Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN


ELEKTROLIT PADA PASIEN CKD
(CHRONIC KIDNEY DISEASE)

Oleh :

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2021
I. ANATOMI DAN FISIOLOGI

1. Ginjal
Penting untuk pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Ginjal berfungsi baik secara otonom maupun dalam berespons terhadap
pembawa pesan yang di bawa oleh darah, seperti aldosterone dan
hormone anti diuretic (ADH). Fungsi-fungsi utama ginjal dalam
mempertahankan keseimbangan cairan yang normal termasuk berikut
ini:
a. Pengatur volume dan osmolalitas CES melalui retensi dan ekskresi
selktif cairan tubuh.
b. Pengaturan kadar elektrolit dalam CES dengan retensi selekttif
substansi yang di butuhkan dan ekskresi selektif substansi yang tidak
di butuhkan.
c. Pengaturan PH CES melalui retensi ion-ion hydrogen
d. Ekskresi sampah metabolic dan substansi toksik
2. Pankreas
Kelenjar pankreas dalam mengatur metabolisme glukosa dalam
tubuh berupa hormon-hormon yang disekresikan oleh sel – sel dipulau
langerhans. Hormon-hormon ini dapat diklasifikasikan sebagai hormon
yang merendahkan kadar glukosa darah yaitu insulin dan hormon yang
dapat meningkatkan glukosa darah yaitu glukagon.
3. Jantung dan pembuluh darah

Kerja pompa jantung mensirkulasi darah melalui ginjal dibawah


tekanan yang sesuai untuk menghasilkan urine. Kegagalan kerja pompa
ini mengganggu perfusi ginjal dan area itu mengganggu pengaturan air
dan elektrolit.
4 .Paru-paru

Paru-paru juga vital dalam mempertahankan homeostatis. Melalui


ekshalasi, paru-paru membuang kira-kira 300 ml air setiap hari pada
orang dewasa normal. Paru-paru juga mempunyai peran penting
dalam mempertahankan keseimbangan asam basa.
5. Kelenjar Pituitari

Hipotalamus menghasilkan suatu substansi yang dikenal dengan nama


hormone anti diuretic (ADH) yang disimpen dalam kelenjar pituitary
posterior dan dilepaskan jika diperlukan, ADH kadang di sebut
sebagai hormone penyimpan air, karena ia menyebabkan tubuh untuk
menahan air. Fungsi ADH termasuk mempertahankan tekanan
osmotic sel dengan mengendalikan retensi atau ekskresi air oleh ginjal
dengan mengatur volume darah,
6. Kelenjar Adrenal Aldosteron

mineralokortikoid yang di sekresikan oleh zonaglomerulosa


(daerah terluar) dari korteks adrenal, mempunyai efek yang mendalam
dalam keseimbangan cairan.
7. Kelenjar Paratiroid

Kelenjar ini terdapat di sudut kelenjar tiroid, mengatur


keseimbangan kalsium dan fosfat melalui hormone paratiroid (PTH):
PTH mempengaruhi resorpsi tulang, absorpsi kalsium dari usus halus
dan reabsopsi kalsium dari tubulus ginjal.
II. DEFINISI
Gangguan elektrolit adalah kondisi saat kadar elektrolit di dalam tubuh
seseorang menjadi tidak seimbang, baik terlalu tinggi atau terlalu rendah.
Kondisi kadar elektrolit yang tidak seimbang ini dapat menimbulkan
berbagai gangguan pada fungsi organ di dalam tubuh.
Gangguan cairan dan elektrolit sangat umum pada periode perioperatif.
Cairan intravena dengan jumlah yang besar sering diperlukan untuk
memperbaiki defisit cairan dan mengkompensasi kehilangan darah selama
operasi. Cairan dan elektrolit di dalam tubuh merupakan satu kesatuan
yang tidak dapat terpisahkan. Komposisi cairan dan elektrolit di dalam
tubuh diatur sedemikan rupa agar keseimbangan fungsi organ vital dapat
dipertahankan.
Gangguan besar dalam keseimbangan cairan dan elektrolit dapat
dengan cepat mengubah kardiovaskular, saraf, dan fungsi neuromuskular,
dan penyedia anestesi harus memiliki pemahaman yang jelas air normal
dan elektrolit fisiologi. Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses
dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap
dalam berespons terhadap stressor fisiologis dan lingkungan.
Keseimbangan cairan adalah esensial bagi kesehatan. Dengan
kemampuannya yang sangat besar untuk menyesuaikan diri, tubuh
mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan proses-proses faal
(fisiologis) yang terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungan sel
yang relatif konstan tapi dinamis. Kemampuan tubuh untuk
mempertahankan keseimbangan cairan ini dinamakan “homeostasis”
Cairan dan elekteolit merupakan komponen tubuh yang berperan
dalam memelihara fungsi tubuh dan proses homeostatis. Tubuh kita terdiri
atas sekitar 60% air yang tersebar dalam sel maupun luar sel. Namun
demikian, besarnya kandungan air tergantung usia, jenis kelamin, dan
kandungan lemak.(Tarwoto dan Wartonah,2010)
Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan salah satu faktor yang
diatur dalam homeostatis. Keseimbangan cairan sangat penting karena
diperlukan untuk kelangsungan hidup organisme. Keseimbangan
diperlukan oleh tubuh adalah dimana input=output. (jurnal f.k unad, 2017).
Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan bagian dari kebutuhan dasar
manusia secara fisiologis, yang memiliki proporsi besar dalam bagian
tubuh, hampir 90% dari total berat badan tubuh. (A. Aziz Alimul H.,2006).

III. ETIOLOGI
1. Factor inspeksinya
a) Infeksi dibagi macam bakteri yang disebabkan oleh kontaminasi
makanan dan minuman (salmonella)
b) Infeksi berbagai macam virus : rotavirus,enterovirus
c) Jamur : candida
d) Parasite(amebiasis,cyclospora)
2. Factor non infeksi
a) Alergi makanan, missal :susu,protein
b) Gangguan metabolic atau malabsorbsi penyakit
c) Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan
d) Obat-obatan: antibiotic,laksatif,sorbital
e) Penyakit usus: enterocolitis
3. Factor malasorbsi
Kumpulan yang menyebabkan gangguan penyerapan di usus halus
: malasorbsi karbohidrat
4. Factor makanan: makanan basi,beracun,alergi makanan
5. Factor psikologi: rasa takut dan cemas
Secara umum juga faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan
dan elektrolit tubuh antara lain sebagai berikut :
1. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia
akan  berpengaruh pada luas permukaan tubuh  berpengruh pada luas
permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Kebutuhan cairan
pada bayi dan anak perharinya yaitu:
a. Untuk berat badan sampai 10 kg, kebutuhan cairan perhari
100ml/kgBB.  
b. Berat badan 11-20 kg, kebutuhan cairan per hari 1000ml +
50ml/kgBB c. Beratbadan >20kg, kebutuhan cairan per hari
Beratbadan >20kg, kebutuhan cairan per hari 1500ml +
20ml/kgBB + 20ml/kgBB.
Kebutuhan cairan pada orang dewasa menggunakan rumus 30-
50ml/kgBB/hari
2. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban
udara rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan
elektrolit.
3.Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intakecairan dan elektrolit.
Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein
dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan
menurun padahal menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam
proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan
edema.
4. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan
pemecahan  pemecahan glykogen glykogen otot. Mekanisme
Mekanisme ini dapat meningkatkan meningkatkan natrium natrium
dan rentensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan
volume darah.
5. Kondisi sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh misalnya :
a. Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air
melalui IWL.  
b. Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses
Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran.
c. Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami
gangguan pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan
untuk memenuhinya secara mandiri.
Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus.
Pusat haus dikendalikan berada di otak Sedangkan rangsangan haus
berasal dari kondisi dehidrasi intraseluler, Sekresi angiotensin II
sebagai respon dari penurunan tekanan darah, perdarahan yang
mengakibatkan  penurunan  penurunan volume darah.
6. Perasaan kering di mulut biasanya biasanya terjadi terjadi  bersama
bersama dengan sensasi sensasi haus walaupun kadang terjadi terjadi
secara sendiri. Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum
proses absorbsi oleh tractus gastrointestinal.
Kehilangan cairan tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
1. Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui
tractus urinarius merupakan proses output cairan tubuh yang
utama. Dalam kondisi normal output urine sekitar 1400-1500
ml/24 jam, atau sekitar 30-50 ml/jam pada orang dewasa. Pada
orang yang sehat kemungkinan  produksi  produksi urine
bervariasi bervariasi dalam setiap harinya, harinya, bila
aktivitas aktivitas kelenjar kelenjar keringat meningkat maka
produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap
mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.  
2. IWL (Invisible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, melalui kulit
dengan mekanisme difusi. Pada orang dewasa normal
kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah berkisar 300-
400 mL/hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh
meningkat maka IWL dapat meningkat.
3. Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh
yang panas, respon ini berasal dari anterior hypotalamus,
sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang
belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada
kulit.
4. Feces
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200
mL/hari, yang diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam
mukosa usus besar (kolon).
IV. KLASIFIKASI
A. Gangguan Keseimbangan Cairan Tubuh
a. Ketidakseimbangan Isotonik
1. Overhidrasi Air
Seperti subtrat lain, berubah menjadi toksik apabila dikonsumsi secara
berlebihan dalam jangka waktu tertentu. Intoksikasi air sering terjadi
bila cairan di konsumsi tubuh dalam kadar tinggi tanpa mengambil
sumber elektrolit yang menyeimbangi kemasukan cairan tersebut.
Overhidrasi terjadi jika asupan cairan lebih besar daripada pengeluaran
cairan. Kelebihan cairan dalam tubuh menyebabkan konsentrasi natrium
dalam aliran darah menjadi sangat rendah. Klien yang beresiko
biasanya adalah klien dengan gagal jantung kongesif,gagal ginjal,
sianosis.
Penyebab overhidrasi meliputi, adanya gangguan ekskresi air lewat
ginjal (gagal ginjal akut), masukan air yang berlebihan pada terapi
cairan, masuknya cairan irigator pada tindakan reseksi prostat
transuretra, dan korban tenggelam.Gejala overhidrasi meliputi, sesak
nafas, edema, peningkatan tekanan vena jugular, edema paru akut dan
gagal jantung.
Dari pemeriksaan lab dijumpai hiponatremi dalam plasma. Terapi
terdiri dari pemberian diuretik (bila fungsi ginjal baik), ultrafiltrasi atau
dialisis (fungsi ginjal menurun), dan flebotomi pada kondisi yang
darurat.
b. Ketidakseimbangan osmolar
1. Dehidrasi ( hiperomoslar)
Dehidrasi merupakan suatu kondisi defisit air dalam tubuh akibat
masukan yang kurang atau keluaran yang berlebihan. Kondisi dehidrasi
bisa terdiri dari 3 bentuk, yaitu: isotonik (bila air hilang bersama garam,
contoh: GE akut, overdosis diuretik), hipotonik (Secara garis besar
terjadi kehilangan natrium yang lebih banyak dibandingkan air yang
hilang.
Karena kadar natrium serum rendah, air di kompartemen
intravaskular berpindah ke ekstravaskular, sehingga menyebabkan
penurunan volume intravaskular), hipertonik (Secara garis besar terjadi
kehilangan air yang lebih banyak dibandingkan natrium yang hilang.
Karena kadar natrium tinggi, air di kompartemen ekstravaskular
berpindah ke kompartemen intravaskular, sehingga penurunan volume
intravaskular minimal).Gangguan yang terjadi biasanya pada diabetes
insipidius, ketoasidosis diabetik, diuresis osmotic.
B. Gangguan Keseimbangan Elektrolit
Gangguan keseimbangan elektrolit yang umum yang sering ditemukan
pada kasuskasus di rumah sakit hanyalah beberapa saja. Keadaan-
keadaan tersebut adalah :
a. Hiponatremia
Hiponatremia selalu mencerminkan retensi air baik dari
peningkatan mutlak dalam jumlah berat badan (Total Body Weight,
TBW) atau hilangnya natrium dalam relatif lebih hilangnya air.
Kapasitas normal ginjal untuk menghasilkan urin encer dengan
osmolalitas serendah 40 mOsm/kg (berat jenis 1,001)
memungkinkan mereka untuk mengeluarkan lebih dari 10 L air
gratis per hari jika diperlukan. Karena cadangan yang luar biasa ini,
hiponatremia hampir selalu merupakan efeknya dari akibat kapasitas
pengenceran urin tersebut (osmolalitas urin> 100 mOsm / kg atau
spesifik c gravitasi> 1,003).
b. Hipoklemia
Nilai normal Kalium plasma adalah 3,5-4,5 mEq/L. Disebut
hipokalemia apabila kadar kalium Dapat terjadi akibat dari
redistribusi akut kalium dari cairan ekstraselular ke intraselular atau
dari pengurangan kronis kadar total kalium tubuh. Tanda dan gejala
hipokalemia dapat berupa disritmik jantung, perubahan EKG (QRS
segmen melebar, ST segmen depresi, hipotensi postural, kelemahan
otot skeletal, poliuria, intoleransi glukosa. Terapi hipokalemia dapat
berupa koreksi faktor presipitasi (alkalosis, hipomagnesemia,
obatobatan), infuse potasium klorida sampai 10 mEq/jam (untuk
mild hipokalemia >2 mEq/L) atau infus potasium klorida sampai 40
mEq/jam dengan monitoring oleh EKG (untuk hipokalemia berat ;
<2mEq/L disertai perubahan EKG, kelemahan otot yang hebat).
c. Hipokalsemia
Meskipun 98% dari total kalsium tubuh dalam tulang,
pemeliharaan konsentrasi kalsium ekstraseluler normal adalah
penting untuk homeostasis. Ion kalsium terlibat dalam fungsi
biologis hampir semua penting, termasuk kontraksi otot, pelepasan
neurotransmitter dan hormon, pembekuan darah, dan metabolisme
tulang, dan kelainan pada keseimbangan kalsium dapat
mengakibatkan derangements fisiologis yang mendalam.
d. Hiperkalemia
adalah kondisi kadar kalium dalam darah di atas nilai batas
atas, yaitu pada umumnya melebihi 5,0-5,5 meq/L pada orang
dewasa. Pada anak-anak, kisaran batas atas beragam, tergantung
dengan usia. Kelainan elektrolit ini sering ditemukan pada pasien
gagal ginjal, diabetes mellitus, gagal jantung, dan pengguna obat
golongan renin-angiotensin
V. PATHOFISIOLOGI
A. Ketidakseimbangan Volume Cairan
1) Kekurangan volume cairan (Hipovolemik)
a. Kehilangan cairan dari system gastrointestinal sepertidiare,
muntah.
b. Keringat berlebihan, demam, penurunan asupan cairan peroral,
penggunaan obat-obatan diuretic.
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan
elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik).
Kondisiseperti ini disebut juga hipovolemia. Umumnya, gangguan ini diawali
dengankehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan
interseluler menuju intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan
cairanekstraseluler. Untuk untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh
melakukan pemindahan cairan intraseluler. Secara umum, kekurangan volume
cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal
melalui kulit, penurunan asupan cairan, perdarahan dan pergerakan cairan ke
lokasi ketiga(lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk
mengembalikanya kelokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler
istirahat). Cairan dapat berpindah dari lokasi intravaskuler menuju lokasi
potensial seperti pleura, peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain
itu, kondisi tertentu,seperti terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan,
dapat terjadi akibatobstruksi saluran pencernaan (Price dan Wilson, 2006).
2) Kelebihan volume cairan (Hipervolemik)
 Gagal jantung kongestif, gagal ginjal, sirosis, asupan natrium
berlebih.
Kelebihan volume cairan akan terjadi apabila tekanan hidrostatik
intravaskuler meningkat, tekanan osmotik koloid plasma menurun, dan
gangguan aliran limfe. Meningkatnya tekanan hidrostatik
cenderungmemaksa cairan masuk ke dalam ruang interstitial. Penyebab
peningkatan tersebut diantaranya adalah kegagalan jantung, penurunan
perfusi ginjal,aliran darah yang lambat misalnya karena ada sumbatan dan
lain-lain .Menurunnya tekanan osmotik koloid plasma disebabkan
menurunnya kadar albumin plasma. Penurunan kadar albumin plasma
diakibatkan oleh kehilangan albumin serum yang berlebihan atau
pengurangan sintesis albumin serum. Kondisi ini misalnya dapat
ditemukan pada penyakit nefrotik sindrom, penyakit hati dan pankreas,
serta kekurangan protein yang berat danlain-lain (Asmadi, 2008).
B. Ketidakseimbangan Elektrolit
a. Hiponatremia
Penyakit ginjal insufisiensi adrenal kehilangan melalui gastrointestinal
pengeluaran diuretic.
b. Hipernatremia
Mengkonsumsi sejumlah besar larutan garam pekat, Pemberian larutan
salin hipertonik lewat IV secara iatrogenic.
c. Hipokalemiagastrointestial
Penggunaan diuretic yang dapat membuang kalium, diare, muntah atau
kehilangan cairan lain melalui saluran.
d. Hiperkalemia
Gagal ginjal, dehidrasi hipertonik, kerusakan selular yang parah
seperti akibat luka bakar dan trauma.
e. Hipokalsemia
Pemberian darah yang mengandung sitrat dengan cepat,
hipoalbuminemia, hopoparatiroidisme, difisiensi vitamin D,
penyakit-penyakit neoplastik, pancreatitis.
f. Hiperkalsemia
Metastase tumor tulang, osteoporosis, imobilisasi yang lama.
VI. PATHWAY

Infeksi Makanan Psikologi


Berkemban

Berkembang di Toksin tidak Ansietas


usus dapat di serap

Hiperekstensi air Toksin tidak


dan elektrolit dapat diserap

Hiperistaltik
Isi usus Penyerapan
Berkemban makanan di usus

Kelebihan cairan
dan elektrolit

Gangguan
keseimbangan cairan
dan elektrolit

Overhidrasi

Hiperkalemia

CKD (Chronic
Kidney Disease
VI. PATHWAY

USIA,TEMPERATUR,LINGKUNGAN,DIET,STRESS,

PENYAKIT TERTENTU,PEMBEDAHAN

CAIRAN
RETENSI CAIRAN ISOTONIK INTRAVASKULAR,INTERSTISIAL,
DAN INTRASELULAR

KEKURANGAN VOLUME
KELEBIHAN CAIRAN VOLUME CAIRAN

GANGGUAN CAIRAN DAN


ELEKTROLIT

OVERDEHIDRASI

HIPERVOLEMIA

CKD
VII. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala klinik yang mungkin di dapatkan pada klien
dengan hipervolemia antara lain Sesak nafas dan ortopnea.
Mekanisme kompensasi tubuh pada kondisi hiperlemia adalah
berupa pelepasan Peptida Natriuretik Atrium (PNA), menimbulkan
peningkatan filtrasi dan ekskresi natrium dan air oleh ginjal dan penurunan
pelepasan aldosteron dan ADH. Abnormitas pada homeostatisis elektrolit,
keseimbangan asam basa dan osmolitas sering menyertai hipervolemia.
Hipervolemia dapat menimbulkan gagal jantung dan edema pulmoner,
khususnya pada pasien dengan disfungsi kardiovaskuler.
 Gangguan ketidakseimbangan elektrolit
Ketidakseimbangan osmolalitas melibatkan kadar zat terlarut
dalam cairan tubuh. Permasalahn yang terjadi
1. Hipokalemia, yaitu keadaan di aman kadar kalium serum
kurang dari 3,5 mEq/L
2. Hiperkalemia, yaitu suatu keadaan dimana kadar kalsium serum
lebih dri atau sama dengan 5,5 mEg/L
3. Hiperkalemia akut adalah keadaan gawat medik yang perlu
segera di kenali, dan ditangani untuk menghindari distritmia
dan gagal gagal jantung fatal.
 Hipovolemia
1. Pusing, kelemahan, keletihan
2. Sinkope
3. Anoreksia, mual, muntah, haus
4. Kecacatan mental
5. Konstipasi dan oliguria
6. Peningkatan nadi, suhu
7. Turgor kulit menurun
8. Lidah kering, mukosa mulut kering
9. Mata cekung
 Hipervolemia
a. Sesak nafas  
b. Ortopnea.
c. Oedema.
VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan tinja
2. Analisis gas adalah apabila didapatkan tanda gangguan keseimbangan
asam basa.
3. Pemeriksaan kadar ureum dan keratin untuk mengetahui fatal ginjal
4. .Pemeriksaan lab.darah
- hematologi
Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit
- RFT ( renal fungsi test )
ureum dan kreatinin
- LFT (liver fungsi test )
- Elektrolit
Klorida, kalium, kalsium
- koagulasi studi
PTT, PTTK
- BGA
5. . Urine
- urine rutin
- urin khusus : benda keton, analisa kristal batu
6. pemeriksaan kardiovaskuler
- ECG
- ECO
7. Radidiagnostik
- USG abdominal
- CT scan abdominal
- BNO/IVP, FPA
- Renogram
- RPG ( retio pielografi )
IX. PENATALAKSANAAN
a. Farmakologi
1. Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan keperawatan
yang dilakukan dengan cara yang dilakukan dengan cara
memasukkan cairan melalui intravena dengan bantuan infus set.
2. Pemberian obat oralit yang berfungsi sebagai kadar penyeimbang
didalam tubuh sebagai kadar penyeimbang didalam tubuh.
3. Memberi mium perolal merupakan pemberian minum pada dasar
melalui mulut(oral) dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
cairan pada pasien yang tidak mampu melakukan minum secara
mandiri
b. Non Farmakologi
Menghitung cairan infus
Tetesan per menit (makro) = Jumlah cairan yang di masukkan (ml)
Lamanya infus (jam) x3
Tetesan per menit (mikro) = Jumlah cairan infus (ml)

Lamanya infus (jam)

c. Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD sendiri


dibagi tiga yaitu :
a) Konservatif
- Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
- Observasi balance cairan
- Observasi adanya odema
- Batasi cairan yang masuk
b) Dialysis
- peritoneal dialysis
biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja
yang tidak bersifat akut adalah CAPD ( Continues
Ambulatori Peritonial Dialysis )
- Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan
infasif di vena dengan menggunakan mesin. Pada awalnya
hemodiliasis dilakukan melalui daerah femoralis namun
untuk mempermudah maka dilakukan :
- AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
- Double lumen : langsung pada daerah jantung
( vaskularisasi ke jantung )
c) Operasi
- Pengambilan batu
- transplantasi ginjal
X. KOMPLIKASI

1. Hiperkalemia
2. Perikarditis, efusi perikardialdan tamponade jantung
3. Hipertensi
4. Anemia
5. Penyakit tulang
6. Hipervolemia

XI. MASALAH KEPERAWATAN

1.Hipervolemia
Hipervolemia adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan
volumecairan ekstrasel khususnya intravaskular (volume overload)
melebihikemampuan tubuh mengeluarkan air melalui ginjal, saluran
cerna, dan kulit.
2.CKD
ASKEP secara TEORI
1. Data umum
a. Pengkajian
1) Identitas pasien
Nama :
Umur :
Alamat :
Pekerjaan :
No. Reg :
Tgl Mrs :
Tgl pengkajian:
Dx medis :
2) Identitas penanggung jawab
Nama :
Umur :
Pendidkan :
Pekerjaan :
Hub. Dengan pasien :
2. Keluhan utama
Biasanya badan terasa lemah, mual, muntah, dan terdapat
udem/ bengkak.
 Riwayat kesehatan sekarang
 Riwayat kesehatan dahulu
.
 Riwayat kesehatan keluarga
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya pasien dengan GGK, memili riwayat hipertensi
b. Riwayat penyakit sekarang
P: provocative
 Apa penyebab keluhan
 Apa yang membuatnya bertambah baik
 Apa yang membuatnya bertambah berat
Q: Quality
 Bagaimana keluhan yang dirasakan
R: Region
 Dimana letak sekitarnya
 Dimana area penyebabnya
S: Severity Scale
 Apakah mempengaruhi aktifitas
T: Time
 Kapan mulai terjadi
 Berapa sering terjadi
Keluhan lain yang menyerta biasanya : gangguan
pernapasan, anemia, hiperkelemia, anoreksia, tugor pada
kulit jelek, gatal-gatal pada kulit, asidosis metabolik.
c. Riwayat penyakit keluarga
GGK bukan merupakan penyakit keturunan, hanya tergantung
pada pola hidup individu itu sendiri.
4. Batasan Karakteristik ( gangguan kebutuhan cairan dan
elektrolit / CKD)
a. Tanda dan gejala mayor
 subjektif: mengeluh nyeri
 objektif : tampak meringis, bersikap
protektif(mis.waspada,posisi menghindari
nyeri),gelisah,frekuensi nadi meningkat,sulit tidur
b. tanda dan gejala minor
 subjektif : -
 objektif : tekanan darah meningkat,pola napas
berubah,proses berpikir terganggu ,menarik
diri,berfokus pada diri sendiri, diaforesis
5. Data objektif
a. Pemeriksaan fisik
a. Penampilan / keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas
nyeri. Kesadaran pasien dari compos mentis sampai coma.
b. Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi
dispnea, nadi meningkat dan reguler.
c. Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena
kekurangan nutrisi, atau terjadi peningkatan berat badan
karena kelebihan cairan.
d. Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan
terdapat kotoran telinga, hidung kotor dan terdapat
kotoran hidung, mulut bau, ureum, bibir kering dan pecah-
pecah, mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
e. Leher dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid
pada leher.
f. Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar.
Terdapat otot bantu napas, pergerakan dada tidak
simetris, terdengar suara tambahan pada paru (rongkhi
basah), terdapat pembesaran jantung, terdapat suara
tambahan pada jantung.
g. Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan peristaltik, turgor
jelek, perut buncit.
h. Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi
dini, impotensi, terdapat ulkus.
i. Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema,
pengeroposan tulang, dan Capillary Refill lebih dari 2
detik.
j. Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit
bersisik dan mengkilat/uremia, dan terjadi perikarditis.

b. Pemeriksaan penunjang
a. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan menilai
derajat dari komplikasi yang terjadi.
b. Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar
ginjal (batu a/ obstruksi)
Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal oleh sebab
itu penderita diharapkan tidak puasa.
c. IVP (Intra Vena Pielografi) untuk menilai sistem
pelviokalises dan ureter Pemeriksaan ini mempunyai
resiko penurunan faal ginjal pada keadaan tertentu,
misalnya : usia lanjut, DM, dan Nefropati Asam Urat.
d. USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal
parenkim ginjal, kepadatan parenkim ginjal, antomi sistem
pelviokalises, ureter
proksimal, kandung kemih serta prostat.
e. Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri,
lokasi dari gangguan (vaskuler, parenkim, ekskresi ),
serta sisa fungsi ginjal.
f. Pemeriksaan radiologi jantung untuk mencari
kardiomegali, efusi perikardial.
g. Pemeriksaan Radiologi tulang untuk mencari
osteodistrofi (terutama untuk falanks jari), kalsifikasi
metastasik.
h. Pemeriksaan radilogi paru untuk mencari uremik lung;
yang terkhir ini dianggap sebagai bendungan.
i. Pemeriksaan Pielografi Retrograd bila dicurigai
obstruksi yang reversibel.
j. EKG untuk melihat kemungkinan :hipertropi
ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia,
gangguan elektrolit (hiperkalemia).
k. Biopsi ginjal
l. Pemeriksaan Laboratorium yang umumnya dianggap
menunjang, kemungkinan adanya suatu Gagal Ginjal Kronik :
- Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh
adanya anemia, dan hipoalbuminemia.

- Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit


yang rendah.
- Ureum dan kreatinin : Meninggi, biasanya perbandingan
antara ureum dan kreatinin lebih kurang 20 : 1. Ingat
perbandingan bisa meninggi oleh karena perdarahan saluran
cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan steroid, dan
obstruksi saluran kemih.
Perbandingan ini berkurang : Ureum lebih kecil dari
Kreatinin, pada diet rendah protein, dan Tes Klirens
Kreatinin yang menurun.
- Hiponatremi : umumnya karena kelebihan cairan.
- Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal
lanjut bersama dengan menurunnya diuresis.
- Hipokalsemia dan Hiperfosfatemia : terjadi karena
berkurangnya sintesis 1,24 (OH)2 vit D3 pada GGK.
- Fosfatase lindi meninggi akibat gangguan metabolisme
tulang, terutama Isoenzim fosfatase lindi tulang.
- Hipoalbuminemis dan Hipokolesterolemia; umumnya
disebabkan gangguan metabolisme dan diet rendah protein.
- Peninggian Gula Darah, akibat gangguan metabolisme
karbohidrat
pada gagal ginjal, (resistensi terhadap
pengaruh insulin pada
jaringan perifer)
- Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak,
disebabkan,
peninggian hiormon inslin, hormon somatotropik dan
menurunnya lipoprotein lipase.
- Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi
menunjukan pH yang menurun, BE yang menurun, HCO3 yang
menurun, PCO2 yang menurun, semuanya disebabkan retensi
asam-asam organik
pada gagal ginjal.
6. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada CKD adalah
sebagai berikut:

1. Hipervolemia b.d kelebihan asupan cairan ditandai dengan gejala


mayor edema perrifer dan jugular venous presseure (JVP) dan /
cental venous meningkat dan gejala minor intake lebih banyak dari
output (balans cairan positif)
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Alimul. 2016. Buku Ajar Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba


Medika
Mubarak, Wahit. 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta : Salemba
Medika
Ackley. B. J., Ladwig, G, B & Makic, M. B. F. 2017. Nursing diagnosis
handbook, an evidencebaced guide to planning care. 11th Ed. St. Louis : El
Sevierr.
https://www.halodoc.com/kesehatan/gangguan-elektrolit
Perencanaan dan PendokumentasianPerawatan Pasien,Edisi 3,Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif dan KumalaSari.2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan.Jakarta: Salemba Medika
 Nahas, Meguid El&Adeera Levin.2010. Chronic Kidney Disease: APractical
Guideto Under standing and Management .USA:Oxford University Press.
 Nurarif,Amin Huda dan Hardhi Kusuma.2015.Aplikasi
Tim Pokja SDKI DPPPPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia. Edisi 1.Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SIKID PPPPNI.2018.StandarIntervensi Keperawatan
Indonesia.Edisi 1.Jakarta :Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SLKIDPPPPNI.2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Edisi1 .Jakarta:Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai