Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR


I.

Konsep Kebutuhan
I.1
Definisi
Menurut Potter & Perry (2005), tidur merupakan proses fisiologis yang
bersiklus bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan. Tidur
adalah keadaan gangguan kesadaran yang dapat bangun dikarakterisasikan
dengan minimnya aktivitas (Keperawatan Dasar, 2011:203).
Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa
kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masingmasing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Tarwoto,
2006).
Istirahat adalah relaksasi seluruh tubuh atau mungkin hanya melibatkan
istirahat untuk bagian tubuh tertentu (Keperawatan, Dasar, 2011:203).Istirahat
adalah suatu keadaan di mana kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat
badan menjadi lebih segar (Tarwoto, 2006).
Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu mengalami atau berisiko
mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola istirahatnya
yang menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu gaya hidup yang
diinginkannya (Tarwanto, 2006).Gangguan pola tidur adalah gangguan
kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal (NANDA NICNOC,2013:603).
Insomnia adalah gangguan pada kuantitas dan kualitas tidur yang menghambat
fungsi.Deprivasi tidur adalah periode panjang tanpa tidur. Kesiapan
meningkatkan tidur adalah pola yang periodik dan alami, yang memberi
istirahat adekuat, mempertahankan gaya hidup yang diinginkan dan dapat
ditingkatkan (NANDA, 2012).
I.2
I.2.1

Fisiologi sistem
Fisiologi Tidur
Tidur terjadi dalam siklus yang diselingi periode terjaga. Siklus
tidur/terjaga umumnya mengikuti irama circadian atau 24 jam dalam
siklus siang/malam. Selain siklus tidur/terjaga, tidur terjadi dalam
tahapan yang berlangsung dalam suatu kondisi siklis. Ada lima tahapan
tidur. Tahap 1 hingga tahap 4 mengacu pada tidur dengan gerakan mata
tidak cepat (NREM- Non Rapid Eye Movement) dan berkisar dari
kedaan tidur sangat ringan di tahap 1 hingga keadaan tidur nyenyak di
tahap 3 dan 4. Selama tidur NREM, seseorang biasanya mengalami
penurunan suhu, denyut, tekanan darah, pernapasan, dan ketegangan
1

otot.Penurunan tuntutan fungsi tubuh dianggap melakukan tindakan


responsif, baik secara fisiologi maupun psikologi.Tahap 5 disebut tidur
dengan gerak mata cepat (REM- Rapid Eye Movement). Tahap tidur
REM

dikarakterisasikan

dengan

meningkatnya

level

aktivitas

dibandingkan pada tahap NREM. Manfaat tidur REM berkaitan


dengan perbaikan dalam proses mental dan kesehatan emosi.
I.2.1.1

Non Rapid Eye Movement (NREM)


Terjadi kurang lebih 90 menit pertama setelah tertidur. Terbagi
menjadi empat tahapan yaitu:
a. Tahap 1
Merupakan tahap transisi dari keadaan sadarmenjadi
tidur.Berlangsung beberapa menit saja, dan gelombang
1)
2)

otak menjadi lambat.Tahap I ini ditandai dengan :


Mata menjadi kabur dan rileks.
Seluruh otot menjadi lemas.
3) Kedua bola mata bergerakkekiri dan kekanan.
4) Tanda-tanda vital dan metabolisme menurun.
5) EEG: penurunan Voltasi gelombang-gelombang
Alfa.
6) Dapat terbangun dengan mudah.
7) Bila terbangun terasa sedang bermimpi.
b. Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus
menurun. Berlangsung 10-20 menit, semakin rileks,
mudah terjaga, dan gelombang otak menjadi lebih
1)
2)
3)
4)

lambat.Tahap II ini ditandai dengan :


Kedua bola mata berhenti bergerak
Suhu tubuh menurun
Tonus otot perlahan-lahan berkurang
Tanda-tanda vital turun dengan jelas
5) EEG: Timbul gelombang beta Frekuensi 15-18
siklus / detik yang disebut gelombang tidur

c. Tahap III
Merupakan
1)

awaltahap

tidur

nyenyak.Tahap

ini

berlangsung 15-30menit.Tahap III ini ditandai dengan:


Relaksasi otot menyeluruh.
2) Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur.
3) EEG: perubahan gelombang Beta menjadi 1-2
siklus / detik.
4) Sulit dibangunkan dan digerakkan.
d. Tahap IV
Tahap Tidur Nyenyak, berlangsung sekitar 15-30 menit.
Tahap ini ditandai dengan :
1) Jarang bergerak dan sangat sulit dibangunkan.
2

2) Tanda-tanda vital secara signifikan lebih rendah


dari pada jam bangun pagi.
3) Tonus Otot menurun (relaksasi total).
4) Denyut jantung dan pernapasan menurun sekitar
20-30 %.
5) EEG: hanya terlihat gelombang delta yang
lambat dengan frekwensi 1-2 siklus/detik.
6) Gerak bola mata mulai meningkat.
7) Terjadi mimpi dan terkadang tidur sambil
berjalan serta enuresis (mengompol).
I.2.1.2 Rapid Eye Movement (REM)
Tahap tidur yang sangat nyenyak.Pada orang dewasa REM
terjadi 20-25 % dari tidurnya.
a.
Tahap REM ditandai dengan:
1) Bola mata bergerak dengan kecepatan lebih
tinggi dari tahap-tahap sebelumnya
2) Mimpi yang berwarna dan nyata muncul
3) Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit
setelah tidur dimulai.
4) Terjadi kejang otot kecil, otot besar imobilisasi.
5) Ditandai oleh respons otonom yaitu denyut
jantung dan pernapasan yang berfluktuasi, serta
6)
7)
8)
9)

peningkatan tekanan darah yang berfluktuasi.


Metabolisme meningkat.
Lebih sulit dibangunkan.
Sekresi ambung meningkat.
Durasi tidur REM meningkat dengan setiap
siklus dan rata-rata 20 menit.

1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)

b. Karakteristik tidur REM


Mata : Cepat tertutup dan terbuka.
Otot-otot : Kejang otot kecil, otot besar immobilisasi.
Pernapasan : tidur teratur, kadang dengan apnea.
Nadi : Cepat dan ireguler.
Tekanan darah : Meningkat atau fluktuasi.
Sekresi gaster : Meningkat
Metabolisme : Meningkat, temperatur tubuh naik.
Gelombang otak : EEG aktif.
Siklus tidur : Sulit dibangunkan.
I.3
I.3.1

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tidur (Vaughans dkk, 2011)


Penyakit
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak
dari normal. Namun demikian keadaan sakit menjadikan pasien kurang
tidur atau tidak dapat tidur. Misalnya pada pasien dengan gangguan
pernapasan seperti asma, bronkhitis, penyakit kardiovaskuler, dan
penyakit persarafan.

I.3.2

Lingkungan
3

Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman,
kemungkinan terjadi perubahan suasana seperti gaduhmaka akan
menghambat tidurnya.
I.3.3

I.3.4
I.3.5

Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan
untuk tetap bangun dan waspada menahan kantuk.
Kelelahan
Dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM.
Kecemasan
Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis
sehingga mengganggu tidurnya.

I.3.6

Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum
alkohol dapat mengakibatkan insomnia dan cepat marah.

I.3.7

Obat-obatan
Beberapa obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain
Diuretik (menyebabkan insomnia), Anti depresan (supresi REM),
Kaffein (Meningkatkan saraf simpatis), Beta Bloker (Menimbulkan
insomnia), dan Narkotika (Mensupresi REM).

I.4
I.4.1

Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada pola tidur dan


istirahat(Vaughans dkk, 2011)
Insomnia
Insomnia adalah gejala yang dialami klien ketika mereka mengalami
kesulitan tidur kronis, sering terbangun dari tidur, dan atau tidur
pendek atau tidur non retoratif
Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara kualitas
maupun kuantitas. Umumnya ditemui pada individu dewasa.
Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena faktor mental
seperti perasaan gundah dan gelisah. Ada tiga jenis insomnia yaitu
Initial insomnia adalah kesulitan untuk memulai tidur, Intermitten
insomnia adalah kesulitan untuk tetap tertidur karena seringnya terjaga,
terminal insomnia adalah bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur
kembali.
I.4.2

Parasomnia
Perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat seseorang
tidur, dan bisanya terjadi pada anak-anak teror malam, mimpi buruk,
nokturnal, enuresis (mengompol), badan goyang, dan bruksisme (gigi

I.4.3

bergemeretak).
Hipersomnia
4

Kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berlebihan terutama pada


siang hari.
I.4.4

Narkolepsi
Gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara tiba-tiba
pada siang hari.Seseorang dengan narkolepsi sering mengalami mimpi
seperti nyatayang terjadi ketika seseorang tertidur.Mimpi-mimpi ini
sulit dibedakan dari kenyataan.Kelumpuhan tidur, perasaan tidak
mampu bergerak, atau berbicara sesaat sebelum bagun atau tidur
adalah gejala lainnya.

I.4.5

Apnea saat Tidur dan Mendengkur


Merupakan gangguan yang ditandai oleh kurangnya aliran udara
melalui hidung dan mulut untuk periode 10 detik atau lebih pada saat
tidur. Ada tiga jenis tidur apnea yaitu : apnea sentral, obstruktif, dan
campuran. Bentuk yang paling umum adalah apnea obstruktif atau
Obstruktif Sleep Apnea (OSA).OSA mempengaruhi 10-15% dari
dewasa menengah. Sering terjadi juga pada wanita menopause, serta
wanita muda dan anak-anak
OSA terjadi ketika otot atau struktur dari rongga mulut atau
tenggorakan mengalami relaksasi saat tidur. Saluran napas tersumbat
sebagian atau seluruhnya, mengurangi aliran udara hidung (hiponea)
atau menghentikannya (apnea) selama 30 detik (Guilleminault dan
Bassiri, 2005 dalam Vaughans, 2011) seorang masih mencoba untuk
bernapas karena dada dan perut terus bergerak, sehingga sering
menghasilkan dengkuran keras dan suara mendengus atau mendengkur.
Ketika pernapasan menjadi sebagian atau seluruhnya berkurang, setiap
gerakan diafragma berturut-turut menjadi kuat sampai penyumbatan
terbuka.Mendengkur bukan dianggap sebagai gangguan tidur, namun
bila disertai apnea maka bisa menjadi masalah.

I.4.6

Mengigau
Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum tidur
REM.

II. Rencana Asuhan Klien Dengan Gangguan Kebutuhan


II.1
Pengkajian
Mengkaji identitas pasien dan identitas penanggung jawab pasien dengan
format nama, umur, jenis kelamin, status, agama, pekerjaan, suku bangsa,
alamat, pendidikan, diagnose medis, sumber biaya, hubungan antara pasien
II.1.1

dengan penanggung jawab.


Riwayat Keperawatan
5

II.1.1.1Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : Perawat memfokuskanpada hal-hal
yang menyebabkan klien meminta bantuan pelayanan
seperti :
1) Apa yang dirasakan klien ?
2) Apakah masalah atau gejala yang dirasakan
terjadi secara tiba-tiba atau perlahan dan sejak
kapan dirasakan ?
3) Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktivitas
hidup sehari-hari.
4) Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat
mengganggu klien ?
II.1.1.2Riwayat Penyakit Sekarang
Kaji kondisi yang pernah dialami oleh klien diluar gangguan
yang dirasakan sekarang khususnya gangguan yang mungkin
sudah berlangsung lama bila dihubungkan dengan usia dan
kemungkinan penyebabnya, namun karena tidak mengganggu
aktivitas klien, kondisi ini tidak dikeluhkan.
II.1.1.3Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji kondisi kesehatan keluarga klien untuk menilai ada
tidaknya hubungan dengan penyakit yang sedang dialami oleh
klien.Meliputi pengkajian apakah pasien mengalami alergi atau
penyakit keturunan.
II.1.1.4Riwayat Penyakit Dahulu
Meliputi pengkajian apakah gangguan yang dirasakan pertama
kali atau sudah sering mengalami gangguan pola tidur.
II.1.2
Pemeriksaan fisik: Data Fokus
II.1.2.1Keadaan Umum Pasien
Meliputi kesadaran, postur tubuh, kebersihan diri, turgor kulit,
warna kulit.
a. Gejala Kardial
Meliputi suhu, tensi, nadi, dan napas.
b.
Keadaan fisik
Meliputi pengkajian dari head to toe meliputi kepala,
mata, hidung, mulut, telinga, leher, thoraks, abdomen,
dan ekstermitas.
Secara umum, teknik pemeriksaan fisik yang dapat
dilakukan dalammemperoleh berbagai penyimpangan
fungsi adalah : Inspeksi, Palpasi, Auskultasi dan
Perkusi.
6

II.1.3

Pemeriksaan Penunjang
Menurut Remelda

(2008)

untuk

mendiagnosis

seseorang mengalami gangguan atau tidak dapat


II.1.3.1

dilakukan pemeriksaan melalui penilaian terhadap :


Pola tidur penderita
II.1.3.2Pemakaian obat-obatan, alkohol atau obat
terlarang
II.1.3.3Tingkatan stres psikis
II.1.3.4Riwayat medis
II.1.3.5Aktivitas fisik
Tidur dapat diukur secara objektif dengan menggunakan
alat yang disebut polisomnografi. Alat ini dapat
merekam elektroensefalogram (EEG), elektromiogram
(EMG), dan elektro-okulogram (EOG) sekaligus.
Dengan alat ini kita dapat mengkaji aktivitas klien
selama tidur. Aktivitas yang klien lakukan tanpa sadar
tersebut bisa jadi merupakan penyebab seringnya klien
terjaga di malam hari.The Multiple Sleep Latency Test
(MSLT) memberikan informasi yang objektif tentang
kantuk dan aspek-aspek tertentu dari struktur tidur dan
mengukur gerakan mata menggunakan EOG, perubahan
tonus otot menggunakan EMG, dan aktivitas listrik otak
menggunakan EEG.Klien dapat memekai Actigraph
pada pergelangan tangan untuk mengukur pola tidur
selama

jangka

waktu

tertentu.Data

Actigraphy

memberika informasi waktu tidur, efisiensi tidur, jumlah


durasi waktu jaga, serta tingkat aktivitas dan istirahat
(Buysse, 2005).
II.2
II.2.1

Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1 : Insomnia (00095)
Definisi
Gangguan pada kuantitas dan kualitas tidur yang

menghambat

fungsi (NANDA, 2015-2017).


II.2.2

Batasan karakteristik
2.2.2.1 Bangun terlalu dini
2.2.2.2 Gangguan pola tidur
2.2.2.3 Kesulitan tidur nyenyak
2.2.2.4 Kurang bergairah
2.2.2.5Pola tidur tidak menyehatkan (mis., karena tanggung jawab
menjadi pengasuh, menjadi orang tua, pasangan tidur)
2.2.2.6 Tidur tidak memuaskan
2.2.2.7 Perubahan afek
7

2.2.2.8 Perubahan konsentrasi


2.2.2.9 Perubahan mood
2.2.2.10 Penurunan kualitas hidup
II.2.3
II.2.3.1
II.2.3.2

Faktor yang berhubungan


Agens farmaseutikal
Aktivitas fisik harian rata-rata kurang dari yang

dianjurkan

menurut usia dan kelamin


II.2.3.3
Ansietas
II.2.3.4
Berduka
II.2.3.5
Depresi
II.2.3.6Faktor lingkungan (mis.,kebisingan lingkungan sekitar pajanan
terhadap cahaya/gelap, suhu/kelembapan lingkungan sekitar,
tatanan yang tidak familier)
II.2.3.7Higiene tidur tidak adekuat
II.2.3.8Ketakutan
II.2.3.9Ketidaknyamanan fisik
II.2.3.10
Konsumsi alkohol
II.2.3.11
Perubahan hormonal
II.2.3.12
Sering mengantuk
II.2.3.13
Stresor
II.2.4

Diagnosa 2: Deprivasi tidur


Definisi
Periode panjang tanpa tidur (berhentinya kesadaran relative secara
periodic dan berlangsung alami) (NANDA, 2015-2017).

II.2.5
Batasan karakteristik
II.2.5.1Agitasi
II.2.5.2Ansietas
II.2.5.3Apatis
II.2.5.4Fleeting nystagmus
II.2.5.5Gangguan persepsi
II.2.5.6Gelisah
II.2.5.7Halusinasi
II.2.5.8Iritabilitas
II.2.5.9Keletihan
II.2.5.10
Konfusi
II.2.5.11
Letargi
II.2.5.12
Malaise
II.2.5.13
Memberontak
II.2.5.14
Mengantuk
II.2.5.15
Paranoia sementara
II.2.5.16
Peningkatan sensivitas terhadap nyeri
II.2.5.17
Penurunan kemampuan berfungsi
II.2.5.18
Penurunan waktu bereaksi
II.2.5.19
Perubahan konsentrasi
II.2.5.20
Reaksi lambat
II.2.5.21
Tremor tangan
II.2.6
Faktor yang berhubungan
II.2.6.1Apnea tidur
II.2.6.2Demensia
II.2.6.3Enuresis terkait tidur
II.2.6.4Ereksi nyeri terkait tidur
8

II.2.6.5Hambatan lingkungan
II.2.6.6Higiene tidur tidak adekuat yang terus-menerus
II.2.6.7Hipersomnolen sistem saraf pusat idiopatik
II.2.6.8Ketidaknyamanan lama (mis., fisik, psikologis)
II.2.6.9Ketidaksinkronan irama sirkadian yang terus
II.2.6.10
Mimpi buruk
II.2.6.11
Narkolepsi
II.2.6.12
Paralisis tidur familial
II.2.6.13
Program pengobatan
II.2.6.14
Teror tidur
II.2.6.15
Tidur berjalan
II.2.6.16
Stimulasi lingkungan yang terus-menerus
II.2.6.17
Sindrom Sundower
II.2.7

menerus

Diagnosa 3: Gangguan pola tidur


Definisi
Interupsi jumlah waktu dan kualitas tidur akibat faktor eksternal.

II.2.8
Batasan karakteristik
II.2.8.1Kesulitan jatuh tertidur
II.2.8.2Ketidakpuasan tidur
II.2.8.3Menyatakan tidak merasa cukup istirahat
II.2.8.4Penurunan kemampuan berfungsi
II.2.8.5Perubahan pola tidur normal
II.2.8.6Sering terjaga tanpa jelas penyebabnya
II.2.9
Faktor yang berhubungan
II.2.9.1Gangguan karena pasangan tidur
II.2.9.2Halangan lingkungan (mis., bising, pajanan cahaya/gelap,
suhu/kelembapan, lingkungan yang tidak dikenal)
II.2.9.3Imobilisasi
II.2.9.4Kurang privasi
II.2.9.5Pola tidur tidak menyehatkan (mis., karena tanggung jawab
menjadi pengasuh, menjadi orang tua, pasangan tidur)

II.3
II.3.1
II.3.2
No
1

Perencanaan
Diagnosa 1: Insomnia
Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria): berdasarkan (NOC, 2013)
Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan (NIC,
2013)

Diagnosa
Insomnia

Tujuan & Kriteria

Intervensi (NIC)

Hasil (NOC)
Setelah
dilakukan 1. Peningkatan
asuhan

Koping : Mengurangi

Membantu pasien untuk

tekanan

selama... x 24 jam

beradaptasi

pada

diharapkan

persepsi,

tidak

keperawatan

Rasional

pasien
mengalami

insomnia
kriteria hasil :

dengan

dengan
stressor,

perubahan atau ancaman


yang

mengganggu

pemenuhan tuntutan dan


9

diri

pasien.
Kenyamanan
membuat
pasien

1)

Jumlah jam tidur


(sedikitnya 5 jam
per 24 jam untuk

orang dewasa.
2) Pola, kualitas dan
rutinitas tidur.
3) Perasaan
segar
setelah tidur.
4) Terbangun
waktu

di
yang

peran hidup.
2. Manajemen

relaksasi
Lingkungan

Kenyamanan:

membantu

Memanipulasi lingkungan
sekitar

pasien

pasien

untuk

santai.
meningkatkan kenyamanan Agar
pasien
yang optimal.
3. Peningkatan

mampu
Tidur

Memfasilitasi siklus tidurterjaga yang teratur.

sesuai.

II.3.3
II.3.4

dan

membangun
pola

tidur

yang sesuai

Diagnosa 2: Deprivasi tidur


Tujuan dan Kriteria hasil: (NOC, 2013)
Intervensi keperawatan dan rasional: (NIC, 2013)

No

Diagnosa

Deprivasi
Tidur

Tujuan & Kriteria


Hasil (NOC)
Setelah
dilakukan
asuhan keperawatan
selama ...X24 jam
diharapkan
pasien
tidak
mengalami
deprivasi tidur dengan
kriteria hasil :
1. Menunjukkan
Tidur,
yang
dibuktikan
oleh indikator
berikut
(gangguan
ekstrem, berat,
sedang, ringan,
atau
tidak
mengalami
gangguan )
- Perasaa
n segar
setelah
tidur
- Pola
dan
kualitas
tidur
- Rutinit
as tidur
- Jumlah

Intervensi (NIC)

Rasional

1. Manajemen Energi : 1. Menghilangkan


pencetus
Mengatur penggunaan
deprivasi tidur.
energi untuk mengatasi 2. Mengurangi
gangguan tidur.
atau
mencegah
3. Membuat pasien
keletihan
dan
lebih santai.
mengoptimalkan
Agar pasien mampu
membangun pola
fungsi.
tidur yang sesuai
2. Manajemen Medikasi :
Memfasilitasi
penggunaan obat resep
dan obat bebas yang
aman dan efektif.
3. Manajemen
Alam
Perasaan: Menciptakan
keamanan , kestabilan,
pemulihan,

dan

pemeliharaan
yang

pasien

mengalami

disfungsi

alam

perasaan baik depresi


maupun

peningkatan

alam perasaan.
4. Peningkatan Tidur :

10

Memfasilitasi

siklus

tidur-bangun

yang

teratur.

waktu
tidur
yang
terobse
rvasi
- Terjaga
pada
waktu
yang
tepat.
2. Melaporkan
penurunan
gejala
Deprivasi tidur
(misalnya,
konfusi,
ansietas,
mengantuk
pada
siang
hari, gangguan
perseptual, dan
kelelahan).
3. Mengidentifika
sikan
dan
melakukan
tindakan yang
dapat
meningkatkan
tidur
atau
istirahat.
4. Mengidentifika
sikan
faktor
yang
dapat
menimbulkan
Deprivasi tidur
(misalnya,
nyeri,
ketidakadekuat
an
aktivitas
pada
siang
hari)

Diagnosa 3: Gangguan pola tidur


II.3.5
Tujuan dan Kriteria Hasil : (NOC, 2013)
II.3.6
Intervensi Keperawatan dan rasional : (NIC, 2013)
No

Diagnosa

Gangguan
Pola Tidur

Tujuan & Kriteria Hasil


Intervensi (NIC)
Rasional
(NOC)
Setelah dilakukan asuhan 1. Determinasi efek-efek 1. Mengetahui
keperawatan selama... x 24
medikasi terhadap pola
pengaruh
obat
jam diharapkan px tidak
tidur.
dengan pola tidur
2.
Jelaskan
pentingnya
terganggu saat tidur dengan
pasien.
11

kriteria hasil :
1. Jumlah jam tidur dalam
batas
normal
6-8
jam/hari.
2. Pola tidur, kualitas
dalam batas normal.
3. Perasaan segar sesudah
tidur atau istirahat.
4. Mampu
mengidentifikasi halhal yang meningkatkan
tidur.

tidur yang adekuat.


3. Fasilitas
untuk
mempertahankan
aktivitas sebelum tidur
(membaca).
4. Ciptakan lingkungan
yang nyaman.
5. Kolaborasi pemberian
obat tidur.
6. Diskusikan
dengan
pasien dan keluarga
tentang teknik tidur
pasien.
7. Instruksikan
untuk
memonitor
tidur
pasien.
8. Monitor waktu makan
dan minum dengan
waktu tidur.
9. Monitor/catat
kebutuhan tidur pasien
setiap hari dan jam.

2. Memberikan
informasi kepada
pasien
dan
keluarga pasien.
3. Meningkatkan
tidur.
4. Agar
periode
tidur
tidak
terganggu
dan
rileks.
5. Mengurangi
gangguan tidur.
6. Meningkatkan
pola tidur yang
baik
secara
mandiri.
7. Mengetahui
perkembangan
pola tidur pasien.
8. Mengetahui
pengaruh waktu
makan
dan
minum terhadap
pola tidur pasien.
9. Mengetahui
perkembangan
pola tidur pasien.

III.Daftar Pustaka
Huda,Amin,Kusuma,Hardhi, (2013). .Aplikasi AsuhanKeperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.Yogyakarta. MediAction
NANDA Internasional, (2015-2017). Diagnosis Keperawatan : Definisi dan
Klasifikasi 2015-2017 Ed. 10. Jakarta: EGC
Potter, Perry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep, Proses, dan
Praktik, Edisi 4.Jakarta: EGC.
Tarwoto dan Wartonah.2006.Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:Medika Salemba.
Vaughans, Bennita W. 2011. Keperawatan Dasar. Yogyakarta : Rapha Publishing.

12

Banjarmasin, November 2016


Preseptor akademik,

Preseptor klinik,

(.)

(....)

13

Anda mungkin juga menyukai