Anda di halaman 1dari 57

MAKALAH SEMINAR 2

Modul 2.1.1 (SISTEM ORGAN DALAM TUBUH)


Semester Genap 2019/2020 - Paralel 1

KELOMPOK D
Francisco Nicholas Hoetomo 040001900050
Gabriella 040001900051
Gandes Azalia 040001900052
Gavin Benedict Iskandar 040001900053
Geneva Adelya Ariesta 040001900054
Gisela Ellenia Vanessa 040001900055
Gracia Masola Sulle 040001900056
Hanin Anisah Hafizh 040001900057
Hillary Aurenne Santoso 040001900058
Imanda Vyatri Dewi 040001900059
Indrianti Maheswari 040001900060
Ingrid Aurelia Genacia Cokro 040001900061
Intan Paramitha Kumaladevi 040001900062
Irene Tania Bijaya 040001900063
Irna Salsabila 040001900064
Isabella Audy Tania 040001900065

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS TRISAKTI

2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah
seminar pertama di modul 2.1.1 perihal Sistem Organ dalam Tubuh. Penulisan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas diskusi dan seminar kami pada
mata kuliah “Sistem Organ dalam Tubuh”. Di samping itu, makalah ini diharapkan
dapat menjadi sarana pembelajaran yang berguna untuk para pembaca.
Namun, kami sebagai penulis pun menyadari bahwasanya masih terdapat
banyak kekurangan yang ada pada penulisan makalah kami. Oleh sebab itu, kami
dengan senang hati menerima segala kritik dan saran yang akan diberikan demi
perbaikan makalah dikemudian hari. Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Jakarta, Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 2
1.3 Tujuan ..................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 4
Skenario I
2.1.1. Masalah linda yang dapat disimpulkan dari cerita di atas ……………...4
2.1.2. Kemungkinan yang menjadi penyebabnya ............................................. 6
2.1.3. Penyebab Linda terasa perih dan mual dan getah pencernaan apa yang
berperan ................................................................................................... 10
2.1.4. Hormon yang berperan dalam keadaan stress ......................................... 13
Skenario II
2.2.1. Anatomi dan Fisiologi Sistem Respirasi……………………………..…19
2.2.2. Otot-otot apa saja yang berperan dalam inspirasi, ekspirasi, inspirasi
paksa, dan ekspirasi paksa…………………………………….….....…24
2.2.3. Cara pengangkutan gas…………………………………………………29
2.2.4. Anatomi dan fungsi ginjal…………………………………….……...…33
2.2.5. Proses pembentukan urin……………………………………………….37
2.2.6. Apakah yang dimaksud dengan filtrasi………………………....………40
2.2.7. Transport maksimal dan batas ambang ginjal dan berapakah nilainya untuk
glukosa……………………………………………………………...…40
2.2.8. Regulasi cairan dan elektrolit di ginjal…………………………………41
2.2.9. Ekskresi protein dari ginjal……………………………………………..44
2.2.10. Zat-zat apa saja yang direabsorpsi oleh ginjal…………….……………44
2.2.11. Kelainan ginjal yang berhubungan dengan hipertensi………………….46
2.2.12. Goyangnya Gigi karena Demineralisasi Tulang………………………..49
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 51

ii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Skenario I :

Linda seorang remaja berusia 17 tahun apabila menjelang ujian selalu


mengeluh perut terasa perih dan mual, selalu keluar keringat dingin dan nafsu
makan berkurang. Keluhan itu akan hilang sendirinya apabila dia merasa rileks
dan tenang, dia selalu minum obat nyeri lambung yang dijual bebas di pasaran
untuk mengatasi rasa perih dan mualnya.

Skenario II :

Seorang Bapak berusia 50 tahun datang dengan keluhan sebagai berikut.


Keluhan pertama ia sering mengeluh sesak nafas. Sebelum sesak nafas, biasanya
timbul batuk dan sesak nafas tersebut makin lama makin bertambah disertai
dengan lendir kental. Demam negatif. Ia juga mempunyai riwayat gatal-gatal di
badannya setelah makan ikan laut.
Selain itu, ia juga mengeluh bahwa ia sering buang air kecil terutama pada
malam hari sejak 1 bulan yang lalu dan badan terasa makin kurus, padahal
sebelumnya berat badannya rata-rata 72 kg sekarang menjadi 65 kg, padahal nafsu
makannya bagus. Ia pun merasa cepat lelah dan sering kesemutan. Sebelumnya
terdapat riwayat hipertensi sejak 10 tahun yang lalu, namun minum obat tidak
teratur.
● Pada pemeriksaan fisik: dalam batas normal.
● Pada pemeriksaan laboratorium: gula darah puasa dan 2 jam postpandrial
meningkat.
● Pemeriksaan urin: glukosa +2
Setelah diperiksa lebih lanjut, ternyata Bapak tersebut menderita Asma
Bronkiale dan Diabetes Mellitus tipe 2.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah bisa didapat sebagai
berikut
Skenario I

1. Jelaskan masalah Linda yang dapat disimpulkan dari cerita di atas!


2. Jelaskan kemungkinan apa saja yang menjadi penyebabnya!
3. Apa yang menyebabkan Linda terasa perih dan mual, getah pencernaan
apa yang berperan di sini?
4. Hormon apa yang berperan pada keadaan stres. Jelaskan peranan hormon
tersebut secara biokimia dan fisiologi!

Skenario II :

1. Memahami anatomi dan fisiologi sistem respirasi.


2. Mengetahui otot-otot yang berperan dalam inspirasi, ekspirasi, inspirasi
paksa, dan ekspirasi paksa.
3. Memahami cara pengangkutan gas.
4. Memahami anatomi dan fungsi ginjal.
5. Memahami proses pembentukan urin.
6. Memahami yang dimaksud dengan filtrasi.
7. Mengetahui transport maksimal dan batas ambang ginjal dan nilainya
untuk glukosa.
8. Memahami regulasi cairan dan elektrolit di ginjal.
9. Memahami ekskresi protein dari ginjal.
10. Mengetahui zat-zat yang direabsorpsi oleh ginjal.
11. Mengetahui kelainan ginjal yang berhubungan dengan hipertensi.
12. Memahami goyangnya gigi karena demineralisasi tulang.

2
1.3 Tujuan

Berkaitan dengan rumusan masalah yang telah ada, tujuan dari penulisan ini
adalah sebagai berikut :

Skenario I

1. Mengetahui masalah Linda yang dapat disimpulkan dari cerita di atas.


2. Memahami kemungkinan yang menjadi penyebabnya.
3. Memahami penyebab Linda merasa perih dan mual, getah pencernaan
yang berperan.
4. Memahami hormon yang berperan pada keadaan stres secara biokimia
dan fisiologi.

Skenario II

1. Memahami anatomi dan fisiologi sistem respirasi.


2. Mengetahui otot-otot yang berperan dalam inspirasi, ekspirasi, inspirasi
paksa, dan ekspirasi paksa.
3. Memahami cara pengangkutan gas.
4. Memahami anatomi dan fungsi ginjal.
5. Memahami proses pembentukan urin.
6. Memahami yang dimaksud dengan filtrasi.
7. Mengetahui transport maksimal dan batas ambang ginjal dan nilainya
untuk glukosa.
8. Memahami regulasi cairan dan elektrolit di ginjal.
9. Memahami ekskresi protein dari ginjal.
10. Mengetahui zat-zat yang direabsorpsi oleh ginjal.
11. Mengetahui kelainan ginjal yang berhubungan dengan hipertensi.
12. Memahami goyangnya gigi karena demineralisasi tulang.

3
BAB II
PEMBAHASAN
Skenario I

2.1.1 Jelaskan masalah linda yang dapat disimpulkan dari cerita di atas!
Sebelum ujian, Linda merasa panik dan nyeri pada lambungnya
merupakan efek dari hormon kortisol yang disekresi secara berlebihan. Hormon
kortisol juga sering disebut sebagai "hormon stress”. Penyebab yang mungkin
terjadi adalah karena linda merasa cemas, panik, atau stres sehingga tubuh akan
mengartikannya sebagai sebuah suatu ancaman. Sebagai reaksi, tubuh
melakukan beberapa mekanisme sebagai respon stress yang disebabkan oleh
stressor. Salah satunya ialah kelenjar keringat akan memicu produksi keringat
meskipun suhu tubuh atau udara sekitar tidak meningkat. Keringat yang muncul
saat stres akan diproduksi oleh kelenjar keringat apokrin yang berbeda dengan
kelenjar ekrin yang bertugas untuk memproduksi keringat untuk mengatur suhu
tubuh. Begitupun untuk gejala mual dan sakit perut linda. Saraf sensorik akan
bereaksi dengan menyesuaikan produksi asam lambung.
Saat Linda merasa gugup, tubuh juga akan memproduksi hormon
katekolamin dan adrenalin dalam darah. Hormon ini berfungsi untuk
menyiapkan tubuh agar bisa bekerja lebih keras untuk menghadapi ancaman.
Akibatnya, beberapa fungsi tubuh yang dianggap kurang berperan dalam
melindungi diri akan diistirahatkan, salah satunya adalah sistem pencernaan.
Hormon yang diproduksi saat gugup akan melepas simpanan lemak dan glukosa
secara tiba-tiba sehingga kadar asam dan enzim dalam perut menjadi kacau.
Inilah yang menyebabkan Linda merasa mual.
Saat menghadapi suatu ancaman, beberapa otot akan berkontraksi dan
tubuh jadi menegang dan bersiap-siap untuk menghadapi ancaman tersebut. Otot
perut akan turut berkontraksi dan mengencang. Hal ini berisiko menekan perut
sehingga muncul rasa mual seperti ingin memuntahkan sesuatu. Berbagai reaksi
fisik ini bersifat spontan dan kita tidak bisa mengendalikan atau menghentikan

4
proses bertahan tubuh dari ancaman, meskipun ancaman yang dihadapi bersifat
psikologis dan bukan fisik.
Berdasarkan sumber dari Harvard Health Publishing, saat tubuh
mengalami stres, gugup atau panik, proses pencernaan akan melambat atau
berhenti. Sehingga seluruh energi internal tubuh difokuskan untuk menghadapi
ancaman atau gangguan psikologis tersebut. Identifikasi penyebab sakit perut ini
dikenal dengan nama nervous stomach yang bisa disebabkan oleh stres atau
gugup. Hal inilah yang mempengaruhi adanya gangguan pada perut seperti sakit
perut, perut kembung, bersendawa, perut terasa perih, tiba-tiba merasa ingin
buang air besar atau kecil, mual, dan mulas. Nervous stomach tidak bisa
dikategorikan sebagai penyakit tertentu. Pada seseorang yang sedang merasa
tertekan baik oleh stres, panik, atau gugup, otak akan menstimulasi keluarnya
asam lebih banyak ke dalam perut.
Masalah lain dapat berupa Irritable bowel syndrome (IBS). IBS adalah
gangguan jangka panjang pada sistem pencernaan yang umum terjadi. Penyakit
ini menyerang usus besar untuk jangka waktu yang lama, dengan gejala yang
kambuh dari waktu ke waktu.
IBS lebih sering dialami oleh wanita dewasa muda yang berusia kurang
dari 50 tahun. Saat kambuh, IBS bisa terjadi selama beberapa hari atau bisa juga
beberapa bulan, dan keadaan ini dapat dipicu oleh stres, makanan tertentu, atau
perubahan hormon.

5
2.1.2 Jelaskan kemungkinan apa saja yang menjadi penyebabnya!

Faktor penyebabnya adalah :

A. Gastritis

Gambar 2.2.1 Gastritis

Penyakit Gastritis merupakan peradangan mukosa lambung atau


pada dinding lambung yang dapat bersifat akut, kronik, difus atau lokal
dengan gejala yang berbeda-beda dirasakan oleh tiap pasien termasuk tidak
menimbulkan gejala apapun. Gejala yang ditimbulkan yaitu nyeri panas
atau perih yang dirasakan pasien pada bagian perut, perut kembung, mual,
muntah, dan hilangnya nafsu makan. Penyebab umum gastritis adalah
mengonsumsi obat-obatan anti-nyeri seperti aspirin atau obat antiradang
non-steroid (NSAID), sering mengkonsumsi alkohol, infeksi perut yang
disebabkan oleh bakteri Helicobacter pylori, penyakit autoimun seperti
anemia parah, refluks cairan empedu menuju lambung, penyalahgunaan
kokain dan stress

6
B. GERD (Gastroesophageal Reflux Disease)

Gambar 2.2.2 GERD

GERD atau lebih dikenal dengan penyakit asam lambung yaitu


kondisi akibat naiknya asam lambung menuju esofagus. Hal ini disebabkan
karena tidak berfungsinya LES (Lower Esophageal Sphincter). LES
berfungsi sebagai pintu otomatis yang akan terbuka ketika makanan atau
minuman turun ke lambung. Setelah makanan masuk, LES akan menutup
untuk mencegah asam lambung dan makanan yang ada di lambung tidak
naik kembali ke esofagus. Jika LES longgar dan tidak menutup dengan
baik, asam lambung bisa keluar dari perut dan menyebabkan penyakit asam
lambung. Longgarnya LES dapat disebabkan karena kegemukan. Hal ini
disebabkan oleh tekanan dari lambung yang terlalu tinggi sehingga dapat
menyebabkan melemahnya otot LES.

Perbedaan gastritis dan GERD

i) Gastritis

Asam lambung berlebih karena bakteri/makanan tapi tidak


menyebar ke daerah tubuh lain.

Gejala :

1. Sering begah dan bersendawa

2. Mual dan bisa sampai muntah

7
3. Feses berwarna gelap

4. Anemia

5. Nyeri perut/ulu hati

6. Susah tidur

ii) GERD :

Asam lambung yang naik sampai ke kerongkongan karena otot


di tenggorokan tidak berfungsi optimal dan melukai kerongkongan

Gejala :

1. Sering begah ( kembung ) dan sendawa

2. Mual dan bisa sampai muntah

3. Nyeri di sekitar dada

4. Sering sesak nafas

5. Kerongkongan sakit dan perih

6. Ada rasa asam di perut

C. Gangguan Psikosomatik

Pada umumnya, psikosomatik bisa diartikan sebagai penyakit atau


keluhan fisik yang disebabkan maupun diperburuk oleh pengaruh faktor
mental pada diri seseorang. Psikosomatik biasanya berawal dari masalah
psikologis, seperti takut, stres, depresi, atau cemas. Yang memicu
munculnya beragam gejala fisik seperti pada kasus Linda yaitu jantung
berdebar cepat,sakit perut berkeringat dingin dan terasa mual. Gejala-gejala
fisik ini timbul akibat adanya peningkatan aktivitas impuls atau rangsangan
saraf dari otak menuju berbagai bagian tubuh. Selain itu, pelepasan
adrenalin (epinefrin) ke dalam pembuluh darah yang sering muncul saat
kita gelisah.

8
Orang yang mengalami psikosomatis mungkin akan sulit
membedakan apakah penyakit yang diderita itu psikosomatis atau
disebabkan oleh gangguan biasa, apalagi jika masalah emosi atau pikiran
penyebab sakit itu tidak disadari, namun gejalanya terus berlangsung.

D. Peningkatan Hormon Adrenalin

Hormon adrenalin dihasilkan oleh kelenjar adrenal yang terletak di


bagian atas ginjal, membantu menstabilkan tekanan darah yang sehat.
Kelenjar ini akan meningkatkan produksi hormon adrenalin ketika kita
dalam keadaan takut, cemas, atau tertekan. Hal ini menyebabkan otak dan
jantung mendapatkan tambahan darah, dan akhirnya memompa darah lebih
cepat. Akibatnya, tekanan darah seseorang menjadi lebih tinggi bahkan bisa
menyebabkan hipertensi.

E. Hormon Epinefrin dan hormon Kortisol

Hormon epinefrin

Fungsi hormon ini mengatur metabolisme glukosa terutama disaat


stres. Hormon epinefrin timbul sebagai stimulasi otak, menjadi was-was
dan siaga. Dan secara tidak langsung akan membuat indra kita menjadi
lebih sensitif untuk bereaksi. Stres dapat meningkatkan produksi kelenjar
atau hormon epinefrin. Sebenarnya, jika tidak berlebihan, hormon bisa
berakibat positif, lebih terpacu untuk bekerja atau membuat lebih fokus.
Tetapi, jika hormon diproduksi berlebihan akibat stres yang
berkepanjangan, akan terjadi kondisi kelelahan bahkan menimbulkan
depresi. Penyakit fisik juga mudah berdatangan, akibat dari darah yang
terpompa lebih cepat, sehingga mengganggu fungsi metabolisme dan
proses oksidasi di dalam tubuh.

9
Hormon kortisol

Hormon ini mempunyai fungsi sangat penting dalam kemampuan


seseorang untuk menghadapi stressor yang menyebabkan stres. Jumlah
hormon kortisol ini dapat menunjukan apakah seseorang sedang
mengalami stres atau tidak. Jika seseorang mengalami stres terus-
menerus makan jumlah hormon kortisolnya sering berubah, perubahan
tersebut mempengaruhi jumlah dan fungsi sel-sel kekebalan tubuh
seseorang. Pada saat inilah seseorang mudah terserang penyakit atau
menyebabkan timbulnya penyakit.

2.1.3 Apa yang menyebabkan Linda terasa perih dan mual, getah pencernaan
apa yang berperan di sini?

Yang menyebabkan Linda terasa perih dan mual karena zat yang
menginhibisi seksresi asam pada lambung Linda. Kerja berat, pikiran tegang,
tidak tenang dan bahkan kurang tidur dapat menyebabkan kadar asam lambung
yang tinggi. Linda juga mengalami stress yang dapat merangsang sinyal-sinyal
sehingga asam lambung yang meningkat itu menyebabkan maag.

Maag adalah salah satu penyakit karena lambung kita kelebihan zat asam
lambung, sehingga mengakibatkan iritasi pada selaput lendir di dalam lambung.
Zat asam lambung memang diperlukan oleh tubuh manusia untuk membantu
pencernaan makanan yang masuk ke dalam lambung.

Akan tetapi, zat asam lambung tersebut dapat mengalami kelebihan, jika
beberapa faktor, terutama faktor pola makan kita. Apabila pola makan kita tidak
teratur dan makanan yang kita makan tidak sehat, itu dapat meningkatkan zat
asam pada lambung, yang berakibat pada timbulnya iritasi tersebut atau sakit
maag. Pada dasarnya, serangan maag terjadi karena adanya asam lambung (HCl)
berlebih yang naik ke bagian esophagus, yaitu saluran yang menghubungkan
kerongkongan dengan lambung.

10
Maag dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Pola makan yang tidak
teratur, yaitu waktu makan terlalu cepat atau waktu makan telat. Hal tersebut
menjadi salah satu penyebab terjadinya sakit maag. Selain itu, dari makanan juga
dapat menimbulkan sakit maag. Misalnya, memakan makanan yang tidak sehat,
makanan pedas dan berminyak, mengonsumsi alkohol dan alhohol, dan lain
sebagainya. Stres juga dapat mengakibatkan terjadinya sakit maag. Selain zat
asam lambung, penyakit maag juga dapat disebabkan oleh bakteri Helicobacter
pylori, yaitu organisme renik. Ketika zat asam lambung tinggi, bakteri lain akan
mati, tapi bakteri Helicobacter pylori tidak mati, bahkan bertahan hidup dan
berkembang biak. Bakteri Helicobacter pylori adalah bakteri yang tahan asam
yang dapat hidup di pH 2 sampai 4. Jadi, bakteri ini tidak akan mati, ketika zat
asam lambung tinggi. Bakteri ini dapat membuat dinding lambung iritasi,
sehingga mengakibatkan lambung mengalami peradangan dan luka. Jadi, akan
terasa perih di bagian ulu hati bagi orang yang mengalaminya.

Dalam keadaan normal, asam lambung yang pada dasarnya berperan


dalam proses pencernaan makanan, secara kimiawi terdapat dalam lambung
tepat di bagian bawah saluran esophagus (esophageal sphincter). Naiknya asam
lambung kembali ke bagian esophagus dipicu oleh adanya proses relaksasi atau
melemahnya otot-otot esophageal sphincter tersebut. Adapun pelemahan otot-
otot ini seringkali disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya adalah sebagai
berikut:

- Adanya rangsangan zat-zat tertentu yang terdapat pada makanan-


makanan pedas, pada minuman beralkohol, dan pada rokok.
- Adanya rangsangan zat-zat tertentu yang terdapat pada obat-obatan,
misalnya obat untuk penyakit asma.
- Adanya tekanan berlebih pada bagian perut, misalnya karena makan yang
berlebihan, kelebihan berat badan, dan adanya bayi yang menekan
lambung pada ibu-ibu hamil.

11
Keadaan naiknya asam lambung kembali ke esophagus yang di antaranya
dipicu oleh beberapa faktor di atas dapat menimbulkan rasa tidak nyaman di
lambung yang diikuti dengan gejala-gejala, seperti yang telah diuraikan di atas.
Pada keadaan yang kronis, maag lambung dapat menimbulkan rasa perih yang
luar biasa. Oleh karena itu, kita perlu mencegah terjadinya gangguan maag
lambung ini lebih dini.

Getah pencernaan adalah sekresi dari saluran pencernaan yang memecah


makanan. Untuk menghancurkan makanan menjadi unit-unit kecil berupa zat-
zat gizi yang dapat diabsorpsi tubuh, diperlukan getah-getah pencernaan. Getah
pencernaan disekresikan oleh organ-organ yang berbeda, bervariasi dalam
komposisi kimia, dan memainkan peran yang berbeda dalam proses pencernaan.

Getah pencernaan yang berperan pada kasus ini adalah getah lambung.
Getah lambung terdiri dari sebagian besar air, garam organik, mukus, HCl,
pepsinogen.

Keasaman getah lambung bervariasi sesuai jenis pakannya, umumnya


sekitar 0,1 N atau pH 2. Keadaan ini berguna untuk mengaktifkan pepsinogen
menjadi pepsin. Pepsin bekerja pada ikatan peptida dari asam amino fenilalanin,
triptofan dan tirosin. Disamping itu pepsin mempunyai kemampuan untuk
menggumpalkan susu seperti halnya renin. Hasil pencernaan protein di dalam
lambung terutama masih berupa polipeptida dan beberapa asam amino.

Penyebabnya bisa Infeksi bakteri,Infeksi Helicobacter pylori merupakan


penyebab utama timbulnya luka pada lapisan lambung.

1. Sekresi Lambung
Selain sel-sel yang menyekresi mukosa yang mengelilingi seluruh
permukaan lambung, mukosa lambung, mukosa lambung mempunyai
2 tipe kelenjar yang penting
- Kelenjar Oksintik (gastrik) yang menyekresi asam
hidroklorida, pepsinogen, faktor intrinsik dan mukus.

12
- Kelenjar pilorik, menyekresi hormon gastrin, pepsinogen dan
mukus.
2. Fase Sekresi Lambung
- Fase Sefalik, timbul sebelum makanan masuk ke lambung.
Timbul dari melihat, membaui, membayangkan atau
mengecap makanan.
- Fase Gastrik, begitu makanan masuk, akan merangsang
refleks vasovagal -> sekresi getah lambung
- Fase intestinal, karena keberadaan makanan di atas usus halus.
Konsumsi obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS)
Konsumsi ibuprofen, diclofenac, atau meloxicam secara berlebihan
dapat menyebabkan iritasi atau peradangan pada jaringan lambung hingga
menimbulkan luka.

2.1.4 Hormon yang berperan dalam keadaan stress

Tubuh bereaksi terhadap stres dengan mengeluarkan dua jenis zat kimia
pembawa pesan, yakni hormon dalam darah dan neurotransmitter di sistem saraf.
Stres dapat didefinisikan sebagai kondisi dimana tuntutan yang harus dipenuhi
melebihi kemampuan yang ada pada objek (Cance et al. 1994). Stres dapat juga
diartikan sebagai suatu kondisi yang menunjukkan perubahan sebagai akibat
merespon suatu stresor. Stress bersifat konstan dan terus menerus mempengaruhi
kerja kelenjar adrenal dan tiroid dalam memproduksi hormon.
Hormon utama yang terlibat dalam respon terhadap stress adalah aktivasi
dari sistem CRH-ACTH-cortisol. Setiap jenis respon tubuh yang berupa stres,
baik stres fisik maupun stres psikis dapat meningkatkan sekresi ACTH yang pada
akhirnya dapat meningkatkan kadar kortisol. Peningkatan sekresi kortisol ini
seringkali dapat mencapai sampai 20 kali. Peran kortisol dalam membantu badan
mengatasi stress, terkait dengan efek metabolik. Kortisol berperan dalam
membantu menjaga keseimbangan cairan dan tekanan darah sambil mengatur
kerja fungsi organ-organ yang terlibat dan tidak terlibat dalam respon terhadap
ancaman. Efek pengaturan ini bermaksud supaya tubuh lebih efektif dalam
distribusi energi, contoh sistem kekebalan dan pencernaan yang tidak
diutamakan.

13
Kelenjar Adrenal yang menyebabkan hipotalamus menghasilkan dan
melepaskan CRH kedalam sistem aliran darah portal hipotalamus-hipofisis, CRH
menyebabkan hipofisis anterior mengeluarkan ACTH. ACTH juga mempunyai
peran dalam penanganan stress. Peningkatan ACTH dalam stress psikososial
dapat membantu tubuh untuk lebih siap mengatasi stressor yang serupa di masa
mendatang.
Selain sistem CRH-ACTH-cortisol, beberapa sistem hormon lain
berperan dalam respon stress.
1. Epinefrin, norepinefrin dan glukagon meningkat saat stress, produksi
insulin ditekan, sehingga terjadi peningkatan kadar gula dalam darah. Jika
produksi insulin tidak ditekan, peningkatan gula darah akan sulit untuk
dipertahankan. Epinefrin diproduksi oleh kelenjar adrenal, juga berperan
dalam respon fight or flight dengan meningkatkan aliran darah ke otot,
output jantung, dan respon pelebaran pupil.
2. Perubahan volume dan tekanan darah dari peningkatan aktivitas renin-
angiotensin-aldosteron dan vasopressin. Hormon-hormon ini
meningkatkan volume plasma dengan peningkatan retensi air. Diduga,
volume plasma yang meningkat adalah pengukuran protektif untuk
mempertahankan tekanan darah, jika terjadi kehilangan cairan plasma
karena hemorrag atau keringat yang berlebihan saat kedatangan sesuatu
ancaman.
Mekanisme respon tubuh terhadap stress diawali dengan adanya
rangsangan yang akan diteruskan pada sistem limbik sebagai pusat pengatur
adaptasi. Salah satu dari sistem limbik tersebut adalah hipotalamus. Hipotalamus
lalu mengaktifkan sistem saraf simpatis, lalu sistem saraf simpatis akan memberi
sinyal ke medulla adrenal untuk melepas epinefrin dan norepinefrin ke aliran
darah. Hipotalamus juga akan melepas CRH (corticotrophin releasing hormone)
yang memacu kelenjar hipofisis anterior untuk memproduksi ACTH
(adrenocorticotrophic hormone). ACTH ini selanjutnya akan merangsang
korteks adrenal untuk melepas hormon glukokortikoid/kortisol.

14
Gambar 2.4.1 Sisem respon stress

Stres berkaitan dengan kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon


epinefrin. Sekresi hormon epinefrin pada manusia melalui peningkatan sistem
pernafasan mengakibatkan paru-paru bekerja lebih banyak. Akibatnya, selain
jantung yang berdebar lebih kencang, keseluruhan sistem tubuh seperti
pengeluaran keringat juga akan menjadi lebih banyak. Aliran darah di kulit akan
berkurang untuk dialihkan ke organ lain yang lebih penting sehingga orang-orang
yang mengalami stres biasanya mudah berkeringat, yang sering disebut sebagai
keringat dingin. Rangsangan sekresi hormon epinefrin bisa berupa stres fisik atau
emosional yang bersifat neurogenik. Hormon epinefrin akan mengirimkan lebih
banyak gula dan darah ke otak, sehingga membuat orang terasa lebih siaga akibat
tekanan darah yang meningkat dan jantung berdebar akan membuatnya lebih
waspada.

Stres dapat meningkatkan produksi kelenjar atau hormon epinefrin.


Sebenarnya, dalam kadar yang tepat hormon menimbulkan efek positif, yaitu
lebih orang akan menjadi lebih bersemangat dan fokus, khususnya dalam bekerja.
Tetapi, jika produksi hormon ini berlebihan akibat stres yang berkepanjangan,
biasanya orang akan terasa mudah kelelahan bahkan dapat menimbulkan depresi.

15
Hormon lain yang berperan dalam stres adalah hormon kortisol. Sekresi
kortisol dilakukan oleh korteks adrenal dan diatur oleh sistem umpan-balik
negatif yang melibatkan hipotalamus (bagian otak) dan hipofisis anterior. ACTH
dari kotikrop hipofisis anterior, bekerja melalui jalur cAMP, lalu merangsang
korteks adrenal untuk mensekresi kortisol. Kortisol bersifat tropik bagi zona
fasikulata dan zona retikularis, ACTH merangsang pertumbuhan dan sekresi
kedua lapisan dalam korteks pada ketiadaan sejumlah ACTH yang adekuat,
lapisan ini mengerut dan sekresi kortisol menurun secara drastis. Kemudian yang
mempertahankan ukuran zona glomerulosa adalah angiotensin, bukan ACTH.
Kelenjar hipofisis anterior nantinya hanya mengeluarkan produknya atas perintah
corticotropin-releasing hormone (CRH) dari hipotalamus. CRH merangsang
kortikotrop melalui jalur cAMP. Lengkung kontrol untuk balik menjadi lengkap
oleh efek inhibisi kortisol pada sekresi CRH dan ACTH masing-masing oleh
hipotalamus dan hipofisis anterior. Sistem umpan-balik negatif untuk kortisol
mempertahankan kadar sekresi hormon ini relatif konstan di sekitar titik patokan.
Pada kontrol umpan-balik negatif dasar ini terdapat dua faktor tambahan yang
mempengaruhi konsentrasi kortisol plasma dengan mengubah titik patokan:
irama diurnal dan stres, keduanya bekerja pada hipotalamus untuk mengubah
tingkat sekresi CRH.

Kortisol berperan penting dalam metabolisme karbohidrat, lemak, dan


protein; memiliki efek permisif signifikan bagi aktivitas hormon lain; dan
membantu seseorang menahan stres. Kortisol melakukan peran-peran sebagai
berikut:

● Kortisol merangsang glukoneogenesis di hati, yaitu perubahan


sumber-sumber non-karbohidrat (yaitu asam amino) menjadi
karbohidrat. Ketika tidak ada nutrien baru yang diserap ke dalam
darah untuk digunakan dan disimpan, glikogen (glukosa simpanan) di
hati cenderung berkurang karena diuraikan untuk membebaskan
glukosa ke dalam darah. Glukoneogenesis adalah faktor penting untuk

16
mengganti simpanan glikogen hati dan karenanya mempertahankan
kadar glukosa darah tetap normal di antara waktu makan.

Hal ini esensial karena otak hanya dapat menggunakan glukosa sebagai bahan
bakar metabolik, tetapi jaringan saraf sama sekali tidak dapat menyimpan
glikogen. Karena itu, konsentrasi harus dipertahankan pada tingkat yang sesuai
agar otak yang bergantung pada glukosa mendapat nutrien yang memadai.
Kortisol menghambat penyerapan dan pemakaian glukosa oleh banyak jaringan,
kecuali otak, sehingga glukosa tersedia bagi otak.
Gambar 2.4.2 Skema peran hormon Kortisol

● Kortisol merangsang penguraian protein di banyak jaringan terutama


pada otot. Dengan menguraikan sebagian protein otot menjadi
konstituennya sehingga meningkatkan kadar asam amino dalam

17
darah. Asam-asam amino yang dimobilisasi ini tersedia untuk
glukoneogenesis atau perbaikan jaringan yang rusak.
● Kortisol mempermudah lipolisis, penguraian simpanan lemak (lipid)
pada jaringan adiposa sehingga asam-asam lemak dibebaskan ke
dalam darah. Asam-asam lemak yang dimobilisasi ini tersedia sebagai
bahan bakar metabolik alternatif bagi jaringan yang dapat
menggunakan sumber energi ini sebagai pengganti glukosa.

18
Skenario II

2.2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Respirasi

Anatomi
Sistem respirasi secara garis besar terdiri dari bagian konduksi yang terdiri dari:
1. Cavum nasi
Tersusun atas tulang dan tulang rawan hialin, permukaan luarnya dilapisi
kulit dengan kelenjar sebasea dan kelenjar sudorifera.
2. Nasofaring
Terdapat disebelah belakang rongga hidung yang terhubung dengan faring
melalui dua lubang yang disebut choanae. choanae bagian depan merupakan
saluran pernafasan ( nasofaring ) dan bagian belakang merupakan saluran
pencernaan ( orofaring )
3. Larynx
Terdapat tulang rawan yang kita kenal dengan epiglotis yang terletak diujung
bagian pangkal laring.
4. Trachea
Tenggorokan berupa pipa panjang kurang lebih 10 cm, dikelilingi oleh cincin
tulang rawan berbentuk U
5. Bronchus
bronchus merupakan percabangan dari trachea yang dapat dibedakan menjadi
:
A. Bronchus principalis
Untuk setiap paru paru, ada dua bronchus principalis yaitu bronchus
dexter dan bronchus sinister
B. Ramus bronchialis
Terbagi pada setiap lobus, pada lobus dexter ada 3 bronchi
lobaris dan pada lobus sinister ada 2 bronchi lobaris

C. Bronchus segmentorum

19
Untuk setiap segmentanya , pada pulmo dexter 10 Bps dan
pulmo sinister 8 Bps ( broncho-pulmonary)
6. Bronchiolus penghantar
7. Bronchiolus terminalis
8. Bronchiolus respiratorii
Terdapat duktus alveolar dan sacculi alveolares

Gambar 2.1.1 Sistem Respirasi

Fisiologi

Respirasi/pernapasan adalah usaha tubuh untuk memenuhi kebutuhan O 2

untuk proses metabolisme dan mengeluarkan CO sebagai hasil metabolisme


2

dengan perantara organ paru dan saluran napas bersama kardiovaskuler. Respirasi
dalam tubuh dibagi menjadi dua yaitu, respirasi internal atau seluler (proses
metabolisme intrasel dalam mitokondria yang menggunakan O dan menghasilkan
2

CO ) dan respirasi eksternal (pertukaran O dan CO antara lingkungan eksternal


2 2 2

dan sel tubuh).

20
Sistem pernapasan ikut berperan dalam menjaga tubuh dalam keadaan
homeostatis yaitu dengan adanya pertukaran oksigen dan karbondioksida
antara udara dan darah. Pernapasan atau ventilasi adalah proses pergerakan udara
masuk-keluar paru-paru secara berkala sehingga udara yang telah mengalami
pertukaran oksigen dan karbondioksida diganti dengan udara atmosfer segar oleh
darah kapiler paru-paru. Inspirasi merupakan proses aktif, sedangkan ekspirasi
adalah proses pasif.

Gambar 2.1.1. Inspirasi dan Ekspirasi

A. Respirasi Internal atau Seluler


Respirasi internal merupakan proses metabolisme intrasel yang
berlangsung dalam mitokondria, dimana oksigen digunakan anne-marie
bondi oksida dihasilkan selama penyerapan energi dari molekul nutrien.

21
B. Respirasi Eksternal
Respirasi eksternal merupakan seluruh rangkaian kejadian pertukaran
oksigen dan karbondioksida antara lingkungan eksternal dan sel
tubuh.Proses Respirasi eksternal dibagi menjadi empat tahap yaitu:

1. Ventilasi

Pertukaran udara antara udara luar dan udara dalam alveolus melalui
ruang rugi anatomik yaitu saluran napas mulai dari trakea sampai
bronkiolus terminalis. Laju dipengaruhi oleh penyesuaian kebutuhan
metabolisme tubuh untuk menyerap O2 dan menghasilkan CO2.

2. Difusi

Pertukaran O dan CO antara udara alveolus dengan darah di dalam


2 2

pembuluh kapiler paru serta antara pembuluh kapiler jaringan


dengan sel-sel jaringan, dari tempat bertekanan tinggi ke bertekanan
rendah.

3. Perfusi

Proses pengangkutan O dan CO oleh sistem peredaran darah, dari


2 2

paru ke jaringan dan sebaliknya.

4. Pertukaran O2 dan CO2 terjadi antara jaringan dan darah melalui


proses difusi melintasi kapiler sistemik (jaringan).

Fisiologi ventilasi paru


Masuk dan keluarnya udara antara atmosfer dan alveoli paru. Pergerakan
udara ke dalam dan keluar paru disebabkan oleh:

1. Tekanan pleura : tekanan cairan dalam ruang sempit antara pleura


paru dan pleura dinding dada. Tekanan pleura normal sekitar -5 cm
H O,
2 yang merupakan nilai isap yang dibutuhkan untuk
mempertahankan paru agar tetap terbuka sampai nilai istirahatnya.
2. Tekanan alveolus : tekanan udara di bagian dalam alveoli paru. Ketika
glotis terbuka dan tidak ada udara yang mengalir ke dalam atau keluar

22
paru, maka tekanan pada semua jalan nafas sampai alveoli, semuanya
sama dengan tekanan atmosfer (tekanan acuan 0 dalam jalan nafas)
yaitu tekanan 0 cm H O2

3. Tekanan transpulmonal : perbedaan antara tekanan alveoli dan


tekanan pada permukaan luar paru, dan ini adalah nilai daya elastis
dalam paru yang cenderung mengempiskan paru pada setiap
pernafasan, yang disebut tekanan daya lenting paru-paru.
4. Pertukaran O2 dan CO2 terjadi antara jaringan dan darah melalui
proses difusi melintasi kapiler sistemik (jaringan).

Sewaktu melewati paru, darah mengambil O2 dan menyerahkan CO2 dengan


difusi menuruni gradien tekanan parsial yang terdapat antara darah dan alveolus.
Ventilasi secara terus-menerus mengganti O2 alveolus dan mengeluarkan CO2
sehingga gradien tekanan parsial antara darah dan alveolus dipertahankan. Darah
yang masuk ke kapiler paru adalah darah vena sistemik yang dipompa ke dalam
paru melalui arteri-arteri paru. Darah ini, yang baru kembali dari jaringan tubuh,
relatif kekurangan O2 dan relatif kaya akan CO2.

Gambar 2.1.2 Respirasi Internal dan Eksternal

23
Pengaturan aktivitas pernafasan

Baik peningkatan PCO atau konsentrasi H darah arteri maupun penurunan PO akan
2
+
2

memperbesar derajat aktivitas neuron pernafasan di medulla oblongata, sedangkan


perubahan ke arah yang berlawanan mengakibatkan efek inhibisi ringan. Pengaruh
perubahan kimia darah terhadap pernafasan berlangsung melalui kemoreseptor
pernafasan di glomus karotikum dan aortikum serta sekumpulan sel di medulla
oblongata maupun di lokasi lain yang peka terhadap perubahan kimiawi dalam darah.
Reseptor tersebut membangkitkan impuls yang merangsang pusat pernafasan.
Bersamaan dengan dasar pengendalian pernafasan kimiawi, berbagai aferen lain
menimbulkan pengaturan non-kimiawi yang memengaruhi pernafasan pada keadaan
tertentu.

Fisiologi kendali persarafan pada pernafasan


Terdapat dua mekanisme neural terpisah bagi pengaturan pernafasan.

1. Mekanisme yang berperan pada kendali pernafasan volunter. Pusat volunter


terletak di cortex cerebri dan impuls dikirimkan ke neuron motorik otot
pernafasan melalui jaras kortikospinal.
2. Mekanisme yang mengendalikan pernafasan otomatis. Pusat pernafasan otomatis
terletak di pons dan medulla oblongata, dan keluaran eferen dari sistem ini
terletak di rami alba medulla spinalis di antara bagian lateral dan ventral jaras
kortikospinal.

2.2.2 Otot-otot yang Berperan dalam Inspirasi, Ekspirasi, Inspirasi Paksa, dan
Ekspirasi Paksa
Pada saat proses inspirasi (ketika udara masuk ke paru-paru), otot antar tulang
rusuk berkontraksi dan terangkat sehingga volume rongga dada bertambah besar
seperti yang terlihat pada gambar 2.2.1 A, sedangkan tekanan rongga dada menjadi
lebih kecil dari tekanan udara luar. Sehingga udara mengalir dari luar ke dalam paru-
paru (Pramitra, 2006). Sedangkan, pada saat proses ekspirasi (ketika udara keluar

24
dari paru-paru), otot antar tulang rusuk akan kembali ke posisi semula (relaksasi),
sehingga volume rongga dada akan mengecil sedangkan tekanannya membesar
seperti yang terlihat pada gambar 2.2.1 B.

Gambar 2.2.1 Aksi dari otot respirasi: (A) Inhalasi: diafragma berkontraksi,
otot interkostal eksternal menarik tulang rusuk ke atas, paru-paru
mengembang; (B) Ekshalasi: diafragma relaksasi, tulang rusuk turun ke
bawah dan otot interkostal eksternal relaksasi, paru-paru menyusut (Ganong,
2005)

Otot skelet selain berfungsi sebagai pembentuk dinding dada juga berfungsi
sebagai otot pernapasan. Menurut kegunaannya, otot-otot pernafasan dibedakan
menjadi otot untuk inspirasi, dimana otot inspirasi terbagi menjadi otot inspirasi
utama dan tambahan, serta otot untuk ekspirasi tambahan (Djojodibroto, 2009) :
1) Otot inspirasi utama (principal) yaitu:
a. Musculus intercostalis externus
b. Musculus intercartilaginus parasternal
c. Musculus diafragma.
2) Otot inspirasi tambahan (accessory respiratory muscle) sering juga disebut sebagai
otot bantu nafas terdiri dari:

25
a. Musculus sternocleidomastoideus yang berfungsi mengangkat sternum ke
superior
b. Musculus scalenus anterior
c. Musculus scalenus medius
d. Musculus scalenus posterior
e. m. serratus anterior berfungsi mengangkat sebagian besar costa

Saat pernafasan biasa (quiet breathing), untuk ekspirasi tidak diperlukan


kegiatan otot, cukup dengan daya elastis paru saja udara di dalam paru akan keluar
saat ekspirasi berlangsung. Namun, ketika seseorang mengalami serangan asma,
seringkali diperlukan active breathing, dimana dalam keadaan ini untuk ekspirasi
diperlukan kontribusi kerja otot-otot sebagai berikut (Djojodibroto, 2009) :
a. Musculus intercostalis internus berfungsi menarik rongga toraks ke bawah.
b. Musculus intercartilagius parasternal
c. Musculus rectus abdominis yang berfungsi memberikan efek tarikan ke arah
inferior yang sangat kuat terhadap costa bagian bawah, pada saat yang bersamaan
otot ini dan otot abdominal lain menekan isi abdomen ke arah diafragma
d. Musculus oblique abdominus externus
Otot-otot untuk ekspirasi juga berperan untuk mengatur pernafasan saat
berbicara, menyanyi, batuk, bersin, dan untuk buang air besar serta saat persalinan.

Otot-otot yang berfungsi dalam bernafas adalah sebagai berikut:


1.M.interkostalis eksternus(antar iga luar) yang mengangkat masing-masing iga
2.M.sternocleidomastoid yang mengangkat sternum (tulang dada)
3.M.Scalenus yang mengangkat iga teratas
4.M.Intercostalis internus(antar iga dalam) yang menurunkan iga-iga

26
Gambar 2.2.2 otot pernafasan
Pernapasan Otot bantu napas adalah otot yang berkontraksi membantu
proses bernapas, terbagi menjadi otot bantu inspirasi dan otot bantu ekspirasi.
Otot bantu inspirasi meliputi otot bantu inspirasi ritmis dan otot bantu
inspirasi paksa (force inspiration). Otot bantu ekspirasi hakikatnya hanya
berkontraksi jika dibutuhkan saat ekspirasi paksa saja (force expiration). Otot
bantu inspirasi ritmis telah dibahas pada bagian sebelum ini (baca inspirasi vs
ekspirasi). Otot bantu inspirasi paksa berkontraksi atas stimulasi ventral
respiratory group (VRG) medulla oblongata. Stimulasi terjadi sebagai bentuk
respon terhadap 2 kondisi patologis utama, yaitu: hipercapnea dan hipoksia.
Hipercapnea adalah kondisi yang ditandai dengan peningkatan PCO2 darah
(PCO2 darah normal : 35-‐45 mmHg). Hipoksia adalah kondisi yang ditandai
dengan penurunan PO2 darah atau SaO2 jaringan (hipoksia bila PO2 < 60
mmHg dan SaO2 < 90%). Respon terhadap hypercapnia lebih cepat
dibandingkan

27
respon terhadap hipoksia. Otot bantu inspirasi paksa adalah m.
sternocleidomastoideus. Otot sternocleido mastoideus berinseri pada tulang dada
(sternum) dan tulang clavicula. Kedua tulang tersebut merupakan atap dari
rongga dada. Saat inspirasi terganggu, otot sternocleidomastoideus
berkontraksi mengangkat sternum dan clavicula ke atas untuk membantu
dinding dada terangkat. Kontraksi otot sternocleidomastoideus membantu
menciptakan tekanan negatif yang lebih besar di dalam paru dan memudahkan
aliran gas masuk. Kontraksi otot sternocleidomastoideus di kedua sisi (kanan
dan kiri) meninggalkan cekungan yang dalam pada area di antara dua clavicula
selama inspirasi berlangsung. Cekungan tersebut merupakan satu tanda retraksi
nafas (retraction mark). Otot bantu ekspirasi hakikatnya hanya berkontraksi
membantu ekspirasi paksa saja, karena selama ekspirasi ritmis aliran gas keluar
merupakan recoil 10 dari peristiwa inspirasi. Otot bantu ekspirasi berkontraksi
merespon stimulasi dari ventral respiratory group (VRG) medulla oblongata.
Kondisi hypercapnia merupakan stimulator yang kuat terhadap stimulasi otot
bantu ekspirasi. Obstruksi saluran nafas (terutama bagian bawah) menyebabkan
tertahannya gas keluar dari paru. Gas yang tertahan mengandung banyak CO2
sehingga PCO2 darah meningkat pada saat terjadi obstruksi. Salah satu contoh
obstruksi saluran napas yang menyebabkan hiperkapnia adalah asthma
bronchiale. Otot bantu ekspirasi antara lain : m. intercostalis interna dan m
rectus abdominis . Otot intercostalis interna berinsersi pada segmen costa yang
lebih superior (kebalikan otot intercostalis eksterna). Saat berkontraksi, otot
intercostalis interna menarik segmen costa yang lebih superior, menurunkan
dinding dada (yang semula terangkat saat inspirasi) dan menciptakan rongga
dada yang lebih sempit. Otot rectus abdominis saat berkontraksi mendorong
diafragma naik ke superior, menciptakan rongga dada yang lebih sempit dan
tekanan yang lebih besar. Otot rectus abdominis yang terlatih sangat membantu
aktivitas menyanyi, bersiul dan meniup. Kelumpuhan pada otot bantu napas
(baik inspirasi maupun ekspirasi) berpotensi menyebabkan kegagalan fungsi
respirasi. Penyakit yang menyerang saraf, seperti Guillain Barre Syndrome
(GBS) merupakan contoh penyakit infeksi virus yang menyebabkan kelumpuhan

28
pada otot bantu napas. Kerusakan pada medulla oblongata (terutama bagian
DRG) menyebabkan kelumpuhan total dari otot bantu napas sehingga berpotensi
menyebabkan kematian. Penekanan akibat massa (perdarahan atau tumor) pada
area medulla oblongata (terutama DRG) menyebabkan kegagalan fungsi regulasi
napas. Fungsi respirasi sangat ditunjang oleh fungsi ventilasi yang baik.
Ventilasi yang baik dapat tercipta berkat regulasi yang baik dari kontraksi otot
bantu napas, dinding dada, diafragma dan paru. Paru sebagai organ respirasi
utama hanya terdampak oleh kerja kontraksi.
Inspirasi (Penghirupan) Pada tahap tersebut terjadi akibat otot tulang rusuk
dan diafragma. Volume rongga dada dan paru-paru meningkat ketika diafragma
bergerak turun ke bawah dan sangkar tulang rusuk membesar. Kemudian tekanan
udara dalam paru-paru akan turun di bawah tekanan udara atmosfer dan udara akan
mengalir ke dalam paru-paru.
Ekspirasi (Pengembusan) Tahap pengembusan terjadi akibat otot tulang
rusuk dan diafragma berelaksasi. Volume rongga dada dan paru-paru mengecil ketika
diafragma bergerak naik dan sangkar tulang rusuk mengecil. Tekanan udara dalam
paru-paru akan naik melebihi tekanan udara atmosfer, dan udara akan mengalir
keluar dari paru-paru. Dilansir Encyclopaedia Britannica (2015), dalam mekanisme
pernapasan udara bergerak masuk dan keluar dari paru-paru sebagai respons terhadap
perbedaan tekanan. Ketika tekanan udara di dalam ruang tulang jatuh di bawah
tekanan atmosfer. Udara memasuki paru-paru (inspirasi), asalkan laring terbuka.
Ketika tekanan udara di dalam tulang melebihi tekanan atmosfer, udara yang
diembuskan dari paru-paru.

2.2.3 Cara pengangkutan gas

Mekanisme pertukaran gas O dan CO terjadi dalam dua tahap, yaitu


2 2

pertukaran gas antara udara luar dan kapiler darah disebut respirasi eksternal terjadi
di paru – paru. Selanjutnya, pertukaran gas dari aliran darah dengan sel – sel tubuh
yang disebut respirasi internal. Dibandingkan dengan udara yang dihirup atau yang

29
masuk ke paru – paru (udara atmosfer), udara alveoli memiliki lebih sedikit O dan
2

lebih banyak CO2. Hal ini disebabkan oleh dua hal. Pertama, pertukaran gas di
alveoli meningkatkan konsentrasi CO dan menurunkan O udara alveoli. Kedua,
2 2

ketika udara masuk melalui saluran pernapasan, udara tersebut dilembapkan.


Akibatnya, akan menyebabkan penurunan konsentrasi O . Sebaliknya, udara yang
2

dikeluarkan dari paru – paru mengandung lebih banyak CO dan lebih sedikit O
2 2

daripada udara alveoli.

Gambar 2.3.1
Keterangan gambar 2.3.1 : pertukaran gas terjadi antara sel tubuh dan darah
secara difusi. Oksigen digunakan sel dalam proses respirasi sel untuk membentuk
ATP.

30
A. Pengangkutan Oksigen

Dalam keadaan biasa, manusia membutuhkan sekitar 350 mL oksigen per


menit atau sekitar 500 liter per hari. Kebutuhan tersebut berbanding lurus dengan
volume udara inspirasi dan ekspirasi biasa, kecuali dalam keadaan tertentu saat
konsentrasi oksigen udara inspirasi berkurang atau sebab lain, misalnya konsentrasi
hemoglobin darah berkurang.Oksigen yang dibutuhkan berdifusi masuk ke darah
dalam kapiler darah yang menyelubungi alveolus. Selanjutnya, sebagian besar
oksigen diikat oleh sel darah merah (hemoglobin) untuk diangkut sel – sel jaringan
tubuh. Hemoglobin yang terdapat dalam butir darah merah atau eritrosit ini tersusun
oleh senyawa protein globin dan gugus hemin yang mengandung unsur besi (Fe).
Besi inilah yang sesungguhnya berikatan dengan oksigen. Setiap hemoglobin dapat
membawa 4 molekul O2 menjadi senyawa oksihemoglobin. Reaksi pengikatan ini
dapat dituliskan sebagai berikut.

4Hb + 4O2 ⇌ 4 HbO2

Reaksi tersebut bolak balik, arah ke kanan terjadi dalam paru – paru, sedangkan arah
ke kiri terjadi di dalam jaringan. Proses pengikatan dan pelepasan okisigen
dipengaruhi oleh kadar O2, kadar CO2, tekanan O (P O ), perbedaan kadar O dalam
2 2 2

jaringan, dan kadar O di udara. Proses difusi oksigen ke dalam arteri dan difusi CO
2 2

dari arteri dipengaruhi oleh tekanan O dalam udara inspirasi. Tekanan seluruh udara
2

di lingkungan sekitar 1 atmosfir atau 760 mmHg, sedangkan tekanan O di 2

lingkungan sekitar 160 mmHg. Tekanan atmosfir di lingkungan lebih tinggi daripada
tekanan oksigen dalam alveolus paru – paru dan arteri yang hanya 104 mmHg. Oleh
karena itu, oksigen dapat masuk ke paru – paru secara difusi. Kemampuan
hemoglobin untuk mengkat oksigen adalah 7 cc per 100 mm darah.
3

Proses pengangkutan oksigen setelah sampai di alveoli terjadi melalui proses


difusi oksigen ke eritrosit. Sebaliknya, karbon dioksida dari darah di bawa ke alveoli
untuk dikeluarkan melalui udara ekspirasi. Daya ikat pigmen darah,hemoglobin,
dengan karbon monoksida lehih kuat dibandingkan dengan oksigen. Adapun oksigen
diperlukan untuk proses respirasi sel yang memungkinkan makhluk hidup untuk

31
beraktivitas. Hindari diri dari sumber karbon monoksída seperti asap rokok dan asap
buangan kendaraan yang dapat menghambat fungsi tubuh dan beberapa risiko
lainnya. Rawat dan jaga selalu kesehatan diri Anda sedini mungkin sebagai bentuk
rasa syukur terhadap Tuhan.

B. Pengangkutan CO2

Setelah oksihemoglobin sampai pada membran sel atau jaringan tubuh,


oksigen yang diikatnya akan dilepaskan. Selanjutnya, hemoglobin akan mengikat
karbon dioksida membentuk senyawa karbominohemoglobin (HbCO ). Hanya 2

sekitar 23% dari seluruh CO yang dibebaskan oleh sel-sel yang terikat dengan
2

haemoglobin. Pengangkutan CO dilakukan dengan tiga cara.


2

1. CO larut dalam plasma membentuk asam karbonat (± 5%).


2

2. Dalam bentuk senyawa karbomino hemoglobin (HbCO ) (± 30%), CO


2 2

berdifusi ke dalam sel darah merah yang berikatan dengan oksihemoglobin.

CO + HbO2⇌ HbCO2 + O2
2

3. Dalam bentuk ion HCO (± 65%), pengangkutan dilakukan melalui proses


3
-

berantai yang bolak balik. Reaksi tersebut terjadi dalam eritrosit dan dibantu oleh
enzim karbonat anhidrase.

CO + H O ⇌ H CO3 ⇌ H + HCO
2 2 2
+
3
-

32
2.2.4 Anatomi dan Fungsi Ginjal

Gambar 2.4.1. Ginjal


Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak di kedua sisi
columna vertebralis (Price dan Wilson, 2006). Dapat dilihat pada gambar 2.4.1.
bahwa kedua ginjal terletak retroperitoneal pada dinding abdomen, masing–masing
di sisi kanan dan sisi kiri columna vertebralis setinggi vertebra T12 sampai vertebra
L3. Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah daripada ginjal kiri karena besarnya
lobus hepatis dekstra. Masing–masing ginjal memiliki facies anterior dan facies
posterior, margo medialis dan margo lateralis, ekstremitas superior dan ekstremitas
inferior (Moore dan Agur, 2002). Ginjal dibungkus oleh jaringan fibrosa tipis dan
mengkilat yang disebut kapsula fibrosa ginjal dan di luar kapsul ini terdapat jaringan
lemak perineal.

33
Gambar 2.4.2. Anatomi Ginjal

Seperti gambar 2.4.2. dapat dilihat bahwa secara anatomis ginjal terbagi
menjadi 3 bagian dari yang paling luar hingga yang paling dalam, yaitu korteks
ginjal, medula ginjal, dan pelvis ginjal (Junquiera dan Carneiro, 2007).
a. Korteks Ginjal
Korteks ginjal merupakan bagian ginjal paling luar. Tepi luar korteks ginjal
dikelilingi oleh kapsul ginjal dan jaringan lemak, untuk melindungi bagian
dalam ginjal. Di dalam korteks terdapat berjuta-juta nefron.
b. Medula Ginjal
Medula ginjal adalah jaringan ginjal yang halus dan dalam. Medula berisi
lengkung Henle serta piramida ginjal, yaitu struktur kecil yang terdapat
nefron dan tubulus. Nefron adalah unit fungsional terkecil dari ginjal yang
terdiri atas tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, dan tubulus
koligentes (Purnomo, 2003)
c. Pelvis Ginjal
Pelvis ginjal adalah ruang berbentuk corong di bagian paling dalam dari
ginjal. Ini berfungsi sebagai jalur untuk cairan dalam perjalanan ke kandung
kemih.

34
Setiap ginjal memiliki sisi medial cekung, yaitu hilus tempat masuknya
syaraf, masuk dan keluarnya pembuluh darah dan pembuluh limfe, serta keluarnya
ureter dan memiliki permukaan lateral .yang cembung. Sistem pelvikalises ginjal
terdiri atas kaliks minor, infundibulum, kaliks major, dan pielum/pelvis renalis
(Junquiera dan Carneiro, 2007).
Ginjal mendapatkan aliran darah dari arteri renalis yang merupakan cabang
langsung dari aorta abdominalis, sedangkan darah vena dialirkan melalui vena renalis
yang bermuara ke dalam vena kava inferior. Sistem arteri ginjal adalah end arteries
yaitu arteri yang tidak mempunyai anastomosis dengan cabang–cabang dari arteri
lain, sehingga jika terdapat kerusakan salah satu cabang arteri ini, berakibat
timbulnya iskemia/nekrosis pada daerah yang dilayaninya (Purnomo, 2003).
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Bahwa di dalam medula terdapat
nefron dan tubulus yang mempunyai peranan penting dalam menyaring darah nefron
meluas melewati area korteks dan medula ginjal. Setiap ginjal memiliki sekitar satu
juta nefron, yang masing-masing memiliki struktur internal sendiri. Berikut adalah
bagian dari nefron
a. Badan Malphigi
Setelah darah masuk ke nefron, darah masuk ke badan malphigi
(korpus ginjal). Badan malphigi mengandung dua struktur tambahan
lainnya yaitu :
• Glomerulus, kelompok kapiler yang menyerap protein dari
darah melalui badan malphigi
• Kapsula bowman.
b. Tubulus Ginjal Tubulus ginjal adalah serangkaian tabung yang
dimulai setelah kapsula bowman dan berakhir di tubulus pengumpul
(collecting duct). Setiap tubulus memiliki beberapa bagian:
• Tubulus proksimal merupakan tubulus yang paling dekat
dengan glomerulus, bentuk tubulus ini berbelit-belit.
Berfungsi untuk menyerap air, natrium, dan glukosa kembali
ke dalam darah.

35
• Lengkungan Henle (loop of henle) merupakan bagian dari
tubulus ginjal yang membentuk lengkungan ke bawah, dan
berada di antara tubulus proksimal dan distal. Berfungsi
menyerap kalium, klorida, dan natrium ke dalam darah.
• Tubulus distal merupakan tubulus yang berada di akhir
rangkaian tubulus ginjal yang bentuknya berbelit-belit.
Berfungsi untuk menyerap lebih banyak natrium ke dalam
darah dan mengambil kalium serta asam.

Sebagai bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran


(terutama urea) dari darah atau mengeksresi produk sisa metabolisme tubuh dan
membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin. Produk ini termasuk nitrogen
limbah urea yang berasal dari katabolisme protein dan asam urat yang berasal dari
metabolisme asam nukleat. Selain menghasilkan urin, ginjal memiliki fungsi lain
seperti:
1. Mempertahankan keseimbangan air dalam tubuh dengan mempertahankan
tekanan osmotik di ekstraseluler
2. Mengatur kuantitas dan konsentrasi sebagian besar ion mineral di CES ,
seperti natrium (Na +), klorida (Cl-), kalium (K +), kalsium (Ca2 +), ion
hidrogen (H +), bikarbonat (HCO3 –), fosfat (PO43 –), sulfat (SO42 –), dan
magnesium (MG2 +)
3. Membantu memelihara keseimbangan asam basa di dalam darah
4. Mengekskresikan senyawa asing seperti obat-obatan dan zat aditif makanan
5. Mensekresi beberapa hormon seperti memproduksi eritropoietin, hormon
yang merangsang produksi sel darah merah oleh sumsum tulang dan
memproduksi renin, hormon enzimatik yang memicu reaksi berantai penting
dalam konservasi garam oleh ginjal
6. Mempertahankan pH plasma darah.
7. Mensekresikan kalsitriol, yaitu hormon yang mengubah vitamin D menjadi
bentuk aktifnya yang akan membantu menjaga kesehatan tulang.

36
2.2.5 Proses Pembentukan Urine
Urine adalah cairan sisa yang disekresikan oleh ginjal kemudian dikeluarkan
dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Proses pembentukan urine yang terjadi di
nefron pada ginjal terdiri dari 3 tahap, yaitu: filtrasi, reabsorpsi dan augmentasi.
a. Filtrasi ( Penyaringan)
Proses pertama dalam pembentukan urin adalah proses filtrasi yang
terjadi di glomerulus. Filtrasi merupakan proses perpindahan cairan dari
glomerulus menuju ke kapsula bowman dengan menembus membrane
filtrasi yang terdiri dari tiga bagian utama yaitu : sel endotelium glomerulus,
membran basal, dan epitel kapsula bowman. Secara kolektif, lapisan-lapisan
ini berfungsi sebagai saringan halus molekular yang menahan sel darah dan
protein plasma tetapi membolehkan H20 dan zat terlarut dengan ukuran
molekul lebih kecil lewat. Protein plasma yang lebih besar tidak dapat
difiltrasi karena tidak dapat melewati pori kapiler, tetapi pori ini masih dapat
melewatkan albumin, protein plasma terkecil. Hasil penyaringan di
glomerulus akan menghasilkan urine primer yang mengandung elektrolit,
kristaloid, ion CL, ion HCO3, garam-garam, glukosa, natrium, kalium, dan
asam amino. Setelah urine primer terbentuk maka di dalam urine tersebut
tidak lagi mengandung sel-sel darah, plasma darah dan sebagian besar protein
karena sudah mengalami proses filtrasi di glomerulus.
b. Reabsorpsi ( Penyerapan kembali)
Reabsorpsi merupakan proses perpindahan cairan dari tubulus renalis
menuju ke pembuluh darah yang mengelilinginya yaitu kapiler peritubuler.
Sel-sel renalis secara selektif mereabsorpsi zat-zat yang terdapat pada urine
primer dimana terjadi reabsorbsi tergantung dengan kebutuhan. Zat-zat
makanan yang terdapat di urine primer akan direabsorpsi secara keseluruhan,
sedangkan reabsorpsi garam-garam anorganik direabsorpsi tergantung
jumlah garam-garam anorganik di dalam plasma darah. Proses reabsorpsi
akan terjadi penyaringan asam amino, glukosa, asam asetoasetat, vitamin,
garam-garam atau ion-ion anorganik dan air. Proses reabsorpsi terjadi di
bagian tubulus kontortus proksimal yang nantinya akan menghasilkan urine

37
sekunder. Setelah pembentukan urine sekunder maka pada urine sekunder
tidak mengandung zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh melainkan hanya zat-
zat yang tidak dibutuhkan tubuh manusia yaitu sisa limbah nitrogen, urea, dan
bahan esensial yang berlebihan seperti elektrolit. Urine sekunder masuk ke
lengkung henle. Pada tahap ini terjadi osmosis air di lengkung henle desenden
sehingga volume urine sekunder berkurang dan menjadi pekat. Ketika urine
sekunder mencapai lengkung henle asenden, garam Na+ dipompa keluar dari
tubulus, sehingga urine menjadi lebih pekat dan volume urine tetap.
c. Augmentasi / Sekresi ( Pengumpulan)
Proses augmentasi merupakan proses ketiga yang dilakukan oleh
ginjal dari lengkung henle asenden. Urine akan masuk ke tubulus distal untuk
masuk tahap augmentasi. Augmentasi adalah pemindahan selektif bahan-
bahan dari kapiler peritubulus ke dalam lumen tubulus. Proses ini merupakan
rute kedua bagi masuknya bahan ke dalam tubulus ginjal dari darah. Zat sisa
yang dikeluarkan oleh pembuluh kapiler adalah ion hidrogen (H+), ion kalium
(K+), NH3 dan kreatinin. Pengeluaran ion H+ ini membantu menjaga pH
yang tetap dalam darah. Ion hidrogen yang disekresikan ke dalam cairan
tubulus dieliminasi dari tubuh melalui urine. Ion hidrogen dapat disekresikan
oleh tubulus proksimal, distal, atau koligentes, dengan tingkat sekresi H+
bergantung pada keasaman cairan tubuh. Ketika cairan tubuh terlalu asam,
sekresi H+ meningkat. Sebaliknya, sekresi H+ berkurang jika konsentrasi H+
di cairan tubuh terlalu rendah.
Pada sekresi ion kalium, Ion kalium secara selektif berpindah dalam
arah berlawanan di berbagai bagian tubulus; ion ini secara aktif direabsorpsi
di tubulus proksimal dan secara aktif disekresikan oleh sel prinsipal di tubulus
distal dan koligentes. Selanjutnya, satu jenis sel interkalasi secara aktif
menyekresi kalium dan jenis yang lain mereabsorpsi kalium secara aktif pada
tubulus distal dan koligentes bersama dengan transpor hidrogen.
Di awal tubulus, ion kalium direabsorpsi secara konstan dan tidak
dikendalikan, sementara sekresi kalium di bagian distal tubulus oleh sel
principal bervariasi dan berada di bawah kontrol. Karena kalium yang

38
difiltrasi hampir seluruhnya direabsorpsi di tubulus proksimal, sebagian besar
kalium di urin berasal dari sekresi terkontrol kalium di bagian distal nefron
dan bukan dari
filtrasi.

Gambar 2.5.1. Sekresi ion kalium

Setelah melewati proses Augmentasi, urine sekunder menjadi urine


sesungguhnya. Selama melewati tubulus distal, urine banyak kehilangan air
sehingga konsentrasi urine makin pekat. Kemudian disalurkan ke pelvis
renalis (rongga ginjal). Urine yang terbentuk selanjutnya keluar dari ginjal
melalui pelvis renalis menuju ureter, kemudian dialirkan menuju kandung
kemih yang merupakan tempat menyimpan urine sementara.
Kandung kemih memiliki dinding yang elastis dan mampu meregang
untuk dapat menampung sekitar 0,5 L urine. Proses pengeluaran urine dari
dalam kandung kemih disebabkan oleh adanya tekanan akibat adanya sinyal

39
yang menunjukkan bahwa kandung kemih sudah penuh. Kontraksi otot perut
dan otot-otot kandung kemih akan terjadi saat adanya sinyal penuh dalam
kandung kemih. Akibat kontraksi ini, urine dapat keluar dari tubuh melalui
uretra. Pengeluaran urine ini diatur oleh otot-otot sfingter.

2.2.6 Apa Itu Filtrasi


Setiap ginjal memiliki sekitar satu juta nefron, yang merupakan tempat
pembentukan urine. Pada waktu tertentu, sekitar 20 persen dari darah akan melalui
ginjal untuk disaring sehingga tubuh dapat menghilangkan zat-zat sisa metabolisme
dan menjaga keseimbangan cairan, pH darah, dan kadar darah.
Filtrasi adalah proses penyaringan darah yang mengandung zat-zat sisa
metabolisme yang dapat menjadi racun bagi tubuh. Filtrasi terjadi di glomerulus
yang ada di badan malpighi.Proses pertama dalam pembentukan urine adalah
proses filtrasi yaitu perpindahan cairan dari glomerulus menuju ke kapsula
bowman dengan menembus membrane filtrasi. Membran filtrasi terdiri dari tiga
bagian utama yaitu : sel endothelium glomerulus,membrane basiler,epitel kapsula
bowman.
Di dalam glomerulus terjadi proses filtrasi sel-sel darah,trombosit dan protein
agar tidak ikit dikeluarkan oleh ginjal. Hasil penyaringan di glomerulus akan
menghasilkan urine primer yang memiliki kandungan elektrolit,kritaloid,ion Cl,ion
HCO3,garam-garam,glukosa,natrium,kalium,dan asam amino. Setelah terbentuk
urine primer maka didalam urine tersebut tidak lagi mengandung sel-sel
darah,plasma darah dan sebagian besar protein karena sudah mengalami proses
filtrasi di glomerulus.

2.2.7 Transport Maksimal dan Batas Ambang Ginjal dan Nilainya Untuk Glukosa
Transport maksimum adalah jumlah terbanyak dalam miligram permenit dari
kemampuan tubulus renalis dalam mentransfer sebuah substansi dari cairan tubulus
luminal ke cairan interstisial atau dari cairan interstisial ke cairan tubulus renalis,
yang jika melebuhi angka maksimum, akan dikeluarkan melalui urine. Transport

40
maksimum mengacu pada titik dimana peningkatan konsentrasi suatu zat tidak
menghasilkan peningkatan pergerakan suatu zat melintasi membran sel
Ambang batas ginjal adalah konsentrasi zat yang dilarutkan dalam darah di
mana ginjal mulai mengeluarkannya ke dalam urin . Ketika ambang ginjal suatu
zat terlampaui, reabsorpsi zat oleh tubulus berbelit-belit proksimal tidak lengkap;
akibatnya, sebagian zat tetap dalam urin. Ambang ginjal bervariasi berdasarkan
substansi - urea dengan potensi racun yang rendah, misalnya, dihilangkan pada
konsentrasi yang jauh lebih rendah daripada glukosa . Memang, alasan paling
umum untuk ambang batas glukosa glukosa yang pernah terlampaui adalah
diabetes , yang disebut glikosuria .
Ambang ginjal bervariasi berdasarkan spesies dan kondisi fisiologis; jadi
seekor hewan mungkin memiliki ambang batas ginjal yang berbeda saat
berhibernasi , ambang batas ginjal juga dapat diubah oleh banyak obat, dan dapat
berubah secara khas selama penyakit tertentu. Untuk glukosa batas ambangnya
adalah +- 375mg/menit pada orang dewasa

2.2.8 Regulasi dan Elektrolit di Ginjal


Ginjal adalah organ yang mempunyai pembuluh darah yang sangat banyak
(sangat vaskuler), tugas dasarnya adalah “menyaring atau membersihkan” darah
dan membuang produk akhir metabolism tubuh . Tubuh manusia normal memiliki
sepasang ginjal. Dua organ ginjal ini masing-masing mempunyai lebih dari satu
juta unit penyaringan mini yang disebut nefron.Ginjal merupakan salah satu organ
yang penting bagi makhluk hidup. Ginjal memiliki berbagai fungsi seperti
pengaturan keseimbangan air dan elektrolit, pengaturan konsentrasi osmolalitas
cairan tubuh dan konsentrasi elektrolit, pengaturan keseimbangan asam-basa,
ekskresi sisa metabolisme dan bahan kimia asing, pengatur tekanan arteri, sekresi
hormon, dan glukoneogenesis.
Regulasi ginjal merupakan salah satu fungsi ginjal, dimana ginjal
memproduksi urin sebanyak cairan yang masuk ke dalam tubuh dikurangi
kebutuhan tubuh. Urin ini semula adalah berupa filtrasi darah di glomerulus. Ginjal

41
dapat mengatur jumlah produksi urin, banyaknya bahan-bahan yang harus diserap
kembali oleh tubuh, dan banyaknya bahan-bahan yang dikeluarkan. Untuk
melakukan regulasi ginjal juga dibutuhkan keseimbangan cairan dan elektrolit di
dalam ginjal.
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air( pelarut) dan zat tertentu
(zat terlarut).Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit
masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena ( I ) dan
di distribusi keseluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti
adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh
bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan
yang lainnya ; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.

Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu :


• cairan intraseluler dan
• cairan ekstraseluler.
Cairan tubuh seperti air berfungsi sebagai pembawa zat-zat nutrisi seperti
karbohidrat,vitamin dan mineral serta juga akan berfungsi sebagai pembawa
oksigen ke dalamsel-sel tubuh. Selain itu berfungsi untuk mengeluarkan produk
samping hasil metabolisme seperti karbondioksida(Co2 ) dan juga senyawa nitrat.
Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut (zat terlarut) yaitu
berupa elektrolit dan non-elektrolit.
Elektrolit adalah substansi yang berdisosiasi (terpisah) di dalam larutan dan
akan menghantarkan arus listrik. Elektrolit berdisosiasi menjadi ion positif -
negatif, dan diukur dengan kapasitasnya untuk saling berikatan satu sama lain
(mEq/L) atau dengan berat molekul dalam garam jumlah kation dan anion, yang
diukur dalam miliekuivalen, dalam larutan selalu sama. Bila garam larut dalam air,
misalnya garam Nacl, akan terjadi disosiasi sehingga terbentuk ion-ion bermuatan
positif dan negatif. Ion positif dinamakan kation, sedangkan ion negatif dinamakan
anion. Ion mengandung muatan listrik dinamakan elektrolit. Cairan tubuh yang
mengandung air dan garam dalam keadaan disosiasi dinamakan larutan elektrolit.

42
Dalam semua larutan elektrolit, ada keseimbangan antara konsentrasi anion dan
kation.
Tubuh menggunakan elektrolit untuk mengatur keseimbangan cairan tubuh.
sel-sel tubuh memilih elektrolit untuk ditempatkan diluar (terutama natrium dan
klorida) dan didalam sel (terutama kalium, magnesium, fosfat, dan sulfat). Bolekul
air, karena bersifat polar, menarik elektrolit. walaupun molekul air bermuatan nol,
sisi oksigennya sedikit bermuatan negatif, sedangkan hidrogennya sedikit
bermuatan positif. Oleh sebab itu, dalam suatu larutan elektrolit, baik ion positif
maupun ion negatif menarik molekul air disekitarnya.
Non-elektrolit : substansi seperti glokusa dan urea yang tidak berdisosiasi
dalam larutan dan diukur berdasarkan berat (miligram per 100 ml-mg/dl). Non-
elektrolit lainnya yang secara klinis penting mencakup kreatinin dan bilirubin.
Perpindahan Cairan dan Elektrolit Tubuh
perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu
• Fase 1
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi
dan oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.
• Fase 2
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel
• Fase 3
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial
masuk ke dalam sel. Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang
merupakan membran
semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam
cairan tubuh ikut berpindah.
Metode perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh dengan cara :
• Difusi
• Filtrasi
• Osmosi

43
2.2.9 Ekskresi Protein dari Ginjal
Pada umumnya orang sehat tidak mengekskresikan protein, melainkan
sebagai metabolit atau sisa metabolisme (metabolic waste product). Selain CO2
dan H2O sebagai hasil sisa metabolisme protein, terjadi pula berbagai ikatan
organik yang mengandung nitrogen seperti urea dan ikatan lain yang tidak
mengandung nitrogen.
Nitrogen yang dilepaskan pada proses deaminasi masuk kedalam siklus urea
dari KREBS-HEINSLET dan diekskresikan urea melalui ginjal di dalam air seni.
Nitrogen yang dilepaskan pada proses transminasi tidak dibuang keluar tubuh,
tetapi dipergunakan lagi dalam sintesa protein tubuh. Nitrogen juga ada yang ikut
terbuang di dalam tinja, karena terbuang di dalam cairan pencernaan atau di dalam
sel-sel epitel usus yang terlepas terbuang anus. Pada keadaan sakit ginjal, ada
protein yang terbuang di dalam air seni, yang disebut pro-teinuria.

2.2.10 Zat Yang Direabsorbsi Oleh Ginjal

Reabsorpsi tubulus merupakan proses menyerap zat-zat yang diperlukan


tubuh dari lumen tubulus ke kapiler peritubulus. Proses ini merupakan transport
transepitel aktif dan pasif karena sel-sel tubulus yang berdekatan dihubungkan
oleh tight junction.
Berikut ini merupakan zat-zat yang direabsorpsi di ginjal :

a. Reabsorpsi glukosa

Glukosa direabsorpsi secara transport aktif di tubulus proksimal.


Proses reabsorpsi glukosa ini bergantung pada pompa Na ATP-ase, karena
molekul Na tersebut berfungsi untuk mengangkut glukosa menembus
membran kapiler tubulus dengan menggunakan energi.

b. Reabsorpsi natrium

Natrium yang difiltrasi seluruhnya oleh glomerulus, 98-99% akan


direabsorpsi secara aktif di tubulus. Sebagian natrium 67% direabsorpsi di

44
tubulus proksimal, 25% direabsorpsi di lengkung Henle, dan 8% di tubulus
distal dan tubulus pengumpul (Sherwood, 2006). Natrium yang direabsorpsi
sebagian ada yang kembali ke sirkulasi kapiler dan dapat juga berperan
penting untuk reabsorpsi glukosa, asam amino, air, dan urea (Corwin, 2009)

c. Reabsorpsi air

Air secara pasif direabsorpsi melalui osmosis di sepanjang tubulus.


Sebanyak 80% akan direabsorpsi di tubulus proksimal dan ansa Henle.
Sisanya akan direabsorpsi di tubulus distal dan duktus pengumpul dengan
kontrol vasopressin. (Sherwood, 2006)

d. Reabsorpsi klorida

Direabsorpsi secara pasif mengikuti penurunan gradien reabsorpsi


aktif dari natrium. Jumlah ion klorida yang direabsorpsi ditentukan oleh
kecepatan reabsorpsi ion natrium. (Sherwood, 2006)

e. Reabsorpsi kalium

Kalium difiltrasi seluruhnya di glomerulus, kemudian akan


direabsorpsi secara difusi pasif di tubulus proksimal sebanyak 50%, 40%
kalium akan direabsorpsi di ansa henle pars asendens tebal, dan sisanya
direabsorpsi di duktus pengumpul. (Corwin, 2009)

f. Reabsorpsi urea

Urea merupakan produk akhir dari metabolism protein. Ureum akan


difiltrasi seluruhnya di glomerulus, kemudian akan direabsorpsi sebagian di
kapiler peritubulus, dan urea tidak mengalami proses sekresi. Sebagian ureum
akan direabsorpsi di ujung tubulus proksimal karena tubulus kontortus
proksimal tidak permeabel terhadap urea. Saat mencapai duktus pengumpul,
urea akan mulai direabsorpsi kembali.(Sherwood, 2006)

g. Reabsorpsi fosfat dan kalsium

45
Ginjal secara langsung mengatur kadar ion fosfat dan kalsium dalam
plasma. Kalsium difiltrasi seluruhnya di glomerulus, 40% direabsorpsi di
tubulus kontortus proksimal dan 50% direabsorpsi di ansa henle pars
asendens. Dalam reabsorpsi kalsium dikendalikan oleh hormone paratiroid.
Ion fosfat yang difiltrasi, akan direabsorpsi sebanyak 80% di tubulus
kontortus proksimal kemudian sisanya akan diekskresikan ke dalam urin.

Gambar 2.10.1 Proses Reabsorbsi yang terjadi di Nefron


2.2.11 Kelainan Ginjal Yang Berhubungan Dengan Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari atau sama
dengan 140 mmHg atau tekanan darah diastolic lebih dari atau sama dengan 90
mmHg dalam 2 kali pengukuran dengan jarak pemeriksaan minimal 10 menit.
Pada ginjal, hipertensi dapat menimbulkan

1. Gagal ginjal terminal (GGT)


Gagal ginjal terminal (GGT)yang mengakibatkan hilangnya sejumlah
besar nefron fungsional yang progresif dan irrreversible. GGT adalah suatu

46
keadaan dimana ginjal kehilangan kemampuannya untuk dapat bekerja dengan
baik. Ginjal kehilangan kemampuan utamanya yaitu untuk dapat menyaring
darah. Peningkatan tekanan dan regangan yang kronik pada arteriol dan
glomeruli menyebakan sclerosis pada pembuluh darah glomeruli
(glomerulosklerosis). Penuruan jumlah nefron mengakibatkan naiknya tekanan
darah, peningkatan LFG (Laju Filtrasi Glomerulus) dan peningkatan keluaran
urin. Terjadi proses hipertrofi dan vasodilatasi nefron dan perubahan fungsional
yang menurunkan tahanan vaskular dan reabsorbsi tubulus di dalam nefron.
GGT dipengaruhi oleh tingginya tekanan darah dan lamanya penderita
menderita hipertensi. Kerusakan yang terjadi bersifat permanen dan tidak dapat
diperbaiki sehingga harus melalui proses pencucian darah atau transplantasi
ginjal. Berikut adalah kerangka pemikiran
hubungan hipertensi dan GGT :

47
Gambar 2.11.1 kelaninan ginjal yang berhubungan dengan hipertensi

2. Acute Kidney Failure (Gagal Ginjal Kronis)


Acute kidney injury (gagal ginjal kronis) bisa disebabkan oleh atau
merupakan konsekuensi dari hipertensi emergensi. Hipertensi emergensi
adalah peningkatan tekanan darah sistolik >180 mmHg atau diastolik > 120
mmHg secara mendadak disertai kerusakan organ target dan harus
ditanggulangi sesegera mungkin. Acute kidney injury ditandai dengan
albuminuria, hematuria, oliguria dan atau anuria. Hipertensi dapat
memperburuk kerusakan ginjal melalui peningkatan tekanan intraglomerular
yang menimbulkan gangguan struktural dan gangguan fungsional pada
glomerulus. Tekanan intravaskuler yang tinggi dialirkan melalui arteri aferen

48
ke dalam glomerulus, dimana arteri aferen mengalami konstriksi akibat
hipertensi.

3. Diabetes Melitus Tipe II (NIDDM)


Hipertensi dapat membuat sel tidak sensitif terhadap insulin (resisten
insulin). Insulin berperan meningkatkan ambilan glukosa di banyak sel dan
dengan cara ini juga mengatur metabolisme karbohidrat, sehingga jika terjadi
resistensi insulin oleh sel, maka kadar gula di dalam darah juga dapat mengalami
gangguan.

2.2.12 Goyangnya Gigi karena Demineralisasi Tulang

Demineralisasi merupakan proses hilangnya ion-ion mineral dari email


gigi. Kandungan mineral utama dari email adalah hydroxyapatite(HA) yang
terdiri dari Ca (PO ) (OH) . Pada lingkungan netral, HA seimbang dengan
10 4 6 2

lingkungan saliva yang mengandung ion Ca dan kelompok fosfat (PO4 ). HA


2+ 3-

reaktif terhadap ion hidrogen dengan PH kurang dari 5.5. Ion hidrogen akan
bereaksi dengan kelompok fosfat dalam lingkungan saliva dengan mekanisme
buffering. Reaksi buffering menghasilkan senyawa HPO4 yang kemudian
2-

tidak dapat berkontribusi terhadap keseimbangan HA normal sehingga terjadi


demineralisasi.

Demineralisasi pada tulang alveolar terjadi karena periodontitis.


Periodontitis adalah infeksi bakteri pada gusi yang menyebabkan inflamasi
pada seluruh bagian jaringan periodontal sehingga jaringan pendukung gigi dan
tulang alveolar rusak hilang. Jika infeksi tersebut tidak dirawat, ligamen
periodontal akan hilang dan tulang alveolar akan teresorbsi sehingga gigi
goyang.

Pada kasus ini, bapak yang berusia 50 tahun datang dengan diagnosis
diabetes melitus. Komplikasi diabetes melitus yang dialami salah satunya
adalah gigi goyang (periodontal disease). Periodontitis adalah radang pada

49
jaringan pendukung gigi (gusi dan tulang). Selain merusak sel darah putih,
diabetes melitus juga mengakibatkan peningkatan penebalan dinding
pembuluh darah sehingga memperlambat aliran nutrisi dan produk sisa dari
tubuh. Lambatnya aliran darah ini menurunkan kemampuan tubuh untuk
memerangi infeksi. Rusaknya jaringan periodontal membuat gusi tidak lagi
melekat ke gigi, tulang menjadi rusak, dan lama kelamaan gigi menjadi goyang.

50
DAFTAR PUSTAKA

Goodwin, R., Cowles, R., Galea, S., & Jacobi, F. (2013). Gastritis and mental
disorders. Journal Of Psychiatric Research, 47(1), 128-132. doi:
10.1016/j.jpsychires.2012.09.016

Ibrahim. 2014. Proses Pembentukan Urin. Makalah.

Lisdiana.2012.Regulasi Kortisol Pada Kondisi Stres dan Addiction.


file:///C:/Users/ASUS/AppData/Local/Temp/2264-5019-1-SM.pdf .[diakses 16
Maret 2020]

Fathonah.“Penyakit Psikosomatis”.
<http://demo.byantsoft.co.id/bbpk/wpcontent/uploads/2011/06/PenyakitPsikoso
matis.pdf> [diakses 16 Maret 2020]

Tussakinah, Widiya, Masrul Masrul, dan Ide Rahman Burhan. 2017. “Hubungan
Pola Makan dan Tingkat Stres terhadap Kekambuhan Gastritis di Wilayah Kerja
Kota Payakumbuh.” Vol 7, No. 2.
<http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/viewFile/805/661> [diakses 16
Maret 2020].

“Getah Pencernaan” https://kliksma.com/2014/10/pengertian-getah-pencernaan-dan-


fungsinya.html [diakses 16 maret 2020]

“Getah Pencernaan“
https://slideplayer.info/slide/12194352/ [diakses 16 maret 2020]

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/27475/Chapter%20II.pd?sequence=
3 [diakses 17 maret 2020]

51
Junqueira LC. Dan Carneiro J, 2007. Histologi Dasar. Edisi ke-10. Buku Kedokteran
EGC. Jakarta. 427.

Jurnal Sistem Respirasi oleh Gregory James Fernandez, Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana, 2018
LeMaster, Philip Matern, Katie Morrison-Graham, Devon Quick, Jon Runyeon. Chapter
22.3 The Process of Breathing. Pressbooks,com : Simple Book Production.
Moore KL, Agur AMR, 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta. Hipokrates.

Purnomo B, 2003. Dasar-Dasar Urologi. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.


Malang.

Price SA. Dan Wilson LM, 2006. Patofisiologis: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Edisi 6. EGC. Jakarta

Sherwood, L. Human Physiology:from cell to system. Edisi ke-7. Brooke/Cole:2010.


Zuwannita,R.2017.Urinalisa.www.repository.unimus.ac

52
1

Anda mungkin juga menyukai