SKENARIO 4
Fasilitator:
OLEH:
KELOMPOK 7
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah. Kami juga mengucapkan terim kasih kepada ibu
Drg.Widya Puspita Sari, MDSc. selaku tutor pada blok 15 skenario 4 yang sudah memberikan
kepercayaan kepada kami untuk menyelesaikan tugas ini.
Proses pembuatan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,
kami juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai media yang materi maupun gambarnya
yang telah kami gunakan sebagai referensi.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidaklah luput dari segala kekurangan dan keterbatasan
sehingga masih belum sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang
bersifat membangun demi peningkatan kemampuan penyusunan pada masa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah pengetahuan kita dan
mudah-mudahan makalah ini dapat dipahami oleh semua para pembaca. Kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Bu Ami datang ke RSGM dengan perasaan senang karena pada kunjungan ini gigi tiruan jembatan
(rahang atas) dan gigi tiruan sebagai lepasan (rahang bawah) akan di pasang. Dokter gigi
menjelaskan kepada Bu Ami bahwa sebelum gigi tiruan di pasang, gigi tiruan harus dicobakan (try
in) terlebih dahulu, kemudian baru dilakukan insersi. Saat dokter gigi melakukan try in gigi tiruan
rahang bawah mengalami kesulitan untuk mendapat arah pasang, Bu Ami menanyakan apakah
bisa gigi nya di pasang hari ini, dokter gigi menyampaikan bahwa permasalahan ini terjadi akibat
prosedur pembuatan gigi tiruan tidak dilakukan survey pada model kerja, sehingga waktu insersi
lebih lama. Setelah try in gigi tiruan, dilanjutkan insersi gigi tiruan RA dengan cara sementasi pada
gigi penyangga dan insersi gigi tiruan RB. Sebelum Bu Ami pulang dokter gigi memberikan
intruksi tentang pemeliharaan dan perawatan gigi tiruan serta mengingatkan Bu Ami kontrol
kembali untuk mencegah terjadinya kegagalan setelah pemasangan gigi tiruan.
3
4
5) Survei model
Merupakan prosedur penentuan lokasi dan outline contur dan posisi geligi serta
jaringan sekitarnya pada model rahang sebelum kita buat posisi model tiruan.
4) Apa saja yang harus diperhatikan operator pada saat try in untuk rahang atas dan rahang
bawah GTC dan GTSL?
GTC : Ada atau tidak trauma oklusi, kontak proksimal, dan estetik dari segi warna
GTSL : Oklusi, faktor estetis untuk melihat bentuk dan posisi rongga mulut,
pemeriksaan estetik dengan melihat garis kaninus, retensi, dan stabilitasi.
5) Apa saja prinsip dari insersi ?
Permukaan kontak jaringan harus tajam, permukaan poles harus halus dan mengkilat
6) Bagaimana cara sementasi GTC ?
GTC dibersihkan disterilkan lalu dikeringkan pada daerah sekitar gigi yang
akan di pasang GTC diisolasi menggunakan cotton roll.
GIC tipe 1 di aduk dengan agate spatel dengan gerakan melipat hingga didapat
konsentrasi yang agak encer, kemudian dioleskan pada gigi yang telah di
preparasi dan di dalam GTC
GIC di pasang dengan tekanan maksimal, cotton roll diletakkan di atas GTC
kemudian intruksikan pasien menggigit cotton roll tersebut selama beberapa
menit, sisa semen dibersihkan
Pemeriksaan retensi, stabilisasi, dan oklusi (menggunakan articulating paper)
Pasien diintruksikan menjaga Oh, jangan makan makanan keras dulu, bila ada
gangguan kembali untuk kontrol
7) Bagaimana cara insersi pada GTSL ?
Isolasi daerah yang akan dilakukan insersi.
8) Apakah bisa insersi dilakukan pada hari yang sama, jika iya ? jelaskan alasannya
Iya bisa, karena jika tidak ada faktor penghambat.
9) Apakah tindakan yang dilakukan jika terdapat kegagalan pada saat try in?
Sulit dilakukan arah pasang dan perlu servui model GTSL
10) Apa tujuan dilakukan survey pada model kerja?
Menentukan arah pasang terbaik, menentukan dan mengukur daerah retensi,
menentukan lingkaran terbesar dari gigi penyangga, dan menentukan permukaan gigi
dan jaringan lunak.
11) Bagaimana dokter gigi mengintruksikan tentang pemeliharaan pada gigi tiruan
tersebut?
6
Gigi tiruan harus di pakai terus menerus, menjaga kebersihan rongga mulut, hindari
mengunyah makanan keras dan lengket, dental floss, memberikan informasi pada
pasien, terjadi perubahan suara, pemakai protesan siang dan malam, kontol 3 sampai 4
hari.
12) Apa saja kegagalan pemasangan pada gigi tiruan cekat?
Adanya kegagalan dalam sementasi dan mekanis, kerusakan jaringan periodontal, dan
nekrosis pulpa
1. Retensi
Kemampuan GTC untuk melawan gaya pemindah yang cenderung memindahkan gigi
tiruan kearah oklusal. Cara mengecek retensi gigi tiruan adalah dengan cara:
memasang gigi tiruan tersebut ke dalam mulut pasien. Jika tidak mempunyai retensi
maka gigi tiruan tersebut akan terlepas setelah dipasang, namun jika tidak terlepas
berarti gigi tiruan tersebut sudah mempunyai retensi.
2. Stabilisasi
Merupakan perlawanan atau ketahanan GTC terhadap gaya yang menyebabkan
perpindahan tempat atau gaya horizontal. Stabilisasi terlihat dalam keadaan berfungsi,
misal pada mastikasi. Pemeriksaan stabilisasi gigi tiruan dengan cara: menekan bagian
gigi tiruan secara bergantian. Gigi tiruan tidak boleh menunjukkan pergerakan pada
saat tes ini.
3. Oklusi
Pemeriksaan aspek oklusi pada saat posisi sentrik, lateral dan anteroposterior. Caranya
dengan memakai kertas artikulasi yang diletakkan di antara gigi atas dan bawah,
kemudian pasien diminta melakukan gerakan mengunyah. Setelah itu kertas artikulasi
diangkat dan dilakukan pemeriksaan oklusal gigi. Pada keadaan normal terlihat warna
yang tersebar secara merata pada permukaan gigi. Bila terlihat warna yang tidak
merata pada oklusal gigi maka terjadi traumatik oklusi oleh karena itu dilakukan
pengurangan pada gigi yang bersangkutan dengan metode selective grinding.
Pengecekan oklusi ini dilakukan sampai tidak terjadi traumatik oklusi.
Jika tekanan kunyah besar maka memerlukan bahan yang memiliki compressive
strength tinggi untuk mencegah terjadinya retak di kemudian hari dan dapat
menyebabkan lepasnya GTJ. Jika tekanan kunyah berisiko menimbulkan gaya
ungkit makan bond strength ke gigi juga harus baik.
Blokir semua daerah insersi dengan gulungan kapas untuk mencegah terjadinya
kontaminasi oleh saliva serta gunakan saliva ejector. Berikan separator oil di
dasar pontik dan interdental untuk memudahkan pengambilan sisa semen yang
berlebih.
Lakukan manipulasi semen sesuai petunjuk pabrik lalu oleskan semen di bagian
dalam retainer dan di gigi penyangga, lalu pasang sesuai dengan arah dan posisi
yang benar. Tekan secara bertahap masing-masing retainer untuk membuat
semen mengalir dengan baik dan mencegah adanya jebakan udara.
Lihat kondisi oklusi sentris dan fitnessnya, jika masih salah lepas segera dan
ulangi lagi. Jika sudah baik, GTJ ditekan dengan jari secara merata atau pasien
dapat diminta untuk menggigit dengan alat khusus sampai semen
mencapai setting time. Buang sisa kelebihan semen dengan sonde atau eksavator
kecil dan menggunakan benang gigi di bagian interdental.
garis survey yang lebih baik daripada yang dihasilkan oleh rod dengan penampang
melintang berbentuk sirkular.
Bila undercut gigi-gigi dan jaringan lunak sudah di survay dalam hubungannya
dengan arah pergeseran umum, ganti grafit dengan analysing rod dan tentukan arah
pemasangan dan pelepasan geligi tiruan. Faktor yang mempengaruhi penentuan
tersebut akan dibicarakan lebih detail nantinya, tetapi bila tidak ada gigi yang
miring, maka arah pemasangan dan pelepasan umumnya tegak lurus terhadap
bidang oklusal dan tidak diperlukan survey lebih lanjut. Gigi yang bergeser atau
gigi yang terletak pada posisi abnormal biasanya menunjukkan bahwa perlu dipilih
arah pemasangan geligi tiruan yang berbeda.
Bila arah pemasangan dan pelepasan dari geligi tiruan sudah ditentukan, model
harus disurvey dalam hubungannya dengan arah tersebut, dengan menggunakan
marker yang berbeda warnanya dari marker yang digunakan untuk menentukan
daerah undercut. Ada beberapa kasus dimana daerah ini terletak di atas garis survey
dalam hubungannya dengan arah pergeseran umum. Daerah ini tidak bermanfaat
untuk retensi geligi tiruan karena tidak ada undercut di arah pergeseran umum.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat insersi ke dalam mulut pasien yaitu:
1. Retensi
Gigi tiruan dengan basis resin akrilik dapat menjadi tempat berkumpulnya staindan
plak yang disebabkan oleh sifat akrilik yang porus dan menyerap air sehingga mudah
terjadi akumulasi sisa makanan dan minuman yang akan berpengaruh buruk terhadap
kesehatan rongga mulut pemakainya. Memelihara kebersihan gigi tiruan sebagian lepasan
dapat diterapkan melaluifrekuensi, waktu, dan cara yang digunakanuntuk membersihkan
gigi tiruan. Gigi tiruan sebagian lepasan dapat dibersihkan secara mekanis, kimiawi, atau
kombinasi keduanya.
a. Pembersihan secara mekanis dapat dilakukan dengan penyikatan menggunakan pasta
atau bubuk.
Gigi tiruan dan rongga mulut harus dibersihkan dengan menyikat menggunakan
sikat gigi setiap selesai makan. Menggunakan bulu sikat yang halus dan deterjen cair
khusus sebagai pembersih. Hal ini disebabkan menggunakan sikat gigi jugadapat
menyebabkan abrasi permukaan yangdapat merusak unsur estetik dan biologis GTSL.
Kandungan bahan kimia yangterkandung dalam pasta gigi juga dapatmerusak bahan
GTSL sehingga akan menyebabkan permukaan GTSL menjadi kasar sehingga
meningkatkan akumulasi plak pada GTSL.
b. Cara pembersihan kimiawi adalah perendaman dengan larutan pembersih, pemaparan
oksigen dengan air-drying, dan radiasi microwave.
13
Setiap satu kali sehari sebelum tidur, pasien disarankan untuk melepas gigi tiruan
dari rongga mulut dan merendamnya dalam larutan pembersihuntuk membunuh
mikroorganisme pada gigitiruan dan membersihkan stein yang ada. Perendaman gigi
tiruan dalam larutan pembersih dapat dilakukan sepanjang malam, 2 jam, 1 jam atau
30 menit tergantung dari bahan pembersih yang digunakan.
Idealnya cara pembersihan mekanis dan kimiawi harus dilakukan bersamaan untuk
kontrol plak yang lebih baik. Contohnya adalah menyikat gigi tiruan lebih dulu
kemudian direndam dalam larutan kimia sebagai pembersih gigi tiruan. Gigi tiruan
yang tidak bersih dapat menyebabkan bau mulut, estetis yang buruk, dan inflamasi
pada mukosa.
Kegagalan yang paling sering terjadi adalah kesalahan preparasi, hal ini akan
menyebabkan kualitas retensi maupun resistensi yang buruk dari GTC sehingga GTC
mudah lepas atau pecah, serta menyebabkan kontak prematur yang dapat menyebabkan
trauma oklusi.
Dampak lain dari kegagalan restorasi adalah timbulnya karies sekunder, infeksi
saluran akar, resesi gingiva signifikan, penyakit periodontal, retainer yang longgar,
fraktur akar, over-contoured, dan GTC yang tidak estetis.
Tipe kegagalan GTC berdasarkan faktor penyebab dapat dibagi menjadi empat garis
besar, yaitu:
1. Faktor biologis
Kegagalan ini disebabkan oleh cedera pulpa, preparasi gigi yang berlebihan,
perlindungan pulpa yang tidak adekuat mengakibatkan karies sekunder dan infeksi. Selain
itu, fraktur abutment, ketidaknyamanan koronal atau radikular, oklusi traumatik, tekanan
14
pada jaringan lunak menyebabkan kerusakan periodontal, dan juga jumlah abutment yang
tidak adekuat, kebersihan oral hygiene yang buruk, RCT atau retreatment dan alergi
logam.
2. Faktor mekanis
Kegagalan mekanis bisa terjadi karena restorasi yang tidak sesuai yang disebabkan
oleh ekspansi substruktur logam, distorsi margin, gelembung di daerah oklusal atau
daerah margin. Meski, lapisan oksida berlebih di dalam retainer, kontak kuat atau fraktur
konektorprostetik.
3. Faktor estetis
Kegagalan ini disebabkan oleh pemilihan shade yang tidak tepat, FPDs yang terlalu
berkontur, dan kegagalan untuk mengidentifikasi harapan pasien.
4. Faktor sementasi
Kegagalan ini bisa terjadi karena kurangnya persiapan yang ideal, pemilihan semen
yang tidak tepat, teknik pencampuran, ruang yang lebih tebal, isolasi yang tidak adekuat
dan penghapusan semen sementara yang tidak tepat merupakan faktor kegagalan.
kesulitan berbicara secara normal. Disfungsi palatofaringeal ini ada 2 jenis: insufisiensi
palatofaringeal dan inkompetensi palatofaringeal.
menentukan jenis perawatan yang dibutuhkan. Bila kesalahan ini dapat dikoreksi
(misalnya dengan menghilangkan halangan oklusi) jembatan dapat di semen kembali.
Bila tidak, terpaksa dibuat ulang untuk memperbaiki kesalahan desain.
Perubahan warna abu-abu tepi insisal gigi penyangga anterior dapat terjadi bila
terdapat perluasan berlebihan dari rangka logam pada gigi insisif yang tipis. Oleh
karena itu, mahkota gigi anterior yang tipis dapat berubah warna setelah penyemenan
retainer bonding resin karena hilangnya translusensi. Karena pemilihan warna pontiku
dilakukan sebelum penyimpanan, penampilan terakhir merupakan variasi dari warna
gigi gigi.
GTSL
a. Reparasi
1. Mereparasi prote sayang patah pada basisnya.
2. Memasang kembali analisir gigi yang terlepas dari basis protesa.
3. Mengganti cengkraman yang lengannya patah.
4. Penambahan elemen gigi tiruan.
b. Pencetakan Kembali
Pencetakan kembali (refitting) protesa sebagian lepasan adalah cara untuk
memperbaiki protesa yang sudah tidak pas lagi sehingga kembali menjadi pas pada
tempatnya, Begitu pula hubungan aku Lusi maupun artikulasi gigi-geliginya.
Ada tiga cara pencetakan yang dikenal, yaitu pelapisan kembali (relining), penggantian
basis (rebasing) atau rekonstruksi (rekonstrucsion).
1) Pelapisan Kembali (Relining)
Pelapisan kembali adalah perbaikan terhadap permukaan protesa yang menghadap
jaringan mulut dengan suatu bahan basis baru sehingga kontak protesa dengan permukaan
jaringan menjadi cekat (pas) lagi.
2) Penggantian Basis (Rebasing)
Dari sini kita melakukan penggantian basis protesa dengan jalan membuang basis yang
lama, untuk menyesuaikan dengan proses resorptif yang terjadi pada jaringan mulut,
tanpa mengubah hubungan oklusi yang sudah ada. (Ada juga ahli yang menganggap
bahwa pada rebasing tidak harus suruh basis protesa dibuang, tetapi sebagian besar
17
memang diganti sekalian untuk membuat dasar protesa tersebut benar-benar pas pada
permukaan mulut pasien yang memakainya).
3) Rekonstruksi
Rekonstruksi adalah prosedur penggantian seluruh basis protesa sekaligus termasuk
giginya dengan bahan yang baru, tetapi tanpa mengganti kerangka logamnya.
Pada pemakaian protesta sebagian lepasan, tekanan kunyah yang diterima gigi
penahan akan diteruskan ke jaringan tulang alveolar. Tekanan seperti ini akan membuat
tulang alveolar bereaksi, berupa bertambah kuat dan padatnya tulang tadi, selama tekanan
kunyah ini masih dalam batas fisiologis. Jika gigi penahan tidak ada, tekanan ini akan
diteruskan langsung ke jaringan lunak dan tulang dibawah protesa; suatu hal yang pada
akhirnya akan menyebabkan resorpsi tulang.
Resorpsi seperti ini terjadi di bawah protesa dukungan gigi biasanya kurang terlihat
kecuali ada keluhan dari pasien. Pasien mungkin merasakan ada ruangan dibawah
protesanya sehingga sisa makanan mudah bersarang. Hal seperti ini menyebabkan
jaringan lunak tidak sehat karena proses pembersihan menjadi kurang dan akhirnya
menyebabkan perubahan warna mukosa akibat terjadinya peradangan.
Pada protesa dukungan kombinasi atau jaringan, penyusutan yang terjadi di bawah
jaringan ini akan menyebabkan basis protesa dapat bergerak dengan sumbu putar di
sekitar gigi penyangga distel. Karena proses resorpsi memang pasti akan terjadi, hal ini
sebaiknya di informasikan kepada pasien sejak awal proses pembuatan protesa.
Umpamanya dengan membandingkan penyusutan jaringan seperti ini dengan terjadinya
perubahan pada bagian tubuh lain. Salah satu contoh yang jelas adalah mata yang makin
lama makin rabun sehingga kaca mata perlu diganti dari waktu ke waktu.
BAB III
KESIMPULAN
Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat insersi ke dalam mulut pasien yaitu:
1. Retensi
4. Operator megajarkan cara memasang dan melepaskan gigi tiruan kepada pasien yang
dilakukan di depan kaca sehingga pasien dapat melihatnya, kemudian pasien diminta
untuk mencoba memasang gigi tiruan sendiri tanpa bantuan operator.
5. Pasien diberi instruksi: Gigi tiruan hendaknya dipakai terus menerus untuk adaptasi
dengan rongga mulut. Menjaga kebersihan gigi tiruan dan rongga mulut. Pada malam hari
gigi tiruan dilepas untuk memberi kesempatan istirahat yang memadai pada jaringan
mulut pendukungnya. Ketika dilepas gigi tiruan direndam dalam wadah tertutup yang
berisi air dingin yang bersih. Hindari mengunyah makanan yang keras dan lengket. Pasien
diminta untuk datang satu minggu setelah insersi gigi tiruan untuk melihat penyesuaian
oklusi yang masih berubah-ubah.
18
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, A.P. 2016. Tingkat kebersihan gigitiruan lepasanpada pasienpengguna gigi tiruan
lengkap akrilik di puskesmas kecamatan malili Makassar : Universitas hasanuddin
fakultas kedokteran gigi.
Arifin M., Rahardjo W., Roselani. 2000. Diktat Prostodonsia: Ilmu Gigi Tiruan Cekat (Teori
dan Klinik). Departemen Prostodonsia Faklutas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.
Bakar, Abu. 2012. Kedokteran Gigi Klinis. Yogyakarta: Quan’um Sinergis Media.
Barclay CW, Walmsley AD. 2001. Fixed and removable prosthodontics. 2nd ed. Tottenham:
Churchill livingstone.
Jubhari EH. 2007. Upaya untuk mengurangi preparasi gigi : Fung shell bridge. Jurnal
Kedokteran Gigi Dentofasial.
Rahmayani, L dan Pocut, A.S. 2016. Penilaian tingkat kebersihan gigi tiruan sebagian
lepasan akrilikberdasarkan metode pembersihan secara penyikatan dan
lamapemakaian. ODONTO Dental Journal. 3 ( 1 ).
Rosenstiel S.F., Land M.F., Fujimoto J. 2006. Contemporary Fixed Prosthodontics. Mosby
Inc. St. Louis.
Smith B.G.N. 1998. Planning and Making Crown and Bridges. Mosby. St. Louis. 3rd ed.
Shillingburg, et al.,. 1998. Fundamentals of Fixed Prosthodontics
3rd ed. Quimtessence Publ Co.
19
20
Zarb, G.A. Bolender, C.L., Hickey, J.C. and Carlsson, 1994, Buku Ajar Prostodonti Untuk
Pasien Tak Bergigi Menurut Boucher (Penerj. Daroewati, dan Henni), Daroewati (ed),
ed. 10, Penerbit Buku Kedokteran ECG, Jakarta.