Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH BLOK XV (EDENTULOUS RIDGE ALVEOLAR)

SKENARIO 4

Fasilitator:

Drg. Widya Puspita Sari, MDSc

OLEH:
KELOMPOK 7

1. Karlyn Arnelisa (1710070110004)


2. Siti Larasaty (1710070110006)
3. Muhammad Rifki (1710070110011)
4. Syaella Olvira Muiza (1710070110020)
5. Tika Bonita Sari (1710070110021)
6. Vellia Anita Rizka (1710070110024)
7. Sendi Suardi (1710070110047)
8. Aulia Tiara Sani (1710070110049)
9. Tiara Renafri Putri (1710070110058)
10. Astri Ryandi (1710070110062)
11. Desti Rosman (1710070110070)
12. Citra Pengestika (1710070110094)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS BAITURRAHMAH PADANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah. Kami juga mengucapkan terim kasih kepada ibu
Drg.Widya Puspita Sari, MDSc. selaku tutor pada blok 15 skenario 4 yang sudah memberikan
kepercayaan kepada kami untuk menyelesaikan tugas ini.

Proses pembuatan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,
kami juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai media yang materi maupun gambarnya
yang telah kami gunakan sebagai referensi.

Kami menyadari bahwa makalah ini tidaklah luput dari segala kekurangan dan keterbatasan
sehingga masih belum sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang
bersifat membangun demi peningkatan kemampuan penyusunan pada masa yang akan datang.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah pengetahuan kita dan
mudah-mudahan makalah ini dapat dipahami oleh semua para pembaca. Kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan.

Padang, 11 Desember 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI.................................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 1
1.3 Tujuan Pembelajaran ............................................................................................................. 2
BAB II ISI ..................................................................................................................................... 3
2.1 Klarifikasi Istilah ................................................................................................................... 3
2.2 Penetapan Masalah ................................................................................................................ 4
2.3 Curah Pendapat ..................................................................................................................... 4
2.4 Analisis Masalah ................................................................................................................... 6
2.5 Learning Objektif .................................................................................................................. 6
BAB III KESIMPULAN............................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gigi tiruan dapat didefinisikan sebagai protesa yang digunakan untuk menggantikan
permukaan pengunyahan dan struktur suatu lengkung gigi. Berdasarkan dapat dilepas atau
tidaknya gigi tiruan dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu gigi tiruan lepasan dan gigi tiruan
cekat. Gigi tiruan lepasan dibagi menjadi dua, yaitu gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) dan
gigi tiruan lengkap. Gigi tiruan lengkap diindikasikan ketika tidak terdapat gigi yang dapat
dipertahankan. Gigi tiruan sebagian lepasan diindikasikan untuk menggantikan beberapa gigi
yang telah hilang dan terdapat gigi yang dapat menyokong GTSL.
Gigi tiruan sebagian lepasan (removable partial denture) adalah gigi tiruan yang
menggantikan sebagian gigi asli yang hilang dan dapat dilepas dan dipasang sendiri oleh pasien
dari mulutnya. Berdasarkan bahannya, gigi tiruan sebagian lepasan terbuat dari resin akrilik,
logam, vulcanite, dan thermoplasticatau valplast.
Gigi tiruan merupakan gigi-gigi buatan yang dilekatkan pada basis atau plat. Plat gigi tiruan
dapat dibuat dari logam atau campuran logam, namun kebanyakan plat gigi tiruan dibuat
menggunakan polimer. Plat gigi tiruan yang terbuat dari resin akrilik yang paling banyak
dipilih karena sifatnya yang cukup elastis dan cukup kuat terhadap tekanan kunyah, stabil
dalam cairan mulut, biokompatibel, warna menyerupai warna gusi, mudah direstorasi bila
patah tanpa mengalami distorsi, mudah dibersihkan sendiri oleh pasien, mudah dimanipulasi
dalam masa yang relatif singkat, serta harga yang cukup murah dan tahan lama.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa saja kegagalan yang terjadi akibat prosedur pembuatan gigi tiruan tidak
dilakukan survei pada model kerja ?
2) Faktor apa yang mempengaruhi arah pasang dan pada pelepasan ?
3) Bagaimana cara survei pada model kerja?
4) Apa saja yang harus diperhatikan operator pada saat try in untuk rahang atas dan
rahang bawah?
5) Apa saja prinsip dari insersi ?

1
2

6) Bagaimana cara sementasi ?


7) Bagaimana cara insersi pada GTSL ?
8) Apakah bisa insersi dilakukan pada hari yang sama, jika iya ? jelaskan alasannya
9) Apakah tindakan yang dilakukan jika terdapat kegagalan pada saat try in?
10) Apa tujuan dilakukan survey pada model kerja?
11) Bagaimana dokter gigi mengintruksikan tentang pemeliharaan pada gigi tiruan
tersebut?
12) Apa saja kegagalan pemasangan pada tiruan cekat?

1.3 Tujuan Pembelajaran


1) Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan prosedur pemeriksaan try in
GTC
2) Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan cara sementasi GTC
3) Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan survey model GTSL
4) Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan prosedur pemeriksaan try in
GTSL
5) Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan cara insersi GTSL
6) Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan KIE
7) Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan kegagalan pasca insersi GTC
dan GTSL
8) Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan penatalaksaan kegagalan
pasca insersi GTC dan GTSL
BAB II
ISI

Alhamdulillah Gigiku Di Pasang

Bu Ami datang ke RSGM dengan perasaan senang karena pada kunjungan ini gigi tiruan jembatan
(rahang atas) dan gigi tiruan sebagai lepasan (rahang bawah) akan di pasang. Dokter gigi
menjelaskan kepada Bu Ami bahwa sebelum gigi tiruan di pasang, gigi tiruan harus dicobakan (try
in) terlebih dahulu, kemudian baru dilakukan insersi. Saat dokter gigi melakukan try in gigi tiruan
rahang bawah mengalami kesulitan untuk mendapat arah pasang, Bu Ami menanyakan apakah
bisa gigi nya di pasang hari ini, dokter gigi menyampaikan bahwa permasalahan ini terjadi akibat
prosedur pembuatan gigi tiruan tidak dilakukan survey pada model kerja, sehingga waktu insersi
lebih lama. Setelah try in gigi tiruan, dilanjutkan insersi gigi tiruan RA dengan cara sementasi pada
gigi penyangga dan insersi gigi tiruan RB. Sebelum Bu Ami pulang dokter gigi memberikan
intruksi tentang pemeliharaan dan perawatan gigi tiruan serta mengingatkan Bu Ami kontrol
kembali untuk mencegah terjadinya kegagalan setelah pemasangan gigi tiruan.

2.1 Klarifikasi Istilah


1) Insersi
Merupakan pemasangan GTC dengan menggunakan bahan semen secara permanen.
2) Try in
Merupakan percobaan pemasangan dari gigi tiruan.
3) Sementasi
Merupakan suatu bahan yang digunakan untuk melekatkan restorasi pada jaringan gigi.
4) Arah pasang
Merupakan arah dimana restorasi harus dimasukkan atau dilepas oleh gigi penyangga.

3
4

5) Survei model
Merupakan prosedur penentuan lokasi dan outline contur dan posisi geligi serta
jaringan sekitarnya pada model rahang sebelum kita buat posisi model tiruan.

2.2 Penetapan Masalah


1) Apa saja kegagalan yang terjadi akibat prosedur pembuatan gigi tiruan tidak
dilakukan survei pada model kerja ?
2) Faktor apa yang mempengaruhi arah pasang dan pada pelepasan ?
3) Bagaimana cara survei pada model kerja?
4) Apa saja yang harus diperhatikan operator pada saat try in untuk rahang atas dan
rahang bawah?
5) Apa saja prinsip dari insersi ?
6) Bagaimana cara sementasi ?
7) Bagaimana cara insersi pada GTSL ?
8) Apakah bisa insersi dilakukan pada hari yang sama, jika iya ? jelaskan alasannya
9) Apakah tindakan yang dilakukan jika terdapat kegagalan pada saat try in?
10) Apa tujuan dilakukan survey pada model kerja?
11) Bagaimana dokter gigi mengintruksikan tentang pemeliharaan pada gigi tiruan
tersebut?
12) Apa saja kegagalan pemasangan pada tiruan cekat?

2.3 Curah Pendapat


1) Apa saja kegagalan yang terjadi akibat prosedur pembuatan gigi tiruan tidak
dilakukan survei pada model kerja?
Sulit untuk dilakukan insersi, gigi tiruan sering lepas, sulit untuk lepas pasang pada
pasien, estetis terganggu, dan median line yang tidak simetris.
2) Faktor apa yang mempengaruhi arah pasang pada pelepasan?
Permukaan gigi proksimal yang paralel dengan gigi lain dan ada hambatan estetis.
3) Bagaimana cara survei pada model kerja?
Evaluasi posisi model, evaluasi daerah retensi, evaluasi masalah hambatan, dan
evaluasi faktor estetik.
5

4) Apa saja yang harus diperhatikan operator pada saat try in untuk rahang atas dan rahang
bawah GTC dan GTSL?
GTC : Ada atau tidak trauma oklusi, kontak proksimal, dan estetik dari segi warna
GTSL : Oklusi, faktor estetis untuk melihat bentuk dan posisi rongga mulut,
pemeriksaan estetik dengan melihat garis kaninus, retensi, dan stabilitasi.
5) Apa saja prinsip dari insersi ?
Permukaan kontak jaringan harus tajam, permukaan poles harus halus dan mengkilat
6) Bagaimana cara sementasi GTC ?
 GTC dibersihkan disterilkan lalu dikeringkan pada daerah sekitar gigi yang
akan di pasang GTC diisolasi menggunakan cotton roll.
 GIC tipe 1 di aduk dengan agate spatel dengan gerakan melipat hingga didapat
konsentrasi yang agak encer, kemudian dioleskan pada gigi yang telah di
preparasi dan di dalam GTC
 GIC di pasang dengan tekanan maksimal, cotton roll diletakkan di atas GTC
kemudian intruksikan pasien menggigit cotton roll tersebut selama beberapa
menit, sisa semen dibersihkan
 Pemeriksaan retensi, stabilisasi, dan oklusi (menggunakan articulating paper)
 Pasien diintruksikan menjaga Oh, jangan makan makanan keras dulu, bila ada
gangguan kembali untuk kontrol
7) Bagaimana cara insersi pada GTSL ?
Isolasi daerah yang akan dilakukan insersi.
8) Apakah bisa insersi dilakukan pada hari yang sama, jika iya ? jelaskan alasannya
Iya bisa, karena jika tidak ada faktor penghambat.
9) Apakah tindakan yang dilakukan jika terdapat kegagalan pada saat try in?
Sulit dilakukan arah pasang dan perlu servui model GTSL
10) Apa tujuan dilakukan survey pada model kerja?
Menentukan arah pasang terbaik, menentukan dan mengukur daerah retensi,
menentukan lingkaran terbesar dari gigi penyangga, dan menentukan permukaan gigi
dan jaringan lunak.
11) Bagaimana dokter gigi mengintruksikan tentang pemeliharaan pada gigi tiruan
tersebut?
6

Gigi tiruan harus di pakai terus menerus, menjaga kebersihan rongga mulut, hindari
mengunyah makanan keras dan lengket, dental floss, memberikan informasi pada
pasien, terjadi perubahan suara, pemakai protesan siang dan malam, kontol 3 sampai 4
hari.
12) Apa saja kegagalan pemasangan pada gigi tiruan cekat?
Adanya kegagalan dalam sementasi dan mekanis, kerusakan jaringan periodontal, dan
nekrosis pulpa

2.4 Analisis Masalah

2.5 Learning Objektif


1) Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan prosedur pemeriksaan try in
GTC
7

Yang harus diperhatikan adalah:

1. Retensi
Kemampuan GTC untuk melawan gaya pemindah yang cenderung memindahkan gigi
tiruan kearah oklusal. Cara mengecek retensi gigi tiruan adalah dengan cara:
memasang gigi tiruan tersebut ke dalam mulut pasien. Jika tidak mempunyai retensi
maka gigi tiruan tersebut akan terlepas setelah dipasang, namun jika tidak terlepas
berarti gigi tiruan tersebut sudah mempunyai retensi.
2. Stabilisasi
Merupakan perlawanan atau ketahanan GTC terhadap gaya yang menyebabkan
perpindahan tempat atau gaya horizontal. Stabilisasi terlihat dalam keadaan berfungsi,
misal pada mastikasi. Pemeriksaan stabilisasi gigi tiruan dengan cara: menekan bagian
gigi tiruan secara bergantian. Gigi tiruan tidak boleh menunjukkan pergerakan pada
saat tes ini.
3. Oklusi
Pemeriksaan aspek oklusi pada saat posisi sentrik, lateral dan anteroposterior. Caranya
dengan memakai kertas artikulasi yang diletakkan di antara gigi atas dan bawah,
kemudian pasien diminta melakukan gerakan mengunyah. Setelah itu kertas artikulasi
diangkat dan dilakukan pemeriksaan oklusal gigi. Pada keadaan normal terlihat warna
yang tersebar secara merata pada permukaan gigi. Bila terlihat warna yang tidak
merata pada oklusal gigi maka terjadi traumatik oklusi oleh karena itu dilakukan
pengurangan pada gigi yang bersangkutan dengan metode selective grinding.
Pengecekan oklusi ini dilakukan sampai tidak terjadi traumatik oklusi.

2) Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan cara sementasi GTC


Tahap pemasangan dilakukan dengan cara melakukan sementasi dari retainer
pada GTJ ke gigi penyangga menggunakan semen permanen yang tidak larut dalam
cairan mulut sehingga GTJ dapat berfungsi penuh. Pemasangan dapat bersifat
sementara ataupun permanen namun umumnya bahan yang digunakan sama hanya
berbeda tujuannya. Pemilihan bahan sementasi didasarkan pada:

a) Besar beban kunyah


8

Jika tekanan kunyah besar maka memerlukan bahan yang memiliki compressive
strength tinggi untuk mencegah terjadinya retak di kemudian hari dan dapat
menyebabkan lepasnya GTJ. Jika tekanan kunyah berisiko menimbulkan gaya
ungkit makan bond strength ke gigi juga harus baik.

b) Jumlah gigi penyangga


Jika jumlah gigi penyangga cukup banyak (GTJ long span) maka bahan semennya
perlu memiliki working time panjang dan flow tinggi untuk mencegah terjadinya
pengerasan yang terlalu awal sebelum gigi dipasangkan mengingat jumlah retainer
yang akan disemen banyak.

c) Keadaan gigi penyangga


Pada gigi penyangga yang mengalami hiperemia namun masih vital maka
sementasi dilakukan dengan bahan yang pH tinggi (basa). Jika gigi kurang retentif
semen perlu punya bond strength & film thickness tinggi. Apabila sifat gigi
penyangga merupakan MT pasak logam maka perlu menggunakan bahan semen
yang dapat berikatan dengan baik dengan logam.
d) Desain dan bahan gigi tiruan
Desain dan bahan gigi tiruan berpengaruh pada estetika dan fungsional GTC
nantinya. Jika bahan gigi tiruan adalah akrilik yang translusen maka tentunya
semen harus memiliki warna yang sebisa mungkin mirip dengan warna gigi,
sedangkan untuk desain tertentu maka semen harus punya tingkat kelarutan yang
rendah.

Prosedur sementasi adalah sebagai berikut:


 Pembersihan bagian dalam retainer dari debris atau lemak dengan alkohol lalu
keringkan dengan air spray. Lakukan hal yang sama pada gigi penyanggan
namun menggunakan larutan antiseptik (jika alkohol dapat dehidrasi jaringan).
Jika semen yang digunakan bersifat asam, gig penyangga dapat terlebih dahulu
dilapisi dengan cavity varnish di daerah dekat pulpa atau diaplikasikan kalsium
hidroksida.
9

 Blokir semua daerah insersi dengan gulungan kapas untuk mencegah terjadinya
kontaminasi oleh saliva serta gunakan saliva ejector. Berikan separator oil di
dasar pontik dan interdental untuk memudahkan pengambilan sisa semen yang
berlebih.
 Lakukan manipulasi semen sesuai petunjuk pabrik lalu oleskan semen di bagian
dalam retainer dan di gigi penyangga, lalu pasang sesuai dengan arah dan posisi
yang benar. Tekan secara bertahap masing-masing retainer untuk membuat
semen mengalir dengan baik dan mencegah adanya jebakan udara.
 Lihat kondisi oklusi sentris dan fitnessnya, jika masih salah lepas segera dan
ulangi lagi. Jika sudah baik, GTJ ditekan dengan jari secara merata atau pasien
dapat diminta untuk menggigit dengan alat khusus sampai semen
mencapai setting time. Buang sisa kelebihan semen dengan sonde atau eksavator
kecil dan menggunakan benang gigi di bagian interdental.

3) Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tahapan survey model GTSL


 Kuncilah model pada meja tilting dari surveyor sedemikian rupa sehingga bidang
oklusal gigi sejajar dengan basis surveyor dan bersudut tegak lurus terhadap rod
marker granit.
 Periksa tanda grafit dan pastikan bahwa tanda ini tidak terhapus dan mempunyai
sudut yang lurus serta vertikal.
 Dengan meja terkunci pada posisinya, gerakkan sisi rod marker agar berkontak
dengan tiap gigi bergantian dan gerakkan disekitar gigi dengan ujung rod
menyentuh model. Dengan cara ini, sisi rod hanya menyentuh diameter terbesar
dari gigi dalam hubungannya dengan arah pergeseran umum dan ujung rod akan
membentuk garis besar dari luas horizontal daerah ‘undercut’. Garis survey
mencerminkan jari-jari terbesar dari gigi dalam hubungannya dengan arah
pergeseran umum. Garis ini juga menunjukkan bagian-bagian gigi yang dapat
digunakan untuk retensi, bagian gigi pada bagian oklusal garis survey tidak dapat
digunakan. Garis survey pada gigi yang terputus didaerah dimana ada cekungan
pada gigi yang terletak diantara linggir horizontal pada permukaan gigi. Bila ada
groove vertikal pada gigi, rod grafit diasah seperti ujung pisau untuk mendapatkan
10

garis survey yang lebih baik daripada yang dihasilkan oleh rod dengan penampang
melintang berbentuk sirkular.
 Bila undercut gigi-gigi dan jaringan lunak sudah di survay dalam hubungannya
dengan arah pergeseran umum, ganti grafit dengan analysing rod dan tentukan arah
pemasangan dan pelepasan geligi tiruan. Faktor yang mempengaruhi penentuan
tersebut akan dibicarakan lebih detail nantinya, tetapi bila tidak ada gigi yang
miring, maka arah pemasangan dan pelepasan umumnya tegak lurus terhadap
bidang oklusal dan tidak diperlukan survey lebih lanjut. Gigi yang bergeser atau
gigi yang terletak pada posisi abnormal biasanya menunjukkan bahwa perlu dipilih
arah pemasangan geligi tiruan yang berbeda.
 Bila arah pemasangan dan pelepasan dari geligi tiruan sudah ditentukan, model
harus disurvey dalam hubungannya dengan arah tersebut, dengan menggunakan
marker yang berbeda warnanya dari marker yang digunakan untuk menentukan
daerah undercut. Ada beberapa kasus dimana daerah ini terletak di atas garis survey
dalam hubungannya dengan arah pergeseran umum. Daerah ini tidak bermanfaat
untuk retensi geligi tiruan karena tidak ada undercut di arah pergeseran umum.

4) Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan prosedur pemeriksaan try in


GTSL
1. Pemeriksaan stabilitas
Stabilitas gigi tiruan diperiksa dengan menekan bagian depan dan belakang gigi tiruan
secara bergantian tanpa adanya pergerakan.
2. Pemeriksaan Oklusi dan Artikulasi
Pemeriksaan oklusi dilakukan dengan menggunakan articulating paper yang
diletakkan di antara gigi atas dan gigi bawah, kemudian pasien diinstruksikan untuk
mengatupkan rongga mulut 3-4 kali. Apabila oklusi dan artikulasi sudah baik tanpa
adanya traumatic oklusi, maka warna articulating paper akan tersebar merata antara
gigi asli dan gigi tiruan.
3. Pemeriksaan Estetik
Pemeriksaan estetik terutama pada gigi anterior yang harmonis dengan asli lain dan
pada jaringan sekitar.
11

5) Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan cara insersi GTSL


Sebelum insersi geligi tiruan operator harus memeriksa apakah geligi tiruan benar-
benar telah dibuat dengan baik oleh tekniker, beberapa hal yang perlu diperhatikan;
 Permukaan dalam tidak memperlihatkan bentuk yang tidak teratur (kasar) yang tidak
terdapat dalam mulut.
 Seluruh bagian perifer harus dibulatkan dan dihaluskan dengan baik.
 Ujung daerah yang di relief harus dibulatkan dan tidak dibiarkan bersudut dan tajam.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat insersi ke dalam mulut pasien yaitu:
1. Retensi

2. Pemeriksaan oklusi, artikulasi dan stabilitas


Pemeriksaan ini menyangkut aspek oklusi pada posisi sentrik, lateral dan antero-posterior
dengan menggunakan articulating paper yang diletakkan antara gigi atas dan bawah
kemudian pasien diminta melakukan gerakan pengunyahan 3-4 kali. Stabilitas gigi
tiruan diperiksa dengan cara menekan bagian depan dan belakang gigi tiruan secara
bergantian. Gigi tiruan tidak menunjukkan pergerakan pada saat tes ini. Dalam kasus
ini oklusi pasien masih sering berubah jika dilakukan posisi sentrik bekali-kali, untuk
itu dilakukan penyesuaian oklusi selama seminggu sebelum dilakukan tahap kontrol.
3. Pemeriksaan estetik dan fonetik.
4. Operator megajarkan cara memasang dan melepaskan gigi tiruan kepada pasien yang
dilakukan di depan kaca sehingga pasien dapat melihatnya, kemudian pasien diminta
untuk mencoba memasang gigi tiruan sendiri tanpa bantuan operator.
5. Pasien diberi instruksi:
 Gigi tiruan hendaknya dipakai terus menerus untuk adaptasi dengan rongga mulut.
 Menjaga kebersihan gigi tiruan dan rongga mulut.
 Pada malam hari gigi tiruan dilepas untuk memberi kesempatan istirahat yang
memadai pada jaringan mulut pendukungnya. Ketika dilepas gigi tiruan direndam
dalam wadah tertutup yang berisi air dingin yang bersih.
 Hindari mengunyah makanan yang keras dan lengket.
 Pasien diminta untuk datang satu minggu setelah insersi gigi tiruan untuk melihat
penyesuaian oklusi yang masih berubah-ubah.
12

6) Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan KIE


Setelah dilakukan insersi kepada pasien operator harus menjelaskan cara
pengunaan dan pemeliharaan gigi tiruan agar tidak terjadi kegagalan pasca insesrsi.
1. Hindari kebiasaan buruk seperti menggeretakan gigi, gigit kuku/pensil, dan kebiasaan
lain yang mengakibatkan gigi patah.
2. Jangan mengunyah makanan dengan terlalu keras dan makanan yang keras, misalnya
es batu/tulang.
3. Tidak merendam gigi palsu dalam air panas atau mendidih
4. Sikat gigi palsu dengan pasta gigi/ bubuk pembersih gigi khusus
5. Tidak menyimpan gigi palsu dalam keadaan kering
6. Menggunakan gigi palsu saat tidur
7. Selalu jaga kebersihan gigi supaya tidak berlubang

Gigi tiruan dengan basis resin akrilik dapat menjadi tempat berkumpulnya staindan
plak yang disebabkan oleh sifat akrilik yang porus dan menyerap air sehingga mudah
terjadi akumulasi sisa makanan dan minuman yang akan berpengaruh buruk terhadap
kesehatan rongga mulut pemakainya. Memelihara kebersihan gigi tiruan sebagian lepasan
dapat diterapkan melaluifrekuensi, waktu, dan cara yang digunakanuntuk membersihkan
gigi tiruan. Gigi tiruan sebagian lepasan dapat dibersihkan secara mekanis, kimiawi, atau
kombinasi keduanya.
a. Pembersihan secara mekanis dapat dilakukan dengan penyikatan menggunakan pasta
atau bubuk.
Gigi tiruan dan rongga mulut harus dibersihkan dengan menyikat menggunakan
sikat gigi setiap selesai makan. Menggunakan bulu sikat yang halus dan deterjen cair
khusus sebagai pembersih. Hal ini disebabkan menggunakan sikat gigi jugadapat
menyebabkan abrasi permukaan yangdapat merusak unsur estetik dan biologis GTSL.
Kandungan bahan kimia yangterkandung dalam pasta gigi juga dapatmerusak bahan
GTSL sehingga akan menyebabkan permukaan GTSL menjadi kasar sehingga
meningkatkan akumulasi plak pada GTSL.
b. Cara pembersihan kimiawi adalah perendaman dengan larutan pembersih, pemaparan
oksigen dengan air-drying, dan radiasi microwave.
13

Setiap satu kali sehari sebelum tidur, pasien disarankan untuk melepas gigi tiruan
dari rongga mulut dan merendamnya dalam larutan pembersihuntuk membunuh
mikroorganisme pada gigitiruan dan membersihkan stein yang ada. Perendaman gigi
tiruan dalam larutan pembersih dapat dilakukan sepanjang malam, 2 jam, 1 jam atau
30 menit tergantung dari bahan pembersih yang digunakan.

Idealnya cara pembersihan mekanis dan kimiawi harus dilakukan bersamaan untuk
kontrol plak yang lebih baik. Contohnya adalah menyikat gigi tiruan lebih dulu
kemudian direndam dalam larutan kimia sebagai pembersih gigi tiruan. Gigi tiruan
yang tidak bersih dapat menyebabkan bau mulut, estetis yang buruk, dan inflamasi
pada mukosa.

7) Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan kegagalan pasca insersi GTC


dan GTSL
 Kegagalan Pasca Perawatan GTC
Perawatan GTC melingkupi berbagai tahap dan persiapan yang cukup lama, tiap tahap
yang ada harus dilakukan dengan tepat untuk mengurangi terjadinya kegagalan pasca
perawatan GTC. Kesalahan yang terjadi selama tahapan perawatan akan menyebabkan
kegagalan perawatan GTC.

Kegagalan yang paling sering terjadi adalah kesalahan preparasi, hal ini akan
menyebabkan kualitas retensi maupun resistensi yang buruk dari GTC sehingga GTC
mudah lepas atau pecah, serta menyebabkan kontak prematur yang dapat menyebabkan
trauma oklusi.
Dampak lain dari kegagalan restorasi adalah timbulnya karies sekunder, infeksi
saluran akar, resesi gingiva signifikan, penyakit periodontal, retainer yang longgar,
fraktur akar, over-contoured, dan GTC yang tidak estetis.
Tipe kegagalan GTC berdasarkan faktor penyebab dapat dibagi menjadi empat garis
besar, yaitu:
1. Faktor biologis
Kegagalan ini disebabkan oleh cedera pulpa, preparasi gigi yang berlebihan,
perlindungan pulpa yang tidak adekuat mengakibatkan karies sekunder dan infeksi. Selain
itu, fraktur abutment, ketidaknyamanan koronal atau radikular, oklusi traumatik, tekanan
14

pada jaringan lunak menyebabkan kerusakan periodontal, dan juga jumlah abutment yang
tidak adekuat, kebersihan oral hygiene yang buruk, RCT atau retreatment dan alergi
logam.
2. Faktor mekanis
Kegagalan mekanis bisa terjadi karena restorasi yang tidak sesuai yang disebabkan
oleh ekspansi substruktur logam, distorsi margin, gelembung di daerah oklusal atau
daerah margin. Meski, lapisan oksida berlebih di dalam retainer, kontak kuat atau fraktur
konektorprostetik.
3. Faktor estetis
Kegagalan ini disebabkan oleh pemilihan shade yang tidak tepat, FPDs yang terlalu
berkontur, dan kegagalan untuk mengidentifikasi harapan pasien.
4. Faktor sementasi
Kegagalan ini bisa terjadi karena kurangnya persiapan yang ideal, pemilihan semen
yang tidak tepat, teknik pencampuran, ruang yang lebih tebal, isolasi yang tidak adekuat
dan penghapusan semen sementara yang tidak tepat merupakan faktor kegagalan.

Kegagalan pasca insersi GTSL :


Kegagalan adaptasi fonetik pada pasien pemakai gigi tiruan lepasan dapat bersumber
dari gigi tiruan maupun keadaan anatomi organ pengucapan pasien yang mengalami
kelainan.

Faktor yang bersurnber dari gigi tiruan dapat berupa:


1. Ketebalan basis gigitiruan akrilik yang tidak tepat
2. rugae palatina dan basis gigitiruan yang tidak dibentuk secara anatomis
3. ketidaktepatan dalam penentuan vertikal dimensi oklusi
4. ketidaktepatan penyusunan anasir gigitiruan.
Apabila kesalahan bersumber dari gigitiruan, maka koreksi dilakukan dengan
perbaikan pada gigi tiruan tersebut. Bila koreksi terhadap gigitiruan telah dilakukan
secara optimal tetapi pasien masih kesulitan dalam mengadaptasikan fonetiknya, maka
perlu dicurigai keadaan anatomi organ pengucapan contohnya pada pasien penderita
disfungsi palatofaringeal yaitu gangguan bentuk maupun fungsi katup palatofaringeal.
Disfungsi palatofaringeal ini dapat menyebabkan gangguan fonetik sehingga penderita
15

kesulitan berbicara secara normal. Disfungsi palatofaringeal ini ada 2 jenis: insufisiensi
palatofaringeal dan inkompetensi palatofaringeal.

Disfungsi palatofaringeal jenis inkompetensi palatofaringeal mcrupakan gangguan


fonctik yang sulit dideteksi karena pada keadaan ini, anatomi organ pengucapan pasien
lengkap tetapi fungsi dari organ tersebut yang tidak normal.

8) Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan penatalaksanaan kegagalan


pasca insersi GTC dan GTSL
 GTC
a. Mahkota ‘Sleeve’
Bila sebagian besar fasing porselen lepas dari bagian bukal atau permukaan insisal
ritainer atau pontik, biasanya ini dapat diperbaiki dengan mengganti bagian itu tanpa
melepas jembatan.
Fasing porselen dan sebagian substruktur logam dilepas dengan menggunakan bur
intan dari permukaan labial porselen dan logam dilepas dari sepertiga insisal permukaan
palatal. Ini merupakan prosedur sederhana bila unit yang rusak adalah pontik, tetapi bila
unit itu merupakan ritainer dan pulpa dibawahnya harus dipertimbangkan, diperlukan
kehati-hatian untuk menghindari kerusakan gigi penyangga. Sebuah kesalahan yang
umum dibuat adalah pengambilan porselen dan logam yang terlalu sedikit.
Daerah ini serta dua unit bersebelahan dicetak, kemudian teknisi diminta untuk
membuat mahkota logam-keramik yang akan mempunyai dua permukaan ketimbang
empat permukaan seperti biasanya. Mahkota sleeve ini kemudian di semen dengan cara
biasanya. Bila porselen yang diambil dari unit asli terlalu sedikit, Mahkota sleeve yang
baru akan terasa agak tebal. Namun penampilannya harus sebaik unit jembatan asal.

b. Jembatan Bonding Resin


Lepasnya retainer merupakan penyebab umum gagalnya jembatan bonding resin.
Hal ini dapat disebabkan oleh saksi kasus yang tidak sesuai, atau kegagalan dalam
kohesi pada semen resin. Penyebab kegagalan harus diidentifikasi karena dapat
16

menentukan jenis perawatan yang dibutuhkan. Bila kesalahan ini dapat dikoreksi
(misalnya dengan menghilangkan halangan oklusi) jembatan dapat di semen kembali.
Bila tidak, terpaksa dibuat ulang untuk memperbaiki kesalahan desain.
Perubahan warna abu-abu tepi insisal gigi penyangga anterior dapat terjadi bila
terdapat perluasan berlebihan dari rangka logam pada gigi insisif yang tipis. Oleh
karena itu, mahkota gigi anterior yang tipis dapat berubah warna setelah penyemenan
retainer bonding resin karena hilangnya translusensi. Karena pemilihan warna pontiku
dilakukan sebelum penyimpanan, penampilan terakhir merupakan variasi dari warna
gigi gigi.
 GTSL
a. Reparasi
1. Mereparasi prote sayang patah pada basisnya.
2. Memasang kembali analisir gigi yang terlepas dari basis protesa.
3. Mengganti cengkraman yang lengannya patah.
4. Penambahan elemen gigi tiruan.
b. Pencetakan Kembali
Pencetakan kembali (refitting) protesa sebagian lepasan adalah cara untuk
memperbaiki protesa yang sudah tidak pas lagi sehingga kembali menjadi pas pada
tempatnya, Begitu pula hubungan aku Lusi maupun artikulasi gigi-geliginya.
Ada tiga cara pencetakan yang dikenal, yaitu pelapisan kembali (relining), penggantian
basis (rebasing) atau rekonstruksi (rekonstrucsion).
1) Pelapisan Kembali (Relining)
Pelapisan kembali adalah perbaikan terhadap permukaan protesa yang menghadap
jaringan mulut dengan suatu bahan basis baru sehingga kontak protesa dengan permukaan
jaringan menjadi cekat (pas) lagi.
2) Penggantian Basis (Rebasing)
Dari sini kita melakukan penggantian basis protesa dengan jalan membuang basis yang
lama, untuk menyesuaikan dengan proses resorptif yang terjadi pada jaringan mulut,
tanpa mengubah hubungan oklusi yang sudah ada. (Ada juga ahli yang menganggap
bahwa pada rebasing tidak harus suruh basis protesa dibuang, tetapi sebagian besar
17

memang diganti sekalian untuk membuat dasar protesa tersebut benar-benar pas pada
permukaan mulut pasien yang memakainya).
3) Rekonstruksi
Rekonstruksi adalah prosedur penggantian seluruh basis protesa sekaligus termasuk
giginya dengan bahan yang baru, tetapi tanpa mengganti kerangka logamnya.
Pada pemakaian protesta sebagian lepasan, tekanan kunyah yang diterima gigi
penahan akan diteruskan ke jaringan tulang alveolar. Tekanan seperti ini akan membuat
tulang alveolar bereaksi, berupa bertambah kuat dan padatnya tulang tadi, selama tekanan
kunyah ini masih dalam batas fisiologis. Jika gigi penahan tidak ada, tekanan ini akan
diteruskan langsung ke jaringan lunak dan tulang dibawah protesa; suatu hal yang pada
akhirnya akan menyebabkan resorpsi tulang.
Resorpsi seperti ini terjadi di bawah protesa dukungan gigi biasanya kurang terlihat
kecuali ada keluhan dari pasien. Pasien mungkin merasakan ada ruangan dibawah
protesanya sehingga sisa makanan mudah bersarang. Hal seperti ini menyebabkan
jaringan lunak tidak sehat karena proses pembersihan menjadi kurang dan akhirnya
menyebabkan perubahan warna mukosa akibat terjadinya peradangan.
Pada protesa dukungan kombinasi atau jaringan, penyusutan yang terjadi di bawah
jaringan ini akan menyebabkan basis protesa dapat bergerak dengan sumbu putar di
sekitar gigi penyangga distel. Karena proses resorpsi memang pasti akan terjadi, hal ini
sebaiknya di informasikan kepada pasien sejak awal proses pembuatan protesa.
Umpamanya dengan membandingkan penyusutan jaringan seperti ini dengan terjadinya
perubahan pada bagian tubuh lain. Salah satu contoh yang jelas adalah mata yang makin
lama makin rabun sehingga kaca mata perlu diganti dari waktu ke waktu.
BAB III
KESIMPULAN

Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat insersi ke dalam mulut pasien yaitu:

1. Retensi

2. Pemeriksaan oklusi, artikulasi dan stabilitas

3. Pemeriksaan estetik dan fonetik.

4. Operator megajarkan cara memasang dan melepaskan gigi tiruan kepada pasien yang
dilakukan di depan kaca sehingga pasien dapat melihatnya, kemudian pasien diminta
untuk mencoba memasang gigi tiruan sendiri tanpa bantuan operator.

5. Pasien diberi instruksi: Gigi tiruan hendaknya dipakai terus menerus untuk adaptasi
dengan rongga mulut. Menjaga kebersihan gigi tiruan dan rongga mulut. Pada malam hari
gigi tiruan dilepas untuk memberi kesempatan istirahat yang memadai pada jaringan
mulut pendukungnya. Ketika dilepas gigi tiruan direndam dalam wadah tertutup yang
berisi air dingin yang bersih. Hindari mengunyah makanan yang keras dan lengket. Pasien
diminta untuk datang satu minggu setelah insersi gigi tiruan untuk melihat penyesuaian
oklusi yang masih berubah-ubah.

Sesungguhnya, pentingnya pengetahuan secara menyeluruh akan membantu pasien dalam


menjaga kesehatan gigi dan mulut serta gigi tiruan bagi yang menggunakan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Adnan, A.P. 2016. Tingkat kebersihan gigitiruan lepasanpada pasienpengguna gigi tiruan
lengkap akrilik di puskesmas kecamatan malili Makassar : Universitas hasanuddin
fakultas kedokteran gigi.

Arifin M., Rahardjo W., Roselani. 2000. Diktat Prostodonsia: Ilmu Gigi Tiruan Cekat (Teori
dan Klinik). Departemen Prostodonsia Faklutas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.

Bakar, Abu. 2012. Kedokteran Gigi Klinis. Yogyakarta: Quan’um Sinergis Media.

Barclay CW, Walmsley AD. 2001. Fixed and removable prosthodontics. 2nd ed. Tottenham:
Churchill livingstone.

Damayanti, 2009. Overdenture Untuk Menunjang Perawatan Prostetik. Bandung:


Departemen Prostodontia Universitas Padjajaran.

Jubhari EH. 2007. Upaya untuk mengurangi preparasi gigi : Fung shell bridge. Jurnal
Kedokteran Gigi Dentofasial.

Rahmayani, L dan Pocut, A.S. 2016. Penilaian tingkat kebersihan gigi tiruan sebagian
lepasan akrilikberdasarkan metode pembersihan secara penyikatan dan
lamapemakaian. ODONTO Dental Journal. 3 ( 1 ).

Riawan. 2003. Bedah Preprostetik. Bandung: Universitas Padjajaran.

Rosenstiel S.F., Land M.F., Fujimoto J. 2006. Contemporary Fixed Prosthodontics. Mosby
Inc. St. Louis.

Smith B.G.N. 1998. Planning and Making Crown and Bridges. Mosby. St. Louis. 3rd ed.
Shillingburg, et al.,. 1998. Fundamentals of Fixed Prosthodontics
3rd ed. Quimtessence Publ Co.

19
20

Sofya, P.A.dkk. 2016. Tingkat pengetahuan pasien tentang pemeliharaan kebersihangigi


tiruan lepasan akrilik.J Syiah Kuala Dent Soc, 1 (2):169 -174.
Watt, MD. 1993. Penentuan Desain Gigi Tiruan Sebagian Lepasan. Jakarta: Hipokrates.

Zarb, G.A. Bolender, C.L., Hickey, J.C. and Carlsson, 1994, Buku Ajar Prostodonti Untuk
Pasien Tak Bergigi Menurut Boucher (Penerj. Daroewati, dan Henni), Daroewati (ed),
ed. 10, Penerbit Buku Kedokteran ECG, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai