Anda di halaman 1dari 10

MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN GIGI DI

INDONESIA

MODUL 531
Ilmu Kesehatan Gigi dan Mulut Pencegahan

Disusun oleh:
Kelompok D
Gabriella Geralda Santjoko 040001800056
Ghina Salsabila 040001800057
Gillian Grace Gandha 040001800058
Githa Adela Febriyanti 040001800059
Haifa Nur Afifah Herlan 040001800060
Hanzel Tanujaya 040001800061
Helen Priscilla Margono 040001800062
Hendlouis 040001800063
Hiroko Gabriela Amanda 040001800064
Indhira Valerie Mustamu 040001800065
Ivah Jessica Pardenas 040001800067
Ivana Agustin Gozali 040001800068
Ivana Gisella Handjaja 040001800069
Jane Analdi 040001800070
Jason Kamadi 040001800071
Jeff Tjokro 040001800072
Jennifer Ferdiana 040001800073

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS TRISAKTI
2020/2021
Manajemen harus difungsikan dalam setiap organisasi sepenuhnya dalam rangka
mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Menurut Terry (1975) yang dikutip
oleh Wijaya dan Rafa'i (2016), fungsi dasar manajemen dibagi menjadi empat hal, yaitu
planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (penggerakan),
controlling (pengawasan dan pengendalian).1

A. Perencanaan (Planning)
Perencanaan (planning) adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan
secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa mendatang. Meliputi
strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran, dan standar
yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.2
Dalam perencanaan diperlukan adanya langkah-langkah sebagai berikut :3
1) Perkiraan dan perhitungan masa depan
2) Penentuan dan perumusan sasaran dalam rangkaian pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya
3) Penetapan tindakan dan prioritas pelaksanaannya
4) Penetapan metode
5) Penetapan waktu
6) Penetapan lokasi (tempat)
7) Penetapan biaya fasilitas dan faktor-faktor lain yang dibutuhkan
Tanpa adanya perencanaan yang baik maka dapat dipastikan segala bentuk usaha
termasuk pelayanan kesehatan, tidak dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Beberapa
hal yang penting dalam perencanaan dalam manajemen praktik dokter gigi adalah :
1) Pemilihan tempat, pastikan tempat yang kita pilih memiliki akses yang baik
tentunya dengan biaya operasional yang sesuai.
2) Sumber Daya Manusia (SDM), tentukan berapa jumlah pegawai yang dibutuhkan,
seperti dokter gigi/dokter gigi spesialis bagian administrasi, perawat, tekniker, dan
sebagainya. Pastikan adanya kesepakatan mengenai upah dan jam kerja.
3) Rancangan dental office, tentukan fasilitas apa yang akan disediakan, penyediaan
peralatan dan instrumen kerja, interior dari klinik disesuaikan dengan segmen
yang dituju agar menarik konsumen (pasien). Selain rancangan dental office,
lakukan persiapan mengenai alat dan bahan yang akan dibutuhkan. Dalam
merencanakan hal ini pastikan tidak melebihi budget yang sudah ditetapkan.

B. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian (organizing) kegiatan menggerakkan anggota-anggota
kelompok untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tugasnya masing-masing yang
meliputi:
1) Melakukan kegiatan berpartisipasi dengan senang hati terhadap semua keputusan,
tindakan atau perbuatan.
2) Mengarahkan dan menantang orang lain agar bekerja sebaik mungkin.
3) Memotivasi anggota.
4) Berkomunikasi secara efektif.
5) Meningkatkan anggota agar memahami potensinya secara penuh.
6) Memberi imbalan atau penghargaan terhadap pekerjaan yang telah dilakukan
dengan baik.
7) Mencukupi keperluan pegawai sesuai dengan pekerjaanya.
8) Berupaya memperbaiki pengarahan sesuai dengan petunjuk hasil pengawasan.

Pengorganisasian penting dilakukan untuk menjalankan rencana yang telah


ditetapkan dan mencapai tujuan dari manajemen. Pengorganisasian dalam manajemen
praktik dokter gigi meliputi
1) Pembagian peran bagi setiap anggota dimana dalam praktik dokter gigi ada yang
berperan sebagai dokter gigi, perawat gigi, tenaga administrasi, teknisi, dan
pengelola obat.
2) Pembagian tugas dan tanggung jawab bagi setiap anggota. Contoh: Tenaga
administrasi bertugas untuk mengatur dan menata dengan baik arsip seperti rekam
medik, jadwal perawatan, dan keuangan.
3) Mengetahui hubungan atau koordinasi antar anggota. Contoh: (1) Dokter gigi
harus bekerja sama/berkoordinasi dengan perawat gigi dalam merawat pasien. (2)
Dokter gigi harus bekerja sama dengan tenaga administrasi untuk mengatur jadwal
merawat pasien.

C. Pergerakan dan pelaksanaan (Actuating)


Pelaksanaan dan pergerakan merupakan realisasi dari suatu perencanaan dan
pengaturan yang telah dirumuskan sebelumnya. Aktuasi, direction, motivating, dan
influencing disepakati untuk mempunyai pengertian yang sama yaitu gerak pelaksanaan
yang diarahkan untuk mewujudkan tujuan organisasi. Jadi, actuating artinya
menggerakkan orang-orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau dengan kesadaran
secara bersama sama untuk mencapai tujuan yang dikehendaki secara efektif (Disman,
2013). Pelaksanaan dan pergerakan yang dilakukan adalah pelaksanaan manajemen klinik
(memberikan pelayanan medis, penunjang medis dan manajemen keuangan). Pembukaan
klinik dan mulai merawat pasien juga merupakan bagian dari pelaksanaan.
Pergerakan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pimpinan untuk membimbing,
menggerakkan, mengatur segala kegiatan yang telah diberi tugas dalam melaksanakan
sesuatu kegiatan usaha. Penggerakan dapat dibagi menjadi dua yaitu pengadaan staf
(staffing) dan pengarahan (directing). Pergerakkan dapat dilakukan dengan cara persuasif
atau bujukan dan instruktif, tergantung bagaimana cara yang paling efektif. Penggerakkan
dapat dikatakan efektif, jika dipersiapkan dan dikerjakan dengan baik serta benar oleh
karyawan yang ditugasi untuk itu (Disman, 2013).
Tindakan actuating dibagi dalam 3 tahap, yaitu:
1) Memberikan semangat motivasi, inspirasi atau dorongan sehingga timbul
kesadaran dan kemauan para petugas untuk bekerja dengan baik. Tindakan
ini juga disebut motivating. Salah satu tujuan dari adanya motivasi yaitu
untuk meningkatkan rasa tanggung jawab para petugas terhadap
tugas-tugasnya. Contoh : Kepala klinik dokter gigi sebagai pimpinan
memotivasi seluruh tenaga medis yang bekerja agar dapat melayani pasien
dengan baik.
2) Pemberian bimbingan melalui contoh-contoh Tindakan atau teladan.
Tindakan ini juga disebut directing yang meliputi beberapa Tindakan,
seperti pengambilan keputusan, mengadakan komunikasi antara pimpinan
dan staf, memilih orang-orang yang menjadi anggota kelompok dan
memperbaiki sikap, pengetahuan maupun keterampilan staf. Contoh :
Kepala klinik rutin memberikan training kepada seluruh staf klinik untuk
meningkatkan kualitas dan keterampilan kerja.
3) Pengarahan (directing atau commanding) yang dilakukan dengan
memberikan petunjuk-petunjuk yang benar, jelas dan tegas. Segala
saran-saran atau instruksi kepada staf dalam pelaksanaan tugas harus
diberikan dengan jelas agar terlaksana dengan baik terarah kepada tujuan
yang ditetapkan. Contoh : Dokter gigi memberikan arahan kepada perawat
mengenai cara merawat pasien dengan baik.

D. Pengawasan dan pengendalian (Controlling)


Pengawasan dan pengendalian merupakan proses mengamati pelaksanaan rencana
kerja yang sudah disusun agar dapat berjalan sesuai dengan visi, misi, dan aturan.
Pengendalian dapat berupa dalam bentuk supervisi, inspeksi hingga audit. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui apabila ada penyimpangan-penyimpangan yang terjadi,
dapat segera dilakukan perbaikan (corrective action), antisipasi dan penyesuaian sesuai
dengan situasi, kondisi dan perkembangan zaman. Pengawasan juga dapat berfungsi
untuk mengembangkan efisiensi penggunaan sumber daya, efektivitas, dan tugas-tugas
staf untuk mencapai tujuan program dapat lebih terjamin.

Ada 2 (dua) teknik pengawasan yang biasa dipakai dalam sebuah organisasi, yaitu
pengawasan langsung dan pengawasan tidak langsung. Selain itu, fungsi pengawasan
fungsional, yaitu: (1) apakah kebijaksanaan yang telah ditetapkan dijalankan oleh jajaran
pelaksana atau tidak, (2) penggunaan dana, (3) pemanfaatan sarana dan prasarana kerja,
(4) ketaatan aparatur pelaksana pada prosedur dan mekanisme kerja yang telah
ditetapkan, (5) dan manajemen sumber daya manusia.

Contoh kasus :

Seorang dokter gigi yang membuka praktik di suatu daerah memiliki banyak
pasien yang mengantri setiap harinya sehingga sangat sibuk, dan tidak dapat mengurus
semua pekerjaan di klinik. Dokter gigi tersebut memperkerjakan perawat dan karyawan
administrasi untuk membantu pekerjaannya. Karyawan administrasi yang dipekerjakan
sudah berpengalaman sehingga dokter gigi mempercayai semua urusan administrasi
kepadanya. Dikarenakan kesibukan dokter gigi tidak selalu menyempatkan waktu untuk
melihat dan memeriksa ulang pekerjaan karyawan administrasi terutama yang
menyangkut keuangan. Karyawan administrasi tersebut juga sering telat saat harus ke
klinik untuk bekerja tetapi dokter gigi terlalu sibuk untuk menyadari dan menegur. Suatu
saat ketika dokter gigi tersebut sedang memeriksa ulang pekerjaan adminnya, beliau
menemukan selisih uang yang banyak selama 3 hari berturut-turut. Saat dokter gigi ingin
menanyakan perihal selisih uang ini karyawan tersebut ternyata terlambat datang ke
klinik. Setelah kejadian ini karyawan tersebut diperiksa dan terbukti bahwa dia
mengambil dan menyimpan uang untuk dirinya sendiri. Dokter kemudian memecat
karyawan admin tersebut, dan mengganti dengan karyawan admin yang baru. Dokter
tersebut juga mempekerjakan karyawan untuk mengaudit laporan keuangan agar tidak
terjadi kesalahan yang sama dikarenakan kesibukan dokter gigi hingga tidak selalu
memeriksa laporan keuangan.

Tingkat Pelayanan Kesehatan


A. Health Promotion
Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bertujuan untuk meningkatkan status
kesehatan dan pengetahuan masyarakat / sasaran agar tidak terjadi gangguan kesehatan
(preventif). Dalam bidang kedokteran gigi, dapat dilakukan dengan melakukan
penyuluhan kepada masyarakat yang tinggal dekat dengan puskesmas mengenai cara dan
waktu menyikat gigi yang benar dengan menggunakan alat bantu seperti sikat gigi, pasta
gigi, dan model rahang sehingga masyarakat paham dan dapat meningkatkan status
kebersihan gigi dan mulut lalu mengurangi angka kejadian karies atau penyakit
periodontal.

B. Specific Protection
Perlindungan khusus yang dimaksud adalah perlindungan kepada individu atau
kelompok tertentu yang rentan terinfeksi suatu penyakit tertentu. Tujuan dari
perlindungan khusus ini adalah agar individu atau kelompok tersebut dapat bertahan dari
serangan patogen sehingga tidak berkembang menjadi penyakit di kemudian hari.
Contoh : vaksinasi pada bayi dan balita, vaksinasi hepatitis B kepada para calon
co-assistant, penggunaan APD saat praktek atau kerja, pengisolasian kelompok lansia
dari pajanan penyakit.

C. Early Diagnosis and Promotion Treatment


Pelayanan dimulai dari timbulnya gejala suatu penyakit. Pelayanan dilaksanakan
untuk mencegah meluasnya penyakit. Dalam bidang kedokteran gigi, diperlukan
diagnosis dini untuk mencegah terjadinya penyebaran penyakit lebih lanjut, seperti pada
karies. Jika perawatan karies dilakukan sedini mungkin, ketika masih tingkat karies
superfisial atau dentin, maka kemungkinan dapat mempertahankan kevitalan gigi akan
jauh lebih tinggi dibandingkan jika karies sudah mencapai pulpa. Selain dari karies, ada
juga contoh lain seperti pada perawatan kanker rongga mulut. Jika lesi praganas dapat
dideteksi pada tahap dini dan segera dilakukan pengobatan, maka komplikasi kanker
mulut dapat terhindarkan. Bidang kedokteran gigi sendiri juga sangat berperan dalam
diagnosis dini penyakit sistemik seperti anemia pernisiosa. Pada penderita anemia
pernisiosa akibat defisiensi vitamin B9 dan B12, terdapat gambaran khas pada rongga
mulut seperti Hunter's Glossitis dan Cheilitis angularis. Jika perawatan dilakukan pada
tahap dini maka komplikasi dapat terhindarkan.

D. Disability Limitation
Dilakukan untuk mencegah agar pasien atau masyarakat tidak mengalami dampak
kecacatan akibat penyakit yang ditimbulkan. Tingkat ini dilaksanakan pada kasus atau
penyakit yang mengalami potensi kecacatan. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran
masyarakat tentang kesehatan dan penyakit sering mengakibatkan masyarakat tidak
melanjutkan pengobatannya sampai tuntas. Mereka tidak melakukan pemeriksaan dan
pengobatan yang komplit terhadap penyakitnya. Pengobatan yang tidak layak dan
sempurna dapat mengakibatkan yang bersangkutan menjadi cacat atau memiliki
ketidakmampuan untuk melakukan sesuatu. Oleh karena itu, pendidikan kesehatan juga
diperlukan pada tahap ini. Bentuk kegiatan yang dapat dilakukan dapat berupa perawatan
untuk menghentikan penyakit, mencegah komplikasi lebih lanjut, pemberian segala
fasilitas untuk mengatasi kecacatan dan mencegah kematian.
Contoh : Melakukan splinting untuk mencegah keparahan kegoyangan gigi,penambalan
pada gigi yang sudah berlubang,pulpa capping.

E. Rehabilitation
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), rehabilitasi adalah pemulihan
kepada kedudukan (keadaan, nama baik) yang dahulu (semula) atau perbaikan anggota
tubuh yang cacat dan sebagainya atas individu (misalnya pasien rumah sakit, korban
bencana) supaya menjadi manusia yang berguna dan memiliki tempat dalam masyarakat.
Dan menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor :
38/Menkes/SK/IV/2008 tentang Pedoman Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit
menyatakan bahwa definisi pelayanan rehabilitasi medik adalah pelayanan kesehatan
terhadap gangguan fisik dan fungsi yang diakibatkan oleh keadaan/kondisi sakit, penyakit
atau cedera melalui panduan intervensi medik, keterampilan fisik atau rehabilitatif untuk
mencapai kemampuan fungsi yang optimal.
Contoh kasus rehabilitasi : Rehabilitasi estetik dan fungsi kunyah dengan
perawatan complex bridge. Pasien laki-laki berusia 28 tahun mengeluhkan mempunyai
perasaan tidak percaya diri dengan penampilannya, baik pada saat berbicara maupun
tersenyum. Pada kasus ini diawali dengan melakukan tindakan scaling pada gigi-gigi
rahang atas dan bawah serta penjelasan tentang dental health education (DHE). Lalu,
dilakukan perawatan prostodontik diawali dengan pencetakan diagnostik menggunakan
bahan cetak irreversible hydrocolloid (Aroma Fine Plus, GC Corp.; Japan). Selanjutnya
dilakukan pembuatan temporary bridge untuk gigi beberapa gigi geligi pasien secara
indirect. (Rahardyan Parnaadji,2015)
DAFTAR PUSTAKA

1. Wijaya C, Rifa'i M. Dasar-Dasar Manajemen: Mengoptimalkan Pengelolaan Organisasi


secara Efektif dan Efisien. Medan: Perdana Mulya Sarana; 2016. p 25-26
2. M. Manulang. Dasar Dasar Manajemen. Jakarta : Indonesia ;1996
3. H. Eem. Implementasi Fungsi Manajemen pada Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC)
Ciputat-Tangerang. Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah; 2011
4. Arifin S, Rahman F, Wulandari A, Anhar VY. Buku Ajar: Dasar-Dasar Manajemen
Kesehatan. Banjarmasin: Pustaka Banu;2016
5. Sumampouw OJ. Buku Ajar Kesehatan Masyarakat Pesisir dan Kelautan [Internet].
Google Books. Jakarta: Deepublish; 2019 [cited 2020Sep19]. (Available from:
https://books.google.co.id/books?id=gTnNDwAAQBAJ&pg=PA52&dq=planning+organ
izing+actuating+dan+controlling+manajemen+kesehatan&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEw
jup_OGkPPrAhUEfX0KHcNyCSUQ6AEwBHoECAQQAg#v=snippet&q=planning%20
organizing%20actuating%20dan%20controlling%20manajemen%20kesehatan&f=false)
6. Maryono M. Istilah-Istilah dalam Kebijakan dan Manajemen Kesehatan [Internet].
Google Books. Jakarta: Penerbit Qiara Media; 2018 [cited 2020Sep19]. (Available from:
https://books.google.co.id/books?id=ekOdDwAAQBAJ&dq=planning+organizing+actuat
ing+dan+controlling+manajemen+kesehatan&source=gbs_navlinks_s)
7. Parnaadji R. Rehabilitasi Estetik dan Fungsi Kunyah dengan Perawatan Complex Bridge.
Stomatognatic - Jurnal Kedokteran Gigi, [S.l.], v. 9, n. 3, p. 168-174, dec. 2015. ISSN
2442-4935. Available at:<https://jurnal.unej.ac.id/index.php/STOMA/article/view/2142>.
Date accessed: 19 sep. 2020.
8. Siagan Sondang, Fungsi-Fungsi Manajemen (Jakarta: bumi aksara 2012)
9. Setyawan,Febri Endra Budi. Pendekatan Pelayanan Kesehatan Dokter Keluarga
(Pendekatan Holistik Komprehensif) [Internet]. Google Books. Sidoarjo: Penerbit
Zifatama Jawara; 2019 [cited 2020Sep19].
(Available from: https://books.google.co.id/books?id=Y_C_DwAAQBAJ&hl=id)
10. Kemenkes nomor : 38/Menkes/SK/IV/2008 Pedoman Pelayanan Rehabilitasi Medik di
Rumah Sakit. 2008.

Anda mungkin juga menyukai