Anda di halaman 1dari 40

DENTAL SITE TEACHING

SCALING & ROOT PLANING MANUAL

OLEH :

MIA RISKI ANGGINU

No. BP 2241412022

PEMBIMBING :

drg. Meiza Nerawati, M.Biomed

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS ANDALAS
2022
BAB I

KAJIAN PUSTAKA

1.1 Penyakit Periodontal

Penyakit periodontal merupakan penyakit akibat kerusakan pada jaringan

pendukung gigi dimulai dari peradangan pada gingiva yang sifatnya reversible

lalu bertambah parah menjadi periodontitis yaitu kondisi telah terjadi kehilangan

jaringan pendukung gigi dan tulang (World Dental Federation, 2015). Faktor

utama terjadinya penyakit periodontal adalah plak dan kalkulus gigi (Fasoulas

dkk., 2019).

Plak gigi merupakan lapisan tipis dan lembut yang terakumulasi di

permukaan gigi (Zandoná dkk., 2018). Berdasarkan lokasi pada permukaan gigi

kearah margin gingiva, plak gigi dapat dibedakan menjadi dua yaitu supragingiva

dan subgingiva. Plak supragingiva ditemukan diatas margin gingiva. Lokasi

akumulasi plak yang paling sering ditemukan di sepertiga gingiva dari permukaan

mahkota gigi, pit dan fisur serta daerah interproksimal (Chetrus dan Ion, 2013).

Plak subgingiva terdapat di bawah margin gingiva, diantara gigi dan poket

epitelium gingiva (Kasuma, 2016).

Gambar 1 Plak supragingiva

Kalkulus merupakan plak gigi yang mengalami kalsifikasi yang terbentuk

dan melekat erat pada permukaan gigi. Jenis kalkulus di klasifikasikan sebagai
supragingiva dan subgingiva berdasarkan relasinya dengan gingiva margin.

Kalkulus supragingiva ialah kalkulus yang melekat pada permukaan mahkota gigi

mulai dari puncak gingiva margin dan dapat dilihat. Kalkulus ini berwarna putih

kekuning-kuningan atau bahkan kecoklat-coklatan. Konsistensi kalkulus ini

seperti batu tanah liat dan mudah dilepaskan dari permukaan gigi dengan scaler.

Kalkulus supragingiva umumnya terdapat pada permukaan bukal molar rahang

atas dan permukaan lingual gigi anterior rahang bawah. Kalkulus subgingiva ialah

kalkulus yang berada dibawah batas gingiva margin dan tidak dapat dilihat pada

waktu pemeriksaan. Untuk menentukan lokasi dan perluasannya harus dilakukan

probing dengan eksplorer. Kalkulus subgingiva biasanya padat dan keras,

warnanya coklat tua atau hijau kehiam- hitaman dan melekat erat ke permukaan

gigi (Carranza, 2019).

Gambar 2 Kalkulus supragingiva dan subgingiva (Carranza, 2019).

1.1.1 Tahapan Penyakit periodontal


Page dan Schroeder mengkategorikan inflamasi periodontal pada penyakit
periodontal menjadi empat tahap histopatologi:
1. Tahap I (Initial lesions)
Tahap inisial merupakan respon inflamasi akut dengan kekhasan adanya
infiltasi neutrofil. Adanya perubahan konsistensi vaskular, terutama
dilatasi kapiler dan peningkatan aliran darah. Secara klinis terlihat
peningkatan cairan sulkular. Tahap ini terjadi pada 2-4 hari setelah
akumulasi awal plak.
2. Tahap II (Early lesions)
Tahap ini ditandai dengan adanya infiltrasi sel neutrofil dan limfosit T.
Pada tahap ini terjadi destruksi kolagen. Gingiva tampak eritematus
sebagai akibat dari proliferasi kapiler dan vasodilatasi lanjutan disertai
dengan perdarahan saat probing. Lesi ini berkembang setelah akumulasi
plak selama 7 hari.
3. Tahap III (Established lesions)
Tahap ini sering disebut gingivitis kronik. Tahap ini ditandai dengan
infiltrasi yang didominasi oleh sel limfosit B dan sel plasma, kehilangan
kolagen hampir keseluruhan. Pada tahap inilah pembentukan poket
periodontal dimulai. Tahap ini terjadi 14-21 hari setelah akumulasi plak.
4. Tahap IV (Advanced lesions)
Tahap ini dikenal sebagai fase kerusakan periodontal lanjut. Tahap ini
merupakan transisi gingivitis ke periodontitis. Pada tahap ini terjadi
destruksi kolagen yang meluas ke ligamen periodontal dan tulang alveolar
yang menyebabkan terjadinya kehilangan dan kerusakan tulang secara
signifikan.

Gambar 3 Tahapan penyakit periodontal (Georgios dkk, 2021).


1.1.2 Gingivitis dan Periodontitis

Gingivitis merupakan diagnosis untuk jaringan gingiva yang mengalami

peradangan pada gigi tanpa disertai kehilangan perlekatan. Gambaran klinis

gingivitis adalah adanya salah satu tanda kemerahan serta kenyal pada jaringan

gingiva, perdarahan, perubahan kontur dan terdapat kalkulus atau plak tanpa

kehilangan tulang crestal serta adanya epitel ulserasi pada gambaran histo logi.
Secara radiografis tidak terdapat perubahan karena peradangan hanya sebatas ada

sulkus gingiva. Gingivitis dapat diklasifikasikan berdasarkan:

1. Berdasarkan penyebab:

a. Dental Plaque- Induced Gingival Diseases

 Gingivitis terkait dengan plak gigi

Penyakit ini merupakan hasil interaksi antara mikroorganisme yang

ditemukan dalam biofilm plak gigi dan jaringan serta sel-sel inflamasi host.

Interaksi plak-host dapat diubah oleh faktor lokal, faktor sistemik, obat-

obatan dan malnutrisi yang semuanya dapat mempengaruhi keparahan dan

durasi respons. Faktor-faktor ini berkontribusi karena kemampuannya untuk

mempertahankan mikroorganisme plak.

 Gingivitis dimodifikasi faktor sistemik

Faktor sistemik yang berperan terhadap gingivitis adalah perubahan

endokrin yang berhubungan dengan pubertas, siklus menstruasi, kehamilan

dan diabetes. Selama kehamilan, tidak hanya terjadi perubahan kadar hormon

tetapi juga kecenderungan yang lebih besar untuk melebarkan pembuluh

darah. Faktor- faktor ini berkontribusi pada respon inflamasi berlebihan oleh

jaringan bahkan untuk sejumlah kecil akumulasi plak. Perubahan hormonal

yang terjadi selama masa pubertas mempengaruhi jaringan gingiva untuk

bereaksi terhadap akumulasi plak dan dikenal sebagai gingivitis pubertas.

Gambar 4 Gingivitis karena faktor sistemik


 Penyakit gingiva dimodifikasi obat-obatan

Penyakit gingiva ini merupakan akibat dari peningkatan penggunaan obat-

obatan yang diketahui dapat menyebabkan pembesaran gingiva. Contohnya

seperti obat antikonvulsan yaitu fenitoin, obat imunosupresif seperti

siklosporin, dan Ca channel blocker seperti nifedifin, serta obat lain seperti

verapamil, diltiazem dan natrium valproat. Peningkatan penggunaan

kontrasepsi oral pada wanita premenopause dapat menyebabkan gingivitis.

Gambar 5 Penyakit gingiva dimodifikasi obat-obatan

 Penyakit Gingiva dimodifikasi malnutrisi

Penyakit ini berhubungan dengan defisiensi asam askorbat (vitamin C)

yang parah. Gambaran klinis dari penyakit gingiva yang dimodifikasi oleh

malnutrisi adalah merah terang, bengkak dan berdarah. Defisiensi nutrisi

diketahui mempengaruhi fungsi imun dan dapat mengubah kemampuan host

untuk melindungi dirinya terhadap radikal bebas.

b. Non Plaque-Induced Gingival Disease

 Gingival disease of specific bacterial origin

Pada infeksi menular seksual seperti gonore (Neisseria gonorrhoeae) dan

sifilis (Treponema pallidum)

 Gingival disease of viral origin

Disebabkan oleh virus deoxyribonucleic acid dan ribonucleic acid. Lesi

berhubungan dengan reaktivasi virus laten.


 Gingival disease of fungal origin

Infeksi Candida albicans. Sering terjadi pada pasien immunocompromised

atau pengguna antibiotik broad spectrum dan pengguna gigi tiruan.

2. Berdasarkan distribusi di rongga mulut:

 Localized marginal gingivitis

Terbatas pada satu atau lebih area gingiva marginal.

 Localized diffuse gingivitis

Meluas dari tepi ke lipatan mukobukal di area yang terbatas.

 Localized papillary gingivitis

Terbatas pada satu atau lebih ruang interdental pada area yang terbatas.

 Generalized marginal gingivitis

Melibatkan ruang margin gingiva dalam hubungannya dengan semua gigi.

Papilla interdental biasanya terkena.

 Generalized diffuse gingivitis

Melibatkan seluruh gingiva, Mukosa alveolus dan gingiva cekat

terpengaruh, sehingga batas mukogingiva terkadang hilang.

a b c

d e
Gambar 6 a. Localized mariginalis gingivitis; b. Localized diffuse gingivitis; c. Localized

papillary gingivitis; d. Generalized marginal gingivitis; e. Generalized diffuse gingivitis

Periodontitis adalah peradangan yang mengenai jaringan pendukung gigi

yang ditandai dengan adanya pembentukan poket. Periodontitis menyebabkan

destruksi jaringan yang permanen yang dikarakteristikan dengan inflamasi kronis,

migrasi epithelium penyatu ke apikal, kehilangan jaringan ikat dan kehilangan

tulang alveolar (Quamilla, 2016).

1.2 Indeks pemeriksaan Kebersihan Mulut


1.2.1 OHI/S (Oral Hygiene Index/ Oral Hygiene Index Simplified)
Oral hygiene Index mengukur debris dan kalkulus yang menutupi
permukaan gigi, yang terdiri dari dua komponen: Indeks Debris dan Indeks
kalkulus. Gigi yang diukur bisa semua gigi geligi atau hanya ke-enam gigi indeks
saja. Bila yang diukur hanya ke-enam gigi indeks (11, 26, 16, 31, 36, 46),
indeknya dinamakan Indeks hygiene oral disederhanakan (Simplified Oral
Hygiene Index).
Kriteria skor untuk Indeks Debris:
0 = tidak dijumpai debris atau stein
1 = ada debris lunak menutupi tidak lebih dari sepertiga permukaan
gigi atau pewarnaan ekstrinsik (stein)
2 = adanya debris lunak menutupi lebih dari sepertiga tetapi belum
sampai duapertiga permukaan gigi
3 = adanya debris lunak menutupi lebih dari duapertiga permukaan
gigi

Gambar 7 a. Indeks Debris, b. Indeks Kalkulus


Kriteria skor untuk Indeks Kalkulus:
0 = tidak dijumpai kalkulus
1 = adanya kalkulus supragingiva menutupi tidak lebih dari sepertiga
permukaan gigi
2 =adanya kalkulus supragingiva menutupi lebih dari sepertiga tetapi
belum melebihi duapertiga permukaan gigi atau ada flek- flek
kalkulus subgingiva sekeliling serviks gigi atau kedua-duanya
3 = adanya kalkulus supragingiva menutupi lebih dari duapertiga
permukaan gigi atau kalkulus subgingiva mengelilingi serviks gigi
atau kedua-duanya

Tabel 1 OHI
Indeks Debris = Jumlah total nilai debris tiap gigi
Jumlah permukaan gigi yang
diperiksa Indeks Kalkulus= Jumlah total nilai kalkulus
tiap gigi
Jumlah permukaan gigi yang diperiksa
Skor OHI= Indeks Debris + Indeks
Kalkulus Kriteria status kebersihan mulut:
Baik, bila nilai OHI = 0,0 – 2,4
Sedang, bila nilai OHI = 2,5 – 6,0
Buruk, bila nilai OHI = 6,1 – 12
1.2.2 Gingiva Indeks (GI)
Indeks ini diperkenalkan oleh Loe dan Silnesss yang digunakan untuk
menilai derajat keparahan inflamasi. Gingiva indeks adalah alat ukur untuk
menggambarkan tingkat peradangan pada gingiva, dengan cara melihat warna,
konsistensi dan perdarahan pada waktu dilakukan probing. Pengukuran dilakukan
pada gingiva di empat sisi gigi geligi yang diperiksa yaitu papila distovestibular,
tepi gingiva vestibular, papila mesiovestibular dan tepi gingival oral.
Prosedur pengukuran GI:
a. Gigi dan gingiva harus dalam keadaan kering, dibawah cahaya lampu dengan
menggunakan kaca mulut dan probe
b. Menggunakan probe untuk mengetahui derajat kekenyalan gingiva
c. Menggunakan probe pada dinding gingiva sepanjang dinding gingiva sampai
gingiva sulkus untuk mengetahui adanya perdarahan
Kriteria penentuan skor gingiva adalah:
0 = gingiva normal
1 = inflamasi ringan pada gingiva yang ditandai dengan perubahan
warna, sedikit oedema; pada probing tidak terjadi pendarahan
2 = inflamasi gingiva sedang, gingiva berwarna merah, oedema, dan
berkilat; pada probing terjadi pendarahan
3 = inflamasi gingiva parah, gingiva berwarna merah menyolok,
oedema, terjadi ulserasi; gingiva cenderung berdarah spontan

Tabel 2 Gingival Indeks


Skor setiap gigi = Jumlah skor dari keempat sisi yang diperiksa
4
Skor Indeks Gingiva (GI) atau Indeks gingiva individu:
GI = A + B + C + D
Jumlah gigi yang diperiksa
Keparahan inflamasi gingiva secara klinis dapat ditentukan dari skor indeks
gingiva dengan kriteria sebagai berikut:
Skor indeks gingiva Kondisi gingiva
0,1 – 1,0 Gingivitis ringan
1,1 – 2,0 Gingivitis sedang
2,1 – 3,0 Gingivitis parah

1.2.3 Rekam Kontrol Plak (RKP)


Rekam Kontrol Plak (RKP) diciptakan oleh O’Leary dkk dan digunakan
untuk memantau pelaksanaan kontrol plak oleh pasien yang dirawat. Untuk
pengukurannya terlebih dahulu gigi geligi diwarnai dengan bahan pewarna plak
(disclosing solution atau disclosing tablet). Yang dicatat adalah ada atau tidaknya
deposit yang terwarnai pada batas dentigingiva pada empat permukaan (mesial,
vestibular, distal dan oral). Jika terdapat pewarnaan diberi tanda (+) dan yang
tidak tewarnai diberi tanda (-).

Gambar 8 Pewarnaan disclosing solution


Jumlah permukaan gigi dengan plak
Skor RKP =------------------------------------------------------x 100%
Jumlah gigi yang diperiksa x 4

1.2.4 Bleeding on Probing (BOP)


Dilakukan dengan probe periodontal diselipkan pada sulkus gingiva.
Dengan tetap mempertahankan ujung probe menyentuh dasar sulkus, secara
perlahan- lahan prob digerakkan sepanjang permukaan vestibular gigi. Probe
kemudian ditarik keluar dari sulkus. Prosedur ini diulangi pada setiap gigi yang
akan diukur indeks pendarahannya.
Kriteria pemberian skor adalah sebagai berikut:
0 = tidak terjadi pendarahan
1 = pendarahan berupa titik kecil
2 = pendarahan berupa titik yang besar atau berupa garis
3 = pendarahan menggenang di interdental
4 = perdarahan spontan atau menyebar
Skor Individu = Jumlah skor semua gigi
Jumlah gigi yang diperiksa

1.2.5 Probing Depth

Kedalaman probing merupakan hasil pengukuran jarak margin gingiva


sampai dasar sulkus atau junction epitel. Diukur menggunakan alat Prob
Periodontal yang dimasukkan kedalam sulkus gingiva atau poket dengan tekanan
ringan sampai ujung prob menyentuh junction epitel atau dasar sulkus/poket.
Diukur pada 6 sisi pengukuran pada dua permukaan gigi yaitu vestibular pada sisi
mesial, bukal dan distal dan oral pada sisi mesial, oral dan distal. Kedalaman
probing dapat dijadikan tanda klinis terjadi penyakit periodontal baik gingivitis
maupun periodontitis.

Gambar 9 Cara melakukan probing


1.2.6 Mobility gigi
Mobility gigi diperiksa dengan menggunakan tangkai dua instrumen atau
dengan satu tangkai instrumen dan satu jari. Dengan salah satu tangkai instrumen
menekan gigi yang diperiksa dari arah vestibular, sedangkan tangkai instrumen
yang satu lagi atau jari menekan gigi dari arah oral, gigi didorong ke segala arah.
Derajat mobilitas gigi dikategorikan sebagai berikut:
N (Normal) :secara klinis tidak terlihat adanya mobility gigi
Derajat 1 :gigi terlihat bergerak baik dalam arah vestibular maupun oral,
tetapi belum lebih dari 1 mm
Derajat 2 :gigi terlihat bergerak baik dalam arah vestibular maupun oral,
sampai lebih dari 1 mm
Derajat 3 :gigi terlihat bergerak baik dalam arah vestibular maupun oral,
sampai lebih dari 1 mm dan dalam arah vertikal
Gambar 10 Cara memeriksa mobility gigi

1.3 Scaling dan Root Planing


Scaling adalah tindakan melepaskan plak, kalkulus dan stain dari
permukaan gigi baik supragingiva maupun subgingiva. Root planing adalah
tindakan pembersihan kalkulus residu yang menempel serta sebagian sementum
nekrotik dari akar untuk menghasilkan permukaan yang bersih, keras dan tidak
kasar. Tujuan utama dari scaling dan root planing adalah untuk mengembalikan
kesehatan gingiva dengan menghilangkan elemen yang memicu inflamasi gingiva
seperti biofilm, kalkulus dan endotoksin bakteri. Scaling dan root planing
merupakan prosedur dasar untuk keberhasilan perawatan penyakit periodontal.
Keterbatasan scaling adalah tidak dapat mencapai daerah poket dengan kedalaman
lebih dari 3 mm dan tidak dapat mencapai daerah bifurkasi (Carranza, 2019;
Krismariono, 2009).
1.3.1 Indikasi dan Kontraindikasi Scaling dan Root Planing
Indikasi:
 Kalkulus supragingiva dan subgingiva
 Adanya poket gingiva
Kontraindikasi:
 Adanya infeksi seperti abses
 Kalkulus yang meluas ke apikal
 Pasien hemophilia
Pada Scaling elektrik, kontraindikasi: pasien dengan cardiac pacemaker, pasien
dengan penyakit menular aerosol, dan penyakit pernapasan kronis.
1.3.2 Prinsip umum Instrumentasi
Instrumentasi yang efektif diatur oleh sejumlah prinsip yang umum untuk
semua instrumen periodontal, diantaranya :
1. Aksesibilitas (Posisi pasien dan operator)
Posisi pasien dan operator harus memberikan aksesibilitas maksimal ke
area kerja. Aksesibilitas yang tidak memadai menghambat instrumentasi yang
menyeluruh, melelahkan operator sebelum waktunya dan mengurangi
keefektifannya.
Operator harus duduk di bangku yang nyaman. Bangku diposisikan
sehingga kakinya rata di lantai dan paha sejajar dengan lantai. Operator harus
dapat mengamati bidang kerja sambil menjaga punggung tetap harus lurus dan
kepala tegak.
Pasien harus dalam posisi supine dan ditempatkan sedemikian rupa
sehingga mulut dekat dengan resting elbow (siku istirahat) operator. Untuk
instrumentasi rahang atas, pasien diminta untuk sedikit mengangkat dagu untuk
memberikan visibilitas dan aksesibilitas yang optimal. Untuk instrumentasi pada
rahang bawah, perlu sedikit mengangkat bagian belakang kursi dan meminta
pasien menurunkan dagu sampai mandibula sejajar dengan lantai. Hal ini akan
memudahkan pekerjaan terutama pada permukaan lingual gigi anterior mandibula.
2. Visibilitas, Iluminasi dan Retraksi
Penglihatan langsung dengan penerangan langsung dari lampu dental unit
paling diinginkan apabila memungkinkan. Jika tidak memungkinkan, penglihatan
dan penerangan tidak langsung dapat d iperoleh dengan menggunakan kaca mulut.
Kaca mulut dapat memantulkan cahaya ke area perawatan. Penglihatan dan
penerangan tidak langsung sering digunakan secara bersamaan.

a b
c d
Gambar 11 a. Penglihatan dan penerangan langsung di area premolar kiri rahang bawah;
b. Penglihatan tidak langsung menggunakan kaca mulut untuk permukaan lingual gigi
posterior rahang bawah; c. Penerangan tidak langsung menggunakan kaca mulut
untuk memantulkan cahaya ke area lingual posterior kiri atas; d. Kombinasi
penglihatan dan
penerangan tidak langsung untuk permukaan lingual anterior rahang atas.

Retraksi memberikan visibilitas, aksesibilitas dan penerangan. Jari, kaca


mulut atau keduanya dapat digunakan untuk retraksi, tergantung pada lokasi area
kerja. Kaca mulut dapat digunakan untuk meretraksi pipi atau lidah, jari telunjuk
dapat digunakan untuk meretraksi bibir atau pipi.

a b c
Gambar 12 a. Retraksi pipi dengan kaca mulut; b. Retraksi bibir dengan jari; c. Retraksi
lidah dengan kaca mulut
3. Kondisi dan Ketajaman Instrumen
Semua instrumen harus diperiksa untuk memastikan bahwa instrumen
bersih, steril dan dalam kondisi baik. Working end instrumen yang runcing atau
blade harus tajam agar efektif. Instrumen tajam dapat meningkatkan sensitivitas
taktil dan memungkinkan operator bekerja lebih tepat dan efisien. Instrumen yang
tumpul dapat menyebabkan pengangkatan kalkulus yang tidak menyeluruh dan
trauma karena penggunaan kekuatan berlebih sebagai kompensasi
ketidakefektifan instrumen.
4. Mempertahankan area kerja bersih
Meskipun terdapat visibilitas, iluminasi dan retraksi yang baik,
instrumentasi dapat terhambat jika area kerja tertutup oleh saliva, darah dan
debris. Saliva dapat dihisap dengan menggunakan saliva ejector atau aspirator.
Darah dan debris dapat dikeluarkan dengan menggunakan suction dan diseka
menggunakan kain kasa. Area kerja juga harus disiram sesekali dengan air.
Kompresi udara dapat digunakan untuk memfasilitasi inspeksi visual permukaan
gigi dibawah margin gingiva selama instrumentasi.
5. Stabilisasi instrumen
Stabilitas instrumen dan tangan adalah syarat utama untuk instrumentasi
terkontrol. Stabilitas dan kontrol sangat penting untuk instrumen yang efektif dan
untuk menghindari cedera pada pasien atau dokter. Dua faktor yang memberikan
stabilitas diantaranya:
 Instrument Grasp
Pemegangan instrumen berperan penting terhadap kontrol selama
pergerakan alat. Modified pen grasp merupakan metode yang paling
efektif dan stabil untuk instrumen periodontal. Bantalan jari tengah berada
pada shank yang memungkinkan kepekaan untuk mendeteksi kondisi
permukaan gigi. Metode modified pen grasp ini dapat mencegah
perputaran alat di luar kontrol ketika digunakan. Palm and thumb grasp
umumnya digunakan untuk menstabilkan instrumen selama pengasahan
(sharpening) dan untuk manipulasi air dan udara (three way syringe),
tetapi tidak disarankan untuk digunakan pada instrumentasi periodontal.

a b c
Gambar 13 a. Modified pen grasp, bantalan jari tengah bertumpu pada shank instrumen;
b. Standard pen grasp, side jari tengah bertumpu pada shank instrument; c. Palm
and thumb grasp, digunakan untuk menstabilkan instrumen selama pengasahan
 Finger rest (tumpuan jari)
Finger rest berfungsi untuk menstabilkan tangan dan instrumen
dengan memberikan tumpuan yang kuat saat gerakan dilakukan. Finger
rest digunakan untuk mencegah adanya pergerakan alat yang tidak
terkontrol. jari tengah tidak disarankan untuk dijadikan tumpuan
dikarenakan akan membatasi pergerakan dan juga berfungsi sebagai
sensasi taktil. Jari manis menjadi pilihan operator untuk dijadikan tumpuan
jari.
Finger rest diklasifikasikan menjadi Intraoral finger rest dan
Ekstraoral finger rest. Intraoral finger rest terdiri dari 4 cara, yaitu:
conventional (tumpuan pada gigi dalam satu rahang sisi yang sama),
cross-arch (tumpuan pada gigi dalam satu rahang sisi yang berlawanan),
opposite arch (tumpuan pada gigi pada rahang yang berlawanan), finger
on finger (tumpuan pada jari telunjuk/ibu jari tangan yang lain yang
diletakkan pada gigi yang berdekatan dengan area perawatan pada rahang
yang sama).

a b

c d
Gambar 14 a. Intraoral conventional finger rest; b. Intraoral cross-arch finger rest;
c. Intraoral opposite arch finger rest; d. Intraoral finger on finger rest
Ekstraoral finger rest digunakan untuk scaling gigi posterior rahang
atas. Caranya dengan menempelkan jari tangan sisi telapak tangan maupun
punggug tangan pada pipi/ bibir pasien. Metode yang paling sering
digunakan adalah palm-up (dengan meletakkan punggung jari tengah dan
jari manis pada sisi lateral kanan mandibula, digunakan untuk scaling
regio posterior atas kanan dan palm-down (dengan meletakkan jari tengah
dan jari manis sisi telapak pada lateral kiri mandibula, digunakan untuk
scaling regio posterior atas kiri).
Intraoral dan Ekstraoral finger rest dapat diperkuat dengan
menggunakan jari telunjuk atau ibu jari yang tidak beroperasi ke pegangan
atau shank instrumen. Dua metode yang digunakan yaitu index finger
reinforced rest (jari telunjuk diletakkan pada shank untuk tekanan dan
kontrol di regio mesial dan lingual kiri rahang atas) dan thumb reinforced
rest (ibu jari ditempatkan pada pegangan untuk kontrol di daerah lingual
posterior kanan rahang atas).

a b

c d

Gambar 15 a. Palm-up finger rest; b. Palm-down finger rest; c. Index finger reinforced
rest; d. Thumb reinforced rest
6. Aktivasi instrumen
 Adaptasi
Adaptasi merupakan cara penempatan working end instrument
periodontal pada permukaan gigi. Tujuan adaptasi adalah membuat
working end instrumen sesuai dengan kontur permukaan gigi. Adaptasi
yang tepat harus dipertahankan ke semua instrumen untuk menghindari
trauma pada jaringan lunak dan permukaan akar dan untuk memastikan
efektivitas instrumentasi yang maksimal.

Gambar 16 Adaptasi blade pada gigi (sisi kiri benar, sisi kanan salah).
 Angulasi
Angulasi merupakan sudut yang dibentuk antara blade instrumen dengan
permukaan gigi dan diistilahkan dengan tooth-blade relationship. Angulasi
yang benar akan mempermudah menghilangkan kalkulus pada gigi.
Angulasi alat untuk scaling dan root planing yaitu sebesar 450 -900. Khusus
untuk scaling subgingiva, ketika blade dimasukkan ke dalam sulkus, maka
sudut angulasi harus 00 agar tidak melukai gingiva. Kuretase gingiva
diindikasikan dengan pertimbangan angulasi lebih besar dari 900.

Gambar 17 a. 00 sudut untuk insersi alat; b. 450-900 sudut untuk scaling dan root planing;
c. kurang dari 450: salah; d. lebih dari 450 : untuk kuretase
 Tekanan Lateral
Tekanan lateral merupakan kekuatan yang diaplikasikan pada permukaan
gigi selama tindakan scaling dan root planing. Besar kekuatan bervariasi
tergantung besar kecilnya kalkulus, serta tahapan scaling. Pada tahap awal
scaling dengan kalkulus yang besar, memerlukan kekuatan yang besar
pula, sedangkan jika sudah memasuki tahap root planing, maka yang
diperlukan adalah tekanan ringan dengan peningkatan kepekaan terhadap
keberadaan sisa kalkulus. Kekuatan yang berlebihan pada tahap root
planing menyebabkan permukaan gigi (khususnya sementum) tergores dan
timbul cekungan. Penerapan tekanan lateral yang bervariasi dan terkontrol
secara hati-hati selama instrumentasi merupakan bagian dari teknik
scaling dan root planing yang efektif.
 Gerakan alat (Strokes)
Penempatan stroke digunakan untuk memposisikan working end instrumen
ke deposit kalkulus atau di dasar sulkus atau poket. Gerakan alat pada saat
scaling dan root planing dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Exploratory stroke
Dilakukan dengan light stroke, menggunakan perasaan “feeling”
saat memasukkan probe dan explorer untuk mendeteksi kalkulus dan
mengukur kedalaman poket.
2. Scaling stroke
Dilakukan dengan gerakan short, powerfull pull strokes dengan
bladed instrumen untuk membersihkan kalkulus supragingiva dan
subgingiva. 3 tipe gerakan saat scaling adalah vertikal (arah koronal),
oblique dan horizontal. Pada gigi yang mobility jika dilakukan scaling
disarankan memegang gigi tersebut untuk menghindari semakin parahnya
kegoyangan.

Gambar 18 a. Vertikal stroke; b. Oblique stroke; c. Horizontal stroke


3. Root planing stroke
Root planing digunakan untuk menghaluskan permukaan akar.
Gerakan ini memerlukan kekuatan light to moderate. Tidak disarankan
dengan kekuatan besar karena pada dasarnya kalkulus sudah tidak lagi
sebanyak pada tahap scaling. Jika tetap digunakan kekuatan yang besar
akan membuat goresan yang tidak diinginkan pada permukaan gigi
sehingga dapat merupakan tempat retensi plak dan kalkulus yang sulit
dibersihkan.
1.3.3 Instrumen Scaling dan Root Planing
Alat/ instrumen yang dibutuhkan dalam perawatan scaling pada umumnya
terdiri dari 3 bagian, yaitu handle (pegangan), shank (penghubung antara handle
dan blade), serta blade/ working end (ujung kerja).

Gambar 19 Bagian-bagian instrumen periodontal (Carranza, 2019).


1. Probe periodontal
Probe merupakan instrumen yang digunakan untuk melokalisir, mengukur
dan menandai kedalaman poket di sekitar gigi. Penggunaan yang tepat dari probe
diperlukan untuk menjaga akurasi. Ujung probe ditempatkan dengan tekanan
ringan ke dalam sulkus gingiva. Probe diinsersikan ke dalam poket dengan posisi
sejajar dengan akar gigi. Ada berbagai jenis probe dan masing- masing memiliki
cara sendiri untuk menunjukkan pengukuran di ujung instrumennya, diantaranya:
a. Probe WHO
Ujungnya berbentuk bola berdiameter 0,5 mm. Penandaan pada
angka 3,5; 5,5; 8,5; dan 11,5 mm. Digunakan untuk pemeriksaan
epidemiologi.
b. Probe William
Terdapat lekukan 1-10 mm (lekukan ke 4 dan 6 dihilangkan)
c. Probe UNC 12/ UNC 15
Kode warna UNC-12 pada angka 4 dan 9 mm. Kode warna UNC
15 pada angka 4, 9 dan 14 mm.
d. Probe Goldman fox
Working end pipih jadi lebih mudah diinsersikan pada bukal
maupun lingual/ palatal.
e. Probe PerioWise
Penanda berada pada 3, 5, 7 dan 10 mm atau 3, 6, 9, 12. Probing
implan dental. Tanda hijau menandakan aman, tanda merah menandakan
penyakit periodontal.
f. Probe Nabers
untuk melihat keterlibatan bifurkasi. Penanda pada 3, 6, 9 dan 12
mm.

a b c

d e f
Gambar 20 a. Probe WHO; b. Probe William; c. Probe UNC 12/ UNC 15;
d. Probe Goldman fox; e. Probe Perio Wise; f. Probe Nabers
2. Explorer
Explorer digunakan untuk menemukan deposit subgingiva dan area karies
serta untuk memastikan kehalusan permukaan akar setelah root planing.

Gambar 21 Explorer
1.3.3.1 Scaling Manual
1. Sickle scaler
Sickle scaler memiliki permukaan yang datar dan penampang segitiga
serta terdapat dua sisi pemotong (cutting edge) yang menyatu di ujung yang
runcing dan tajam. Sickle scaler digunakan untuk menghilangkan kalkulus
supragingiva. Desain instrumen ini mengakibatkan sulitnya untuk memasukkan
blade sickle besar di bawah gingiva tanpa merusak jaringan gingiva di sekitarnya.
Sickle scaler digunakan dengan gerakan tarikan (pull stroke). Pemilihan instrumen
ini harus didasarkan pada area yang akan di scaling. Sickle scaler dengan shank
lurus digunakan pada gigi anterior dan premolar. Sickle scaler dengan shank
contra-angle digunakan untuk beradaptasi dengan gigi posterior.

b
a
Gambar 22 a. Sickle scaler; b. penggunaan sickle scaler menghilangkan kalkulus
supragingiva
2. Kuret
Kuret digunakan untuk menghilangkan kalkulus subgingiva yang dalam,
root planing sementum dan menghilangkan jaringan lunak yang melapisi poket
periodontal. Kuret memiliki sisi pemotong (cutting edge) di kedua sisi blade.
Blade kuret berbentuk seperti sendok (spoon-shaped blade) dan ujung membulat.
Kuret lebih halus daripada sickle scaler dan tidak memiliki titik atau sudut tajam
selain tepi tajam blade. Blade melengkung dan ujung bulat kuret memungkinkan
blade untuk beradaptasi lebih baik ke permukaan akar. Oleh karena itu kuret dapat
disesuaikan dan memberikan akses yang baik ke poket yang dalam dengan trauma
jaringan lunak yang minimal.

b
a

Gambar 23 a. Kuret; b. penggunaan kuret dalam scaling dan root planing subgingiva
Kuret dibedakan atas dua tipe yaitu:
a. Kuret Universal
Kuret universal memiliki sisi pemotong yang dapat dimasukkan di
sebagian besar area gigi dengan mengubah dan mengadaptasi finger rest
(sandaran jari) fulcrum (titik tumpu) dan posisi tangan operator. Blade
kuret universal melengkung ke satu arah.

Gambar 24 Kuret universal


b. Kuret Gracey
Kuret gracey dirancang untuk beradaptasi dengan area anatomi
spesifik pada gigi. Kuret ini dan modifikasinya merupakan instrumen
terbaik untuk scaling subgingiva dan root planing karena memberikan
adapatasi terbaik terhadap anatomi akar yang kompleks.
Kuret gracey berujung ganda dipasangkan dengan cara berikut:
Gracey #1-2 dan #3-4 : Gigi anterior
Gracey #5-6 : Gigi anterior dan premolar
Gracey #7-8 dan #9-10 : gigi posterior, bukal dan
lingual Gracey #11-12: Gigi posterior, mesial
Gracey # 13-14 : Gigi posterior, distal
Gambar 25 Kuret Gracey
Perbedaan utama antara kuret universal dan kuret gracey, yaitu:
a) Kuret universal dapat digunakan pada semua daerah dan sisi/
permukaan sedangkan kuret gracey hanya pada daerah dan sisi tertentu.
b) Sisi pemotong pada kuret universal ganda, sedangkan pada kuret gracey
tunggal.
c) Kuret universal melengkung kearah atas saja, sedangkan kuret gracey
melengkung ke arah atas dan samping.
d) Permukaan blade kuret universal tegak lurus terhadap shank, sedangkan
blade kuret gracey membentuk sudut 600 terhadap shank.
3. Hoe scaler
Blade hoe scaler memiliki sudut 900 dan sisi pemotong miring pada sudut
0
45 . Blade sedikit menekuk sehingga dapat mempertahankan kontak pada dua titik
pada permukaan cembung. Bagian belakang blade membulat dan memiliki
ketebatan minimal untuk memungkinkan akses ke akar tanpa gangguan dari
jaringan yang berdekatan. Hoe scaler digunakan untuk membersihkan kalkulus
subgingiva.
Cara penggunaan hoe scaler yaitu blade diinsersikan ke dasar poket
periodontal sehingga membentuk dua titik kontak dengan gigi guna menstabilkan
instrumen dan mencegah nicking akar (akar terpotong). Instrumen diaktivasi
dengan gerakan menarik yang kuat kearah mahkota, dengan tetap
mempertahankan kedua titik kontak yang terbentuk dengan gigi.
Gambar 26 Hoe scaler dan penggunaannya untuk membersihkan kalkulus
subgingiva
4. File scaler
File merupakan alat scaling yang berbentuk seperti kikir. File digunakan
untuk memecahkan kalkulus yang melekat dengan kuat. File scaler dapat
menyebabkan permukaan akar menjadi kasar jika digunakan secara tidak tepat,
oleh karena itu file tidak dianjurkan untuk scaling dan root planing. File kadang
digunakan untuk menghilangkan margin restorasi yang overhanging.

Gambar 27 File scaler


5. Chisel scaler
Chisel scaler merupakan instrumen double ended dengan shank
melengkung di satu ujung dan shank lurus di ujung lainnya. Blade sedikit
melengkung dan memiliki cutting edge lurus yang miring pada 450. Chisel scaler
digunakan untuk permukaan proksimal gigi yang jaraknya terlalu dekat untuk
memungkinkan penggunaan scaler lain, biasanya digunakan di bagian gigi
anterior. Chisel scaler dimasukkan dari permukaan fasial. Lekukan kecil dari
blade memungkinkan untuk menstabilkannya terhadap permukaan proksimal.
Chisel scaler diaktivasi dengan gerakan mendorong.

Gambar 28 Chisel scaler


6. Instrumen Cleansing dan Polishing
a. Rubber cusp
Rubber cusp digunakan dalam handpiece dengan ujung khusus.
Handpiece ujung khusus dan rubber cusp harus disterilkan setiap setelah
digunakan oleh pasien, atau ujung khusus plastik sekali pakai dan rubber
cusp dapat digunakan dan kemudian dibuang.
b. Bristle brush
Sikat yang digunakan pada ujung khusus dengan pasta pemoles.
Penggunaan sikat dibatasi pada mahkota untuk menghindari cedera pada
sementum dan gingiva karena bulunya kaku.

a b

Gambar 29 a. Rubber cusp dan bristle brush; b. Disposable plastic rubber cusp dan brush
c. Dental tape
Dental tape dengan pasta pemoles digunakan untuk memoles
permukaan proksimal yang tidak dapat diakses oleh instrumen polishing
lainnya. Dental tape diaktivasi dengan gerakan labiolingual yang kuat.
Untuk mencegah cedera pada gingiva, area tersebut harus dibersihkan
dengan air hangat untuk menghilangkan semua sisa pasta.
1.3.3.2 Scaling Elektrik
Ultrasonic scaler digunakan untuk menghilangkan plak, scaling, dan
menghilangkan stain. Prinsip dalam penggunaan ultrasonic scaler hampir sama
dengan penggunaan scaler manual, perbedaannya terletak pada sumber kekuatan
yang dibutuhkan. Ultrasonic scaler merupakan alat scaling yang sumber dayanya
berasal dari mesin (power-driven). Power driven scaler tidak memerlukan tekanan
dari tangan operator sehingga operator tidak mengeluarkan banyak energi untuk
menghilangkan kalkulus. Ultrasonic scaler dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
a. Magnetostrictive scaler
Bekerja dengan frekuensi antara 18.000- 50.000 putaran/detik.
Magnetostrictive memiliki tip yang bergerak dalam pola getaran elips atau
orbital. Tip magnetostrictive memiliki empat active working surface dan
memiliki diameter yang lebih besar sehingga dapat digunakan untuk
menghilangkan kalkulus yang besar.

Gambar 30. Magnetostrictive scaler


b. Piezoelectric scaler
Bekerja dengan frekuensi antara 18.000-50.000 putaran/detik.
Piezoelectric memiliki tip yang memiliki 2 active surface yang bergerak
dengan linear atau garis lurus sehingga dapat digunakan untuk
membersihkan kalkulus subgingiva.

Gambar 31 Piezoelectric scaler


1.3.4 Teknik Scaling
a. Teknik scaling supragingiva
Kalkulus supragingiva kurang terkalsifikasi dibandingkan kalkulus
subgingiva. Stroke scaling supragingiva tidak mempengaruhi jaringan
disekitarnya. Sickle, kuret dan instrumen ultrasonic dan sonic paling umum
digunakan untuk menghilangkan kalkulus supragingiva. Scaling supragingiva
yaitu dengan cara sickle dipegang dengan modified pen grasp dan finger rest yang
kuat diletakkan pada gigi yang berdekatan dengan area kerja. Tata cara scaling
diawali dengan penempatan alat pada apical dari kalkulus supragingiva,
membentuk sudut 450-900 terhadap area permukaan gigi yang akan dibersihkan.
Dengan gerakan yang kuat dan pendek arah vertikal (koronal), horizontal maupun
oblique, mendorong maupun mengungkit kalkulus sampai terlepas dari
permukaan gigi. Scaling dilakukan sampai permukaan gigi terbebas dari kalkulus
baik secara visual maupun perabaan dengan bantuan alat (misalnya sonde).

Gambar 32 Scaling supragingiva


b. Teknik scaling dan root planing subgingiva
Scaling subgingiva jauh lebih kompleks dan rumit dibandingkan scaling
supragingiva. Pada scaling subgingiva, arah dan panjang gerakan instrumen
menjadi sangat terbatas dengan adanya dinding poket yang mengelilinginya. Tata
cara scaling subgingiva mirip dengan scaling supragingiva. Scaling subgingiva
dapat dilakukan dengan menggunakan kuret universal atau dengan kuret Gracey
(area spesifik).
Kuret dipegang dengan modified pen grasp dengan finger rest yang stabil.
Cutting edge diadaptasikan pada gigi dengan shank bagian bawah tetap sejajar
dengan permukaan gigi. Shank bagian bawah digerakkan kearah gigi sehingga
permukaan blade hampir rata dengan permukaan gigi. Bagian blade kemudian
diinsersikan di bawah gingiva sampai dasar poket dengan exploratory stroke yang
ringan. Saat cutting edge mencapai dasar poket dengan sudut kerja antara 450-900,
kalkulus dibersihkan dengan stroke yang terkontrol, overlapping, pendek, kuat
yang terutama memanfaatkan gerakan pergelangan tangan. Ketika scaling stroke,
gaya dapat dimaksimalkan dengan memusatkan tekanan lateral ke sepertiga
bagian bawah blade. Beberapa millimeter ujung dari blade diposisikan sedikit ke
apikal lalu stroke vertikal dan oblique yang pendek digunakan untuk
membersihkan kalkulus. Tanpa menarik instrumen dari poket, sepertiga blade
dimajukan ke lateral dan diposisikan ulang untuk membersihkan bagian yang
tersisa. Proses ini diulangi sampai seluruh kalkulus dihilangkan.

Gambar 33 Scaling subgingiva


BAB II

TELAAH KASUS

Seorang pasien perempuan berusia 22 tahun datang ke RSGM Unand


dengan keluhan gigi bagian depan atas terasa kasar saat diraba dengan lidah.
Pasien juga mengeluhkan gigi belakang kiri atas dan kiri bawah terasa kasar.
Pasien merasakan keluhan ini sejak 5 bulan yang lalu. Kondisi ini menyebabkan
pasien merasa tidak nyaman, dan sesekali gusi berdarah saat pasien menyikat
gigi. Pasien pernah melakukan scaling satu tahun yang lalu di praktik dokter
gigi. Pasien menyikat gigi secara teratur dua kali sehari pagi dan malam, namun
tidak menyikat lidah. Pasien tidak menggunakan obat kumur dan dental floss,
serta memiliki kebiasaan mengunyah satu sisi , dan jarang mengonsumsi buah
dan sayur. Pasien merupakan mahasiswa fakultas tekhnik Universitas Andalas.
Riwayat keluarga pasien diketahui tidak memiliki penyakit keturunan, tidak
sedang mengonsumsi obat-obatan rutin, dan tidak memiliki alergi obat. Pasien
minum sekitar 5 gelas per hari dan tidur sekitar 4-5 jam per hari. Pemeriksaan
umum menunjukkan tekanan darah 110/70 mmHg, denyut nadi 78x/menit,
pernapasan 18x/menit, dan suhu tubuh 36 derajat celsius.
Pemeriksaan ekstraoral menunjukkan wajah simetris dan tidak ada
ditemukan pembengkakan pada kelenjar submandibular, submental, dan
servikal. Pada pemeriksaan intraoral ditemukan kalkulus supra gingiva pada
permukaan palatal/lingual gigi 26, 27, 35, 36, dan bagian palatal gigi 12, 11, 21,
dan 22. Gingiva pasien terlihat sedikit kemerahan dan licin pada bagian yang
terdapat kalkulus. Nilai OHI pasien adalah 2.6 (sedang) dan nilai GI pasien 1
(peradangan ringan).

2.1 Identitas Pasien

Nama Pasien : ES

Tempat/Tgl lahir : Padang/ 4 Januari

2000

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Lubuk lintah

Golongan darah :B

Agama : Islam
Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

2.2 Pemeriksaan Subjektif

Chief Complain

Gigi bagian depan atas pasien terasa kasar saat diraba dengan lidah. Pasien juga
mengeluhkan gigi belakang kiri atas dan kiri bawah terasa kasar

Present Ilness

Keluhan ini dirasakan sejak 4 bulan yang lalu. Kondisi ini menyebabkan pasien merasa
tidak nyaman, dan sesekali gusi berdarah saat pasien menyikat gigi.

Past Dental History

Pasien pernah melakukan scaling satu tahun yang lalu di praktik dokter gigi. Pasien
menyikat gigi secara teratur dua kali sehari pagi dan malam, namun tidak menyikat
lidah dan tidak menggunakan obat kumur.

Past Medical History

Pasien tidak memiliki penyakit keturunan, tidak sedang mengonsumsi obat-obatan rutin,
dan tidak memiliki alergi obat.

Family History

Keluarga pasien diketahui tidak memiliki penyakit keturunan.

Social History
Pasien seorang mahasiswa, pasien kurang mengonsumsi buah dan sayur, minum air
sekitar 5 gelas per hari dan tidur sekitar 4-5 jam per hari.

2.3 Pemeriksaan Objektif

2.3.1 Pemeriksaan Umum

a. Tekanan darah : 110/70 mmHg

b. Denyut nadi : 78x/menit

c. Pernafasan : 18x/menit

d. Suhu tubuh : 36oC

2.3.2 Pemeriksaan Ekstraoral

a. Mata :Pupil isokhor, conjungtiva non-anemis,

sklera non- ikterik


b. Bibir : TAK (simetris, tidak pucat, tidak ada lesi)

c. TMJ : TAK
d. Kelenjar Submandibula : TAK (tidak teraba, tidak sakit)

e. Kelenjar Submental : TAK (tidak teraba, tidak sakit)

f. Kelenjar Servikal : TAK (tidak teraba, tidak sakit)

2.3.3 Pemeriksaan Intraoral

a. Mukosa : TAK

b. Gingiva

- Bentuk :Sedikit membulat pada bagian lingual gigi region

- Warna :Sedikit kemerahan pada gigi yang terdapat

kalkulus

- Konsistensi :Kenyal dan melekat erat pada struktur di

bawahnya

- Pitting test :-

- Stippling : (+)

- Permukaan : TAK (bergerigi)

- Resesi : (-)

- Interdental papil : runcing

- Stillman’s cleft :-

- MC.Call’s festoon : -

- Frenulum : Sedang

- Perkusi :-

- Mobility :-

c. Oklusi

- Kontak premature : -
- Permukaan gigi

 Atrisi :-

 Abrasi :-

 Erosi :-

- Gigi geligi tidak beraturan : -

- Karies superficialis gigi 46 dan 47

d. Evaluasi Oral Hygiene

- Nilai Plak : Sedang

- Nilai OHI : 2,6(Sedang)

- Nilai Gingiva Indeks : 1 (Ringan)

- Kalkulus : kalkulus supra gingiva pada permukaan

palatal/lingual gigi 26, 27, 35, 36, dan bagian palatal gigi 12, 11, 21,

dan 22

e. Evaluasi Pra Perawatan

- Diagnosis : Gingivitis Marginalis Kronis Lokalisata

- Etiologi : Dental plak dan kalkulus

- Sikap pasien : Kooperatif

- Prognosa : Baik

f. Tahapan perawatan gigi (menyeluruh)

1. Fase Pendahuluan :-

2. Fase Initial : Scaling manual + DHE

Evaluasi fase intial : Kontrol 1 minggu pasca scaling


Kontrol 1 bulan pasca scaling

3. Fase Bedah :-

4. Fase Restoratif :-

5. Fase Pemeliharaan : Kontrol periodik 6 bulan sekali

2.3.3.1 Catatan Keadaan Intraoral

a. Nilai Plak

Jumlah permukaan gigi dengan plak


Skor RKP =------------------------------------------------------x 100%
Jumlah gigi yang diperiksa x 4

= x 100%

= 29,68 %

b. Probing depth

Gigi 18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
Kunjungan I 212 122 222 121 211 111 211 121 111 212 221 112 212 221 222 112
Fasial Kunjungan II
Kunjungan III
Kunjungan I 212 121 122 222 121 121 111 211 111 111 212 112 121 222 221 112
Palatal Kunjungan II
Kunjungan III
Mobility - - - - - - - - - - - - - - - -
BOP - - - - - - - - - - - - - - - -

Gigi 48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
Kunjungan I 112 222 221 212 111 121 121 122 122 212 222 111 212 222 221 112
Fasial Kunjungan II
Kunjungan III
Kunjungan I 122 121 122 222 121 121 121 211 122 221 212 111 221 222 212 112
Lingual Kunjungan II
Kunjungan III
Mobility - - - - - - - - - - - - - - - -
BOP - - - - - - + + + + - - - - - -
BAB III

PROSEDUR KERJA

3.1 Alat dan Bahan

ALAT BAHAN

Diagnostic set Masker

Probe UNC 15 Handscoon

Nierbeken/ Tray Dental bib

Scaler Manual Gelas kumur

Low speed handpiece Cotton roll

Brush Cotton pellet

Rubber polishing bur Suction

Disclosing solution

Povidone iodine 3%

Pasta gigi

3.2 Tahap Pekerjaan

1. Operator mempersiapkan diri (menggunakan masker, mencuci tangan 6

langkah WHO, menggunakan handscoon).

2. Siapkan alat dan bahan steril pada dental unit.

3. Lakukan pemeriksaan subjektif dan objektif pada pasien.

4. Beritahu pasien tentang assessment dan rencana perawatan yang akan

dilakukan.

5. Melakukan persiapan pasien (menggunakan dental polibib).


6. Lakukan pemeriksaan Rekam Kontrol Plak (RKP) menggunakan disclosing

solution dan hitung skor RKP.

7. Lakukan pemeriksaan kedalaman poket dengan menggunakan Probe UNC 15.

8. Lakukan asepsis terlebih dahulu dengan povidone iodine 3% pada seluruh

permukaan gigi atau meminta pasien untuk berkumur chlorhexidine 0,12% selama

1 menit untuk mencegah infeksi.

9. Lakukan SRP menggunakan scaler manual

Pegang alat dengan teknik modified pen grasp dengan finger rest intraoral

atau ekstraoral fulcrum. Ekstraoral hand rest harus digunakan pada gigi

maksila dan pada mandibula bisa digunakan intraoral ataupun ekstraoral

fulcrum. Lakukan exploratory stroke secara perlahan dengan perabaan yang

mengandalkan kepekaan tangan dan alat untuk mendeteksi posisi kalkulus

terutama tepi apikal. Untuk kalkulus supragingiva, alat yang ditempatkan pada

daerah apikal kalkulus supragingiva membentuk sudut 450-900. Sisi tajam alat

menghadap ke gigi. Kemudian lakukan gerakan scaling stroke dengan gerakan

yang kuat dan pendek ke arah vertikal (koronal), horizontal maupun oblique

mendorong maupun mengungkit kalkulus sampai terlepas dari gigi. Kekuatan

untuk melepaskan kalkulus selama scaling dapat ditingkatkan dengan metode

finger reinforced rest atau thumb reinforced rest.

10.Eksplorasi menggunakan sonde untuk mengecek masih ada atau tidaknya

kalkulus atau instruksikan pasien menyentuh bagian lingual gigi dengan lidah.

11. Scaling dikatakan bersih jika seluruh permukaan gigi telah halus dan bersih

dari kalkulus, bersihkan permukaan gigi menggunakan brush yang diolesi pasta

gigi.
12. Instruksikan pasien untuk berkumur dengan air yang telah ditetesi povidon

iodine.

13. Selanjutnya dapat menggunakan rubber/ polishing bur sampai gigi menjadi

licin dan mengkilap dengan cara apilkasikan pasta ke permukaan gigi dengan

rubber cup, setelah itu rubber cup digerakkan memutar pada permukaan gigi

menggunakan contra angle low speed.

14. Berikan instruksi kepada pasien:

a. Jangan menyentuh daerah yang telah dirawat dengan lidah

b. Instruksikan pasien untuk tidak terlalu keras saat menyikat gigi dan gunakan

bulu sikat yang lembut

c. Jangan minum minuman yang panas

d. Jangan mengonsumsi makanan yang kasar, keras dan pedas

e. Beritahukan kepada pasien jika ada keluhan pasca perawatan segera hubungi

dokter yang telah merawat.

f. Kontrol kembali setelah 1 minggu perawatan

g. Melakukan perawatan scaling dan root planing setiap 6 bulan.

15. Berikan DHE kepada pasien:

a. Pasien diinstruksikan untuk menyikat gigi 2x sehari yaitu pagi setelah

sarapan dan malam sebelum tidur

b. Pasien diinstruksikan untuk menerapkan teknik menyikat gigi yang benar

seperti yang telah diajarkan oleh operator.

c. Pasien diinstruksikan untuk mengurangi makanan yang manis dan lengket

d. Pasien diinstruksikan untuk berkumur setelah makan

e. Pasien dianjurkan untuk mengonsumsi buah dan sayur secara teratur


f. Pasien dianjurkan untuk minum air putih yang cukup.

g. Jika pasien memiliki bad habit mengunyah 1 sisi, instruksikan pasien untuk

mengunyah 2 sisi. Jika penyebabnya ada gigi yang karies, instruksikan untuk

segera dilakukan perawatan.

16. Kontrol 1 Minggu:

a. Tanyakan keluhan pasien

b. Cek warna, kontur, tekstur dan konsistensi gingiva

c. RKP

d. Oral Profilaksis

e. Evaluasi kasus jika ada

17. Kontrol 1 bulan:

a. Tanyakan keluhan pasien

b. Cek warna, kontur, tekstur dan konsistensi gingiva

c. RKP

d. Probing depth

e. Oral profilaksis
DAFTAR PUSTAKA

Carranza K, Takei N. Newman and Carranza’s. 2019. Clinical Periodontology 13th


ed. Elsevier: Philadelphia

Chetrus, V., dan IR, Ion. (2013). Dental Plaque- Classification, Formation.
International journal of Medical Dentistry, 3(2): 139-144

Fasoulas, A., Pavlidou, E., Petridis, D., Mantzorou, M., Seroglou, K., dan
Giaginis, C. (2019). Detection of dental plaque with disclosing agents in
the context of preventive oral hygiene training program. Heliyon.

Georgios , A. K., Jessica M. L., dan Michael, P. M. (2021) Immunological and


Inflammatory Aspects of Periodontal Disease. Online course: www.
dentalcare.com/en-us/professional-education/ce-courses/ce1.

Kasuma, N. (2016). Plak Gigi. Padang: Andalas University Press.

Krismariono, A. (2009). Prinsip- Prinsip Dasar Scaling dan Root Planing Dalam
Perawatan Periodontal. Surabaya: Periodontic Journal Vol 1 (1): 1-5.

Quamilla N. (2016). Stres dan kejadian periodontitis. Journal of Syiah Kuala


Dentistry Society, 1(2): 163.

World Dental Federation (FDI), 2015.

Zandoná, A. G. F., Ritter, A. V dan Eidson, R. S. (2018). Dental caries: Etiology,


clinical characteristics, risk assessment, and management. In Sturdevant’s
Art and science of Operative Dentistry (Seventh Ed). Elsevier Inc.

Anda mungkin juga menyukai