Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH MATERNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN CA. OVARIUM

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. ELFIZA FITRIAMI, S.Kep., M.Kep

DISUSUN OLEH :

MELLAN ZAHRi 18010018

PRODI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEKANBARU MEDICAL CENTER

TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas Kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang keperawatan
maternitas.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang keperawatan maternitas ini dapat
memberikan manfaat terhadap pembaca.

Pekanbaru, 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................................................
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................
DAFTAR ISI .....................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................................
A. Latar belakang...........................................................................................................................
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................
C. Tujuan.......................................................................................................................................
D. Manfaat penulisan.....................................................................................................................
E. Metode Penulisan......................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................................
A. Konsep Dasar Penyakit.............................................................................................
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.........................................................................
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................
A. Kesimpulan...............................................................................................................................
B. Saran.........................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG


Setelah kanker paru-paru dan bronkus, kanker payudara, kanker pancreas, dan kanker kolon,
kanker ovarium primer merupakan penyebab terbesar kelima dari kematian akibat kanker pada
wanita Amerika. Pada wanita yang sebeleumnya menderita kanker payudara, kanker metastatic
lebih umum terjadi daripada kanker di tempat lain. Prognosisnya bervariasi menurut tipe
histologist dan stadium penyakit, namun umumnya buruk karena tumor ovarium hanya
menunjukkan sedikit tanda dan umumnya saat didiagnosis sudah berasa di stadium atas. Kanker
ovarium muncul dalam tiga tipe utama. Tumor ovarium menyebar cepat secara intraperitoneal
dengan ekstensi local atau pembenihan permukaan dan kadang-kadang melalui limfatik dan
aliran darah.
Kanker ovarium merupakan suatu kanker yang belum diketahui penyebabnya. Kanker
Ovarium sering ditemukan wanita yang berumur 40 - 74 tahun. Penyebaran suatu kanker
ovarium bisa menyebar kebagian yang lain,seperti daerah panggul dan perut melalui getah
bening dan melalui peredaran darah untuk menuju kehati dan paru-paru. Kanker ovarium adalah
jenis epitel adalah penyebab utama kematian akibat kanker ginekologi diamerika serikat. Pada
tahun 2003 diperkirakan terdapat 25.400 kasus kanker dengan 14.300 kematian yang mencakup
kira- kira 5% dari semua kematian wanita karena kanker. Meskipun mayoritas kanker ovarium
adalah jenis epitelial,kanker ovarium dapat juga berasal dari sel yang terdapat diovarium. Tumor
ovarium yang berasal dari sel germinal yang kelasifisikan sebagai disgerminoma dan teratoma
sedangkan tumor ovarium yang berasal dari sel folikel di kelasifisaikan sebagai sex cord stromal
terutama tumor sel granulosa dan tumor yang berasal dari stroma ovarium adalah sarkoma. Akan
tetapi angka kejadian tumor ovarium non epitelial kecil sekali sehingga dianggap angka kejadian
seluruh kanker ovarium.
Kanker ovarium jarang ditemukan pada umur dibawah 40 tahun . Angaka kejadian
meningkat dengan makin tuanya usia 15 – 16 per 100.000 pada usia 40 -44 tahun menjadi paling
tinggi dengan angka kematain 57 per 100.000 pada usia 70 – 74 tahun.Usia median saat
diagnosis adalah 63 tahun dan 48 % penderita berusia diatas 65 tahun.
Pada tahun 2005, Masyarakat kanker Amerika memperkirakan bahwa 22.220 kasus baru
kanker ovarian akan bisa di diagnosa, dan itu kan membunuh 16.200 wanita. Hanya 77% kasus
yang mempunyai tingkat nilai survival 1 tahun, 44% kasus yang mempunyai tingkat nilai suvival
5 tahun. Dan hanya 19% kasus saja kasus yang di diagnosa sebelum metastasis terjadi. Hal
tersebut disebabkan Oleh karena ketiadaan adanya deteksi dini peyakit dan kemajuan penyakit
yang cepat. Sehingga menyebabkan angka kematian yang sebabkan oleh kanker Ovari
meningkat. Karena belum ada metode skrining yang efektif untuk kanker ovarium 70% kasus
ditemukan kasus pada keadaan yang sudah usia lanjut yakni tumor yang menyebar jauh dari
ovarium.
Kebanyakan dari kasus keganasan pada ovarium terdeteksi saat sudah memasuki stadium
lanjut sehingga saat diketahui sudah parah. Biasanya orang yang menderita kanker ovarium
tampak kurus dan perut asites. Karena proses perjalanan penyakit yang ditmbulkan dari kanker
tersebut, sehingga penderita mengalami anorexia atau tidak nafsu makan karena mual dan
muntah. Sedangkan asites itu sendiri ditimbulkan akibat dari cairan tumor dan tumor itu sendiri.
kanker ovarium bisa juga mengakibatkan efusi pleura karena perjalanan tumor itu.
Penatalaksanaan pada klien dengan kanker ovarium adalah pembedahan, pembedahan bisa
pembedahan total dengan mengangkat keseluruhan dari rahim, salping, dan ovarium tapi juga
bisa saja hanya pada ovarium atau pada saluran tuba falopii tergantung keparahan dari kanker itu
sendiri. Tanda khas dari kanker ovarium yang paling banyak adalah Meigg Syndrome, yang
merupakan tiga gejala khas pada orang dengan kanker ovarium.

B.       RUMUSAN MASALAH


1.         Apakah yang dimaksud dengan kanker ovarium?
2.         Bagaimanakah asuhan keperawatan pada kanker ovarium?

C.      TUJUAN PENULISAN


1.         Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengerti dan memahami keseluruhan isi materi tentang konsep dasar
penyakit maupun konsep dasar asuhan keperawatan pada kanker ovarium.

2.         Tujuan khusus


a.       Menjelaskan definisi dan etiologi kista atau tumor ovarium.
b.      Menjelaskan manifestasi klinis, klasifikasi, komplikasi dan diagnosa kista ovarium.
c.       Mengkaji bagaimana asuhan keperawatan dari kanker ovarium

D.      MANFAAT PENULISAN


Mahasiswa dapat memahami pengertian secara umum mengenai kanker ovarium,
memahami bagaimana patofisiologisnya hingga cara penyusunan asuhan keperawatan yang
berkaitan dengan cara pendokumentasiannya.

E.       METODE PENULISAN


Dalam penyusunan makalah ini penulis menggunakan metoda deskriptif dan metode
kepustakaan. Adapun teknik pengumpulan data dan informasi dalam penyusunan makalah ini
adalah studi kepustakaan dengan menggunakan literatur untuk memperoleh materi-materi yang
bersifat teoritis, dan studi kasus dengan mengambil data langsung pada klien yang mengalami
kanker ovarium guna menyempurnakan makalah ini.

BAB II
PEMBAHASAN
A.      KONSEP DASAR PENYAKIT

1.         Definisi
Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang paling sering
ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar ke bagian lain,
panggul, dan perut melalui sistem getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke
hati dan paru-paru. (Wingo, 1995). Kanker ovarium berasal dari sel - sel yang menyusun
ovarium yaitu sel epitelial, sel germinal dan sel stromal. Sel kanker dalam ovarium juga dapat
berasal dari metastasis organ lainnya terutama sel kanker payudara dan kanker kolon tapi tidak
dapat dikatakan sebagai kanker ovarium.
Kanker ovarium adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan tidak normal, cepat dan tidak
terkendali. (Apotik Online dan Media Informasi Obat-Penyakit. Hal.2 di akses tgl 20-7-2009).
Kanker indung telur atau kita sebut dengan kanker ovarium, adalah kanker yang berasal dari
sel-sel ovarium atau indung telur. (Sofyan, 2006)
Kanker ovarium disebut sebagai “the silent lady killer” karena sulit diketahui gejalanya
sejak awal. Sebagian besar kasus kanker ovarium terdiagnosis dalam stadium yang sudah lanjut.
Kebanyakan kanker ovarium ini berawal dari kista. (Colombo N,Parma G, et al. Role of
conservative surgeri in ovarian cancer 2005)
Kanker ovarium adalah salah satu kanker ginekologi yang paling sering dan penyebab
kematian kelima akibat kanker pada perempuan. (Price, 2005;1297)
Kanker ovarium memiliki 4 stadium yaitu :
(Smeltzer, 2001;1570)
                                 a.          Stadium I : Pertumbuhan kanker terbatas pada ovarium
                                b.          Stadium II : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan
perluasan pelvis
                                 c.          Stadium III : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan
metastasis diluar pelvis atau nodus inguinal atau retroperitoneal positif
                                d.          Stadium IV : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua sisi ovarium dengan
metastasis jauh
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kanker indung telur atau kita sebut
dengan kanker ovarium, adalah kanker yang berasal dari sel-sel ovarium atau indung telur.
dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya sehingga mengalami
pertumbuhan tidak normal, cepat dan tidak terkendali.

2.         Epidemiologi
Kanker ovarium adalah kanker yang membuat frustasi bagi pasien dan pemberi pelayanan
kesehatan karena awitannya yang tersembunyi dan tidak adanya gejala peringatan adalah
penyeab mengapa penyakit ini telah mencapai tahap lanjut ketika didiagnosa. Kejadian
merupakan penyebab kematian utama di antara malignan si ginekologis. Penyakit ini mempunyai
angka kejadian sekitar 13,8 wanita per 100.000. Sayang sekali, sekitar 75% dari kasus dideteksi
pada tahap lanjut. Amatlah sulit untuk mendiagnosa dan adalah unik sehingga kemungkinan
kondisi ini merupakan awal dari banyak kanker primer dan mungkin menjadi tempat metastase
dari kanker lainnya. Kondisi ini membawa angka kematian 14.500 setiap tahunnya dan
merupakan penyebab prevalen keenam dari kematian akibat kanker pada wanita ( Wingo et. al. ,
1995 ). Sebagian kasus mengenai wanita usia 50 – 59 tahun. Insidens tertingginya adala di
negara – negara industri, kecuali Jepang yang insidennya paling rendah.
Wanita dengan kanker ovarium mempunyai resiko mengidap kanker payudara tiga sampai
empat kali lipat dan wanita dengan kanker payudara mempunyai resiko yang meningkat terhadap
kanker ovarium. Tidak ada faktor penyebab definitif yang telah ditetapkan, tetapi kontraseptif
oral tampak memberikan efek protektif. Hereditas dapat berperan dalam menimbulkan penyakit
ini, dan banyak dokter menyarankan pemeriksaan pelvis bimanual bagi wanita yang mempunyai
satu atau dua orang saudara dengan kanker ovarium. Meskipun dengan pemeriksaan yangn
cermat, tumor ovarium biasanya terdapat jauh di dalam dan sulit untuk dideteksi. Belum ada
skrinng dini yang tersedia saat ini, meskipun penanda tumor sedang dalam penelitian. Sonogram
transvaginal dan pengujian antigen Ca-125 sangat membantu pada mereka yang beresiko tinggi
untuk mengalami kondisi ini. Akhir – akhir ini, antigen yang berkaitan dengan tumor membantu
dalam perawatn tindak lanjut setelah didiagnosis dan pengobatan, tetapi tidak pada skrining
umum dini.
Faktor – faktor resiko termasuk diet tinggi lemak, merokok, alkohol, penggunaan bedak talk
perineal, riwayat kanker payudara, kanker kolon, kanker endometrium, dan riwayat keluarga
dengan kanker payudara atau ovarium. Nulipara, infertilitas, dan tak-ovulasi adalah faktor –
faktor resiko. Angka kelangungan hidup tergantung pada tahap mana kanker didiagnosis. Lebih
dari 80% kanker ovarium epitelial ditemukan pada wanita pascamenopause. Usia 62 tahun
adalah usia di mana kanker ovarium epitelial paling sering ditemui. Kanker ovarium epitelial
jarang ditemukan pada usia kurang dari 45 tahun. Pada wanita premenopause hanya 7% tumor
ovarium epitelial yang ganas.
Di RSCM Jakarta antara tahun 1989-1992 ditemukan 1.726 kasus kanker ginekologi, di
antaranya 13,6% adalah kanker ovarium. Umumnya (72%) adalah kanker ovarium epitelial yang
datang dalam stadium lanjut, sedangkan stadium I-II (42,5%). Mortalitas karena kanker ovarium
adalah 22,6% dari 327 kematian kanker ginekologi.

3.         Etiologi
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang
menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium yaitu :
                            a.          Hipotesis incessant ovulation
Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk penyembuhan
luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel yang terganggu dapat
menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor.

                           b.          Hipotesis Gonadotropin


Teori ini didasarkan pada pengetahuan hasil percobaan binatang pada data epidemiologi.
Hormon hipofisa diperlukan untuk perkembangan tumor ovarium pada beberapa percobaan pada
binatang rodentia. Pada percobaan ini ditemukan bahwa jika kadar hormon esterogen rendah di
sirkulasi perifer, kadar hormon gonadotropin akan mengikat. Peningkatan kadar hormon
goonadotropin ini ternyata berhubungan dengan makin bertambah bsarnya tumor ovarium pada
binatang tersebut.
Kelenjar ovarium yang telah terpapar pada zat karsiogenik dimetil benzzatrene (DMBA)
akan terjadi tumor ovarium jika ditransplantasikan pada tikus yang telah dioovorektomi, Tetapi
tidak menjadi tumor jiak tikus tersebut telah dihipofisektomi. Jika ovarium yang telah diardiassi
(hormonally inactivated) ditransplantasikan ke rodentia dengan ovarium yang makin normal,
tumor ovarium tidak terbentuk. Akan tetapi, jika ditransplantasikan pada rodentia yang telah
dioovorektomi, tumor ovarium akan terbentuk. Berkurangnya resiko ca ovarium pada wanita
multipara dan wanita pemakai pil kontrasepsi dapat diterangkan dengan rendahnya kadar
gonadotropin pada dua kelompok ini.
                            c.          Hipotesis androgen
Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium. Hal ini
didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen. Dalam
percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel
kanker ovarium.
                           d.          Hipotesisi Progesteron
Berbeda dengan efek peningkatan resiko kanker ovarium oleh androgen, progesteron
ternyata memiliki peranan protektif terhadap terjadinya kanker ovarium. Epitel normal ovarium
mengandung reseptor progesteron. Percobaan pada kera macaque, progesteron menginduksi
terjadinya apoptosis sel epitel ovarium, sedangkan esterogen menghambatnya. Pemberian pil
yang mengandung esterogen saja pada wanita pasca menopause akan meningkatkan terjadinya
resiko kanker ovarium, sedangkan pemberian kombinasi dengan progesteron akan menurunkan
resikonya. Kehamilan, dimana kadar progesteron tinggi, menurunkan kanker ovarium. Pil
kontrasepsi kombinasi menurunkan resiko terjadinya kanker ovarium. Demikian juga yang hanya
mengandung progesteron yang menekan ovulasi juga menurunkan resiko kanker ovarium. Akan
tetapi, pemakaian depo medroksiprogesteron asetat ternyata tidak menurunkan resiko terjadinya
kanker ovarium.

Penyebab pasti kanker ovarium tidak diketahui namun multifaktorial. Risiko


berkembangnya kanker ovarium berkaitan dengan lingkungan, endokrin dan faktor genetik
(Price, 2005;1297).
a.         Faktor lingkungan
Kebiasaan makan, kopi dan merokok, adanya asbestos dalam lingkungan, dan penggunaan
bedak talek pada daerah vagina, semua itu dianggap mungkin menyebabkan kanker.
b.        Faktor endokrin
Faktor risiko endokrin untuk kanker ovarium adalah perempuan yang nulipara, menarche
dini, menopause yang lambat, kehamilan pertama yang lambat, dan tidak pernah menyusui.
Penggunaan kontrasepsi oral tidak meningkatkan resiko dan mungkin dapat mencegah. Terapi
pengganti estrogen (ERT) pascamenopause untuk 10 tahun atau lebih berkaitan dengan
peningkatan kematian akibat kanker ovarium
c.         Faktor genetic
Kanker ovarium herediter yang dominan autosomal dengan variasi penetrasi telah
ditunjukkan dalam keluarga yang terdapat penderita kanker ovarium. Bila terdapat dua atau lebih
hubungan tingkat pertama yang menderita kanker ovarium, seorang perempuan memiliki 50%
kesempatan untuk menderita kanker ovarium.

Ada beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya kanker ovarium yaitu:
                            a.          Diet tinggi lemak
                           b.          Merokok
                            c.          Alkohol
                           d.          Riwayat kanker payudara, kolon, atau endometrium
                            e.          Riwayat keluarga dengan kanker payudara atau ovarium
                            f.          Nulipara
                           g.          Infertilitas
                           h.          Menstruasi dini
                             i.          Wanita diatas usia 50 – 75 tahun
                             j.          Wanita yang memiliki anak > 35 tahun
                           k.          Ras kaucasia > Afrika-Amerika
                             l.          Kontrasepsi oral
                         m.          Berawal dari hyperplasia endometrium yang berkembang menjadi
karsinoma.
                           n.          Menarche dini
4.         Patofisiologi
Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormone dan kegagalan
pembentukan salah satu hormone tersebut bisa mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak
akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormone hipofisa dalam
jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel
yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami
pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium
karena itu terbentuk kista di dalam ovarium. Setiap hari, ovarium normal akan membentuk
beberapa kista kecil yang disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan
dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan
menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista
ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis
dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan
membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kanker ovarium bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang berdekatan dengan
abdomen dan pelvis dan sel-sel yang menempatkan diri pada rongga abdomen dan pelvis. Sel-sel
ini mengikuti sirkulasi alami cairan peritoneal sehingga implantasi dan pertumbuhan keganasan
selanjutnya dapat timbul pada semua permukaan intraperitoneal. Limfatik yang disalurkan ke
ovarium juga merupakan jalur untuk penyebaran sel-sel ganas. Semua kelenjar pada pelvis dan
kavum abdominal pada akhirnya akan terkena. Penyebaran awal kanker ovarium dengan jalur
intraperitoneal dan limfatik muncul tanpa gejala yang spesifik. Gejala tidak pasti yang akan
muncul seiring dengan waktu adalah perasaan berat pada pelvis, sering berkemih dan disuria dan
perubahan fungsi gastrointestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat kenyang
dan konstipasi. Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal vagina sekunder
akibat hyperplasia endometrium bila tumor menghasilkan estrogen, beberapa tumor
menghasilkan testosterone dan menyebabkan virilasi. Gejala-gejala keadaan akut pada abdomen
dapat timbul mendadak bila terdapat perdarahan dalam tumor , ruptur atau torsi ovarium. Namun
tumor ovarium paling sering terdeteksi selama pemeriksaan pelvis rutin.
5.         Pathway
Terlampir

6.         Klasifikasi
Lebih dari 30 neoplasma ovarium telah diidentifikasi. Tumor ovarium dikelompokkan dalam
3 kategori (Price, 2005;1297) besar yaitu :
a.         Tumor-tumor epitel
Tumor-tumor epitel menyebabkan 60% dari semua neoplasma ovarium dan diklasifikasikan
sebagai neoplasma jinak, perbatasan ganas
b.        Tumor stroma gonad
c.         Tumor-tumor sel germinal
Terdapat tiga ketegori utama tumor sel germinal yaitu : tumor jinak (kista dermoid), tumor
ganas (bagian dari kista dermoid), tumor sel germinal primitive ganas (sel embrionik dan
ekstraembrionik)
Dua pertiga persen kanker ovarium adalah tumor sel germinal primitive ganas. Penting
untuk mendiagnosis jenis tumor dengan tepat.

Klasifikasi stadium kanker ovarium primer menurut FIGO (Federation International of


Ginecologies and Obstetricians ) 1987, adalah :
a.         Stadium I : pertumbuhan terbatas pada ovarium
1)        Stadium 1a : pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tidak ada asietas yang berisi sel
ganas, tidak ada pertumbuhan di permukaan luar, kapsul utuh.
2)        Stadium 1b : pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak asietas, berisi sel ganas,
tidak ada tumor di permukaan luar, kapsul intak.
3)        Stadium 1c : tumor dengan stadium 1a dan 1b tetapi ada tumor dipermukaan luar atau
kedua ovarium atau kapsul pecah atau dengan asietas berisi sel ganas atau dengan bilasan
peritoneum positif.
b.        Stadium II : Pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan perluasan ke panggul
1)        Stadium 2a : perluasan atau metastasis ke uterus dan atau tuba
2)        Stadium 2b : perluasan jaringan pelvis lainnya
3)        Stadium 2c : tumor stadium 2a dan 2b tetapi pada tumor dengan permukaan satu atau
kedua ovarium, kapsul pecah atau dengan asitas yang mengandung sel ganas dengan bilasan
peritoneum positif.
c.         Stadium III : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di peritoneum di
luar pelvis dan atau retroperitoneal positif. Tumor terbatas dalam pelvis kecil tetapi sel histologi
terbukti meluas ke usus besar atau omentum.
1)        Stadium 3a : tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening negatif tetapi
secara histologi dan dikonfirmasi secara mikroskopis terdapat adanya pertumbuhan (seeding)
dipermukaan peritoneum abdominal.
2)        Stadium 3b : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant dipermukaan
peritoneum dan terbukti secara mikroskopis, diameter melebihi 2 cm, dan kelenjar getah bening
negatif.
3)        Stadium 3c : implant di abdoment dengan diameter > 2 cm dan atau kelenjar getah
bening retroperitoneal atau inguinal positif.
d.        Stadium IV : pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan metastasis jauh.
Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif dalam stadium 4, begitu juga metastasis ke
permukaan liver.

7.         Tanda dan Gejala Klinis


Adapun tanda dan gejala yang ditimbulkan pada pasien dengan kanker ovarium adalah
sebagai berikut :
                            a.          Haid tidak teratur
                           b.          Darah menstruasi yang banyak (menoragia) dengan nyeri tekan pada
payudara
                            c.          Menopause dini
                           d.          Dispepsia
                            e.          Tekanan pada pelvis
                            f.          Sering berkemih dan disuria
                           g.          Perubahan fungsi gastrointestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak enak pada
perut, cepat kenyang dan konstipasi.
                           h.          Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal vagina
sekunder akibat hyperplasia endometrium bila tumor menghasilkan estrogen. (Smeltzer,
2001;1570)

8.         Pemeriksaan Fisik


Pada pemeriksaan fisik hasil yang sering didapatkan pada tumor ovarium adalah massa pada
rongga pelvis. Tidak ada petunjuk pasti pada pemeriksaan fisik yang mampu membedakan tumor
adneksa adalah jinak atau ganas, namun secara umum dianut bahwa tumor jinak cenderung kistik
dengan permukaan licin, unilateral dan mudah digerakkan. Sedangkan tumor ganas akan
memberikan gambaran massa yang padat, noduler, terfiksasi dan sering bilateral. Massa yang
besar memenuhi rongga abdomen dan pelvis lebih mencerminkan tumor jinak atau keganasan
derajat rendah. Adanya asites dan nodul pada cul-de-sac merupakan petunjuk adanya keganasan.

9.         Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien kanker ovarium yaitu :
a.         Anamnesis dan pemeriksaan fisik pelvic
b.        Radiologi : USG Transvaginal, CT scan, MRI
c.         Tes darah khusus : CA-125 (Penanda kanker ovarium epitelial), LDH, HCG, dan AFP
(penanda tumor sel germinal)
d.        Laparoskopi
e.         Laparotomi
f.         Pemeriksaan untuk mengetahui perluasan kanker ovarium
g.        Pielografi intravena (ginjal, ureter, dan vesika urinaria), sistoskopi dan sigmoidoskopi.
h.        Foto rontgen dada dan tulang
i.          Scan KGB (Kelenjar Getah Bening)
j.          Scan traktus urinarius
10.     Diagnosis / Kriteria Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya riwayat, pemeriksaan fisik ginekologi, serta
pemeriksaan penunjang
a.         Riwayat
Kanker ovarium pada stadium dini tidak memberikan keluhan. Keluhan yang timbul
berhubungan dengan peningkatan massa tumor, penyebaran tumor pada permukaan serosa dari
kolon dan asites. Rasa tidak nyaman dan rasa penuh diperut, serta cepat merasa kenyang sering
berhubungan dengan kanker ovarium. Gejala lain yang sering timbul adalah mudah lelah, perut
membuncit, sering kencing dan nafas pendek akibat efusi pleura dan asites yang masif.
Dalam melakukan anamnesis pada kasus tumor adneksa perlu diperhatikan umur penderita
dan faktor risiko terjadinya kanker ovarium. Pada bayi yang baru lahir dapat ditemukan adanya
kista fungsional yang kecil (kurang dari 1-2 cm) akibat pengaruh dari hormon ibu. Kista ini
mestinya menghilang setelah bayi berumur beberapa bulan. Apabila menetap akan terjadi
peningkatan insiden tumor sel germinal ovarium dengan jenis yang tersering adalah kista
dermoid dan disgerminoma. Dengan meningkatnya usia kemungkinan keganasan akan
meningkat pula. Secara umum akan terjadi peningkatan risiko keganasan mencapai 13% pada
premenopause dan 45% setelah menopause. Keganasan yang terjadi bisa bersifat primer dan bisa
berupa metastasis dari uterus, payudara, dan traktus gastrointestinal.

b.        Pemeriksaan fisik ginekologi


Dengan melakukan pemeriksaan bimanual akan membantu dalam memperkirakan ukuran,
lokasi, konsistensi dan mobilitas dari massa tumor. Pada pemeriksaan rektovaginal untuk
mengevaluasi permukaan bagian posterior, ligamentum sakrouterina, parametrium, kavum
Dauglas dan rektum. Adanya nodul di payudara perlu mendapat perhatian, mengingat tidak
jarang ovarium merupakan tempat metastasis dari karsinoma payudara.
Hasil yang sering didapatkan pada tumor ovarium adalah massa pada rongga pelvis. Tidak
ada petunjuk pasti pada pemeriksaan fisik yang mampu membedakan tumor adneksa adalah jinak
atau ganas, namun secara umum dianut bahwa tumor jinak cenderung kistik dengan permukaan
licin, unilateral dan mudah digerakkan. Sedangkan tumor ganas akan memberikan gambaran
massa yang padat, noduler, terfiksasi dan sering bilateral. Massa yang besar yang memenuhi
rongga abdomen dan pelvis lebih mencerminkan tumor jinak atau keganasan derajat rendah.
Adanya asites dan nodul pada cul-de-sac merupakan petunjuk adanya keganasan.

c.         Pemeriksaan penunjang


Ultrasonografi merupakan pemeriksaan penunjang utama dalam menegakkan diagnosis
suatu tumor adneksa ganas atau jinak. Pada keganasan akan memberikan gambaran dengan septa
internal, padat, berpapil, dan dapat ditemukan adanya asites . Walaupun ada pemeriksaan yang
lebih canggih seperti CT scan, MRI (magnetic resonance imaging), dan positron tomografi akan
memberikan gambaran yang lebih mengesankan, namun pada penelitian tidak menunjukan
tingkat sensitifitas dan spesifisitas yang lebih baik dari ultrasonografi. Serum CA 125 saat ini
merupakan petanda tumor yang paling sering digunakan dalam penapisan kanker ovarium jenis
epitel, walaupun sering disertai keterbatasan. Perhatian telah pula diarahkan pada adanya petanda
tumor untuk jenis sel germinal, antara lain alpha-fetoprotein (AFP), lactic acid dehidrogenase
(LDH), human placental lactogen (hPL), plasental-like alkaline phosphatase (PLAP) dan human
chorionic gonadotrophin(hCG).

11.     Kemungkinan komplikasi


a.         Torsi
b.        Rupture kista
c.         Perdarahan
d.        Keganasan

12.     Penatalaksanaan
Adapun tindakan yang dilakukan pada penanganan kanker ovarium antara lain:
(Smeltzer, 2001;1570)
                            a.          Intervensi bedah untuk kanker ovarium adalah histerektomi abdominal total
dengan pengangkatan tuba falopii dan ovarium serta omentum (salpingo-oofarektomi bilateral
dan omentektomi) adalah prosedur standar unruk penyakit tahap dini
                           b.          Terapi radiasi dan implantasi fosfor 32 (32P) interperitoneal, isotop radioaktif,
dapat dilakukan setelah pembedahan
                            c.          Kemoterapi dengan preparat tunggal atau multiple tetapi biasanya termasuk
sisplantin, sikofosfamid, atau karboplatin juga digunakan
                           d.          Paklitaksel (Taxol) merupakan preparat yang berasal dari pohon cemara
pasifik, bekerja dengan menyebabkan mikrotubulus di dalam sel-sel untuk berkumpul dan
mencegah pemecahan struktur yang mirip benang ini. Secara umum, sel-sel tidak dapat berfungsi
ketika mereka terlilit dengan mikrotubulus dan mereka tidak dapat membelah diri. Karena
medikasi ini sering menyebabkan leucopenia, pasien juga harus minum G-CSF (factor granulosit
koloni stimulating)
                            e.          Pengambilan cairan asites dengan parasintesis tidak dianjurkan pada
penderita dengan asites yang disertai massa pelvis, karena dapat menyebabkan pecahnya dinding
kista akibat bagian yang diduga asites ternyata kista yang memenuhi rongga perut. Pengeluaran
cairan asites hanya dibenarkan apabila penderita mengeluh sesak akibat desakan pada diafragma.

B.       KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1.      Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan data yang akurat
dan sistematis akan membantu pemantauan status kesehatan dan pola pertahanan pasien,
mengidentifikasi kekuatan pasien serta merumuskan diagnosa keperawatan (Mocthar, 2006)
a.       Dasar data pengkajian
1)        Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelemahan dan atau keletihan, perubahan pola istirahat dan jam
kebiasaan tidur pada malam hari, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur misalnya nyeri,
ansietas, berkeringat malam, keterbatasan partisipasi dalam hobi, latihan. Pekerjaan atau profesi
dengan pemajanan karsinoma lingkungan, tingkat stres tinggi.
2)        Sirkulasi
Gejala: Palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja, perubahan TD
3)        Integritas ego
Gejala: Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi
stres (misal merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan
religius/spiritual). Masalah tentang perubahan dalam penampilan misal alopesia, lesi cacat,
pembedahan. Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak
bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi.
Tanda : Menyangkal, menarik diri, marah
4)        Eliminasi
Gejala: Perubahan pada pola defekasi misal darah pada feces, nyeri pada
defekasi. Perubahan eliminasi urinarius misal nyeri atau rasa terbakar pada saat berkemih sering
berkemih.
Tanda : Perubahan pada bising usus, distensi abdomen.
5)        Makanan/cairan
Gejala : Kebiasaan diet buruk (misal rendah serat, tinggi lemak, aditif, bahan pengawet),
anoreksia, mual/muntah, intoleransi makanan.
Tanda : Perubahan pada kelembaban/turgor kulit, edema.
6)        Neurosensori
Gejala : Pusing
7)        Nyeri/kenyamanan
Gejala : Tidak ada nyeri, atau derajat bervariasi misal ketidaknyamanan ringan sampai nyeri
berat (dihubungkan dengan proses penyakit)
8)        Keamanan
Gejala : Pemajanan pada kimia toksik, karsinoma, pemajanan matahari lama/berlebihan.
Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi.
9)        Pernapasan
Gejala : Merokok (tembakau, hidup dengan seseorang yang merokok), pemajanan asbes.
10)    Seksualitas
Gejala: Masalah seksual misal dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat
kepuasan nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun, multigravida, pasangan seks multipel,
aktivasi seksual dini, herpes genital.
11)    Interaksi social
Gejala : Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung, riwayat perkawinan (berkenaan
dengan kepuasan di rumah, dukungan atau bantuan), masalah tentang fungsi atau tanggung
jawab peran.

b.         Pemeriksaan fisik


Pemeriksaan fisik meliputi keadaan umun pasien, kesadaran, tekanan darah, respirasi, berat
badan
1)        Mata : Meliputi pemeriksaan kelopak mata, gerakan mata, konjungtiva, sclera, pupil,
akomodasi.
2)        Hidung : meliputi pemeriksaan reaksi alergi, sinus, dan lain-lain
3)        Mulut dan tenggorokan : kaji adanya mual, kesulitan menelan
4)        Dada dan aksila : kaji adanya pembesaran mammae
5)        Pernafasan : kaji jalan nafas, suara nafas, kaji adanya penggunaan otot bantu pernafasan
6)        Sirkulasi jantung : kaji kecepatan denyut apical, irama, kelainan bunyi jantung, sakit
dada
7)        Abdomen : kaji adanya asites
8)        Genitourinaria : kaji adanya massa pada rongga pelvis
9)        Ekstremitas : kaji turgor kulit

c.         Pemeriksaan laboratorium


1)       Pemeriksaan darah : Hb dan leukosit menurun, trombosit meningkat, ureum dan
kreatinin meningkat.
2)       Pemeriksaan urine : Ureum dan kreatinin meningkat.

2.        Diagnosa Keperawatan


a.         Nyeri kronis berhubungan dengan nekrosis jaringan pada ovarium akibat penyakit
kanker ovarium
b.         Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan perubahan
fungsi gastrointestinal
c.         Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penekanan pada vesika urinaria
d.        Gangguang eliminasi BAB : konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltic
e.         Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi mengenai
penyakit (kanker ovarium)
f.          Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
g.         Risiko perdarahan berhubungan dengan hyperplasia endometrium
h.         Risiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (metastase sel kanker ke bagian
tubuh yang lain)

3.        Rencana Tindakan Keperawatan


N Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
o. Hasil
Dx
1 Setelah diberikan a.       Lakukan a.       Membantu
asuhan keperawatan pengkajian nyeri secara membedakan penyebab
selama (…x24) jam komprehensif catat nyeri dan memberikan
diharapkan nyeri pasien keluhan, lokasi nyeri, informasi tentang
berkurang atau terkontrol frekuensi, durasi, dan kemajuan atau perbaikan
dengan Kriteria Hasil : intensitas (skala 0-10) dan penyakit, terjadinya
a.      Pasien tindakan penghilangan komplikasi dan keefektifan
mengatakan skala nyeri nyeri yang dilakukan] intervensi.
yang dialaminya
b.       Pantau tanda - b.      Peningkatan nyeri
menurun
tanda vital akan mempengaruhi
b.      Pasien
perubahan pada tanda -
melaporkan nyeri yang
tanda vital
sudah terkontrol
c.       Dorong c.       Memungkinkan
maksimal dengan
penggunaan keterampilan pasien untuk berpartisipasi
pengaruh atau efek
manajemen nyeri seperti secara aktif untuk
samping minimal
teknik relaksasi dan teknik mengontrol rasa nyeri
c.      TTV pasien
distraksi, misalnya dengan yang dialami, serta dapat
dalam batas normal,
mendengarkan musik, meningkatkan koping
meliputi :
membaca buku, dan pasien
        Nadi normal (60
sentuhan terapeutik.
- 100 x / menit)
d.      Berikan posisi d.      Memberikan rasa
        Pernapasan
yang nyaman sesuai nyaman pada pasien,
normal (12 - 20 x /
kebutuhan pasien meningkatkan relaksasi,
menit)
dan membantu pasien
        Tekanan darah
untuk memfokuskan
normal (110 - 130 mmHg
kembali perhatiannya.
/ 70 - 90 mmHg)
        Suhu : (360- e.       Dorong e.       Dapat mengurangi
37,50C) pengungkapan perasaan ansietas dan rasa takut,
d.      Ekspresi wajah pasien sehingga mengurangi
pasien tidak meringis persepsi pasien akan
e.      Pasien tampak intensitas rasa sakit.
tenang (tidak gelisah)
f.      Pasien dapat f.        Evaluasi upaya f.       Tujuan yang ingin

melakukan teknik penghilangan nyeri atau dicapai melalui upaya

relaksasi dan distraksi kontrol pada pasien kontrol adalah kontrol

dengan tepat sesuai nyeri yang maksimum

indikasi untuk dengan pengaruh atau efek

mengontrol nyeri samping yang minimum


pada pasien.

g.       Tingkatkan tirah g.      Menurunkan


baring, bantulah gerakan yang dapat
kebutuhan perawatan diri meningkatkan nyeri
yang penting

h.       Kolaborasi h.      Nyeri adalah


pemberian analgetik sesuai komplikasi tersering dari
indikasi kanker, meskipun respon
individual terhadap nyeri
berbeda-beda. Pemberian
analgetik dapat
mengurangi nyeri yang
dialami pasien
i.         Kolaborasi untuk i.        Rencana
pengembangan rencana manajemen nyeri yang
manajemen nyeri dengan terorganisasi dapat
pasien, keluarga, dan tim mengembangkan
kesehatan yang terlibat kesempatan pada pasien
untuk mengontrol nyeri
yang dialami. Terutama
dengan nyeri kronis,
pasien dan orang terdekat
harus aktif menjadi
partisipan dalam
manajemen nyeri di
rumah.

j.         Kolaborasi untuk j.         Mungkin


pelaksanaan prosedur diperlukan untuk
tambahan, misalnya mengontrol nyeri berat
pemblokan pada saraf (kronis) yang tidak
berespon pada tindakan
lain

2 Setelah diberikan a.       Pantau intake a.       Mengidentifikasi


asuhan keperawatan makanan setiap hari, kekuatan atau defisiensi
selama (…x24 ) jam biarkan kalien menyimpan nutrisi
diharapkan klien dapat buku harian tentang
mendemonstrasikan berat makanan sesuai indikasi
badan stabil dengan
b.       Identifikasi klien b.       Mual muntah
Kriteria Hasil :
yang mengalami mual atau psikogenik terjadi sebelum
  a.     Berat badan
muntah yang diantisipasi kemoterapi mulai.
pasien stabil.
  b.     Pasien bebas
c.       Ukur tinggi badan c.       Membantu dalam
dari tanda – tanda
(TB), berat badan (BB), identifikasi malnutrisi
malnutrisi.
dan ketebalan lipatan kulit protein-kalori, khususnya
  c.     Pengungkapan
triseps atau dengan bila BB dan pengukuran
pemahaman pengaruh
antropometrik lainnya. antropometrik kurang dari
individual pada masukan
pastikan jumlah penurunan normal
adekuat
BB saat ini
d.     Berpartisipasi
dalam intervensi spesifik d.       Dorong klien d.       Kebutuhan
untuk merangsang nafsu untuk makan dengan diet metabolic jaringan
makan tinggi kalori kaya nutrient, ditingkatkan
g.      TTV pasien dengan intake cairan yang
dalam batas normal, adekuat. Dorong
meliputi: penggunaan suplemen dan
        Nadi normal : makan sedikit tapi sering.
(60 - 100 x / menit)
        Pernapasan e.       Ciptakan suasana e.       Membantu waktu

normal : ( 12 - 20 x / makan malam yang makan lebih

menit) menyenangkan, dorong menyenangkan, yang dapat

        Tekanan darah pasien untuk berbagi meningkatkan masukan.

normal : ( 110 - 130 makan dengan keluarga

mmHg / 70 - 90 mmHg) atau teman.

        Suhu : (360-


f.       Rujuk pada ahli f.       Memberikan
atau tim pendukung nutrisi rencana diet khusus untuk
memenuhi kebutuhan
individu dan menurunkan
masalah berkenaan dengan
0
37,5 C) malnutrisi protein atau
kalori dan defensiensi
mikronutrien.

3 Setelah diberikan a.       Catat keluaran a.       Penurunan aliran


asuhan keperawatan urine, selidiki penurunan urine tiba-tiba dapat
selama (…x24) jam atau penghentian aliran mengindikasikan adanya
diharapkan pola urine tiba-tiba obstruksi atau disfungsi
eliminasi urine pasien pada traktus urinarius
kembali normal
b.      Kaji pola b.      Identifikasi
(adekuat) dengan Kriteria
berkemih (frekuensi dan kerusakan fungsi vesika
Hasil :
jumlahnya). Bandingkan urinaria akibat metastase
a.     Tidak terjadi
haluaran urine dan sel-sel kanker pada bagian
hematuria
masukan cairan serta catat tersebut
b.     Tidak terjadi
berat jenis urine
inkontinensia urine
c.     Tidak terjadi
c.       Observasi dan c.       Penyebaran
disuria
catat warna urine. kanker pada traktus
d.    Jumlah output
Perhatikan ada atau urinarius (salah satunya di
urine dalam batas normal
tidaknya hematuria vesika urinaria) dapat
(± 0,5 - 1 cc / kgBB /
menyebabkan jaringan di
jam)
vesika urinaria mengalami
nekrosis sehingga urine
yang keluar berwarna
merah karena bercampur
dengan darah
d.      Observasi adanya d.      Identifikasi tanda
bau yang tidak enak pada - tanda infeksi pada
urine (bau abnormal) jaringan traktus urinarius

e.       Dorong e.       Mempertahankan


peningkatan cairan dan hidrasi dan aliran urine
pertahankan pemasukan baik
akurat

f.       Awasi tanda vital. f.       Indikator


Kaji nadi perifer, turgor keseimbangan cairan dan
kulit, pengisian kapiler, menunjukkan tingkat
dan membran mukosa hidrasi

g.      Kolaborasi : g.      Pemeriksaan


Siapkan untuk tes diagnostik dan penunjang
diagnostik, prosedur misalnya pemeriksaan
penunjang sesuai indikasi retrograd dapat digunakan
untuk mengevaluasi
tingkat infiltrasi kanker
pada traktus urinarius
sehingga dapat menjadi
dasar untuk intervensi
selanjutnya

h.      Kolaborasi : h.      Kadar BUN dan


Pantau nilai BUN dan kreatinin yang abnormal
kreatinin dapat menjadi indikator
kegagalan fungsi ginjal
sebagai akibat komplikasi
metastase sel-sel kanker
pada traktus urinarius
hingga ke organ ginjal.

4 Setelah diberikan a.       Kaji dan a.       Mengetahui


asuhan keperawatan dokumenasikan frekuensi, sejauh mana dampak dari
selama (…x24) jam warna dan konsistensi konstipasi itu sendiri
diharapakan konstipasi feses, keluarnya flatus, terhadap pasien.
pasien menurun dengan adanya impaksi, ada
Kriteria Hasil : tidaknya bisisng usus dan
a.       Pola eliminasi distensi abdomen pada ke
dalam rentang yang empat kuadran abdomen.
diharapkan
b.      Identifikasi factor b.      Dapat
b.      Feses lunak dan
yang dapat menyebabkan mempermudah pengobatan
berbentuk
konstipasi. dan penatalaksanaan yang
c.       Mengeluarkan
tepat.
feses tanpa bantuan

c.       Berikan privasi c.       Dapat


dan keamanan untuk meningkatkan rasa
pasien selama eliminasi nyaman untuk pasien.
defekasi.

d.      Anjurkan pasien d.      Mengurangi rasa


untuk meminta obat nyeri nyeri pada pasien.
sebelum defekasi untuk
memfasilitasi pengeluaran
feses tanpa nyeri.

e.       Lakukan e.       Memberikan


penyuluhan untuk pasien gambaran kepada pasien
dan keluarga. dan keluarga mengenai
konstipasi dan apa dan
tidak yang boleh
dilakukan.
f.       Kolaborasi dengan f.       Mengurangi
ahli gizi untuk konstipasi berkelanjutan
meningkatkan serat dan melalui makanan yang
cairan dalam diet dicerna.

5 Setelah dilakukan a.       Kaji pengetahuan a.       Mengetahui


asuhan keperawatan pasien tentang penyakit seberapa tingkat
selama (…x24) jam yang dialaminya pengetahuan pasien
diharapkan pengetahuan tentang penyakitnya
pasien bertambah dengan
b.      Berikan penkes b.      Meningkatkan
Kriteria Hasil:
pada pasien tentang pengetahuan pasien
a.         Pasien mengerti
penyakit yang dialaminya tentang penyakitnya
tentang penyakit yang
(pengertian, tanda dan sehingga pasien kooperatif
dialaminya
gejala, penyebab, dalam setiap tindakan yang
b.        Pasien dapat
penatalaksanaan) diberikan
berpartisipasi selama
proses perawatan dan
c.       Berikan dukungan c.       Meningkatkan
pengobatan
pada pasien semangat pasien sehingga
pasien tidak takut dengan
penyakitnya

d.      Libatkan keluarga d.      Membangkitkan


dalam setiap tindakan yang semangat pasien sehingga
akan dilakukan pada keluarga dan pasien bisa
pasien saling mensupport

6 Setelah dilakukan a.       Kaji tingkat a.       Mengetahui


asuhan keperawatan ansietas tingkat ansietas pasien
selama (...x24) jam untuk menentukan
diharapkan kecemasan intervensi yang tepat
pasien berkurang dengan
Kriteria Hasil: b.      Gali penyebab b.      Membantu pasien
a.         Pasien tampak ansietas pasien mengurangi ansietas
lebih rileks
c.       Libatkan keluarga c.       Membangkitkan
b.        Pasien mampu
dalam setiap tindakan yang semangat pasien sehingga
menunjukkan mekanisme
akan dilakukan pada keluarga dan pasien bisa
koping yang efektif
pasien saling mensupport

d.      Gali intervensi e.       Menurunkan


yang menurunkan ansietas ansietas pasien
(musik, latihan relaksasi)

7 Setelah dilakukan a.       Kaji tanda-tanda a.       Mengetahui


asuhan keperawatan vital adanya tanda-tanda syok
selama (…x24) jam
b.      Monitor tanda- b.      Mengetahui
diharapkan pasien tidak
tanda perdarahan adanya perdarahan
mengalami perdarahan
sehingga lebih dini dapat
dengan Kriteria Hasil :
dicegah
a.         Tanda-tanda
vital dalam batas normal
c.       Anjurkan pasien c.       Menghindari
= (TD : 110-130/70-90
untuk tirah baring adanya perdarahan
mmHg, N : 60-100
x/menit, S : 36o-37,5º C, d.      Kolaborasi d.      Mencegah
RR: 12-20 x/menit) pemberian antikoagulan perdarahan
b.        Perdarahan
tidak ada

8 Setelah dilakukan a.       Kaji tanda-tanda a.       Mengetahui


asuhan keperawatan vital adanya tanda-tanda syok
selama (…x24) jam
b.      Monitor tanda- b.      Mengetahui
diharapkan pasien tidak
tanda infeksi adanya tanda-tanda infeksi
mengalami infeksi
sehingga lebih dini dapat
dicegah

c.       Lakukan prosedur c.       Menghindari


cuci tangan yang benar adanya infeksi
sebelum ke pasien

d.      Pertahankan d.      Tindakan aseptik


tindakan aseptik setiap yang dilakukan pada
akan melakukan tindakan pasien untuk mencegah
perawatan ke pasien infeksi

dengan Kriteria Hasil: e.       Kolaborasi e.       Mencegah infeksi


a.       Tanda-tanda pemberian antibiotik
vital dalam batas normal
f.       Kolaborasi f.       Mengetahui
      TD : 110-130/70-
pemeriksaan darah adanya infeksi atau tidak
90 mmHg
lengkap (WBC)
      N : 60-100
g.      Dorong dan g.      Memenuhi
x/menit
pertahankan masukan kebutuhan kalori tubuh
      S : 36o-37,5º C kalori dan protein dalam pasien sehingga membantu
      RR: 12-20 diet meningkatkan daya tahan
x/menit tubuh
b.      Tidak terdapat

4.        Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan dilakukan berdasarkan rencana tindakan yang dibuat

5.        Evaluasi Keperawatan


N Evaluasi
o. Dx
1 a.         Pasien mengatakan skala nyeri yang dialaminya menurun
b.         Pasien melaporkan nyeri yang sudah terkontrol maksimal dengan
pengaruh atau efek samping minimal
c.         TTV pasien dalam batas normal
d.        Ekspresi wajah pasien tidak meringis
e.         Pasien tampak tenang (tidak gelisah)
f.          Pasien dapat melakukan teknik relaksasi dan distraksi dengan
tepat sesuai indikasi untuk mengontrol nyeri

2 a.         Berat badan pasien stabil.


b.         Pasien bebas dari tanda – tanda malnutrisi.
c.         Pengungkapan pemahaman pengaruh individual pada masukan
adekuat
d.        Berpartisipasi dalam intervensi spesifik untuk merangsang nafsu
makan
e.         TTV pasien dalam batas normal

3 a.         Tidak terjadi hematuria


b.         Tidak terjadi inkontinensia urine
c.         Tidak terjadi disuria
d.        Jumlah output urine dalam batas normal (± 0,5 - 1 cc / kgBB /
jam)

4 a.         Pola eliminasi dalam rentang yang diharapkan


b.         Feses lunak dan berbentuk
c.         Mengeluarkan feses tanpa bantuan
5 a.         Pasien mengerti tentang penyakit yang dialaminya
b.        Pasien dapat berpartisipasi selama proses perawatan dan
pengobatan

6 a.         Pasien tampak lebih rileks


b.         Pasien mampu menunjukkan mekanisme koping yang efektif

7 a.         Tanda-tanda vital dalam batas normal


b.        Perdarahan tidak ada

8 a.       Tanda-tanda vital dalam batas normal


b.      Tidak terdapat tanda-tanda infeksi (kalor, tumor, rubor,
fungsiolaesa)
c.       Hasil lab terutama WBC dalam batas normal (WBC = 4,9-10,9)

BAB III
PENUTUP

A.      KESIMPULAN
Kanker ovarium adalah salah satu kanker ginekologi yang paling sering dan penyebab
kematian kelima akibat kanker pada perempuan. (Price, 2005;1297). Faktor penyebab dari
kanker ovarium Faktor lingkungan, Faktor endokrin, Faktor genetic. Kanker ovarium memiliki 5
stadium yaitu : (Smeltzer, 2001;1570)
1. Stadium I : Pertumbuhan kanker terbatas pada ovarium
2. Stadium II : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan
perluasan pelvis
3. Stadium III : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan
metastasis diluar pelvis atau nodus inguinal atau retroperitoneal positif
4. Stadium IV : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua sisi ovarium dengan
metastasis jauh
Kanker ovarium paling sering ditemukan pada wanita yang berusia 50-70 tahun dan 1 dari
70 wanita menderita kanker ovarium. Kanker Ovarium adalah tumor ganas pada ovarium
(indung telur). Kanker ovarium paling sering ditemukan pada wanita yang berusia 50-70 tahun
dan 1 dari 70 wanita menderita kanker ovarium. Faktor resiko tejadinya kanker ovarium yaitu
obat kesuburan, pernah menderita kanker payudara, riwayat keluarga yang menderita kanker
payudara dan/atau kanker ovarium, riwayat keluarga yang menderita kanker kolon, paru-paru,
prostat dan rahim.

B.       SARAN
Saran bagi para wanita menyadari tanda – tanda kemungkinan terjadinya kanker ovarium
sangat diperlukan, karena lebih baik mencegah dari pada mengobati. Tanda-tanda kanker
ovarium yaitu meliputi, perut kembung, nyeri pada panggul atau perut, kesulitan makan atau
cepat merasa kenyang, gangguan kemih dan bertambahnya ukuran perut. Jika wanita mengalami
beberapa gejala penting di atas setiap hari selama dua sampai tiga minggu, dianjurkan untuk
segera melakukan konsultasi dengan dokter. Dan selain itu, diet kaya buah dan sayuran,
berolahraga secara teratur, menjaga berat tubuh normal dan mengelola stres adalah salah satu
solusi dalam membantu mengurangi risiko kanker ovarium.
DAFTAR PUSTAKA

Donges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta

Guyton, Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC

Manuaba, I Gede Bagus. 2004. Kapita Selekta Kedokteran dan KB. Jakarta : EGC

NANDA. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005 - 2006 Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta : Prima Medika

Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktek Keperawatan. Jakarta : EGC

Prawiroharjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : YBPSP

Price. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Volume 2. Edisi 6.


Jakarta : EGC
Smeltzer. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Volume 3.
Jakarta : EGC

TIM FK UNPADJ.2001. Ginekologi. Bandung : FK UNPADJ

Wilkinson M. Judith, dkk. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Diagnosis NANDA,
Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC Edisi 9. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai