c. Gingivitis Hiperplastika
Gingivitis hiperplastika terjadi akibat adanya iritasi karena
mukosa gingiva yang kering. Kondisi ini terjadi karena adanya
kebiasaan bernafas melalui mulut. Gambaran klinis gingiva berwarna
merah dan edematous dengan permukaan yang licin. Gingivitis yang
diakibatkan oleh kebiasaan bernafas lewat mulut ini terjadi pada regio
anterior rahang atas dan rahang bawah tanpa melibatkan regio
posterior. Pasien dengan kebiasaan bernafas melalui mulut biasanya
memiliki bibir atas yang pendek, otot labii superioris yang hiperaktif,
gigi insisif dengan overjet yang tinggi (tonggos), rhinitis, dan keadaan
lainnya. Perawatan yang dapat dilakukan pada kasus ini adalah dengan
menghilangkan kebiasaan pasien untuk bernafas melalui mulut.6,8
2. Gingivitis Sistemik
a. Scorbutic Gingivitis
Scorbutic gingivitis merupakan peradangan yang hanya terbatas
pada margin gingiva dan interdental papil, diakibatkan oleh defisiensi
vitamin C. Gambaran klinis dari scorbutic gingivitis yaitu gingiva
berwarna kebiruan, lunak, rapuh serta memiliki permukaan halus dan
licin. Pasien yang dengan scorbutic gingivitis biasanya akan
mengalami rasa sakit yang hebat serta adanya perdarahan spontan.
Gambar 6. Scorbutic Gingivitis
b. Gingivitis Pubertas
Gingivitis pubertas ditandai dengan adanya peningkatan
inflamasi pada gingiva tanpa disertai peningkatan akumulasi plak yang
biasanya terjadi pada anak-anak selama masa pubertas, diakibatkan
oleh perubahan hormon. Peningkatan inflamasi pada gingiva
disebabkan oleh gingiva yang memiliki reseptor estrogen dan
testosteron pada lapisan basal dan spinosus serta fibroblas dan sel
endotel pada pembuluh darah pada jaringan ikat. Hal ini membuat
gingiva sebagai organ target beberapa hormon steroid. Gingivitis
pubertas memiliki gambaran klinis berupa edema, perubahan warna
merah kebiruan, pembengkakan yang disebabkan oleh iritan lokal.
c. Gingivitis Pellagrous
Gingivitis pellagrous ditandai dengan warna kemerahan pada
attached gingiva dan pasien dapat mengalami rasa sakit yang konstan.
Peradangan ini diakibatkan oleh defisiensi vitamin B kompleks, niacin,
dan malnutrisi.
d. Gingivitis Diabetik
Gingivitis diabetik terjadi akibat penyakit diabetes melitus yang
tidak terkontrol. Gingivitis ini ditandai dengan abses pada gingiva,
gingiva yang terasa sakit, adanya kegoyangan gigi, periodontitis akut,
dan nekrosis gingiva yang akut.
g. Gingivitis Leukemia
Gingivitis yang terjadi karena penyakit leukimia. gingiva
terlihat merah dan muda berdarah. pendarahan pada gingiva dapat
terjadi hingga beberapa menit karena darah pasien leukemia tidak
gampang menggumpal. penyakit leukemia dapat menyebabkan
penambahan resiko pada penyakit gingiva. pada pasien leukemia,
gingivitis terjadi karena adanya infiltrasi dari sel leukemia ke dalam
gingiva, dan gingivitis sering kali menjadi parah karena leukemia
mengurangi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi.
Gambar 8. Gingivitis Leukemia4
5. Periodontitis
Gingivitis yang tidak dirawat akan berkembang menjadi periodontitis,
melibatkan kerusakan jaringan periodontal (destruksi tulang alveolar).
a. Prepubertal Periodontitis
Prepubertal periodontitis biasanya terjadi pada fase gigi sulung
dan dimulai pada usia sekitar 4 tahun. Penyakit periodontal ini bisa
terlokalisir, biasanya mengenai gigi molar 1 dan gigi insisivus dan
generalized dimana semua gigi ter affected dan jaringan periodontal
mengalami kerusakan yang cepat.