DISUSUN OLEH :
Pembimbing :
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BABI
PENDAHULUAN……………………………………………………..………. 1
2.1.1 Patofisiologis…………………………………………………………. 3
2.1.4 Terapi…..……………………………………………………………... 7
2.3 Parulis……………………………………………………………………... 24
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peripheral ossifying fibroma. Massa berulserasi pada gingiva maksila,
granuloma…………………………………………….……………….. 5
Gambar 2.2 Gambaran klinis Peripheral ossifying fibroma : massa berasal dari
pertama………………………………………… …………..………… 5
formation………………………………….…… …………………….. 6
stroma…………………………………………………………………... 7
B. protesa; C. Orthodontik…………………………………………. 10
hyperplasia berat pada pasien yang menggunakan 2 jenis obat yang mengakibatkan
pembesaran gingiva……………………………………………………….. 12
Gambar 2.10. Phenytoin-related gingival hyperplasia. Hiperplasia gingiva
gigi……………………….……………………………………………….. 14
maksila……………………………………………………………………… 14
hamil………………………………………………………………….…….. 16
plasma………………………………………………………………………… 19
overgrowth…………………………………………….……………………… 21
bawahnya……………………………………………………………………… 22
dilatasi………………………………………………..……………………….. 24
DAFTAR TABEL
Hyperplasia…………………………………………………...………………… 8
gingiva…………………………………………………………………….…… 11
BAB I
PENDAHULUAN
pada rongga mulut. Lesi-lesi ini merupakan reaksi terhadap beberapa jenis iritasi
atau cedera ringan seperti mengunyah, sisa makanan, kalkulus, gigi fraktur dan
factor-faktor iatrogenic termasuk landasan gigi tiruan yang berlebih dan restorasi
jaringan granulasi dengan sel endotel, sel inflamasi kronis dan kemudian fibroblas
hiperplasia reaktif. Lesi seperti tumor ini bukan neoplastik, tetapi menunjukkan
paling sering ditemukan pada gingiva, lidah, palatum, pipi dan dasar mulut (jarang).
Insiden lesi di gingiva menunjukkan bahwa lesi reaktif berasal dari ligamen
periodontal dan jaringan ikat. Lebih lanjut, ini bisa jadi disebabkan oleh
3 dan ke-4. Usia rata-rata terjadinya lesi ini adalah 31,56 tahun.
permukaan halus atau terluka, mempunyai warna yang berbeda dari pink muda
tetapi mempunyai suatu kesamaan pada tahap maturasi tertentu. Everson dan Rovin
gingiva mungkin disebabkan oleh respon jaringan ikat terhadap intensitas iritasi
mukosa yang bervariasi. Respon ini mungkin dipengaruhi oleh kadar serum
yang biasa ditemukan di dalam rongga mulut di mana lesi ini lebih reaktif
dibandingkan neoplastic pada umumnya 2,3. Nama lain dari lesi ini adalah
2.1.1 Patofisiologis
muda, dengan puncak pervalensi pada usia 10 hingga 19 tahun. Hampir 2/3 kasus
terjadi pada wanita. Lesi ini seringkali terjadi pada maksila dengan lebih dari 50%
kasus terjadi di regio gigi incisivus. Biasanya tidak terdapat keterlibatan pada gigi,
gigi2.
Peripheral ossifying fibroma (POF) adalah suatu nodul gingiva yang terdiri
pembentukan fokus terdispersi secara acak dari produk mineralisasi yang terdiri
gigi atau trauma menyebabkan sel-sel ligamen periodontal akan memproduksi lesi
yang terdiri atas sementum, lamelar tulang, jaringan fibrous atau kombinasi dari
cementum, lamelar tulang dan jaringan fibrous. Iritasi gingiva atau kalkulus
distrofik4.
(gambar 2.1) . Bagaimana pun juga, tidak semua peripheral ossyfing fibroma
yang terlihat yaitu massa nodular, baik bertangkai maupun menempel pada dasar,
biasanya muncul dari interdental papilla. Warna lesi merah atau merah muda,
sebagaimana lesi ulser dapat terjadi penyembuhan pada lesi. Lesi ulser berwara
apabila lesi non ulser berwarna merah muda seringkali sulit dibedakan dengan
fibroma. Sebagian lesi berukuran kurang dari 2 cm, walaupun terkadang muncul
lesi dengan ukuran besar. Lesi ini dapat berkembang hingga beberapa minggu atau
Gambar 2.2 Gambaran klinis Peripheral ossifying fibroma : massa berasal dari
maxillary gingiva , berwarna pink, nonulcerated, terdapat akar gigi molar
pertama.
granuloma.
meliputi massa seluler yang sangat banyak dari jaringan ikat yang terdiri dari
fibroblas, fibrosit, stroma fibrilar dan area mineralisasi dengan sel raksasa berinti
banyak di dekat mereka dalam beberapa kasus. Mineralisasi dapat terdiri dari
lebih lama bisa menunjukan tulang lamellar matang. Trabekula osteoid yang tidak
basofilik. Kalsifikasi distrofik memiliki ciri multiple granula, globulus kecil, atau
tertentu lebih umum terjadi di awal, lesi berulser; lesi non ulser yang lebih lama
lebih cenderung menunjukan tulang atau sementum yang terbentuk dengan baik.
Pada beberapa kasus, multinucleated giant cells bisa terlihat, biasanya berhubungan
2.1.4 Perawatan
rekurensi cenderung terjadi jika dasar lesi tertinggal. Selain itu, gigi yang
Rekurensi tidak umum terjadi. Menurut Candiff, dari kasus yang terjadi
rekurensinya sekitar 16% dan dari 50 kasus yang dilaporkan Eversule dan Rovin,
menyebabkan impaksi makanan dan plak yang terdiri dari bakteri periodontopik
Patofisiologi
Pada proses inflamasi kronis, monosit melalui sirkulasi darah akan migrasi
Ada dua tipe dasar respons jaringan terhadap pembesaran gingiva yang
mengalami inflamasi yaitu edematous dengan tanda gingiva halus, mengkilat, lunak
dan merah, serta fibrous dengan tanda gingiva lebih kenyal,hilangnya stippling dan
akut. Perubahan kronis disebabkan oleh pemaparan berkepanjangan oleh plak dan
kalkulus, iritasi kronis akibat peralatan restoratif & ortodontik yang tidak tepat, atau
kebiasaan bernapas melalui mulut (gambar 2.7). Lesinya bisa bersifat local atau
general, prosesnya berjalan lambat dan tidak sakit. Awalnya, pembesaran yang
ukuran & melibatkan papilla. Gingiva lunak, rapuh & berwarna merah tua/kebiru-
kronis pembesaran tampak tegas, lentur, berwarna merah muda dan fibrotik yang
& root planing. GH lunak yang bertahan bahkan setelah terapi konvensional paling
baik diobati dengan gingivektomi sedangkan GH yang bertahan lama paling baik
diobati dengan flap surgery. Akut gingiva hyperplasia biasanya dalam bentuk abses
gingiva dan periodontal. Abses gingiva adalah infeksi purulent yang melibatkan
gingiva marginal atau interdental yang terutama disebabkan oleh bakteri yang
terbawa jauh ke dalam jaringan oleh bulu sikat gigi atau alat orthodonti. Abses
probe periodontal dalam dan gigi yang terkena dapat ditekan kedalam soket 7.
Obat-obatan yang dapat mengakibatkan hiperplasia gingiva dapat dilihat pada tabel
22 .
Anticonvulsants
• Carbamazepine
• Ethosuximide
• Ethotoin
• Felbamate
• Mephenytoin
• Methsuximide
• Phenobarbital
• Phensuximide
• Phenytoin
• Primidone
• Sodium valproate
• Vigabatrin
• Cyclosporine
• Erythromycin
• Oral contraceptives
paling erat kaitannya dengan lesi ini. Obat-obatan lainnya yang berperan terhadap
terjadinya lesi ini walaupun lebih ringan adalah agent calcium channel-blocker
ketahanan pasien dan kebersihan mulutnya. Pada pasien yang memiliki tingkat
kebersihan mulut yang sangat baik, pembesaran gingiva berkurang sangat drastis
atau tidak terlihat. Namun, terkadang walaupun pasien memiliki kebersihan mulut
yang baik, beberapa derajat pembesaran gingiva dapat ditutupi oleh ketahanan
Patofisiologi
akumulasi plak dan gambaran klinisnya merupakan kombinasi dari fibrous dan
interaksi beberapa faktor, yaitu usia, gender, genetic, farmakokinetik, interaksi obat
yang dikarenakan obat ini merupakan masalah utama pada pasien yang lebih muda
blocker terjadi pada orang dewasa yang lebih tua. Resiko berat hiperplasia gingiva
tidak terlepas dari pengaruh faktor genetik sehingga hanya pada individu tertentu
menyebabkan :
yang inaktif
dan proteoglikans dalam jumlah yang lebih banyak dari matriks kolagen.
Obat ini mengurangi kolagen endositosis melalui induksi ekspresi α2β1 – intergrin
peingkatan dalam jaringan fibrotic dan berperan dalam pembesaran. Fenitoin dapat
mempengaruhi produksi IL-13 oleh aktivasi sel Th2, serta dapat menginduksi
peleppasan TGFβ , CTGF dan factor pertumbuhan lainnya oleh makrofag , yang
Gambaran Klinis
Segmen anterior dan fasial adalah area yang paling sering terlibat. Pada
bicara dan pengunyahan. Pada kondisi tidak adanya inflamasi, pembesaran gingiva
memiliki warna dan kegetasan yang normal, dengan permukaan yang halus,
stippled atau granular. Pada konsisi terdapatnya inflamasi, gingiva yang terlibat
akan memiliki warna merah gelap dan edema dengan permukaan yang friable,
berat.
Gambaran Histopatologi
elongasi rete ridge, dengan perluasan kedalam lapisan dibawah stroma. Lamina
peningkatan vaskularitas dan infiltrat seluler inflamasi kronis umumnya terdiri atas
adalah dengan penggnatian jenis obat dengan obat lainnya pada golongan yang
sama. Pilihan perawatan lainnya adalah dengan konsumsi agent antiplak seperti
A. Kondisi
secara signifikan berpotensi menimbulkan iritasi local pada jaringan gingiva. Pada
masa pubertas, hyperplasia terjadi pada wanita dan pria dewasa dan timbul di
lingual. Gambaran klinisnya biasanya lunak dan rapuh, berwarna merah terang atau
akan berkurang tetapi tidak akan hilang sampai plak dan kalkulus dihilangkan 7, 8.
sebelumnya sudah terjadi peradangan. Kornman & Loesch (1980) telah melaporkan
bahwa flora subgingiva berubah menjadi flora yang lebih anaerob saat kehamilan
progesteron, yang pada akhir trimester ketiga, mencapai tingkat sepuluh & tiga
puluh kali lipat dari tingkat selama siklus menstruasi. Secara umum dapat diterima
bahwa peningkatan inflamasi gingiva biasanya dimulai pada bulan kedua &
jaringan gingiva terhadap plak ini disebabkan oleh depresi limfosit T ibu, dapat
dapat dilokalisasi atau digeneralisasi, & biasanya dicatat pada marginal gingiva &
papilla interdental, tingkat prevalensi menjadi 10% menurut Butter (1987)& 70%
yang disebut sebagai tumor kehamilan. Ini adalah pembesaran non-neoplastik yang
biasanya muncul selama trimester pertama atau kedua. Insidensinya adalah 1,8% -
yang berubah pada kehamilan menonjolkan respons terhadap iritasi lokal. Oleh
karena itu, pemeliharaan kebersihan mulut sebelum & selama kehamilan sangat
penting untuk mengurangi kejadian & keparahan inflamasi gingiva. Lesi yang tidak
menyebabkan masalah fungsional atau estetika yang signifikan seharusnya tidak
dieksisi selama kehamilan karena, pertama, mereka dapat terulang kembali &,
2. Defisiensi vitamin C
gingiva biasanya terlihat dengan gingiva berwarna merah kebiruan, lunak, rapuh &
plasma) dianggap sebagai respons alergi atau reaksi hipersensitif terhadap beberapa
komponen seperti, permen karet, pasta gigi, atau diet. Biasa terlihat pada wanita
muda. Lesi ini terkait dengan sensasi terbakar, hiperemia intens & edema pada
mempunyai riwayat pergeseran ke pasta gigi baru / obat kumur atau permen karet.
Identifikasi agen alergi & merubah pola diet adalah strategi perawatan pertama
Gambar 2.13 Gambaran klinis pasien dengan pembesaran gingiva sel plasma.
B. Penyakit Sistemik
1. Leukemia
masif sel-sel leukemia kedalam jaringan ikat gingiva. Secara klinis mungkin meniru
asal inflamasi. Selain dari pembesaran gingiva, fitur-fitur terkait lainnya bisa
berupa ulserasi oral, perdarahan gingiva spontan, petechiae, mukosa pucat, infeksi
herpes, dan kandidiasis. Kondisi paling serius yang terkait dengan pembesaran
gingiva dalam kategori ini adalah leukemia myeloid akut. Ini dapat dikaitkan
dengan tanda dan gejala kegagalan sumsum tulang, seperti ekimosis, keringat
malam, infeksi baru-baru ini dan kelesuan. Diagnosis cepat dapat dibuat dengan
hitung darah lengkap sederhana. Kasus langka hiperplasia gingiva sekunder akibat
terlalu matang” karena warna ungu kemerahan & kecenderungan berdarah. Lesi
oral dapat sangat membantu dalam diagnosis tepat waktu dari kondisi yang
berpotensi fatal ini, karena mereka bertahan lama sebelum keterlibatan multiorgan
terjadi (Gambar 2.14). Setidaknya dua dari kondisi berikut harus dipenuhi untuk
pada mukosa mulut atau perdarahan hidung atau peradangan; (2) nodul, infiltrat
tetap atau rongga pada foto toraks; (3) sedimen urin yang abnormal; dan (4)
granuloma sel raksasa periferal dll. Mereka biasanya diobati dengan eksisi bedah.
Di antara lesi ganas, leukemia adalah neoplasma paling umum yang menghasilkan
dll.) Atau jaringan gigi (selama erupsi gigi). Gingiva di atasnya muncul tanpa
2.3 Parulis
Parulis atau yang sering juga disebut dengan gumboil adalah massa jaringan
granulasi subakut yang terinflamasi pada sinus tract intraoral yang terbuka. Parulis
yang terjadi pada gigi non vital tidak menimbulkan gejala sehingga menimbulkan
radiografi. Mikroorganisme yang paling berperan pada lesi ini adalah steptokokus
dan staphylococcus. Parulis merupakan suatu reaksi lanjutan akibat infeksi pada
apeks, kemudian infeksi menyebar ke jaringan lunak di daerah bukal berupa parulis
atau abses yang berisi eksudat kemudian pecah dan meniggalkna saluran fistul
2.3.1 Gambaran Klinis
fistula periodontal. Secara klinis muncul sebagai massa yang tidak menyakitkan,
lunak, kemerahan, biasanya terjadi pada gigi sulung, jaringan granulasi exophytic,
Jika lesi ini terjadi dalam waktu yang singkat dan terbatas pada tulang
medular maka tidak akan terlihat adanya kerusakan pada tulang alveolar. Pada
periodontal dan pada kasus yang terjadi dalam jangka waktu yang lama akan
terdiri dari :
2.3.4 Perawatan
pulpektomi atau ekstraksi diindikasikan pada gigi tertentu dan kontrol reaksi
KESIMPULAN
ditemui selama pemeriksaan gigi rutin. Terlepas dari kesamaan, semua lesi
lokasi, durasi, gambaran fisiologis dan histologi. Deteksi dini dan pengobatan lesi
reaktif oleh dokter gigi dapat mengurangi komplikasi dentoalveolar. Oleh karena
itu pengetahuan tentang frekuensi, distribusi, gambaran klinis dan histologi dari lesi
ini bermanfaat ketika akan menegakkan diagnosis dan rencana perawatan yang
Dalam pengobatan lesi ini haru dilakukan penghilangan iritasi local lengkap
rekurensi.
DAFTAR PUSTAKA
Juni 2016.3(6);1652-1654.
5. Gandhi B, et al. Reactive Lession of Oral Cavity. NJIRM 2016; Vol. 7(4)
July – Auguest.
9. Newman MG, Takei HH, Carranza FA. Clinical periodontology. 9th ed.
Godavari district