i
KATA PENGANTAR
Penulisan laporan tutorial ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh
penulis untuk perbaikan-perbaikan agar kedepannya dapat tercipta kesempurnaan
dalam laporan ini. Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Kata pengantar.................................................................................................. ii
Daftar isi........................................................................................................... iii
Skenario............................................................................................................ 1
Step 1. Clarifiying Unfamiliar Terms............................................................... 2
Step 2. Problem Definition............................................................................... 3
Step 3. Brain Storming..................................................................................... 4
Step 4. Analysing The Problem........................................................................ 6
Step 5. Learning Objective............................................................................... 7
Step 6. Self-Study.............................................................................................. 8
Step 7. Reporting/Generalisation Learning Objective...................................... 9
Daftar Pustaka................................................................................................... 26
iii
SKENARIO KONSERVASI GIGI
SKENARIO 3
1
STEP 1
IDENTIFIKASI KATA SULIT
-
Tidak terdapat kata sulit.
2
STEP 2
RUMUSAN MASALAH
STEP 3
BRAINSTORMING
3
1. Pasien mengeluhkan terasa sakit saat mengunyah disebabkan akibat karies
pada gigi 36 yang sudah mencapai profunda perforasi, dimana pulpa dari gigi
tersebut telah terbuka. Pada pulpa terdapat pembuluh darah dan syaraf
sehingga saat pasien mengunyah makanan, tekanan yang diakibatkan dari
proses penyunyahan tersebut dapat mengenai pulpa yang terbuka akibat karies
profunda perforasi. Selanjutnya tekanan tersebut diterima oleh pembuluh darah
dan serabut syaraf yang terdapat pada pulpa sehingga pasien merasakan sakit
pada giginya yang berlubang pada saaat mengunyah. Dari hasil pemeriksaan
tes jarum juga dapat disimpulkan bahwa gigi pasien mengalami nekrosis pulpa
parsialis karena pasien merasa sakit sebelum jarum miller mencapai apikal
gigi. Jadi terdapat 2 faktor kemungkinan yang menyebabkan pasien merasa
sakit saat mengunyah, yang pertama karena terdapat serabut syaraf pada akar
gigi yang masih vital (belum mengalami nekrosis). Yang kedua pada akar yang
lain yang sudah nonvital terdapat abses pada periapikal gigi, abses yang
merupakan kumpulan pus dan jaringang nekrotik ini dapat menekan jaringan di
sekitarnya sehingga juga dapat menibulkan rasa sakit apalagi saat terjadi proses
pengunyahan.
2. Saat gigi bengkak 6 bulan lalu terasa sakit karena adanya akumulasi pus (yang
menyebabkan bengkak) yang memberi gaya atau tekanan ke segala arah yang
dapat menekan saraf sehingga terasa sakit. Selain itu rasa sakit juga dapat
disebabkan oleh bakteri plak yang menghasilkan mediator-mediator inflamasi.
Sedangkan saat ini sudah tidak terasa sakit karena adanya fistula, dimana
fistula ini merupakan saluran tempat keluarnya pus. Karena pus tersebut sudah
menemukan jalan keluar sehingga akumulasi pus tersebut akan berkurang dan
tidak lagi menekan saraf yang menyebabkan rasa sakit berkurang.
3. Dari hasil gambaran radiografi menunjukkan adanya karies profunda perforasi
yang dibuktikan dengan gambaran radiolusen yang telah mencapai pulpa. Dari
hasil gambaran radiografi juga tampak adanya resorbsi tulang dengan pola
horizontal. Pada bagian furkasi dan apikal gigi juga tampak adanya gambaran
radiolusen yang dapat diinterpretasikan sebagai abses. Selain itu juga tampak
adanya jarum miller yang sudah masuk sampai ke saluran akar mesio lingual
4
gigi 36 tetapi belum mencapai apeks gigi sehingga dapat disimpulkan gigi
masih vital.
4. Pada pemeriksaan tes jarum pasien merasa sakit saat jarum miller memasuki
akar mesio lingual sepanjang 17 mm. Hal ini berarti gigi tersebut masih
memiliki bagian yang vital karena panjang rata-rata gigi molar pada orang
dewasa yaitu sekitar 21,5 mm. Sedangkan tes perkusi dan tekan terasa sakit
membuktikan adanya proses inflamasi atau peradangan pada periapikal dan
jaringan periodontal di sekitar gigi tersebut.
5. Diagnosis gigi 36 pada skenario berdasarkan hasil pemeriksaan klinis yang
telah dilakukan yaitu nekrosis pulpa parsialis. Berdasarkan hasil tes jarum
dimana jarum miller masuk ke saluran akar dan pasien merasa sakit sebelum
jarum mencapai apikal gigi serta hasil tes tekan dan perkusi yang juga
menunjukkan hasil positif.
6. Differential dignosis yang mungkin yaitu periodontitis apikalis dan pulpitis
irreversible. Rencana perawatan yang bisa dilakukan adalah perawatan saluran
akar (PSA). Tahapan perawatan saluran akar secara ringkas terdiri dari proses
preparasi, sterilisasi, dan pengisian saluran akar. Perawatan saluran akar yang
tepat sesuai skenario yaitu pulpektomi non vital (endointrakanal) karena gigi
masih memiliki bagian yang vital (nekrosis pulpa pasrsialis). Karena kasus
pasien merupakan lesi endo-periomaka juga bisa dilakukan skalling untuk
menghilangkan kalkulus pada gigi sehingga dapat memperbaiki OH pasien dan
tidak memperparah periodontitis yang sudah terjadi.
STEP 4
MAPPING
GIGI 36
KARIES 5
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN
KLINIS
DIAGNOSIS
DD
RENCANA PROGNO
PERAWATAN SIS
STEP 5
LEARNING OBJECTIVE
6
Mahasiswa diharapkan mampu memahami dan menjelaskan :
1. Proses anamnesa yang baik dan benar
2. Cara dan tahapan pemeriksaan klinis
3. Menentukan pemeriksaan penunjang yang tepat
4. Cara mendiagnosa dan menentukan differential diagnosis pasien dengan
tepat berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan klinis
5. Menentukan rencana perawatan yang tepat bagi pasien
STEP 6
SELF STUDY
7
STEP 7
8
tanda-tanda serta berapa lama semua gejala-gejala serta tandatanda tersebut sudah
berlangsung.
9
1. Lokasi : Dimana lokasi masalah tersebut? Apakah ada penjalaran?
Contoh : Tolong tunjukkan dengan satu jari dimana lokasi nyeri yang
tepat?
2. Kualitas : Seperti apa keluhan tersebut dan bagamana rasanya ? Apakah
tajam atau tumpul, hilang timbul atau menetap?
3. Kuantitas/beratnya : Seberapa berat penyakitnya?. Misalnya beratnya nyeri
dengan skala 1 sampai 10 dimana skala 1 tidak nyeri sedangkan 10 sangat
nyeri.
4. Kronologis/waktu : Kapan gejala atau masalah mulai?.Bagaimana
kejadiannya? Misalnya pada nyeri dada perlu ditanyakan pertama kali
terjadi atau sebelumnya pernah terjadi. Pada diare ditanyakan berapa kali
mencretnya.
5. Kejadian yang memperberat keluhan : Misalnya pada ulkus ventrikuli
diperberat dengan makan pedas, nyeri dada bertambah pada saat bekerja
dan sebagainya
6. Kejadian yang memperingan keluhan : Misalnya pada gastritis nyeri
uluhati berkurang dengan makan dan sebagainya
7. Gejala klinik yang menyertai : Misalnya kolik ureter disertai dengan
kesulitan defekasi
PEMERIKSAAN
1. Keadaan Umum
a. Berdasarkan keadaan kondisi fisik pasien
Contoh:
- Baik, apabila kondisi sehat.
- Pucat, lemah,letih, anoreksia, dll
b. Tanda-tanda
vital:
TD : Tekanan Darah (Sistole/Diastole).
- R : Respirasi (Pernafasan/menit)
N : Denyut Nadi/menit.
T : Suhu Tubuh.
BB : Berat Badan (kg).
10
TB : Tinggi Badan (cm)
2. Klinis
a. Ekstra oral
1. Kondisi Wajah
Berdasarkan hasil pemeriksaan visual wajah pasien.
Normal
Asimetri dll
o Kepala dan Leher
o Berdasarkan hasil pemeriksaan visual wajah pasien.
o Normal/abnormal
2. Kelenjar limfe
Berdasarkan hasil pemeriksaan palpasi pada pasien dengan cara palpasi
pada kelenjar limfe.
- Normal
- Teraba, konsistensi (lunak/keras), sakit/tidak.
3. Kelenjar Saliva
Berdasarkan hasil pemeriksaan palpasi pada pasien.
- Normal
- Teraba, konsistensi (lunak/keras), sakit/tidak.
4. Sendi Temporo Mandibular
Sendi temporomandibula diperiksa dengan 3 kategori:
- Pergerakan mandibula membuka
dan menutup mulut
- Pergerakan mandibula ke segala arah
- Kemampuan membuka mulut
b. Intra oral
1. Kebersihan rongga mulut
11
Cara Pemeriksaan OHI-S (Green and Vermilion,1964) :
OHI-S terdiri dari dua komponen: Debris Index-Simplified (DI-S)
dan Calculus Index-Simplified (CI-S). Masing-masing komponen
mempunyai skala 0-3. Gigi yangdiperiksa ada 6 buah, dengan perincian,
4 gigi diperiksa permukaan fasialnya (molarsatu atas kanan, insisivus
satu atas kanan, molar satu atas kiri dan insisivus satu bawah kiri) dan
dua gigi diperiksa pada permukaan lingualnya (molar satu bawah kanan
dan kiri). Masing-masing permukaan gigi secara horisontal menjadi 3
bagianyaitu, daerah sepertiga gingiva (gingival third), daerah sepertiga
bagian tengah (middlegingiva) dan daerah sepertiga bagian insisal
(incisal third).
Penilaian DI-S
Eksplorer mula-mula diletakkan pada permukaan gigi daerah
sepertiga insisal dan digerakkan menuju daerah sepertiga gingiva.
Skoring untuk DI-S sesuai dengan kriteria-kriteria berikut:
0 :tak terdapat debris atau stain
1 :terdapat debris lunak yang menutupi tidak lebih dari 1/3
permukaan gigi atau terdapatnya stain yang menutupi permukaan
gigi.
2 :terdapat debris lunak lebih dari 1/3 bagian permukaan gigi,
tetapi tidak lebih dari 2/3 permukaan.
3 : terdapat debris lunak menutupi lebih dari 2/3 bagian
permukaan gigi.
12
daerah separuh keliling gigi). Skoring untuk CI-S sesuai dengan kriteria
berikut:
0 : tak terdapat kalkulus
1 : terdapat kalkulus supragingiva yang menutupi tidak lebih dari 1/3
bagian permukaan gigi
2 : terdapat kalkkulus supragingiva yang menutupi lebih dari 1/3
permukaan tetapi tidak lebih dari 2/3 permukaan atau terdapat
bercak kalkulus individual yang terletak subgingiva di sekitar
bagian leher gigi, atau keduanya
3 : terdapat kalkulus supragingiva yang menutupi lebih dari 2/3
bagian permukaan gigi atau adanya kalkulus subgingiva yang
tebal dan melingkar atau keduanya
Catatan:
a. Apabila salah satu gigi anterior tersebut diatas tidak ada, boleh
dipilih gigi insisivus satu atas kiri dan insisivus satu kanan bawah
atau insisivus kedua;
b. Apabila gigi molar pertama tidak ada, dapat digantikan oleh gigi
disebelahnya yaitu premolar atau molar kedua;
c. Gigi yang telah diberi mahkota tiruan, dan gigi yang tingginya
berkurang karena karies, tak dapat dinilai, ditentukan gigi lain;
13
d. Debris lunak dipermukaan oklusal dan insisal tidak dinilai,
karenanya dapat diabaikan.
14
A. Radiografi Intraoral.
Radiografi intraoral adalah radiografi yang memperlihatkan gigi dan
struktur disekitarnya, dengan cara menempatkan filmnya didalam rongga.
Pemeriksaan intraoral merupakan pokok dari dental radiografi.
Jenis-jenis radiografi intraoral:
1. Radiografi periapikal
Pemeriksaan radiografi periapikal merupakan teknik pemeriksaan
radiografi yang paling rutin dilakukan di kedokteran gigi. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk memeriksa gigi (crown dan root) serta jaringan disekitarnya.
2. Radiografi interproksimal (bitewing)
Teknik radiografi bitewing bertujuan untuk memeriksa crown, crest
alveolar di maksila dan mandibula dalam satu film.
3. Radiografi Oklusal
Radiografi oklusal bertujuan untuk melihat area yang lebih luas lagi yaitu
maksila atau mandibula dalam satu film.
B. Radiografi ekstraoral.
Merupakan pemeriksaan radiografi yang lebih luas dari kepala dan rahang.
Radiografi ini menggunakan film khusus yang diletakkan di luar mulut.
Salah satu macam radiografi ekstraoral:
1. Panoramik
Radiografi panoramik digunakan untuk melihat perluasan suatu lesi/tumor,
fraktur rahang,fase gigi bercampur. Panoramik akan memperlihatkan daerah yang
lebih luas dibandingkan intraoral.
Interpretasi radiografi pada kasus di skenario:
1. Terdapat gambaran radiolusen pada sisi distal gigi 36 menunjukkan kavitas
yang besar sudah mencapai atap pulpa
2. Terdapat resorpsi tulabg tipe horizontal
3. Terdapat gambaran radiolusen, batas diffuse pada bagian furkasi akar gigi 36
kemungkinan adanya abses
4. Terdapat gambaran radiolusrn pada apeks bagian distal gigi 36 menunjukkan
adanya abses
5. Putusnya lamina dura / lamina dura sudah hilang kontiunitasnya
15
LO 4. Cara mendiagnosa dan menentukan differential diagnosis pasien
dengan tepat berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan klinis
16
Pemeriksaan didapatkan hasil :
1. Radiografi
Pemeriksaan radiografi menunjukkan kavitas yang besar ataurestorasi,
atau juga bisa ditemui penampakan normal kecuali jika adaperiodontitis
apikal atau osteitis.
2. Tes vitalitas
Gigi tidak merespon terhadap tes vitalitas, namun gigi dengan akarganda
dapat menunjukkan respon campuran, bila hanya satu saluranakar yang
mengalami nekrosis. Gigi dengan nekrosis pulpamemberikan respon
negatif terhadap stimulasi elektrik maupunrangsang dingin, namun dapat
memberikan respon untuk beberapasaat terhadap rangsang panas.
3. Pemeriksaan fisik
Gigi menunjukkan perubahan warna seperti suram atau opak
yangdiakibatkan karena kurangnya translusensi normal.
4. Histopatologi
Terdapat jaringan pulpa yang nekrosis, debris selular, danmikroorganisme
terlihat di pulpa. Apabila terdapat jaringanperiodontal yang terlibat, maka
akan menunjukkan gambaraninflamasi atau sel radang.
Merupakan pengambilan seluruh jaringan pulpa dari kamar pulpa dan saluran
akar. Pada gigi molar sulung pengambilan seluruh jaringan secara mekanis tidak
memungkinkan sehubungan bentuk morfologi saluran akar yang kompleks.
Pulpektomi dapat dilakukan dengan 3 cara :
1) Pulpektomi vital.
2) Pulpektomi devital.
3) Pulpektomi non vital.
Indikasi 1) Gigi sulung dengan infeksi melebihi kamar pulpa pada gigi vital
atau non vital. 2) Resorpsi akar kurang dari 1/3 apikal. 3) Resorpsi interna tetapi
belum perforasi akar. 4) Kelanjutan perawatan jika pulpotomi gagal. Pedodonsia
Terapan 22 Kontra indikasi 1) Bila kelainan sudah mengenai periapikal. 2)
Resorpsi akar gigi yang meluas. 3) Kesehatan umu tidak baik. 4) Pasien tidak
17
koperatif. 5) Gigi goyang disebabkan keadaan patologis Pilihan kasus pulpektomi
untuk gigi sulung yaitu pada gigi yang pulpanya telah mengalami infeksi dan
jaringan pulpa di saluran akar masih vital.
Jika dibiarkan dalam keadaan ini pulpa mengalami degenerasi / nekrose yang
akan menimbulkan tanda dan gejala negatif, keadaan akan berkelanjutan.
Pulpektomi masih dapat dilakukan tetapi keberhasilannya akan menurun karena
degenerasi pulpa bertambah luas.
Indikasi tersebut di atas ada hubungan dengan faktor faktor lainnya seperti :
Berapa lama gigi masih ada di mulut. Kepentingan gigi di dalam mulut (space
maintainer). Apakah gigi masih dapat direstorasi. Kondisi jaringan apikal.
Pulpektomi dilakukan dengan beberapa prosedur : Untuk gigi sulung vital 1 kali
kunjungan. Untuk gigi sulung non vital beberapa kali kunjungan. Pedodonsia
Terapan 23 Teknik pulpektomi disebut partial atau total tergantung penetrasi
instrumen saluran akar. Bahan pengisi saluran akar : ZnO eugenol Kalsium
hidroksid Syarat bahan pengisi saluran akar gigi sulung : Dapat diresorpsi sesuai
kecepatan resorpsi akar. Tidak merusak jaringan periapikal. Dapat diresorpsi
bila overfilling. Bersifat antiseptik. Bersifat hermetis dan radiopak. Mengeras
dalam waktu yang lama. Tidak menyebabkan diskolorasi. Hal hal yang harus
diperhatikan pada perawatan pulpektomi : Diutamakan memakai file daripada
reamer. Memakai tekanan yang ringan untuk menghindari pengisian saluran akar
yang berlebihan (overfilling). Diutamakan sterilisasi dengan obat obatan
daripada secara mekanis. Pemakaian alat alat tidak sampai melewati bagian
apikal gigi
3). Pulpektomi non vital Definisi : Gigi sulung yang dirawat pulpektomi non vital
adalah gigi sulung dengan diagnosis gangren pulpa atau nekrose pulpa.
Pedodonsia Terapan 28 Indikasi 1) Mahkota gigi masih dapat direstorasi dan
berguna untuk keperluan estetik. 2) Gigi tidak goyang dan periodontal normal. 3)
Belum terlihat adanya fistel. 4) Ro-foto : resorpsi akar tidak lebih dari 1/3 apikal,
tidak ada granuloma pada gigi-geligi sulung. 5) Kondisi pasien baik. 6) Keadaan
sosial ekonomi pasien baik. Kontra indikasi 1) Gigi tidak dapat direstorasi lagi. 2)
Kondisi kesehatan pasien jelek, mengidap penyakit kronis seperti diabetes, TBC
18
dan lain-lain. 3) Terdapat pembengkokan ujung akar dengan granuloma (kista)
yang sukar dibersihkan. Kunjungan pertama : 1) Ro-foto dan isolasi daerah kerja.
2) Buka atap pulpa dan setelah ruang pulpa terbuka, jeringan pulpa diangkat
dengan file Hedstrom. 3) Instrumen saluran akar pada kunjungan pertama tidak
dianjurkan jika ada pembengkakkan, gigi goyang atau ada fistel. 4) Irigasi saluran
akar dengan H2O2 3% keringkan dengan gulungan kapas kecil. Pedodonsia
Terapan 29 5) Obat anti bakteri diletakkan pada kamar pulpa formokresol atau
CHKM dan diberi tambalan sementara. Kunjungan kedua (setelah 2 10 hari ) :
1) Buka tambaln sementara. 2) Jika saluran akar sudah kering dapat diisi dengan
ZnO dan eugenol formokresol (1:1) atau ZnO dan formokresol. 3) Kemudian
tambal sementara atau tambal tetap. Jumlah kunjungan, waktu pelaksanaannya
dan sejauh mana instrumen dilakukan ditentukan oleh tanda dan gejala pada tiap
kunjungan. Artinya saluran sakar diisi setelah kering dan semua tanda dan gejala
telah hilang. Kriteria Keberhasilan Perawatan Pulp capping direk dan Pulp
capping indirek Gigi yang dirawat dan jaringan sekitar tidak terdapat gejala
infeksi. Gigi yang dirawat tidak sakit, tidak goyang, jaringan penyangga gigi
normal.Gambaran Ro-foto tidak menunjukkan perubahan patologi dari apikal dan
tulang alveolus jaringan keras terkalsifikasi akan terlihat di daerah dekat pulpanya
diberi kalsium hidroksid.
19
Gigi pasca perawatan saluran akar menjadi lebih lemah karena adanya
pembuangan jaringan dentin di mahkota dan saluran akar, yang menyebabkan
perubahan komposisi struktur gigi. Hilangnya struktur gigi akibat prosedur
perawatan akan mengurangi kekerasan gigi sebanyak 5%, sementara hilangnya
jaringan mahkota menyebabkan kelenturan berkurang sampai dengan 60%.
Kekuatan pada gigi pasca perawatan saluran akar, tidakdipengaruhi pada prosedur
perawatan saluran akar, akan tetapi preparasi yang luas dapat menyebabkan
berkurangnya kekuatan gigi.
Pada gigi yang pasca perawatan saluran akar lebih banyak memakai
restorasi rigid. Oleh karena banyak masalah-masalah restorasi yang memerlukan
pemecahan dan batasan-batasan tertentu yang tidak dapat diselesaikan dengan
menggunakan restorasi plastis. Karena untuk masing-masing restorasi diperlukan
dukungan dari gigi. Bila dukungan dari gigi terbatas atau bahkan tidak ada,
restorasi rigid merupakan restorasi pilihan.
Restorasi Ekstrakoronal
Salah satu contoh restorasi ekstrakoronal yaitu mahkota penuh atau complete
crown. Complete crown merupakan restorasi yang menutupi seluruh
permukaan mahkota klinis dari suatu gigi asli. Terdapat berbagai jenis
complete crown, diantaranya:
A. All metal crown
Mahkota ini sering disebut dengan mahkota tuang penuh atau full cast
crown. Merupakan suatu restorasi yang menyelubungi permukaan gigi
dari logam campur yang dituang.Indikasinya yaitu untuk gigi molar dan
20
premolar rahang atas dan bawah, penderita dengan oklusi dan artikulasi
yang berat, tekanan kunyah besar, tidak memerlukan estetik, gigi dengan
karies servikal, dekalsifikasi, dan enamel hipoplasi.Kontraindikasinya
yaitusisa mahkota gigi tidak cukup terutama pada gigi dengan pulpa vital,
memerlukan estetik pasien dengan OH buruk sehingga restorasi mudah
tarnish, gusi sensitif terhadap logam.
21
inti.Kontraindikasinya yaituindeks karies tinggi, distribusi beban di
oklusal tidak baik, dan bruxism.
Restorasi Intrakoronal
A. Inlay dan Onlay Logam
Inlay merupakan restorasi intrakoronal bila kerusakan mengenai
sebagian cuspatau tambalan yang berada di antara cusp, sehingga
ukurannya biasanya tidak begitu luas. Onlay merupakan restorasi
intrakoronal bila kerusakan mengenai lebih dari 1 cusp atau lebih dari 2/3
dataran oklusal karena sisa jaringan gigi yang tersisa sudah lemah.
22
Gambar 3. Perbedaan inlay dan onlay
B. Inlay dan Onlay Porselen
Restorasi inlay dan onlay porselen menjadi populer untuk restorasi
gigi posterior dan memberikan penampilan estestik yang lebih alamiah
dibandingkan dengan inlay dan onlay logam tuang dan lebih tahan abrasi
dibandingkan dengan resin komposit. Porselen tidak sekuat logam tuang
tetapi jika sudah berikatan dengan permukaan email akan menguat pada
gigi dengan cara yang sama seperti pada restorasi resin berlapis komposit
atau semen ionomer-resin komposit.
23
dibanding restorasi secara direct adalah dapat dihindarinya konstraksi akibat
polimerisasi bahan komposit, sehingga kebocoran tepi dapat dihindari.
Kontak pada bagian proksimal dapat dibuat rapat dan pembentukan kontur
anatomis lebih mudah.Sedangkan kekurangan restorasi secara indirect resin
komposit adalah adanya ketergantungan restorasi pada semen perekat (lutting
cement). Isolasi yang kurang baik serta polimerisasi yang kurang sempurna
dari semen akan berakibat negatif terhadap restorasi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Fatmawati, Dwi Warna Aju. 2011. Macam Macam Restorasi Rigid Pasca
Perawatan Endodontia. Stomatognatic (J.K.G Unej) Vol. 8 No. 2 2011: 96-102.
A. Quendangen, Guntur B., Peter S., Ratna R., Untung S., Yosephine
L.2007. Standar Nasioanl Rekam Medik Kedokteran Gigi. Cetakan ke-2.
Departemen Kesehatan, Jakarta.
Kidd, E., Fejerskov. 2004. Dental Caries (The disease and its Clinical
Management).
24
Gopikrishna, Velayutham., et al. 2009. Assesment of Pulp Vitality.
International Journal of Paediatric Dentistry. 19:3-15
Grossman, Louis I., Seymour Oliet, and Carlos E. Del Rio. 1995. Ilmu
Endodontik Dalam Praktek ed 11. Jakarta. Buku Kedokteran EGC
DeLong, Leslie. 2013. General and Oral Pathology for The Dental
Hygienist Second Edition. Philadelphia:Lippincott Williams & Wilkins
25