Anda di halaman 1dari 17

KELAINAN MALOKLUSI DENTAL 1

ANAMNESIS PADA KASUS


ORTODONTI

Fasilitator:
Drg. Ayu S, SpOrt

Disusun Oleh Kelas E Kelompok 3:


1. Sabilla Nurul Safitri (2019-11-141)
2. Sabrina (2019-11-142)
3. Sabrina Fitri A (2019-11-143)
4. Salim Hartawan (2019-11-144)
5. Salsabila Dikeputri (2019-11-145)
6. Salsabila Nazhifah M (2019-11-146)
7. Salsabila Putri A (2019-11-147)
8. Salsabila Tsabitha (2019-11-148)
9. Sarah Az-Zahra (2019-11-149)
10. Selly Nursyafiyah (2019-11-150)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan atas nama Tuhan, yang telah
memberikan kita kesehatan jasmani dan rohani sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini sesederhana mungkin.
Tim penulis menyusun makalah tentang “Anamnesis pada kasus
ortodonti”. Dalam hal ini tim penulis juga menyadari bahwasannya dalam
penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, sehingga kami
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi memajukan
kinerja kami di masa mendatang. Akhir kata semoga makalah ini memberikan
tambahan wawasan untuk kita semua khususnya dalam bidang sains dan
medis.

Jakarta, 24 Maret 2021

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. 2


BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang .................................................................................... 4
1.2 Rumusan masalah .............................................................................. 5
1.3 Tujuan ................................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Identitas Pasien .................................................................................. 6
2.2 Riwayat Medis Kesehatan Umum dan Kesehatan Gigi……………..7
2.3 Evaluasi Pertumbuhan Fisik………………………………………..10
2.4 Evaluasi Perilaku Sosial……………………………………………12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………15
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..16

3
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Latar Belakang


Dalam menangani setiap kasus dalam kedokteran gigi khususnya
bidang ortodontik, para praktisi harus menyusun rencana perawatan yang
didasarkan pada diagnosis. Untuk menetapkan diagnosis, terdapat prosedur
standar yang mutlak untuk dilakukan. Prosedur standar tersebut meliputi
anamnesis, pemeriksaan klinis intra oral dan ekstra oral, analisis fungsional,
analisis ronsenologis, analisis fotografi, pemeriksaan radiologis, dan analisis
model studi yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung pada
pasien. Analisis model studi merupakan salah satu sumber informasi penting
untuk menentukan diagnosis ortodontik karena dari model studi ini klinisi dapat
melihat keadaan gigi geligi pasien secara langsung dalam bentuk tiga dimensi.
Tujuan perawatan ortodontik dewasa ini adalah menciptakan keseimbangan
terbaik antara hubungan oklusal, gigi dan estetika wajah, stabilitas hasil
perawatan dan pemeliharaan jangka panjang, serta perbaikan gigi geligi. Untuk
memenuhi tujuan tersebut diperlukan suatu diagnosis, rencana perawatan yang
tepat dan teknik perawatan yang disesuaikan dengan keperluan, baik dengan
menggunakan piranti lepasan maupun cekat. Dengan melakukan pemeriksaan
klinis ekstra oral dan analisis model studi serta pengetahuan yang baik
mengenai hubungan keduanya maka tujuan perawatan ortodontik di atas dapat
tercapai. Rencana perawatan dibuat dengan cara menganalisis beberapa data
yang diperoleh. Data tersebut diperoleh dari anamnesa, pemeriksaan klinik,dan
analisis hasil perekaman

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana anamnesis pada kasus ortodonti ?
2. Bagaimana riwayat medis kesehatan umum dan kesehatan gigi ?
3. Bagaimana evaluasi pertumbuhan fisik dan perilaku sosial ?

1.3 Tujuan
1. Untuk memahami bagaimana anamnesis pada kasus ortodonti.
2. Untuk mengetahui bagaimana riwayat medis kesehatan umum
dan kesehatan gigi.
3. Untuk mengetahui bagaimana evaluasi pertumbuhan fisik dan
perilaku sosial.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Identitas Pasien Dan Keluhan Utama

Merupakan tugas staf gigi untuk memastikan mereka mencoba dan membantu
pasien memahami kondisi mereka. Pasien biasanya mengeluhkan hal itu mereka
kurang mendapat informasi tentang diagnosis, penyelidikan, dan hasil dari
pemeriksaan tersebut. Pasien harus selalu begitu terlibat dalam pengambilan keputusan
tentang manajemen mereka. Pasien akan mendapat informasi berupa pertanyaan
spesifik dan beberapa memiliki berkas rinci dan mencari investigasi khusus. Diskusi
yang cermat dengan pasien dengan melakukan pendekatan terbaik. Selain itu, dengan
didukung pemeriksaan intraoral dan ekstraoral sehingga dapat ditentukan diagnose dari
penyakit yang dikeluhkan pasien. Cara lain untuk membantu adalah dengan:1

I. Identitas Pasien
1. Nama Lengkap :
2. Tempat tgl Lahir :
3. Pekerjaan :
4. Alamat :
5. No. Telpon :
6. Jenis Kelamin :
7. Agama :
8. Bangsa :
9. Golongan Darah :
Cara menanyakan identitas pasien

1. Mohon maaf Bapak/Ibu/Adik/Kakak....saya akan menanyakan


tentang data identitas pribadi yang perlu diisi terkait dengan status
kesehatan Bapak/Ibu /Adik/Kakak....

6
2. Siapa nama lengkap ?
3. Berapa umurnya/ tempat tgl lahir ?
4. Apa pekerjaannya?
5. Dimana alamat lengkapnya ?
6. Berapa nomor telponnya yang bisa dihubungi?
7. Apa agamanya ?
8. Apa kebangsaannya ? WNA / WNI
9. Apa golongan darahnya ?2
II. Keluhan Pasien
1. Keluhan utama :
Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien /klien.
2. Keluhan Tambahan :
Keluhan yang dirasakan oleh pasien selain keluhan utama.
Cara menanyakan keluhan pasien

1. Apa tujuan Bapak/Ibu datang ke Klinik Gigi.


2. Bagian mana yang sakit?
3. Sakitnya bagaimana? (cekot-cekot, terus-menerus , timbul hilang
atau ngilu/ sakit bila dipakai makan/minum?).
4. Apabila dipakai makan atau minum yang panas/ dingin terasa ngilu
atau sakit?
5. Mulai kapan ada keluhan sakit ?
6. Apakah sekarang masih sakit ?2

2.2 Riwayat Medis Kesehatan


1. Riwayat Penyakit Sekarang,
Hal ini meliputi keluhan utama dan anamnesis lanjutan. Keluhan utama
adalah keluhan yang membuat seseorang datang ke tempat pelayanan kesehatan
untuk mencari pertolongan, misalnya : demam, sesak nafas, nyeri pinggang, dll.

7
Keluhan utama ini sebaiknya tidak lebih dari satu keluhan. Kemudian setelah
keluhan utama, dilanjutkan anamnesis secara sistematis dengan menggunakan
tujuh butir mutiara anamnesis, yaitu :3
a. Lokasi Sakit
Seorang penderita yang datang dengan nyeri di ulu hati, perlu
ditanyakan lebih lanjut secara tepat bagian mana yang dimaksud, bila perlu
penderita diminta menunjukkan dengan tangannya, dimana bagian yang
paling sakit dan penjalarannya ke arah mana. Bila pusat sakit di tengah (linea
mediana) dicurigai proses terjadi di pankreas dan duodenum; sebelah
kiri →lambung; sebelah kanan → duodenum, hati, kandung empedu; di
atas → hati, oesofagus, paru, pleura dan jantung. Penjalaran nyeri tepat lurus
di belakang menunjukkan adanya proses di pankreas atau duodenum dinding
belakang; di punggung lebih ke atas → lambung dan duodenum; bawah
belikat kanan → kandung empedu; bahu kanan →duodenum, kandung
empedu, diafragma kanan; bahu kiri → diafragma kiri.3
b. Kronologis
Perlu ditanyakan kapan mulai timbulnya sakit atau sudah berlangsung
berapa lama. Apakah keluhan itu timbul mendadak atau perlahan-lahan,
hilang timbul atau menetap. Apakah ada waktu-waktu tertentu keluhan
timbul. Misalnya bila nyeri ulu hati timbul secara ritmik → curiga ulkus
peptikum, malam hari → ulkus peptikum dan tiap pagi → dispepsia non
ulkus.3
c. Kualitas(sifat sakit)
Bagaimana rasa sakit yang dialami penderita harus ditanyakan,
misalnya rasa sakit yang tajam (jelas) seperti rasa panas, terbakar, pedih,
diiris, tertusuk, menunjukkan inflamasi organ. Rasa sakit yang tumpul (dull)
seperti diremas, kramp, kolik, sesuatu yang bergerak biasanya menunjukkan

8
proses pada organ yang berongga (saluran cerna, empedu). Rasa sakit yang
tidak khas menunjukkan organ padat (hati, pankreas).3
d. Kuantitas (derajat sakit)
Ditanyakan seberapa berat rasa sakit yang dirasakan penderita. Hal ini
tergantung dari penyebab penyakitnya, tetapi sangat subjektif, karena
dipengaruhi antara lain kepekaan seorang penderita terhadap rasa sakit, status
emosi dan kepedulian terhadap penyakitnya. Dapat ditanyakan apakah
sakitnya ringan, sedang atau berat. Apakah sakitnya mengganggu kegiatan
sehari-hari, pekerjaan penderita atau aktifitas fisik lainnya.3

e. Faktor yang memperberat keluhan


Ditanyakan adakah faktor-faktor yang memperberat sakit, seperti
aktifitas makan, fisik, keadaan atau posisi tertentu. Adakah makanan/
minuman tertentu yang menambah sakit, seperti makanan pedas asam, kopi,
alkohol panas, obat dan jamu. Bila aktifitas makan/ minum menambah sakit
menunjukkan proses di saluran cerna empedu dan pankreas. Aktifitas fisik
dapat menambah sakit pada pankreatitis, kholesistitis, apendisitis, perforasi,
peritonitis dan abses hati. Batuk, nafas dalam dan bersin menambah sakit pada
pleuritis.3
f. Faktor yang meringankan keluhan.
Ditanyakan adakah usaha penderita yang dapat memperingan sakit,
misalnya dengan minum antasida rasa sakit berkurang, menunjukkan adanya
inflamasi di saluran cerna bagian atas. Bila posisi membungkuk dapat
mengurangi sakit menunjukkan proses inflamasi dari pankreas atau hati.3
g. Keluhan yang menyertai
Perlu ditanyakan keluhan–keluhan lain yang timbul menyertai dan
faktor pencetusnya,3

2. Riwayat Penyakit Dahulu

9
Ditanyakan adakah penderita pernah sakit serupa sebelumnya, bila dan kapan
terjadinya dan sudah berapa kali dan telah diberi obat apa saja, serta mencari penyakit
yang relevan dengan keadaan sekarang dan penyakit kronik (hipertensi, diabetes
mellitus, dll), perawatan lama, rawat inap, imunisasi, riwayat pengobatan dan riwayat
menstruasi (untuk wanita).3
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Anamnesis ini digunakan untuk mencari ada tidaknya penyakit keturunan dari
pihak keluarga (diabetes mellitus, hipertensi, tumor, dll) atau riwayat penyakit yang
menular.3
4. Riwayat sosial dan ekonomi
Hal ini untuk mengetahui status sosial pasien, yang meliputi pendidikan,
pekerjaan pernikahan, kebiasaan yang sering dilakukan (pola tidur, minum alkohol
atau merokok, obat- obatan, aktivitas seksual, sumber keuangan, asuransi kesehatan
dan kepercayaan).3

2.4 Evaluasi Pertumbuhan Fisik


Daerah utama kedua yang harus ditelusuri dengan memberikan pertanyaan
kepada pasien atau orang tua adalah status perkembangan fisik seseorang. Hal ini
sangat penting, dan tidak sedikit diantaranya adalah gradien pertumbuhan wajah
manusia. Pertumbuhan yang cepat selama pertumbuhan remaja, memfasilitasi
pergerakan gigi. Tetapi setiap upaya modifikasi pertumbuhan pasti akan gagal pada
anak yang berada di luar puncak percepatan pertumbuhan remaja.4
Untuk remaja normal yang mendekati masa pubertas, beberapa pertanyaan
biasanya disediakan untuk menanyakan informasi-informasi penting yang akan
mengerucut kepada tingkatan fase pertumbuhan anak tersebut: Seberapa pesat
pertumbuhan anak belakangan ini? Apakah ukuran baju juga berubah belakangan ini?
Apakah ada tanda-tanda maturasi seksual? Kapan maturasi seksual terjadi pada

10
saudaranya yang lebih tua? Informasi berharga lainnya juga dapat diperoleh dari
observasi tahap karakteristik seksual kedua.4
Jika seorang anak yang diikuti rujukan ke ortodontis berada pada waktu
optimum atau obsercasi pertumbuhan dengan ortodontis sebelum dimulainya
perawatan, perubahan berat dan tinggi badan dapat memberikan wawasan mengenai
status pertumbuhan keseluruhan pasien dan status pertumbuhan mandibular, yang
diberi pertumbuhan statural dan pertumbuhan mandibuar yang berhubungan secara
umum. Pada banyak kasus, riwayat berat-tinggi pasien dan perkembangan dari grafik
pertumbuhan pasien dapat diperoleh dari pediatrik.4
Pendekatan lainnya untuk mendapatkan estimasi banyaknya pertumbuhan
mandibula, dimana itu merupakan hal penting, khususnya untuk anak dengan kasus
kelainan skeletal klas II yang akan mendapatkan manfaat dari perawatan ortodontik
untuk memodifikasi pertumbuhannya apabila memungkinkan. Hal ini dapat
dilaksanakan dengan menentukan waktu pertumbuhan mandibular dari ertebra seperti
yang terlihat pada radiografi sephalometrik. Apabila maturasi vertebral menunjukkan
keterlambatan perkembangan skeletal, percepatan pertumbuhan mandibula mungkin
masih akan terjadi. Tahap perkebangan dental tidak boleh digunakan untuk
mengestimasi tahap perkembangan rahang.4
Tahapan perkembangan vertebral kurang dipakai dalam membangun
pertumbuhan rahang yang telah mereda ke tingat dewasa pada remaja dengan
prognatisme mandibula. Pemeriksaan radiografi pada pergelangan tangan merupakan
metode alternatif untuk evaluasi maturasi skeletal, akan tetapi ini juga bukan
merupakan jalan yang akurat untuk mempekirakan kapan pertumbuhan itu selesai.
Pemeriksaan radiografi sephalometrik merupakan salahsatu metode yang paling akurat
dalam mempredikis apakah pertumbuhan fasial telah berhenti atau masih berlanjut,
karena pada metode ini perubahan pertumbuhan fasial tidak diperkirakan, tetapi
diukur.4

11
Gambar A.4
2.5 Evaluasi Perilaku Sosial
Evaluasi perilaku sosial harus dieksplorasi dengan beberapa hal yang terkait:
motivasi pasien untuk perawatan, ekspektasi apa yang ia inginkan sebagai hasil dari
perawatannya, dan apakah pasien akan cenderung kooperatif atau tidak kooperatif
selama perawatan berlangsung. Informasi dari form pendahuluan yang diisi oleh orang
tua sebelum janji temu awal bisa sangat membantu dalam mengevaluasi perilaku sosial.
Motivasi untuk mencari perawatan dapat diklasifikasikan ke dalam motivasi eksternal
maupun internal. Motivasi eksternal dipasok oleh tekanan dari individu lain, seperti
halnya anak yang enggan pergi ke perawatan ortodontik karena tekad ibunya, atau
dengan orang dewasa yang mencari perawatan keselarasan gigi incisor karena orang-
orang di sekitarnya ingin giginya menjadi lebih baik. Sementara motivasi internal, di
sisi lain, datang dari diri sendiri dan berdasarkan dengan penilaian dirinya sendiri
kepada suatu situasi dan memutuskan untuk mengambil perawatan. Bahkan anak-anak
yang cukup muda dapat menghadapi kesulitan dengan interaksi mereka bersama orang
lain oleh karena penampilan gigi dan wajah mereka, dimana terkadang memunculkan
keinginan internal yang kuat untuk memutuskan menjalani perawatan. Anak-anak
lainnya dengan kasus maloklusi serupa tidak mengalami masalah, dan motivasi

12
internalnya kurang dalam memutuskan untuk mencari perawatan gigi. Sementara
pasien yang lebih tua biasanya lebih sadar terhadap kesulitan hubungan psikososial
atau masalah fungsional yang berhubungan dengan maloklusi pada giginya dan
menjadi cenderung untuk memiliki beberapa komponen motivasi internal.4
Meskipun saat ini beberapa remaja menyatakan keinginannya untuk memiliki ‘sebuah
allat’ atau ‘kawat gigi’ karena banyak dari rekannya menjalani perawatan dini, jarang
ditemukan pada seusia mereka yang mempunyai motivasi internal yang kuat. Bagi
kebanyakan remaja, perawatan ortodontik adalah suatu perawatan yang harus
dilakukannya karena orang tua menuntut akan hal itu. Motivasi diri sendiri untuk
menjalani perawatan seringkali tidak berkembang sampai masa remaja. Namun bahkan
pada praremaja, hal ini sangat penting untuk seorang pasien dalam memiliki komponen
motivasi internal. Dengan kerjasama kemungkinan akan jauh lebih baik apabila pasien
benar-benar menginginkan perawatan untuk dirinya, dibandingkan dengan hanya
menginginkan perawatan untuk membahagiakan orang tuanya. Anak-anak maupun
orang dewasa yang mengambil perawatan demi orang lain akan lebih reseptif
dibandingkan dengan pasien yang mengambil perawatan karena keinginan dirinya
sendiri.4
Apa yang pasien inginkan dari hasil perawatan kebanyakan berhubungan
dengan tipe motivasinya, dan harus di telaah dengan hati-hati oleh orang dewasa. Ini
adalah salahsatu hal yang harus dilakukan untuk memperbaiki jarak antara incisor
maksila, untuk meningkatkan penampilan dan fungsi gigi pasien, karena pasien
berekspektasi bahwa kehidupan sosial maupun pekerjaannya akan menjadi sukses.
Apabila masalah sosial tetap berlanjut setelah perawatan, akan sangat mungkin jika
perawatan ortodontik dibenci pasien.4
Masalah kerja sama cenderung terjadi pada anak-anak dibandingkan dengan
orang dewasa. Terdapat dua faktor yang menyebabkan masalah kerjasama terjadi: (1)
tingkat anak melihat perawatan sebagai sebuah keuntungan, (2) tingkat kontrol orang
tua atau cara orang tua mendidik anaknya. Kerjasama yang paling baik dengan
perawatan pada umumnya mungkin akan tercapai dengan orang tua yang memiliki

13
kekuasaan terhadap anak, dimana orangtua akan menuntut tetapi juga responsif
terhadap anaknya. Remaja yang membenci dan memberontak, atau remaja yang
melakukan sesuatu sesuai apa yang dikehendakinya dengan sedikit masalah
keterlibatan orang tua, adalah hal utama yang menjadi permasalahan dalam perawatan
ortodontik. Sangat penting untuk mengambil waktu untuk memahami apa yang pasien
persepsikan dengan masalahnya, dan apabila memungkinkan, untuk ikut membantu
pasien dalam mengapresiasi keadaan yang sebenarnya. Seorang dokter gigi juga harus
memahami peran mereka dalam membantu menyelesaikan masalah dan hal-hal yang
berkaitan dengan proses perawatan gigi pasien, seperti pemilihan makanan dan oral
hygiene.4
Setiap pasien yang masih dibawah umur (pada umumnya sekitar dibawah 18
tahun) tidak dapat menyetujui perawatan secara hukum. Sesuai dengan standar
bioetika, setidaknya harus ada persetujuan dalam pelaksanaan perawatan pasien yang
masih dibawah umur. Apabila seorang dokter mendapatkan pasien anak-anak ataupun
remaja, hendaknya menanyakan “Apabila saya dan orangtuamu berfikir bahwa anda
akan mendapatkan keuntungan dengan perawatan ortodontik, apakah anda akan
membantunya?”. Melakukan perawatan gigi kepada anak yang tidak tertarik, walaupun
orangtuanya memaksakan persetujuan yang jelas, akan jarang sekali mendapatkan
penilaian yang baik.4

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam menangani setiap kasus dalam kedokteran gigi khususnya bidang


ortodontik, para praktisi harus menyusun rencana perawatan yang didasarkan pada
diagnosis sebelum melakukan perawatan dokter gigi harus melakukn rencana
perawatan dengan menentukan diagnosis dari penyakit yang dikeluhkan pasien cara
nya dengan anamnesis pasien berupa identitas pasien seperti nama, tempat tanggal
lahir,perkejaan,alamat,no telpon, jenis kelamin, agama,bangsa,golongan darah. Dan
juga keluhan pasien berupa keluhan utama dan keluhan tambahan.
Riwayat medis kesehatan berupa (a)riwayat penyakit sekarang meliputi
keluhan utama dan anamnesis lanjutan. setelah keluhan utama dilanjutkan anamnesis
dengan tujuh butir mutiara anamnesis yaitu lokasi sakit, kronologis, kualitas (sifat
sakit),kuantitas (derajat sakit),factor yang memperberat keluhan,faktor yang
meringankan keluhan,keluhan yang menyertai. (b)riwayat penyakit dahulu, (c)riwayat
penyakit keluarga, (d) riwayat sosial dan ekonomi.
Evaluasi pertumbuhan fisik daerah utama kedua yang harus ditelusuri dengan
memberikan pertanyaan kepada pasien atau orang tua adalah status perkembangan fisik
seseorang. Evaluasi perilaku sosial dieksplorasi dengan beberapa hal terkait dengan
motivasi pasien untuk perawatan, ekspektasi yang ia inginkan untuk hasil dari
perawatannya, dan apakah pasien akan cenderung kooperatif atau tidak kooperatif
selama perawatan berlangsung.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Scully C. Oral and Maxillofacial Medicine THE BASIS OF DIAGNOSIS AND


TREATMENT. 3th ed. Philadelphia: Churchill Livingstone. 2013: 1.
2. Mardelita S, dkk. Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Dan Mulut Individu. 1th
ed. Jakarta. Kementrian Kesehatan RI. 2018: Hal 40-41.
3. Bickley LS. Guide To Physical Examination & History. Ed 8. USA: Lippincott
Williams & Wilkins. 2003: 4-6.
4. Sumber: Profit WR, Fields HW, Sarver DM. Contemporary Orthodontics 6ed.
Missouri, Mosby: Elsevier; 2019.

16
17

Anda mungkin juga menyukai