Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PENDAHULUAN MANAJEMEN

KEPERAWATAN DI RS TK.III DR. REKSODIWIRYO PADANG

Disusun oleh :

Gus Hendrita, S. Kep


2014901058

Pembimbing klinik Pembimbing Akademik

( ) ( Ns. Asmawati, S.Kep, M.Kep )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN


STIKes ALIFAH PADANG
2021
MANAJEMEN KEPERAWATAN

A. Defenisi Manajemen Keperawatan


Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan diorganisasi. Manajemen tersebut mencakup kegiatan
Planning, Organizing, Actualing, Controlling (POAC) terhadap staf, sarana, dan
prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Nursalam, 2015). Manajemen
keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk
memberikan asuhan keperawatan secara profesional. Proses manajemen keperawatan
sejalan dengan proses keperawatan sebagai satu metode pelaksanaan asuhan
keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan keduanya dapat saling
mendukung. Proses keperawatan sebagaimana manajemen keperawatan terdiri atas
pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
hasil (Nursalam, 2015).
Manajemen merupakan ilmu terapan yang penerapannya harus disesuaikan
dengan ruang lingkup fungsi organisasi, bentuk organisasi yang terdapat didalam
organisasi tersebut, dan ruang lingkup masalah yang dihadapi. Manajemen dalam bidang
keperawatan diterapkan untuk mengatur perilaku staf yang bekerja, didalam organisasi
institusi pelayanan kesehatan untuk menjaga dan mengatasi gangguan kesehatan pada
individu atau kelompok masyarakat secara efektif, efisien, dan produktif. Manajemen
merupakan ilmu ataupun seni tentang penggunaan sumber daya secara efisien dan
berguna untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya (Siregar,
2014).

B. Proses Manajemen Keperawatan


Proses manajemen keperawatan adalah rangkaian pelaksanaan kegiatan yang
saling berhubungan, mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan. Setiap sestem
terdiri atas lima unsur, yaitu input, proses, output, control dan mekanisme umpan balik
(feedback). Mekanisme umpan balik dapat dilakukan melalui laporan keuangan, audit
keperawatan, dan survei kendali mutu, serta penampilan kerja perawat (Nining, 2012).
Proses manajemen keperawatan sebenarnya sudah tergambar pada proses asuhan
keperawatan yaitu Pengkajian, Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi yang dilakukan
secara sistematis oleh perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien
(Nursalam, 2015).

C. Fungsi Manajemen Keperawatan


Terdapat beberapa elemen dalam manajemen keperawatan berdasarkan fungsinya
yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), kepegawaian (staffing),
pengarahan (directing) dan pengendalian/evaluasi (controlling) (Nursalam, 2015).
1. Perencanaan (Planning)
Planning memutuskan seberapa luas akan dilakukan, bagaimana melakukannya dan
siapa yang melakukannya. Fungsi perencanaan merupakan suatu penjabaran dari
tujuan yang ingin dicapai, perencanaan sangat penting untuk melakukan tindakan.
Didalam proses keperawatan perencanaan membantu perawat dalam menentukan
tindakan yang tepat bagi klien dan menjamin bahwa klien akan menerima pelayanan
keperawatan yang mereka butuhkan dan sesuai dengan konsep dasar keperawatan
(Nursalam, 2015).
a. Tujuan perencanaan
1) Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan.
2) Agar penggunaan personel dan fasilitas tersedia efektif.
3) Efektif dalam hal biaya.
4) Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan
berdasarkan masa lalu dan akan datang.
5) Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah.
b. Tahapan dalam perencanaan
1) Menetapkan tujuan.
2) Merumuskan keadaan sekarang.
3) Mengidentifikasi kemudahan dan hambatan.
4) Mengembangkan serangkaian kegiatan.
5) Jenis perencanaan :
a) Perencanaan strategi
Perencanaan yang sifat jangka panjang yang ditetapkan oleh pemimpin
dan merupakan arahan umum suatu organisasi. Digunakan untuk
mendapatkan dan mengembangkan pelayanan keperawatan yang
diberikan kepada pasien, juga digunakan untuk merevisi pelayanan
yang sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan masa kini (Nursalam,
2015).
b) Perencanaan operasional
Menguraikan aktivitas dan prosedur yang akan digunakan serta
menyusun jadwal waktu pencapaian tujuan, menentukan siapa perawat
yang bertanggung jawab untuk seiap aktivitas dan prosedur serta
menggambarkan cara menyiapkan perawat dalam bekerja dan prosedur
untuk mengevaluasi perawatan pasien (Nursalam, 2015).
c. Manfaat perencanaan
1) Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-
perubahan lingkungan.
2) Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran operasi lebih
jelas.
3) Membantu penetapan tanggung jawab lebih tepat.
4) Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan.
5) Memudahkan koordinasi.
6) Membuat tujuan lebih khusus, lebih terperinci dan lebiih mudah dipahami.
7) Meminimlkan pekerjaan yang tidak pasti.
8) Menghemat waktu dan dana.
9) Keuntungan perencanaan
10) Meningkatkan peluang sukses.
11) Membutuhkan pemikiran analitis.
12) Mengarahkan orang ketindakan.
13) Memodifikasi gaya manajemen.
14) Fleksibitas dalam pengambilan keputusan.
15) Meningkatkan keterlibatan anggota.
(Nursalam, 2015).
d. Kelemahan perencanaan
1) Kemungkinan pekerjaan yang tercakup dalam perencanaan berlebihan pada
konstribusi nyata.
2) Cenderung menunda kegiatan.
3) Terkadang kemungkinan membatasi inovasi dan inisiatif
4) Kadang-kadang hasil yang lebih baik didapatkan oleh penyelesaian
siuasional individual dan penanganan suatu masalah pada saat masalah itu
terjadi.
5) Terdapat rencana yang diikuti oleh/atau dengan rencana yang tidak
konsisten.
(Nursalam, 2015).
2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian suatu langkah untuk menetapkan, mengelompokkan dan mengatur
berbagai macam kegiatan, penetapan tugas-tugas dan wewenang-wewenang seseorang,
pendelegasian wewenang dalam rangka mencapai tujuan. Fungsi pengorganisasian
merupakan alat untuk memadukan semua kegiatan yang beraspek personil, finansial,
material dan tata cara dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Nursalam,
2015).
a. Manfaat pengorganisasian, akan dapat diketahui :
1) Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok.
2) Hubungan organisatoris antara orang-orang didalam organisasi tersebut
melalui kegiatan yang dilakukannya.
3) Pendelegasian wewenang.
4) Pemanfaatan staf dan fasilitas fisik.
b. Tahapan dalam pengorganisasian
1) Tujuan organisasi harus dipahami staf, tugas ini sudah tertuang dalam
fungsi manajemen.
2) Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk mencapai
tujuan.
3) Menggolongkan kegiatan pokok ke dalam satuan- satuan kegiatan yang
praktis.
4) Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilakukan oleh staf dan
menyediakan fasilitas yang diperlukan.
5) Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas.
6) Mendelegasikan wewenang.
3. Kepegawaian (Staffing)
Staffing merupakan metodologi pengaturan staff merupakan proses yang teratur,
sistematis, berdasarkan rasional diterapkan untuk menentukan jumlah dan jenis
personal suatu organisasi yang dibutuhkan dalam situasi tertentu. Komponen yang
termasuk dalam fungsi staffing prinsip yaitu rekruitmen, seleksi, orientasi pegawai
baru, penjadwalan tugas, dan klasifikasi pasien. Komponen tersebut merupakan
suatu proses yang mana nantinya berhubungan dengan penjadwalan siklus waktu
kerja bagi semua personel yang ada (Nursalam, 2015).
Terdapat beberapa langkah yang diambil untuk menentukan waktu kerja dan istirahat
pegawai, yaitu:
a. Menganalisa jadwal kerja dan rutinitas unit.
b. Memberikan waktu masuk dan libur pekerjaaan.
c. Memeriksa jadwal yang telah selesai.
d. Menjamin persetujuan jadwal yang dianjurkan dari manajemen kperawatan.
e. Memasang jadwal untuk memberitahu anggota staff.
f. Memperbaiki dan memperbaharui jadwal tiap hari.
4. Pengarahan (Directing)
Pengarahan merupakan proses penerapan rencana manajemen untuk menggerakkan
anggota kelonpok untuk mencapai tujuan melalui berbagai arahan (Simamoro,
2012). Pengarahan suatu cara untuk mengerjakan dan memberikan bimbingan agar
dapat bekerja secara optimal dan melakukan pembagian tugas sesuai dengan sumber
daya yang tersedia berdasarkan kemampuan dan keahliannya. Di dalam manajemen,
pengarahan ini bersifat sangat kompleks karena di samping menyangkut manusia
juga, menyangkut berbagai tingkah laku manusia yang berbeda-beda (Simamoro,
2012).
a. Tujuan Pengarahan
Terdapat lima tujuan dan fungsi pengarahan, yaitu sebagai berikut:
1) Pengarahan bertujuan menciptakan kerja sama yang lebih efisien.
Pengarahan memungkinkan terjadinya komunikasi antara atasan dan
bawahan. Manajer keperawatan setingkat kepala ruangan yang mampu
menggerakkan dan mengarahkan bawahannya akan memberikan kontribusi
dalam meningkatkan efisiensi kerja. Sebagai contoh, kegiatan supervisi
tindakan keperawatan akan dapat mengurangi atau meminimalisasi
kesalahan tindakan sehingga akan dapat meminimalisasi bahan, alat atau
waktu tindakan bila dibandingkan jika terjadi kesalahan karena tidak ada
supervise (Nursallam, 2015).
2) Pengarahan bertujuan mengembangkan kemapuan dan keterampilan staf.
Banyak hal yang terkait dengan kegiatan pengarahan di dalam ruang
perawatan. Seperti halnya supervisi, pendelegasian di dalam ruang
perawatan akan dapat memberikan peluang bagi yang diberikan delegasi
untuk mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya secara otonomi
(Nursallam, 2015).
3) Pengarahan bertujuan menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai
pekerjaan.
Perawat yang diarahkan jika salah, diberi motivasi jika kinerja menurun dan
diberi apresiasi atas hasil kerja akan memberikan penguatan rasa memiliki
dan menyukai pekerjaanya (Nursallam, 2015).
4) Pengarahan bertujuan mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat
meningkatkan motivasi dan prestasi kerja staf.
Pemimpin yang baik, pemimpin yang mampu menciptakan lingkungan
kerja yang kondusif dan menciptakan hubungan interpersonal yang
harmonis. Selain itu, kepemimpinan yang adil merupakan kunci sukses
dalam memberikan motivasi kerja dan meningkatkan prestasi kerja perawat
bawahan (Nursallam, 2015).
b. Unsur-unsur Pengarahan
Pengarahan atau juga disebut "penggerakan" merupakan upaya memengaruhi
bawahan agar melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Guna mengarahkan atau menggerakkan bawahan, ada beberapa unsur yang
perlu di dipahami dan diperhatikan bagi seorang manajer keperawatan
(Nursallam, 2015).
1) Kepemimpinan merupakan suatu kemampuan yang dpat memengaruhi
kelompok menuju pencapaian sasaran.
2) Motivasi hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku
manusia supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal.
3) Komunikasi merupakan unsur penting dalam menggerakkan atau
mengarahkan bawahan. Dalam organisasi pelayanan keperawatan, dalam
ada beberapa bentuk kegiatan pengarahan yang didalamnya terdapat
aplikasi komunikasi, antara lain sebagai berikut :
a) Operan
Operan merupakan suatu kegiatan komunikasi yang bertujuan
mengoperkan asuhan keperawatan kepada shift berikutnya.
b) Pre – Conference
Komunikasi ketua tim/penanggung jawab shift dengan perawat
pelaksana setelah selesai operan.
c) Post-Conference
Komunikasi ketua tim/perawat dengan perawat pelaksana sebelum
timbang terima mengakhiri dinas dilakukan.
d) Pendelegasian
Kegiatan melakukan pekerjaan melalui orang lain bertujuan agar
aktivitas organisasi tetap berjalan sesuai tujuan yang telah ditetapkan.
e) Supervisi
Bentuk komunikasi yang bertujuan memastikan kegiatan yang
dilaksanakan sesuai dengan tujuan dengan cara melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut.
4) Manajemen Konflik dalam Ruang Perawatan
Ruang perawatan merupakan suatu sistem tempat manusia berinteraksi.
Interaksi yang terjadi dalam ruang perawatan mempunyai kemungkinan
terjadinya konflik. Konfflik dapat terjadi antara individu dan individu,
individu dengan kelompok, atau juga kelompok dengan kelompok.
Kegiatan-kegiatan yang ada di fungsi pengarahan , yaitu delegasi,
supervisi, motivasi, manajemen konflik serta komunikasi dan kolaborasi
(Nursallam, 2015).
a) Delegasi
Pendelegasian kegiatan melakukan pekerjaan melalui orang lain yang
bertujuan agar aktivitas organisasi tetap berjalan sesuai tujuan yang
telah ditetapkan. Bentuk delegasi diruang perawatan antara lain
kepala ruang mendelegasikan tugas kepada ketua tim/perawat primer
atau penanggung jawab shift. Sedangkan, ketua tim/perawat primer
mendelegasikan tugas kepada perawat pelaksana agar kegiatan
pendelegasian dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang diinginkan,
harus dilakukan komunikasi dengan baik, baik secara lisan maupun
tulisan antara person yang memberikan delegasi dan person yang
diberikan delegasi (Nursallam, 2015).
Beberapa teknik khusus untuk membantu manajer melakukan delegasi
dengan efektif yaitu tetapkan tujuan, tegaskan tanggung jawab dan
wewenang, berikan motivasi kepada bawahan, manajer dapat
memberikan dorongan bawahan melalui perhatian pada kebutuhan
dan tujuan mereka yang sensitif, meminta penyelesaian kerja, berikan
latihan, adakan pengawasan yang memadai (Nursallam, 2015).
b) Supervisi
Supervisi merupakan bentuk komunikasi yang bertujuan untuk
memastikan kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan dengan
cara melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut.
Supervisi dilakukan untuk memastikan kegiatan yang dilaksanakan
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Supervisi keperawatan,
fokus utamanya bukan pada kegiatan pemeriksaan yang mencari-cari
kesalahan, melainkan pada kegiatan supervisi ini lebih mengarah pada
pengawasan partisipatif. Kegiatan supervisi keperawatan
memungkinkan terjadinya pemberian penghargaan, diskusi dan juga
bimbingan yang bertujuan untuk mencari jalan keluar jika terjadi
kesulitan dalam tindakan keperawatan (Nursallam, 2015).
c) Motivasi
Motivasi berasal dari kata Latin movere yang berarti dorongan atau
menggerakkan. Motivasi merupakan konsep yang menggambarkan
kondisi ekstrinsik yang merangsang perilaku tertentu dan respons
intrinsik yang menampakkan perilaku manusia. Motivasi merupakan
proses psikologis yang meningkatkan dan mengarahkan perilaku
untuk mencapai tujuan. Motivasi sebagai proses yang ikut
menentukan intensitas, arah dan ketekunan individu dalam usaha
mencapai sasaran. Motivasi suatu kondisi yang menyebabkan atau
menimbulkan perilaku tertentu dan memberi arah serta ketahanan
(persistence) pada tingkah laku tersebut (Nursallam, 2015).
Disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu dorongan proses
psikologis yang menimbulkan perilaku tertentu dan ikut menentukan
intensitas, arah, ketekunan dan ketahanan pada perilaku tersebut
sesuai tujuan yang ditetapkan (Nursallam, 2015).
d) Manajemen konflik
Konflik merupakan proses yang bermula ketika satu pihak merasakan
bahwa pihak lain telah memengaruhi secara negatif atau akan segera
memengaruhi secara negatif. Konflik merupakan masalah internal dan
eksternal yang terjadi sebagai akibat perbedaan pendapat, nilai-nilai
atau keyakinan dua orang atau lebih. Konflik merupakan segala
macam interaksi pertentangan atau antagonistik antara dua pihak atau
lebih (Bakri, 2017).
Disimpulkan bahwa konflik merupakan proses yang bermula ketika
interaksi pihak satu dengan yang lain memunculkan masalah internal
maupun eksternal sebagai akibat perbedaan pendapat, nilai - nilai atau
keyakinan-keyakinan (Bakri, 2017).
e) Komunikasi dan kolaborasi
Komunikasi merupakan pertukaran pesan antar manusia dengan
tujuan pemahaman yang sama. Komunikasi merupakan unsur penting
dalam menggerakkan atau mengarahkan bawahan. Komunikasi juga
merupakan hubungan kontak antar manusia baik individu maupun
kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak
komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia itu sendiri.
Manusia sejak dilahirkan sudah berkomunikasi dengan
lingkungannya (Bakri, 2017).
5. Pengendalian/evaluasi (Controlling)
Controlling merupakan proses pemeriksaan apakah segala sesuatu yang terjadi
sesuai dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, serta
prinsip-prinsip yang ditetapkan, yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan
kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi (Nursallam, 2015). Tugas
seorang manajerial dalam usaha menjalankan dan mengembangkan fungsi
pengawasan manajerial perlu memperhatikan beberapa prinsip berikut :
a. Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan hasilnya mudah
diukur.
b. Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam upaya
mncapai tujuan organisasi.
c. Standart untuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada semua staf,
sehingga staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dan komitmen
terhadap kegiatan program.
d. Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan bahwa
sasaran dan kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan telah tersedia, serta
alat untuk memperbaiki kinerja. Terdapat 10 karakteristik suatu sistem kontrol
yang baik:
1. Harus menunjukkan sifat dari aktifitas
2. Harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera
3. Harus memandang kedepan
4. Harus menunjukkan penerimaan pada titik krisis
5. Harus obyektif
6. Harus fleksibel
7. Harus menunjukkan pola organisasi
8. Harus ekonomis
9. Harus mudah dimengerti
10. Harus menunjukkan tindakan perbaikan
Ada 2 metode pengukuran yang digunakan untuk mengkaji pencapaian tujuan
keperawatan, yaitu:
a. Analisa data
Perawat melihat gerkaan , tindakan dan prosedur yang tersusun dalam
pedoman tertulis, jadwal, aturan, catatan, anggaran. Hanya ukuran fisik saja
dan secara relatif beberapa alat digunakan untuk analisa tugas dalam
keperawatan.
b. Kontrol kualitas
Perawat dihadapkan pada pengukuran kualitas dan akibat-akibat dari
pelayanan keperawatan.
1. Manfaat pengawasan :
Apabila fungsi pengawasan dan pengendalian dapat dilaksanakan dengan tepat
maka akan diperoleh manfaat :

a. Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan


sesuai dengan standar atau rencana kerja. Dapat diketahui adanya
penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian staf dalam
melaksanakan tugas-tugasnya.
b. Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi
kebutuhan dan telah digunakan secara benar.
c. Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk
promosi dan latihan kerja.
D. Konsep Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan suatu hubungan secara sosial dimana satu kelompok
memiliki suatu kemampuan yang lebih besar untuk mempengaruhi perilaku orang
lain. Kepemimpinan berdasarkan pada suatu perbedaan kekuatan di antara orang-
orang yang berhubungan. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain
untuk bekerjasama secara produktif dan dalam kondisi yang menyenangkan
(Nursallam, 2015). Semua teori mengenai kepemimpinan menekankan pada tiga
gagasan yang dibangun baik secara bersama-sama maupun terpisah yaitu :
a) Rasionalitas, perilaku, dan kepribadian pemimpin
b) Rasionalitas, perilaku, dan kepribadian pengikut
c) Faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas, iklim organisasi,
dan budaya.
Kepemimpinan pada dasarnya melibatkan orang lain, melibatkan distribusi
kekuasaan yang tidak merata antara pemimpin dan anggota kelompok,
menggerakkan kemampuan dengan menggunakan berbagai bentuk kekuasaan
untuk mempengaruhi tingkah laku bawahan, dan menyangkut nilai (Nursallam,
2015).
2. Kepala Ruangan
Kepala ruangan adalah seorang tenaga keperawatan profesional yang diberikan
tanggung jawab serta kewenangan dalam mengelola/ mengatur kegiatan palayanan
keperawatan di ruang rawat (Titis, 2014).
a. Peran dan Fungsi Kepala Ruang
Adapun peran dan fungsi perawat kepala ruangan untuk mempersiapkan
standar-standar di ruang rawat inap bekerjasama dengan perawat pelaksana
adalah :
1. Membuat tujuan perawatan di ruang rawat inap mengacu pada tujuan visi,
dan misi pelayanan keperawatan di rumah sakit
2. Membuat, melengkapi standar operasional prosedur (SOP)di ruang
perawatan mencakup SOP askep, ketenagaan, peralatan dan cara
penanggulangan kedaruratan.
3. Membuat standar pola ketenagaan perawat di ruang rawat inap berdasarkan
kualifikasi dan kuantitas sesuai dengan kebutuhan perawat di ruang rawat
inap dengan menghitung jumlah tenaga perawat berdasarkan tingkat
ketergantungan pasien. Standar pola disesuaikan dengan misi, tujuan
pelayanan keperawatan di RS serta disesuaikan dengan kemampuan RS.
Mengajukan pola tersebut kepada bidang keperawatan atau direktur
keperawatan.
4. Melakukan analisis pola ketenagaan secara teratur terhadap standar pola
ketenagaan yang ditetapkan oleh Bidang Keperawatan dan direktur RS.
5. Membuat biodata perawat di ruang rawat
6. Mendokumentasikan daftar rotasi dan mutasi perawat
7. Membuat atau melengkapi standar asuhan keperawatan mencakup 10 kasus
terbanyak
8. Mengevaluasi format askep dan mengajukan kepada kepalabidang
perawatan atau Pokja keperawatan yang telah ditetapkan melakukan revisi
format askep untuk meningkatkan mutu pendokumentasian askep.
9. Membuat jadual rapat dengan staf dan melaksanakan pertemuan sesuai
jadual untuk memonitor mutu pelayanan keperawatan yang diberikan
kepada pasien, menginformasikan informasi dari direktur keperawatan,
bidang keperawatan, direktur RS terkait dengan peningkatan mutu
pelayanan.
10. Mendokumentasikan hasil rapat dan melakukan tindak lanjut untuk
perbaikan / peningkatan mutu askep.
11. Memonitor pelaksanaan inventaris alat-alat kesehatan/perawatan dan
memonitor kelengkapan alat-alat sesuai kebutuhan
12. Membuat rencana kebutuhan alat-alat keperawatan / kesehatan, alat-alat
tenun rumah tangga, ATK keperawatan di ruang rawat dan mengajukan
rencana tersebut kepada Kabid Perawatan atau Direktur Keperawatan.
13. Memonitor dokumentasi catatan frekuensi penggunaan alat-alat dan
dokumentasi pemeliharaan alat-alat
14. Melaksanakan pembinaan etik terhadap perawat staf terkaitdengan
pelanggaran etik yang dilakukan sesuai dengan pengelolaan etik
keperawatan di tingkat unit dan merujuk sesuai kebutuhan dan pengelolaan
etik keperawatanyang telah ditetapkan di RS.
15. Mendokumentasikan hasil pembinaan etik di tingkat ruangan.
16. Memonitor atau mengobservasi perawat melakukan tindakan keperawatan
17. Memonitor apakah SOP masih sesuai atau perlu direvisi. Melakukan revisi
SOP sesuai kebutuhan dan perkembangan iptek Kesehatan / Keperawatan
dan mengajukan hasil revisi kepada Bidang Keperawatan untuk ditetapkan
18. Membuat rencana pengembangan perawat staf baik formal maupun
informal dan mengajukan rencana tersebutkepada Kabid Perawatanatau
Direktur Keperawatan.
19. Dokumentasikan program, jadual, pelaksanaan, dan evaluasi bimbingan
terhadap mahasiswa dan pelaksanaan program orientasi pada perawat baru
20. Pantau kejadian infeksi di ruangan dan dokumentasikan hasilnya, kerjasama
dengan perawat pengendalian infeksi nosokomial di ruangan. Melakukan
tindaklanjut kerjasama dengan unit terkait untuk pengendalian dan
pencegahan infeksi nosokomial di ruang rawat.
21. Melakukan audit dokumentasi keperawatan, kepuasan pasien, observasi
perawat melakukan tindakan keperawatan secara periodik setiap 3 bulan
serta membuat dokumentasinya.
22. Menyampaikan hasil audit kepada Pokja mutu pelayanan keperawatan
23. Bekerjasama dengan Pokja terkait untuk melakukan tindaklanjut terhadap
hasil audit dalam memelihara dan peningkatkan mutu asuhan keperawatan
kepada pasien serta mendokumentasikan hasilnya
24. Melakukan evaluasi kinerja perawat staf secara periodik maksimal 1 kali
setahun dan mendokumentasikannya
25. Membuat jadual supervisi dengan perawat ketua tim atau primary nurse
26. Melakukan supervisi dan ronde keperawatan dengan perawat ketua tim atau
primary nurse serta mendokumentasikan pelaksanaannya.
27. Melakukan tindaklanjut terhadap hasil supervisi dan ronde keperawatan
untuk peningkatan kompetensi perawat staf dalam meningkatkan mutu
askep dan mendokumentasikan pelaksanaan tindaklanjut.
3. Ketua TIM
Ketua tim adalah seorang perawat yang bertugas yang mengepalai sekelompok
tenaga keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan di ruang rawat dan
bertanggung jawab langsung langsung kepada karu (Titis, 2014).
Tugas dan tanggung jawab ketua tim yaitu :
1) Mengkaji klien dan menerapkan tindakan keperawatan yang tepat.pengkajian
merupakan proses yang berlanjut dan berkesinangan, dapat melakukan serah
terima tugas
2) Mengkoordinasikan rencana perawatan yan tepat waktu membimbing anggota
tim untuk mencatat tindakan keperawatan yang telah di lakukan.
3) Meyakinkan semua evaluasi – evaluasi berupa respon klien terhadap tindakan
keperawatan.
4) Menilai kemajuan semua klien dari hasil pengamatan langsung / laporan
anggota tim.
4. Perawat Pelaksana (Primary Nursing)
Keperawatan primer (Primary Nursing) adalah sistem pemberian asuhan
keperawatan di tingkat rawat inap yang dapat mempermudah realisasi praktek
keperawatan professional (Titis, 2014).
Adapun tugas dari perawat pelaksana yaitu :
a. Membaca rencana keperawatan yang telah ditetapkan oleh ketua tim
b. Membina hubungan terapeutik dengan klien atau keluarga sebagai lanjutan
kontrak yang telah dilakukan perawat primer (PP).
c. Menerima klien baru bila ada dan melaksanakan orientasi.
d. Melakukan tindakan keperawatan berdasarkan rencana keperawatan.
e. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan
mendokumentasikan.
f. Mengikuti visite dokter.
g. Memeriksa kerapihan dan kelengkapan status keperawatan.
h. Membuat laporan pergantian dinas.
i. Mengkomunikasikan dengan PP atau PJ-shift atau ketua tim, bila menemukan
masalah yang pasien yang perlu diselesaikan.
j. Menyiapkan klien untuk pemeriksaan diagnostik, laborat pengobatan.
k. Berperan serta dalam memberikan pendidikan kesehatan.
E. Manajemen dengan menggunakan Metode MPKP (Model Praktik Keperawatan
Profesional)

Model praktik keperawatan profesional merupakan penataan struktur dan proses


sistem berian asuhan keperawatan pada tingkat ruang rawat sehingga memungkinkan
pemberian asuhan keperawatan profesiaonal; pengembangan MPKP merupakan upaya
berbagai negara untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan dan lingkungan kerja
perawat.

Pengembangan MPKP berbeda-beda di setiap negera atau rumah sakit. Namun,


menurut Hoffart dan wood ( 1996),MPKP terdiri atas lima susbsistem, hubungan
antarprofesional, metode pemberian asuhan keperawatan, pendekatan manajemen
terutama dalam pengambilan keputusan dan sisitem kompensasi, dan penghargaan.

Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur,


proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur
pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan.
(Ratna sitorus &Yulia, 2006).

Model asuhan keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu kerangka kerja


yang mendefinisikan keempat unsur :standar, proses keperawatan, pendidikan
keperawatan dan sistem MPKP. Defenisi tersebut berdasarakan perinsip-perinsip nilai-
nilai yang di yakini dan yang akan menentukan kulitas produksi/ jasa layanan
keperawawatan.

a. Metode Penugasan

1) Fungsional
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu
karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat
hanya melakukan 1-2 jenis intervensi ( misalnya, merawat luka ) keperawatan
kepada semua pasien di bangsal.
Kepala Ruang

Pasien/klien

Perawat :pengoba tan Perawat :merawa t luka Perawat :pengobat an Perawat :merawat luka

Kelebihannya :

1) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas


yang jelas dan pengawaan yang baik.
2) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga.
3) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial,
sedangkan perawat pasien di serahkan kepada perawat junior dan
atau belum berpengalaman

Kelemahan :

1) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat


2) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan
3) Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan
dengan keterampilan saja.
2) Metode Keperawatan Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat
ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri dari tenaga professional, tehnikal
dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu.

Kelebihannya :

1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh


2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
3) Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik
mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim.

Kelemahan :

Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi


tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada
waktu-waktu sibuk.

Konsep Metode Tim :

1) Ketua tim sebagai perawat professional harus mampu menggunakan


berbagai tehnik kepemimpinan.
2) Pentingnya komunikasi yang efektif agar komunikasi yang efektif agar
kontinuitas rencana keperawatan terjamin.
3) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
4) Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik
bila didukung oleh Kepala Ruang.
Kepala ruang

Ketua tim Ketua tim Ketuatim

Staf perawat Staf perawat Staf perawat

Pasien/klien Pasien/klien Pasien/klien

3) Keperawatan Primer

Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh


selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai
keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara si
pembuat rencana asuhan dan pelaksana.Metode primer ini ditandai dengan adanya
keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan dan koordinasi Asuhan Keperawatan selama pasien
dirawat.
Bagan Pengembangan MPAKAP : PRIMER

Tim medis Kepala ruangan Sarana RS

PP1

PP1

PA 1 PA1

PA 2 PA2

Pasien Pasien

12345 12345
Diagram Sistem Asuhan Keperawatan ‘’ Primary
Nursing ‘’.

Dokter

Kepala ruang

Sarana RS

Perawat primer

Pasien/klien

Perawat
Pelaksana Pagi

Perawat Pelaksana Perawat


Siang Pelaksana Malam
Kelebihan :

1) Bersifat kontinuitas dan komprehensif.


2) Perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri
3) Keuntungan antara lain terhadap pasien, pearawt, dokter, dan rumah sakit
( Gillies, 1989 )

Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan karena


terpenuhinya kebutuhan secara individu.Selain itu asuhan yang diberikan bermutu
tinggi dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi,
informasi dan advokasi.Dokter juga merasakan kepuasan dengan model primer karena
senantiasa mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang selalu diperbaruhi dan
komprehensif.

Kelemahan :

Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan


pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan
mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinik, akontable serta
mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin.

4) Manajemen Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia
dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada
jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.
Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini
umumnyadilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti :
isolasi, intensive care.

Kelebihannya :

1) Perawat lebih memahami kasus per kasus


2) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah.

Kekurangannya :

1) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggung jawab


2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai
kemampuan dasar yang sama.
Kepala Ruang

Staf Perawat Staf Perawat Staff perawat

Pasien/klien Pasien/klien Pasien/klien

5) Modifikasi : TIM PRIMER

Pada model MAKP tim digunakan secara kombinasi dari kedua sistem.
Menurut Sitorus ( 2000 ) penetapan sistem model MAKP ini didasarkan pada
beberapa alasan :

a) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena sebagai perawat


primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1 Keperawatan atau
setara.
b) Keperawatan Tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab
asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada bagian TIM.
c) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan
keperawatan dan akontabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer.
Disamping itu karena saat ini jenis pendidikan perawat yang ada di RS,
sebagian besar adalah lulusan SPK, maka akan mendapat bimbingan dari
perawat primer /Ketua Tim tentang asuhan keperawatan.
Contoh ( dikutip dari Sitorus, 2002 )
Untuk ruang model MAKP ini diperlukan 26 perawat. Dengan menggunakan model modifikasi
keperawatan primer ini diperlukan 4 ( empat ) orang perawat primer ( PP ) dengan kualifikasi S1
Keperawatan/DIV Keperawatan, di samping seorang kepala ruang rawat juga S1/DIV Kep. Perawat
Asosciet ( PA ) 21 orang, kualifikasi pendidikan perawat asosiet terdiri dari lulusan D3 Kep dan SPK
( 3 orang ). Pengelompokan Tim pada setiap shift/jaga terlihat pada gambar di bawah ini.

Kepala ruang

PP1 PP2 PP3 PP4

PA PA PA PA
PA PA PA PA

7-8 pasien 7-8 pasien 7-8 pasien 7-8 pasien

b. Uraian Kerja Kepala Ruagan ,Perawat Primer, dan Perawat Assosiet

Peran masing-masiing komponen kepala ruangan: perawat primer, dan perawat


assosciate.
Kepala ruangan (KARU) Perawat Premer (PP) Perawat Assosciate (PA)
1) Menerima pasien 1) Membuat 1) Memeberikan ASKEP
baru perencanaan ASKEP
2) Mengikuti
2) Mengadakan
2) Memimpin rapat timbang terima
tindakan kalaborasi
3) Mengevaluasi 3) Melaksanakan
3) Memimpin
kinerja perawat tugas yang
timbang terima
4) Membuat daftar didelegasikan
4) Mendelegasikan tugas
dinas 4) Mendokumentasikan
5) Memimpin
5) Perencanaan, tindakan
pengawasan, keperawatan
ronde keperawatan
pengarahan,
6) Menegevaluasi
dan pengawasan
pemberian
ASKEP
7) Bertangunggung
jawab terhadap
pasien
8) Memberi petunjuk
jika pasien akan
pulang
9) Memimpin
timbang teriama
10) Mengisi resume
Keperawatan
F. Perhitungan tenaga keperawatan
1. Prinsip – prinsip dalam ketenagakerjaan
a. Pembagian Kerja
Prinsip dasar untuk mencapai efisiensi yaitu pekerjaan dibagi-bagi sehingga setiap
orang memilik tugas tertentu. Untuk ini kepala bidang keperawatan perlu mengetahui
tentang :
1.      Pendidikan dan pengalaman setiap staf
2.      Peran dan fungsi perawat yang diterapkan di RS tersebut
3.      Mengetahui ruang lingkup tugas kepala bidang keperawatan dan kedudukan
dalam organisasi
4.      Mengetahui batas wewenang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
5.      Mengetahui hal- hal-hal yang dapat didelegasikan kepada staf dan kepada tenaga
non keperawatan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pengelompokkan dan pembagian kerja
1.      Jumlah tugas yang dibebankan seseorang terbatas dan sesuai dengan
kemampuannya
2.      Tiap bangsal / bagian memiliki perincian aktivitas yang jelas dan tertulis
3.      Tiap staf memiliki perincian tugas yang jelas
4.      Variasi tugas bagi seseorang diusahakan sejenis atau erat hubungannya
5.      Mencegah terjadinya pengkotakkan antar staf/kegiatan
6.      Penggolongan tugas berdsasarkan kepentingan mendesak, kesulitan dan waktu.
Disamping itu setiap staf mengetahui kepada siapa dia harus melapor, minta
bantuan atau bertanya, dan siapa atasan langsung serta dari siapa dia menerima
tugas
b.  Pendelegasian Tugas
Pendelegasian adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab kepada
staf untuk bertindak dalam batas-batas tertentu. Dengan pendelegasian, seorang
pimpinan dapat mencapai tujuan dan sasaran kelompok melalui usaha orang lain,
hal mana merupakan inti manajemen. Selain itu dengan pendelegasian , seorang
pimpinan mempunyai waktu lebih banyak untuk melakukan hal lain yang lebih
penting seperti perencanaan dan evaluasi. Pendelegasian juga merupakan alat
pengembangan dan latihan manajemen yang bermanfaat. Staf yang memiliki
minat terhadap tantangan yang lebih besar akan menjadi lebih komit dan puas bila
diberikan kesempatan untuk memegang tugas atau tantangan yang penting.
Sebaliknya kurangnya pendelegasian akan menghambat inisiatif staf.
Keuntungan bagi staf dengan melakukan pendelegasian adalah
mengambangkan rasa tanggung jawab, meningkatkan pengetahuan dan rasa
percaya diri, berkualitas, lebih komit dan puas pada pekerjaan.. Disamping itu
mamfaat pendelegasian untuk kepala bidang keperawatan sendiri adalah
mempunyai waktu lebih banyak untuk melakukan hal-hal lain seperti perencanaan
dan evaluasi, meningkatkan kedewasaan dan rasa percaya diri, memberikan
pengaruh dan power baik intern maupun ekstern, dapat mencapai pelayanan dan
sasaran keperawatan melalui usaha orang lain
Walaupun pendelegasian merupakan alat manajemen yang efektif, banyak
pimpinan yang gagal mengerjakan pendelegasian ini. Beberapa alasan yang
menghambat dalam melakukan pendelegasian :
 Meyakini pendapat yang salah “Jika kamu ingin hal itu dilaksanakan
dengan tepat, kerjakanlah sendiri”.
 kurang percaya diri
 Takut dianggap malas
 Takut persaingan
 Takut kehilangan kendali
 Merasa tidak pasti tentang apa dan kapan melakukan pendelegasian,
mempunyai definisi     kerja yang tidak jelas
 Takut tidak disukai oleh staf, dianggap melemparkan tugas
 Menolak untuk mengambil resiko tergantung pada orang lain
 Kurang kontrol yang memberikan peringatan dini adanya masalah,
sehubungan dengan tugas yang didelegasika
 Kurang contoh dari pimpinan lain dalam hal mendelegasikan
 Kurang keyakinan dan dan kepercayaan terhadap staf, merasa staf kurang
memiliki ketrampilan atau pengetahuan untuk melakukan tugas tersebut.
Dalam pendelegasian wewenang, masalah yang terpenting adalah apa tugas dan
seberapa besar wewenang yang harus dan dapat dilimpahkan kepada staf.
Hal ini tergantung pada :
a.   Sifat kegiatan ; untuk kegiatan rutin, delegasi wewenang dapat diberikan lebih
besar kepada staf.
b.   Kemampuan staf ; tugas yang didelegasikan jangan terlalu ringan atau terlalu
berat.
c.  Hasil yang diharapkan ; Applebaum dan Rohrs menyarankan agar pimpinan
jangan mendelegasikan tanggung jawab untuk perencanaan strategik atau
mengevaluasi dan mendisiplin bawahan baru. Mereka juga menyarankan agar
mendelegasikan tugas yang utuh dari pada mendelegasikan sebagian aspek dari
suatu kegiatan.
Beberapa petunjuk untuk melakukan pendelegasian yang efektif :
§  jangan membaurkan dengan pelemparan tugas. Oleh karena itu jangan
mendelegasikan tugas yang anda sendiri tidak mau melakukannya.
§  jangan takut salah
§  jangan mendelegasikan tugas pada seseorang yang kurang memiliki ketrampilan
atau pengetahuan untuk sukses
§  kembangkan tingkat keterampilan dan pengetahuan staf, sehingga mereka dapat
melakukan tugas yang didelegasikan
§  perlihatkan rasa percaya atas kemampuan staf untuk berhasil
§  antisipasi kesalahan yang dapat terjadi dan ambil langkah pemecahan masalahnya
§  hindari kritik bila terjadi kesalahan
§  berikan penjelasan yang jelas tentang tanggung jawab, wewenang, tanggung
gugat dan dukungan yang tersedia
§  berikan pengakuan dan penghargaan atas tugas yang telah terlaksana dengan baik
Langkah yang harus ditempuh agar dapat melakukan pendelegasian yang efektif :
1. tetapkan tugas yang akan didelegasikan
2. pilihlah orang yang akan diberi delegasi
3. berikan uraian tugas yang akan didelegasikan dengan jelas
4. uraikan hasil spesifik yang anda harapkan dan kapan anda harapkan hasil
tersebut
5. jelaskan batas wewenang dan tanggung jawab yang dimiliki staf tersebut
6. minta staf tersebut menyimpulkan pokok tugasnya dan cek penerimaan
staf tersebut atas tugas yang didelegasikan.
7. tetapkan waktu untuk mengontrol perkembangan
8. berikan dukungan
9. evaluasi hasilnya
c. Koordinasi
Koordinasi adalah keselarasan tindakan, usaha, sikap dan penyesuaian
antar tenaga yang ada dibangsal. Keselarasan ini dapat terjalin antar perawat
dengan anggota tim kesehatan lain maupun dengan tenaga dari bagian lain.
Manfaat Koordinasi:
o menghindari perasaan lepas antar tugas yang ada dibangsal / bagian dan
perasaan lebih penting dari yang lain
o menumbuhkan rasa saling membantu
o menimbulkan kesatuan tindakan dan sikap antar staf
Cara koordinasi:
Komunikasi terbuka, dialog, pertemuan/rapat, pencatatan dan pelaporan,
pembakuan formulir yang berlaku.

d. Manajemen Waktu
Dalam mengorganisir sumber daya, sering kepala bidang keperawatan
mengalami kesulitan dalam mengatur dan mengendalikan waktu. Banyak waktu
pengelola dihabiskan untuk orang lain. Oleh karena itu perlu pengontrolan waktu
sehingga dapat digunakan lebih efektif.
Untuk mengendalikan waktu agar lebih efektif perlu :
1. analisa waktu yang dipakai; membuat agenda harian untuk menentukan
kategori kegiatan yang ada
2. memeriksa kembali masing-masing porsi dari tiap aktifitas
3. menentukan prioritas pekerjaan menurut kegawatan, dan perkembangannnya
serta tujuan yang akan dicapai
4. mendelegasikan
Hambatan yang sering terjadi pada pengaturan waktu
1.      terperangkap dalam pekerjaan
2.      menunda karena takut salah
3.      tamu yang tidak terjadwal
4.      telpon
5.      rapat yang tidak produktif
6.      peraturan “open door”
7.      tidak dapat mengatakan “tidak” pada hal-hal yang tidak perlu.

2. Perhitungan Tenaga Perawat.


Didalam penerapan kebutuhan ketenagakerjaan harus diperhatikan adanya faktor yang
terkait beban kerja perawat, diantaranya seperti berikut :
a. Jumlah klien yang dirawat/hari/bulan/tahun dalam suatu unit
b. Kondisi atau tingkat ketergantungan klien
c. Rata-rata hari perawatan klien
d. Pengukuran perawatan langsung dan tidak langsung
e. Frekuensi tindakan yang dibutuhkan
f. Rata-rata waktu keperawatan langsung dan tidak langsung
g. Pemberian cuti.
Menurut Suyanto (2018), perhitungan tenaga kerja perawat perlu diperhatikan hal-hal,
sebagai berikut :
1.      Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan tenaga keperawatan.

a. Faktor klien, meliputi : tingkat kompleksitas perawat, kondisi pasien sesuai


dengan jenis penyakit dan usianya, jumlah pasien dan fluktuasinya, keadaan sosial
ekonomi dan harapan pasien dan keluarga.
b. Faktor tenaga, meliputi : jumlah dan komposisi tenaga keperawatan, kebijakan
pengaturan dinas, uraian tugas perawat, kebijakan personalia, tingkat pendidikan
dan pengalaman kerja, tenaga perawat spesialis dan sikap ethis professional.
c. Faktor lingkungan, meliputi : tipe dan lokasi rumah sakit, lay out keperawatan,
fasilitas dan jenis pelayanan yang diberikan, kelengkapan peralatan medik atau
diagnostik, pelayanan penunjang dari instalasi lain dan macam kegiatan yang
dilaksanakan.
d. Faktor organisasi, meliputi : mutu pelayanan yang ditetapkan dan kebijakan
pembinaan dan pengembangan.

2.      Rumusan perhitungan tenaga perawat

a.       Peraturan Men.Kes.R.I. No.262/Men.Kes./Per/VII/1979 menetapkan bahwa


perbandingan jumlah tempat tidur rumah sakit dibanding dengan jumlah perawat
adalah sebagai berikut :

Jumlah tempat tidur : Jumlah perawat = 3-4 tempat tidur : 2 perawat.


b.      Hasil Work Shop Perawatan oleh Dep.Kes RI di Ciloto Tahun 1971
menyebutkan bahwa :

Jumlah tenaga keperawatan : pasien = 5 : 9 tiap shift.


c.       Menggunakan sistem klasifikasi pasien berdasarkan perhitungan kebutuhan
tenaga.

Klasifikasi Klien Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Menurut Douglas


membagi klasifikasi klien berdasarkan tingkat ketergantungan klien dengan
menggunakan standar sebagai berikut :
a) Kategori I : self care/perawatan mandiri, memerlukan waktu 1-2 jam/hari
a. kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
b. makanan dan minum dilakukan sendiri
c. ambulasi dengan pengawasan
d. observasi tanda-tanda vital setiap pergantian shift
e. minimal dengan status psikologi stabil
f. perawatan luka sederhana.
b) Kategori II : Intermediate care/perawatan partial, memerlukan waktu 3-4
jam/hari
a. kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
b. observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
c. ambulasi dibantu
d. pengobatan dengan injeksi
e. klien dengan kateter urin, pemasukan dan pengeluaran dicatat
f. klien dengan infus, dan klien dengan pleura pungsi.
c) Kategori III : Total care/Intensif care, memerlukan waktu 5-6 jam/hari
a. semua kebutuhan klien dibantu
b. perubahan posisi setiap 2 jam dengan bantuan
c. observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
d. makan dan minum melalui selang lambung
e. pengobatan intravena “perdrip”
f. dilakukan suction
g. gelisah / disorientasi
h. perawatan luka kompleks.

3. Metode – metode Cara Perhitungan Ketenagakerjaan


Tingkat ketergantungan perhitungan tenaga perawat ada beberapa metode, antara lain
yaitu
a. Metode Douglas
b. Metode Sistem Akuitas
c. Metode Gillies
d. Metode Swanburg
Penjelasan dari metode-metode cara perhitungan ketenagakerjaan adalah sebagai
berikut :
1. Metode Douglas
a. Douglas menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam suatu unit
perawatan berdasarkan klasifikasi klien, dimana masingmasing kategori
mempunyai nilai standar per shift nya, yaitu sebagai berikut :
b.
Jumlah Klasifikasi KLien
Pasien Minimal Parsial Total
Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam

1 0 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20


,
1
7
2 0 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
,
3
4
3 0 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60
,
5
1
dst

Contoh kasus
Ruang rawat dengan 17 orang klien, dimana 3 orang dengan ketergantungan minimal, 8
orang dengan ketergantungan partial dan 6 orang dengan ketergantungan total.
Maka jumlah perawat yang dibutuhkan :
Minimal Parsial Total Jumlah
Pagi 0,17 x 3 = 0.27 x 8 = 0.36 x 6 = 4.83 (5)
0,51 2.16 2.16 orang
Sore 0.14 x 3 = 0.15 x 8 = 0.3 x 6 = 3.42 (4)
0.42 1.2 1.8 orang
Malam 0.07 x 3 = 0.10 x 8 = 0.2 x 6 = 2.21 (2)
0.21 0.8 1.2 orang
Jumlah secara keseluruhan perawat perhari                                                         11 Orang

2. Metode Sistem Akuitas


Kelas I : 2 jam/hari
Kelas II : 3 jam/hari
Kelas III : 4,5 jam/hari
Kelas IV : 6 jam/hari
Untuk tiga kali pergantian shift ¨ Pagi : Sore : Malam = 35% : 35 % : 30%
Contoh :
Rata rata jumlah klien
1. kelas I                = 3 orang x 2 jam/hari             = 6 jam
2. kelas II             = 8 orang x 3 jam/hari             = 24 jam
3. kelas III             = 4 orang x 4.5 jam/hari          = 18 jam
4. kelas IV             = 2 orang x 6 jam/hari             = 12 jam
Jumlah jam                                                            :  60 jam
-          pagi/sore = 60 jam x 35% = 2.625 orang (3 orang)
                                 8 jam
-          Malam = 60 jam x 30% = 2.25 orang (2 orang )
                              8 jam
jadi jumlah perawat dinas 1 hari = 3+3+2 = 8 orang.

3. Metode Gillies
Gillies (1994) menjelaskan rumus kebutuhan tenaga keperawatan di suatu unit
perawatan adalah sebagai berikut :
Jumlah jam keperawatan                 rata rata              jumlah
yang dibutuhkan klien/hari  x   klien/hari       x   hari/tahun
Jumlah hari/tahun                -   hari libur       x   jmlh jam kerja
                                                 Masing2            tiap perawat
                                                 Perawat
jumlah keperawatan yang dibutuhkan /tahun
=          jumlah jam keperawatan yang di berikan perawat/tahun
=          jumlah perawat di satu unit
Prinsip perhitungan rumus Gillies :
Jumlah Jam keperawatan yang dibutuhkan klien perhari adalah :
1.   waktu keperawatan langsung (rata rata 4-5 jam/klien/hari) dengan spesifikasi
pembagian adalah : keperawatan mandiri (self care) = ¼ x 4 = 1 jam ,
keperawatan  partial (partial care ) = ¾ x 4 = 3 jam , keperawatan total (total
care) = 1-1.5 x 4 = 4-6 jam dan keperawatan intensif (intensive care) = 2 x 4
jam = 8 jam.
2.  Waktu keperawatan tidak langsung
   · menurut RS Detroit (Gillies, 1994) = 38 menit/klien/hari
      · menurut Wolfe & Young ( Gillies, 1994) = 60 menit/klien/hari = 1
jam/klien/hari
3.  Waktu penyuluhan kesehatan lebih kurang 15 menit/hari/klien = 0,25
jam/hari/klien
4.  Rata rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat di suatu unit
berdasarkan rata- rata biaya atau menurut Bed Occupancy Rate (BOR) dengan
rumus :
            Jumlah hari perawatan RS dalam waktu tertentu x 100 %
                        Jumlah tempat tidur x 365 hari
5.  Jumlah hari pertahun yaitu : 365 hari.
6.  Hari libur masing-masing perawat per tahun, yaitu : 73 hari
( hari        minggu/libur = 52 hari ( untuk hari sabtu tergantung kebijakan
rumah sakit setempat, kalau ini merupakan hari libur maka harus
diperhitungkan , begitu juga sebaliknya ), hari libur nasional = 13 hari, dan cuti
tahunan = 8 hari).
7.  Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam per minggu (kalau hari kerja
efektif 6 hari maka 40/6 = 6.6 = 7 jam per hari, kalau hari kerja efektif 5 hari
maka 40/5 = 8 jam per hari)
8.  Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan disatu unit harus ditambah 20%
(untuk antisipasi kekurangan /cadangan ).
9.   Perbandingan profesional berbanding dengan vocasional = 55% : 45 %
Contoh 
a. Rata rata jam perawatan klien per hari = 5 jam/hari
b. Rata rata = 17 klien / hari (3 orang dengan ketergantungan minimal, 8
orang denganketergantungan partial dan 6 orang
dengan ketergantungan total)
c. Jumlah jam kerja tiap perawat = 40 jam/minggu ( 6 hari/minggu ) jadi
jumlah jam kerja perhari 40 jam dibagi 6 = 7 jam /hari
d. Jumlah hari libur : 73 hari ( 52 +8 (cuti) + 13 (libur nasional)
Ø  Jumlah jam keperawatan langsung
- Ketergantungan minimal      = 3 orang x 1 jam = 3 jam
- Ketergantungan partial         = 8 orang x 3 jam = 24 jam
- Ketergantungan total            = 6 orang x 6 jam = 36 jam
                                    Jumlah jam                        = 63 jam

Ø  Jumlah keperawatan tidak langsung


            17 orang klien x 1 jam = 17 jam
Ø  Pendidikan Kesehatan = 17 orang klien x 0,25 = 4,25 jam

Sehingga Jumlah total jam keperawatan /klien/hari :


63 jam + 17 jam + 4,25 jam = 4,96 Jam/klien/hari
                        17 orang
Jadi,,
1.      Jumlah tenaga yang dibutuhkan :
4,96 x 17 x 365    =   30.776,8 = 15,06 orang ( 15 orang )
(365 – 73) x 7              2044
2.      Untuk cadangan 20% menjadi 15 x 20% = 3 orang
3.      Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan 15 + 3 = 18 orang
/hari
Perbandingan profesional berbanding dengan vocasional = 55% : 45 % = 10 : 8
orang
4.  Metode Swansburg
Contoh:
Pada suatu unit dengan 24 tempat tidur dan 17 klien rata rata perhari .
Jumlah jam kontak langsung perawat – klien = 5 jam /klien/hari.
1)   total jam perawat /hari : 17 x 5 jam = 85 jam jumlah perawat yang
dibutuhkan : 85 / 7 = 12,143 ( 12 orang) perawat/hari
2)   Total jam kerja /minggu = 40 jam jumlah shift perminggu = 12 x 7 (1
minggu) = 84 shift/minggu jumlah staf yang dibutuhkan perhari = 84/6 = 14
orang (jumlah staf sama bekerja setiap hari dengan 6 hari kerja perminggu dan
7 jam/shift)
Menurut Warstler dalam Swansburg dan Swansburg (1999),
merekomendasikan untuk
pembagian proporsi dinas dalam satu hari ¨ pagi : siang : malam = 47 % : 36
% : 17 %
Sehingga jika jumlah total staf keperawatan /hari = 14 orang
?  Pagi     : 47% x 14 = 6,58 = 7 orang
?  Sore     : 36% x 14 = 5,04 = 5 orang
?  Malam : 17% x 14 = 2,38 = 2 orang

G. Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat disamping melibatkan pasien untuk
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus
dilaksanakan oleh perawat primer dan atau konselor, kepala ruangan, perawat associate
yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam, 2002).
Karakteristik dari Ronde Keperawatan:
1. Pasien dilibatkan secara langsung.
2. Pasien merupakan fokus kegiatan.
3. PA, PP dan Konselor melakukan diskusi bersama.
4. Konselor memfasilitasi kreativitas ;
5. Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA dan PP dalam
meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah.
MEKANISME KEGIATAN RONDE KEPERAWATAN

KEG.
WAKTU TAHAP KEGIATAN PELAKS. TEMPAT
PASIEN
Pra Ronde :
1. Menentukan kasus
dan topik
2. Menentukan tim
1 hari ronde keperawatan
Pra Penanggung Ruang
sebelum 3. Menentukan
Ronde Jawab Perawatan
Ronde literature
4. Membuat proposal
5. Mempersiapkan
pasien
6. Diskusi pelaksanaan
Pembukaan :
1. Salam Pembuka
2. Memperkenalkan tim
ronde
Nurse
5 menit Ronde 3. Menyampaikan Karu
Station
identitas dan masalah
pasien
4. Menjelaskan tujuan
ronde
30 menit Penyajian masalah : PP Nurse Mendengar-
1. Memberi salam dan Station kan
memperkenalkan
pasien dan keluarga
kepada tim ronde
2. Menjelaskan riwayat
penyakit dan
keperawatan pasien
3. Menjelaskan masalah
pasien dan rencana
tindakan yang telah
dilaksanakan dan
serta menetapkan
prioritas yang perlu
didiskusikan

Validasi data : Karu, PP, Memberikan


4. Mencocokkan Perawat, Ruang respon dan
dan menjelaskan Konselor Perawatan menjawab
kembali data yang pertanyaan
telah disampaikan
5. Diskusi antar anggota
tim dan pasien
tentang masalah
keperawatan tersebut
6. Pemberian justifikasi
oleh perawat primer
atau konselor atau
kepala ruangan
tentang masalah
pasien serta rencana
tindakan yang akan
dilakukan
7. Menentukan tindakan
keperawatan pada
masalah prioritas Karu
yang telah ditetapkan

10 menit Pasca 1. Evaluasi dan Karu, Nurse


rekomendasi Supervisor,
intervensi Perawat
Ronde Station
keperawatan konselor
2. Penutup

LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN RONDE KEPERAWATAN

Tahap pra………………………. P P
PENETAPAN PASIEN

PERSIAPAN PASIEN :
o Informed consent
o Hasil pengkajian/validasi data

Tahap Pelaksanaan
di nurse station………….
PENYAJIAN MASALAH  Apa diagnosis keperawatan
MASLA  Apa data yang mendukung
 Bagaimana intervensi yang
dilakukan ?
 Apa hambatan yang
ditemukan ?

VALIDASI DATA

Tahap Pelaksanaan di kamar pasien………………………… Diskusi PP


Konselor, KARU

Lanjutan - diskusi
di nurse station

Pasca Ronde…………………………………………….Kesimpulan dan Rekomendasi


Solusi masalah

Keterangan
1. Pra Ronde
a. Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan masalah yang langka)
b. Menentukan tim ronde
c. Mencari sumber atau literature
d. Membuat proporsal
e. Mempersiapkan pasien: Informed concernt dan pengkajian
f. Diskusi: Apakah diagnosis keperawatan?; Apa data yang mendukung?; Bagaimana
intervensi yang sudah dilakukan?; dan Apa hambatan yang ditemukan selama
perawatan?
2. Pelaksanaan Ronde
a. Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang difokuskan pada masalah
keperawatan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan dan atau telah dilaksanakan
serta memilih prioritas yang perlu didiskusikan
b. Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
c. Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau kepala ruangan tentang
masalah pasien serta rencana tindakan yang akan dilakukan
3. Pasca Ronde
a. Evaluasi, revisi dan perbaikan.
b. Kesimpulan dan rekomendasi penegakkan diagnosis; intervensi keperawatan
selanjutnya.

PERAN MASING-MASING ANGGOTA TIM


1. Peran Perawat Primer dan Perawat Associate
a. Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien.
b. Menjelaskan diagnosis keperawatan.
c. Menjelaskan intervensi yang dilakukan.
d. Menjelaskan hasil yang didapat.
e. Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) dari tindakan yang diambil.
f. Menggali masalah-masalah pasien yang belum terkaji.

2. Peran Perawat Konselor


a. Memberikan justifikasi.
b. Memberikan reinforcement.
c. Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan dan rasional tindakan.
d. Mengarahkan dan koreksi.
e. Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari.

KRITERIA EVALUASI
1. Struktur
a. Persyaratan administratif (informed concernt, alat dan lainnya)
b. Tim ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde keperawatan
c. Persiapan dilakukan sebelumnya
2. Proses
a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
b. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang sudah
ditentukan
3. Hasil
a. Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan
b. Masalah pasien dapat teratasi
c. Perawat dapat :
1) Menumbuhkan cara berpikir yang kritis
2) Meningkatkan cara berpikir yang sistematis
3) Meningkatkan kemampuan validasi data pasien
4) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
5) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada
masalah pasien
6) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan
7) Meningkatkan kemampuan justifikasi
8) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja                                 

DAFTAR PUSTAKA

Bakri, M. H. (2017). Manajemen keperawatan (konsep dan aplikasi dalam praktik keperawatan
profesional). Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan (Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional)
(5th ed.). Jakarta: Salemba Medika.

Rusmianingsih, Nining. (2012). Hubungan Penerapan Metode Pemberian Asuhan Keperawatan


Tim dengan Kepuasan Kerja Perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Kabupaten Tangerang. (Tesis). Universitas Indonesia, Depok Indonesia.

Simamoro, R. (2012). Manajement keperawatan. Jakarta: EGC.

Siregar, S. (2014). Metode penelitian kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada.

Titis, S. (2014). Hubungan kerja perawat dengan mutu pendokumentasian asuhan keperawatan di
ruang rawat inap penyakit dalam RSUD . Panambahan Senopati bantul Yokyakta.
(Skripsi). Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah, Depok , Yogkarta.

Anda mungkin juga menyukai