Anda di halaman 1dari 13

TUGAS INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN MASALAH KEPERAWATN


GANGGUAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Laporan Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Dasar


Dosen Pengampu : Saiful Hidayat, M.Kep

Disusun Oleh :

Prido Wahyu Ardika (22632291)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN KELAS D


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PONOROGO
2024
A. Definisi
Cairan adalah air beserta unsur-unsurnya yang didalamnya diperlukan untuk
kesehatan sel, dan cairan ini sebagian berada di dalam dan sebagian di luar sel.
Elektrolit adalah suatu zat cair di dalam tubuh yang terdiri dari molekul-molekul atau
ion-ion yang berfungsi membantu proses metabolisme dalam tubuh.
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap
stressor fisiologis dan lingkungan. Cairan dan elektrolit saling berhubungan,
ketidakseimbangan yang berdiri sendiri jarang terjadi dalam bentuk berlebihan atau
kekurangan. Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi
tubuh tetap sehat.
B. Etiologi
Menurut Standar Diagnosis Kperawatan Indonesia (SDKI,2017) penyebab/etiologi
dari gangguan cairan dan elektrolit adalah :
1. Gangguan mekanisme regulasi
2. Kelebihan asupan cairan
3. Kelebihan asupan natrium
4. Gangguan aliran balik vena
5. Efek agen farmatologis (mis. kortikosteroid, clorpropamide, tolbutamide,
vincristine, tryptilinnescarbamazepine)
C. Manifestasi klinis
Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI,2017) manifestasi klinis
dari gangguan cairan dan elektrolit adalah :
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif : Objektif :
1. Ortopnea 1. Edema anasarka dan/atau edema
2. Dyspnea perifer
3. Paroxysmal nocturnal dyspnea 2. Berat badan meningkat dalam
(PND) waktu singkat
3. Jugular Venous Pressure (JVP)
dan/atau Cental Venous Pressure
(CVP) meningkat
4. Refleks hepatojugular positif
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
(tidak tersedia) 1. Distensi vena jugularis
2. Terdengar suara napas tambahan
3. Hepatomegall
4. Kadar Hb/Ht turun
5. Oliguria
6. Intake lebih banyak dari
7. output (balans cairan
positif)Kongest paru

D. Pathway
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

Gangguan Volume Cairan Gangguan Keseimbangan Elektrolit

Inflamasi Gastronal
Kelebihan Asupan Cairan Kehilangan Cairan Aktif

Defekasi lebih dari 3x dalam


Turgor Kulit Menurun 24 jam
Berat Badan Meningkat
Secara Singkat
Diare
Hipovolemi
Hipervolemi

E. Asuhan Keperawatan Menurut Teori


1. Pengkajian
a. Biodata
1. Nama, umur, jenis kelamin, agama, tgl MRS, No. Reg, Dx medis.
2. Penanggung jawab (nama, alamat, pekerjaan, umur, pendidikan,
agama)
b. Riwayat keperawatan
- Hipervolemi
- Hipovolemi
- Diare
c. Pola Kesehatan Sehari-hari di Rumah dan Rumah Sakit
- Nutrisi
- Eliminasi
- Istirahat/ tidur
- Personal Hygiene
- Aktivitas
d. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Keadaan umum klien lemah dan terlihat sakit berat. Tingkat kesadaran
menurun sesuai dengan tingkat uremia dimana dapat mempengaruhi system
saraf pusat.Pada TTV sering didapatkan adanya perubahan; RR
meningkat, tekanan darah terjadi perubahan dari hipertensi ringan sampai
berat. (Arif Muttaqin, 2011).
2. Kepala
- Normachepal, rambut tipis dan kasar
3. Wajah
- Edema
- Pitting edema (+)
4. Mata
- Konjungtiva anemis
5. Hidung
- klien bernapas dengan bau urine (fetor uremik) dan pernapasan
kusmaul.
6. Mulut
- Klien dengan bau mulut ammonia, daN peradangan mukosa mulut.
7. Leher
- Distensi vena jugularis
8. Paru
- Ada tarikan dinding dada
- Ada premitus kiri dan kanan sama
- Ada bunyi pekak
- Ada crackles
9. Jantung
- Ictus cordis tidak tampak
- Denyut nadi meningkat
- Ada bunyi pekak
- Gangguan irama jantung, friction rub
10. Abdomen
- Asites
- distensi abdomen
- bunyi timpani
- bising usus normal
- edema ,ptekie, area ekimosis pada kulit.
- Ada pitting edema (+).
e. Pemeriksaan Penunjang
1. Ekokardiografi (ECG)
Pemeriksaan ekokardiografi umumnya digunakan untuk deteksi gangguan
fungsional dan anatomis yang menyebabkan gagal jantung (Aspiani,2014).
2. Rontgen dada
Foto sinar-X dada posterior-anterior dapat menunjukkan hipertensi vena,
edema paru atau kardiomegali. Bukti pertama dari peningkatan tekanan
vena paru
3. Pemeriksaan Urin
Untuk menunjang diagnosis sindrom/tumor karsinoid ("flushing" kulit dll),
dapat dilakukan pemeriksaan kadar 5-HIAA urin 24 jam.
4. Kolonoskopi dan ileoscopy
Pemeriksaan ini tidak dilakukan rutin pada setiap diare kronik, tetapi
membantu dalam menegakkan diagnosis terutama dalam mendapatkan
diagnosis patologi anatomi dengan biopsy mukosa usus.
f. Penatalaksanaan
1. Dialysis. Dialysis memperbaiki abnormalitas biokomia; menyebabkan
cairan, protein dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas;
menghilangkan kecendrungan perdarahan dan membantu penyembuhan
luka.
2. Koreksi hiperkalemi. Mengendalikan kalium darah sangat penting karena
dapat menimbulkan kematian mendadak. Bila terjadi hiperkalemia, maka
pengobatannya adalah dengan mengurangi intake kalium, pemberian Na
bikarbonat, dan pemberian infuse glukosa.
3. Koreksi anemia. Usaha pertama ditujukan untuk mengatasi faktor
defisiensi, kemudian mencari apakah ada perdarahan yang mungkin dapat
diatasi.
4. Koreksi asidosis. Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus
dihindari. Natrium bikarbonat dapat diberikan peroral atau parenteral.
Pada permulaan mEq natrium bikarbonat diberi intervensi perlahan-lahan,
jika diperlukan dapat diulang.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipervolemi berhubungan dengan kelebihan asupan cairan
b. Hipovolemi berhubungan dengan kehilangan asupan cairan
c. Diare berhubungan dengan inflamasi gastronal
3. Rencana Keperawatan
DIAGNOSA KEPERAWATAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
D.0022 L.03028 I.03114
Hipervolemia Status Cairan Manajemen Hipervolemia

Definisi : Setelah dilakukan intervensi Definisi :


Peningkatan volume cairan selama 3x24 jam, maka status Mengidentifikasi dan
intravascular, interstisial, dan/atau kenyamanan meningkat, dengan mengelola kelebihan volume
intraseluler kriteria hasil : cairan intravaskuler dan
1. Kekuatan nadi ekstravaskuler serta mencegah
Penyebab : 2. Turgor kulit terjadinya komplikasi.
1. Gangguan mekanisme regulasi 3. Output urine
2. Kelebihan asupan cairan 4. Pengisisan vena Tindakan :
3. Kelebihan asupan natrium 5. Ortopnea Observasi
4. Gangguan aliran balik vena 6. Dyspnea 1. Periksa tanda dan gejala
5. Efek agen farmatologis (mis. 7. Paroxysmal nocturnal nipervolemia ( mis,
kortikosteroid, clorpropamide, dyspnea (PND) ortopnea, dispnea,
tolbutamide, vincristine, 8. Edema anasarka edema, JVP/CVP
tryptilinnescarbamazepine) 9. Edema perifer meningkat, refleks
10. Berat badan hepatojugular positif,
Gejala dan Tanda Mayor 11. Distensi vena jugularis suara napas tambahan)
Subjektif : 12. Suara napas tambahan
1. Ortopnea 13. Kongesti paru 2. Identifikasi penyebab
2. Dyspnea 14. Perasaan lemah hypervolemia
3. Paroxysmal nocturnal dyspnea 15. Keluhan haus
3. Monitor status
(PND) 16. Konsentrasi urine
hemodinamik (mis.
Objektif : 17. Frekuensi nadi
frekuensi jantung,
1. Edema anasarka dan/atau 18. Tekanan darah
tekanan darah ,MAP,
edema perifer 19. Tekanan nadi
CVP, PAP, POMP, CO,
2. Berat badan meningkat dalam 20. Membran mukosa
CI), jika tersedia
waktu singkat 21. Jugular Venous Pressure
3. Jugular Venous Pressure (JVP)
4. Monitor intake dan
(JVP) dan/atau Cental Venous 22. Kadar Hb
output cairan
Pressure (CVP) meningkat 23. Kadar Ht
4. Refleks hepatojugular positif 24. Contal Vencus Pressure 5. Monitor tanda
25. Refluks hepatojugular hemokonsentrasi (mis.
Gejala dan Tanda Minor 26. Berat badan Hepatomegali kadar natrium, BUN
Subjektif : 27. Oliguria hematokrit, berat jenis
(tidak tersedia) 28. Intake cairan Status mental urine)
Objektif : 29. Suhu tubuh
6. Monitor tanda
1. Distensi vena jugularis
peningkatan tekanan
2. Terdengar suara napas
onkotik plasma (mis.
tambahan
Kadar protein dan
3. Hepatomegall
albumin meningkat)
4. Kadar Hb/Ht turun
5. Oliguria
7. Monitor kecepatan infus
6. Intake lebih banyak dari
secara ketat Monitor efek
output (balans cairan positif)
samping diuretik (mis.
7. Kongest paru
hipotensi ortortostatik,
hipovolem hiponatremia)
Kriteria Hasil :
Terapeutik
1. Penyakit ginjal: gagal ginjal
1. Timbang berat badan
akut/kronis, sindrom
setiap hari pada waktu
nefrotik
yang sama
2. Hipoalbuminemia
3. Gagal jantung kongestif 2. Batasi asupan cairan dan
4. Kelainan hormone garam
5. Penyakit hati (mis, sirosis, 3. Tinggikan kepala tempat
asites, kanker hati) tidur 30-40*
6. Penyakit vena perifer (mis. Edukasi
varises vena, trombus vena, 1. Anjurkan melaporjika
plebits) haluaran urin <0,5
ml/kg/jam dalam jam
2. Anjurkan melapor jika
BB bertambah >1 kg
dalam sehari
3. Ajarkan cara mengukur
dan mencatat asupan dan
haluaran cairan
4. Ajarkan cara membatasi
cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
diuretik
2. Kolaborasi penggantian
kehilangan kalium
akibat diuretic
3. Kolaborasi pemberian
continuous renal
replacement therapy
(CRRT), jika perlu
D.0023 L.03028 I.03116
Hipovolemia Status Cairan Manajemen Hipovolemia

Definisi : Setelah dilakukan intervensi Definisi :


Penurunan volume cairan selama 3x24 jam, maka status Mengidentifikasi dan
intravaskuler, interstisial, dan/atau kenyamanan meningkat, dengan mengelola penurunan volume
intraseluler kriteria hasil : cairan intravaskuler
1. Kekuatan nadi
Penyebab : 2. Turgor kulit Tindakan :
1. Kehilangan cairan aktif 3. Output urine Observasi
2. Kegagalan mekanisme 4. Pengisisan vena 1. Periksa tanda dan gejala
regulasi 5. Ortopnea hipovolemia (mis.
3. Peningkatan permeabilitas 6. Dyspnea frekuensi nadi
kapiler 7. Paroxysmal nocturnal meningkat, nadi teraba
4. Kekurangan intake cairan dyspnea (PND) lema tokanan darah
5. Evaporasi 8. Edema anasarka menurun, tekanan nadi
9. Edema perifer menyempit, turgor kulit
Gejala dan Tanda Mayor 10. Berat badan menurun, membran muk
Subjektif : 11. Distensi vena jugularis kering, volume urin
(tidak tersedia) 12. Suara napas tambahan menurun, hematokrit
Objektif : 13. Kongesti paru meningkat, haus, lemah)
1. Frekuensi nadi meningkat 14. Perasaan lemah 2. Monitor intake dan output
2. Nadi teraba lemah 15. Keluhan haus cairan
3. Tekanan darah menurun 16. Konsentrasi urine Terapeutik
4. Tekanan nadi menyempit 17. Frekuensi nadi 1. Hitung kebutuhan cairan
5. Turgor kulit menurun 18. Tekanan darah 2. Berikan posisi modified
6. Membran mukosa kering 19. Tekanan nadi Trendelenburg
7. Volume urin menurun 20. Membran mukosa 3. Berikan asupan cairan oral
8. Hematokrit meningkat 21. Jugular Venous Pressure
(JVP) Edukasi
Gejala dan Tanda Minor : 22. Kadar Hb 1. Anjurkan memperbanyak
Subjektif : 23. Kadar Ht asupan cairan oral
1. Merasa lelah 24. Contal Vencus Pressure 2. Anjurkan menghindari
2. Mengeluh haus 25. Refluks hepatojugular perubahan posisi
Objektif : 26. Berat badan Hepatomegali mendadak
1. Pengisian vena menurun 27. Oliguria
2. Status mental berubah 28. Intake cairan Status mental Kolaborasi
3. Suhu tubuh meningkat 29. Suhu tubuh 1. Kolaborasi pemberian
4. Konsentrasi urin meningkat cairan IV isotonis (mis.
5. Berat badan turun tiba-tiba NaCl, RL)
2. Kolaborasi pembarian
Kondisi klinis terkait : cairan IV hipotonis (mis.
1. Penyakit Addison glukosa 2,5 %, NaCl
2. Trauma/perdarahan 0,4%)
3. Luka bakar 3. Kolaborasi pemberian
4. AIDS cairan koloid (mis.
5. Penyakit Crohn albumin, Plasmanate)
6. Muntah 4. Kolaborasi pemberian
7. Diare produk darah
8. Kolitis ulseratif
9. Hipoalbuminemia
D.0020 L.04003 I.03101
Diare Eliminasi Fekal Definisi :
Mengidentifikasi dan
Definisi : Setelah dilakukan intervensi mengelola diare dan
Pengeluaran feses yang sering, selama 3x24 jam, maka status dampaknya.
lunak dan tidak berbentuk. kenyamanan meningkat, dengan Tindakan
kriteria hasil : Observasi
Penyebab : 1. Kontrol pengeluaran feses 1. Identifikasi penyebab
Fisiologis 2. Keluhan defekasi lama diare (mis. Inflamasi
1. Inflamasi gastrointestinal dan sulit gastrointestinal, Iritasi
2. Iritasi gastrointestinal 3. Mengenjan saat defekasi gastrointertinal, prosen
3. Proses infeksi 4. Distensi abdomen infeksi, malabsorpsi,
4. Malabsorpsi 5. Teraba massa pada rektal ansietas, stres, efek obat-
Psikologis 6. Urgency obatan, pemberian botol
1. Kecemasan 7. Nyeri abdomen susu)
2. Tingkat stres tinggi 8. Kram abdomen 2. Identifikasi riwayat
Situasional 9. Konsistensi feses pemberian makanan
1. Terpapar kontaminan 10. Frekuensi defekasi
2. Terpapar toksin 11. Peristaltic usus 3. Identifikasi gejala
3. Penyalahgunaan laksatif invaginasi (mis tangisan
4. Penyalahgunaan zat keras, kepucatan pada
bayi
5. Program pengobatan (Agen 4. Monitor wama, volume,
tiroid, analgesik, pelunak frekuensi, dan konsistensi
feses, ferosulfat antasida, tinja
cimetidine dan antibiotik) 5. Monitor tanda dan gejala
6. Perubahan air dan makanan hypovolemia (mis
7. Bakteri pada air takikardia, nadi teraba
lemah, tekanan
Gejala dan Tanda Mayor darahnturun, turgor kulit
Subjektif turun, mukosa mulut
(tidak tersedia) kering, CRT melambat,
Objektif BB menurun)
1. Defeksi lebih dari 3x dalam 6. Monitor intasi dan
24 jam ulserasi kulit di daerah
2. Feses lembek atau cair perianal
7. Monitor jumlah
Gejala dan Tanda Minor pengeluaran diare
Subjektif 8. Monitor keamanan
1. Urgency penyiapan makanan
2. Nyeri/kram abdomen
Objektif Terapeutik
1. Frekuensi peristaltik 1. Berikan asupan cairan
meningkat oral (mis. Inrutan garam
2. Bising usus hiperaktif gula, oralit, pedialyte,
renalyte)
Kondisi Klinis Terkait : 2. Pasang jalur intravena
1. Kanker kolon 3. Berikan cairan intravena
2. Diverticulitis (mis, ringer asetat, ringer
3. Iritasi usus laktat), jika perlu
4. Crohn's disease 4. Ambil sampel darah
5. Ulkus peptikum untuk pemeriksaan darah
6. Gastritis lengkap dan elektrolit
7. Spasme kolon 5. Ambil sampel feses untuk
8. Kolitis ulseratif kultur, jika perlu
9. Hipertiroidisme
10. Demam typoid Edukasi
11. Malaria 1. Anjurkan makanan
12. Sigelosis porsi kecil dan sering
13. Kolera secara bertahap
14. Disentri 2. Anjurkan menghindari
15. Hepatitis makanan pembentuk
gas, pedas dan
mengandung laktosa
3. Anjurkan melanjutkan
pemberian ASI'

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
obat antimotilitas (mis.
loperamide,
2. Kolaborasi pemberian
obat antispasmodic/
spasmolitik (mis.
papaverin, ekstak
belladonna,mebeverine)
3. Kolaborasi pemberian
obat pengeras feses
(mis. atapulgit, smektit,
kaolin-pektin)
DAFTAR PUSTAKA

PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnosis, Edisi I. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi I. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi I. Jakarta : DPP PPNI.
Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika
http://pustaka.poltekkespdg.ac.id/repository/NURFRIYATNA_UTAMI_143110180_
3A%281%29.pdf
https://docplayer.info/69651131-Laporan-pendahuluan-keseimbangan-cairan-dan-
elektrolit-oleh-mudrikah.html
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2263/4/BAB%20II.pdf
http://eprints.umpo.ac.id/5359/3/BAB%202.pdf

Anda mungkin juga menyukai