Anda di halaman 1dari 8

1.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia sangat banyak terdapat jenis-jenis sayur-sayuran, karena

tanahnya subur dan dapat di tumbuhi sayuran dengan baik dan mendapat sinar

matahari sepanjang tahun. Sehingga sangat bagus untuk tempat bercocok tanam

anekaragam sayur-sayuran yang dapat tumbuh subur dan menghasilkan dengan

baik. Produksi sayur-sayuran di Indonesia terus meningkat dipengaruhi

bertambahnya jumlah penduduk, serta makin bertambahnya pengetahuan

masyarakat akan khasiat nilai gizi sayur-sayuran yang penting untuk kesehatan

tubuh.

Salah satunya tanaman sayuran yang sangat populer dan di sukai

masyarakat baik dalam maupun luar negeri adalah kangkung. karena tanaman

kangkung memiliki kandungan gizi tinggi, juga banyak di temui di pasar dan

termasuk dalam sayuran daun yang dikonsumsi sehari-hari oleh masyarakat kita.

Tanaman kangkung berasal dari kawasan Asia dan Afrika dan menyebar keseluruh

benua.

Tanaman kangkung (Ipomoea reptans) terdiri dari dua varietas, yakni

kangkung darat yang disebut kangkung cina dan kangkung air, yang tumbuh

secara alami di sawah, rawa, atau parit. Perbedaan antara kangkung darat dan

kangkung air terletak pada warna bunga. Kangkung air berbunga putih kemerah-

merahan dan berdaun lebar, sedangkan kangkung darat bunga putih bersih dan

berdaun panjang.
Tanaman kangkung yang banyak dimanfaatkan oleh orang Indonesia

untuk keperluan sayuran dan memiliki prospek yang cukup baik jika

dikembangkan ke arah agribisnis adalah tanaman kangkun darat (Ipomoea

reptans). Kangkung darat umumnya di konsumsi oleh masyarakat Indonesia dan

dapat menjadi salah satu menu di rumah-rumah makan (Rukmana, 1994).

Kangkung memiliki kandungan gizi yang lengkap, diantaranya protein,

lemak, karbohidrat, serat, kalsium, fosfor, zat besi, natrium, kalium, vitamin A, B,

C dan karoten (Polii, 2009). Sebagai itu tanaman kangkung berfungsi sebagai

tanaman obat untuk menyembuhkan sembelit, menengkan saraf, obat penyakit

wasir, dan obat susah tidur (Sawasemariai, 2012)

Produksi kangkung di Indonesia dapat mencapai 50.000-60.000 kg per

hektar (Harjadi & Suketi, 1999). Meski harga sayuran kangkung darat relatif lebih

murah, namun bila dibudidayakan secara intensif dan berorientasi ke arah

agribisnis akan memberikan keuntungan yang cukup besar bagi petani. Peluang

pemasaran kangkung darat makin luas hingga ke pasar swalayan. Dengan

masuknya sayuran kangkung kepasar-pasar swalayan akan menaikkan harga jual

sayuran ini (Taufik, 2012). Selain itu Budidaya kangkung darat sangat mudah,

karena sayuran ini bersiklus panen cepat dan relatif tahan hama.

Kebutuhan akan ketersediaan kangkung darat berkualitas dengan

kuantitas yang terus meningkat sejalan dengan meningkatnya kebutuhan

penduduk dunia akan konsumsi sayuran kangkung darat. Budidaya kangkung

darat yang baik dengan pemberian pemupukan yang baik merupakan salah satu
upaya untuk mencapai hasil yang optimal dalam pengembangan budidaya

kangkung darat (Santi dan Goenadi, 2008).

Kota Pekanbaru merupakan salah satu daerah yang ada di Provinsi

Riau yang ikut mengalami pertumbuhan dan perkembangan pada subsektor

hortikultura khususnya sayur-sayuran. Pada tahun 2013 produksi sayur-sayuran di

Kota Pekanbaru mencapai 21.471 ton/tahunnya yang tersebar diseluruh kecamatan

yang ada di Kota Pekanbaru.

Produksi sayur-sayuran di Kota Pekanbaru tertinggi yaitu pada jenis

sayuran bayam dan kangkung yaitu sebanyak 5.250 ton dan 4.290 ton per

tahunnya. Sedangkan jika dilihat menurut Kecamatan yang ada di Kota

Pekanbaru, maka dapat dilihat bahwa Kecamatan Marpoyan Damai merupakan

kecamatan yang memiliki produksi tertinggi yaitu sebanyak 7.672 ton/tahun.

B. Tujuan Pratikum

C. Manfaat Pratikum
2. TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi dan Botani Kangkung

Kangkung (Ipomoea reptans poir) termasuk ke dalam kingdom

plantae, divisi spermatophyta, kelas dicotyledonae dan famili convolvulaceae

(Ware dan McCollum, 1980). Kangkung darat memiliki karakteristik warna bunga

putih hingga merah muda, daun agak kecil, warna batang putih kehijauan hingga

keunguan (Palada dan Chang, 2003). Klasifikasi botani tanaman kangkung

berdasarkan kelas taksonominya adalah sebagai berikut (Eko Widiyanto.

(1991) :Kelas :Dicotyledonae, Famili : Convolvulaceae, Genus : Ipomoea, Spesies

: Ipomoea reptans Poir.

Di Indonesia terdapat kangkung dengan berbagai aksesi seperti aksesi

511 asal Bekasi, 504 asal Bengkulu, 512 asal Cikampek dan sebagainya dengan

ciri tanaman dengan tipe tumbuh tegak, warna daun hijau, batang bulat, bunga

berbentuk terompet dan warna bunga putih (Kusandryani dan Luthfy, 2006).

Panjang daun, lebar daun dan umur berbunga pada aksesi 511 berturut-

turut 5 adalah 12.6 cm, 2.95 cm dan 60 hari, pada aksesi 504 berturut-turut 12.3

cm, 2.95 cm dan 65 hari, sedangkan aksesi 512 memiliki nilai berturut-turut 11.8

cm, 3.35 cm, 63 hari (Kusandryani dan Luthfy, 2006).

Tanaman kangkung terdiri dari dua varietas yaitu kangkung darat atau

disebut kangkung cina (Ipomoea reptans Poir) dan kangkung air (Ipomoea

aquatica Forsk) yang tumbuh secara alami di sawah, rawa, atau parit. Perbedaan

antara kangkung darat dan kangkung air terletak pada warna bunga dan bentuk

batang serta daun.Kangkung air berbunga putih kemerahan, batang dan daunnya
lebih besar,warna batangnya hijau, sedangkan kangkung darat daunnya panjang

dengan ujung runcing berwarna hijau keputihan, bunganya berwarna

putih.Perbedaan jumlah biji yang dihasilkan berpengaruh terhadap perbanyakan

kangkung. Kangkung darat diperbanyak melalui biji sedangkankangkung air

melalui stek pucuk batang, (Sriharti dan Takiyah, 2007).

(Palada dan Chang, 2003), menyatakan kangkung dapat dipanen sekali

dengan mencabut tanaman hingga ke akarnya atau beberapa kali dengan

memotong sepanjang 15-25 cm pada bagian batang. Pemanenan yang sering

dilakukan akan menghambat pembungaan dan menstimulasi pertumbuhan tunas

samping. Tanaman yang tidak dipanen menyebabkan tunas samping berkembang

menjadi daun yang panjang.

B. Ciri-Ciri Tanaman Kangkung

1. Akar

Akar merupakan organ tanaman yang berfungsi untuk memperkuat

berdirinya tubuh tumbuhan, menyerap air dan unsur hara tumbuhan dari dalam

tanah, mengangkut air dan unsur hara ke bagian tumbuhan yang memerlukan, dan

tempat penimbunan zat makanan cadangan. Anatomi akar primer yang dipotong

membujur tersusun dari tudung akar, epidermis akar, korteks, endodermis, dan

stele (Nugroho et al. 2006).

2. Batang

Batang tanaman memiliki tiga fungsi utama, yaitu mendukung daun

dan struktur reproduksi, menyediakan pengangkut bagian dalam, dan

menghasilkan jaringan baru. Perbedaan nyata antara penampang melintang batang


dan penampang melintang akar hanyalah ukuran unsur-unsur pengangkutan dalam

batang yang lebih besar dan lokasinya yang jauh dari pusat batang (Fisher dan

Dunham 1992).

Pada organ batang terdapat tiga bagian pokok yang berkembang 7 dari

jaringan protoderm, prokambium, dan meristem dasar, yaitu epidermis dan

derivatnya, korteks, dan stele (Nugroho et al.2006).

3. Daun

Daun biasanya tersusun oleh berbagai macam jaringan, tetapi secara

garis besar tersusun atas jaringan pelindung (epidermis dan derivatnya), jaringan

dasar (mesofil), jaringan pengangkut, jaringan penguat, jaringan sekretori

(Nugroho et al.2006).

C. Syarat Tumbuh Tanaman Kangkung

1. Iklim

Jumlah curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini

berkisar antara 500-5000 mm/tahun. Pada musim hujan tanaman kangkung

pertumbuhannya sangat cepat dan subur, asalkan di sekelilingnya tidak tumbuh

rumput liar. Dengan demikian, kangkung pada umumnya kuat menghadapi

rumput liar, sehingga kangkung dapat tumbuh di padang rumput, kebun/ladang

yang agak rimbun.

Tanaman kangkung membutuhkan lahan yang terbuka atau mendapat

sinar matahari yang cukup. Di tempat yang terlindung (ternaungi) tanaman

kangkung akan tumbuh memanjang (tinggi) tetapi kurus-kurus. Kangkung sangat

kuat menghadapi panas terik dan kemarau yang panjang (Eko Widiyanto, 1991).
2. Media Tanam

Media tanam tanaman kangkung ini menggunakan busa berukuran 4-

5cm dengan wadah talang air berukuran dengan panjang 133 cm dan lebar 12cm,

proses ini menggunakan sistem Hidroponik dengan menggunakan sistem perairan

yang tergenang. Kangkung sangat membutuhkan nutrisi dan air yang cukup dalam

proses pertumbuhannya.

3. Ketinggian Tempat

Kangkung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran

rendah sampai dataran tinggi (pegunungan) ± 2000 meter dpl. Baik kangkung

darat maupun kangkung air, kedua varietas tersebut dapat tumbuh di mana saja,

baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi. Hasilnya akan tetap sama asal

jangan dicampur aduk.


DAFTAR PUSTAKA

Eko Widiyanto. 1991. Sinar Tani, Bercocok Tanam Kangkung Darat. Sinar

Harjadi, S. S. dan K. Suketi. 1999. Pengaruh Saat Pemanenan terhadap Produksi

dan Kualitas Produksi Empat Varietas kangkung Darat (Ipomoea reptans

poir). Bul.Agr. 17 (1): 31-44.

Kusandryani, Y dan Luthfy. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Genetik Tanaman

Obat Spesifik Kalimantan Tengah. Buletin Plasma nutfah. 12(1) : 16-23.

Palada, M. C. Dan Chang, L. C. 2003. Suggested Cultural Practices for Vegetable

Amaranth. Vegetable Reseach and Development Center.

Santi L.P. dan D.H. Goenadi, 2008. Pupuk Organo-kimia untuk Pemupukan Bibit

Kelapa Sawit. Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia,

Bogor .dikutip dari : http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/.pdf

diakses pada tanggal 08/01/2024.

Sawasemariai, A.M.. 2012. Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kangkung

Darat (Ipomoea Reptans Poir) terhadap Pemberiaan Pupuk Indovit, Sentra

Foliar dan Indomess. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas

Pertanian Dan Teknologi Pertanian. Universitas Negeri Papua. Manokwari.

pp. 1-3.

Sriharti dan Takiyah Salim, (2007), Pengaruh Berbagai Kompos Terhadap

Produksi Kangkung Darat (Ipomea reptans poir.), Balai Besar

pengembangan Teknologi Tepat Guna-LIPI, Subang. Tani.

Anda mungkin juga menyukai