8.33. Kekuningan (b+) tepung ubi kayu dengan penggantian air rendaman
cenderung lebih rendah dibanding dengan kekuningan (b+) tepung ubi kayu tanpa
digunakan pada air rendaman, maka kekuningan (b+) tepung ubi kayu cenderung
terjadinya oksidasi antara keton dengan NaHCO3. Keton yang dihasilkan dari
menghasilkan karboksilat, air dan karbondioksida. Akibat dari adanya oksidasi ini
menyebabkan fermentasi yang terjadi pada ubi kayu yang direndam bersifat aerob
Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) adalah salah satu makanan pokok di
Indonesia setelah padi dan jagung. Ubi kayu mengandung glukosa sehingga pada
umumnya memiliki rasa yang manis, namun ada pula yang pahit. Ubi kayu pahit
merupakan salah satu ubi kayu yang masih jarang dimanfaatkan karena tidak
layak dikonsumsi. Ubi kayu baik yang manis maupun yang pahit juga
Jenis yang manis mengandung sianida < 50 ppm sehingga aman untuk
dikonsumsi, tetapi yang pahit mengandung sianida > 100 ppm dan tidak aman
untuk dikonsumsi dan biasanya dimanfaatkan sebagai gaplek atau tepung. Sianida
12
adalah senyawa kimia yang mengandung gugus CN dengan atom karbon terikat
rangkap tiga pada atom nitrogen. Sianida merupakan senyawa tidak berwarna,
sangat beracun dan mudah menguap pada suhu kamar 26oC. Secara spesifik,
sianida adalan anion CN- . Senyawa ini ada dalam bentuk gas, liquid dan solid,
setiap senyawa tersebut dapat melepaskan anion CNyang sangat beracun. Sianida
dapat terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia dan memiliki sifat
racun yang sangat kuat dan bekerja dengan cepat. Kandungan senyawa sianida
pada suatu bahan pangan dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu potensial
sianida dan memiliki ikatan glukosidik misalnya linamarin dan lotaustralin yang
ini dapat diukur dengan metode analisis tanpa adanya tahapan perlakuan secara
enzimatis maupun penambahan senyawa asam kuat. Pada ubi kayu biasanya
biasanya disebut dengan asam sianida (HCN). Sedangkan total sianida merupakan
jumlah keseluruhan jenis sianida yang terkandung dalam suatu bahan baik itu
berupa potensial sianida maupun sianida bebasnya. Ubi kayu varietas Malang 4
mempunyai produktivitas dan kadar pati yang cukup tinggi, namun memiliki
Potensi toksisitas pada ubi kayu disebabkan oleh dua senyawa prekursor HCN,
yaitu linamarin dan lotaustralin. Salah satu upaya untuk mengurangi kadar racun
glukosida sianogenik pada ubi kayu adalah dengan fermentasi. Selama fermentasi
disebabkan adanya akitivitas enzim linamarase dari umbi ubi kayu. Selama proses
menghasilkan sebagian gula dan hidroksinitril yang akan kembali terpisahkan atau
secara enzimatis menjadi sianida dan campuran karbonil (ketosa dan aldosa) [3].
Proses ini disebut sianogenesis dimana terjadi ketika jaringan sianogenik pada
KESIMPULAN
1. Kadar HCN tepung ubi kayu yang dihasilkan berkisar antara 11.28 – 26.27
ppm
2. Derajat Keasaman (pH) tepung ubi kayu yang dihasilkan berkisar antara
5.90 – 8.83
3. Kadar air tepung ubi kayu yang dihasilkan berkisar antara 7.38 – 7.73%
4. Kekuningan (b+) tepung ubi kayu yang dihasilkan berkisar antara 4.83 –
8.33
menjadi 3 jenis yaitu potensial sianogenik, sianida bebas dan total sianida
15
DAFTAR PUSTAKA