Anda di halaman 1dari 15

Laporan Praktikum

Fisiologi Tumbuhan

STOMATA PADA TANAMAN C3 DAN C4

NAMA : MUHAMMAD AZKAR FADLAN MA’RUF


NIM : G111 16 503
KELAS : FISILOGI TUMBUHAN (F)
KELOMPOK : 16 ( ENAM BELAS)
ASISTEN : FEBRY ZULQOIDAH

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumbuhan memiliki peranan yang penting bagi mahluk hidup untuk
mempertahankan hidupnya. Tumbuhan merupakan produsen karena dapat
mensintesis makanannya sendiri dari senyawa anorganik (autotrof) melalui proses
fotosintesis. Fotosintesis merupakan suatu sifat fisiologi yang hanya dimiliki
khusus oleh tumbuhan. Salah satu komponen penting yang digunakan dalam
fotosintensis adalah klorofil yang memungkinkan tumbuhan dapat menyerap energi
dan cahaya. Selain klorofil, stomata juga dapat mempengaruhi efisiensi fotosintesis.
Stomata memungkinkan masuknya dari lingkungan pada siang hari sebagai
bahan fotosintesis. Fotosintesis hanya dapat dilakukan saat stomata terbuka.
Kerapatan stomata sangat bergantung pada konsentrasi, yaitu bila naik, jumlah
stomata per satuan luas lebih sedikit. Stomata memberikan respon pada cahaya
melalui efek fotosintesis dari konsentrasi (Budiono, et al., 2016).
Stomata berperan penting sebagai merupakan salah satu alat dari tanaman yang
digunakan untuk beradaptasi terhadap cekaman kekeringan. Pada kondisi cekaman
kekeringan, fungsi stomata akan menutup, sebagai upaya untuk menahan laju
transpirasi. Beberapa jenis tanaman beradaptasi terhadap cekaman kekeringan
dengan cara mengurangi ukuran stomata dan jumlah stomata. Mekanisme
membuka dan menutup stomata pada tanaman yang toleran terhadap cekaman
kekeringan sangat efektif sehingga jaringan tanaman dapat menghindari air
tanaman melalui mekanisme penguapan (Juairiah, 2014).
Posisi stomata antara daun yang satu dengan daun yang lainnya tidak sama.
Hal ini disebabkan karena perbedaan luas permukaan daun pada tanaman,
penutupan stomata, jumlah dan ukuran stomata, perbedaan bentuk stomata.. Faktor
eksternal yang dapat mempengaruhi stomata pada tumbuhan didominasi oleh unsur
cuaca seperti radiasi matahari dan suhu.
Berdasarkan uraian di atas, maka praktikum ini perlu dilakukan untuk
mengetahui hubungan stomata dengan proses-proses metabolisme pada spesies
tanaman yang berbeda.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat menemui fakta mengenai letak
stomata pada daun, menemukan fakta adanya perbedaan stomata antar spesies
tanaman C3 dan C4, dapat menghitung kerapatan stomata pada daun tanaman, dapat
mengukur dan menghitung luas bukaan stomata, mendeskripsikan bentuk stomata
pada setiap spesies tanaman, mendeskripsikan mekanisme membuka dan
menutupnya stomata.
Kegunaan dari praktikum ini adalah agar dapat menambah keterampilan
praktikum dan wawasan mahasiswa khususnya mengenai cara menghitung
kerapatan dan luas bukaan stomata sehingga dapat membedakan proses
metabolisme yang terjadi pada tanaman C3 dengan C4.
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Tanaman Kakao dan Jagung
2.1.1 Tanaman Kakao
Menurut (Martono, 2016), kakao memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Akar
Di samping untuk memperkuat berdirinya tanaman kakao, akar tanaman ini
berfungsi untuk menyerap air dan zat-zat makanan yang terlarut di dalam air dari
dalam tanah serta mengangkut air dan zat-zat makanan ke tempat-tempat yang
memerlukan. Tanaman kakao mempunyai akar tunggang yang disertai dengan akar
serabut dan berkembang di sekitar permukaan tanah kurang lebih sampai 30 cm.
Pertumbuhan akar dapat mencapai 8 m ke arah samping dan 15 m ke arah bawah.
Ketebalan daerah perakarannya 30-50 cm. Pada tanah dengan permukaan air
rendah, akar tumbuh panjang, sedangkan pada kedalaman air yang tinggi dan tanah
liat, akar tidak begitu dalam dan tumbuh lateral dekat dengan permukaan tanah.
b. Batang
Batang tanaman kakao tumbuh tegak, tinggi tanaman di kebun pada umur 3
tahun dengan kisaran 1,8-3 m dan pada umur 12 tahun mencapai 4,5-7 m,
sedangkan kakao yang tumbuh liar ketinggiannya mencapai 20 m. Kakao yang
diperbanyak dengan biji akan membentuk batang utama sebelum tumbuh cabang-
cabang primer. Sudut arah pertumbuhan cabang primer berkisar 45° dengan warna
cokelat muda sampai cokelat tua, permukaan beralur, keadaan bantalan buah jelas,
jarak antar bantalan buah 5-10 cm. Sudut arah pertumbuhan cabang sekunder
sekitar 60°, warna cokelat muda sampai cokelat tua, alur permukaan kurang tegas
sampai tegas dengan jarak antar ketiak daun 2-5 cm.
c. Daun
Daun kakao merupakan daun tunggal (folium simplex), pada tangkai daun
hanya terdapat satu helaian daun. Warna daun bervariasi dari kecokelatan, cokelat,
cokelat kemerahan, merah kecokelatan, kemerahan, merah, merah muda, merah
cerah, merah tua, dan kuning kemerahan. Daun muda berwarna kuning, kuning
cerah, cokelat, merah kecokelatan, hijau kecokelatan, hijau kemerahan, dan hijau,
panjang daun 10-48 cm dan lebar antara 4- 20 cm. Permukaan atas daun tua hijau
dan bergelombang, sedangkan permukaan bawah daun tua berwarna hijau muda,
kasar, dan bergelombang.
d. Bunga
Letak sebaran bunga dan buah pada batang dan cabang atau bersifat cauliflora.
Bunga kakao terdapat hanya sampai cabang sekunder. Bunga kecil dan halus
berwarna putih sedikit ungu kemerahan dan tidak berbau, diameter bunga 1-2 cm.
Bunga kakao tergolong bunga sempurna terdiri dari daun kelopak (calyx) sebanyak
5 helai berwarna merah muda dan benang sari (androecium) berjumlah 10 helai.
Panjang tangkai bunga 2-4 cm. Warna tangkai bunga beragam dari hijau muda,
hijau, kemerahan, merah muda, dan merah. Dalam keadaan normal, tanaman kakao
dapat menghasilkan bunga sebanyak 6000– 10.000 per tahun dan hanya sekitar 5%
yang dapat menjadi buah.
e. Buah
Buah kakao berupa buah buni dengan daging bijinya sangat lunak. Bentuk,
ukuran, dan warna buah kakao bervariasi dan merupakan salah satu karakter
penting sebagai penciri perbedaan antar genotipe kakao. Permukaan buah halus,
agak halus, agak kasar, dan kasar dengan alur dangkal, sedang, dan dalam, jumlah
alur sekitar 10 dengan tebal antara 1-2 cm tergantung jenis klonnya. Panjang buah
16,2– 20,50 dengan diameter 8–10,07 cm.
2.1.2 Tanaman Jagung
Menurut (Riwandi et al., 2016), tanaman jagung memiliki karakteristik sebagai
berikut :
a. Sistem perakaran
Tanaman jagung memiliki sistem perakaran akar serabut dengan 3 macam akar
yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar udara. Pertumbuhan akar ini melambat
setelah plumula muncul ke permukaan tanah. Akar adventif adalah akar yang
semula Sistem perakaran tanaman jagung merupakan akar serabut dengan 3 macam
akar yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar udara. Pertumbuhan akar ini
melambat setelah plumula muncul ke permukaan tanah. Akar adventif adalah akar
yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, selanjutnya berkembang
dari tiap buku secara berurutan ke atas hingga 7 sampai dengan 10 buku yang
terdapat di bawah permukaan tanah. Akar adventif berperan dalam pengambilan air
dan unsur hara. Akar udara adalah akar yang muncul pada dua atau tiga buku di
atas permukaan tanah yang berfungsi sebagai penyangga supaya tanaman jagung
tidak mudah rebah. Akar tersebut juga membantu penyerapan unsur hara dan air.
b. Batang
Tinggi batang jagung berkisar antara 150 sampai dengan 250 cm yang
terbungkus oleh pelepah daun yang berselang-seling berasal dari setiap buku. Ruas-
ruas bagian atas berbentuk silindris, sedangkan bagian bawah agak bulat pipih.
Tunas batang yang telah berkembang menghasilkan tajuk bunga betina.
Percabangan (batang liar) pada jagung umumnya terbentuk pada pangkal batang.
Batang liar adalah batang sekunder yang berkembang pada ketiak daun terbawah
dekat permukaan tanah.
c. Daun
Jumlah daun jagung bervariasi antara 8 helai sampai dengan 15 helai,
berwarna hijau berbentuk pita tanpa tangkai daun. Daun jagung terdiri atas kelopak
daun, lidah daun (ligula) dan helai daun yang memanjang seperti pita dengan ujung
tanaman meruncing. Pelepah daun pada tanaman berfungsi untuk membungkus
batang dan melindungi buah. Tanaman jagung di daerah tropis mempunyai jumlah
daun relatif lebih banyak dibandingkan dengan tanaman jagung yang tumbuh di
daerah beriklim sedang.
d. Bunga
Tanaman jagung disebut juga tanaman berumah satu, karena bunga jantan dan
betina terdapat dalam satu tanaman, tetapi letaknya terpisah. Bunga jantan dalam
bentuk malai terletak di pucuk tanaman, sedangkan bunga betina pada tongkol yang
terletak kira-kira pada pertengahan tinggi batang.
e. Biji
Biji jagung mempunyai bagian kulit buah, daging buah, dan inti buah
2.2 Stomata
Stomata berasal dari kata Yunani, stoma yang mempunyai arti lubang atau
porus. Stomata merupakan celah dalam epidermis yang dibatasi oleh dua sel
epidermis yang khusus, yakni sel penutup. Dengan mengubah bentuknya, sel
penutup mengatur pelebaran dan penyempitan celah. Sel yang mengelilingi stoma
dapat berbentuk sama atau berbeda dengan sel epidermis lainnya. Sel yang berbeda
bentuk dinamakan sel tetangga, yang kadang-kadang berbeda juga isinya. Sel
tetangga berperan dalam perubahan osmotik yang menyebabkan gerakan sel
penutup yang mengatur lebar celah. Stomata di temukan pada sebagian besar
permukaan tanaman misalnya daun, batang dan akar tetapi yang terbanyak terdapat
pada daun (Kuswarini, 2016).

2.3 Karakteristik Stomata Tanaman Kakao dan Tanaman Jagung

Menurut hasil pengamatan stomata (Rubiyo et al., 2018) pada 10 klon,


kerapatan stomata pada daun maupun buah tidak memberikan korelasi yang tinggi
terhadap ketahanan. Klon kakao yang tahan tidak selalu menghasilkan jumlah
kerapatan stomata yang lebih sedikit dibandingkan dengan yang rentan, atau klon
kakao yang rentan tidak selalu memiliki jumlah stomata yang banyak di daun
maupun pada buah. Jumlah stomata tidak berbeda nyata antara kelompok klon yang
tahan maupun rentan.
Pada tanaman jagung, Bagian bawah permukaan daunnya tidak berbulu
(glabrous) dan umumnya mengandung stomata lebih banyak dibanding dengan di
permukaan atas. Jumlah stomata bagian atas permukaan daun diperkirakan 7000-
10.000/ cm2, sedangkan di bagian bawah permukaan daun jumlahnya sekitar
10.000-16.000/cm2. Jumlah daun jagung tiap tanaman bervariasi antara 12-18
helai. Duduk daun bermacam-macam tergantung dari genotipe mulai dari hampir
mendatar sampai vertikal (Muhadjir, 2018).

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Bukaan Stomata

Membuka dan menutupnya stomata dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor


diantaranya yaitu cahaya, konsentrasi CO2, suhu, kelembaban dan hormon
tumbuhan. Cahaya sinar matahari menyebabkan membukanya stomata pada siang
hari, dalam hal ini tumbuhan menangkap cahaya menggunakan pigmen yang
disebut dengan klorofil. Sedangkan dalam keadaan gelap atau tidak ada cahaya
matahari terjadi peningkatan konsentrasi CO2 dan turunnya kelembaban
menyebabkan menutupnya stomata (Taluta, et al., 2017).
Cahaya, konsentrasi CO2, kelembaban dan hormon tumbuhan merupakan
beberapa faktor yang mempengaruhi membuka dan menutupnya stomata. Cahaya
menyebabkan membukanya stomata sedangkan keadaan gelap, peningkatan
konsentrasi CO2 dan turunnya kelembaban menyebabkan menutupnya stomata. Di
antara sekian banyak hormon tumbuhan, ABA (abscisic acid) dan auxin merupakan
hormon tumbuhan yang terkenal mempunyai pengaruh pada pergerakan stomata.
ABA menyebabkan menutupnya stomata sedangkan auxin menyebabkan
membukanya stomata (Pharmawati et al., 2018).
Pencemaran udara berpengaruh terhadap tumbuhan, khususnya dalam proses
membuka dan menutupnya stomata. Pada saat stomata membuka, dimana kondisi
udara lembab, maka gas-gas yang ada di udara yang terserap tumbuhan akan
menyebabkan menutupnya stomata, akibat akumulasi polutan pada sel penutup, sel
penjaga, serta jaringan mesofil dan mempengaruhi kinerja ion-ion dalam proses
fotosintesis (Mutaqin et al., 2016).
Tanaman yang mengalami cekaman air, stomata daunnya menutup
disebabkan menurunnya turgor sel daun sehingga mengurangi jumlah CO2 yang
berdifusi ke dalam daun. Stomata menutup menyebabkan laju transpirasi menurun
sehingga mengurangi suplai unsur hara dari tanah ke tanaman yang sebagian besar
masuk ke dalam tanaman bersama-sama dengan aliran air. Pada saat kekurangan
air, sebagian stomata daun menutup sehingga terjadi hambatan masuknya CO2 dan
menurunkan aktivitas fotosintesis. Selain menghambat aktivitas fotosintesis,
kekurangan air juga dapat menghambat proses sintesis protein tanaman dan
pembentukan dinding sel (Pandiangan, 2019).
2.5 Mekanisme Membuka dan Menutup Stomata
Stomata membuka dan menutup secara mekanis yang diatur oleh tekanan
turgor dari sel-sel penutup. Jika tekanan turgor meningkat, stomata akan membuka
sebaliknya jika tekanan turgos menurun, stomata akan menutup. Salah satu faktor
yang banyak mempengaruhi tekanan turgor ialah banyaknya air yang terbuang
lewat penguapan daun. Hal ini erat hubungannya dengan terik matahari dan angin.
Jika terlalu terik atau angin bertiup terlalu kencang maka penguapan akan banyak
terjadi. Air dalam daun cepat berkurang sehingga tekanan turgor berkurang. Secara
otomatis keadaan tersebut akan membuat stomata menutup. Bila daun tersebut
disemprot air maka tekanan turgornya akan naik sehingga stomata membuka dan
menyerap cairan yang disemprotkan untuk menggantikan cairan yang hilang lewat
penguapan (Lingga, 2008).
Stomata akan membuka jika tekanan turgor kedua sel penjaga meningkat.
Peningkatan tekanan turgor sel penjaga disebabkan oleh masuknya air ke dalam sel
penjaga tersebut. Pergerakan air dari satu sel ke sel lainnya akan selalu bergerak
dari sel yang mempunyai potensi air lebih tinggi ke sel dengan potensi air lebih
rendah. Tinggi rendahnya potensi air sel akan tergantung pada jumlah bahan yang
terlarut (solute) di dalam cairan sel tersebut. Semakin banyak bahan yang terlarut
maka potensi osmotik sel akan semakin rendah. Dengan demikian, jika tekanan
turgor sel tersebut tertutup, maka secara keseluruhan potensi air sel akan pula
menurun. Untuk memacu agar air masuk ke sel penjaga, maka jumlah bahan yang
terlarut di dalam sel tersebut harus ditingkatkan (Lakitan, 2011).

2.6 Hubungan Stomata dengan Respirasi dan Fotosintesis


Stomata atau mulut daun adalah komponen sel epidermis daun yang berperan
sebagai lintasan masuk keluarnya CO2, O2 dan H2O selama berlangsungnya
fotosintesis dan respirasi. Stomata dan klorofil berperan langsung dalam proses
fotosintesis menghasilkan senyawa organik sebagai asimilat dari senyawa
anorganik dengan bantuan cahaya matahari. Senyawa organik ini akan digunakan
oleh tanaman yang bersangkutan untuk kelangsungan hidupnya, yaitu untuk
tumbuh dan berkembang (Mashud, 2017).
Stoma berfungsi sebagai organ respirasi. Stoma mengambil CO2 dari udara
untuk dijadikan bahan fotosintesis. Kemudian stoma akan mengeluarkan O2 sebagai
hasil fotosintesis. Stoma ibarat hidung kita dimana stoma mengambil CO2 dari
udara dan mengeluarkan O2, sedangkan hidung mengambil O2 dan mengeluarkan
CO2. Stoma terletak di epidermis bawah daun. Selain stoma, tumbuhan tingkat
tinggi juga bernafas melalui lentisel yang terletak pada batang. Stomata merupakan
organ fotosintesis yang berfungsi secara fisiologis terutama untuk transpirasi dan
respirasi selama proses fotosintesis. Oleh karena itu, aktifitas fotosintesis sangat
bergantung antara lain pada pembukaan dan penutupan stomata. Selain melalui
stomata, transpirasi juga dapat berlangsung melalui kutikula (Usman, 2015).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di Pelataran Departemen Ilmu Tanah, Fakultas
Pertanian, Universitas Hasanuddin, pada hari Sabtu, 9 Oktober 2021, pukul 10.00
WITA – selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah kaca preparat, gunting,
mikroskop, kotak alat dan alat tulis.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah selotip bening, kuteks
bening, daun tanaman kakao dan daun tanaman jagung.
3.3 Prosedur Kerja Praktikum
Prosedur kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.
3.3.1 Pengambilan Preparat
1. Melakukan pengambilan sampel preparat antara pukul 8.00 sampai pukul
10.00 waktu setempat.
2. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
3. Memilih daun lalu membersihkannya menggunakan lap kasar dan lap halus.
4. Mengoleskan kuteks secara merata dengan menggunakan kuas kuteks pada
permukaan bawah daun padi dan tebu.
5. Menunggu sekitar 15 menit kemudian tempelkan isolasi bening pada olesan
kuteks sebelumnya.
6. Mengurut isolasi yang telah ditempelkan sehingga kuteks benar-benar
menempel rapi pada permukaan isolasi.
7. Membiarkan isolasi tetap melekat di daun sekitar 15-30 menit, kemudian
cabut isolasi tersebut.
8. Menempelkan isolasi secara rapi pada kaca preparat.
3.3.2 Pengamatan Pada Mikroskop
1. Membersihkan mikroskop dengan menggunakan lap halus.
2. Menghubungkan mikroskop dengan sumber listrik, kemudian nyalakan
lampu mikroskop.
3. Meletakkan sampel di atas meja preparat mikroskop.
4. Menggunakan perbesaran 400 untuk mengamati jumlah stomata.
5. Mengatur perbesaran kasar maupun halus pada mikroskop.
6. Menghitung jumlah stomata pada preparat.
7. Menentukan 𝜋 dengan membagi diameter pada lensa objektif yang
𝑑
digunakan ( 2 ).

8. Menentukan luas bidang pandang dengan rumus:


Luas bidang pandang = 𝜋r2 mm2
9. Menghitung kerapatan stomata dengan rumus:
Jumlah stomata
Kerapatan Stomata =
Luas bidang pandang
10. Menggeser slide preparat ke sebelah kanan, ualngi prosedur 5 sampai 9. Data
yang diperolah dianggap sebagai data ke-II.
11. Menggeser slide preparat ke kiri, lakukan seperti prosedur sebelumnya untuk
data ke-III.
12. Mengatur perbesaran 1000 untuk mengamati luas bukaan.
13. Mengatur perbesaran kasar maupun halus pada mikroskop.
14. Memilih salah satu stomata, tentukan panjang dan lebar dengan memutar
penggaris pada lensa okuler untuk mengukur luas bukaan stomata.
15. Menghitung luas bukaan dengan rumus:
Luas bukaan stomata = 𝜋𝑥 p x l
16. Memilih dua stomata yang lainnya walaupun dalam satu bidang pandang.
17. Mengulangi prosedur 13 sampai dengan 15 untuk data ke-II dan ke-III.
Memasukkan data pada tabel excel untuk dihitung rata-ratanya.
BAB IV
HASIL dan PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pada praktikum stomata tanaman C3 dan C4 didapatkan hasil sebagai berikut;
Tabel 1. Pengamatan Stomata Pada Tanaman Kakao dan Jagung
Tanaman
Parameter Sampel ke- Kakao (C3) Jagung(C4)
1 197 18
Jumlah 2 136 21

3 144 11

Rata-Rata 159 16,66

1 5 45
Panjang 2 6 34

3 7 30

Rata-Rata 0,006 0,036

1 4 11
Lebar 2 5 75

3 6 11

Rata-Rata 0,005 0,032

Kerapatan Stomata 530 55,53


Luas Bukaan Stomata 9,42 x 10-5 mm2 3,6 x 10-3 mm2

4.2 Pembahasan
Dari tabel pengamatan stomata pada tanaman kakao dan jagung
memperlihatkan perbedaan kerapatan stomata dan luas bukaan stomata yang sangat
berbeda jauh. Pada tanaman kakao memperlihatkan jumah kerapataan stomata yang
sangat rapat namun dengan kerapatan kakao yang sangat besar mempengaruhi luas
bukaan stomata pada tanaman kakao lebih kecil dibanding luas bukaan stomata
pada tanaman jagung. Perbedaan jumlah dan luas bukan stomata pada tanaman
kakao dan tanaman jagung dapat disebabkan oleh beberapa faktor meliputi; yaitu
cahaya, konsentrasi CO2, suhu, kelembaban dan hormon tumbuhan. Hal ini sesuai
pendapat Pharmawati et al (2018) yang menyatakan bahwa cahaya menyebabkan
membukanya stomata sedangkan keadaan gelap, peningkatan konsentrasi CO2 dan
turunnya kelembaban menyebabkan menutupnya stomata. Di antara sekian banyak
hormon tumbuhan, ABA (abscisic acid) dan auxin merupakan hormon tumbuhan
yang terkenal mempunyai pengaruh pada pergerakan stomata. ABA menyebabkan
menutupnya stomata sedangkan auxin menyebabkan membukanya stomata.
Pencemaran udara berpengaruh terhadap tumbuhan, khususnya dalam proses
membuka dan menutupnya stomata, hal ini berhubungan dengan pendapat Mutaqin
et al (2016) yang mengatakan bahwa pada saat stomata membuka, dimana kondisi
udara lembab, maka gas-gas yang ada di udara yang terserap tumbuhan akan
menyebabkan menutupnya stomata, akibat akumulasi polutan pada sel penutup, sel
penjaga, serta jaringan mesofil dan mempengaruhi kinerja ion-ion dalam proses
fotosintesis.
Faktor lain yang mempengatuhi luas bukaan stomata pada tanaman yaitu
cekaman air. Pandiangan (2019) mengatakan bawha tanaman yang mengalami
cekaman air, stomata daunnya menutup disebabkan menurunnya turgor sel daun
sehingga mengurangi jumlah CO2 yang berdifusi ke dalam daun. Stomata menutup
menyebabkan laju transpirasi menurun sehingga mengurangi suplai unsur hara dari
tanah ke tanaman yang sebagian besar masuk ke dalam tanaman bersama-sama
dengan aliran air. Pada saat kekurangan air, sebagian stomata daun menutup
sehingga terjadi hambatan masuknya CO2 dan menurunkan aktivitas fotosintesis.
Selain menghambat aktivitas fotosintesis, kekurangan air juga dapat menghambat
proses sintesis protein tanaman dan pembentukan dinding sel.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Keberadaan stomata pada tanaman umumnya terletak pada daun tanaman,
perbedaan bentuk dan ukuran daun pada setiap tanaman mempengaruhi banyaknya
jumlah stomata pada tanaman, luas bukaan stomata pada tanaman juga dipengaruhi
oleh berapa faktor, meliputi; yaitu cahaya, konsentrasi CO2, suhu, kelembaban dan
hormon tumbuhan pada tanaman itu sendiri.

5.2 Saran
Sebaiknya praktikum ini dilaksana tidak terburu-buru sehingga mengurangi
tingkat kegagalan dalam proses pengambilan stomata pada daun tanaman dan juga
pada saat pengamatan stomata jumlah mikroskop pada laboratorium ditambah agar
lebih efisien dalam menggunkan waktu pengamtan.
DAFTAR PUSTAKA
Lakitan, Benyamin. 2011. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Lingga, Pinus dan Marsono. 2008. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Martono, B. (2016). Karakteristik Morfologi Dan Kegiatan Plasma Nutfah
Tanaman Kakao. Inovasi Teknologi Bioindustri Kakao, 15–27.
Mashud, Nurhaini. 2017. Stomata dan Klorofil Dalam Hubungannya dengan
Produksi Kelapa. Jurnal Palma, Vol. 5(32): 52-59.
Muhadjir, F. (2018). Karakteristik Tanaman Jagung. Balai Penelitian Tanaman
Pangan Bogor, 13, 33–48. http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-
content/uploads/2018/08/3karakter.pdf
Mutaqin, A. Z., Budiono, R., Setiawati, T., Nurzaman, M., & Fauzia, R. S. (2016).
Studi Anatomi Stomata Daun Mangga (Mangifera indica) Berdasarkan
Perbedaan Lingkungan. Jurnal Biodjati, 1.
https://doi.org/10.15575/biodjati.v1i1.1009
P.S Kuswarini. (2016). Mengenal Jaringan Tumbuhan dalam Perspketif Imajinasi
Tiga Dimensi. Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan :Universitas Siliwangi, 66, 37–39.
Pandiangan, J. (2019). Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma Cacao L) pada
berbagai komposisi kompos TKKS dan interval penyiraman. Universitas
Sumatera Utara.
Pharmawati, Made, Made Ria Deviani & Ni Luh Arpiwi. 2008. Ca2+ Intraseluler
Terlibat dalam Mekanisme Pembukaan Stomata Akibat Pengaruh
Auxin. Jurnal Biologi. Vol. 12, No. 1, Hal: 19-22.
Riwandi, Handajaningsih, M., & Hasanudin. (2016). Teknik budidaya Jagung
dengan sistem organik di lahan Marginal.
Rubiyo, Purwantara, A., & Sudarsono. (2018). Aktivitas Kitinase dan Peroksidase
, Kerapatan Stomata Serta Ketahanan Kakao Terhadap Penyakit Busuk Buah.
Pelita Perkebunan, 26, 104–114.

Anda mungkin juga menyukai