Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. Botani Tanaman Kangkung

Sistematika Tanaman Kangkung (Ipomoea reptans Poir) sebagai berikut

(Sunarjono, 2003) :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub-divisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Solanales

Famili : Convolvulaceae

Genus : Ipomoea Spesies : Ipomoea reptans Poir

Kangkung darat (Ipomoea reptans) merupakan tanaman sayur bernilai

ekonomitinggi dan bersifat khas daerah tropis yang digemari oleh masyarakat.

Berdasarkan keputusan menteri pertanian pada nomor 511/Kpts/PD.310/9/2006

disebutkan bahwa kangkung darat adalah salah satu tanaman sayuran yang diprioritaskan

di Indonesia konsumsi kangkung darat yang besar menjadi penyebab utamanya.

Kangkung darat merupakan tanaman yang relatif tahan kekeringan dan memiliki daya

adaptasi luas terhadap berbagai keadaan lingkungan tumbuh, mudah pemeliharaannya,


dan memiliki masa panen yang pendek (Suratman et al., 2000). Kompos limbah media

jamur dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah, sehingga petani yang berada

disekitar usaha jamur dapat memanfaatkan limbah tersebut. Perbaikan sifat fisik dan

kimia tanah dengan menggunakan pupuk kompos dari limbah media jamur tersebut

diharapkan dapat meningkatkan produktivitas tanaman kangkung. Pada saat ini,

informasi terkait dengan pemanfaatan kompos berbahan limbah media jamur untuk media

tanam sayuran daun khususnya kangkung darat masih cukup terbatas bahkan belum ada.

Oleh karena itu, kajian mengenai pengaruh penggunaan kompos berbahan limbah media

jamur sebagai media tanam dalam budidaya tanaman kangkung darat cukup diperlukan.

Di Indonesia terdapat kangkung darat dengan berbagai aksesi seperti aksesi 511

asal Bekasi, 504 asal Bengkulu, 512 asal Cikampek dan sebagainya dengan ciri tanaman

dengan tipe tumbuh tegak warna daun hijau, batang bulat, bunga berbentuk terompet dan

warna bunga putih (Kusandryani dan Luthfy, 2006). Kangkung darat termasuk tipe

sayuran dataran rendah yang pertumbuhannya kurang optimal bila ditanam di dataran

lebih dari 700 m dpl (Westphal, 1994). Di dataran rendah tropika sekitar khatulistiwa

kangkung dapat dipanen setelah 25 hari dan dapat menghasilkan lebih dari 20 ton/ha

daun segar, sedangkan di dataran tinggi kangkung darat membutuhkan 40 hari untuk satu

panenan (Williams et al, 1993). Kangkung darat dapat tumbuh di daerah dengan iklim

panas dan tumbuh optimal pada suhu 25-30°C (Palada dan Chang, 2003). Kangkung

darat sangat kuat menghadapi panas terik dan kemarau yang panjang dengan kelembaban

60%. Kangkung darat tumbuh optimal pada tanah banyak mengandung bahan organik,

tinggi kandungan air dengan pH 5.3-6.0 (Westphal, 1994). Jumlah curah hujan yang baik

untuk pertumbuhan tanaman ini berkisar antara 500-5000 mm/tahun (Aditya, 2009).
1. Morfologi Tanaman Kangkung

b. Kangkung merupakan tanaman yang dapat tumbuh lebih dari satu tahun.

Tanaman kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang-cabangnya

akar menyebar kesemua arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman 60

hingga 100 cm, dan melebar secara mendatar pada radius 150 cm atau lebih,

terutama pada jenis kangkung air (Djuariah, 2007).Batang kangkung bulat dan

berlubang, berbuku-buku, banyak mengandung air (herbacious) dari buku-

bukunya mudah sekali keluar akar. Memiliki percabangan yang banyak dan

setelah tumbuh lama batangnya akan menjalar (Djuariah, 2007).

c. Kangkung memiliki tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan di ketiak

daunnya terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru.

Bentuk daun umumnya runcing ataupun tumpul, permukaan daun sebelah atas

berwarna hijau tua, dan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda.

Selama fase pertumbuhanya tanaman kangkung dapat berbunga, berbuah, dan

berbiji terutama jenis kangkung darat. Bentuk bunga kangkung umumnya

berbentuk “terompet” dan daun mahkota bunga berwarna putih atau merah

lembayung (Maria, 2009).

d. Buah kangkung berbentuk bulat telur yang didalamnya berisi tiga butir biji.

Bentuk buah kangkung seperti melekat dengan bijinya. Warna buah hitam jika

sudah tua dan hijau ketika muda. Buah kangkung berukuran kecil sekitar 10 mm,

dan umur buah kangkung tidak lama. Bentuk biji kangkung bersegi-segi atau

tegak bulat. Berwarna cokelat atau kehitam-hitaman, dan termasuk biji berkeping
dua. Pada jenis kangkung darat biji kangkung berfungsi sebagai alat perbanyakan

tanaman secara generatif (Maria, 2009).

Morfologi tanaman kangkung terdiri dari akar, batang, daun, bunga, buah, biji. Tanaman

kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang-cabang akarnya menyebar ke semua

arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman 60-100 cm dan melebar secara mendatar pada

radius ±150 cm, terutama pada jenis kangkung air (Rukmana, 2007). Menurut Mangoting, (1994)

bahwa batang kangkung bulat dan berlubang, berbuku-buku, banyak mengandung air, dari buku-

bukunya mudah sekali keluar akar. Daun kangkung memiliki tangkai daun yang melekat pada

buku-buku batang dan di ketiak daunnnya terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi

percabangan baru. Bentuk daun umumnya runcing, permukaan daun bagian atas berwarna hijau

tua dan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda. Bunga pada tanaman kangkung

memiliki bentuk terompet. Buah kangkung berbentuk bulat yang didalamnya berisi tiga butir biji,

warna buah hitam jika sudah tua dan hijau ketika muda, berukuran kecil sekitar 10 mm dan umur

buah kangkung tidak lama sekitar 3-5 hari (Nazaruddin, 1994). Bentuk biji kangkung bersegi-segi

atau bulat, biji berkeping dua, pada jenis kangkung akar, biji berfungsi sebagai alat perbanyakan

tanaman secara generatif (Wirakusumah, 1998).

B. Syarat Tumbuh Kangkung darat (Ipomoea reptans)

1. Iklim

Tanaman kangkung dapat tumbuh baik di tempat yang bersuhu dingin, sehingga

dapat diusahakan di daerah dataran tinggi maupun dataran rendah, meskipun demikian

tanaman kangkung akan lebih baik jika ditanam di dataran tinggi dan daerah yang cocok

adalah mulai dari ketinggian 500-2000 meter di atas permukaan laut (mdpl) (Haryanto,

dkk. 2007). Ketinggian tempat yang memberikan pertumbuhan optimal pada tanaman

kangkung akar adalah 1000-1750 meter di atas permukaan laut (mdpl) (Supriati dan Ersi,
2010). Kondisi iklim yang dikehendaki untuk pertumbuhan kangkung adalah daerah yang

mempunyai suhu malam 18 0C dan siang harinya 280C (Rukmana, 2007). Tanaman

kangkung juga tahan terhadap air hujan sehingga dapat ditanam sepanjang tahun. Pada

musim kemarau, jika penyinaran dilakukan dengan teratur dan dengan air yang cukup,

tanaman kangkung akan tumbuh sebaik pada musim penghujan. Jika budidaya kangkung

dilakukan di dataran tinggi, tanaman ini umumnya akan cepat berbunga (Haryanto, dkk.

2007). Berhubung selama pertumbuhannya tanaman kangkung ini memerlukan hawa

yang sejuk, maka akan lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab.

Dengan demikian, tanaman ini cocok bila ditanam pada akhir musim penghujan

(Haryanto, dkk. 2007)

2. Tanah

Tanah yang sesuai untuk ditanami kangkung adalah tanah gembur, banyak

mengandung humus, subur. Derajat keasamaan (pH) tanah yang baik untuk tanaman

kangkung berkisar antara 5,5-6,5, aerasi lahan sempurna dan tanaman cukup mendapat

sinar matahari (Anonimous, 2013).

C. Pupuk Kandang Ayam

Sisa tanaman, kompos, dan pupuk kandang merupakan sumber bahan organik yang

cukup dikenal. Bahan organik yang berupa pupuk kandang apabila terdekomposisi dengan

baik akan memperbaiki kondisi tanah, mengurangi erosi, serta meningkatkan aktivitas

mikrobiologi tanah. Pupuk kandang yang dibenamkan ke dalam tanah dapat memperbaiki

sifat fisik tanah dan meningkatkan kemampuan tanah dalam menyerap air dan bahkan

dilaporkan dapat memperbaiki produktivitas tanah selama dua musim tanam (Erfandi,
dkk. 2001). Pupuk kandang digunakan untuk meningkatkan kesuburan tanah dan kadar

bahan organik tanah dengan menyediakan hara lebih lengkap dan faktor-faktor

pertumbuhan lainnya yang biasanya tidak disediakan oleh pupuk kimia (anorganik).

Pemberian pupuk kandang dapat memberikan pengaruh terhadap perbaikan lingkungan

tumbuh yaitu dapat meningkatkan aerasi, kemampuan menahan air, meningkatkan

aktivitas berbagai mikroba heterotrof dalam tanah, peningkatan kandungan P tersedia dan

penurunan retensi P tanah. Hal ini memungkinkan petani menggunakan pupuk kandang

yang tersedia untuk pertanian dengan biaya rendah untuk memenuhi kebutuhan hara

tanaman.Pupuk kandang ayam mengandung kadar air yang lebih rendah dibandingkan

pupuk kotoran kambing dan ayam sehingga kemampuan menahan air lebih tinggi. Pupuk

kotoran ayam lebih cepat dalam menyediakan unsur hara dan memiliki nisbah C/N lebih

rendah dibandingkan dengan pupuk kotoran ayam, kudadan domba. Pemberian pupuk

kandang ayam akan meningkatkan pertumbuhan tanaman yaitu daya tumbuh, vigor bibit

serta komponen hasil. Penelitian Eliyani (1999) menunjukkan bahwa pemberian pupuk

kandang ayam 10 ton/ha pada pertanaman kedelai dapat memperbaiki sifat kimia tanah

yaitu meningkatkan kadar C organik tanah (1.72 %), meningkatkan pH tanah berkisar

antara 0,08 hingga 0,17 satuan. Respon tanaman terhadap pemberian pupuk kandang

berbeda satu sama lain. Hal ini sangat berkaitan dengan berbagai faktor seperti takaran

pupuk, jenis pupuk, tingkat kematangan pupuk, cara pemberian pupuk di samping

kesuburan tanahnya. Jenis pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam mengandung N,

P, K dan unsur hara penting lainnya yang tinggi dibanding dengan pupuk kandang lain

untuk pertumbuhan tanaman.


D. Pupuk hayati

Pupuk hayati adalah jenis pupuk yang mengandung mikroba, yang dimasukkan ke

dalam tanah untuk meningkatkan pengambilan hara oleh tanaman dari dalam tanah atau

udara. Salah satu jenis pupuk hayati adalah pupuk Bio-Extrim (Anonimus, 2005). Pupuk

hayati Bio-Extrim merupakan pupuk hayati yang mengandung : 6% C – Organik, 7% N,

8% P205, 10% K2O, 1% CaO, 0,8% MgO, asam-asam amino, senyawa bioaktif (GA3 800

ppm) dan mikroorganisme (Supadno, 2010), konsentrat organik dan nutrisi tanaman hasil

ekstrasi secara mikrobiologis melalui proses fermentasi berbagai bahan organik

berkualitas tinggi (ikan, ternak, dan tanaman), mengandung senyawa bioaktif (plant

growth promoting agent, asam-asam amino, enzim), mikroba menguntungkan (penambat

N, pelarut P, K dan penghasil fitohormon) dan diperkaya dengan hara esensial. Mikroba-

mikroba bahan aktif pupuk hayati Bio-Extrim dikemas dalam bahan pembawa, bisa dalam

bentuk cair atau padat. Ciri-ciri pupuk hayati Bio-Extrim yang siap dipakai adalah cair,

berwarna coklat tua dan beraroma. Pupuk hayati Bio-Extrim mempunyai peran dalam

memperbaiki struktur tanah dengan cara menambah secara ekstrim jumlah populasi

mikroba penambat N, pelarut P, K dan unsur hara lainya : meningkatkan kadar unsur hara

makro dan mikro secara alami dengan ekstra cepat yang sangat dibutuhkan oleh tanaman

yaitu : memacu percepatan proses keluarnya akar, pertumbuhan, pembungaan dan

pembuahan secara cepat tapi dalam proses alami, menekan biaya produksi dan

meningkatkan produktivitas tinggi. Didalam pupuk hayati Bio-Extrim terdapat berbagai

macam mikroba. Mikroba yang terdapat di dalam pupuk hayati Bio-Extrim mempunyai

peran yang berbeda-beda untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman kangkung.


3. Limbah Media Tanam Jamur

Media tanam jamur yang biasa dipakai berasal dari campuran serbuk gergaji,

dedak, kapur dan terkadang pula ditambah elemen lain seperti gips atau pupuk. Serbuk

gergaji kayu yang biasa digunakan berasal dari kayu sengon. Terdapat dua macam media

tanam yang berpotensi menjadi limbah lingkungan, yaitu limbah media tanam tua dan

media tanam terkontaminasi. Media tanam tua berasal dari media yang sudah tidak

produktif lagi atau sudah tidak menghasilkan jamur. Media tanam tua biasanya telah

berumur lebih dari tiga bulan. Media tanam terkontaminasi disebabkan karena sebelum

media tanam ditumbuhi jamur, media tanam mengalami masa inkubasi, yaitu masa

pertumbuhan mycelium hingga media tanam tidak produktif. Pada masa inkubasi terdapat

media tanam yang gagal menumbuhkan jamur. Media tanam yang gagal menumbuhkan

jamur tersebut dikeluarkan dari bedeng dan menjadi limbah (Maonah, 2010). Media tanam

jamur yang tidak dapat berproduksi lagi dibuang sebagai limbah (Miles dan Chang,1997),

dan sering disebut sebagai Spent Mushroom Substrate (SMS) atau Spent Mushroom

Compost(SMC)

4. Potensi Limbah Media Tanam Jamur sebagai Pupuk Organik

Berdasarkan penelitian oleh American Mushroom Institute (2003), banyak manfaat

yang diperoleh dari aplikasi limbah media tanam jamur yang telah dikomposkan meliputi

perbaikan kapasitas penyangga tanah dan menjaga kelembapan tanah, serta sedikit

mengandung logam berat. Sifat-sifat fisik dan kimia limbah media tanam jamur yang

disyaratkan sebagai kompos adalah warna kompos coklat sampai hitam, ukuran 0,95 cm

sampai 1,2 cm, memiliki bau earthy (bau tanah), kelembapan mencapai 30-50% ,
kandungan bahan organik lebih besar dari 40 %, dan kandungan abu lebih kecil dari 60%.

Karateristik kandungan kimia pada limbah media tanam jamur antara lain memiliki rasio

C/N lebih kecil dari 30, kandungan nitrogen diantara 1,5-3,0 %, kandungan fosfor (P2O5)

diantara 0,5-2,0%, kandungan kalium (K2O) diantara 1,0-3,0%, dan memiliki pH diantara

6,0-8,0 (American Mushroom Institute, 2003). Kompos limbah media tanam jamur dapat

digunakan oleh para petani sayuran sebagai pupuk alternatifsehingga sekaligus

mengurangi potensinya sebagai limbah.

Dosis pupuk organik pada tanah yang haranya sangat rendah dan strukturnya padat

adalah berkisar antara 5-15, 15-20 dan 20-30 ton/ha (Sarwanto dan Widyastuti 2000).

Margono dan Sigit (2000) menyarankan dosis pupuk organik sebanyak 5-15 ton/ha(2000)

sedangkan Martodenso dan Suryanto (2001) 20-22 ton/ha untuk tanaman kangkung darat.

5. Pengaruh Kompos pada Pertumbuhan Tanaman

Pemberian kompos dari rumput mampu meningkatkan tinggi dan jumlah daun

tanaman kangkung lebih baik jika dibandingkan dengan kompos dari sayuran dan limbah

budidaya nanas (Sriharti, 2007). Pemberian kompos pelepah daun pisang dengan dosis

100 g/tanaman berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman kangkung darat

(Firdaus,2010). Hasil penelitian Kariada dan Sukadana (2000) menunjukkan bahwa

produktivitas sawi dengan perlakuan kascing 5 ton/ha sejak musim pertama perlakuan

pupuk adalah sebesar 28.09 ton/ha sedangkan produktivitas sawi dengan perlakuan pupuk

buatan (250 kg Urea/ha, 250 kg ZA/ha, 200 kg SP36/ha dan KCl 100 kg KCl/ha) hanya

sebesar 12.82 ton/ha. Krishnawati (2003) melaporkan bahwa tanaman kentang dengan

perlakuan kascing 1 kg/tanaman menghasilkan tinggi tajuk 35% lebih besar dibandingkan
perlakuan tanpa kascing. Penggunaan pupuk organik juga dapat mengurangi penggunaan

pupuk anorganik yang harganya semakin tinggi. Harga eceran tertinggi pupuk urea

berdasarkan keputusan pemerintah adalah Rp 1800/kg, namun harga pupuk yang harus

dibayar oleh petani tetap saja lebih dari Rp 1800/kg (Peraturan Menteri Pertanian

Republik Indonesia, 2013). Dengan menggunakan pupuk organik maka input yang harus

dikeluarkan petani lebih rendah karena selain harganya yang lebih murah, pupuk organik

juga dapat.

E. Cara Penanaman Kangkung

1. Menyiapkan Benih atau Bibit

Sebelum proses penanaman, kita bisa menyediakan benihnya dulu. Benih ini dapat
diperoleh di toko pertanian atau toko penyedia bibit tanaman yang ada di sekitar rumah
anda. Sebaiknya kita memilih bibit yang berkualitas baik yang dikemas dalam kemasan
yang baik pula. Dengan kata lain tidak membeli benih dalam kemasan repackage. Benih
ini dapat Anda beli dari supplier yang terpercaya. Namun jika kita ingin melakukan
pembibitan sendiri pun tidak masalah. Pembibitan tanaman ini dapat dilakukan dengan
cara degeneratif yaitu dengan biji maupun dengan cara vegetatif atau stek pucuk batang.
Jenis kangkung darat dapat berkembang biak dengan biji.

2. Persiapkan lahan tanam

Tahap yang tidak kalah pentingnya adalah persiapan lahan untuk menanam. Cara
persiapan lahan sebagai berikut:

1) Kita harus mencangkul tanahnya terlebih dahulu sedalam sekitar dua puluh sampai
tiga puluh sentimeter. Pencangkulan ini penting agar tanah menjadi gembur dan
siap untuk ditanami.
2) Bedengan dibuat membujur dari barat ke timur agar sinar matahari dapat masuk
dengan baik. Lebar bedegan yang ideal sekitar kurang lebih tiga puluh sentimeter.
Tempat yang memiliki ph rendah harus dikerjakan pengapuran dengan
menggunakan kapur kalsit atau dolomit. Fungsi pengapuran ini agar tanah bersifat
basa. Tanah yang bersifat asam membuat kangkung tidak bisa tumbuh dengan baik
dan optimal.
3) Jika tanah telah siap, biji kangkung dapat ditanam di bedengan tersebut. Benih
ditanam di dalam lubang. di lahan yang lebih luas, kita bisa memasukkan antara
dua sampai lima biji.
4) Sistem penanaman di bedengan dikerjakan dengan cara zig-zag atau bergaris-garis.
Sistem bergaris-garis ini dinamakan garitan.

F. Cara Perawatan Kangkung

Perawatan kangkung dilakukan dengan penyiraman rutin, dan pengamatan dari hama
penyakit, diperlukan juga penambahan asupan zat hara pada saat ada indikasi tanaman
mulai menguning. Penyiangan perlu dilakukan apabila terdapat rumput ataaupun gulma
yang nantinya dipastikan akan mengganggu pertumbuhan tanaman. Hama yang biasa
menyerang biasanya berupa ulat dan belalang, sementara itu penyakit yang biasanya
menyerang adalah penyakit karat putih, penangannya bisa secara manual dan jika sudah
parah bisa menggunakan pestisida hayati seperti daun nimbi, gadung, sereh, wangi dan
sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai