TINJAUAN PUSTAKA
Sub-kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Genus : Ipomea
tanaman kangkung memiliki dua varietas yaitu kangkung air dan kangkung darat.
Kangkung darat, yang mempunyai daun-daun yang panjang dengan ujung yang
sedangkan kangkung air biasa ditanam di pinggir-pinggir kolam, rawwa dan lain-
ujung yang agak tumpul berwarna hijau kelam dan bunganya berwarna kekuning-
kuningan/ungu.
batang dan daun lebih besar dibandingkan dengan kangkung darat, berbatang
hijau dan berbiji sedikit. Buah kangkung memiliki diameter 7 – 9 mm, halus,
berwarna kecoklatan dan berisi 2 – 4 biji (Westphal, 1994 dalam Maryam, 2009).
Kangkung darat memiliki karakteristik warna bunga putih hingga merah muda,
daun agak kecil, warna batang putih kehijauan hingga keunguan (Palada dan
di Indonesia terdapat kangkung dengan berbagai aksesi seperti aksesi 511 asal
Bekasi, 504 asal Bengkulu, 512 asal Cikampek dan sebagainya dengan ciri
tanaman dengan tipe tumbuh tegak, warna daun hijau, batang bulat, bunga
berbentuk terompet dan warna bunga putih. Panjang daun, lebar daun dan umur
berbunga pada aksesi 511 berturut-turut adalah 12,6 cm, 2,95 cm dan 60 hari,
pada aksesi 504 berturut-turut 12,3 cm, 2,95 cm dan 65 hari, sedangkan aksesi
panjang 7 – 14 cm, berbentuk jantung pada pangkalnya dan biasanya runcing pada
segera tebentuk pada buku batang jika menyentuh tanah atau lengas. Pada kondisi
hari pendek, tangkai bunga tegak berkembang pada ketiak daun. Biasanya
terbentuk satu atau dua kuntum bunga berbentuk terompet dengan leher ungu.
Warna mahkota putih, merah jambu muda, atau ungu, berbeda-beda menurut tipe
kangkung merupakan tanaman menetap yang dapat tumbuh lebih dari satu bulan.
pada radius 100-150 cm atau lebih, terutama pada jenis kangkung air. Tangkai
daun melekat pada buku-buku batang dan di ketiak daun terdapat mata tunas yang
dapat tumbuh menjadi percabangan baru. Bentuk daun umumnya seperti jantung
hati, ujung daunnya meruncing atau tumpul, permukaan daun sebelah atas
berwarna hijau tua dan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda.
lempung, sampai lempung berpasir, gembur, dan mengandung bahan organik serta
lokasi yang terbuka dan memperoleh sinar matahari langsung, masih bisa ditanam
di tanah rawa yang drainase airnya tidak lancar. Kangkung termasuk tipe sayuran
lebih dari 700 mil dari permukaan laut (Westphal, 1994 dalam Maryam (2009).
Kangkung dapat tumbuh di daerah dengan iklim panas dan tumbuh optimal pada
suhu 25 – 30°C (Palada dan Chang, 2003 dalam Maryam (2009). Kangkung
sangat kuat menghadapi panas terik dan kemarau yang panjang dengan
umumnya kangkung merupakan tanaman hari pendek dan termasuk tipe sayuran
dataran rendah. Kangkung jarang tumbuh pada ketinggian lebih dari 700 m2
yang memiliki garis lintang yang tinggi seperti Thailand Utara, Vietnam Utara
pada tempat dengan ketinggian maksimal 2000 meter diatas permukaan laut.
Tanaman ini membutuhkan tanah yang gembur dan mengandung banyak bahan
membutuhkan lahan yang terbuka atau lahan yang mendapatkan sinar matahari
yang cukup sebagai tempat tumbuhnya, karena di lahan yang ternaungi tanaman
kangkung akan tumbuh memanjang. Tanaman ini tumbuh baik sepanjang tahun,
curah hujan yang optimal untuk kangkung adalah 500 – 5000 mm/tahun.
Kangkung merupakan tanaman yang memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi
sehingga dapat tumbuh dihampir semua kondisi lahan, namun jika ditanam pada
lahan yang memiliki suhu udara relatif panas batang tanaman ini akan mengeras.
Waktu bertanam yang baik ialah pada musim hujan untuk kangkung darat atau
seragam. Bentuk daun lonjong lebar dengan ujung yang lancip. Warna daun dan
batang hijau. Tinggi tanaman 20 – 30 cm. Panen pada umur 25 – 30 HST. Potensi
produksi 25 – 30 ton/ha.
melalui stek pucuk batang. Menurut Palada dan Chang (2003) dalam Kartika,
2010, kangkung dapat dipanen pada umur 30 – 45 Hari Setelah Tanam (HST)
tergantung varietas dan tipe tanaman. Palada dan Chang (2003) menyatakan
kangkung dapat dipanen sekali dengan mencabut tanaman hingga ke akarnya atau
menunjukkan kangkung aksesi 511, 504 dan 512 masing-masing memiliki umur
Kangkung aksesi 511, 504 dan 512 masing-masing memiliki bobot tanaman per
rumpun sebesar 468.5, 470.0 dan 630.5 g (Kusandryani dan Luthfy, 2006) dalam
Kartika, 2010. Pemupukan urea 150 – 300 kg/ha memberikan hasil panen 7-30
pada umur 20 – 50 hari setelah benih disebar. Hasil tanamannya berkisar antara 7
– 30 ton/ha produk segar, dan dapat mencapai 400 ton/ha/tahun. Kangkung yang
yaitu saat panjang batangnya kira-kira 20 25 cm. Panen perdana ini untuk
dapat pula dipangkas sesudah berumur 1,5 bulan dari saat penanaman. Cara
kangkung darat juga dapat dilakukan dengan mencabut tanaman beserta dengan
akar-akarnya Panen dilakukan pada sore hari dengan tujuan agar tidak mengalami
kelayuan yang drastis akibat pengaruh suhu udara yang panas ataupun teriknya
sinar matahari. Panen dilakukan dengan cara memotong kangkung yang siap
dilakukan 2 – 3 minggu sekali setiap kali habis panen biasanya akan terbentuk
maka perlu disisakan ± 2 m2 agar bijinya dapat diproduksi sebagai benih. Hal ini
lambat, kerdil, dan kurang produktif. Gejala ini dapat disebabkan oleh tuanya
umur tanaman dan kondisi tanah tidak subur lagi. Oleh karena itu, tanaman ini
tanahnya diolah secara sempurna, dan diberi pupuk kandang seperti pada
permulaan berkebun , kemudian ditanami bahan tanaman /benih/ bibit baru yang
kesegaran tanaman dalam waktu yang relatif lama, mengumpulkan hasil panen di
akarnya dari bekas-bekas tanah hingga bersih, menyusun rapi kangkung yang
telah dicuci di rak-rak terbuka untuk diangin-anginkan dan agar bekas air
pencucian bisa tiris dan mengemas kangkung menggunakan label isolasi dengan
berat sesuai permintaan pasar. Umumnya, berat kangkung per ikat sekitar 200