1. Judul Program
FORMULA KRIM ANTI-AGING DARI EKSTRAK HERBAL BUAH
CIPLUKAN (Physalis angulata L.): Peningkatan Sediaan Herbal untuk
Mempercepat Proses Restorasi Kulit Berdasarkan Parameter Infiltrasi Sel
Neutrofil, Neokapilerisasi, dan Kepadatan Serabut Fibroblast.
2. Latar Belakang
Menjadi tua merupakan sesuatu yang menakutkan bagi setiap individu.
Namun, masyarakat tidak menyadari penyebab manusia semakin cepat tua, sakit, dan
akhirnya meninggal. Masyarakat hanya mengira menjadi tua adalah sesuatu yang
terjadi secara alami. Padahal, proses penuaan sebenarnya dapat dihambat bahkan
sejak usia dini. Penuaan adalah proses sebagai akibat dari perpendekan telomeren
dalam tubuh. Telomeren adalah ujung akhir dari kromosom dan melindungi
organisme dari kerusakan. Pada setiap pembelahan sel dan apabila orang menjadi
lebih tua, telomeren menjadi lebih pendek (9). Aging atau proses penuaan ini secara
lahiriah muncul pada permukaan penampilan atau kulit setiap orang. Telah banyak
upaya dan cara dilakukan oleh manusia untuk menghambat dan mengulur proses
hayati ini (13).
Salah satu penyebab penuaan dini antara lain adalah radikal bebas dan radiasi
sinar UV (9), dimana jika terdapat kelebihan radikal bebas, berakibat destruktif bagi
molekul sel lain yang elektronnya dirampas. Radikal bebas merusak molekul makro
pembentuk sel, yaitu protein, karbohidrat (polisakarida), lemak, dan deoxyribo
nucleic acid (DNA) (6). Akibatnya, sel menjadi rusak, mati, atau bermutasi. Peristiwa
itu menjadi salah satu penyebab berbagai penyakit degeneratif seperti kanker dan
penuaan sel. Pada sel kulit, misalnya, radikal bebas akan merusak senyawa lemak
pada membran sel. Lalu, kulit kehilangan ketegangannya (rigor) dan muncullah
keriput (6). Sedangkan jika ditinjau dari sudut biokimia, ada beberapa faktor yang
2
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
a. Bagaimana uji kestabilan fisik sediaan krim dari ekstrak buah ciplukan?
b. Bagaimana efektivitas farmakologi anti-aging krim buah ciplukan terhadap
kelinci
jantan ?
4. Tujuan Program
Tujuan penelitian ini antara lain :
a. Tujuan Umum
Pada penelitian kali ini, dilakukan untuk mendapatkan formulasi cream dari
ekstrak buah ciplukan.
b. Tujuan Khusus
6. Kegunaan Program
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pondasi ilmiah awal
dalam upaya peningkatan sediaan bahan alam obat, obat tradisional herbal terstandar,
serta sediaan sediaan fitofarmaka.
7. Tinjauan Pustaka
7.1. Penuaaan (aging) & Masalah Kulit
7.1.1. Anti-Aging
Penuaan dini adalah proses dari penuaan kulit yang lebih cepat dari
seharusnya. Banyak orang yang mulai melihat timbulnya kerutan kulit wajah pada
usia yang relatif muda, bahkan pada usia awal 20-an. Hal ini biasanya disebabkan
berbagai faktor baik internal maupun eksternal (5). Faktor internal ini biasanya
disebabkan oleh adanya gangguan dari dalam tubuh. Misalnya sakit yang
berkepanjangan, serta kurangnya asupan gizi. Sedangkan faktor eksternal bisa terjadi
karena sinar matahari, polusi, asap rokok, makanan yang tidak sehat dan lain
sebagainya.
5
kerusakan kulit akibat munculnya enzim proteolisis dari radikal bebas yang terbentuk.
Enzim ini selanjutnya memecahkan kolagen serta jaringan penghubung di bawah
kulit dermis (5).
7.1.2. Kulit
1. Anatomi kulit
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira
15% dari total berat badan (1). Kulit tersusun oleh banyak macam jaringan, termasuk
pembuluh darah, kelenjar lemak, kelenjar keringat, organ pembuluh perasa dan urat
saraf, jaringan pengikat, otot polos dan lemak (11).
Kulit terdiri dari tiga lapis, yaitu : epidermis, dermis dan lapisan subkutan
berlemak (Anief, 2002)/11
Gambar 3. Penampang kulit (Anonim, 2008).
7
(1) Epidermis
Epidermis merupakan sawar dasar kulit terhadap kehilangan air, elektrolit dan
nutrisi dari badan dan sawar dasar terhadap penetrasi air dan substansi asing dari luar
badan (11). Epidermis merupakan epitel yang tersusun berlapis yang terdiri atas
beberapa lapis, yaitu stratum korneum (lapisan tanduk), stratum lusidum (daerah
sawar), stratum granulosum (lapisan seperti butir), stratum spinosum (lapisan sel
duri), stratum germinativum (lapisan sel basal) dan lamina basalis (11).
(2) Dermis
Dermis atau korium tebalnya 3-5 mm, merupakan anyaman serabut kolagen
dan elstin, yang bertanggung jawab untuk sifat-sifat penting dari kulit (Anief,
2002)/11Kolagen dan elastin merupakan 2 protein dermis yang khas, dimana kolagen
akan memberi kekuatan pada kulit, sedangkan elastin yang menjadikan kulit elastis.
Secara bersama-sama keduanya membuat kulit menjadi keras, liat, fleksibel, mudah
8
berubah bentuk dan mempunyai sifat untuk kembali ke bentuk aslinya begitu tekanan
yang mengubahnya dilepaskan (24). Dermis mengandung pembuluh darah, pembuluh
limfa, gelembung rambut, kelenjar lemak (sebasea), kelenjar keringat, otot, serabut
syaraf dan korpus pacini. Daerah atas dari dermis terdapat papillae membentuk
lapisan papil yang berhubungan ke dalam epidermis. Lapisan ini mengandung akhir
syaraf yang dipengaruhi oleh perubahan suhu dan aplikasi anestetika lokal dan iritasi
(11).
Tipe sel lain yang ditemukan di dermis, biasanya di sekitar pembuluh darah
adalah sel mast. Dengan pewarnaan histologi rutin, sel ini tidak terlihat jelas tetapi
dengan pewarnaan khusus dapat dilihat bahwa sel ini mempunyai banyak granula
yang mengandung histamin dan heparin, serta berbagai substansi farmakologi aktif
(25).
2. Fungsi kulit
Ada beberapa fungsi kulit, diantaranya adalah (27)
a. Fungsi proteksi
Kulit melindungi bagian tubuh manusia terhadap gangguan fisik maupun
mekanik, misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi seperti zat-
zat iritan, gangguan panas atau dingin, gangguan radiasi atau ultraviolet,
gangguan kuman, jamur, bakteri atau virus.
b. Fungsi absorbsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan maupun benda padat.
Kemampuan absorbsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi,
kelembaban udara, metabolisme dan jenis pembawa zat yang menempel di
kulit. Penyerapan dapat melalui celah antar sel, saluran kelenjar atau saluran
rambut.
c. Fungsi ekskresi
Kelenjar- kelenjar pada kulit mengeluarkan zat- zat yang tidak berguna atau
sisa metabolisme tubuh misalnya NaCl, urea, ammonia, dan sedikit lemak.
9
Patologi kulit adalah wujud kelainan kulit akibat gangguan fungsi kulit.
Wujud kelainan kulit dapat bersifat primer ataupun sekunder. Wujud kelainan primer
adalah berupa lesi yang timbul, mula-mula akibat kelainan kulit. Wujud kelainan
sekunder adalah berupa kelanjutan atau modifikasi wujud kelainan primer (11)
7.1.3. Inflamasi
1. Definisi Inflamasi
Inflamasi berasal dari kata “inflamare’ yang berati membakar, merupakan
reaksi lokal terhadap cedera yang dilakukan oleh mikrosirkulasi dan apa yang
dikandungnya (21).
Inflamasi adalah reaksi terhadap cedera jaringan akibat dilepaskannya
mediator-mediator kimia yang menyebabkan baik respon vaskular dan cairan serta
sel-sel (leukosit atau sel darah putih) untuk bermigrasi ke tempat cedera. Mediator-
mediator kimianya adalah (1) histamin, (2) kinin, dan (3) prostaglandin. Histamin
pertama dalam proses inflamasi, menyebabkan dilatasi arteriol dan meningkatkan
permeabilitas kapiler, sehingga cairan dapat meninggalkan kapiler dan mengalir ke
daerah cedera. Kinin, seperti bradikinin, juga meningkatkan permeabilitas kapiler dan
rasa nyeri. Prostaglandin dilepaskan, menyebabkan bertambahnya vasodilatasi,
permeabilitas kapiler, nyeri dan demam. Obat-obat antiinflamasi golongan steroid dan
non steroid dapat menghambat mediator-mediator kimia tersebut sehingga
mengurangi proses inflamasi (17).
11
2. Mekanisme Inflamasi
Respon inflamasi dimulai dengan antigen seperti virus, bakteri, protozoa,
jamur atau trauma. Kerusakan sel karena inflamasi menyebabkan pelepasan enzim
lisosom dari leukosit melalui aksinya pada membran sel. Dilepas juga asam
arakhidonat dari senyawa pendahulunya oleh fosfolipase. Enzim siklooksigenase
merubah asam arakhidonat menjadi endoperoksid, zat biologik aktif dan berumur
pendek. Senyawa-senyawa ini cepat diubah menjadi prostaglandin dan tromboksan.
Lipooksigenase ialah enzim yang merubah asam arakhidonat menjadi leukotrien.
Leukotrien mempunyai efek kemotaktik yang kuat pada eosinofil, neutrofil dan
makrofag mendorong terjadinya bronkokonstriksi dan perubahan permeabilitas
vaskuler. Kinin dan histamin juga dikeluarkan ditempat kerusakan jaringan, sebagai
unsur koplemen dan lain produk dan platelet lain (7).
Respon inflamatoris sangat tergantung pada pembuluh darah yang utuh dan
sel-sel serta cairan yang beredar dalam pembuluh darah ini. Respon tersebut
dinyatakan dengan dilatasi pembuluh darah dan pengeluaran leukosit dan cairan.
Secara kasar,akibtnya adalah kemerahan (erythema) karena dilatasi pembuluh darah,
pembengkakan (edema) karena masuknya cairan ke dalam jaringan lunak dan
kekakuan ( induration) karena pengumpulan cairan dan sel-sel (28).
Inflamasi mungkin atau mungkin juga tidak merupakan akibat dari infeksi.
Hanya sebagian kecil dari inflamasi disebabkan oleh infeksi, sebab-sebab lain adalah
trauma, intervensi pembedahan, panas, atau dingin yang ekstrim, dan agen-agen
kimia kaustik. Obat-obat antiinflamasi mengurangi berpindahnya cairan dan nyeri,
sehingga mengurangi hilangnya fungsi dan menambah mobilitas serta kenyaman
klien (17).
Pada proses peradangan berbagai sel dapat ditemukan dalam dermis, misalnya
neutrofil, limfosit, sel plasma, histiosit, dan eosinofil. Sel- sel tersebut dapat tersebar
di dalam dermis di antara serabut kolagen atau tersusun di sekitar pembuluh darah
(perivaskular). Dapat pula tersusun di dermis bagian atas seajar dengan epidermis
sehingga menyerupai pita, disebut likenoid, atau mengelompok membentuk bulatan
12
dengan batas tegas seperti bola kecil, disebut nodular. Bila masuk ke dinding
pembuluh darah dapat menyebabkan peradangan pembuluh darah (vaskulitis).
Granuloma ialah histiosit yang tersusun berkelompok. Jaringan granulasi ialah
penyembuhan luka yang terdiri atas jaringan edematosa, proliferasi pembuluh darah,
dan sel radang campuran (24).
13
Noksius
Kerusakan sel
Emigrasi leukosit
memiliki rasa manis sedikit asam, berbiji banyak. Biji bulat, pipih, berwana kuning
kecoklatan (13).
7.3 Krim
7.3.1 Pengertian krim
Menurut Farmakope Indonesia III Cream adalah sediaan setengah
padat berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan
untuk pemakaian luar (2) dan menurut Farmakope Indonesia IV, Cream adalah
bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut
atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Sedangkan menurut Formularium
Nasional Cream adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi kental
mengandung air tidak kurang dari 60 % dan dimaksudkan untuk pemakaian luar
(3).
emulsi yang dipakai pada kulit sebagai obat luar bisa dibuat sebagai emulsi m/a
( minyak dalam air ) atau emulsi a/m ( air dalam minyak ), tergantung pada
berbagai faktor seperti sifat zat terapeutik yang akan dimasukan ke dalam emulsi.
Zat obat yang akan mengiritasi kulit umumnya kurang mengiritasi jika ada dalam
fase luar yang mengalami kontak langsung dengan kulit. Tentu saja dapat
bercampurnya dan kelarutan dalam air dan dalam minyak dari zat obat yang
digunakan dalam preparat yang di emulsikan menentukan banyaknya pelarut yang
harus ada dan sifatnya yang meramalkan fase emulsi yang dihasilkan . Pada kulit
yang tidak luka, suatu emulsi air dalam minyak biasanya dapat dipakai lebih rata
karena kulit diselaputi oleh suatu lapisan tipis dari sabun dan permukaan ini lebih
mudah dibasahi oleh minyak daripada oleh air. Suatu emulsi air dalam minyak
juga lebih lembut ke kulit, karena ia mencegah mengeringnya kulit dan tidak
mudah hilang bila kena air. Sebaliknya jika diinginkan preparat yang mudah
dihilangkan dari kulit dengan air, harus dipilih suatu emulsi minyak dalam air,
harus dipilih suatu emulsi minyak dalam air. Seperti untuk absorpsi, abnsorpsi
melalui kulit (absorpsi perkutan) bisa ditambah dengan mengurangi ukuran
partikel dari fase dalam (15).
8. Memberikan rasa dingin, terutama pada tipe a/m ( air dalam minyak )
9. Bisa digunakan untuk mencegah lecet pada lipatan kulit terutama pada bayi,
pada fase a/m ( air dalam minyak ) karena kadar lemaknya cukup tinggi.
10. Bisa digunakan untuk kosmetik, misalnya mascara, krim mata, krim kuku, dan
deodorant.
11. Bisa meningkatkan rasa lembut dan lentur pada kulit, tetapi tidak
menyebabkan kulit berminyak (15)
Dasar – dasar proses pembuatan sediaan semi solid (termasuk krim) dapat
dibagi:
1. Reduksi ukuran partikel, skrining partikel dan penyaringan.
2. Pemanasan dan pendinginan
3. Pencampuran bahan padat, pencampuran untuk larutan, pencampuran semi
solida.
4. Penghalusan dan Homogenisasi.
Proses terakhir dari seluruh rangkaian pembuatan adalah penghalusan dan
homogenisasi produk semi solid yang telah tercampur dengan baik (15)
21
perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase
secara berlebihan atau pencampuran dua tipe cream jika zat pengemulsinya tidak
tercampurkan satu sama lain.Pengenceran cream hanya dapat dilakukan jika
diketahui pengenceran yang cocok yang harus dilakukan dengan teknik aseptic.
Agar lebih stabil zat pengawet ditambahkan zat anti oksidan. Cream yang sudah
diencerkan harus digunakan dalam waktu satu bulan. Penyimpanan krim juga
harus dilakukan dalam wadah tertutup baik atau tube, ditempat sejuk (15).
8. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan untuk membuat formula krim adalah
metode peleburan, sedangkan uji farmakologi dilakukan pada hewan uji kelinci jantan
(21).
2. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas, timbangan
analitik (Saurtorius), alat-alat bedah, alat pencukur hewan (electric clipper),
gunting, plester hansaplast, hypafix, kain kasa hidrofil steril, masker, sarung
23
Semua alat dan bahan yang telah disterilkan dan proses pembuatan krim ini
dilakukan didalam Laminar Air Flow untuk memperoleh salep yang steril. PEG
4000, stearil alkohol dan gliserin dipanaskan diatas penangas air pada suhu 75ºC
sebagai Fase I. Kemudian Natrium lauril sulfat dilarutkan ke dalam air suling dan
dipanaskan pada suhu 75ºC sebagai Fase II. Selanjutnya Fase I ditambahkan
sedikit demi sedikit ke dalam mortir yang berisi Fase II sambil diaduk,
tambahkan ekstrak buah ciplukan kedalamnya dan pengadukan dilanjutkan
sampai tercampur, homogen dan terbentuk masa krim, biarkan sesaat sampai
dingin dan masukkan kedalam pot krim steril.
Tiga ekor kelinci dari setiap kelompok dimatikan dengan pemberian eter berlebih secara
periodik pada hari ke-3 dan ke-11 setelah perlukaan
dibiarkan selama satu menit, dicatat diameter salep yang menyebar. Percobaan
dilanjutkan dengan beban seberat 100 dan 150 gram, pengulangan dilakukan
sebanyak 5 kali untuk masing-masing formulasi
c. Uji daya lekat salep, sejumlah salep ditimbang dan dioleskan pada obyek
glass dengan luas tertentu. Obyek glass lain diletakkan diatasnya dengan ditekan
menggunakan beban seberat 1 kg selama 5 menit, kemudian dipasangkan pada alat uji
daya rekat yang dipasang beban seberat 80 gram, pada saat yang bersamaan dicatat
waktu yang dibutuhkan oleh dua obyek glass tersebut untuk memisah. Percobaan ini
dilakukan dengan pengulangan sebanyak 5 kali untuk masing-masing formulasi.
d. Uji homogenitas salep, sejumlah salep dioleskan pada sekeping kaca atau
benda transparan lain yang cocok, kemudian amati apakah menunjukan susunan yang
homogen.
2. Anggota Pelaksana 1
a. Nama Lengkap : Sandi Juandi
b. NIM : 08 613 152
c. Fakultas/Program studi : MIPA/Farmasi
33
3. Anggota Pelaksana 2
a. Nama Lengkap : Linggar Kurnia Gumilar
b. NIM : 06 613 190
c. Fakultas/Program studi : MIPA/Farmasi
d. Perguruan Tinggi : Universitas Islam Indonesia
e. Waktu untuk kegiatan PKM : 12 jam/minggu
4. Anggota Pelaksana 3
a. Nama Lengkap : Syahdu Ayu Ekowati
b. NIM : 06 613 207
c. Fakultas/Program studi : MIPA/Farmasi
d. Perguruan Tinggi : Universitas Islam Indonesia
e. Waktu untuk kegiatan PKM : 12 jam/minggu
5. Anggota Pelaksana 4
a. Nama Lengkap : Angga Aprilianto
b. NIM : 06 613 245
c. Fakultas/Program studi : MIPA/Farmasi
d. Perguruan Tinggi : Universitas Islam Indonesia
e. Waktu untuk kegiatan PKM : 12 jam/minggu
12. Biaya
1. Bahan dan komponen alat :
a. Buah ciplukan (Physallis angulata L.) 14 kg
@Rp. 7.500,- Rp. 105.500,
b. PEG 4000 5 kg
@Rp. 110.000,- Rp. 550.000,-
c. Formalin 10% 5 liter
@Rp. 20.000,- Rp. 100.000,-
d. Aquades destilasi 100 liter
@Rp. 1.000,- Rp. 100.000,-
e. Betadine® 3 buah
@Rp. 20.000,- Rp. 60.000,-
f. Kelinci 12 ekor
@Rp.62.500,- Rp. 750.000,-
g. Sewa laboratorium 6 bulan
@Rp. 650.000,- Rp. 3.900.000,-
h. Eter 4 liter
@Rp. 30.000,- Rp. 120.000,-
i. Pelet dan sayuran hijau Rp. 350.000,-
j. Biaya pemeliharaan kelinci Rp. 480.000,-
k. Etanol pa (E-Merck) 5 Liter
@Rp. 300.000,- Rp. 1.500.000,-
l. Stearil Alkohol 5 kg
@Rp. 130.000 Rp. 650.000,-
m. Gliserin 5 kg
@Rp. 85.000,- Rp. 425.000,-
n. Na Lauril Sulfat 5 kg
@Rp. 75.000,- Rp. 375.000,-
o. Pot krim 5 buah
@ Rp 10.000,- Rp. 50.000,-
p. Pelabelan dan kemasan Rp. 100.000
35
Sub Total Rp
9.615.500,-
2. Penyelesaian
a. Kertas A4 1 rim
@Rp. 35.000,- Rp. 35.000,-
b. Pembuatan proposal 4 buah
@Rp. 50.000,- Rp. 200.000,-
c. Pembuatan laporan 4 buah
@Rp. 25.000,- Rp. 100.000,-
d. Tinta printer 2 buah
@Rp. 25.000,- Rp. 50.000,
Sub Total Rp
385.000,-
TOTAL
Rp.10.000.000,-
(1) Adi, et al, Ilmu Penyakit Dalam dan Kelamin, Edisi ketiga, Universitas
Indonesia press, Jakarta, 3,7-8
(2) Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi Ketiga, DepKes RI, Jakarta
(3) Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi Keempat, DepKes RI,Jakarta
(4) Andra, 2006, Lompatan Teknologi Aging, http:// www.majalah-farmacia.com
diakses tanggal 12 Agustus 2009
(5) Anonim, 2008, Teknologi Aging Terbaik available at
http://www.unilever.co.id/id/ourcompany/beritaandmedia/siaranpers/200
8/TeknologiANTIAGINGTerbaikKiniDimilikiolehPONDSAGEMIRAC
LE.asp (diakses tanggal 8 Agustus 2009).
36
(16) Heyne, K., 1950, Tumbuhan Berguna Indonesia, Jilid II, Yayasan Sarana
Wanajaya, Jakarta.
(17) Kee, J. L., Hyes, E. R., 1996, Farmakologi, Pendekatan proses Keperawatan,
Penerbit ITB, Bandung, 305-310.
(18) Marthin, E.W. 1966. Remingtons Practice of Pharmacy. Twelfth Edition. 407-
421. Maarck Publishing Company. Easton. Pensylvania.
(21) Seo SB, Jeong HJ, Chung HS, Lee JD, You YO, Kajiuchi T, and Kim HM,
2003, Inhibitory Effect of High Molecular Weight Water-Soluble
Chitosan on Hypoxia-Induced Inflammatory Cytokine Production, Biol.
Pharm. Bull. 26(5) 717-721.
(22) Spector, W. G., T. D., 1993, Pengantar Patologi Umum, diterjemahkan oleh
Soejipto, N. S., Harsoyo., Hana, A., Astuti, Gadjah Mada University
Press, Jogjakarta, 71.
(24) Sularsito, S.A., 1997, Penuntun Ilmu Kosmetik Medik, UI Press, Jakarta, 23-
24.
38
(27) Wasitaatmadja, S.M., 1997, Penuntun Ilmu Kosmetik Medik, UI Press, Jakarta,
3-6, 11-15.
(28) Ward, P.A., 1993, Inflamasi,dalam Imunologi III, diterjemahkan oleh Samik
Whab., Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta, 223-233.
39
14. Lampiran
Curriculum Vitae
Data Pribadi
Nama
Tempat/Tgl Lahir
Alamat
NIM
Fakultas/program studi
Telp.
E-mail
Statuus
Data Pribadi
Nama
Tempat/Tgl Lahir
Alamat
NIM
Fakultas/program studi
Telp.
E-mail
Status
Data Pribadi
40
Nama
Tempat/Tgl Lahir
Alamat
NIM
Fakultas/program studi
Telp.
E-mail
Status
Data Pribadi
Nama
Tempat/Tgl Lahir
Alamat
NIM
Fakultas/program studi
Telp.
E-mail
Status
Prestasi yang Telah Dicapai Sebelumnya
2006-2007 : Juara 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah Se-Fakultas MIPA
Universitas Islam Indonesia
Data Pribadi
Nama
Tempat/Tgl Lahir
Alamat
41
NIM
Fakultas/program studi
Telp.
E-mail
Status
Prestasi yang Telah Dicapai Sebelumnya
2006-2007
2006-2007