Anda di halaman 1dari 8

PENUNTUN

LABORATORIUM KLINIK

Cairan Pleura
Nama :
NIM :
Universitas Jambi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Program Studi Pendidikan Dokter
Tahun Ajaran 2018/2019
Daftar Pustaka :

Gandosoebrata R. 2010. Penuntun Laboratorium Klikik Cetakan keenambelas. Jakarta : Dian


Rakyat.

Diketik ulang tanpa pengeditan oleh :

Erina Shinta Anggraini :))


BAB VI

TRANSUDAT DAN EXUDAT

rongga-rongga serosa dalam badan normal menandung sejumlah kecil cairan.cairan


itu terdapat ump. dalam rongga perikardium, rongga pleura, rongga perut dan berfungsi
sebagai pelumas agar membran-membran yang dilapisi mesotel dapat bergerak tanpa geseran.
Jumlah cairan itu dalam keadaan normal hampir tidak dapat diukur karena sangat sedikit.
Jumlah itu mungkin dapat bertambah pada beberapa keadaan dan akan berupa transudat dan
exudat.

Transudat terjadi sebagai sebagai akibat proses bukan radang oleh gangguan
kesetimbangan cairan badan (tekanan osmosis koloid, satis dalam kapiler atau tekanan
hidrostatik, kerusakan endotel, dsb.), sedangkan exudat bertalian dengan salah satu proses
peradangan.

Pemeriksaan cairan badan yang tersangka transudat atau exudat bermaksud untuk
menentukan jenis dan sedapat-dapatnya untuk mendapat keterangan tentang causanya.

Ciri-ciri transudat spesifik : cairan jernih, encer, kuning muda, berat jenis mendekati
1010 atau setidak-tidaknya mendekati 1018, tidak menyusun bekuan (tak ada fibrinogen),
kadar protein kurang dari 2,5 g/dl, kadar glukosa kira-kira sama seperti plasma darah, jumlah
sel kecil dan bersifat steril.

Ciri-ciri exudat spesifik : keruh (mungkin berkeping-keping, purulent, mengandung


darah, chyloid, dsb.), lebih kental, warna bermacam-macam, berat jenis lebih dari 1018,
sering ada bekuan ( oleh fibrinogen), kadar protein lebuh dari 4,0 g/dl, kadar glukosa jauh
kurang dari kadar dalam plasma darah, mengandung banyak sel dan sering ada bakteri.

Dalam praktek sering dijumpai cairan yang sifat-sifatnya sebagian sifat transudat dan
sebagian lain sifaat exudat, sehingga usaha membedakan antara transudat da exudat mejadi
sukar.

CARA MEMPEROLEH BAHAN

Bahan ( dari rongga perut, pleura, pericardium, sendi, kista, hydrocele, dsb.) didapat
dengan mengadakan pungsi. Karean tidak dapat diketahui terlebih dulu apakah cairan itu
berupa transudat atau exudat, haruslah pertama-tama syarat bekerja steril diindahkan dan
kedua untuk menyediakan antikoagulans. Sediakanlah pada waktu melakukan punsi selain
penampung biasanya juga penampung steril (untuk biakan) dan penampung yang berisi yang
berisi larutan natrium citrat 20% atau heparin steril.

PEMERIKSAAN MAKROSKOPI

1. Jumlah. Ukurlah dan catatlah voluma yang didapat dengan pungsi. Jika semua cairan
dikeluarkan jumlah itu memberi petunjuk tentang luasnya kelainan.
2. Warna. Mungkin sangat berbeda-beda : agak kuning, kuning campur hijau, meah jambu,
merah, putih serupa susu dll. Bilirubin memberi warna kuning kepada transudat; darah
menjadikannya merah atau coklat, pus memberi warna putih-kuning, chylus putih serupa
susu, B. Pycyaneus biru-hijau. Warna transudat biasanya kekuning-kuningan sedangkan
exudat dapat berbeda-beda warnanya dari putih melali kuning samai merah darah sesuai
dengan causa peradangan dan beratnya radang. Warna exudat oleh proses radang ringan
ridak banyak berubah dari warna transudat.
3. Kejernihan. Inipun mungkin sangat berbeda-beda dari jernih, agak keruh sampai sangat
keruh. Teransudat murni kelihatan jernih, sedangkan exudat biasanya ada kekeruhan.
Jika mungkin, kekeruhan yang menunjuk kepada sifat exudat itu dijelaskan lebih lanjut
sebagai umpamanya serofibrineus, seropurulent, serosanguineus, hemoragik, fibrineus,
dll.
Kekeruhan terutama disebabkanoelh adanya dan banyaknya sel; leukosit dapat
menyebabkan kekeruhan sangat ringan sampai kekeruhan berat, seperti bubur. Eritrosit
menyebabkan kekeruhan yang kemerah-merahan.
4. Bau. Biasanya baik transudat maupun exudat tidak mempunyai bau bermakna, kecuali
kalau terjadi pembusukan protein. Infeksi dengan kuman anaerob dan oleh E. coli
mungki menumbulkan bau busuk; demikian adanya bau mengarah ke exudat.
5. Berat jenis. Harus segera ditentekunasebelum kemungkinan terjadinya bekuan.
Penetapan ini penting untuk menentukan jenis cairan. Kalau jumlah cairan yang tersedia
cukup, penetapan dapat dilakukan dengan urinometer, halau hana sedikit sebaiknya
memakai refraktometer. Seperti sudah diterangkan, nilai berat jenisdapat ikut memberi
petunjuk apak cairan mempunyai ciri-ciri transudat atau exudat.
6. Bekuan. Perhatikan terjadinya bekuan, dan terangkanlah sifatnya (renggang, berkeping,
sangat halus, dll.). bekuan itu tersusun dari fibrin dan hanya didapat pada exudat. Kalu
dikira cairan yang dipungsi bersifat exudat, campurlah sebagian dari cairan itu dengan
anti koagulans supaya tetap cair dan dapat dipakai untuk pemeriksaan lain-lain.

PEMERIKSAAN KIMIA

Pemeriksaan kimia biasanya dibatasi saja pada kadar glukosa dan protein dalam
cairan itu. Alasannya ialah cairan rongga dalam keadaan normal mempunyai susunan yang
praktis serupa dengan susunan plasma darah tanpa albumin dan globulin-globulin. Transudat
mempunya kadar glukosa sama seperti plasma, sedangkan exudat biasanya berisi kurang
banyak glukosa teristimewa jika exudat itu mengandung bayak leukosit.

Protein dalam transudat dan exudat praktisnya hanya fibrinogen saja; dalam transudat
kadar fibrinogen rendah, yakni antara 300 – 400 mg/dl dan dalam exudat kadar protein itu 4 –
6 g/dl atau lebih tinggi lagi.

PERCOBAAN RIVALTA
Tes yang sudah tua ini tetap masih berguna dalam upaya membedakan transudat dari
exudat dengan cara yang amat sederhana .

Cara
1. Ke dalam silinder 100 ml dimasukkan 100 ml aquadest.
2. Tambahlah 1 tetes asam asetat glacial dan campurlah.
3. Jatuhkanlah 1 tetes cairan yang dipeiksa ke dalam campuran ini, dilepaskan kira-kira 1
cm dari atas permukaan.
4. Perhatikanlah tetes itu bercampur dan bereaksi dengan cairan yang mengandung asam
asetat. Ada tiga kemungkinan :
a. Tetes itu bercampur dengan larutan asam asetat tanpa menumbulkan kekeruhan
sama sekali; hasil negatif.
b. Tetes itu mengadakan yang sangat ringan serua kabut halus; hasil tes positif lemah.
c. Tetes itu membuat kekeruhan yang nyata seperti kabut tebal atau dalam keadaan
extrem satu presipitat yang putih; hasil tes positif.

Catatan
Cara ini berdasrkan seromucin yang terdapat dalam exudat, tetapi tidak dalam exudat
tidak dalam transudat. Percobaan ini hendaknya dilakukan beberapa kali untuk mendapat
hasil yang dapat diandali.

Hasil positif didapat pada cairan yang berifat exudat; transudat biasanya menjadikan
test ini positif lemah. Kalau transudat sudah beberapa kali dipungsi, maka transudat pun
mungkin menghasilkan kekeruhan serupa exudat juga. Cairan rongga badan normal, yaitu
yang bukan transudat atau exudat dalam arti kata klinik, menghasilkan test negatif.

KADAR PROTEIN
Menentukan kadar protein dalam cairan rongga tubuh dapat membantu klinik dalam
membedakan transudat dan exudat. Kadar protein dalam transudat biasanya kurang dari 2,5
g/dl. Sedangkan exudat berisi lebih dari 4 g/dl cairan.

Penetapan ini tidak memerlukan cara yang teliti.

Cara
1. Tetapkan lebih dulu berat jenis cairan itu.
2. Kalau berat jenis 1010 atau kurang, adakanlah pengenceran 5-10 kali; kalau berat jenis
lebih dari 1010 buatlah pengenceran 20 kali.
3. Lakukanlah penetapan menurut Esbach dengan cara yang telah diencerkan itu; dalam
memperhitungkan hasil terakhir ingatlah pengenceran yang tadi dibuat.

Catatan
Cara Esbach telah cukup teliti untuk dipakai klinik. Pengenceran yang diadakan itu
bermaksud agar kadar protein dalam cairan yang diencerkan mendekati nilai 4 g/liter, ialah
kada yang memberi hasil sebaik-baiknya pada cara Esbach.

Dari berat jenis cairan bersangkutan juga sudah dapat didekati nilai protein dengan
memakai rumus :

(berat jenis – 1,007) × 343 = g protein/100 ml cairan

Maka atas perhitungan itu

b.d. 1,010 sesuai dengan 1 g protein per 100 ml


b.d. 1,015 sesuai dengan 2,5 g protein per 100 ml
b.d. 1,020 sesuai dengan 4,5 g protein per 100 ml
b.d. 1,025 sesuai dengan 6 g protein per 100 ml

Dalam rumus dan perhitungan diatas berat jenis air sama dengan 1,000.

ZAT LEMAK

Transudat tidak mengandung lemak, kecuali kalau tercampur dengan chylus. Dalam
exudat mungkin mungkin didapat zat lemak, disebabkan oleh oleh karena dinding kapiler
dapat ditembus olehnya; keadaan itu sering dipertalikan dengan proses tuberculosis.

Kadang-kadang dilihat caian putih serupa susu; dalam hal itu perlu mengetahui
apakah putihnya cairan itu disebabkan chylus atau oleh zat lain.

Cara

1. Berilah larutan NaOH 0,1 n kepada cairan sehingga menjadi lindi.


2. Lakukanlah extraksi dengan ether. Jika cairan itu menjadi jernih, putihnya disebabkan
oleh chylus.
3. Jika tidak menjadi jernih, putihnya mungkin disebabkanoleh lecithin dalam keadaan
emulsi. Untuk menyatakan lecithin dilakukan test sbb. :
a. Encerkanlah cairan titu dengan 5 × dengan etilalkohol 95%
b. Panasilah berhati-hati dalam bejana air; kalau cairan menjadi jernih putihnya
disebabkan lecithin. Untuk lebih lanjut membuktikannya teruskanlah percobaan
dengan :
c. Saringlah cairan yang telah menjadi jernih itu dalam keadaan masih panas.
d. Filtratnya ditampung dan diuapkan di atas air panas sampai voluma menjadi sebesar
semula (sebelum diberi etil alkohol) dan dibiarkan menjadi dingin lagi.
e. Kalau menjadi keruh lagi, adanya lecithin terbukti; kekeruhan tiu bertambah kalau
diberi sedikit air.

PEMERIKSAAN MIKROSKOPI

Menghitung jumlah sel dalam cairan exsudat maupun transudat tidak selalu mendatangkan
manfaat.

Jikalau sekiranya diperkirakan akan terjadi bekuan, perlulah cairan setelah pungsi dicampur
antikoagulans, umpamanya larutan Na citrat 20%; untuk tiap 1 ml cairan dipakai 0,01 ml
larutan citrat itu.

Sel yang dihitung biasanya hanya leukosit (bersama sel-sel berinti lai seperti sel mesotel, sel
plasma, dsb.) saja; menghitung jumlah eritrosit jarang sekali dilakukan karena tidak
bermakna.
MENGHITUNG JUMLAH LEUKOSIT
Kalau cairan berupa purulent, tidak ada gunanya untuk menghitung jumlah
leukosit;tindakan ini baiklah hanya dilakukan dengan cairan yang jernih atau yang agak ekruh
saja.

Pada cairan jernih pakailah pengencer seperti dipakai untuk menghitung jumlah
leukosit dalam darah, ataupun pengenceran seperti dipakai untuk menghitung jumlah leukosit
dalam cairan otak. Untuk cairan yang agak keruh, pilihkah pengenceran yang sesuai.

Bahan pngencer sebaiknya larutan NaCl 0,9%, jangan larutan Turk, karena cairan
Turk itu mungkin menyebabkan terjadinya bekuan dalam cairan.

Cairan yang berupa transudat biasanya mengandung kurang dari 500 sel/ul. Semakun
tinggu angka itu semakin besar kemungkinan cairan tersebut bersifat exudat.

MENGHITUNG JENIS SEL


Menghitung jenis sel biasanya hanya membedakan dua golongan jenis sel yaitu,
golongan yag berinti sati yang digolongkan dengan nama “limfosit” dan golongan
polinuklear atau “segment”. Dalam golongan limfosit ikut terhitung limfosit, sel-sel mesotel,
sel plasma, dsb.

Perbandingan banyak sel dalam golongan-golongan itu memberi petunjuk ke arah jenis
radang yang menyebabkan atau menyertai exudat itu.

Cara

1. Sediaan apus dibuat dengan cara yang berlain-lainan tergantung sifat cairan itu :
a. Jika cairan jernih, sehingga diperkirakan tidak mengandung banyak sel, pusinglah 10
– 15 ml bahan; cairan atas dibuang dan sediment dicampur dengan beberapa tetes
serum penderita sendiri. Buatlah sediaan apus dari campuran itu.
b. Kalau cairan keruh sekali atau purulent, buatlah sediaan apus langsung memakai
bahan itu. Jika terdapat bekuan dalam cairan, bekuan itulah dipakai untuk membuat
sediaan tipis.
2. Pulaslah sediaan itu dengan Giemsa atau Wright.
3. Lakukanlah hitung jeis atas 100 – 300 sel; hitung jenis itu hanya membedakan “limfosit”
dari “segment” seperti telah diterangkan.
Catatan
Hasil hitung jenis dapat memberi keterangan tentang jenis radang; yang menyertai
proses radang akut hampir semua sel berupa segment. Semakin tenang proses itu semakin
bertambah “limfositnya”nya, sedangkan radan dan rangsangan menahun menghasilkan hanya
limfosit saja dalam hitungan jenis.

Pemeriksaan sitologik terhadap adanya sel-sel abnormal, teristimewa sel-sel ganas


sangat penting. Sitodiagnistik semacam itu tidak dapat dilakukan dengan cara seperti diatas,
melainkan mewajibkan tekhnik khusus menurut Papanicolau. Meskipun tekhnik
Papanicolaou tidak diterangkan disini, perlu diketahui bahwa bahan yang diperoleh tidak
boleh beku; proses pembekuan hendaknya dicegah dengan menggunakan EDTA atau
heparin.

BAKTERIOSKOPI

Pakailah sediaan seperti dibuat untuk menghitung jenis sel dan pulaslah menurut
Gram dan menurut ziehl-Heelsen.

Kalau akan mencari fungsi, taruhlah satu tetes sediment atau bahan ke atas kaca objek
dan campurlah dengan sama banyak larutan KOH (atau NaOH) 10%. Tutup dengan kaca
penutup, biarkan selama 2o menit, kemudian periksalah dengan mikroskop.

Anda mungkin juga menyukai