Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN CAIRAN DAN LEKTROLIT PADA PASIEN DENGAN

CKD DI ICU RSUP PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO

OLEH

CINDY SUMIOK

210141040029

CT : Ns. Gresty N. Massie M.Kep

CI : Ns. Elieser A. Telah, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2022
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Definisi Cairan dan Elektrolit


Cairan dan Elektrolit sangat berperan penting dalam menjaga kondisi tubuh tetap sehat.
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah bagian dari fisiologis
homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan
berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat
tertentu (zat terlarut) sedangkan elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-
partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan (Patricia, 2005).
2. Komposisi Cairan Utama
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu:
a. Cairan Intra Seluler (CIS)
Cairan intra seluler merupakan cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh
(Abdul, 2008). Cairan ini menyusun sekitar 70% dari total cairan tubuh (Total
Body Water TBW). CIS merupakan media tempat terjadinya terjadinya aktivitas
kimia sel (Taylor, 1989). Pada orang dewasa, CIS menyusun 40% berat tubuh
atau 2/3 dari TBW.
b. Cairan Ekstra Seluler
Cairan ekstra seluler adalah cairan yang berada diluar sel dan menyusun sekitar
30% dari total cairan tubuh. Pada orang dewasa CES menyusun sekitar 20% berat
tubuh (Price & Wilson, 1986). Menurut Abdul (2008) CES terdiri dari 3
kelompok yaitu:
1) Cairan intravaskuler (plasma) yaitu cairan didalam sistem vaskuler
2) Cairan intersitial yaitu cairan yang terletak diantara sel
3) Cairan transeluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan
serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.

Untuk mempertahankan keseimbangan kimia dan elektrolit tubuh serta


mempertahankan pH yang normal, tubuh melakukan mekanisme pertukaran dua
arah antara CIS dan CES . Elektrolit yang berperan yaitu anion dan kation.

3. Faktor-faktor Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


Faktor-faktor yang berpengaruh pada kesimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara lain:
a. Umur
Kebutuhan intake bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh pada
luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. pada anak-anak lebih mudah
mengalami gangguan keseimbangan cairan dibandingkan dengan orang dewasa. Pada
usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi
ginjal atau jantung.
b. Iklim
Orang yangtinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya lebih
rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat.
c. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan elektrolit. Karena intake
nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga serum
albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan
dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
d. Stress
Stres dapat meningkatkan metabolism sel, glukosa darah, dan pemecahan glikogen
otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila
berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
e. Kondisi sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh misalnya:
1) Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
2) Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses pasien
dengan penurunan kesadaran.
3) Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya
secara mandiri.

Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus
dikendalikan berada di otak sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi
dehidrasi intraseluler, sekresi angiontensin II sebagai respon dari penurunan
tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah.
Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walaupun
kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan segera hilang setelah minum
sebelum proses absorbsi oleh tractus gastrointestinal. kehilangan cairan tubuh
melalui empat rute (proses) yaitu:

a. Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius
merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal
output urine sekitar 1400-1500 ml/24jam, atau sekitar 30-50ml/jam padaorang
dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi dalam
setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine
akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam
tubuh.
b. IWL (Invisible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, melalui kulit dengan mekanisme
difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui prosesini
adalah berkisar 300-400 ml/hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh
meningkat maka IWL dapat meningkat.
c. Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon
ini berasal dari anterior hypothalamus, sedangkan impulsnya ditransfer
melalui sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh sumsum syaraf
simpatis pada kulit.
d. Feces
Pengeluaran air melalui feses berkisar antara 100-200 ml/hari, yang diatur
melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).
4. Pergerakan Cairan dan Elektrolit Tubuh
Mekanisme pergerakan cairan tubuh berlangsung dalam 4 proses transport:
a. Difusi
Yaitu perpindahan larutan dari area berkonsentrasi tinggi menuju area berkonsentrasi
rendah dengan melintasi membrane semipermeabel. Kecepatan difusi dipengaruhi
oleh tiga hal, yakni ukuran molekul, konsentrasi larutan, dan temperature larutan.
b. Filtrasi
Yaitu pergerakan cairan dan zat terlarut dari area dengan tekanan hidrosttik tinggi ke
area dengan tekanan hidrostatik rendah. Filtrasi penting dalam mengatur cairan keluar
dari arteri ujung kapiler. Ini memungkinkan kekuatan yang memungkinkan ginjal
untuk memfilter 180liter/hari
c. Transport Aktif
Yaitu proses pengangkatan yang digunakan oleh molekul untuk berpindah melintasi
membrane sel melewati gradien konsentrasinya (gerakan partikel dari konsentrasi 1
ke konsentrasi lain tanpa memandang tingkatannya.
d. Osmosis
Yaitu perpindahan cairan melewati semua membrane bila konsentrasi yang terlarut
keduanya berubah
5. Gangguan Volume Cairan
a. Hipovolemia
Kekurangan Volume Cairan terjadi jika air dan elektrolit hilang pada proporsi yang
sama ketika mereka berada pada cairan tubuh normal sehingga resio elektrolit serum
terhadap air tetap sama (Brunner dan Sudadart, 2002), Pengertian hipovolemia yaitu
sebagai berikut :
1) Hipovolemia adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan
ekstraseluler (CES)
2) Hipovolemia adalah penipisan volume cairan ekstraseluler (CES)
3) Hipovolemia adalah kekurangancairan di dalam bagian-bagian
ekstraseluler (CES)
 Etiologi
Hipovolemia ini terjadi dapat disebabkan karena:
- Penurunan masukkan
- Kehilangan cairan yang abnormal melalui: kulit, gastrointestinal, ginjal
abnormal, dll
- Perdarahan
 Patofisiologi
Kekeurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit
ekstraselulerdalam jumlah yang proposional (isotonik). Kondisi seperti ini
disebut juga hipovolemia. Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan
cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan intraseluler menuju
intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk
mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan oleh beberapa hal,
yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan,
perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan
berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikannya ke lokasi semula dalam
kondisi cairan ekstraseluler istirahat. Cairan dapat berpindah dari lokasi
intravaskuler menuju lokasipotensial seperti pleura, peritoneum, pericardium,
atau rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu, seperti terperangkapnya cairan
dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan.
 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinik yangmungkin didapatkan padaklien dengan
hipovolemia antara lain: pusing, kelemahan, keletihan, sinkope, anoreksia,
mual, muntah, haus, kekacauan mental, konstipasi, oliguria. Tergantung jenis
kehilangan cairan hipovolemia dapat disertai ketidakseimbangan asam basa,
osmolar/elektrolit. penipisan (CES) berat dapat menimbulkan syok
hipovolemik. mekanisme kompensasi tubuh pada kondisi hipovolemia adalah
dapat berupa penigkatan rangsang sistem saraf simpatis (penigkatan frekuensi
jantung, inotropik (kontraksi jantung) dan tahanan vaskuler), rasa haus,
pelepasan hormon antidiuretik (ADH), dan pelepasan aldosteron. Kondisi
hipovolemia yang lama menimbulkan gagal ginjal akut.
 Komplikasi
Akibat lanjut dari kekurangan volume cairan dapatmengakibatkan
- Dehidrasi (ringan, sedang, berat)
- Renjatan hipovolemik
- Kejang pada dehidrasi hipertonik
b. Hipervolemia
Hipervolemia (FVE) yaitu keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko
mengalami kelebihan cairan intraseluler atau interstisial (Carpenito, 2000). Kelebihan
volume cairan mengacu pada perluasan isotonic dari CES yang disebabkan oleh
retensi air dan natrium yang abnormal dalam proporsi yang kurang lebih sama dimana
mereka secara normal berada dalam CES. Hal ini selalu terjadi sesudah ada
peningkatan kandungan natrium tubuh total, yang pada akhirnya menyebabkan
peningkatan air tubuh total (Brunner dan Suddarth, 2002)
 Etiologi
Hipervolemia ini dapat terjadi jika terdapat:
- Stimulus kronis pada ginjal untuk menahan natrium dan air
- Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air
- Kelebihan pemberian cairan intra vena (IV)
- Perpindahan interstisial ke plasma
 Patofisiologi
Terjadi apabila tubuh menyimpan cairan elektrolit dalam kompartemen
ekstraseluler dalam proporsi seimbang. Karena adanya retensi cairan isotonic,
konsentrasi natrium dalam serum masih normal. Kelebihan cairan tubuh
hampir selalu disebabkan oleh peningkatan jumlah natrium dalam serum.
Kelebihan cairan terjadi overload cairan/adanya gangguan mekanisme
homeostatis pada proses regulasi keseimbangan cairan.
 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan
hipervolemia antara lain: sesak napas dan ortopnea. Mekanisme kompensasi
tubuh pada kondisi hipervolemia adalahberupa pelepasan Peptida Natriuretik
Atrium (PNA), menimbulkan peningkatan filtrasi dan ekskresi natrium dan air
oleh ginjal dan penurunan pelepasan aldosterone dan ADH. Abnormalitas pada
homeostatis elektrolit, keseimbangan asam basa dan osmolaritas sering
menyertai hipervolemia. Hipervolemia dapat menimbulkan gagal jantung dan
edema pulmuner, khususnya pada pasien dengan disfungsi kardiovaskuler.
 Komplikasi
Akibat lanjut dari kelebihan volume cairan adalah:
- Gagal ginjal akut atau kronik berhubungan dengan peningkatan preload,
penurunan kontraktilitas, dan penurunan curah jantung
- Infark miokard
- Gagal jantung kongestif
- Gagal jantung kiri
- Penyakit katup
- Takikardi/aritmia berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan osmotic
koloid plasma rendah, retensi natrium
- Penyakit hepar: sirosis, asites, kanker berhubungan dengan kerusakan arus
balik vena
- Varikose vena
- Penyakit vaskuler perifer
- Flebitis kronis
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1) Riwayat Kesehatan
a) Asupan cairan dan makanan (oral dan Parental)
b) Tanda dan gejala gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
c) Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan elektrolit
d) Pengobatan tertentu yang tengah dijalani yang dapat mengganggu status cairan
e) Status perkembangan (usia atau kondisi sosial)
f) Faktor psikologis (perilaku emosional)
2) Pengukuran Klinik
a) Berat Badan
Peningkatan atau penurunan 1 kg BB setara dengan penambahan atau pengeluaran
1 liter cairan, ada 3 macam masalah keseimbangan cairan yang berhubungan
dengan berat badan:
- Ringan : ± 2%
- Sedang : ± 5%
- Berat : ± 10%

Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama dengan
menggunakan pakaian yang beratnya sama.

b) Keadaan Umum
Pengukuran tanda-tanda vital seperti suhu, nada, pernapasan, dan tekanan darah
serta tingkat kesadaran.
c) Asupan Cairan
- Cairan oral : NGT dan oral
- Cairan parental : termasuk obat-obat intravena
- Makanan yang cenderung mengandung air
- Iritasi kateter
d) Pengukuran keluaran cairan
- Urin : Volume, kejernihan/kepekatan
- Feses : Jumlah dan konsistensi
- Muntah
- Tube drainage dan IWL
e) Ukuran keseimbangan cairan dengan akurat : normalnya sekitar 200cc
3) Pemerikasaan fisik
a) Integumen : Keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot
b) Kardiovaskuler : Distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin dan bunyi
jantung
c) Mata : Cekung, air mata kering
d) Neurologi : Reflek, gangguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran
e) Gastrointestinal : Keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah
4) Pemeriksaan Laboratorium
a) Pemeriksaan elektrolit serum
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar natrium, kalium, klorida, ion
bikarbonat
b) Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini meliputi jumlah sel darah merah, hemoglobin (Hb), hematocrit
(Ht)
- Hematokrit meningkat : adanya dehidrasi beratdan gejala syok
- Hematokrit menurun : adanya perdarahan akut, massif, dan reaksi hemolitik
- Hemoglobin naik : adanya hemokonsentrasi
- Hemoglobin turun : adanya perdarahan hebat, reaksi hemolitik
c) pH dan beratjenis urine
Berat dan jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk mengatur konsentrasi
urine. Normalnnya, pH urine dalah 4,5-8 dan berat jenisnya 1,003-1,030
B. Diagnosa Keperawatan

C. Intervensi Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Tamsuri, Anas. 2009. Seri Asuhan Keperawatan “Klien Gangguan Keseimbangan Cairan &
Elektrolit”. Jakarta: ECG.

Potter & Perry. 2006. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.

Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai