Disusun Oleh :
2021
A. Definisi
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat
tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan
partikel – partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam
larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke tubuh melalui makanan, minuman,
dan cairan intravena (IV) dan di distribusikan ke seluruh tubuh (Haswita,
Reni Sulistyowati, 2017).
Cairan dan elektrolit merupakan komponen tubuh yang berperan
dalam memelihara fungsi tubuh dan proses homeostatis. Tubuh kita terdiri
atas sekitar 60% air yang tersebar dalam sel maupun luar sel. Namun
demikian, besarnya kandungan air tergantung usia, jenis kelamin, dan
kandungan lemak (Tarwoto dan Wartonah, 2010).
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah
merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan
cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai
cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan
zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan
partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam
larutan. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang
normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang
lainnya jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang
lainnya (Andri Setiya, 2016).
Total jumlah volume cairan tubuh (TBW) kira – kira 60% dari
berat badan pria dan 50% dari berat badan wanita. Cairan tubuh di
distribusikan diantara dua kompartemen, yaitu pada intraseluler dan
ekstraseluler, cairan intraseluler (CIS) kira – kira 2/3 atau 40% dari BB,
sedangkan cairan ekstraseluler (CES) 20% dari BB (Tarwoto dan
Wartonah, 2010).
B. Etiologi
Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI, 2017)
penyebab/etiologi dari ganguan cairan dan elektrolit, yaitu:
1. Gangguan mekanisme regulasi
2. Kelebihan asupan cairan.
3. Kelebihan asupan natrium.
4. Gangguan aliran balik vena.
5. Efek agen farmakologis (mis. kortikosteroid, chlorpropamide,
tolbutamide, vincristine, tryptilinescarbamazepine).
6. Kehilangan cairan aktif
7. Peningkatan permeabilitas kapiler.
8. Kekurangan intake cairan.
9. Evaporasi.
10. Trauma/pendarahan.
11. Luka bakar.
12. Penyakit ginjal dan kelenjar.
13. Ketidakseimbangan cairan (mis. dehidrasi dan intoksikasi air)
14. Kelebihan volume cairan.
15. Diare.
16. Muntah.
C. Manifestasi Klinis
Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI, 2017)
manifestasi klinis dari gangguan cairan dan elektrolit, yaitu:
Hipervolemia
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
1. Ortopnea. 1. Edema anasarka dan/atau
2. Dispnea edema perifer.
3. Paroxysmal nocturnal 2. Berat badan meningkat dalam
dyspnea (PND). waktu singkat.
3. Jugular Venous Pressure
(JVP) dan/atau Cental Venous
Pressure (CVP) meningkat.
4. Reflex hepatojugular positif.
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
(tidak tersedia) 1. Distensi vena jugularis.
2. Terdengar suara napas
tambahan.
3. Hepatomegali.
4. Kadar Hb/Ht turun.
5. Oliguria.
6. Intake lebih banyak dari
output (balans cairan positif).
7. Kongesti paru.
Hipovolemia
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
(tidak tersedia) 1. Frekuensi nadi meningkat.
2. Nadi teraba lemah.
3. Tekanan darah menurun.
4. Tekanan nadi menyempit.
5. Turgor kulit menurun.
6. Membran mukosa kering.
7. Volume urin menurun.
8. Hematokrit meningkat.
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
1. Merasa lemah. 1. Pengisian vena menurun.
2. Mengeluh haus. 2. Status mental berubah.
3. Suhu tubuh meningkat.
4. Konsentrasi urin meningkat.
5. Berat badan turun tiba – tiba.
D. Pathways
GANGGUAN
KESEIMBANGAN CAIRAN
DAN ELEKTROLIT
Kelebihan
asupan natrium Kegagalan
Intake lebih banyak dari
mekanisme regulasi Iritasi
output (balans cairan
gastrointestinal
positif)
Edema anasarka
dan/atau edema Volume urin
perifer meningkat Defekasi lebih dari
Berat badan meningkat
dalam waktu singkat tiga kali dalam 24
jam
Hipovolemia
Diare
Hipervolemia
E. Asuhan Keperawatan Menurut Teori
1. PENGKAJIAN
a. Biodata
- Nama, umur, jenis kelamin, agama, tgl MRS, No. Reg, Dx
medis.
- Penanggung jawab (nama, alamat, pekerjaan, umur, pendidikan,
agama).
b. Riwayat Keperawatan
- Hipervolemia.
- Hipovolemia.
- Diare
d. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Tingkat kesadaran.
Dengan mengkaji menggunakan Skala Glasglow (GCS) dengan
hasil 14–15 : normal, 11-13 : disfungsi sedang, 10 atau kurang :
disfungsi berat.
2. Pengukuran Intake dan Output Elektrolit.
3. Pemeriksaan Head to Toe
- Pemeriksaan kepala dan muka
Inspeksi : bentuk kepala, bentuk muka, bentuk
hidung, warna rambut, dll.
Palpasi : adanya odem, adanya nyeri tekan di
pipi, dahi, hidung, mata atau tidak.
- Pemeriksaan telinga
Inspeksi : bentuk telinga kiri kanan
Palpasi : adanya odem, adanya nyeri tekan,
adanya lesi diluar dan didalam telinga atau tidak.
- Pemeriksaan mata
Inspeksi : konjungtiva pucat, konjungtiva
sianosis
Palpasi : adanya odem, adanya nyeri tekan,
adanya lesi, adanya kelainan atau tidak.
- Pemeriksaan mulut dan faring
Inspeksi : membran mukosa kering
Palpasi : adanya odem, adanya nyeri tekan pada
rahang, adanya lesi atau tidak.
- Pemeriksaan leher
Inspeksi : bentuk leher
Palpasi : adanya odem, adanya nyeri tekan,
adanya lesi atau tidak.
- Pemeriksaan payudara dan ketiak.
Inspeksi : bentuk payudara, warna putting
Palpasi : adanya odem, adanya nyeri tekan,
adanya lesi atau tidak.
- Pemeriksaan thoraks.
Inspeksi : bentuk dada, inspirasi, ekspirasi.
Palpasi : adanya odem, adanya nyeri tekan,
adanya lesi atau tidak, adanya benjolan atau
tidak.
Perkusi : bunyi suara paru (sonor, dll).
Auskultasi : adanya suara tambahan seperti
wheezing, ronchi, vesikuler, atau tidak.
- Pemeriksaan jantung
Inspeksi : icturcodis
Palpasi : adanya odem, adanya nyeri tekan,
adanya lesi atau tidak.
Perkusi : bunyi pekak.
Auskultasi : bunyi jantung 1 dan 2 lub dub.
- Pemeriksaan abdomen.
Inspeksi : bentuk perut.
Palpasi : adanya odem, adanya nyeri tekan,
adanya lesi atau tidak.
Perkusi : bunyi perut seperti timpani.
Auskultasi : bising usus terdengar atau tidak.
- Pemeriksaan integument.
Inspeksi : keadaan turgor kulit menurun,
kelelahan, kelemahan otot, tetani dan sensasi
rasa.
Palpasi : adanya odem, adanya nyeri tekan,
adanya lesi atau tidak.
- Pemeriksaan ektremitas
Inspeksi : kaki kanan kiri, tangan kanan kiri kuat
atau tidak.
Palpasi : tidak/ada benjolan pada ekstremitas,
ada nyeri tekan pada punggung kaki.
- Pemeriksaan genetalia dan anus.
Inspeksi : genetalia kotor/bersih, terdapat
hiperpigmentasi disekitar genetalia/tidak.
Palpasi : adanya nyeri tekan, adanya lesi atau
tidak.
- Pemeriksaan nervus
Nervus Olfaktorius, Nervus Optikus, Nervus
Okulomotoris, Nervus Troklearis, Nervus Abdusen,
Nervus Fasialis, Nervus Auditori, Nervus
Glosofaringeal, Nervus Vagus, Nervus Aksesorius,
Nervus hipoglosus.
e. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan elektrolit serum.
2. Pemeriksaan darah lengkap.
3. PH.
4. BC urine.
5. AGD (Analisis Gas Darah).
f. Penatalaksanaan
1. Dialysis
Memperbaiki abnormalitas biokimia; menyebabkan cairan,
protein dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas;
menghilangkan kecenderungan pendarahan dan membantu
penyembuhan luka.
2. Koreksi hiperkalemi
Mengendalikan kalium darag sangat penting karena dapat
menimbulkan kematian mendadak. Bila terjadi hyperkalemia,
maka pengobatannya adalah dengan mengurangi intake kalium,
pemberian Na bikarbonat, dan pemberian infuse glukosa.
3. Koreksi anemia
Usaha pertama ditunjukkan untuk mengatasi faktor defisiensi,
kemudian mencari apakah ada pendarahan yang mungkin dapat
diatasi.
4. Koreksi asidosis
Pemberian asam melalui makanan dan obat – obatan harus
dihindari. Natrium bikarbonat dapat diberikan peroral atau
parenteral. Pada permulaan mEq natrium bikarbonat diberi
intervensi perlahan – lahan, jika diperlukan dapat diulang.
5. Pengendalian hipertensi. Pemberian obat beta bloker, alpa
metildopa, dan vasodilator dilakukan.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipervolemia b.d kelebihan asupan cairan.
2. Hipovolemia b.d kekurangan intake cairan.
3. Diare b.d inflamasi gastrointestinal
3. RENCANA KEPERAWATAN
Terapeutik
- Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi
pasien.
- Dokumentasi hasil
pemantauan.
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur
pemantauan.
- Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu.
Tindakan :
Observasi
- Monitor status
kardiopulmonal
(frekuensi dan
kekuatan nadi,
frekuensi napas, TD,
MAP).
- Monitor status
oksigenasi
(oksimetri nadi,
AGD).
- Monitor status
cairan (masukan dan
haluaran, turgor
kulit, CRT).
- Periksa tingkat
kesadaran dan
respon pupil.
- Periksa seluruh
permukaan tubuh
terhadap adanya
DOTS
(deformitiyldeformit
as, open wound/luka
terbuka,tenderness/n
yeri tekan,
swelling/bengkak).
Terapeutik
- Pertahankan jalan
napas paten.
- Berikan oksigen
untuk
mempertahankan
saturasi oksigen
>94%
- Persiapkan intubasi
dan ventilasi
mekanis, jika perlu.
- Lakukan peneanan
langsung (direct
pressure) pada
perdarahan eksternal.
- Berikan posisi syok
(modified
Trendelenberg).
- Pasang jalur IV
berukuran besar
(mis. nomor 14 atau
16).
- Pasang kateter
urine untuk menilai
produksi urine.
- Pasang selang
nasogastric untuk
dekompresi
lambung.
- Ambil sampel
darah untuk
pemeriksaan darah
lengkap dan
elektrolit.
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian infus
cairan kristaloid 1 –
2 L pada dewasa.
- Kolaborasi
pemberian infus
cairan kristaloid 20
mL/kgBB pada anak.
- Kolaborasi
pemberian transfuse
darah, jika perlu
1.03121
Pemantauan Cairan
Definisi:
Mengumpulkan dan
menganalisis data
terkait pengaturan
keseimbangan
cairan.
Tindakan :
Observasi
- Monitor frekuensi
dan kekuatan nadi.
- Monitor frekuensi
napas.
- Monitor tekanan
darah.
- Monitor berat
badan.
- Monitor waktu
pengisian kapiler.
- Monitor elastisitas
atau turgor kulit.
- Monitor jumlah,
warna dan berat jenis
urine.
- Monitor kadar
albumin dan protein
total.
- Monitor hasil
pemeriksaan serum
(mis. osmolaritas
serum, hematokrit,
natrium, kalium,
BUN).
- Monitor intake dan
output cairan.
- Identifikasi tanda –
tanda hypovolemia
(mis. frekuensi nadi
meningkat, nadi
teraba lemah,
tekanan darah
menurun, tekanan
nadi menyempit,
turgor kulit
menurun, membrane
mukosa kering,
volume urin
menurun, hematokrit
meningkat, haus,
lemah, konsentrasi
urine meningkat,
berat badan menurun
dalam waktu
singkat).
- Identifikasi tanda –
tanda hypervolemia
(mis. dyspnea.
Edema perifer,
edema anasarka, JVP
meningkat, CVP
meningkat, refleks
hepatojugular positif,
berat badan menurun
dalam waktu
singkat).
- Identifikasi faktor
risiko
ketidakseimbangan
cairan (mis. prosedur
pembedahan mayor,
trauma/pendarahan,
luka bakar,
apheresis, obstruksi
intestinal,
peradangan
pancreas, penyakit
ginjal dan kelenjar,
disfungsi intestinal).
Terapeutik
- Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi
pasien.
- Dokumentasi hasil
pemantauan.
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur
pemantauan.
- Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu.
4. IMPLEMENTASI
PROSEDUR KERJA
Prosedur kerja injeksi
Cuci tangan
Siapkan obat dengan prinsip enam
benar
Salam Terapeutik
Identifikasi klien
Beritahu kliendan jelaskan
prosedur yang akan diberikan
Atur klien pada posisi yang
nyaman
Pasang perlak pengalas b
Bebaskan klien dari baju atau
kemeja
Letakkan pembendung
Pilih area penusukan yang bebas
dari tanda kekakuan, peradangan
atau rasa gatal. Menghindari
gangguan Absorpsi obat atau
cedera dan nyeri yang berlebihan
Pakai sarung tangan bersikan area
penusukan dengan menggunakan
kapas alkohol dengan gerakan
sirkular dari arah dalam keluar
download diameter sekitar 5 cm
tunggu sampai kering. Metode ini
dilakukan untuk membuang
Sekresi dari kulit yang
mengandung mikroorganisme
Pegang kapas alkohol dengan jari
jari tengah pada tangan non
dominan
Buka tutup jarum tari kulit ke
bawah kurang lebih 2,5 cm di
bawah area penusukan dengan
tangan non dominan membawa
kulit menjadi lebih kencang dan
final tidak bergeser memudahkan
penusukan sejajar Vena yang akan
ditusuk perlahan dan pasti pegang
jarum pada posisi 30.
Rendahkan posisi jarum sejajar
kulit dan teruskan jarum ke dalam
vena
Lakukan aspirasi dengan tangan
non dominan menahan barel dari
spuit dan tangan dominan menarik
plunger
Observasi adanya darah atau dan
pada spuit
Jika ada darah lepaskan Ternate
dan masukan obat perlahan
Keluarkan jarum dengan sudut
yang sama seperti saat dimasukkan
sambil melakukan penekanan
dengan menggunakan kapas
alkohol pada area penusukan
Tutup area penusukan dengan
menggunakan kasa steril yang
diberi Betadine
Kembalikan posisi klien
Buang peralatan yang sudah tidak
diperlukan ke dalam bengkok
Buka sarung tangan
Cuci tangan
Dokumentasi tindakan
EVALUASI
Perhatikan kelancaran infus, dan perhatikan juga
respon klien terhadap pemberian tindakan.
DOKUMENTASI
Mencatat tindakan yang telah dilakukan (waktu
pelaksanaan, hasil tindakan, reaksi respon klien
terhadap pemasangan infus, cairan dan tetesan
yang diberikan, nomor abocath, vena yang
dipasang, dan petugas yang melakukan) pada
catatan dokumentasi
DAFTAR PUSTAKA