Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN RASA NYAMAN NYERI PADA

PASIEN DENGAN POST LAPARATOMI EKSPLORASI DI IRINA A BAWAH


RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO

OLEH

HANA TAIRAS

210141040014

CT: NS. ADRIANI NATALIA, M.KEP

CI: NS. IRENE LALELAH, S.KEP

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN RASA NYAMAN NYERI

1. Definisi Nyeri
Menurut IASP (International Association for the Study of Pain),
Nyeri merupakan pengalaman sensoris & emosional yang tidak nyaman,
yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau nekrosis yang aktual atau
potensial atau yang dideskripsikan oleh penderita semacam kerusakan
tersebut (Raja, 2020). Nyeri akut adalah pengalaman sensori yang tidak
menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual dan
potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa.
Nyeri akut merupakan pengalaman sensorik dan emosional atau yang
berkaitan dengan kerusaakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung
kurang dari 3 bulan (SDKI, 2017). Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan
emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual
atau potensial atau yang digambarkan sebagai kerusakan awitan yang tiba-tiba
atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi atau diprediksi (Nanda, 2018). Nyeri merupakan perasaan kurang
senang, lega dan sempurna dalam dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan dan
sosial (SDKI, 2016).
2. Faktor-Faktor Yng Memengaruhi Respon Nyeri
Persepsi individu terhadap nyeri di pengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain (Mubarak et al., 2015):
1) Etnik dan nilai budaya
2) Tahap perkembangan
3) Lingkungan dan individu pendukung
4) Pengalaman nyeri sebelumnya
5) Ansietas dan stress
6) Jenis kelamin
7) Perhatian
8) Keletihan
9) Gaya koping
10) Dukungan keluarga dan sosial
3. Medulasi
Sering kali digambarkan sebagai “sistem desendens”, proses keempat ini terjadi
saat neuron di batang otak mengirimkan sinyal menuruni kornu dorsalis medula
spinalis. Serabut desemdens ini melepaskan zat seperti oploid endogen,
serotonin, dan norepinerfin, yang dapat menghambat naiknya impuls berbahaya
(menyakitkan) di kornu dorsalis. Namun neurotransmiter ini diambil oleh tubuh,
yang membatasi kegunaan analgetiknya.
4. Klasifikasi
Menurut Perry & Potter (2006) nyeri dapat dijelaskan berdasarkan durasi, lokasi,
atau etiologi.
1) Nyeri berdasarkan durasi:
a. Nyeri akut yaitu nyeri yang hanya dirasakan tiba-tiba atau yang lambat
dan tanpa memperhatikan intensitasnya.
b. Nyeri kronis yaitu nyeri yang berlangsung berkepanjangan,
biasanya nyeri berulang atau menetap sampai enam bulan
atau lebih dan mengganggu fungsi tubuh.
2) Nyeri berdasarkan lokasi:
a. Nyeri kutaneus adalah nyeri yang berasal dari kulit atau
jaringan subkutan
b. Nyeri somatik dalam adalah nyeri yang berasal dari ligamen, tendon,
tulang, pembuluh darah, dan saraf. Nyeri tersebut menyebar dan
cenderung dan berlangsung lebih lama dibanding nyeri kutaneus.
c. Nyeri viseral adalah nyeri yang berasal dari stimulasi reseptor nyeri di
rongga abdomen, kranial, dan torak.
d. Nyeri radiasi (menyebar) adalah nyeri yang dirasakan pada tempat
sumber nyeri dan menyebar ke jaringan sekitarnya.
e. Nyeri alih adalah nyeri yang dirasakan pada bagian tubuh yang jauh dari
jaringan yang menyebakan nyeri.
f. Nyeri phantom adalah nyeri yang sangat menyakitkan pada
bagian tubuh yang hilang
5. Gejala Klinis
1) Nyeri ringan sampai berat
2) Respons sistem saraf simpatik
3) Peningkatan denyut nadi
4) Peningkatan tekanan darah
5) Diaforesis
6) Dilatasi pupil
7) Berhubungan dengan cedera jaringan: hilang dengan penyembuhan
8) Klien tampak gelisah dan cemas
9) Klien melaporkan rasa nyeri
10) Klien menunjukkan perilaku yang mengindikasikan rasa nyeri; menangis,
menggosok area nyeri, memegang area nyeri
6. Manajemen Nyeri
Tujuan dari penatalaksanaan nyeri adalah menurunkan nyeri sampai tingkat
yang dapat ditoleransi (Poter & Perry, 2006)
1. Intervensi Farmakologi
Dilakukan melalui kolaborasi dengan dokter atau pemberi perawatan utama
lainnya dan pasien.
2. Intervensi Non-farmakologi
Saat nyeri hebat berlangsung selama berjam-jam atau berhari-hari,
mengkombinasikan teknik non-farmakologis dengan obat-obatan mungkin
cara yang efektif untuk menghilangkan nyeri, diantaranya adalah stimulasi
dan massage kutaneus, terapi es dan panas, stimulasi saraf elektris
transkutan, distraksi, teknik relaksasi, imajinasi terbimbing dan hipnosis.
7. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian Nyeri
a. Identitas klien
a) Nama
b) Tempat dan tanggal lahir
c) Pendidikan teerakhir
d) Agama
e) Suku
f) Alamat
b. Keluhan utama
Keluhan Utama yang dirasakan klienklien mengatakan:
P (Paliatif): faktor yang memengaruhi gawat dan nyeri
Q (Quality): dari nyeri, apakah rasanya tajam, tumpul atau tersayat.
R (Region): daerah perjalanan nyeri
S (Severity): keparahan atau intensitas nyeri
T (Time): lama waktu serangan atau frekuensi nyeri.
2) Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan
b. Perilaku
c. Ekspresi wajah
3) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penentuan dari masalah keperawatan yang
ditunjukkan oleh klien ( abdellah, 1957 dalam Perry & Potter, 2005 ).
a. Nyeri berhubungan dengan cidera fisik/trauma
b. Nyeri kronik berhubungan dengan kontrol nyeri yang tidak adekuat
4) Intervensi
Perawat dan klien berdiskusi tindakan untuk mengatasi nyeri atau
pemuliahan nyeri yang diharapkan. Hasil akhir yang diharapkan dan tujuan
keperawatan diseleksi sesuai diagnosa dan kondisi klien. Terapi yang tepat
terkait penyebab nyeri ataupun masalah kesehatan klien ( Perry& Potter,
2006).
5) Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Kriteria hasil Intervensi


keperawatan
Nyeri akut - Mampu - Lakukan
berhubungan mengontrol nyeri pengkajian nyeri
dengan cidera fisik/ - Mampu - Kaji faktor yang
trauma mengenali nyeri meningkatkan
- Mengatakan dan
nyaman setelah meringankan
nyeri berkurang nyeri
- Tanda-tanda vital - Kaji tanda-tanda
dalam rentan vital ( TD, N, R,
normal S)
- Beri informasi
tentang nyeri
klien
- Libatkan
keluarga dalam
perawatan
Ajarkan teknik
non
farmakologi
pendampingan
orang tua
- Kolaborasi
dengan
dokter jika ada
keluhan
dan tindakan
nyeri tidak
berhasil
Nyeri akut - Klien - Klien
berhubungan mempertahankan mengatakan
dengan kontrol pengontrol nyeri Nyaman
nyeri yang tidak - Tidak ada - Tidak ada
adekuat gangguan tidur ekspresi
- Klien mengatakan menahan nyeri
nyaman - Kaji
- Tidak ada pengalaman
ekspresi rasa nyeri \
nyeri - Kaji faktor-faktor
yang
menyebabkan
terjadinya nyeri
- Kaji efek nyeri
kronis terhadap
kehidupan klien
- Kaji tanda-tanda
vital ( TD, N, R,
S)
- Motivasi keluarga
untuk tetap
memberikan
support atas
nyeri yang
dialami
- Ajarkan
tindakan
pereda nyeri
- Evaluasi
keefektifan
kontrol nyeri

6) Implementasi
Terapi nyeri membutuhkan pendekatan individual. Perawat dan klien harus
menjadi patner kerja dalam melakukan upaya mengontrol nyeri.
Implementasi atau tindakan keperawatan yang diperlukan untuk mencapai
tujuan dan hasil yang direncanakan ( Perry & Potter 2005).
7) Evaluasi
Tujuan dari asuhan keperawatan adalah menyelesaikan masalah kesehatan
klien. Evaluasi terhadap tujuan asyhan keperawatan menentukan apakah
tujuan sudah terlaksana (Perry & Potter 2005).

Anda mungkin juga menyukai