Anda di halaman 1dari 13

Syifa’ MEDIKA, Vol.10 (No.

1), September 2019

FAKTOR RISIKO TIMBULNYA LOW VISION PASCA OPERASI


KATARAK DENGAN TEKNIK EKSTRAKSI KATARAK
EKSTRAKAPSULAR

Rizki Anisa Nurjanah1, Septiani Nadra Indawaty2, Mitayani Purwoko3,4


1
Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang
2
Departemen Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang
3
Departemen Biologi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang
4
Program Studi S3 Ilmu Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Submitted: July 2019 |Accepted: August 2019 |Published: September 2019

ABSTRAK

Tajam penglihatan adalah daya lihat yang mampu dilakukan seseorang. Tajam penglihatan normal adalah
apabila seseorang dapat melihat huruf, angka, maupun bentuk dalam berbagai macam ukuran pada kartu
Snellen dengan jarak 20 kaki (20/20). Katarak merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan
penglihatan terbanyak kedua setelah gangguan refraksi yang tidak terkoreksi. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya low vision setelah operasi bedah katarak
di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif
kuantitatif dengan pendekatan cross sectional menggunakan data rekam medis pasien yang sudah
menjalani operasi katarak di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang periode Januari 2 017-April 2018.
Besar sampel penelitian ini adalah 31 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada kontrol
keempat pasca operasi, ada 38,7% subjek yang tetap memiliki low vision. Subjek penelitian sebagian
besar terdiri dari individu lansia akhir (74,2%), terdapat 2 orang subjek yang mengalami komplikasi intra
operasi (6,4%), dan terdapat 9 orang subjek yang mengalami komplikasi pasca operasi (29,1%).
Timbulnya lowvision setelah operasi katarak t idak dipengaruhi oleh usia (p = 1,000) dan komplikasi
intraoperasi (p = 1,000), namun dipengaruhi oleh adanya komplikasi pasca operasi (p = 0,043). Faktor
risiko timbulnya lowvision pasca operasi katarak adalah adanya komplikasi pasca operasi. Oleh karena
itu, perlu upaya pencegahan dari berbagai sisi agar tidak terjadi komplikasi pasca operasi katarak.

Kata Kunci: tajam penglihatan, katarak, gangguan penglihatan.

ABSTRACT

Visual acuityis a vision that can be achieved by someone. A normal visual acuity is when someone can
see letters, numbers, and shapes in various sizes in the Snellen Chart card with a distance of 20 feet
(20/20). Cataract is one of the second most visual impairment after uncorrected refraction. This study
aims to determine the risk factors for low vision after cataract surgery at Muhammadiyah Palembang
Hospital. This study used a quantitative descriptive research design with a cross-sectional approach
using medical data record of patients who had under gone cataract surgery at Muhammadiyah
Palembang Hospital in the period January 2017 -April 2018. The sample size in this study was 31
subjects. The results of this study showed that one month after cataract surgery there were 38.7%
subjects who still had low vision. Some of the subjects were late elderly (74.2%), there were 2 subjects
who experienced intra operative complications (6.4%), and there were 9 subjects who experienced post
operative complications (29.1%). Low vision after cataract surgery was not affected by age (p = 1,000)
and intra operative complications (p = 1,000), but influenced by the presence of post operative
complications (p = 0,043). Risk factor for low vision after cataract surgery was post operative
complications. Prevention for post operative complications should be end eavored from any aspects.

Keywords: visual acuity, cataract, visual disturbance

Korespondensi: mitayani.dr@gmail.com
1
Syifa’ MEDIKA, Vol.10 (No.1), September

Pendahuluan Kesehatan Indera tahun 1993-1996 di


Tajam penglihatan adalah daya Indonesia menunjukkan 1,5% penduduk
lihat yang mampu dilakukan seseorang. mengalami kebutaan disebabkan oleh
Tajam penglihatan normal adalah katarak (52%), glaukoma (13,4%),
apabila seseorang dapat melihat huruf, kelainan refraksi (9,5%), gangguan
angka, maupun bentuk dalam berbagai retina (8,5%), kelainan kornea (8,4%)
macam ukuran pada kartu Snellen dan penyakit mata lain.3 Hasil survei
dengan jarak 20 kaki (20/20). kebutaan dengan menggunakan metode
Klasifikasi menurut WHO penurunan Rapid Assessment of Avoidable
tajam penglihatan hingga mencapai Blindness (RAAB) tahun 2013-2014
(3/60) disebut sebagai low vision. Tajam mendapatkan prevalensi kebutaan pada
penglihatan yang kurang dari (3/60) masyarakat usia >50 tahun rata-rata di 3
disebut sebagai kebutaan.1 provinsi tersebut adalah 3,2 % dengan
Angka kejadian kelainan pada penyebab utama adalah katarak (71%).4
tajam penglihatan dengan estimasi 285 Katarak merupakan proses
juta (4,24%) populasi dunia, sebanyak degeneratif yang sangat dipengaruhi
39 juta (0,58%) mengalami kebutaan oleh faktor usia. Namun, katarak juga
dan 246 juta (3,65%) mengalami dapat terjadi pada anak-anak dan bayi
gangguan penglihatan ringan hingga yang dipengaruhi selama masa di dalam
berat. Penyebab terjadinya gangguan kandungan maupun malnutrisi pada
tajam penglihatan terbanyak disebabkan anak-anak.4
oleh gangguan refraksi yang tidak Penatalaksanaan utama katarak
terkoreksi (42%), katarak (33%), dan untuk mencegah kebutaan adalah
glaukoma (2%). Sedangkan, penyebab tindakan pembedahan dengan tujuan
kebutaan terbanyak di seluruh dunia mampu memperbaiki tajam penglihatan
adalah katarak (51%) lalu diikuti oleh akibat lensa yang keruh. Setelah
glaukoma (8%) dan Age related dilakukan pembedahan lensa akan
Macular Degeneration (4%). Gangguan diganti dengan kacamata afakia, lensa
penglihatan dan kebutaan pada usia 50 kontak, atau lensa intra okular. Pada
tahun dan lebih merupakan kelompok pembedahan katarak, di Indonesia
usia terbanyak yang mengalami sudah terdapat 4 cara pembedahan yang
kebutaan (82%).2 Hasil Survei dapat dilakukan, yaitu:

2
Syifa’ MEDIKA, Vol.10 (No.1), September

fakoemulsifikasi, small incision adalah seluruh pasien katarak yang


cataract surgery (SICS), ekstraksi sudah menjalani pembedahan pada
katarak ekstra kapsular (EKEK), dan Januari 2017-April 2018 dengan satu
ekstraksi katarak intra kapsular orang operator operasi. Adapun sampel
(EKIK).1 yang diambil dengan total sampling.
Berdasarkan hasil penelitian di Teknik pengambilan sampel dilakukan
Nigeria, dari 161 pasien yang menjalani dengan mengundi hingga didapatkan
operasi didapatkan 78,8% pasien satu nama operator operasi, baru
dengan hasil pembedahan katarak kemudian ditelusuri nama pasien yang
dengan tajam penglihatan baik, ditangani oleh dokter tersebut. Hal ini
sementara 28 pasien (17,4%) memilik i dilakukan agar tidak ada bias akibat
hasil tajam penglihatan sedang, dan 6 perbedaan teknik atau skill dari operator
pasien (3,8%) memiliki hasil tajam yang dapat memengaruhi visus pasca
penglihatan buruk, yang disebabkan operasi. Data penelitian ini berupa data
oleh kesalahan dalam menentukan sekunder yang didapat dengan
refraksi pada pasien. Sementara itu, menggunakan catatan medik pasien
komplikasi paling banyak ditemukan yang sudah menjalani operasi katarak di
dalam waktu delapan minggu setelah Rumah Sakit Muhammadiyah
dilakukan pembedahan katarak adalah Palembang pada bulan Januari 2017-
glaukoma (9,1%).5 April 2018. Kriteria usia pasien dibagi
Tujuan penelitian ini adalah menjadi 3 yaitu <50 tahun, 51-60 tahun,
untuk mengetahui hubungan usia, dan >60 tahun. Kriteria komplikasi intra
komplikasi intra operasi, dan operasi dan pascaoperasi dibagi menjadi
komplikasi pasca operasi terhadap tajam dua yaitu ada dan tidak ada komplikasi.
penglihatan setelah operasi bedah Kriteria visus dibagi berdasarkan
katarak di Rumah Sakit Muhammadiyah kriteria WHO yaitu visus baik (20/70-
Palembang. 20/20), low vision (20/400-<20/70), dan
buta (≤20/400).
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan
Hasil Penelitian
metode deskriptif kuantitatif, dengan
Penelitian ini melibatkan 31 orang
desain penelitian cross sectional.
subjek penelitian yang dioperasi oleh
Populasi terjangkau pada penelitian ini

3
Syifa’ MEDIKA, Vol.10 (No.1), September

satu orang operator terpilih dirangkum dalam tabel 1.


berdasarkan undian. Karakteristik
subjek penelitian
Tabel 1.Karakteristik subjek penelitian
Karakteristik Frekuensi (orang) Persentase (% )
Kelompok usia (tahun)
Dewasa Akhir (< 50 tahun) 0 0,0
Lansia Awal (51 – 60 tahun) 8 25,8
Lansia Akhir (>61 tahun) 23 74,2
Jenis Kelamin
Pria 15 48,4
Wanita 16 51,6
Tingkat Pendidikan
Belum Sekolah 1 3,2
SD 18 58,1
SMP 7 22,6
SMA 5 16,1
Perguruan Tinggi 0 0,0
Teknik operasi
EKEK 31 100,0
Total 31 100,0

Subjek penelitian ini didominasi mengenyam pendidikan dasar (58,1%).


oleh lansia >61 tahun (74,2%). Jenis Seratus persen subjek dioperasi dengan
kelamin subjek penelitian seimbang teknik ekstraksi katarak ekstra kapsular
antara laki- laki dan perempuan. (EKEK).
Sebagian besar subjek hanya

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Visus Pasca Operasi Katarak


Waktu Kontrol Visus Baik Low Vision Kebutaan Total
Minggu pertama 11 (35,5%) 20 (54,5%) 0 (0,0%) 31 (100,0%)
Minggu kedua 12 (38,7%) 19 (61,3%) 0 (0,0%) 31 (100,0%)
1 bulan 17 (54,8%) 14 (45,2%) 0 (0,0%) 31 (100,0%)
>1bulan 19 (61,3%) 12 (38,7%) 0 (0,0%) 31 (100,0%)

Data visus mata pasca operasi pemeriksaan visus pasca operasi katarak
katarak yang diambil dari rekam medik (Tabel 2) menunjukkan bahwa pada saat
yaitu data minggu pertama, minggu 1 bulan pasca operasi sebanyak 61,3%
kedua, satu bulan, dan >1 bulan pasca subjek penelitian mengalami perbaikan
operasi. Visus mata yang diperoleh visus. Namun masih ada 38,7% subjek
dikategorikan menjadi visus baik, low yang visusnya tetap termasuk low
vision, dan kebutaan (Tabel 2). Hasil
4
Syifa’ MEDIKA, Vol.10 (No.1), September
vision. Sejak kontrol pertama hingga

5
Syifa’ MEDIKA, Vol.10 (No.1), September

kontrol keempat, tidak ada subjek dua subjek yang mengalami komplikasi
penelitian yang mengalami kebutaan. intra operasi yaitu prolapse vitreus dan
Selama proses operasi berlangsung, ada robek kapsul posterior (Tabel 3).
Tabel 3. Komplikasi Intra dan Pasca Operasi
Komplikasi Frekuensi (Orang) Persentase (% )
Intra Operasi Ada komplikasi
Prolaps iris 0 0,0
Prolaps vitreus 1 3,2
Robek kapsul posterior 1 3,2
Perdarahan 0 0,0
Tidak ada komplikasi 29 93,6
Total 31 100,0
Pasca Operasi Ada komplikasi
Peningkatan tekananintraokular 0 0,0
Edema kornea 7 22,6
Hifema 0 0,0
Sisa korteks 2 6,5
Tidak ada komplikasi 22 70,9
Total 31 100,0

Sebagian besar komplikasi yang terjadi adalah edema kornea (Tabel 3). Analisis
statistik bivariat menggunakan data visus yang diperiksa pada waktu >1 bulan pasca
operasi (Tabel 4). Uji Fisher-Test memperoleh hubungan yang bermakna antara
komplikasi pasca operasi dengan timbulnya low vision pasca operasi katarak, dengan
odds ratio 8,0.
Tabel 4.Hubungan Faktor Risiko dengan Tajam Penglihatan Terbaik Pasca Operasi
Katarak

Faktor Risiko Visus Pasca Operasi Total PValue


Low Vision Visus Baik
N % N % N %
Usia Pasien
>61 tahun 5 21,7 18 78,3 23 100,0 1,000
51-60 tahun 1 12,5 7 87,5 8 100,0
Total 6 19,4 25 80,6 31 100,0
Komplikasi intra operasi
Ya 0 0,0 2 100,0 2 100,0 1,000
Tidak 6 20,7 23 79,3 29 100,0
Total 6 19,4 25 80,6 31 100,0
Komplikasi pascaoperasi
Ya 4 44,4 5 55,6 9 100,0 0,043
Tidak 2 9,1 20 90,9 22 100,0
Total 6 19,4 25 80,6 31 100,0

6
Syifa’ MEDIKA, Vol.10 (No.1), September

Pembahasan
mempertahankan fungsi mitokondria
Kelompok usia pasien katarak
dan kadar ATP pada lensa saat terjadi
saat menjalani operasi lebih banyak
stres oksidatif. Pada penelitian
pada usia lansia akhir (>61 tahun), yaitu
ditemukan lebih banyak usia >61 tahun
sebanyak 23 pasien (74,2%). Jenis
yang mana bagi wanita, kelompok usia
kelamin pasien katarak yang menjalani
>61 tahun sudah mengalami
operasi lebih banyak pada wanita
menopause.10
dengan jumlah 16 pasien (51,6%). Hal
Tingkat pendidikan pasien
ini sesuai dengan penelitian Bokka dan
katarak dalam studi ini didapatkan lebih
Mallampali (2016), kelompok usia
banyak pada tingkat Sekolah Dasar
penderita katarak terbanyak terdapat
(SD) yaitu sebanyak 18 pasien (58,1%).
pada kelompok usia >61 tahun dengan
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
total (50%), dan jenis kelamin wanita
penelitian di Kendari dimana pasien
sebanyak (55%).6 Pada sebuah
katarak lebih banyak memiliki tingkat
penelitian di Malaysia, penderita
pendidikan yang rendah (80,6%).11
katarak paling banyak pada usia >61
Hasil penelitian ini memiliki perbedaan
tahun, namun pada jenis kelamin
dengan sebuah penelitian di Nigeria
terdapat perbedaan yaitu katarak lebih
dimana pasien katarak yang sudah
banyak ditemukan pada pria.7 Katarak
menjalani operasi lebih banyak yang
merupakan salah satu penyakit yang
tidak mengenyam pendidikan formal
terkait usia dengan manifestasi berupa
(47,8%).5
terbentuk kekeruhan pada lensa akibat
Pasien katarak yang menjalani
oksidasi pada protein lensa.8 Wanita
operasi dengan teknik EKEK 91,8%
yang telah mengalami menopause
mendapatkan visus baik.6 Teknik
cenderung lebih banyak mengalami
operasi yang memerlukan insisi besar
katarak dikarenakan terjadinya
dapat meningkatkan kejadian
penurunan estrogen.9 Estrogen memiliki
astigmatisme akibat pembedahan mata.
efek antioksidan yang berperan dalam
Dibanding SICS, teknik operasi EKEK

7
Syifa’ MEDIKA, Vol.10 (No.1), September

lebih banyak menyebabkan Pasien yang menjalani operasi dengan


astigmatisme. Hal ini dikarenakan SICS teknik EKEK mampu mencapai visus
menggunakan insisi yang kecil dan hingga 20/20 pada minggu kedelapan. 15
tidak memerlukan penjahitan. Teknik Hal ini menunjukkan bahwa pasien-
operasi fakoemulsifikasi dan SICS pasien yang menjalani operasi dengan
mampu mencapai tajam penglihatan menggunakan teknik EKEK setidaknya
lebih baik dan komplikasi yang terjadi memerlukan waktu untuk pemulihan
lebih sedikit. Pada beberapa kondisi visus selama kurang lebih satu bulan
seperti adanya pseudoexfoliation, untuk mencapai visus yang terbaik.
katarak hipermatur yang memiliki Hasil penelitian ini
kapsul posterior yang tipis, dan menunjukkan tidak terdapat hubungan
phacodonesis ringan, lebih dianjurkan antara usia dengan low vision setelah
teknik operasi EKEK karena teknik operasi bedah katarak dengan nilai p
operasi SICS tidak sepenuhnya aman. >0,05 yaitu 1,000. Hal ini tidak sejalan
Selain itu juga SICS memiliki risiko dengan sebuah penelitian di China dan
lebih banyak mengalami edema kornea di Nigeria yang menemukan bahwa usia
yang dapat berujung hingga terjadi dapat mempengaruhi hasil tajam
keratopati bula.12 Kebanyakan dokter- penglihatan setelah operasi katarak.16,17
dokter mata pada negara-negara Perbedaan hasil penelitian ini mungkin
berkembang lebih terlatih menggunakan disebabkan oleh perbedaan teknik
teknik EKEK. Selain itu juga, operasi katarak. Penelitian di China
penggunaan bahan viskoelastik pada menggunakan teknik fakoemulsifikasi
teknik SICS dinilai lebih boros dan penelitian di Nigeria menggunakan
dibandingkan EKEK.13 teknik SICS dan fakoemulsifikasi,
Proses pemulihan visus pada sementara penelitian ini menggunakan
teknik operasi EKEK memerlukan teknik EKEK.
waktu hingga enam minggu untuk Pengaruh dari bertambahnya
mencapai visus baik (>20/70).14 Pada usia terhadap tajam penglihatan setelah
penelitian Arriaga dan Lozano (2002), operasi bedah katarak sebelumnya telah
dalam waktu satu bulan tajam terbukti sebagai faktor risiko. Terdapat
penglihatan 20/30 dan 20/40 dicapai korelasi linier antara usia dengan tajam
sebanyak 17 pasien dari 50 pasien. penglihatan setelah pembedahan

8
Syifa’ MEDIKA, Vol.10 (No.1), September

katarak. Pertambahan usia pasien pasien katarak yang menjalani operasi.


katarak lebih memiliki risiko untuk Komplikasi yang paling banyak
mengalami penyakit mata lainnya ditemukan adalah perforasi kapsul
secara bersamaan dengan katarak, posterior dan edema makular sistoid.
seperti penyakit mata terkait usia yaitu Selain itu, kelainan retina, riwayat
degenerasi makula. Ketika makula penyakit mata sebelumnya, dan juga
terlihat normal pada pemeriksaan proses degeneratif menurunkan
funduskopi dengan pupil yang efektivitas dari operasi katarak dan hasil
berdilatasi, namun kemungkinan telah tajam penglihatannya.17
terjadi gangguan makula ringan, Hasil penelitian menunjukkan
gangguan makula ringan ini dapat jumlah pasien yang mengalami
mempengaruhi fungsi dari fovea. Selain komplikasi intra operasi sebanyak 2 dari
itu, penyakit-penyakit lain dapat tidak 31 subjek penelitian (6,5%). Komplikasi
terlihat dengan pemeriksaan fundus intra operasi yang terjadi adalah prolaps
akibat lensa yang keruh. Pengaruh usia vitreus dan robek kapsul posterior.
juga dapat terjadi pada retina. Ketebalan Robek kapsul posterior dan prolaps
dari lapisan serabut saraf retina dapat vitreous merupakan komplikasi intra
menurun seiring meningkatnya usia. operatif yang paling sering terjadi
Perubahan usia pada mata dan juga dikarenakan hal ini terjadi pada saat
persarafan dapat mempengaruhi tajam
dilakukannya aspirasi korteks.18 Visus
penglihatan. Pada katarak tipe nuklearis
baik ditemukan pada pasien dengan
dapat ditemukan densitas lensa akibat
komplikasi berupa prolaps vitreus
katarak meningkat namun densitas
dikarenakan masih memungkinkan
endotel dari kornea menurun, dampak
dipasang lensa intraokular19, sementara
dari teknik operasi seperti
visus buruk ditemukan pada pasien
fakoemulsifikasi dapat menyebabkan
dengan robek kapsul posterior karena
edema kornea dan luka sayatan yang
menyebabkan pasien mengalami
terbakar dapat mempengaruhi tajam
afakia.20 Hasil penelitian ini
penglihatan setelah pembedahan.16
menunjukkan tidak terdapat hubungan
Semakin bertambahnya usia, semakin
antara komplikasi intra operasi terhadap
meningkat risiko untuk mengalami
timbulnya low vision setelah operasi
komplikasi yang harus ditanggung
bedah katarak dengan nilai p >0,05

9
Syifa’ MEDIKA, Vol.10 (No.1), September

yaitu 1,000. Hal ini tidak sejalan dengan Hasil penelitian menunjukkan
penelitian Yuan dkk. (2015) serta pasien yang mengalami komplikasi
Thanigassalam (2017) yang pasca operasi setelah dilakukan
menunjukkan bahwa komplikasi intra pembedahan katarak adalah 29,0%.
operasi mempengaruhi tajam Komplikasi pasca operasi yang
penglihatan setelah dilakukan operasi ditemukan adalah edema kornea dan
katarak dan menyebabkan timbulnya sisa korteks yang terletak di medial.
21,22
visus yang buruk pada penderita. Hasil penelitian menunjukkan hubungan
Pada penelitian Thevi, Reddy, yang bermakna antara komplikasi pasca
dan Shantakumar (2014) menunjukkan operasi dengan timbulnya low vision
bahwa robek kapsul posterior dan pasca operasi katarak, dengan nilai p
prolaps vitreous lebih sering ditemukan <0,05. Hal ini sejalan dengan penelitian
pada teknik EKEK dibandingkan teknik Hashmi, dkk, (2013) dan Thanigasalam
fakoemulsifikasi. Hal ini terjadi karena dkk. (2015) yang menyatakan bahwa
pada teknik EKEK lebih banyak komplikasi pasca operasi
dilakukan oleh residen sementara mempengaruhi tajam penglihatan
fakoemulsifikasi lebih banyak setelah operasi katarak.24,7 Hal ini
dilakukan oleh spesialis sehingga menunjukkan bahwa hasil penelitian
pengalaman operator operasi sangat sudah sesuai dengan penelitian
berpengaruh terhadap kejadian robek terdahulu.
kapsul posterior dan prolaps vitreous.23 Komplikasi pasca operasi
Perbedaan hasil penelitian ini dengan katarak berupa edema kornea terjadi
hasil penelitian Yuan (2015) dan akibat adanya inflamasi atau adanya
Thanigasalam (2017) dikarenakan cedera pada endotel kornea selama
adanya keterbatasan sampel pada proses operasi katarak, adanya trauma
penelitian ini serta adanya perbedaan mekanik maupun disebabkan oleh efek
teknik operasi yang digunakan. Yuan toksisitas dari penggunaan larutan untuk
(2015) menggunakan teknik SICS dan irigasi. Kornea merupakan salah satu
Thanigasalam (2017) menggunakan media refraksi, pada kondisi edema
fakoemulsifikasi, sementara dalam kornea yang disebabkan oleh adanya
penelitian ini menggunakan teknik cedera pada endotel kornea dapat
EKEK. mengganggu proses pembiasan cahaya

1
Syifa’ MEDIKA, Vol.10 (No.1), September

sehingga dapat menyebabkan terjadinya peningkatan kepatuhan pasien untuk


penurunan tajam penglihatan.25 Sisa kontrol.
korteks merupakan komplikasi yang
terjadi akibat tidak dilakukan aspirasi Ucapan Terima Kasih
dengan baik sehingga dapat Peneliti mengucapkan terima
mengganggu penglihatan apabila kasih kepada pihak RS Muhammadiyah
terletak di aksis visual.21 Beberapa Palembang atas diberikannya izin
teknik operasi dapat menyebabkan penelitian.
komplikasi setelah dilakukan
pembedahan sehingga akan berdampak Daftar Pustaka
pada visus yang tidak membaik secara 1. Ilyas S dan Yulianti SR. 2015. Ilmu
signifikan. Beberapa komplikasi yang Penyakit Mata Edisi Kelima. Jakarta:
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
paling sering ditemukan adalah edema Universitas Indonesia. 2015. Hlm:
makula dan peningkatan tekanan intra 210-222.
2. World Health Organization. Global
okular atau glaukoma. Pasien yang tidak Data on Visual Impairment 2010.
mengalami komplikasi pasca operasi (Online) 2012 di
http://www.who.int/blindness/GLOB
akan memiliki tajam penglihatan yang ALDATAFINALforweb.pdf [diakses
lebih baik dibandingkan yang tanggal 6 Agustus 2018].
3. Departemen Kesehatan RI.
mengalami komplikasi.7 Komplikasi Gangguan Penglihatan Masih
pasca operasi mempengaruhi hasil tajam Menjadi Masalah Kesehatan. Jakarta:
Depkes RI. (Online) 2010.
penglihatan pasien katarak karena http://www.depkes.go.id/article/print
biasanya pasien akan memiliki visus /845/gangguan-penglihatan- masih-
menjadi- masalah-kesehatan.html
sedang hingga buruk.24 [diakses tanggal 26 September
2018].
4. Kementerian Kesehatan RI. Katarak
Simpulan dan Saran Sebabkan 50% Kebutaan. (Online)
Komplikasi pasca operasi 2016.
http://www.depkes.go.id/article/view
katarak merupakan faktor yang dapat /16011100003/katarak-sebabkan-50-
mempengaruhi timbulnya low vision. kebutaan.html
[diakses tanggal 5 Agustus 2018].
Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya 5. Olawoye OO, Ashaye AO, Bekibele
CO, Ajayi BGK. 2011. Visual
pencegahan agar tidak terjadi
outcome after cataract surgery at the
komplikasi pasca operasi, upaya University College Hospital, Ibadan.
peningkatan skill operator, serta Annals of Ibadan Postgraduate
Medicine. 9(1):8-13.

1
Syifa’ MEDIKA, Vol.10 (No.1), September

6. Bokka VS dan Mallampalli VB. extraction versus manual small


2016. A clinical study of incision cataract surgery. Int J Res
complications of cataract surgery Med Sci. 5(3): 996-1001.
SICS v.s ECCE. J Evid Based Med 15. Arriaga ME dan Lozano J. 2002. A
Healthc. 3(33):1565-1568. comparative study of visual acuity
7. Thanigasalam T, Reddy SC, dan outcomes: phacoemulsification vs
Zaki RA. 2015. Factors associated ECCE. Invest Opthalmol Vis Sci.
with complications and postoperative 43:360.
visual outcomes of cataract surgery: 16. Li X, Cao X, Hou X, et al. 2016. The
a study of 1,632 cases. J Opthalmic correlation of age and postoperative
Vis Res. 10(4):375-384. visual acuity for age-related cataract.
8. Grossniklaus HE, N ickerson JM,
Bio Med Research International.
Edelhauser HF, Bergman LA, Volume 2016.
Berglin L. 2013. Anatomic (http://dx.doi.org/10.1155/2016/7147
alterations in aging and age-related 543).
diseases of the eye. Invest Opthalmol 17. Mehmet B dan Abuzer G. 2009.
Vis Sci. 54(23):ORSF23-27. Results of cataract surgery in the
9. Gupta VB, Rajagopala M, very elderly population. Journal of
Ravishankar B. 2014. Optometry. 2:138–141.
Etiopathogenesis of cataract: An 18. Yuan J, Wang X, Yang LQ, et al.
appraisal. Indian J Opthalmol. 2015. Assessment of visual outcomes
62(2):103-110. of cataract surgery in Tujia
10. Lai K, Cui J, Ni S, Zhang Y, He J, nationality in Xianfeng County,
Yao K. 2013. The effect of China. Int J Ophthalmol. 8(2):292-
postmenopausal hormone use on 298.
cataract: A meta analysis. PLos 19. Thanigasalam T dan Godinho MA.
ONE. 8(10):e78647. 2017. Predictive factors of visual
11. Laila A, Raupong I, dan Saimin J.
outcome of Malaysian cataract
2017. Analisis faktor- faktor risiko patients: a retrospective study. Int J
kejadian katarak di daerah pesisir Opthalmol. 10(9): 1452-1459.
Kendari. Jurnal Halu Oleo 20. Chakrabarti A. dan Nazm N. 2017.
University. 4(2):377-387. Posterior Capsular Rent: Prevention
12. Mohanty P, Prasan VV, dan and Management. Indian J
Vivekanand U. 2015. Conventional Ophthalmol. 65(12):1359-1369.
extracapsular cataract extraction and 21. Thanigasalam T dan Abas AL. 2018.
its importance in the present day Vitreousloss-causes, associations,
opthalmic practice. Oman J 8(3): and outcomes: eight-year analysis in
175-178. doi:10.4103/0974- Melaka Hospital. Oman J
620X.169906. Ophthalmol. 11(2): 113–118.
13. Jaggernath J, Gogate P, Moodley V, 22. Thevi T, Reddy SC, Shantakumar C.
et al. 2013. Comparison of cataract 2014. Outcome of
surgery techniques: safety, efficacy, phacoemulsification and
and cost-effectiveness. Eur J extracapsular cataract extraction: a
Ophthalmol. DOI: study in a district hospital in
10.5301/ejo.5000413. Malaysia. Malays Fam Physician
14. Laxmiprasad G, Shori C, Shori R, et 9(2):41-7.
al. 2017. Comparative study between 23. Hashmi FK, Khan QA, Chaudhry
conventional extracapsular cataract TA, et al. 2013. Visual outcome of

1
Syifa’ MEDIKA, Vol.10 (No.1), September

cataract surgery. Journal of the uncomplicated cataract surgery.


College of Physicians and Surgeons Korean J Ophthalmol. 29(1):14-22
Pakistan. 23(6):448-449. 25. Blomquist PH dan Rugwani RM.
24. Do JR, Oh JH, Chuck RS, et al.
2002. Visual outcomes after vitreous
2015. Transient corneal edema is a loss during cataract surgery
predictive factor for pseudophakic performed by residents. J Cataract
cystoid macular edema after Refract Surg. 28(5): 847-85

Anda mungkin juga menyukai