Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN PADA TN.K DENGAN DIAGNOSA SYOK


HIPOVOLEMIK
DI RUANG MAWAR RSUD DR. SOEKARDJO

DISUSUN OLEH :
IQBAL AULIA RAMADHAN
NIM/NPM: 1490122039

PROGRAM PROFESI NERS PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS GALUH
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
A. PENGERTIAN

Diare adalah suatu kondisi buang air besar yang tidak normal dimana
buang air besar >3 kali dalam sehari dengan konsistensi feses yang encer/cair dapat
disertai atau tanpa disertai dengan darah atau lender yang merupakan akibat dari
terjadinya proses implamasi pada lambung atau usus (Wijayaningsih, 2013). Diare
dapat menyebabkan gangguan cairan dan elektroit dalam tubuh

Kebutuhan cai ran dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap
stressor fisiologis dan lingkungan. Keseimbangan cairan adalah esensial bagi
kesehatan. Dengan kemampuannya yang sangat besar untuk menyesuaikan diri, tubuh
mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan proses-proses faal (fisiologis) yang
terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungan sel yang relatif konstan tapi
dinamis. Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan cairan ini
dinamakan “homeostasis”

Gangguan cairan dan elektrolit sangat umum pada periode perioperatif. Cairan
intravena dengan jumlah yang besar sering diperlukan untuk memperbaiki defisit
cairan dan mengkompensasi kehilangan darah selama operasi. Cairan dan elektrolit di
dalam tubuh merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan. Komposisi cairan
dan elektrolit di dalam tubuh diatur sedemikan rupa agar keseimbangan fungsi organ
vital dapat dipertahankan.( Butterworth JF .2013). Gangguan besar dalam
keseimbangan cairan dan elektrolit dapat dengan cepat mengubah kardiovaskular,
saraf, dan fungsi neuromuskular, dan penyedia anestesi harus memiliki pemahaman
yang jelas air normal dan elektrolit fisiologi.( Mangku G.2014)

B. ETIOLOGI

Penyebab dari hipovolemia adalah sebagai berikut :


1. Kehilangan cairan aktif
2. Kegagalan mekanisme regulasi
3. Peningkatan permeabilitas kapiler
4. Kekurangan intake cairan
5. Evaporasi

C. MANIFESTASI KLINIK

Berdasarkan Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017) tanda dan


gejala hipovolemia

adalah sebagai berikut:

1. Frekuensi nadi meningkat


2. Nadi teraba lemah
3. Tekanan darah menurun
4. Tekanan nadi menyempit
5. Turgor kulit menurun
6. Membran mukosa kering
7. Volume urin menurun
8. Hematokrit meningka

D. PATOFISIOLOGI
1. Cairan Tubuh

Cairan tubuh terdiri atas dua kompertemen utama yang dipisahkan oleh
membrane semipermeable.Kedua kompertemen tersebut adalah intraseluler dan
ekstraseluler. Sekitar 65% cairan tubuh berada dalam sel, atau intraseluler.
Sisanya 35% cairan tubuh berada diluar sel, atau ekstraseluler. Komparemen
ekstraseluler selanjutnya dibagi menjadi tiga subdivisi: 1. Interstisial : cairan
antara sel dan disekitar pembuluh darah (25%). 2. Intravascular : cairan didalam
pembuluh darah; juga disebut plasma darah (8%). 3. Transeluler: air mata dan
juga cairan spinal, synovial, peritoneal, pericardial,dan pleural (25%).

2. Elektrolit

Elektrolit adalah mineral bermuatan listrik yang ditemukan didalam dan


diluar sel tubuh. Mineral tersebut dimasukkan dalam cairan dan makanan dan
dikeluarkan utamanya melalui ginjal. Elektrolit juga dikeluarkan melalui hati,
kulit, dan paru-paru dalam jumlah lebih sedikit

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk
mengetahui adanya gangguan cairan dan elektrolit yaitu:

1. Pemeriksaan Radiologi Photo thorak dapat mengarah ke kardio megali:


pembesaran paru dengan kongestif paru.
2. EKG dilaksanakan untuk mengetahui ada tidaknya infark miokardial akut, guna
mengkaji aritma dan untuk mengenal respon kompensatori seperti terjadinya
hypertropi ventrikel.
3. Laboratorium
a. Darah
b. Urine
c. Pemeriksaan keseimbangan asam basa (AGD)

F. KOMPLIKASI
Gangguan kebutuhan cairan jika tidak ditangani dengan baik dapat
menyebabkan timbulnya komplikasi pada tubuh. Beberapa komplikasi yang dapat
muncul akibat kekurangan cairan yang tidak ditangani, yaitu:
1. Kejang yang muncul akibat gangguan keseimbangan elektrolit dalam tubuh,
terutama natrium dan kalium.
2. Permasalahan pada ginjal dan saluran kemih, terutama jika dehidrasi yang
dialami terjadi berulang kali. Dehidrasi dapat menyebabkan infeksi saluran
kemih, batu ginjal, bahkan gagal ginjal.
3. Cedera akibat suhu tinggi (heat injury). Jika sedang melakukan aktivitas fisik
berat, namun tidak menjaga asupan cairan tubuh, dapat mengalami dehidrasi yang
memicu terjadinya heat injury. Gejala heat injury yang tergolong ringan bisa
berupa kram. Sedangkan gejala beratnya bisa berupa kelelahan dan heat stroke.
4. Syok hipovolemik. Ini merupakan komplikasi akibat dehidrasi paling serius, dan
bahkan berpotensi membahayakan jiwa Anda. Kekurangan cairan dapat
menyebabkan volume darah di dalam tubuh menjadi berkurang, sehingga tekanan
darah dan kadar oksigen menjadi menurun

G. PENATALAKSANAAN
1. Pemberian cairan dan elektrolit per oral
a. Penambahan intake cairan dapat diberikan peroral pada pasien-pasien
tertentu, misalnya pasien dengan dehidrasi ringan atau DHF stadium I.
b. Penambahan inteke cairan biasanya di atas 3000cc/hari.
c. Pemberian elektrolit peroral biasanya melalui makanan dan minuman.

Tabel 1
Terapi Cairan Intra Vena Sesuai Golongan Umur
Terapi Caiaran Intra Vena Sesuai Golongan Umur

NO
1. Bayi 1 hari = 50 ml H2O/KgBB/hari
2. Bayi 2 hari = 75 ml H2O/KgBB/hari
3. Berat ba dan 10 kg pertama= 100 ml H2O/KgBB/hari
4. Berat badan 10 kg kedua = 1000 ml + H2O/KgBB/hari
5. Berat badan > 20 kg = 1500 ml + H2O/KgBB/hari
( sumber : Amin, 2018)

2. Pemberian therapy intravena


a. Pemberian terapy intravena merupakan metode yang efektif untuk memenuhi
cairan extrasel secara langsung.
b. Tujuan terapy intravena :
 Memenuhi kebutuhan cairan pada pasien yang tidak mampu
mengkonsumsi cairan peroral secara adekuat.
 Memberikan masukan-masukan elektrolit untuk menjaga
keseimbangan elektrolit.
3. Jenis cairan intravena yang biasa digunakan :
a. Larutan nutrient, berisi beberapa jenis karbohidrat dan air, misalnya
dextrosa dan glukosa. Yang digunakanyaitu 5% dextrosa in water
(DSW), amigen, dan aminovel.
b. Larutan elektrolit, antara lain larutan salin baik isotonik, hypotonik,
maupun hypertonik yang banyak digunakan yaitu normal saline
(isotonik) : NaCL 0,9%.  Cairan asam basa, contohnya sodium laktate dan
sodium bicarbonat.
c. Blood volume expanders, berfungsi untuk meningkatkan volume
pembuluh darah atau plasma. Cara kerjanya adalah meningkatkan
tekanan osmotik darah.
4. Menghitung balance cairan.
a. Input
Input merupakan jumlah cairan yang berasal dari minuman, makanan,
ataupun cairan yang masuk ke dalam tubuh klien, baik secara oral maupun
parenteral. Cairan yang termasuk input yaitu:
 Minuman dan makanan
 Terapi infus
 Terapi injeksi
 Air Metabolisme (5cc/kgBB/hari)
 NGT masuk
b. Output
Output merupakan jumlah cairan yang dikeluarkan selama 24 jam. Cairan
tersebut berupa:
 Muntah
 Feses,
 satu kali BAB kira-kira 100cc
 Insensible Water Loss (IWL), menggunakan rumus15cc/kgBB/hari
 Cairan NGT terbuka
 Urin
 Drainage dan perdarahan

H. PENGKAJIAN

1. Identitas pasien atau biodata


Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur,
tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua, penghasilan.
2. Keluhan utama
Buang  air besar (BAB) lebih tiga kali sehari. BAB kurang dari empat kali
dengan konsist ensi cair (diare tanpa dehidrasi). BAB 4-10 kali dengan konsistens
cair (dehidrasi ringan/sedang). BAB lebih dari sepuluh kali (dehidrasi berat). Bila
diare berlangsung kurang dari 14 hari adalah diare akut. Bila berlangsung 14 hari
atau lebih adalah diare persisten.
3. Riwayat kesehatan
4. Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita.
5. Riwayat kesehatan sekarang
a. Mula-mula anak menjadi cengeng, gelisah suhu badan mungkin
meningkat. Nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemungkinan timbul
diare.
b. Tinja makin cair, mungkin disertai lender atau lender dan darah. Warna
tinja berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu.
c. Anus da n daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan
sifatnya makin lama makin asam.
d. Gejala m untah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
e. Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala dehidrasi
mulai tampak.
f. Dieresis, yaitu terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam bila terjadi
dehidrasi. Urin normal pada diare tanpa dehidrasi. Urin sedikit gelap pada
dehidrasi ringan atau sedang. Tidak ada urine dalam waktu enam jam
(dehidrasi berat).
6. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang menderita diare dan yang berhubungan
dengan distribusi penularan.
7. Fisiologi dari masalah keperawatan hipovolemia adalah sebagai berikut
Tanda dan gejala mayor diantaranya :

a. Frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun,


tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membrane mukosa kering,
volume urin menurun.
b. Tanda dan gejala minor diantaranya :
Merasa lemah, mengeluh haus, pengisian vena menurun, status mental
berubah, suhu tubuh meningkat, konsentrasi urin meningkat, beran badan
turun tiba-tiba

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
2. Gangguan keseimbangan Elektrolit(kalium)

J. INTERVENSI
1. Gangguan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

Tujuan : Menyeimbangkan volume cairan sesuai dengan kebutuhan tubuh

Kriteria Hasil: Terjdi peningkatan asupan cairan min. 2000ml/hari (kecuali


terjadi kontraindikasi), menjelaskan perlu-nya meningkatkan asupan cairan
pada saat stress/cuaca panas, mempertahankan berat jenis urine dalam batas
normal, tidak menunjukan tanda-tanda dehidrasi.

Intervensi Keperawatan:

1) Kaji cairan yang disukai klien dalam batas diet.

2) Rencanakan target pemberian asupan cairan untuk setiap sif, mis : siang
1000 ml, sore 800 ml dan malam 200 ml.

3) Kaji pemahaman klien tentang alasan mempertahankan hidrasi yg adekuat.

4) Catatasupan dan haluaran.

5) Pantau asupan per oral, min. 1500 ml/ 24 jam.

6) Pantau haluaran cairan 1000-1500ml /24jam. Pantau beratjenis urine.

Rasional :

1) Membuat klien lebih kooperatif.

2) Mempermudah untuk memantauan kondisi klien.

3) Pemahaman tentang alasan tersebut membantu klien dlm mengatasi


gangguan.

4) Untuk mengontrol asupan klien.

5) Untuk mengetahui prkembangan status kesehatan klien.

2. Gangguan keseimbangan elektrolit (kalium)

Tujuan: Klien memiliki keseimbangan cairan, elektrolit dan asam- basa dalam 48
jam.

Kriteria hasil:

1) Klien menjelaskan diet yang sesuai untuk mempertahankan kadar kalium


dalam batas normal.

2) Klien berpartipasi untuk melaporkan tanda–tanda klinis hipokalemia


atau hiperkaenia.

3) Kadar kalium dlam batas normal/dapat ditoleransi


Intervensi :

Penurunan kadar kalium

1) Observasi tanda dan gejala hipokalemia (vertigo, hipotensi aritmia,


mual, muntah, diare, distensi abdomen,penurunan peristaltik, kelemahan
otot, dan kram tungkai).

2) Catat asupan dan haluaran.

3) Tentukan status hidrasi klien bila terjadi hypokalemia

4) Kenali perubahan tingkah laku yang merupakan tanda- tanda hipokalemia.

5) Kenali perubahan tingkah laku yang merupakan tanda- tanda hipokalemia.

Peningkatan Kadar Kalium

1) Observasi tanda dan gejala hiperkalemia (misalnya Bradikardia, kram


abdomen, oliguria, kesemutan dan kebas pada ekstremitas).

2) Kaji haluaran urin. Sedikitnya 25ml/jam atau 600 ml/ hari.

3) Laporkan nilai kalium serum yang melebihi 5mEq/l batasi asupan kalium
jika perlu.

4) Pantau EKG

Rasional :

Penurunan kadar kalium

1) Dengan mengetahui tanda hipokalemia, perawat dapat menetapkan


langkah selanjutnya.

2) Poliuria dapat me-nyebabkan pe-ngeluaran kalium secara berlebihan.

3) Kelebihan cairan dapat menyebabkan penurunan kadar kalium serum.

4) Nilai kalium yang rendah dapat me-nyebabkan konfusi, mudah marah,


depresi mental.

Peningkatan Kadar Kalium

1) Dengan mengetahui tanda hipo-kalemia, perawat dapat menetapkan


langkah selnjutnya

2) Haluaran urin yg sedikit dapat me-nyebabkan hiper-kalemia.

3) Nilai kalium lebih dari 7mEq/ l dapat menyebabkan henti jantung.


4) Untuk melihat adanya pelebaran kompleks QRS dan gelombang T
tggi yg merupkan tanda hiperkalemia.

Implementasi

Implementasi keperawatan akan dilakukan selama 3x24 jam sehingga dapat


mencapai kriteria hasil yang direncanakan sebelumnya, yaitu mempertahankan
urine output sesuai usia, berat badan, berat jenis urine normal, hematokrit normal,
tekanan darah, nadi dan suhu dalam batas normal. Tidak ada tanda-tanda
dehidrasi, turgor kulit baik, membrane mukosa lembab dan tidak ada rasa
haus yang berlebihan (Nurafif & Kesuma, 2016).

K.  EVALUASI
Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari proses keperawatan guna
mengukur respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan dan
kemajuanklien kearah pencapaian tujuan. Evaluasi terdiri atas evaluasi formatif dan
evaluasi sumatif. Evaluasi formatif berfokus pada hasil aktifitas proses keperawatan
dan hasil keperawatan yang dilakukan. Evaluasi formatif berguna untuk menilai
keefektifan tindakan keperawatan yang sudah dilakukan. Evaluasi formatif
mencakup 4 komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yaitu subyektif (data
berupa keluhan pasien)

Hasil yang diharapkan, (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018) .

1. Kekuatan nadi meningkat

2. Asupan makanan meningkat

3. Frekuensi nadi membaik

4. Tekanan darah membaik

5. Tekanan nadi membaik

6. Suhu tubuh membaik

7. Dyspnea menurun

8. Keluhan haus menurun

9. Turgorkulit meningkat

10. Asupan cairan meningkat

11. Kelembaban membrane mukosa membaik

12. Mata cekung membaik

13. Turgor kulit membaik


14. Dehidrasi menurun

cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang


yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan
sampai dengan 5L/hari.
3.

Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intakecairan dan elektrolit.
Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein
dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan
menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses
keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
4.

Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan
pemecahan glikogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium
dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan
volume darah.
5.

Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh misalnya :
a.

Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air


melaluiIWL.
b.

Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses


Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran.
c.

Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami


gangguan pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan
untuk memenuhinya secara mandiri.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh antara lain :
1.

Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena
usia akanberpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan
berat badan. Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan
cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang
yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan
sampai dengan 5L/hari.
3.

Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intakecairan dan elektrolit.
Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein
dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan
menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses
keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
4.

Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan
pemecahan glikogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium
dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan
volume darah.
5.

Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh misalnya :
a.

Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air


melaluiIWL.
b.

Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses


Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran.
c.

Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami


gangguan pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan
untuk memenuhinya secara mandiri.
L. DATAR PUSTAKA
Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Management of Patients with Fluid and
Electrolyte Disturbances. Dalam Morgan & Mikhail’s Clinical Anesthesiology
5th ed. New York: Mc-Graw Hill. 2013; 4 (49): h. 1107 – 40 Mangku G,
Senapathi TGA. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Dalam Buku Ajar Ilmu
Anestesia dan Reanimasi. Jakarta: Indeks; 2014. 6 (5) : h.272 – 98.

WijayaTim pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Tim pokja SIKI DPP PPNI (1st ed.).
JAKARTA SELATAN.

ningsih, Sari K. Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: CV. Trans Info Media; 2013
MUHAMMAD ASNUL HUSNI. Asuhan keperawatan pemenuhan cairan dan elektrolit. Mataram.
Academvia; 2017

NOOR WAHIDA H. LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR


MANUSIA GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT.
SEMARANG. S CTUDOCU. 2020

Tim Pokja SD vKI CDPP PPNI. (2017). Diagnosa Keperawatan. 62.

Tim pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Tim pokja SIKI DPP PPNI (1st ed.). JAKARTA
SELATAN.

Anda mungkin juga menyukai