LOW INTAKE
Disusun Oleh :
2) Dehidrasi adalah kekurangan cairan tubuh karena jumlah cairan yang keluar lebih banyak
dari pada jumlah cairan yang masuk (Sri Ayu Ambarwati, 2003).
3) Dehidrasi adalah suatu gangguan dalam keseimbangan cairan yang disertai dengan output
yang melebihi intaks sehingga jumlah air dalam tubuh berkurang (Drs. Syaifuddin,
1992:3)
4) Dehidrasi adalah kehilangan cairan tubuh isotik yang disertai kehilangan antrium dan air
dalam jumlah yang relatif sama. (Sylvia A. Price, 1994: 303)
2) Dehidrasi Hipotonik
Dehidrasi hipotonik adalah kehilangan pelarut dari ECF melebihi kehilangan cairan.
sehingga dipembuluh darah menjadi lebih pekat. Tekanan osmotik ECF menurun
mengakibatkan cairan bergerak dari EFC ke ICF. Volume vaskuler juga menurun serta
terjadi pembengkakan sel
3) Dehidrasi Hipertonik
Dehidrasi hipertonik adalah kehilangan cairan ECF melebihi pelarut pada dehidrasi ini non
osmotik ECF menurun, mengakibatkan cairan bergerak dari ICF ke ECF.
2. Etiologi
2) Dehidrasi Hipotonik
a. Penyakit DM
b. Rehidrasi cairan berlebih
c. Malnutrisi berat dan kronis
3) Dehidrasi Hipertonik
a. Hiperventilasi
b. Diare air
c. Diabetes Insipedus (hormon ADH menurun)
d. Rehidrasi cairan berlebihan
e. Disfagia
f. Gangguan rasa haus
g. Gangguan kesadaran
h. Infeksi sistemik: suhu tubuh meningkat.
3. Patofisiologi
Kekurangan volume cairan adalah keadaan yang umum terjadi pada berbagai keadaan dalam
klinik. Keadaan ini hampir selalu berkaitan dengan kehilangan cairan tubuh melalui ginjal atau di
luar ginjal. Penyebab tersering kekurangan volume cairan yang juda sering terjadi adalah
tersimpannya cairan pada cidera jaringan luna, luka bakar berat, peritonitis/obstruksi saluran
cerna. Terkumpulnya cairan di adlam ruang non ECF dan non ECF. Pada prinsipnya cairan
menjadi terperangkapdan tidak dapat dipakai oleh tubuh. Penumpulkan volume cairan yang cepat
dan banyak pada ruang-ruang seperti beradal dari volume ECF sehingga dapta mengurangi
volume sirkulasi darah efektif.
Perdarahan, muntah, diare, keringat adalah cairan hipotonik yang terdiri dari ari, Na (30-70 m
Eg/l) dan klorida. Selama latihan berat pada lingkungan yang panas, bisa terjadi kehilangan 1 L
keringat/jam. Sehingga dapat menyebabkan kekurangan volume jika asupannya tidak
mencukupi. Jumlah besar cairan dapat hilang melalui kulit karna. penguapan jika luka bakar
dirawat dengan metode terbuka.
Kehilangan Na dan air melalui ginjal tanpa adanya penyakit ginjal terjadi pada 3 keadaan yang
paling sering adalah pemakaian diuretik yang berlebihan, terutama tiazid atau diuretik sampai
yang kuat seperti furosemid Diuresis osmotik obligatorik juga sering menyebabkan kehilangan
Na dan air yang terjadi selama glikosuria pada DM yang tidak terkontrol atau koma
hipermosmolar non ketonik pada kasus pemberian makanan. tinggi protein secara enternal atau
parenteral dapat terbentuk urea dalam jumlah besar yang bisa bertindak sebagai agen osmotik.
Apapun penyebab dari kekurangan volume cairan, berkurangnya volume ECF menganggu curah
jantung dengan mengurangi alir balik vene ke jantung sehingga mengakibatkan penurunan curah
jantung. Karena tekanan arteri rata-rata = curah x tahanan perifer total maka penurunan curah
jantung mengakibatkan hipotensi. Penurunan tekanan darah dideteksi oleh baroreseptor pada
jantung dan arteri karotis dan diteruskan ke pusat vasomotor di batang otak, yang kemudian
menginduksi respon simpatis. Respon berupa vasokonstriksi perifer, peningkatan denyut dan
kontraktilitas jantung bertujuan untuk mengembalikan curah jantung dan perfusi jarignan yang
normal.
4. Manifestasi Klinis
Berikut ini gejala atau tanda dehidrasi berdasarkan tingkatannya (Nelson, 2000):
1) Dehidrasi ringan (kehilangan cairan 2-5% dari BB semula)
a. Haus, gelisah
b. Denyut nadi 90-110 x/menit, nafas normal
c. Turgor kulit normal
d. Pengeluaran urine (1300 ml/hari)
e. Kesadaran baik
f. Denyut jantung meningkat
5. Penatalaksanaan
6. Fokus Pengkajian
1) Demografi
Jenis Kelamin : Dehidrasi rentan terjadi pada wanita daripada pria
Umur : Sering terjadi pada usis diatas 65 tahun.
2) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Dahulu
1) Fistula
2) Lleustomy
3) Suction gastrointestinal
4) DM
5) Diabetes insipedus
6) Perdarahan
b. Pemeliharaan Kesehatan.
1) Diet rendah garam
2) Pemasukan cairan kurang terpenuhi
c. Pola Cairan
Gejala : haus berkurang, cairan kurang
Tanda : BB menurun melebihi 2-8% dari BB semula, membran mukosa kering.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Kesadaran: Apatis. Koma
2) Tekanan darah menurun
a) Nadi meningkat
b) Pernafasan cepat dan dalam
c) Suhu meningkat pada waktu awal
3) BB meningkat
4) Turgor menurun
5) Membran mukosa mulut kering
6) CVP menurun
e. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium:
1) Urine
a) Osmolalilas kemih> 450 m osmol/kg
b) Natrium urine < 10 meg/L (penyebab di luar ginjal)
c) Natirum urine > 10 meg/L (penyebab pada ginjal/adrenal)
d) OJ urine meningkat
e) Jumlah urine menurun (30-50 cc/jam)
2) Darah
a) Ht meningkat
b) Kadar protein serum meningkat
c) Na+ seruim normal
d) Rasio buru /kreatin serum > 20:1(N-10: 1)
e) Glukosa serum: normal/meningkat
f) Hb menurun.
7. Konsep Keperawatan
1. Diangosa Keperawatan
a. Defisit volume cairan b.d output yang berlebihan intake yang kurang.
b. Resiko penurunan perfusi jaringan b,d penurunan aliran darah.
c. Resiko gangguan integritas kulit b.d turgor kulit menurun.
d. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan fisik.
e. Resiko penurunan COP bd penurunan tahanan vaskuler sistemik
Intervensi:
Intervensi :
1) Selidiki perubahan tingkat kesadaran, keluhan pusing.
2) Auskultasi nadi apikal, awasi kecepatan jantung/ irama.
3) Kaji kulit terhadap dingin, pucat, berkeringat.
4) Catat haluran urine dan BJ
5) Observasi kulit pucat, kemerahan, ubah posisi dengan sering.
6) Awasi nadi oksimetri
7) Berikan cairan IV sesuai indikasi
1) Turgor kulit baik, kulit utuh, tidak ada lecet, tidak ada kemerahan. Intervensi:
Observasi kemerahan, pucat.
Dorong mandi tiap 2 hari 1 x
Gunakan krim kulit 2 x sehari
Diskusikan pentingnya perubahan posisi, perlu untuk mempertahankan aktifitas.
Tekankan pentingnya masukan nutrisi/cairan adekuat.