Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN

GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Oleh

Nama: Ni Kadek Ardia Dwi Ayu Cahyani

NIM: P07120221061

Kelas: 2B/ S.tr Keperawatan

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2023
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi Cairan dan Elektrolit
Cairan adalah larutan yang terdiri dari zat pelarut (air) dan zat terlarut (NaCl). Keseimbangan cairan
dapat dibagi menjadi dua, yaitu keseimbangan intake dan output. Selain keseimbangan, kebutuhan
cairan dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu:
a) Cairan Intra Seluler (CIS)
Cairan ini merupakan cairan yang Menyusun sekitar 70% dari total cairan tubuh. Pada orang
dewasa, CIS dapat Menyusun sekitar 40% dari berat badan.
b) Cairan Ekstra Seluler (CES)
Cairan ini berada di luar sel yang dapat Menyusun sekitar 30% dari total cairan tubuh. Pada orang
dewasa, CES hanya dapat Menyusun sekitar 20% saja dari berat badannya. CES terdiri dari 3
golongan, yaitu:
a. Cairan Intravaskular (Plasma): Cairan yang ada di dalam system vascular
b. Cairan Intersitial : Cairan yang terletak di antara sel
c. Cairan Transeluler : Cairan sekresi khusus seperti cairan intraokuler dan sekresi
saluran cerna.
Kebutuhan Cairan Menurut Usia dan Berat Badan

Elektrolit adalah suatu zat kimia yang dapat menghasilkan partikel-partikel yang bermuatan listrik
(ion) jika berada dalam larutan. Elektrolit terdiri dari natrium (sodium), kalium (potassium), kalsium,
magnesium, chloride, bikarbonat dan fosfat. Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan komponen yang
sangat berperan bagi tubuh, seperti ginjal, kulit, paru -paru dan gastrointestinal. Adapun pengaturan
keseimbangan cairan yang diatur oleh mekanisme rasa haus dan system hormonal, seperti ADH
(Hormon Antidiuretik) dan Aldosteron. Apabila tubuh kita kehilangan cairan dan elektrolit, maka dapat
menimbulkan berbagai macam penyakit, seperti diare yang disebabkan karena system pencernaan tubuh
kehilangan cairan, kalium dan ion-ion klorida.
2. Penyebab/ Faktor Predisposisi
➢ Cairan
1. Hipovolemia (Dehidrasi)
Hipovolemik merupakan kondisi yang timbul akibat kekurangan cairan melalui kulit, ginjal,
gastrointestinal, perdarahan hingga syok hipovolemik. Adapun tanda dan gejala yang ditimbulkan
apabila mengalami hypovolemia, yaitu pusing, keletihan, kelemahan, anoreksia, mual, muntah,
cepat haus, konstipasi, oliguria (penurunan jumlah urin), kehilangan berat badan, lidah kering dan
kasar, suhu meningkat, tirgor kulit menurun. Hipovolemik yang berlangsung lama, akan
menimbulkan penyakit GGA (Gagal Ginjal Akut). Terdapat 3 jenis hypovolemia, yaitu:
a. Hipovolemia Hipertonik : Kehilangan jumlah air lebih besar daripada elektrolit
b. Hipovolemia Isotonik : Kehilangan jumlah air sama dengan elektrolit
c. Hypovolemia Hipotonik : Kehilangan jumlah air lebih kecil dari elektrolit.
2. Hipervolemia (Edema)
Hypervolemia adalah suatu kondisi tubuh yang mengalami kelebihan volume cairan yang terjadi
pada saat fungsi ginjal abnormal, kelebihan pemberian cairan, perpindahan CIT ke plasma. Tanda
dan gejala yang ditimbulkan apabila terdapat hypervolemia, yaitu adanya edema perifer seperti
kenaikan berat badan sementara (2% hypervolemia ringan, 5% hypervolemia sedang dan 8%
hypervolemia berat), nadi kuat, kulit lembab, sesak nafas, peningkatan dan penurunan tekanan
darah, asites, adanya ronchi, distensi vena leher.
3. Pohon Masalah
4. Klasifikasi
• Cairan Intra Seluler
Cairan yang terdapat di dalam sel 67% dari total cairan pada tubuh manusia yang terdapat
di dalam intrasel yang banyak mengandung ion kalium, magnesium dan fosfat.
• Cairan Ekstra Seluler
Cairan yang terdapat di luar sel 33% dari total cairan tubuh manusia yang terdapat di bagian
luar sel. Cairan intravaskuler (plasma darah) dan cairan intertisial yang banyak
mengandung ion natrium, klorida dan bikarbonar serta terdapat nutrient.
5. Gejala Klinis
a) Kelebihan Volume Cairan ( Hipervolemia )
• Gajala dan Tanda Mayor
1. . Ortopnea
2. . Dispnea
3. . Paroxyrmal nocturnal dyspnea (PND)
4. . Edema anasarka atau edema perifer
5. . Berat badan meningkat dalam waktu singkat
6. . Jugular venous pressure (JVP) dan Cental Venous pressure (CVP) meningkat
7. . Refleks hepatojugular positif
• Gejala dan Tanda Minor
1. . Dispensi vena jugularis
2. . Terdengar suara napas tambahan
3. . Hepatomegali
4. . Kadar Hb/ Ht
5. . Oliguria
6. . Intake lebih banyak dari output ( balans cairan positif )
7. . Kongesti paru
b) Kekurangan Volume Cairan ( Hipovolemia )
• Gejala dan Tanda Mayor
1. . Frekuensi nadi meningkat
2. . Nadi teraba lemah
3. . Tekanan nadi menyempit
4. . Tugor kulit menurun
5. . Membran mukosa kering
6. . Volume urin menurun
7. . Hematrokit meningkat
• Gejala dan Tanda Minor
1. . Merasa lemah
2. . Mengeluh haus
3. . Pengisian vena menurun
4. . Status mental berubah
5. . Suhu tubuh meningkat
6. . Berat badan menurun tiba-tiba

6. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostic
• Pemeriksaan elektrolit
• Pemeriksaan darah lengkap
• Pemeriksaan PH
• Pemeriksaan frekuensi urin (normalnya 1003-1030 cc)
• Pemeriksaan AGD (Analisa Gas Darah)
• Pemeriksaan Kadar kreatinin pada fungsi ginjal
• Pemeriksaan EKG dan Radiologi
7. Penatalaksanaan Medis
Tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dan mencegah
terjadinya komplikasi, yaitu sebagai berikut :
1. Dialysis
Dialysis memperbaiki abnormalitas biokimia,menyebabkan cairan ptotein dan natrium
dapat dikonsumsi secara bebas, menghilangkan kecendrungan perdarahan dan membantu
penyembuhan luka.
2. Koreksi hiperkalemi
Mengendalikan kalium darah sangan penting karena data menimbulkan kematian
mendadak. Bila terjadi hyperkalemia maka pengobatannya adalah dengan mengurangi
intake kalium kalium pemberian Na bikarbonat dan pemberian infus glukosa.
3. Koreksi anemia
Usaha pertama ditunjukkan untuk mengatasi faktor defisiensi, kemudian mencari apakah
ada perdarahan yang mungkin dapat diatasi.
4. Koreksi asidosis
Pemberian asam melalui makanan dan obat obatan harus dihindari. Natrium bikarbonat
dapat diberikan peroral atau parental. Maka permukaan natrium bikarbonat diberi interfensi
perlahan lahan jika diperlukan dapat diulang.
5. Pengendalian hipertensi
Pemberian obat bloker, alpametildopa dan vasililator dilakukan ( Utami,Nurfriyatra.2017 )
8. Komplikasi
1) Diare
2) Kram otot
3) Mual
4) Dehidrasi
5) Kejang
6) Gagal jantung
7) Gangguan fungsi jantung dan paru-paru.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Biodata
1) Identitas Klien
2) Identitas Penanggung Jawab
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Pada bagian ini pasien diminta untuk mengatakan keluhan utamanya yang menjadi
alasan pasien pergi ke rumah sakit. Contoh keluhan utama yang biasa muncul dengan
gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit, yaitu nyeri badomen, anoreksia, kram.
bising usus hiperaktif/hipoaktif, keletihan umum, sakit kepala, nafsu makan menurun,
mual, muntah.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Berisi Riwayat kesehatan pasien. Pasien diminta untuk menceritakan kronologi
munculnya penyakit.
3) Riwayat kesehatan terdahulu
Berisi tentang Riwayat penyakit pasien sebelumnya.
4) Analisa data
c. Pola Fungsi Kesehatan (Gordon)
1) Persepsi terhadap kesehatan – manajemen kesehatan
2) Pola aktivitas dan Latihan
3) Pola aktivitas tidur
4) Pola nutrisi
5) Pola eliminasi
6) Pola kognitif perceptual
7) Pola konsep diri
8) Pola koping
9) Pola seksual
10) Pola peran hubungan
11) Pola nilai dan kepercayaan
d. Pemeriksaan Fisik
• Data klinik:
1) Berat Badan
Masalah bertambah/kehilangan berat badan dapat menunjukkan adanya masalah pada
keseimbangan cairan
2) Keadaan Umum
Pengukuran TTV (suhu, tekanan darah, nadi, pernapasan, dan tingkat kesadaran)
3) Pengukuran Pemasukan Cairan
a) Cairan Oral: NGT dan oral
b) Cairan Parenteral termasuk obat-obatan IV
c) Makanan yang cenderung mengandung air
d) Irigasi kateter atau NGT
4) Pengukuran Pengeluaran Cairan
a) Urine: volume, frekuensi, warna
b) Feses: Jumlah, konsentrasi, tekstur, warna
c) Muntah
d) Tube drainase
e) IWL (Insensible Water Loss), cairan yang menguap melalui paru-paru dan kulit
f) Ukur keseimbangan cairan dengan akurat : normalnya sekitar 200 cc.
• Data hasil pemeriksaan yang mungkin ditemukan:
a) Integument : Turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot, tetani dan
sensasi rasa.
b) Kardiovaskuler : Detensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin dan
bunti jantung
c) Mata : Cekung, air mata kering
d) Neurologi : Reflek, gangguan motoric dan sensorik, tingkat kesadaran.
e) Gastrointestinal : Keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-muntah
dan bising usus.
e. Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan (oral, parenteral)
f. Tanda umum masalah elektrolit
g. Tanda kekurangan dan kelebihan cairan
h. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan elektrolit
i. Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu minus status cairan
j. Status perkembangan seperti usia atau status sosial
k. Faktor psikologis seperti perilaku emosional yang mengganggu pengobatan
2. Diagnosis yang mungkin muncul
a. Hipervolemia
b. Hipovolemia
3. Rencana keperawatan
No. Rencana Keperawatan
Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Hipervolemia Manajemen Hipervolemia 1. Untuk mengetahui tanda
Setelah dilakukan intervensi (I.03114) dan gejala hypervolemia
selama .. x .. diharapkan Observasi 2. Untuk mengetahui
Keseimbangan Cairan (L.03020) 1. Periksa tanda dan gejala penyebab hipervolemia
Meningkat, dengan kriteria hasil : hypervolemia (mis: 3. Untuk mengetahui status
- Asupan cairan meningkat ortopnea, dispnea, hemodinamik
- Haluaran urin meningkat edema, JVP/CVP 4. Untuk mengetahui jumlah
- Kelembapan membrane mukosa meningkat, refleks cairan
meningkat hepatojugular positif, 5. Untuk mengetahui tanda
- Asupan makan meningkat suara napas tambahan) hemokonsentrasi
- Edema menurun 2. Identifikasi penyebab 6. Untuk mengetahui
- Dehidrasi menurun hypervolemia peningkatan tekanan onkotik
- Asistes menurun 3. Monitor status plasma
- Konfusi menurun hemodinamik (mis: 7. Untuk mengetahui
- Tekanan darah membaik frekuensi jantung, kecepatan infus
- Denyut nadi radial membaik tekanan darah, MAP, 8.Untuk mengetahui efek
- Tekanan nadi rata-rata membaik CVP, PAP, PCWP, CO, samping diuretic
- Membran mukosa membaik CI) jika tersedia 9.Untuk mengetahui berat
- Mata cekung membaik 4. Monitor intake dan badan pasien
- Turgor kulit membaik output cairan 10. Untuk mengontrol asupan
- Berat badan membaik 5. Monitor tanda cairan dan garam
hemokonsentrasi (mis: 11. Agar pasien nyaman
kadar natrium, BUN, 12. Untuk mengetahui
hematokrit, berat jenis haluaran urin berlebih
urine) 13. Untuk mengetahui
6. Monitor tanda kenaikan berat badan
peningkatan tekanan 14. Agar pasien mampu
onkotik plasma (mis: membatasi cairan
kadar protein dan 15. Agar pasien mendapat
albumin meningkat) diuretic
7. Monitor kecepatan infus 16. Agar pasien mendapat
secara ketat kalium
8. Monitor efek 17. Agar pasien mendapat
samping diuretic continuous renal
(mis: hipotensi replacement therapy
ortostatik, (CRRT) jika perlu
hypovolemia,
hipokalemia,
hiponatremia)
Terapeutik
9. Timbang berat badan
setiap hari pada waktu
yang sama
10. Batasi asupan cairan dan
garam
11. Tinggikan kepala tempat
tidur 30 – 40 derajat

Edukasi
12. Anjurkan melapor jika
haluaran urin < 0,5
mL/kg/jam dalam 6 jam
13. Anjurkan melapor jika
BB bertambah > 1 kg
dalam sehari
14. Ajarkan cara membatasi
cairan

Kolaborasi
15. Kolaborasi pemberian
diuretic
16. Kolaborasi penggantian
kehilangan kalium akibat
diuretic
17. Kolaborasi pemberian
continuous renal
replacement therapy
(CRRT) jika perlu

2. Hipovolemia Manajemen Hipovolemia Manajemen Hipovolemia


Setelah dilakukan tindakan Observasi: 1. Kondisi gawat darurat
keperawatan selama ......x...... 1. Periksan tanda dan gejala yang disebabkan
menit diharapkan Status Cairan hipovolemias (mis. Nadi hilangnya cairan tubuh
M(L.03028) membaik dengan meningkat, nadi teraba dalam jumlah besar
kriteria hasil: lemah, tekanan darah sehingga jantung tidak
- Kekuatan nadi meningkat menurun, tekanan nadi dapat memompa
- Turgor kulit membaik menyempit, turgor kulit cukup darah ke
- Output urine meningkat menurun, membrane seluruh tubuh
- Pengisian vena meningkat mukosa kering, volume
- Ortopnea menurun urine menurun, 2. Untuk mengumpulkan
- Dispnea menurun hematokrit meningkat, data dan menganalisis
- Paroxysmal nocturnal dyspnea haus, lemah) kondisi pasien untuk
(PND) menurun 2. Monitor intake dan mengatur
2. anasarka menurun
- Edema output cairan keseimbangan cairan
- Edema perifer menurun dan derajat
- Perasaraan lemah menurun Terapeutik kekurangan cairan
- Rasa haus menurun 3. Hitung kebutuhan cairan 3. Untuk mengetahui
- Konsentrasi urine menurun 4. Berikan posisi modified berapa kebutuhan
- Frekuensi nadi membaik Trendelenburg cairan yang diperlukan
- Tekanan darah membaik 5. Berikan asupan cairan oleh tubuh pasien
- Tekanan nadi membaik oral 4. Untuk memberikan
- Membrane mukosa lembab posisi yang nyaman
meningkat Edukasi kepada pasien
- Jugular Venous Pressure (JVP) 6. Anjurkan memperbanyak 5. Untuk meningkatkan
membaik asupan cairan oral haluran cairan pada
- Hemoglobin membaik 7. Anjurkan menghindari pasien
- Hematokrit membaik perubahan posisi 6. Untuk meningkatkan
- Berat badan membaik mendadak cairan dalam tubuh
- Intake cairan membaik 7. Agar tidak terjadinya
- Hepatomegali membaik Kolaborasi hal yang
- Suhu tubuh membaik 8. Kolaborasi pemberian membahayakan pasien
cairan IV isotonis (mis. 8. Untuk mengatasi dan
NaCl, RL) memperkuat kondisi
9. Kolaborasi pemberian tubuh terhadap
cairan IV hipotonis (mis. gangguan dalam
Glukosa 2,5%, NaCl fisiologis tubuh
0,4%) Manajemen Syok
10. Kolaborasi pemberian Hipovolemik
cairan koloid (mis. 1. Untuk mengetahui
Albumin, Plasmanate) kondisi pasien
11. Kolaborasi pemberian 2. Untuk mengetahui
produk darah. kebutuhan oksigen
dalam tubuh
Manajemen Syok 3. Untuk mengatahui
Hipovolemik haluran cairan pasien
Observasi 4. Agar pasien bisa
1. Monitor status bernafas dengan baik
kardiopulmonal 5. Agar pasien tidak
(frekuensi dan tekanan kekurangan oksigen
nadi, frekuensi napas, 6. Untuk mengetahui
TD, MAP) adanya tanda gagal
2. Monitor status oksigenasi nafas
(oksimetri nadi, AGD) 7. Untuk menstabilkan
3. Monitor status cairan kondisi pasien
(masukan dan haluaran, 8. Untuk keseimbangan
turgor kulit, CRT) tubuh melalui vena
9. Untuk mengetahui
Terapeutik output cairan
4. Pertahankan jalan napas 10. Untuk menyuplai
paten kebutuhan makan dan
5. Berikan oksigen untuk minum pasien
mempertahankan satirasi 11. Untuk mengetahui
oksigen >94% gejala lain yang
6. Perispaan intubasi dan mungkin muncul
ventilasi mekanis, jika 12. Untuk mengatasi dan
perlu memperkuat tubuh
7. Berikan posisi syok dari gaganguan dalam
(modified fisiologis tubuh
Trendelenberg) 13. Diberikan apabila
pasien kekurangan
darah
8. Pasang jalur IV
berukuran besar (mis.
Nomor 14 atau 16)
9. Pasang kateter urine
untuk menilai produksi
urine
10. Pasang selang
nasogastric untuk
dekompresi lambung,
jika perlu
11. Ambil sampel darah
untuk periksaan darah
lengkap dan elektrolit

Kolaborasi
12. Kolaborasi pemberian
infus cairan kristaloid 1-2
L pada dewasa
13. Kolaborasi pemberian
infus cairan kristaloid 20
mL/kgBB pada anak
14. Kolaborasi pemberian
transfusi darah, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, Amin Huda, Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis
Medis & Nanda NIC-NOC. Yogyakarta: Media Action Publishing.

Susanto, A, V., Fitriana, Y. 2017. “Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

TIM POKJA SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat.

TIM POKJA SIKI DPP PPNI.2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Cetakan II.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat.

TIM POKJA SLKI DPP PPNI.2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Cetakan II.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat.
LEMBAR PENGESAHAN

……,………….2023
Nama Pembimbing / CI Nama Mahasiswa

……………………… Ni Kadek Ardia Dwi Ayu Cahyani


NIP. NIM. P07120221063

Nama Pembimbing / CT

Ns. Ni Made Wedri, A.Per.Pen., S.Kep., M.Kes.


NIP. 196106241987032002

Anda mungkin juga menyukai