OLEH :
No. BP 2241412022
PEMBIMBING :
KAJIAN PUSTAKA
pendukung gigi dimulai dari peradangan pada gingiva yang sifatnya reversible
lalu bertambah parah menjadi periodontitis yaitu kondisi telah terjadi kehilangan
jaringan pendukung gigi dan tulang (World Dental Federation, 2015). Faktor
utama terjadinya penyakit periodontal adalah plak dan kalkulus gigi (Fasoulas
dkk., 2019).
permukaan gigi (Zandoná dkk., 2018). Berdasarkan lokasi pada permukaan gigi
kearah margin gingiva, plak gigi dapat dibedakan menjadi dua yaitu supragingiva
akumulasi plak yang paling sering ditemukan di sepertiga gingiva dari permukaan
mahkota gigi, pit dan fisur serta daerah interproksimal (Chetrus dan Ion, 2013).
Plak subgingiva terdapat di bawah margin gingiva, diantara gigi dan poket
dan melekat erat pada permukaan gigi. Jenis kalkulus di klasifikasikan sebagai
supragingiva dan subgingiva berdasarkan relasinya dengan gingiva margin.
Kalkulus supragingiva ialah kalkulus yang melekat pada permukaan mahkota gigi
mulai dari puncak gingiva margin dan dapat dilihat. Kalkulus ini berwarna putih
seperti batu tanah liat dan mudah dilepaskan dari permukaan gigi dengan scaler.
atas dan permukaan lingual gigi anterior rahang bawah. Kalkulus subgingiva ialah
kalkulus yang berada dibawah batas gingiva margin dan tidak dapat dilihat pada
warnanya coklat tua atau hijau kehiam- hitaman dan melekat erat ke permukaan
gingivitis adalah adanya salah satu tanda kemerahan serta kenyal pada jaringan
gingiva, perdarahan, perubahan kontur dan terdapat kalkulus atau plak tanpa
kehilangan tulang crestal serta adanya epitel ulserasi pada gambaran histo logi.
Secara radiografis tidak terdapat perubahan karena peradangan hanya sebatas ada
1. Berdasarkan penyebab:
ditemukan dalam biofilm plak gigi dan jaringan serta sel-sel inflamasi host.
Interaksi plak-host dapat diubah oleh faktor lokal, faktor sistemik, obat-
dan diabetes. Selama kehamilan, tidak hanya terjadi perubahan kadar hormon
darah. Faktor- faktor ini berkontribusi pada respon inflamasi berlebihan oleh
siklosporin, dan Ca channel blocker seperti nifedifin, serta obat lain seperti
yang parah. Gambaran klinis dari penyakit gingiva yang dimodifikasi oleh
Terbatas pada satu atau lebih ruang interdental pada area yang terbatas.
a b c
d e
Gambar 6 a. Localized mariginalis gingivitis; b. Localized diffuse gingivitis; c. Localized
Tabel 1 OHI
Indeks Debris = Jumlah total nilai debris tiap gigi
Jumlah permukaan gigi yang
diperiksa Indeks Kalkulus= Jumlah total nilai kalkulus
tiap gigi
Jumlah permukaan gigi yang diperiksa
Skor OHI= Indeks Debris + Indeks
Kalkulus Kriteria status kebersihan mulut:
Baik, bila nilai OHI = 0,0 – 2,4
Sedang, bila nilai OHI = 2,5 – 6,0
Buruk, bila nilai OHI = 6,1 – 12
1.2.2 Gingiva Indeks (GI)
Indeks ini diperkenalkan oleh Loe dan Silnesss yang digunakan untuk
menilai derajat keparahan inflamasi. Gingiva indeks adalah alat ukur untuk
menggambarkan tingkat peradangan pada gingiva, dengan cara melihat warna,
konsistensi dan perdarahan pada waktu dilakukan probing. Pengukuran dilakukan
pada gingiva di empat sisi gigi geligi yang diperiksa yaitu papila distovestibular,
tepi gingiva vestibular, papila mesiovestibular dan tepi gingival oral.
Prosedur pengukuran GI:
a. Gigi dan gingiva harus dalam keadaan kering, dibawah cahaya lampu dengan
menggunakan kaca mulut dan probe
b. Menggunakan probe untuk mengetahui derajat kekenyalan gingiva
c. Menggunakan probe pada dinding gingiva sepanjang dinding gingiva sampai
gingiva sulkus untuk mengetahui adanya perdarahan
Kriteria penentuan skor gingiva adalah:
0 = gingiva normal
1 = inflamasi ringan pada gingiva yang ditandai dengan perubahan
warna, sedikit oedema; pada probing tidak terjadi pendarahan
2 = inflamasi gingiva sedang, gingiva berwarna merah, oedema, dan
berkilat; pada probing terjadi pendarahan
3 = inflamasi gingiva parah, gingiva berwarna merah menyolok,
oedema, terjadi ulserasi; gingiva cenderung berdarah spontan
a b
c d
Gambar 11 a. Penglihatan dan penerangan langsung di area premolar kiri rahang bawah;
b. Penglihatan tidak langsung menggunakan kaca mulut untuk permukaan lingual gigi
posterior rahang bawah; c. Penerangan tidak langsung menggunakan kaca mulut
untuk memantulkan cahaya ke area lingual posterior kiri atas; d. Kombinasi
penglihatan dan
penerangan tidak langsung untuk permukaan lingual anterior rahang atas.
a b c
Gambar 12 a. Retraksi pipi dengan kaca mulut; b. Retraksi bibir dengan jari; c. Retraksi
lidah dengan kaca mulut
3. Kondisi dan Ketajaman Instrumen
Semua instrumen harus diperiksa untuk memastikan bahwa instrumen
bersih, steril dan dalam kondisi baik. Working end instrumen yang runcing atau
blade harus tajam agar efektif. Instrumen tajam dapat meningkatkan sensitivitas
taktil dan memungkinkan operator bekerja lebih tepat dan efisien. Instrumen yang
tumpul dapat menyebabkan pengangkatan kalkulus yang tidak menyeluruh dan
trauma karena penggunaan kekuatan berlebih sebagai kompensasi
ketidakefektifan instrumen.
4. Mempertahankan area kerja bersih
Meskipun terdapat visibilitas, iluminasi dan retraksi yang baik,
instrumentasi dapat terhambat jika area kerja tertutup oleh saliva, darah dan
debris. Saliva dapat dihisap dengan menggunakan saliva ejector atau aspirator.
Darah dan debris dapat dikeluarkan dengan menggunakan suction dan diseka
menggunakan kain kasa. Area kerja juga harus disiram sesekali dengan air.
Kompresi udara dapat digunakan untuk memfasilitasi inspeksi visual permukaan
gigi dibawah margin gingiva selama instrumentasi.
5. Stabilisasi instrumen
Stabilitas instrumen dan tangan adalah syarat utama untuk instrumentasi
terkontrol. Stabilitas dan kontrol sangat penting untuk instrumen yang efektif dan
untuk menghindari cedera pada pasien atau dokter. Dua faktor yang memberikan
stabilitas diantaranya:
Instrument Grasp
Pemegangan instrumen berperan penting terhadap kontrol selama
pergerakan alat. Modified pen grasp merupakan metode yang paling
efektif dan stabil untuk instrumen periodontal. Bantalan jari tengah berada
pada shank yang memungkinkan kepekaan untuk mendeteksi kondisi
permukaan gigi. Metode modified pen grasp ini dapat mencegah
perputaran alat di luar kontrol ketika digunakan. Palm and thumb grasp
umumnya digunakan untuk menstabilkan instrumen selama pengasahan
(sharpening) dan untuk manipulasi air dan udara (three way syringe),
tetapi tidak disarankan untuk digunakan pada instrumentasi periodontal.
a b c
Gambar 13 a. Modified pen grasp, bantalan jari tengah bertumpu pada shank instrumen;
b. Standard pen grasp, side jari tengah bertumpu pada shank instrument; c. Palm
and thumb grasp, digunakan untuk menstabilkan instrumen selama pengasahan
Finger rest (tumpuan jari)
Finger rest berfungsi untuk menstabilkan tangan dan instrumen
dengan memberikan tumpuan yang kuat saat gerakan dilakukan. Finger
rest digunakan untuk mencegah adanya pergerakan alat yang tidak
terkontrol. jari tengah tidak disarankan untuk dijadikan tumpuan
dikarenakan akan membatasi pergerakan dan juga berfungsi sebagai
sensasi taktil. Jari manis menjadi pilihan operator untuk dijadikan tumpuan
jari.
Finger rest diklasifikasikan menjadi Intraoral finger rest dan
Ekstraoral finger rest. Intraoral finger rest terdiri dari 4 cara, yaitu:
conventional (tumpuan pada gigi dalam satu rahang sisi yang sama),
cross-arch (tumpuan pada gigi dalam satu rahang sisi yang berlawanan),
opposite arch (tumpuan pada gigi pada rahang yang berlawanan), finger
on finger (tumpuan pada jari telunjuk/ibu jari tangan yang lain yang
diletakkan pada gigi yang berdekatan dengan area perawatan pada rahang
yang sama).
a b
c d
Gambar 14 a. Intraoral conventional finger rest; b. Intraoral cross-arch finger rest;
c. Intraoral opposite arch finger rest; d. Intraoral finger on finger rest
Ekstraoral finger rest digunakan untuk scaling gigi posterior rahang
atas. Caranya dengan menempelkan jari tangan sisi telapak tangan maupun
punggug tangan pada pipi/ bibir pasien. Metode yang paling sering
digunakan adalah palm-up (dengan meletakkan punggung jari tengah dan
jari manis pada sisi lateral kanan mandibula, digunakan untuk scaling
regio posterior atas kanan dan palm-down (dengan meletakkan jari tengah
dan jari manis sisi telapak pada lateral kiri mandibula, digunakan untuk
scaling regio posterior atas kiri).
Intraoral dan Ekstraoral finger rest dapat diperkuat dengan
menggunakan jari telunjuk atau ibu jari yang tidak beroperasi ke pegangan
atau shank instrumen. Dua metode yang digunakan yaitu index finger
reinforced rest (jari telunjuk diletakkan pada shank untuk tekanan dan
kontrol di regio mesial dan lingual kiri rahang atas) dan thumb reinforced
rest (ibu jari ditempatkan pada pegangan untuk kontrol di daerah lingual
posterior kanan rahang atas).
a b
c d
Gambar 15 a. Palm-up finger rest; b. Palm-down finger rest; c. Index finger reinforced
rest; d. Thumb reinforced rest
6. Aktivasi instrumen
Adaptasi
Adaptasi merupakan cara penempatan working end instrument
periodontal pada permukaan gigi. Tujuan adaptasi adalah membuat
working end instrumen sesuai dengan kontur permukaan gigi. Adaptasi
yang tepat harus dipertahankan ke semua instrumen untuk menghindari
trauma pada jaringan lunak dan permukaan akar dan untuk memastikan
efektivitas instrumentasi yang maksimal.
Gambar 16 Adaptasi blade pada gigi (sisi kiri benar, sisi kanan salah).
Angulasi
Angulasi merupakan sudut yang dibentuk antara blade instrumen dengan
permukaan gigi dan diistilahkan dengan tooth-blade relationship. Angulasi
yang benar akan mempermudah menghilangkan kalkulus pada gigi.
Angulasi alat untuk scaling dan root planing yaitu sebesar 450 -900. Khusus
untuk scaling subgingiva, ketika blade dimasukkan ke dalam sulkus, maka
sudut angulasi harus 00 agar tidak melukai gingiva. Kuretase gingiva
diindikasikan dengan pertimbangan angulasi lebih besar dari 900.
Gambar 17 a. 00 sudut untuk insersi alat; b. 450-900 sudut untuk scaling dan root planing;
c. kurang dari 450: salah; d. lebih dari 450 : untuk kuretase
Tekanan Lateral
Tekanan lateral merupakan kekuatan yang diaplikasikan pada permukaan
gigi selama tindakan scaling dan root planing. Besar kekuatan bervariasi
tergantung besar kecilnya kalkulus, serta tahapan scaling. Pada tahap awal
scaling dengan kalkulus yang besar, memerlukan kekuatan yang besar
pula, sedangkan jika sudah memasuki tahap root planing, maka yang
diperlukan adalah tekanan ringan dengan peningkatan kepekaan terhadap
keberadaan sisa kalkulus. Kekuatan yang berlebihan pada tahap root
planing menyebabkan permukaan gigi (khususnya sementum) tergores dan
timbul cekungan. Penerapan tekanan lateral yang bervariasi dan terkontrol
secara hati-hati selama instrumentasi merupakan bagian dari teknik
scaling dan root planing yang efektif.
Gerakan alat (Strokes)
Penempatan stroke digunakan untuk memposisikan working end instrumen
ke deposit kalkulus atau di dasar sulkus atau poket. Gerakan alat pada saat
scaling dan root planing dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Exploratory stroke
Dilakukan dengan light stroke, menggunakan perasaan “feeling”
saat memasukkan probe dan explorer untuk mendeteksi kalkulus dan
mengukur kedalaman poket.
2. Scaling stroke
Dilakukan dengan gerakan short, powerfull pull strokes dengan
bladed instrumen untuk membersihkan kalkulus supragingiva dan
subgingiva. 3 tipe gerakan saat scaling adalah vertikal (arah koronal),
oblique dan horizontal. Pada gigi yang mobility jika dilakukan scaling
disarankan memegang gigi tersebut untuk menghindari semakin parahnya
kegoyangan.
a b c
d e f
Gambar 20 a. Probe WHO; b. Probe William; c. Probe UNC 12/ UNC 15;
d. Probe Goldman fox; e. Probe Perio Wise; f. Probe Nabers
2. Explorer
Explorer digunakan untuk menemukan deposit subgingiva dan area karies
serta untuk memastikan kehalusan permukaan akar setelah root planing.
Gambar 21 Explorer
1.3.3.1 Scaling Manual
1. Sickle scaler
Sickle scaler memiliki permukaan yang datar dan penampang segitiga
serta terdapat dua sisi pemotong (cutting edge) yang menyatu di ujung yang
runcing dan tajam. Sickle scaler digunakan untuk menghilangkan kalkulus
supragingiva. Desain instrumen ini mengakibatkan sulitnya untuk memasukkan
blade sickle besar di bawah gingiva tanpa merusak jaringan gingiva di sekitarnya.
Sickle scaler digunakan dengan gerakan tarikan (pull stroke). Pemilihan instrumen
ini harus didasarkan pada area yang akan di scaling. Sickle scaler dengan shank
lurus digunakan pada gigi anterior dan premolar. Sickle scaler dengan shank
contra-angle digunakan untuk beradaptasi dengan gigi posterior.
b
a
Gambar 22 a. Sickle scaler; b. penggunaan sickle scaler menghilangkan kalkulus
supragingiva
2. Kuret
Kuret digunakan untuk menghilangkan kalkulus subgingiva yang dalam,
root planing sementum dan menghilangkan jaringan lunak yang melapisi poket
periodontal. Kuret memiliki sisi pemotong (cutting edge) di kedua sisi blade.
Blade kuret berbentuk seperti sendok (spoon-shaped blade) dan ujung membulat.
Kuret lebih halus daripada sickle scaler dan tidak memiliki titik atau sudut tajam
selain tepi tajam blade. Blade melengkung dan ujung bulat kuret memungkinkan
blade untuk beradaptasi lebih baik ke permukaan akar. Oleh karena itu kuret dapat
disesuaikan dan memberikan akses yang baik ke poket yang dalam dengan trauma
jaringan lunak yang minimal.
b
a
Gambar 23 a. Kuret; b. penggunaan kuret dalam scaling dan root planing subgingiva
Kuret dibedakan atas dua tipe yaitu:
a. Kuret Universal
Kuret universal memiliki sisi pemotong yang dapat dimasukkan di
sebagian besar area gigi dengan mengubah dan mengadaptasi finger rest
(sandaran jari) fulcrum (titik tumpu) dan posisi tangan operator. Blade
kuret universal melengkung ke satu arah.
a b
Gambar 29 a. Rubber cusp dan bristle brush; b. Disposable plastic rubber cusp dan brush
c. Dental tape
Dental tape dengan pasta pemoles digunakan untuk memoles
permukaan proksimal yang tidak dapat diakses oleh instrumen polishing
lainnya. Dental tape diaktivasi dengan gerakan labiolingual yang kuat.
Untuk mencegah cedera pada gingiva, area tersebut harus dibersihkan
dengan air hangat untuk menghilangkan semua sisa pasta.
1.3.3.2 Scaling Elektrik
Ultrasonic scaler digunakan untuk menghilangkan plak, scaling, dan
menghilangkan stain. Prinsip dalam penggunaan ultrasonic scaler hampir sama
dengan penggunaan scaler manual, perbedaannya terletak pada sumber kekuatan
yang dibutuhkan. Ultrasonic scaler merupakan alat scaling yang sumber dayanya
berasal dari mesin (power-driven). Power driven scaler tidak memerlukan tekanan
dari tangan operator sehingga operator tidak mengeluarkan banyak energi untuk
menghilangkan kalkulus. Ultrasonic scaler dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
a. Magnetostrictive scaler
Bekerja dengan frekuensi antara 18.000- 50.000 putaran/detik.
Magnetostrictive memiliki tip yang bergerak dalam pola getaran elips atau
orbital. Tip magnetostrictive memiliki empat active working surface dan
memiliki diameter yang lebih besar sehingga dapat digunakan untuk
menghilangkan kalkulus yang besar.
TELAAH KASUS
Nama Pasien : ES
2000
Golongan darah :B
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Chief Complain
Gigi bagian depan atas pasien terasa kasar saat diraba dengan lidah. Pasien juga
mengeluhkan gigi belakang kiri atas dan kiri bawah terasa kasar
Present Ilness
Keluhan ini dirasakan sejak 4 bulan yang lalu. Kondisi ini menyebabkan pasien merasa
tidak nyaman, dan sesekali gusi berdarah saat pasien menyikat gigi.
Pasien pernah melakukan scaling satu tahun yang lalu di praktik dokter gigi. Pasien
menyikat gigi secara teratur dua kali sehari pagi dan malam, namun tidak menyikat
lidah dan tidak menggunakan obat kumur.
Pasien tidak memiliki penyakit keturunan, tidak sedang mengonsumsi obat-obatan rutin,
dan tidak memiliki alergi obat.
Family History
Social History
Pasien seorang mahasiswa, pasien kurang mengonsumsi buah dan sayur, minum air
sekitar 5 gelas per hari dan tidur sekitar 4-5 jam per hari.
c. Pernafasan : 18x/menit
c. TMJ : TAK
d. Kelenjar Submandibula : TAK (tidak teraba, tidak sakit)
a. Mukosa : TAK
b. Gingiva
kalkulus
bawahnya
- Pitting test :-
- Stippling : (+)
- Resesi : (-)
- Stillman’s cleft :-
- MC.Call’s festoon : -
- Frenulum : Sedang
- Perkusi :-
- Mobility :-
c. Oklusi
- Kontak premature : -
- Permukaan gigi
Atrisi :-
Abrasi :-
Erosi :-
palatal/lingual gigi 26, 27, 35, 36, dan bagian palatal gigi 12, 11, 21,
dan 22
- Prognosa : Baik
1. Fase Pendahuluan :-
3. Fase Bedah :-
4. Fase Restoratif :-
a. Nilai Plak
= x 100%
= 29,68 %
b. Probing depth
Gigi 18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
Kunjungan I 212 122 222 121 211 111 211 121 111 212 221 112 212 221 222 112
Fasial Kunjungan II
Kunjungan III
Kunjungan I 212 121 122 222 121 121 111 211 111 111 212 112 121 222 221 112
Palatal Kunjungan II
Kunjungan III
Mobility - - - - - - - - - - - - - - - -
BOP - - - - - - - - - - - - - - - -
Gigi 48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
Kunjungan I 112 222 221 212 111 121 121 122 122 212 222 111 212 222 221 112
Fasial Kunjungan II
Kunjungan III
Kunjungan I 122 121 122 222 121 121 121 211 122 221 212 111 221 222 212 112
Lingual Kunjungan II
Kunjungan III
Mobility - - - - - - - - - - - - - - - -
BOP - - - - - - + + + + - - - - - -
BAB III
PROSEDUR KERJA
ALAT BAHAN
Disclosing solution
Povidone iodine 3%
Pasta gigi
dilakukan.
permukaan gigi atau meminta pasien untuk berkumur chlorhexidine 0,12% selama
Pegang alat dengan teknik modified pen grasp dengan finger rest intraoral
atau ekstraoral fulcrum. Ekstraoral hand rest harus digunakan pada gigi
terutama tepi apikal. Untuk kalkulus supragingiva, alat yang ditempatkan pada
daerah apikal kalkulus supragingiva membentuk sudut 450-900. Sisi tajam alat
yang kuat dan pendek ke arah vertikal (koronal), horizontal maupun oblique
kalkulus atau instruksikan pasien menyentuh bagian lingual gigi dengan lidah.
11. Scaling dikatakan bersih jika seluruh permukaan gigi telah halus dan bersih
dari kalkulus, bersihkan permukaan gigi menggunakan brush yang diolesi pasta
gigi.
12. Instruksikan pasien untuk berkumur dengan air yang telah ditetesi povidon
iodine.
13. Selanjutnya dapat menggunakan rubber/ polishing bur sampai gigi menjadi
licin dan mengkilap dengan cara apilkasikan pasta ke permukaan gigi dengan
rubber cup, setelah itu rubber cup digerakkan memutar pada permukaan gigi
b. Instruksikan pasien untuk tidak terlalu keras saat menyikat gigi dan gunakan
e. Beritahukan kepada pasien jika ada keluhan pasca perawatan segera hubungi
g. Jika pasien memiliki bad habit mengunyah 1 sisi, instruksikan pasien untuk
mengunyah 2 sisi. Jika penyebabnya ada gigi yang karies, instruksikan untuk
c. RKP
d. Oral Profilaksis
c. RKP
d. Probing depth
e. Oral profilaksis
DAFTAR PUSTAKA
Chetrus, V., dan IR, Ion. (2013). Dental Plaque- Classification, Formation.
International journal of Medical Dentistry, 3(2): 139-144
Fasoulas, A., Pavlidou, E., Petridis, D., Mantzorou, M., Seroglou, K., dan
Giaginis, C. (2019). Detection of dental plaque with disclosing agents in
the context of preventive oral hygiene training program. Heliyon.
Krismariono, A. (2009). Prinsip- Prinsip Dasar Scaling dan Root Planing Dalam
Perawatan Periodontal. Surabaya: Periodontic Journal Vol 1 (1): 1-5.